Anda di halaman 1dari 132

PENDIDIKAN AKHLAK DI DALAM NOVEL

AYAT-AYAT CINTA 2 KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY


Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
M. RIZKI MUAJADI
1113011000097

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
5
ABSTRAK

M. Rizki Muajadi (11130110000497). Pendidikan Akhlak di dalam Novel


Ayat-Ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman el-Shirazy.

Tujuanpenelitianiniadalah untukmengetahuibagaimanapendidikanakhlak
di dalam novel Ayat-ayatCinta 2 karyaHabiburrahman El-Shirazy serta
berapabanyakkonseppendidikanakhlakdalam novel Ayat-ayatCinya 2.
Metode yang digunakandalampenelitianiniadalahkualitatif, jenis penelitian
ini adalah penelitian kepustakan (library research). Sumber primer n wawancara
dengan Habiburrahman el-Shirazy.
Hasil peneliatian ini menunjukan terdapat beberapa metode pendidikan
akhlak yang terkandung di dalamnya, yaitu metodepembiasaan, metodeceramah,
keteladanandanmetodenasehat. Diantarametode-metodetersebut Kang
Abiklebihbanyakmemunculkanmetodeketeladanan dan pembiasaan. Dalam novel
Ayat-Ayat Cinta 2 terdapatduapuluhsatunilaipendidikanakhlak, yaitu:
beribadahkepada Allah, mentauhidkan Allah, berdzikir, berdoa, bersyukur,
tawakkal, khaufkepada Allahmemuliakan Al-Qur’an, dapatdipercaya, sabar,
tawadhu, kerjakerasdandisiplin, berjiwaikhlas, hidupsederhana,
berbuatbaikkepada orang tuadankerabat, bergauldenganbaik,
salingtolongmenolongdanmembantu yang lemah, menjenguk orang
sakitdanbelasungkawa, menjamutamu, salingmenasehatidanmemaafkankesalahan
orang lain.

Kata kunci: Pendidikan akhlak,AAC2

i
ABSTRACT

M. Rizki Muajaadi (1113011000097). Education of Morals in the Novel of Ayat-


AyatCinta 2 The work of Habiburrahman el-Shirazy.

The purpose of this study was to find out how moral education is in the
Ayat-ayatCinta 2 novel by Habiburrahman El-Shirazy and how many concepts of
moral education in the novel Ayatnya verse 2.
The method used in this research is qualitative, this type of research is
library research (library research). Primary source n interview with
Habiburrahman el-Shirazy.
The results of this study indicate that there are several methods of moral
education contained in it, namely the method of habituation, lecture method,
exemplary and method of advice. Among these methods, Kang Abik more often
raises exemplary and habituation methods. In the Ayat-Ayat Cinta 2 novel there
are twenty-one values of moral education, namely: worshiping Allah, realizing
Allah, dhikr, praying, giving thanks, tawakkal, khauf to Allah glorifying the
Qur'an, trustworthy, patient, tawadhu, hard work and discipline, sincere spirit,
living a simple life, doing good to parents and relatives, getting along well,
helping each other help and helping the weak, visiting sick people and
condolences, helping you, advising and forgiving others' mistakes.

Keywords: moral education, AAC2

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat ikhsan, iman, dan Islam, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya dan semoga memberi manfaat bagi
yang membaca. Tak lupa pula shalawat teriring salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, para sahabat dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan,
kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari
berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul MajidKhon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Dimyati, M.Ag dan Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd.
selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberi bimbingan, dan arahan kepada penulis. Kebaikan Bapak dan Ibu
dalam segala hal akan selalu terkenang bagi diri penulis. Semoga keberkahan
hidup senantiasa mengiringi, dan senantiasa dalam lindungan-Nya.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dari awal hingga akhir
perkuliahan. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
6. Staf Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan dan Bu Isti selaku Staf Jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

iii
7. Orang tua tercinta, beserta keluarga yang selalu mendoakan penulis, dan
memberikan moril, dan materil kepada penulis agar dapat menyelesaikan studi
dan meraih kesuksesan.
8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2013,
semoga kesuksesan menyertai kalian, dan senantiasa dinaungi keberkahan dan
lindungan Allah SWT. Terimakasih telah menjadi teman yang baik,
memberikan canda tawa dan kebersamaan dengan kalian yang kelak akan
dirindukan.
9. Sahabat, teman, juga saudara A. Jamalullail yang memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi, Nabilla Ilmi Dini yang sudah membantu dalam
menyelesaikan proposal skripsi, M. Muhyidin, Nur Iskandar, A. Naufal,
Fadhlurrahman, Miftah Habibi, Haerudin, Dena Putri Andriani, Minten
Apriliani, Hanpao yang telah membantu finishing. Terimakasih telah
memberikan canda tawa sehingga hari-hari menjadi lebih berwarna.
10. Seluruh teman-teman FKMA khususnya Ulum, Echa, Ifaz, Zia, Lala, Hanan,
Rong-rong yang sudah membantu dalam proses menyelesaikan skripsi.
Ucapan terimakasih juga dihaturkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini ataupun memberikan pelajaran hidup bagi penulis. Penulis tidak dapat
membalasnya dengan apapun, semoga Allah SWT. Yang akan membalas dengan
balasan yang sebaik-baiknya di dunia dan di akhirat.
Demikianlah skripsi ini dibuat. Seperti pepatah tiada gading yang tak
retak, begitupun dengan pembuatan skripsi ini, walaupun penulis sudah berusaha
dengan sebaik mungkin untuk meminimalisir kekurangan akan tetapi nanti pasti
ditemukan kekurangan dan kelemahan. Harapan besar semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis kususnya dan umumnya bagi siapa saja yang
membacanya, serta kritik dan saran juga akan penulis terima dengan hati terbuka.

Jakarta, 6 Agustus 2018


Penulis
M. Rizki Muajadi

iv
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
F. Kegunaan Penelitian............................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 5
A. Deskripsi Teoritik................................................................................. 5
1. Konsep Pendidikan Akhlak ............................................................ 8
2. Dasar Pendidikan Akhlak............................................................... 17
3. Tujuan Pendidikan Akhlak ............................................................. 21
4. Metode Pendidikan Akhlak ............................................................ 22
5. Konsep Novel ................................................................................. 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 36
A. Objek dan Waktu Penelitian................................................................. 36
B. Metode Penelitian................................................................................. 36
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 38
F. Teknik Penulisan .................................................................................. 39

v
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 40
A. Deskripsi Novel ............................................................................................. 40
1. Sinopsis Novel Ayat-ayat Cinta 2 .................................................. 40
2. Unsur Intrinsik ............................................................................... 41
3. Unsur Ekstrinsik ............................................................................. 51
B. Temuan dan Paparan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang
Terkandung dalamNovel Ayat-ayat Cinta 2 ........................................ 54
1. Pendidikan Akhlak Terhadap Allah ......................................... 56
2. Pendidikan Akhlak Terhadap Manusia .................................... 76
3. Pendidikan Akhlak Terhadap Lingkungan............................... 102
C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta 2 ................................................................................. 102

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 105


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakikatnya akhlak merupakan kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-
buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti dan sebaliknya apabila yang lahir
kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. 1
Dalam kehidupan sehari-hari baik buruknya kehidupan kita salah
satunya ditentukan oleh akal atau budi pekerti yang kita miliki. Kehidupan
kita merupakan cerminan akhlak diri kita, dalam semua segi kehidupan
ahlak menjadi penentu baik-buruknya sesuatu tersebut, seperti ketika
bergaul dengan lingkungan sosial, bergelut dengan dunia kerja yang
profesional, melakukan kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui akhlak bukanlah sesuatu yang absolut, namun bisa
berubah. Dari akhlak yang buruk bisa menjadi baik, bahkan sebaliknya.
Hal tersebut dapat dipengaaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya melalui
keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan lain sebagainya. Menurut M.
Yatimin Abdullah manusia memiliki akhlak yang baik melalui dua cara,
diantaranya sebagai berikut:
Pertama melalui karunia tuhan yang menciptakan manusia dengan
fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, serta nafsu syahwat
tunduk kepada akal dan agama. Manusia tersebut dapat
memperoleh ilmu tanpa belajar dan tenpa melalui proses
pendidikan. Manusia yang tergolong kedalam kelompok ini adalah
para nabi dan rasul Allah.
Kedua, melalui cara berjuang secara bersungguh-sungguh
(mujahadah) dan latihan (riyadhah), yakni membiasakan diri

1
Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994), h. 3.

1
2

melakukan akhlak-akhlak mulia. Hal ini dapat dilakukan oleh


manusia biasa, yaitu dengan belajar terus-menerus berlatih. 2

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa akhlak yang baik dapat


dicapai melalui proses pendidikan yaitu dengan cara belajar terus menerus
dan berlatih. Dalam hal ini pendidikan mempunyai posisi yang sangat
penting, karena dengan pendidikan manusia bisa mengembangkan semua
potensi yang ada dalam dirinya, diantaranya yaitu potensi akhlak, jasmani dan
intelektual.
Selain Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjadi rujukan utama dalam
pendidikan akhlakul karimah, karya sastra juga dapat menjadi sarana atau alat
untuk pendidikan akhlak. Salah satu karya sastra yang berkembang pesat di
Indonesia adalah novel. Jakob Sumardjo menyatakan bahwa novel merupakan
bentuk karya sastra yang paling banyak dibaca daripada bentuk yang lainnya,
semisal puisi. 3 Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. 4
Namun respon masyarakat terhadap novel sebagai media pendidikan
belum cukup tinggi. Mungkin karena masyarakat hanya menganggap novel
hanya sebuah cerita biasa yang tidak mengandung nilai-nilai pendidikan.
Padahal di dalam karya sastra sering termuat pesan moral dan anjuran untuk
berbuat baik. Seperti apa yang disampaikan Andrea Hinata yang
menyampaikan nilai-nilai pendidikan lewat karya sastra berupa novel yang
berjudul Laskar Pelangi. Novel ini menjadi sebuah karya yang fenomenal dan
kehadirannya begitu memukau di semua kalangan. Pesan moralnya begitu
kuat, yaitu rasa optimisme, semangat belajar dan semangat mengejar cita-cita.
Novel ini menggambarkan sekelumit sisi lain dari dunia pendidikan di

2
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta:
Amzah,2007), h. 7.
3
Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1927, (Bandung: Alumni, 1999),
h.11
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), Cet I, h.618
3

Indonesia. Berisikan tentang memar masa kecil Andrea Hinata. Novel


pengarang pertama ini telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra,
namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan
skripsi, tesis dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun
rekomendasi kebijakan pendidikan.
Berdasarkan penjabaran di atas, karya sastra yang berupa novel
memang banyak memuat niali-nilai pendidikan. Jadi bisa disimpulkan bahwa
karya sastra berupa novel layak menjadi rujukan pendidikan akhlak, karena
didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat berkontribusi dalam bidang
pendidikan.
Novel islami yang banyak digandrungi oleh remaja belakangan ini
salah satunya adalah Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburahman El-Shiirazy.
Dalam novel tersebut Habiburrahnman mengisahkan Fahri seorang dosen di
Universitas of Edinburgh yang di tinggal oleh istrinya Aisyah ke Palestina
bersama temannya untuk membuat cerita dan reportase kehidupan di sana.
Melalui tokoh utama (Fahri) dalam novel tersebut, Habiburrahman berupaya
menyampaikan pesan moral islami (akhlak) kepada para pembaca. Maka
untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Ayat-ayat Cinta
2, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait hal tersebut yaitu
Pendidikan Akhlak di dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Karya
Habiburahman El-Shiirazy.

B. Identifkasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya tanggapan masyarakat tentang novel sebagai sebuah media
pendidikan.
2. Selama ini masyarakat hanya terbatas pada Al-Qur’an dan hadits dan
buku-buku agama lainnya dibandingkan novel.
3. Novel dianggap kurang memuat nilai-nilai pendidikan akhlak.
4

C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan permasalahan ini tidak melebar, maka penelitian ini
dibatasi hanya pada nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Ayat-ayat
Cinta 2 karya Habiburahman El-Shiirazy, pada ruang lingkup akhlak
kepada Allah, Akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas , maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Ayat-
ayat Cinta karya Habiburahman El-Shiirazy.
2. Berapa banyak konsep-konsep pendidikan akhlak dalam novel
Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburahman El-Shiirazy.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak di dalam novel Ayat-ayat
Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
2. Untuk mengetahui konsep-konsep pendidikan akhlak dalam novel
Ayat-ayat Cinya 2.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dari skripsi yang mengambil tema akhlak
ini adalah untuk:
1. Guru: sebagai media dalam proses pembelajaran.
2. Peneliti: penelitian ini menjadi ide atau gagasan untuk penelitian
selanjutnya.
5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
1. Konsep Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik”


dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula
berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian
diterjemahkan kedala bahasa Inggris dengan “Educatian” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. 5 Pendidikan ialah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk mempin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. 6

Nana Sudjana yang di kutip oleh Ngalim Purwanto


mengemukakan. Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan
manusia. Atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses
sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan
kemampuan dan martabat sebagai manusia. 7 Menurut Herbert Spencer
pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan
kehidupan yang sempurna. 8

Ki Hajar Dewantara, sebagaimana di kutip oleh A. Susanto,


menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha yang dilakukan
dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku

5
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h.15
6
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), setakan kedelapan belas, h.3
7
Ibid, h.16
8
Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990),
Cetakan Ketiga, h. 5
6

pembanguna tetapi sering merupakan perjuangan. Pendidikan berarti


memelihara hidup kearah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan
kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan
berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat
kemanusiaan. 9

b. Komponen Pendidikan

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses


pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 7
komponen, pertamatujuan pendidikan, kedua peserta didik, ketiga
pendidik, keempat metode pendidikan, kelimaisi pendidikan / materi
pendidikan, keenamlingkungan pendidikan,ketujuhalat dan fasilitas
pendidikan.

Berikut uraian satu persatu komponen- komponen tersebut.

1) Tujuan Pendidikan

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu


berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia
yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya
tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu
pendidikan yang normative dan praktis.

a) Ilmu pengetahuan normatif

Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan


merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah
laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. 10

b) Ilmu pengetahuan praktis

9
A. Susanto, Pemikiran Peendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), cet. 1,
h.3
10
Syaifulah, Komponen pendidikan, http://qym7882.blogspot.com/2009/03/komponen-
komponen-pendidikan.html, diunduh pada tanggal 24 september 2010, jam 10:30
7

Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah


menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang
didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. 11

Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau


pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai
tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan
dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.

2) Peserta Didik

Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan,


dengan perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya
terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka
sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa.

3) Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah
pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan
muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru
sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat
baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk
kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a) Orang Dewasa

11
Ibid...
8

Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum


kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh
syaifullah yaitu, manusia yang memiliki pandangan hidup yang
pasti dan tetap, manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau
cita-cita hidup tertentu termasuk cita-cita untuk mendidik.
b) Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan
pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya
orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama yang
berlandaskan pada hubungan cinta kasih bagi keluarga atau
anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung
lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkantentang
pendidikan.
c) Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung
maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau
masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu
kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-
persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan
jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang
terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan
intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)
terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang
berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun
cara penyampainnya dan memiliki filsafat pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
d) Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan
pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau
bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin
9

keagamaan sebagai pendidik tampak pada aktifitas pembinaan


atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang
didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4) Metode Pendidikan
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau
bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode
yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
a) Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan
bahwa perkembangan manusia semata-mat ditentukan oleh
faktor luar manusia. Metode ini menimbulkan sikap dictator
dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya. 12
b) Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat
bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan
oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar ada pada diri
manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik
jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan
anak. Membiarkan anak berkembang sesuai dengan kodratnya
secara bebas.
c) Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang mengatakan bahwa
perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam
dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita tidak boleh
bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing
perkembangan anak. Disini tampak bahwa pendidik dan anak
didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk
mencapai tujuan.
12
Wawan junaidi, komponen pendidikan, http://wawan-
junaidi.blogspot.com/2010/05/komponen-komponen-pendidikan.html , diunduh pada tanggal 24
september 2010, jam 10:40.
10

5) Isi Pendidikan/Materi Pendidikan


Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan
kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum
dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut
terdiri dari pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan
keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan
sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada
sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan
komponen-komponen pendidikan yang lain.
7) Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan, dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan maka
proses pendidikan akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan
pendidikan akan mudah dicapai. Misalnya laboratorium lengkap
dengan alat-alat percobaannya, internet dll.

c. Pengertian Akhlak

Selanjutnya pengetian pendidikan akhlak. Ditinjau dari segi


bahasa, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab akhlak yang berarti
“perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama”. 13
Secara linguistik kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair
mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
ttersebut memang sudah demikin adanya. Kata akhlaq adalah jamak
dari kata khaliqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti

13
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai akhlak/budi pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet. II, h.25.
11

akhlaqsebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau


khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik dalam A-Qur’an,
maupun al-Hadits, sebagai berikut:

٤ ‫َﻈ ٖﯿﻢ‬ ٍ ُ‫َوإِﻧﱠﻚَ ﻟَ َﻌﻠَ ٰﻰ ُﺧﻠ‬


ِ ‫ﻖﻋ‬
Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung.
(QS Al-Qalam [68]: 4).

ُ ُ‫إ ۡن ٰھَ َﺬ ٓا إِ ﱠﻻ ُﺧﻠ‬


۱۳۷ َ‫ﻖ ۡٱﻷَ ﱠوﻟِﯿﻦ‬
(Agama kami) ini tiak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu
(QS Al-Syu’ara [26]: 137).

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang


sempurna budi pekertinya.” HR Turmudzi).

Ayat pertama disebut di atas menggunakan kata khuluq untuk arti


budi pekerti, sedangkan atyat kedua menggunakan kata kata akhlaq
untuk arti kebiasaan. Selanjuttnya hadits yang pertama menggunakan
kata khuluq untuk budi pekerti, dan hadits yang kedua menggunakan
kata akhlaq yang digunakan untuk arti budi pekerti. Dengan demikian,
kata akhlaq atau khuluq secara kebahasan berarti budi pekerti, adat
kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi
tabiat. 14
Adapun akhlak menurut istilah kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar berikut:
Menurut Ibn Miskawaihdalam kitab Tahzib al-Akhlak wa Tathhir
al-A’rak mengatakan, akhlak adalah:

‫اﻋﻴَﺔُ َﳍَﺎ اِ َﱃ اَﻓْـ َﻌﺎ ِﳍَﺎ ِﻣ ْﻦ َﻏ ِْﲑ ﻓِ ْﻜ ٍﺮ َوﻻ ُرِوﻳَﺔ‬


ِ‫ﺲد‬ ُِ‫ﺣ‬
َ ِ ‫ﺎل ﻟﻠﻨﱠـ ْﻔ‬ َ
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.” 15

14
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), h.1-2.
15
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlak wa Tathhir al-A’rak, (Mesir: al-Mathba’ah al-
Mishriyah, 1934), cet. I, h.40.
12

Dalam kitab tersebut Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa akhlak


bisa di tanamkan melalui pendidikan yaitu dengan cara melakukan
pembiasaan dan latihan, sehingga dari sesuatu yang diualang-ulang
tersebut seseorang akan menjadi biasa dan kebiasaan itu akan menjadi
akhlak yang tertanam pada diri seseorang.

Menurut Ahmad Amin, sebagaimana dikutip oleh Hamzah Ya’qub


merumuskan pengertian akhlalk sebagai berikut:

“Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia
kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuautan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan
apa yang harus diperbuat.” 16
Pendidikan akhlak didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta
didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan
mengambil keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama
manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. 17

Berdasarkan pada pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan


bahwa pendidikan akhlak ialah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh pendidik kepada peserta didik untuk membentuk, memlihara,
memberikan latihan mengenai akhlak yang bersifat formal maupun
informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.

2. Ruang Lingkup Akhlak

Setelah mengetahui pengertian pendidikan akhlak maka pembahasan


selanjutnya adalah mengetahui ruang lingkupnya. Menurut Quraish Shihab
sebagaimana dikutip Abudin Nata menjelaskan bahwa ruang lingkup
akhlak mencakup akhlak kepada Allah SWT, akhlak kepada sesama

16
Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar),
(Bandung: CV.Diponegoro, 1988), h. 12
17
Muchlas Samani & Hariyanto, PendidikanKarakter, (Bandung: Remja Rosdakarya
Offset, 2011), cet. 1, h.44.
13

manusia, dan akhlak kepada lingkungan. 18 Berbagai bentuk dan ruang


lingkup akhlak dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap dan perbuatan


yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada
Tuhan sebagai khalik. 19 Nasharudin mengatakan akhlak kepada Allah
merupakan akhlak tertinggi derajatnya dan akhlak kepda Allah
meliputi mentaati semua yang diperintahkan dan menjauhi semua yang
dilarang-Nya. 20 Kemudian M. Sholih menjelaskan kenapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah, diantaranya: 21Pertama karena Allah
yang menciptakan manusia. Kedua Allah menciptakan manusia dengan
dilenngkapi panca indra, akal, pikiran, sanubari serta anggota badan
yang kokoh dan sempurna. Ketiga Allah telah menyediakan berbagai
bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia.
Keempat Allah yang telah memuliakan dan menjadikan khalifah.

Sedangkan Mujahid menjelaskan secara rinci mengenai contoh


perbuatan akhlak kepada Allah, ialah: 22

a) Al-Sabru; menurut bahasa berasa dari kata 23 ‫اﺻﺒَـَﺮ ـ‬ َ ‫ﻳﺼﱪ ـ‬yang


َ ‫ﺻْﺒـًﺮ‬
artinya bersabar atau tabah hati 24,
P23F P sedngkan menurut
Mahjuddin dalam bukinya bersabar yaitu sikap menahan diri
dari kesulitan yang dihadapinya. Diawali dengan ikhtiar dan

18
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), h.133
19
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), cet, ke-12, h.149.
20
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015),
h.214
21
M. Sholih dan Mrosyid Anwar, Akhlak Tasawuf Etika dan Makna Kehidupan,
(Bandung: Nuansa, 2005), h.97.
22
Mujahidin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2000), h. 10-13.
23
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta, PT, Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah, 2013), h.211.
24
Mujahidin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi.,,,h. 373
14

diakhiri dengan sikap enerima dan ikhlas. Oleh karena itu Allah
memerintahkan kepada manusia agar bersabar, firman Allah
‘Aza wa Jalla:

‫ٱہﻠﻟَ َﻣ َﻊ ٱﻟ ٰ ﱠ‬
َ‫ﺼﺒِ ِﺮﯾﻦ‬ ‫ﺼﻠَ ٰﻮ ۚ ِة إِ ﱠن ﱠ‬
‫بٱﻟﺼ ۡﱠﺒ ِﺮ َو ٱﻟ ﱠ‬ ْ ُ‫ٱﺳﺘَ ِﻌﯿﻨ‬
ِ ‫ﻮا‬ ْ ُ‫ٰﯾَٓﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َءا َﻣﻨ‬
ۡ ‫ﻮا‬
۱٥۳
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
shalat sebagi penolong. Sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar. (QS al-Baqarah [2]: 153.

b) Al-Syukru: benurut bahasa berasa dari kata ‫َﺷ َﻜَﺮـ ﻳﺸﻜﺮ ـ ُﺷﻜًْﺮا‬
yang artinya berterimakasih atau bersyukur 25. Sedangkan P24 F P

menurut istilah bersyukur yaitu sikap yang selalu ingin


memanfaatkan dengan sebaik-baiknya yang telah diberikan
Allah SWT.

c) Al-tawakul: benurut bahasa berasal dari kata ‫َوَﻛ َﻞ ـ ﻳﻜﻞ ـ َوْﻛ ًﻼ‬
yang artinya menyerahkan 26, sedangkan menurut istilah
P25F P

tawakkal yaitu menyerahkan urusan kepada Allah setelah


berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan apa yang
diharapkan.

d) Al-khauf; menurut bahasa berasal dari kata ‫ﺎف ـ ﳜﺎف َﺧ ْﻮﻓًﺎ‬


َ ‫َﺧ‬
ِ ُ ‫اَﳋَﻮ‬
yang artinya takut atau sama artinya dengan ْ ‫ ﺿ ﱡﺪ‬: ‫ف‬
‫اﻷﻣ ُﻦ‬ ْ
ketakutan, kekhawatiran 27. Sedangkan menurut istilah al-khauf
P26 F P

ialah sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak


disenangi dari Allah SWT.
e) At-Taubah; yaitu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang
pernah dilakukan dan berusaha menjauhinya, seta melakukan

25
Ibid. h.734
26
Ibid. h. 1579
27
Ibid. h. 376
15

perbuatan baik. Dalam al-Qur’an banyak penjelasan mengenai


masalah taubat, antara lain pada surah al-Nahl: 119:

ۡ َ‫ُﻮا ِﻣ ۢﻦ ﺑَ ۡﻌ ِﺪ ٰ َذﻟِﻚَ َوأ‬


‫ﺻﻠَﺤ ُٓﻮ ْا‬ ْ ‫ﻮا ٱﻟﺴ ٓﱡﻮ َء ﺑِ َﺠ ٰﮭَﻠَ ٖﺔ ﺛُ ﱠﻢ ﺗَﺎﺑ‬
ْ ُ‫ﺛُ ﱠﻢ إِ ﱠن َرﺑﱠﻚَ ﻟِﻠﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻋ ِﻤﻠ‬
۱۱۹ ‫ﱠﺣﯿ ٌﻢ‬ ِ ‫ﻮر ر‬ ٞ ُ‫إِ ﱠن َرﺑﱠﻚَ ِﻣ ۢﻦ ﺑَ ۡﻌ ِﺪھَﺎ ﻟَ َﻐﻔ‬
Kemudian sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-
orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya,
kemudian mereka bertaubat sesudah itu memperbaiki
(dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar
Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (QS. An-Nahl [16]:
119).
2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Menurut Nasharuddin akhlak kepada sesama manusia (hablum min


al-nas) meliputi beberapa ilmu yang harus dipelajari diantaranya ilmu-
ilmu kemanusiaan, ilmu-ilmu yang membahas mu’amalat, jinayat,
munakahat, mawarits dan sebagainya 28. Berkaitan dengan akhlak
terhadap sesama manusia, al-Qur’an telah banyak merincinya, baik
dalam bentuk berita, larangan maupun larangan. 29 Selain itu al-Qur’an
memberikan petunjuk dan contoh bagaimana yang seharusnya kita
lakukan terhadap sesama manusia.

a) Perintah mengenai setiap ucapan yang diucapkan adalah


ucapan yang baik

ْ ُ‫ٱہﻠﻟَ َوﻗُﻮﻟ‬
۷۰ ‫ﻮا ﻗَ ۡﻮ ٗﻻ َﺳ ِﺪ ٗﯾﺪا‬ ‫ﻮا ﱠ‬ ْ ُ‫ٰﯾَٓﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َءا َﻣﻨ‬
ْ ُ‫ﻮا ٱﺗﱠﻘ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (Q.S al-Ahzab
[33]:70)

b) Larangan memanggil dengan sebutan yang buruk

‫ﻮا ﺧَ ۡﯿ ٗﺮا ﱢﻣ ۡﻨﮭُﻢۡ َو َﻻ‬


ْ ُ‫م ﱢﻣﻦ ﻗَ ۡﻮ ٍم َﻋ َﺴ ٰ ٓﻰ أَن ﯾَ ُﻜﻮﻧ‬ٞ ‫ﻮا َﻻ ﯾَ ۡﺴﺨَ ۡﺮ ﻗَ ۡﻮ‬ ْ ُ‫ٰﯾَٓﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َءا َﻣﻨ‬
ْ ‫ ﱢﻣﻦ ﻧﱢ َﺴﺎٓ ٍء َﻋ َﺴ ٰ ٓﻰ أَن ﯾَ ُﻜ ﱠﻦ ﺧَ ۡﯿ ٗﺮا ﱢﻣ ۡﻨﮭ ۖ ﱠُﻦ َو َﻻ ﺗ َۡﻠ ِﻤ ُﺰ ٓو ْا أَﻧﻔُ َﺴ ُﻜﻢۡ َو َﻻ ﺗَﻨَﺎﺑَ ُﺰ‬ٞ‫ﻧِ َﺴﺎٓء‬
‫وا‬
ٰ ٓ
َ‫ٱﻹﯾ ٰ َﻤ ۚ ِﻦ َو َﻣﻦ ﻟﱠﻢۡ ﯾَﺘُ ۡﺐ ﻓَﺄُوْ ٰﻟَﺌِﻚَ ھُ ُﻢ ٱﻟﻈﱠﻠِ ُﻤﻮن‬ ُ ‫ِسم ۡٱﻟﻔُﺴُﻮ‬
ِ ۡ ‫ق ﺑَ ۡﻌ َﺪ‬ ُ ۡ ‫ﺲ ٱﭑﻟ‬ ِ ۖ َ‫بٱﻷَ ۡﻟ ٰﻘ‬
َ ‫ﺐ ﺑِ ۡﺌ‬ ِۡ
28
Mujahidin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi.,,,h. 738.
29
Ibid,.h. 788.
16

‫ۖﻢ َو َﻻ‬ٞ ‫ﺾ ٱﻟﻈﱠﻦﱢ إِ ۡﺛ‬ َ ‫ﯿﺮا ﱢﻣﻦَ ٱﻟﻈﱠﻦﱢ إِ ﱠن ﺑَ ۡﻌ‬ ْ ‫ٱﺟﺘَﻨِﺒ‬


ٗ ِ‫ُﻮا َﻛﺜ‬ ْ ُ‫ ٰﯾَٓﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َءا َﻣﻨ‬۱۱
ۡ ‫ﻮا‬
‫ﻀ ُﻜﻢ ﺑَ ۡﻌﻀ ًۚﺎ أَﯾ ُِﺤﺐﱡ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛﻢۡ أَن ﯾَ ۡﺄ ُﻛ َﻞ ﻟَ ۡﺤ َﻢ أَ ِﺧﯿ ِﮫ َﻣ ۡﯿ ٗﺘﺎ‬ ُ ‫ُﻮا َو َﻻ ﯾَ ۡﻐﺘَﺐ ﺑ ۡﱠﻌ‬
ْ ‫ﺗ ََﺠ ﱠﺴﺴ‬
۱۲ ‫ﯿﻢ‬ٞ ‫ﱠﺣ‬ ِ ‫اب ر‬ ٞ ‫ٱہﻠﻟَ ﺗَ ﱠﻮ‬ ْ ُ‫ﻓَ َﻜ ِﺮ ۡھﺘُ ُﻤﻮ ۚهُ َوٱﺗﱠﻘ‬
ۚ ‫ﻮا ﱠ‬
‫ٱہﻠﻟَ إِ ﱠن ﱠ‬

... dan janganlah memanggil dengan gelaran yang


mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa, dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu satu salam lain... (Q.S al-Hujurat [49]: 11-12)

c) Memaafkan atas kesalahan orang lain

ِِ ‫ﱠﺎس َو اﷲُ ُِﳛ ﱡ‬


ِ ‫ﲔ َﻋ ِﻦ اﻟﻨ‬ ِ
‫ﲔ‬
َ ْ ‫ﺐ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ‬ َ ْ ‫َواﻟْ َﻌﺎﻓ‬
...dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan.

3) Akhlak Terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu


yang ada di sekitar manusia, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan
maupun benda-benda lain yang tidak bernyawa. Akhlak yang diajarkan
oleh al-Qur’an berdasarkan fungsi manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus memlihara
lingkungan dan tidak boleh membuat kerusakan terhadap lingkungan
tersebut 30.

ْ ُ‫ﺾ ٱﻟﱠ ِﺬي َﻋ ِﻤﻠ‬ ۡ ۡ ۡ


ۡ‫ﻮا ﻟَ َﻌﻠﱠﮭُﻢ‬ ِ ‫ظَﮭَ َﺮٱﻟﻔَ َﺴﺎ ُد ﻓِﻲ ٱﻟﺒَﺮﱢ َوٱﻟﺒَ ۡﺤ ِﺮ ﺑِ َﻤﺎ َﻛ َﺴﺒَ ۡﺖ أَ ۡﯾ ِﺪي ٱﻟﻨﱠ‬
َ ‫ﺎس ﻟِﯿُ ِﺬﯾﻘَﮭُﻢ ﺑَ ۡﻌ‬
٤۱ َ‫ﯾَ ۡﺮ ِﺟﻌُﻮن‬
Telah nampak kerusakan yang ada di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia... (Q.S. ar-Rum [30]: 41).
Dalam pandangan Islam seseorang tidak dibenarkan mengambil
buah sebelum matang, manusia dituntut menghormati proses-proses

30
Nina Amminah, Studi Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 95.
17

yang sedang berjalan dan memberkan kesempatan kepada makhluk


untuk mencapai tujuan penciptaannya. Hal demikian mengantarkan
manusia bertanggung jawab sehingga ia tidak melakukan kerusakan.

Sedangkan Yusuf al-Qardhawi juga membuat kategori


kesyumulan prinsip akhlak Islam kepada beberapa aspek sebagaimana
dikutip oleh Nasharuddin yaitu, akhlak terhadap diri sendiri , terhadap
keluarga, terhadap masyarakaat, terhadap alam semesta dan terhadap
Allah. 31

Uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat


kamperhensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang
diciptakan Tuhan. Pendapat-pendapat tentang ruang lingkup akhlak
telah dijelaskan dan dijabarkan dengan jelas di atas, oleh karena itu
dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian dari ruang lingkup
akhlak itu sendiri terbagi 3 bagian penting. Dimana bagian pertama
adalah akhlak kepada Allah SWT, lalu kedua adalah akhlak kepada
sesama manusia, dan bagian ketiga adalah akhlak kepada lingkungan.
Dari ketiga bagian ini memiliki satu titik perbuatan yang sama yaitu
perbuatan baiksorang makhluk kepada ketiganya.

3. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar


sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dengan adanya dasar ini maka
pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-
ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mau
mempengaruhinya. 32

Azyumardi Azra mengatakan, dasar pendidikan akhlak harus


bersumber pada ajaran agama Islam dikarenakan pendidikan dalam Islam

31
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015),
h. 214-215.
32
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) cet. 1, h.19.
18

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Ia merupakan


bagian padu dari aspek-aspek ajaran Islam. 33

Adapun dasar pendidikan akhlak dalam islam adalah Al-Qur’an dan


as-Sunnah.

a. Al-Qur’an

Secara etimologis Al-Qur’an artinya bacaan. Kata dasarnya qara-a,


yang artinya membaca. Al-Qur’an bukan hanya utuk dibaca, akan
tetapi isinya harus diamallkan, oleh karena itu Al-Qur’an dinamakan
kitab; yang ditetapka natau diwajikan ungtuk dlaksanakan, adapun
pengertian Al-Qur’an dari segi istilah, para ahli memberikan definisi
sebagai berikut:

Menurut Manna’ al-Qathan, al-Qur’an adalah kalamullah yang


diturunkan kepada Muhammad SAW. Dan membacanya dalah ibadah.
pengertian demikian senada dengan yang diberikan al-Zarqani.
Menurutnya AL-Qur’an adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW., dari permulaan surat al-fatihah sampai akhir surah
annas.

Pengertian Al-Qur’an secara lebih lengkap dikemukakan oleh


Abdul Wahab Khallaf. Menurutnya Al-Qr’an adalah firman Allah
yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah,
melalui malaikat Jibril dengan menggunakan lafal bahasa Arabdan
mknanya yang benar, agar Al-Qur’an menjadi hujjah (dalil) bagi
Rasul, bahwa ia benar-benar Rasullah, mnjadi undang-undang bagi
manusia, memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana untuk
melakukan pendekatandiri dan iabadah kepada Allah dengan
membacanya, ia terhimpun dalam suatu mushaf, dimulai dari surah al-
fatihah dan diakhiri surah al-Nas, disampaikan secara mutawatir dari
generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari
perubahan dan pergantian. 34

Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan di


samping masalah keimanan juga pendidikan.

33
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,
1999), h. 8
34
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. II, h. 171-172.
19

Allah berfirman:

۳ ‫ ۡٱﻗ َﺮ ۡأ َو َرﺑﱡﻚَ ۡٱﻷَ ۡﻛ َﺮ ُم‬۲ ‫ﻖ‬ ِۡ ‫ﻖ‬


ٍ َ‫ٱﻹﻧ ٰ َﺴﻦَ ِﻣ ۡﻦ َﻋﻠ‬ َ َ‫ ﺧَ ﻠ‬۱ ‫ﻖ‬ َ َ‫ٱﺳ ِﻢ َرﺑﱢﻚَ ٱﻟﱠ ِﺬي ﺧَ ﻠ‬ ۡ‫ب‬ِ ‫ۡٱﻗ َﺮ ۡأ‬
٥ ۡ‫ﭑﻹﻧ ٰ َﺴﻦَ َﻣﺎ ﻟَﻢۡ ﯾَ ۡﻌﻠَﻢ‬ ِ ‫ٱﻟﱠ ِﺬي َﻋﻠﱠ َﻢ ۡٱﻟ‬
ِ ۡ ‫ َﻋﻠﱠ َﻤ‬٤ ‫بﻘَﻠَ ِﻢ‬
Artinya:
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)
Dari ayat di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa seolah-olah
Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan
Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk
emperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak luntur
hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. 35

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk


disampaikan kepada umat manusia memiliki sekian banyak fungsi,
baik bagi Nabi Muhammad sendiri maupun bagi kehidupan manusia
keseluruhan. Di antara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai:

1) Bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran ajarannya;


2) Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut
oleh manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan
keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya
hari pembalasan.
3) Pentunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang
harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif;

35
Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h.
19-20.
20

4) Petunjuk syariat dan hukum dengan jalan menerangkan


dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama
manusia. Dengan kata lain, Al-Qur’an adalah petunjuk
bagi seluruh manuia ke jalan yang harus ditempuh demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 36
b. As-Sunnah

As-Sunnah merupakan bagian integral dari risalah Islam dan


merupakan cara hidup ideal bagi setiap muslim. Melalui sunnah, kaum
muslimin mengetahui dan mempelajari penjabaran aspek spiritual dari
keyakinannya, semisal bagaimana melaksanakan ibadah shalat,
berpuasa dan menunika haji ke Mekkah. Sunnah juga merupakan
pedoman dalam urusan moral dan sosial. Assunnah adalah sumber
ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. 37

Ada tiga peranan hadits disamping peranan al-Qur’an sebagai


sumber agama dan ajaran Islam, Pertama menegaskan lebih lanjut
ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an. Kedua sebagai penjelasan
isi al-Qur’an. Ketiga menambahkan ataumengembangkan sesuatau
yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Qur’an. 38

Al-Qur’an dan al-Hadits tersebut sebagai pegangan dalam tindakan


sehari-hari bagi manusia. Di dalamnya terkadang ada penjelasan arti
baik dan buruk informasi apa yang semestinya harus diperbuat dan
bagaimana harus bertindak. Dengan aturan-aturan yang sudah jelas
itu, manusia dapat dengan mudah mengetahui, apkah suatu perbuatan
itu terpuji atau tercela, benar atau salah, boleh atau tidak, dan lain-
lainnya. Dengan demikian, dasar atau ssumber pokok norma dan nilai

36
Hasan Basri, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 43.
37
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. II, h. 189.
38
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h.112-130
21

dari pada akhlak Islam adalah Al-qur’an dan al-Hadits yang


merupakan umber utama dari agama Islam. 39

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan subjek belajar,


sehingga memberi arah, ke mana kegiatan belajar-mengajar itu harus
dibawa dan dilaksanakan. 40 Yang dimaksud tujuan pendidikan adalah
target yang ingin dicapai suatu proses pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikan dapat mempengaruhi performance manusia. 41

Sedangkan menurut Muhammad Al-Athiyah Al-Abrasy, tujuan


utmanya dari pendidikan Islam ialah:
membentuk akhlak dan budi pekerti yang menghasilkan orang-orang
yang bermoral, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang
tinggi, akhlak yang benar, menghormati hak asasi manusia, mengetahui hal
yang baik dan burukmelakukan perbuatan baik dan menghindari prilaku
buruk, serta mengingat tuhan dalam setiap pekerjaan yang dia lakukan. 42

Mahmud Yunus menjelaskan secara terperinci mengenai tujuan dari


pendidikan akhlak ialah membentuk putera, puteri yang berakhlak mulia,
berbudi luhur, bercita-cita tinggi, barkemauan keras, beradab sopan santun,
baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala
perbuatannya, suci mmurni hatinya. 43

Demikianlah secara ringkas dapat dikatakan tujuan akhlak adalah


untuk memberikan pedoman atau petunjuk bagi manusia dalam

39
Zahrudin,Hasanudin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),
h.91.
40
Sudirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), cet. 22, h.57.
41
Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsas, 2006), cet. III, h.
78.
42
Muhammad ‘Athijah al-Abrasjy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), h.
43
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: P.T Hidakarya
Agung, 1990), Cet. III, h. 22.
22

mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk dan setelah dapat
membedakannya maka kita harus memeilih yang baik dan meninggalkan
yang buruk. Mengerjakan yang baik secara terus menerus dan menjadikan
kebiasaan dan sifat, yang akhirnya menjadi kepribadian. Apabila akhlak
ditegakkan akan membentuk individu dan masyarakat yang suci, lalu
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dalam semua aspek
kehidupan. 44

Dari beberapa penjelasan mengenai tujuan dan manfaat akhlak dapat


dilihat dari tujuan pendidikan Islam yaitu mebentuk akhlak dan budi
pekerti yang baik sehingga menjadi manusia yang seutuhnya dan
mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat serta manusia yang berakhlak
mulia dapat memperkuat dan menyempurnakan agamnya sesuai dengan
hadits yang disebutkan di atas.

5. Metode Pendidikan Akhalak

Berbicara masalah metode pendidikan dan pembentukan akhlak sama


dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karea banyak sekali dijumpai
pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
pembentukan akhlak. Myhammad Athiyah al-Abrasy misalnya
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan
tujuan pendidikan akhlak. 45

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani


“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti jalan atau cara yang dilakukan untuk mencapapi tujuan. 46

44
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Perss dan Center for Quality Development and Assurance, 2009), h. 17.
45
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), h.133
46
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002)
23

Ada dua pendapat terkait pembentukan akhlak. Pendapat yang pertama


akhalak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) yang
dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak
adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenrdrungan kepada
kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa
kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran. Dengan
pandangan seperti ini , maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya,
walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). 47

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari


pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-
sungguh. Kelompok yang mendukung pendpat yang kedua ini umumnya
datang dari Ulama-ulama Islam yang cendrung pada akhlak. Ibnu
Miskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok
yang mengatakan bahwa akhalak adalah hasil usaha (Muktasabah). Imam
al-Ghazali misalnya mengatakan sebagai berikut:

Seandainya akhalak itu tidak dapat menerima peruahan, maka


batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula
fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu
sekalian”. 48

Penjelasan tentang etode-metode yang dipakai dalam pendidikan


akhlak, dapaat dilihat sebagai berikut:

a. Metode Pembiasaan

Seceara etimologi, pembiasaan asala katanya adalah “biasa”. dalam


Kamus Besar Bahasa Indonesia “biasa” adalah 1). Lazim atau umum;
2). Seperti sedia kala; 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks

47
Abudin Nata, loc. cit.,h.134
48
Ibid., h. 134
24

“an” menunjukan arti proses sehingga pembiasaan dapat diartikan


dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjad terbisa. 49

Kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan akhlak


dapat dikatakan bahwa pembiasan adalah sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntunn ajaran agama Islam. Dalam hal ini
para pendidik selaku manusia pendahulunya diharapkan memberikan
perintah, larangan, etika, akhlak untuk kemudian didengar oleh anak
kemudia ia simpan sebagai bekal pada tahap perkembangan
berikutnya. 50

b. Metode Bimbingan

Pengulangan yang didapatkan oleh peserta didik akan menjadi


lebih efektif jika disertai dengan bimbingan. Bimbingan berbeda
dengan pembiasaan. Perbedaannya lebih dititik tekankan pada pola dan
intensitas pemberian suatu materi. Pengulangan dapat diberikan
dimana saja, kapan saja selagi sang pendidik menghendakinya.
Adapun bimbingan membutuhkan suatu arahan yang lebih dalam yang
dilakukan secara intensif terhadap suatu pembiasaan dengan harapan
meningkatkan efektivitas materi pembiasaan pada pemahaman peserta
didik.

Proses bimbingan menuntut seseorang untuk lebih mengaktifkan


cara pandang peserta didik terhadap suatu hal. Kemampuan ini akan
dimulai ketika anak menginjak usia kurang lebih tujuh tahun
(mumayyiz). 51

c. Metode Keteladanan

49
Armai Arief, op. cit., h. 40.
50
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: UIN
Jakarta Pers, 2005), cet. 1, h. 89.
51
Ibid,. H. 90.
25

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh


seseorang dari orang lain. 52 Yang dimaksud metode keteladanan
adalah “suatu metode pendidikan dengan cara mmemberikan contoh
yang baik kpada peserta didik, baik didalam ucapan maupun
berbuatan.” 53

Bila dicermati historis pendidikan dizaman Rasulullah Saw. Dapat


dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau
kepada keberhasilan adalah keteladanan. Rasulullah ternyata banyak
memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya.

Bukan hanya sebatas itu, metode keteladananpun sangat penting


untuk digunakan pada zaman sekarang ini. Sebagai mana kita ketahui
bahwa anak-anak meniru tingkah laku guru dan teman-temannya,
dengan sengaja atau tidak, tentang apa yang diucapkan atau diperbuat,
menyenangi apa yang disenangi guru, turut merasakan apa yang
dirasakan guru. Benarlah apa yang diucapkan oleh Ibnu Sina:
“Terbukti dalam ilmu jiwa bahwa sudah menjadi tabiat anak-anak
bahwa ia suka meniru apa yang dilihatnya dalam masyarakat
sekitarnya, baik atau buruk, ia meniru segala sesuatu mengenai orang
yang dipergauli atau dihubunginya secara tidak sadar sedang orang-
orang itu tidak menyadari pula.” 54

d. Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara penyampaian


sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau
halayak ramai. Ini relevan dengan definisi yang dikemukakan oleh
Ramayulis, bahwa metode ceramah ialah “Penerapan dan penuturan
secara lisan guru terhadap murid-murid di dalam kelas.” Zuhairini dkk,

52
Armai Arief, op. cit., h. 117.
53
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), edisi IV, h. 1022.
54
Muhammad ‘Athijah al-Abrasjy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), h. 113.
26

mendefinisikan bahwa metode ceramah “Adalah suatu metode di


dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran
kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan
secara lisan. 55

e. Metode Kisah

Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikn


materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang
bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun
hanya rekaan saja. Dalam menngaplikasikan metode ini pada proses
belajar mengajar, metode kisah merupakan salah satu metode
pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu
menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan nhati yang mendalam. 56

6. Konsep Novel
a. Pengertian Novel

Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu media


pendidikan dalam ari luas. Media pendidikan dalam arti ini tidak
terbatas pada buku-buku teks (teks book) pelajaran dan kurikulum
yang diajarkan di sekolah, namun dapat berupa apa saja , termasuk
karya sastra, baik yang berbentuk puisi, cerpen, pantun, novel, dan
bantuk karya sastra lainnya.

Sebagai seni kreatif, sastra menggunakan manusia dan segala


macam kehidupannya sebagai obbjeknya. Oleh karena itu, sastra
merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, dan sistem berfikir.
Selain itu, sastra ampu melahirkan suatu kreasi yang inah dan berusaha
menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Erlu ditegaskan kembali

55
Armai Arief, lok. cit., h. 136.
56
Armai Arief, op. cit., h. 40.
27

bahwa objek sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama


menyangkut, sosial, budaya, kesenian, dan sistem berpikir. 57

Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal tiga jenis teks


sastra, yaitu teks naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog
(drama). 58 Salah satu dari bentuk ragam prosa adalah novel.

Novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang,


mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-
orang disekelilingnya deng2an menonjolkan watak dan setiap pelaku.
Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa
yang digunakan mirip bahasa sehari-hari. 59

Dalam Kamus BesarBahasa Indonesia, novel diartikan sebagai


“karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. 60

Menurut Alterbernd dan lewis, sebagaimana dikutip oleh Burhan


Nurgiyantoro, fiksi—sebagai sinonim dari novel---adalah: Prosa
naratif yang bersift imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan
antar manusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan
pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun hal itu
dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuanya yang
sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap
pengalaman kehidupan manusia. 61

57
Ni Nyiman Kartini, Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama, (Bali: Pustaka Larasan,
20011), Cet. I, h. 3
58
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI
Press, 2006), Cet. I, h. 14
59
Wahyudi Susanto. Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 141
60
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), Edisi IV, h. 425
61
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 2-3
28

Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam


interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan.
Novel merupakan hasil dioalog, kontemplasi, dan reaksi pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak
benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,
melalinkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap
hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab. 62

b. Unsur-unsur Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan


yang bersifat artistik. Sebagi sebuah totalitas, novel mempuyai unsur-
unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-
unsur pembangun sebuah novel dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang
sering diguakan para kritikus dalam mengkaji dan membicarakan
novel atau karya sastra pada umumnya.

Adapun penjelasannya sebagi berikut:

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung


membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya
sastra. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat novel
berwujud. 63

Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari: tema, alur, penokohan,


latar, dan sudut pandang.

a. Tema

62
Ibid., h. 18
63
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 23
29

Tema adalah dasar dasar cerita atau gagasan umum dari


sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah---yang tentunya
telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang---yang digunakan
untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat
dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan
unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan
yang padu. 64 Berbagai unsur fiksi seperti alur, penokohan,
sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan
bersinergi mendukung eksistensi tema.

Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara


eksplisit, tetapi enjiwai keseluruhan cerita. Adakalanya
memang dapat ditemukan sebuah kalimat, alinea, atau
percakapan yang mencerminkan tema secara keseluruhan.
Namun, walaupun demikian, tema harus ditemukan lewat
pembacaan mendalam dan pemahaman yang kritis dari
pembaca.

b. Alur

Alur merupakan aspek pertama utama yang harus


dipertimbangkan karena aspek inilah yang juga pertama-tama
menentukan menarik tidaknya cerita dan memiliki kekuatan
untuk mengajak orang untuk mengikuti cerita. Alur membuat
segala sesuatu yang dikisahkan bergerak dan terjadi. Alur
menghadirkan cerita dan cerita itulah yang dinikmati oleh
pembaca. 65

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa dalam


sebuah cerita. Atau lebih jelasnya, alur merupakan peristiwa-

64
Ibid., h. 70.
65
Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers, 2013), Cet. III, h. 68.
30

peristiwa yang disusun satu per satu dan saling berkaitan


menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. 66

Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa settiap


peristwa tidak berdiri sendiri. Peristiwa yang satu akan
mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang
lain itu akan menjadi sebab bagi peristiwa berikutnya dan
seterusnya sampai cerita tersebut berakhir.

c. Penokohan

Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya


fiksi. Dalam kajian karya fiksi, sering digunakan istilah-istilah
seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau
karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk
pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut
sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang sama, atau
paling tidak serupa. Namun dalam skripssi ini penunlis tidak
akan terlalu membahas perbedaan tersebut secara fokus, sebab
inti kajian skripsi ini bukan terletak pada masalah tersebut.

Istilah penokohan lebih luas cakupannya dari pada tokoh.


Sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh dalam cerita,
bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Masalah
penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita utuh. 67

d. Latar

66
Robert Staton, Teori Fiksi, Terj. Dari An Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan
Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet.I, h.26.
67
Burhan Nurgiyantoro., op.cit, h.166.
31

Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya


berhadapan pula denga sebuah dunia yang sudah dilengkapi
dengan tokoh penghuni serta permasalahannya. Namun, tentu
saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai
pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup,
tempat dan waktu sebagaimana kehidupan manusia di dunia
nyata.

Dalam sebuah cerita tentunya memerlukan kejelasan


kejadian mengenai di mana terjadi dan kapan waktu
kejadiannya untuk memudahkan pengimajinasian dan
pemahamannya. Hal itu berarti sebuah cerita memerlukan latar,
latar tempat kejadian, latar waktu, dan latar sosial budaya
masyarakat tempat kisah terjadi. 68

Robert Stanton mengemukakan bahwa latar adalah


lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang
sedang berlangsung. 69

Latar atau yang sering disebut juga sebagai landas tumpu,


menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa di mana
peristiwa-peristiwa itu diceritakan. 70

Burhan Nurgiyantoro membago latar yang terdapat dalam


karya fiksi kedalam tiga katagori, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial
68
Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers, 2013), Cet. III, h. 85..
69
Robert Staton, op.cit, h.35
70
Burhan Nurgiyantoro., op.cit, h. 216
32

tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-


tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijimpai dalam
dunia nyata. 71

Sedangkan latar waktu berkatan dengan masalah “kapan”


terjadinya peristiwa peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.

Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang


berhubungan dengan perilaku sosial massyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan
sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di
samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial
tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan
atas. 72

e. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, menyaran pada sebuah cerita


dikisahkan. Ia merupakan cra dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams,
1981:142). Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukaakan gagasan dan ceritanya.
Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi, memang,
mmemiliki pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya
terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi
71
Ibid., h.227.
72
Ibid., h.230.
33

disalurkan melalui sudut pandang tokoh, melalui kacamata


tokoh cerita. 73

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya


sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem
organisme karya sastra atau unsur-unsur yang mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tidak menjadi
bagian di dalmnhya. Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup
berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yag dihasilkan.
Pemahaman terhadap unsur ekstrinsik suatu karya dapat
membantu pemahaman terhadap makna karya. Hal itu terjadi
mengingat karya sastra tidak muncul dari situasi kekosonngan
budaya. 74

Unsur ekstrintrik menurut Wellek & Warren yang dikutip oleh


Nurgiantoro antara lain adalah keadan subjektivitas individu
pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup
yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.
Pendek kata, unsur biografi pengarang (yang mencakup proses
kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip
psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti
ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya
sastra, unsur ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu
bangsa, berbagai karya seni yanng lain, dan lain sebagainya. 75

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Bagian ini berisi hasil kajian (review) dari laporan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang diajukan

73
Ibid., h.248.
74
Ni Nyiman Kartini, Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama, (Bali: Pustaka Larasan,
20011), Cet. I, h. 14
75
Burhan Nurgiyantoro., op.cit, h. 24.
34

peneliti. Dengan adanya kajian hasil penelitian yang relevan ini penelitian
seseorang dapat diketahui keasliannya. Peneulis menemukan beberapa judul
yang hampir sama, maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti plagiasi, penulis perlu mempertegas mempertegas perbedaan diantara
masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Film Omar (Umar Bin


Khattab)” skripsi ini disusun oleh Ulfa Iwanda Herlina, mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014.
Persamaan penelitian Ulfa Iwanda Herlina dengan penelitian ini
terletak pada aspek nilai-nilai pendidikan akhlak. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek kajian yang dikaji. Penelitian Ulfa
Iwanda Herlina menggunakan objeek kajian pada Film Omar
sedangkan penelitian ini penulis menggunakan objek kajian Novel
Ayat-ayat Cinta 2.
2. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Pada Novel Dalam
Mihrab Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy”, skripsi ini disusun
oleh Ahmad Syauqi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tahun 2014.
Persamaan penelitian Ahmad Syauqi dengan penelitian ini terletak
pada aspek nilai-nilai akhlak dan pada pengarangnya. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek kajian yang dikaji. Penelitian
Ahamad Syauqi mengkaji tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang
Terkandung Pada Novel Dalam Mihrab Cinta karya, sedangkan pada
penelitian ini penulis mengkaji tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
yang Terkandung Pada Novel Dalam Ayat-ayat Cinta 2.
3. “Nilai Moral dalam Novel pesantren Impian karya Asma Nadia dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah.” Skripsi ini
ditulis oleh Widiyowati Triya Rani Astuti mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2015.
35

Persamaan penelitian Widiyowati Triya Rani Astuti ini terletak pada


metode penelitian dan kajiaan yang sama tentang novel. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek kajian yang dikaji. Penelitian
Widiyowati Triya Rani Astuti mengkaji tentang Nilai Moral dalam
Novel pesantren Impian karya Asma Nadia dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah, sedangkan pada penelitian
ini penulis mengkaji tentang Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang
Terkandung Pada Novel Dalam Ayat-ayat Cinta 2.
36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pendidikan Akhlak di Dalam Novel Ayat-Ayat


Cinta 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy” ini dilaksanakan sejak tanggal 7
Agustus 2017, dengan mengambil objek novel Ayat-ayat Cinta 2.

B. Metode Penulisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teraturyang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan
yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentuakan. Sedangkan penelitian
adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan
atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prisip-prinsip umum.76
Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara yang teratur dan
tersusun serta terpikir baik-baik untuk mengamati suatu hal yang menjadi
bahan perhatian.
Jenis penelitin ini adalah penelitian kepustakan (library research) dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis dan bukan
dalam bentuk angka. Dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran
tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. 77 Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipaan-kutipan data yang disajikan
dalam bentuk lampiran pemaparaan data yang diperoleh dari pemahaman
makna yang terdapaat pada setiap kata, klimat, paragraf, teks, dan juga unsur

76
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), edisi IV, h. 103.
77
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagi Alternatif Pendekatan,
(Jakarta:Kencana,2007), cet. 3, h.173.
37

pengembangan karya sastra seperti alur, tokoh, setting, tema dll. Dari
pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan penafsiran dan
pengkatagorian data yang terkandung dalam novel Ayat-ayat Cinta 2. Dan
selanjutnya data-data tersebut dianalisis berdasarkan pengkategoriannya.
Karakteristik penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif
memiliki beberapa ciri latar ilmiah, manusia sebagai alat instrument, metode
kualitatif, analisa data secara induktif, grounded theory dan deskriptif. 78
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua ciri, yaitu: manusia sebagai
alat atau instrumen, maksudnya peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama dan ciri kedua, deskriptif, yakni
data yang dikumpulkan berupa kata-kata. Berdasarkan kedua ciri tersebut
analisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Ayat-yat
Cinta 2 karya Habiburrahman El-Shirazy dilakukan pembacaan dan telaah
secara mendalam tentang makna dan kata-kata yang terdapat dalam dialog
narasi cerita. Peneliti terlibat secara penuh dan aktif dalam mengapresiasi isi
novel dan menemukan data-data utama yang menunjukan pada permasalahan
sesuai dengan rumusan masalah.

C. Fokus Penelitian
Dalam karya sastra khususnya novel, pada umumnya terdapat niali-niali
yang bisa diambil, seperti nilai sejarah, kebudayaan, ekonomi, politik,
pendidikan dan lain sebagainya. Pada penelitian ini penulis fokus pada nilai
pendidikan akhlak dalam sebuah novel. Adapun novel yang penulis teliti ialah
novel Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El-Shirazy.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan riset
Kepustakaan (library research) memanfaatkan sumber perpustakaan
untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka

78
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 2002),
h.4.
38

membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan


saja tanpa memerlukan riset lapangan. 79 Adappun buku-buku yang
terdapat di perpustakaan seperti : Akhlak Tasawuf, Pemikiran
Pendidikan Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Metodologi Pendidikan
Ilam, dan lain-lain.
2. Pedoman wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung
secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan 80.
Berupa pertanyaan-pertanyaan kepada Bapak Habiburrahman el-
Shirazy yang telah dibuat oleh penulis berkaitan dengan permasalahn
yang dibahas. Yaitu, pendidikan akhlak dalam novel Ayat-Ayat Cinta
2.

E. Teknik Analisis Data


1. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan
menangkap isi karya sastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah
pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analysis
ini didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya
sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya. 81
Menurut Weber, Content Analysis adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik sebuah kesimpulan yang
sahih dari pernyataan atau dokumen. Demikian juga dengan Holsi, yang
mengartikan Content Analisis sebagai teknik apapun yang digunakan untuk

79
Mestika Zed, Metologi Pnelitian Kepustakaaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008), cet. 1, h, 1-2.
80
Cholid Nurbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
cet. 7, h.83
81
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpres, 2008), h.
160.
39

menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan


dilakukan secara obyektif dan sistematis. 82

2. Metode Deskriptif
Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara
apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh. 83 Adapun teknik deskriptif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis
kualitatif akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi atau dokumen.
Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria
atau pola tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisis ini adalah menjelaskan
pokok-pokok penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.

F. Tehnik Penulisan

Tehnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.

82
Burhan Bungin, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 172.
83
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 2002),
h.163.
40

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Novel
1. Sinopsis Novel Ayat-ayat Cinta 2
Ayat-ayat Cinta 2 yang merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya
bercerita Fahri Abdullah saat ini hidup bersama asistennya Hulusi. Fahri
telah kehilangan Aisha tujuh bulan lalu, saat Aisha menjadi sukarelawan
di jalur Gaza. Sejak saat itu Fahri tidak lagi mendengar kabar tentang
Aisha.
Fahri terus menunggu kehadiran Aisha, ia mencoba mengatasi
kesedihannya dengan menyibukkan diri sebagai dosen di Universitas
Edinburgh, juga sebagai pengusaha sukses dikota tersebut. Kepergiaan
Aisha ke Jalur Gaza dan sampai saat ini belum ada kabar, membuatnya
selalu meneteskan air mata ketika teringat wajah istrinya tersebut.
Seringkali ia juga dihadapkan pada persoalan tetangga-tetangganya yang
beragam. Misalnya nenek Catarina orang Yahudi, yang sedang mengalami
permasalahan dengan anak tirinya. Ada juga Keira McGills seorang
pemain biola berbakat dan adiknya Jason yang keduanya sangat membenci
Fahri, karena dianggap sebagai teroris yang telah menyebabkan kematian
ayah mereka akibat bom di London.
Kehidupan Fahri semakin rumit ketika harus berurusan dengan Baruch
seorang Yahudi yang juga tentara Israel yang menyebabkan ia masuk
rumah sakit. Bukan hanya sampai situ, masalah lain muncul dengan
kehadiran sosok Hulya keponakan Aisha yang sekarang sudah tumbuh
menjadi gadis yang cantik. Hulya yang ceria dan dinamis, menunjukkan
ketertarikannya pada Fahri. Hulya bersedia menggantikan peran Aisha
dalam kehidupan Fahri. Fahri ragu untuk membuka hatinya bagi kehadiran
Hulya, itu sama saja dia mengakui bahwa Aisha sudah meninggal. Fahri
masih berharap, setiap malamnya, Aisha kembali muncul dalam hidupnya.
41

Semua mendukung Fahri melanjutkan hidupnya bersama Hulya,


termasuk Sabina, seorang perempuan terlantar berwajah cacat yang
ditampung Fahri untuk tinggal bersama mereka. Sabina yang sudah
dianggap saudara oleh Fahri, ternyata tidak saja membantu mengurusi
rumah Fahri, tapi juga mampu membuat Fahri melanjutkan hidupnya.

2. Unsur Intrinsik
a. Tema
Dalam novel Ayat-ayat Cinta 2 ini, Habiburrahman el-Shirazy atau
biasa dipanggil Kang Abik kembali mengusung tema yang bersifat
umum atau disebut sebagai tema tradisional. Tema ini pada umumnya
bersifat universal dan cenderung “hitam-putih” seperti: kebaikan pasti
menang melawan kejahatan, manusia harus menghadapi ujian yang
berat sebelum mencapai kesuksesan, penyesalan yang membawa pada
pertaubatan, dan sebagainya. 84
Tema kali ini adalah tentang bagaimana menegakkan nilai-nilai
kesucian dan keindahan Islam di tengah negara yang minoritas
muslim meski banyak halangan dan rintangan yang dihadapi,
Menyampaikan pesan-pesan cinta dari yang Maha Layak untuk di
cinta, Allah Swt. Walaupun tema yang diusung Kang abik bersifat
umum, namun Ia mampu membawa cerita ini sangat menarik dengan
liuk-liukan konflik, rentetan peristiwa yang kompleks dan muatan
nilai-nilai Islam yang sangat kental, sehingga tema yang meski
terkesan umum tersebut, memiliki bobot konten yang sangat bergizi.
“Jangan mengumpat begitu, paman! Kita belum tahu apa yang
menjadi sebab Keira sampai sedemikian membenci kita. Apakah kita
punya salah kepadanya? Apakah karena informasi tidak benar yang ia
terima tentang Islam dan umat Islam? Kebencian itu tidak perlu kita
sikapi dengan kebencian yang sama. Kita harus tunjukkan dengan
bukti yang nyata bahwa kita jauh dari yang dia sangka” 85

84
Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers, 2013), Cet. III, h. 70.
85
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-Ayat Cinta 2.., h. 504-505
42

“Dalam catatan sejarah, orang yang masuk Islam karena


kelembutan budi itu jauh lebih banyak dibandingkan karena
peperangan. Terbukanya kota Makkah dan berbondong-bondongnya
penduduk masuknya masuk Islam itu karena halus budinya Rasulullah
saw. Tidak ada adu pedang dalam penaklukan kota Mekkah yang
sangat bersejarah tersebut. Itu adalah penaklukan dengan kebesaran
jiwa dan akhlak Rasulullah Saw.” 86

b. Amanat
Novel ini serat sekali dengan amanat dan nasehat yang terkandung
di dalamnya, banyak petuah-petuah dan nukilan kata-kata ulama yang
bisa membangun jiwa para pembacanya.
“JANGAN MENIPU ALLAH !”. “Kau mengerjakan amal yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya namun kau menginginkan
selain Allah. Takutlah dari riya’ ! Sesungguhnya riya’ adalah syirik
kecil. Dan sesungguhnya orang yang riya’ akan dipanggil di hari
kiamat di hadapan para makhluk dengan empat nama : “Hai orang
yang riya’! Hai orang yang mengkhianati janji! Hai orang yang larut
dalam kemaksiatan! Hai orang yang merugi! Telah rusak amalmu dan
hilang pahalamu. Tidak ada pahala kamu di sisi Kami. Pergilah lalu
ambillah upahmu dari orang yang kau beramal karena dia, hai
penipu!” 87

c. Alur (Plot)
Plot yang digunakan Kang Abik adalah plot progresif dengan jalan
cerita yang terus bergerak maju di dalamnya juga terdapat kaidah-
kaidah pemplotan seperti : plausability (dapat dipercaya), suspense
(ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu),surprise (yang
mengejutkan pembaca)dan unity (keterpaduan) 88, seperti sebagai
berikut :
1) Plausability
Beberapa rangkaian peristiwa di dalam novel ini, memang terkesan
cukup dramatis. Contohnya saat Sabina menolong menyelamatkan

86
Ibid,.h. 133
87
Ibid,.h.141
88
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 130
43

Fahri yang hampir dibunuh Baruch sehingga Sabina menderita luka


tusukan benda tajam.
Baruch berteriak marah. Ia balik kanan dan berdiri. Di
pinggungnya ebuah pisau lipat menancap. Darah segar menglir dari
daging yang tertancap pisau dan dari dua tempat lainnya. Tangan
kanan baruch meraih pisau itu dan mencabutnya. Pisau itu kini ada
dalam genggamannya. Perempuan bercadar itu bergerak mundur.
Baruch menyeringai hendak menghabisi perempuan yang telah
menusu punggungnya tiga kali itu. Fahri melihat bahaya besar berada
di depan perempuan bercadar itu. Ia ingin menahan baruch, tapi ia
sudah tidak berdaya. 89

2) Suspense
Kang Abik sangat piawai membuat siapa pun yang membaca
karyanya itu penasaran, walaupun dalam novel kali ini tokoh Sabina
seperti dibuka perlahan identitasnya dari awal, tetapi itu tidak
mengurangi unsur suspense di dalam novel tersebut.
Fahri memeriksa isi kamar itu dengan seksama. Barang-barang
yang ada di meja. Laci laci. Tulisan-tilisan di kertas. Tetapi ia belum
menemukan petunjuk yang ia cari. Ia membuka tempat pakaian
Sabina, ia teliti pelan-pelan. Tetapi tidak juga ia menemukan isyarat
yang meyakinkan. 90

3) Surprise
Dengan adanya suspense, maka efek yang terjadi adalah surprise.
Pembaca diajak kaget ketika membaca akhir cerita ini. Tak disangka
akhir yang terjadi adalah demikian. Seperti di penghujung cerita sosok
Sabina yang bermuka buruk dan tinggal satu atap dengannya ternyata
Aisyah, istri Fahri yang selama ini ia cari.
Terakhir ia melihat laci di dalam lemari pakaian. Terpaksa ia
membuka laci itu. Di dalamnya ada tas tangan berbentuk dompet. Ia
tahu itu harganya sangat mahal, sebab yang membelikan tas itu
adalaah Hulya sebagai hadiah Idul Fitri untuk sabina. Fahri mengambil
tas itu dan mebuka isinya. Ada cincin emas putih bertakhtakan intan

89
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 504-505
90
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h.670
44

biru muda. Fahri terkesiap, itu mirip sekali dengan cincin milik
Aisyah, istrinya. Cincin itu sangat mahal harganya. Dari mana sabina
dapat cicin itu? Di situ juga ada selembar foto. Ia memungut foto itu.
Ia mmerasakan seperti ada aliran listrik mengengat tubuhnya dengan
halus melihat foto itu. Itu adalah foto Aisha bersama dirinya berlatar
keindahan panorama Candi Borobudur. Di balik foto itu ada tulisan,
“Diriku bersama suami tercinta, dulu ketika mukaku belum hilang.
Lahir batin aku mencintainya karena Alllah.”

4) Unity
Cerita ini memuat rangkaian peristiwa yang padat dan
proporsional. Jadi, meskipun banyak diwarnai penuturan dakwah khas
Kang Abik, novel tebal ini tetap menyajikan keterpaduan rangkaian
cerita secara utuh dan rapi. Selain itu, pilihan kata dan penuturan Kang
Abik yang relatif mudah dipahami, membuat isi novel ini mudah
dicerna oleh pembaca.

d. Penokohan
Seperti pada novel sebelumya, Kang Abik sangat piawai membuat
tokoh-tokoh di dalam ceritanya itu hidup dan ada dalam kehidupan
pembaca.
1) Fahri Abdullah
Fahri digambarkan sebagai pria tampan, sholeh, baik hati, cerdas,
pembisnis kaya raya, bahkan cukup pintar memainkan biola. Karakter
fahri yang digambarkan dalam novel ini sangat sempurna atau ada
sebagian orang yang menyebutnya karakter “malaikat”.

“Aada apa, Hoca?” ujar Paman Hulusi sambil mengucek nkedua


matanya.
“Ambil selimut yang tidak dipakai, dan bantu saya menolong
tetangga kita yang terkapar di depan. Cepat, Paman. Hujan mau turun
lagi.” 91
“Aku yang tanggung beasiswa kamu. Aku tanggung SPP dan biaya
hidup kamu sampai kamu menyelesaikan Ph.D-mu” 92

91
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 29.
92
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 76.
45

2) Aisha/Sabina
Seorang wanita sabar, tangguh, tulus, setia dan shalehah yang
sangat taat kepada perintah Allah dan Rasulnya, bahkan Ia rela mati
demi membela harkat dan martabat Rasulnya.
“..., maka Sabina adalah ketulusan , kepolosan, kebaikan, dan
kesetiaan. Dia tempat yang nyaman untik berbagi. Dia pendengar yang
baik, sekaligus pemberi nasihat yang baik. Orang yang kesepian
seperti Nenek Catarina pasti sangat beruntung punya teman sesabar
sabina.”

“... Keteguhan imannya akan adanya Tuhan yang menyertainya


setiap saat, luar biasa kuatnya. Ia pernah bilang kepada saya bahwa
tinggal di rumah yang sangat mewah, tinggal di hotel berbintang,
tinggal di rumah reot, tinggal di emperan toko tanpa rumah, bahkan
tinggal di dalam penjara, itu semua sama jika di dalam dada ada
Tuhan. Yang memiliki Tuhan dan disertai Tuhan ia akan terus erasa
bahagia,” kata Nyonya Janet, ibunda Keira. 93

“... Dengar, aku siap mempertahankan nyawaku demi membela


kehormatan nabiku dan keluarganya!” 94

3) Hulya
Seorang wanita cantik, cerdas, sholehah, serta memiliki
kemampuan menggesek biola kelas dunia, di sisi lain digambarkan
sebagai gadis yang cukup agresif saat mendekati Fahri.
“Adikku Hulya, insya Allah salehah. Dia tidak hafal Al-Qur’an tapi
bagus bacaan Al-Qur’annya. Dia baru lulus B.A. dari METU. Saya
tidak mau membandingkannya dengan Aisha, tapi Hulya menurutku
tidak kalah ddengan Aisha. Apalagi..” 95

“Kenapa sunnah Nabi terhalang oleh sebuah kerinduan tak jelas


yang berlebihan? Bukankah berlebih-lebihan itu tidak baik dalam
ajaran agama kita? Maafkan jika pesan ini mengganggu. Hulya.” 96

4) Paman Hulusi

93
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 407.
94
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 502.
95
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 62.
96
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 469.
46

Mantan seorang preman yang diselamatkan oleh Fahri dan


memutuskan mengabdikan dirinya menjadi asisten Fahri. Paman
Hulusi mempunyai karakter Protektif, sangat peduli kepada fahri, dan
kadang jiwa tempramennya keluar jika ada orang yang tidak Ia
senangi.
“Kalau nanti Hoca benar-benar kpulang ke Indonesia, negri Hoca
berasal, saya mau ikut Hoca. Kalau Hoca membuat masjid biar saya
tang menjaga dan menjadi tukang bersih-bersihnya. Atau Hoca
membuat sekolah di kota Hoca, biar saya tetap menjadi sopir Hoca
atau menjadi tukang bersih-bersih sekolah Hoca.” 97

“Oh My God, itu Jason!” kata Paman Hulusi agak keras. “Anak itu
memang perlu diberi pelajaran, Hoca!” 98
“Dasar perempuan tidak tahu diri! Tidak tahu etika! Perempuan
jalanan murahan! Sudah ditolong diberi tempat malah kurang ajar!”
teriak Paman Hulusi dengan muka merah pada sambil memegang
biola. 99

5) Misbah
Sahabat Fahri satu rumah di Hadayek Helwan, Kiro, dulu. Misbah
orang yang sangat rileks dan santai. Sering mendapat intimidasi dari
Hulusi tapi Ia meanggapinya dengan santai.
“Kau dosen di mana, Bah?”
“DI IAIN Raden Intan Lampung, ngajar Ekonomi Islam.”
“Kau nikah dengan orang mana?”
“Pujakesuma, mas.”
“Apa itu?”
“Putri Jawa Kelahiran Sumatra. Saya menikahi mahasiswi saya
sendiri. Berawal dari membimbing skripsi dia. Saya kok, merasa dag-
dig-dug setiap kali dia datang konsultasi bimbingan. Saat itu, saya
dosen baru, belum menikah. Saya merasa ada tanda-tanda jatuh cinta.
Dari pada gawat, saya datangi rumahnya, saya lamar. Saya nikahi tepat
satu hari setelah dia sidang munaqasah.”
“Pasti dia kamu kasih nilai banyak.”
“Ya, iya, pasti. Mahasiswi kesayangan. IP dia saat lulusan 3,91.
Terbaik di angkatannya.”
“Pinter kamu, Bah.”
97
IbHabiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. id,. h.33.
98
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 68.
99
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 318
47

“Kalau itu sejak dulu, mas.” 100

6) Keira
Wanita cantik yang juga tentangganya fahri ini mempunyai
karakter mandiri, mempunyai ciita-cita yang besar dan memiliki
prinsip. Keira sangat keras dan anti terhadap Islam, hal itu berdapak
kepada orang Islam termasuk Fahri. Hal ini karena latar belakangnya
yang mengalami kepedihan disaat ayahnya harus meninggal karena
terjadi bom di London. Wanita yang sangat membenci Fahri ini
berubah menjadi baik saat ia mengetahui bahwa Fahri yang membiayai
sekolah biola-nya sampai ia mendapat juara dunia.
Fahri melirik tas dibawa gadis itu. Banderol harga masi menempel
di sana.
“biola baru ya?” tanya Fahri mencoba menghangatkan suasana.
“maaf bukan urusan anda.”
Fahri kaget mendengar jawaban Keira yang ketus itu. Paman
Hulusi pun sedikit kaget.
“Maaf, kalau pertanyaan itu membuat Anda tidk berkenan.”
“sudahlah.”
Fahr merasakan cara berinteraksi Keira begitu dingin. Tidak seperti
Miss Rachel yang ia kenal, Prof. Charlotte, Doktor Kim, dan lainnya
yang terasa hangat. Maka fahri kemudian diam saja dan menjaga diri
dari terlalu anyak tannya, apalagi sok akrab. Demikian juga Paman
Hulusi. Keira pun diam memandang ke kiri. Mobil itu menuju ke
timur, ke arah Musselburgh. Sepanjang perjalanan hanya keheningan
yang dipecah oleh suara halus mesin mobil yang mengiringi. 101

7) Jason
Seorang anak remaja asal skotlandia, remaja yang juga adiknya
Keira ini sangat suka main bola dan mempunyai cita-cita menjadi
pemain bola ternama. Di awal cerita ia mempunyai karakter yang
nakal, keras dan sangat anti terhadap Islam, namun di pertengahan
cerita sifatnya sangat lembut dan menjadi baik bahkan ia berniat
masuk Islam karena mencontoh akhalak Fahri.

100
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 75.
101
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 504-505.
48

Ketika Fahri keluar dari mobil, Jason --- adik lelaki Keira---keluar
dari pintu rumahnya dengan mencangklong tas. Tampaknya ia mau
berangkat sekolah. Jason melihat Fahri. Pandangan keduanya
bertumbukan. Jason memasang muka tidak suka, bibirnya memberikan
isyarat berbicara pada fahri tanpa suara: Fuck You! 102

8) Nenek Catarina
Seorang yahudi taat yang juga menjadi tetangganya Fahri ini hidup
dan mengurus kehidupannya sendiri. Berbeda dengan Jason dan Keira
yang memusuhi Fahri, Nenek Catarina ini sangat baik kepada Fahri
walaupun berbeda keyakinan.
“Nenek sudah tua. Kenapa tidak ibadah sabat di rumah saja?”
“Ibadah sabat di Sinagog itu satu-satunya hiburanku di hari
tua. Aku hatus ke sana.” Nenek Catarina berusaha melangkah tapi
langsung mengaduh, “Aow!”
“Saya khawatir ada masalah di kaki Nenek. Mari saya antar ke
rumah!” bujuk Fahri.
“Tidak. Aku harus tetap ke Sinagog. Tuhan begitu bak padaku.
Aku harus memuji-Nya. Tapi aku tidak bisa jalan ke halte bus.
Bisakah aku minta tolong dipanggilkan taksi?” 103

9) Baruch
Seorang yahudi dan mantan militer Israel yang mempuyai karakter
keras, tempramen, tidak mau mengalah dan mengakui keesalahan.
Anak tiri dari nenek Catarina ini mengusir sang nenek dari rumahnya
dengan alasan rumah tersebut adalah warisan dari almarhum ayahnya.
“Itulah gawatnya, kau ingat pembantaian di Masjid Herbon tanggal
25 Februari 1994 yang dilakukan oleh Baruch Goldstein?” 104

“Aku diusir oleh Baruch dari rumah ini. Aku diminta segera
meninggalkan rumah ini. Rumah ini mau dia jual. Jika aku tidak
meninggalkan rumah ini, aku akan diusir paksa.”
“Siapa Baruch itu?”
“Anak tiriku.” 105

e. Latar (setting)

102
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 33.
103
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 101-102
104
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h.108
105
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 192
49

Dalam novel ini kang abik menggunkan latar tipikal, yaitu latar
yang menjelaskan secara konkret akan unsur-unsur dari suatu latar,
baik unsur tempat, waktu maupun unsur sosialnya. Deskripsi latar
tempat dalam novel ini tersaji detail dan dilukiskan dengan diksi yang
indah.
1) Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang


diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu, inisial tertentu, mungkinlokasi tertentu tanpa mana
jelas. 106

Stoneyhill

KAWASAN STONEYHILL yang berbukit-bukit itu berada


dibagian Kota Musselburgh. Terletak disebelah barat Sungai Esk
yang terkenal. Adapun Musselburgh adalah kota kuno yang
didirikan di hilir Sungai Esk itu oleh bangsa Romawi, tatkala
menginjakkan kaki di tanah Skotlandia pada tahun 80-an Masehi.
Kote kecil yang mendapat juluakan “The Honest Town” atau “Kota
Jujur” ini menghampar tepat disebelah timur Edinburgh, Jaraknya
tak lebih dari enam mil atau sepuluh kilo meter. 107

Kota tua Edinburgh

Smilir angin seolah membawa suara bagpipes menggema ke


seanterro kota Edinburgh yang terdiri atas tujuh bukit. Bangunan-
bangunan kunonya yang berasitektur Georgia, tetap terjaga rapi
dan megah. Kota itu akan menyedot siapa saja yang memasukinya
kedalam pusaran abad Madieval. Panoramanya seumpama
postcard hidup. Edinburgh Castle, Place of Holyroodhouse, The
Scott Monument, Gladstone’s Land, The Balmoral Hotel, Writers’
Museum, Mary King’s Close, McEwan Hall, dan University of
Edinburgh adalah sebagian bagungan dari tangan-tangan manusia
terampil yang membuat indah kota tua itu. 108

106
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 227.
107
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 1.
108
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 2.
50

Edinburgh Central Mosque

Edinburgh Central Mosque atau orang-orang arab


menyebutnya Masjid Edinburgh Al-Markazi adalah masjid utama
umat Islam di kota Edinburgh. Masjid itu terletak di jantung kota
Edinburgh. Tepat di sisi timur kampus utama The University of
Edinburgh. Dari Princes Gardens atau dari Royal Mile, dua jalan
paling legendaris di kota Edinburgh, masjid itu bisa dijangkau
beberapa menit dengan jalan kaki.

2) Latar waktu
Latar waktu behubungan dengan “kapan’ terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah
“kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual,
waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa
sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah
itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk kedalam
suasana cerita. 109
“Dulu, beberapa tahun sebelum Perang Dunia I, perdana
mentri inggris saat itu William Ewart Gladstone pernah terang-
terangan berkta kepada media inggris, ‘Selama kaum Muslim
memiliki Al-Qur’an, kita tidak akan bisa menundukan mereka.
Kita harus mengambilnya hdari mereka, menjauhkan mereka dari
Al-Qur’an, atau membuat ereka kehilangan rasa cinta pada kitab
suci mereka ini.” 110
Pagi itu tampak sedikit lebih cerah, langit lebih cerah
meskipun tetap ditutupi semburat awan abu-abu. Pendar sinar
matahari terhalang kabut tipis mulai mengintip di ufuk timur ketika
mobil Fahri memasuki kompleks Stoneyhill Grove. Paman Hulusi
langsung membawa mobil memasuki garasi. 111

3) Latar sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan
dengan prilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritkan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat

109
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 230.
110
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 94.
111
Ibid,. h.33.
51

mencakup berbagai masalah dalam lingkup kompleks. Ia dapat


berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritualseperti dikemukakan sebelumnya. Di
samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status tokoh
yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. 112
Suara khas bagpipes menggema dari plaza Saint Giles
Cathedral yang berdiri anggun menawan. Seorang lelaki tua
berkumis pirang berpakaian tradisional Skotlandia tampak begitu
khusuk meniup alat musik bangsa Scouts yang legendaris itu.
Pakaian yang ia kenakan begitu khas, memakai bawahan seperti
rok yang disebut kilt berornamen tartan kotak-kotak merah hitam.
Atasan jas hitam khas Skotlandia. Juga dengan topi yang khas.
Terkadang ia tempak begitu bersemangat, seperti sedang
menggerakkan ribuan tentara di medan perang dengan terompet
bagpipes itu.
f. Sudut pandang
Jika di novel AAC 1 Kang Abik menggunakan sudut pandang
orang pertama “Aku”, di AAC 2 ini kang Abik tidak menggunakan
tokoh “Aku” sebagai sudut pandangnya, melainkan sudut pandang
orang ketiga. Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
persona ke tiga, gaya “dia”, narator adalah seorang yang berada di luar
cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama,
atau kata gantinya; ia, dia, merek. Nama-nama tokoh cerita,
khususnyja yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagaai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini kan memppermudah
pembaca untuk menggali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang
bertindak. 113

3. Unsur Ekstrinsik
a. Biografi Pengarang

112
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), h. 234.
113
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2012), cet. IX, h. 256.
52

Penulis novel Bumi Cinta ini bernama lengkah Habiburrahman el-


Shirazy lahir di semarang pada hari kamis 30 september 1976. Dalam
pergaulan sehari-hari, dia biasa dipanggil dengan sapaan Kang
Abiq. 114 Dalam catatan biografi El-shirazy ini, penulis juga akan lebih
memfokus pengembaraan biografi dia kepada bidang prestasi sastra.
Hal ini penting karena ia mempelajari sastra secara otodidak atau
informal.
1) Masa Sekolah
Sastrawan yang biasa di sapa dengan paggilan “Kang Abik” ini,
memulai pendidikan menengahnya di MTS Fatuhiyyah 1 Mranggen
sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mragen,
Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. 115 Pada tahun
1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah
Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada semasa SLTA
dia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan produktif, terutama
dalam bidang bahasa dan sastra. Semasa sekolah di SLTA, dia pernah
menulis naskah puisi berjudul ‘Dzikir Dajjal’ yang sekaligus
menyutradarai pementasannya bersama Teater Membangun di gedung
seni wayang orang Sriwedari Surakarta, pada tahun 1994. El-shirazy
pun pernah meraih juara II dalam lomba menulis artikel ke-MAN 1
Surakarta pada tahun yang sama. 116
Selain itu, dia pernah meraih juara I dalam lomba baca puisi
religious tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh panitia Book
Fair 1994 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang.
Berikutnya Kang Abik pun meraih juara pertama baca puisi dalam
bahasa Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA Universitas
Gajah Mada Jogjakarta. Selain itu ia aktif dalam perlombaab bahasa

114
Habiburrahman el-Shirazy, Pudarnya Pesona Cleopatra, (Semarang: Basmala Press,
2004), h.215.
115
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 694.
116
Habiburrahman el-Shirazy, Ayat-ayat Cinta, (Jakarta: Republik Press, 2004), h.204.
53

dan sastra, dia pun aktif dalam bidang penyiaran. Selama tahun 1994
hingga 1995 dia bekerja di radio JPI Surakarta.
Dalam bidang ilmiyah, prestasi Kang Abik pun cukup
membanggakan. Dia pernah menjadi pemenang terbaik kelima dalam
lomba karya ilmiyah remaja tingkat SLTA si-Jawa Tengah yang
diadakan oleh kanwil P dan K Jawa tengah, dengan judul tulisan:
Analisa Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. 117

2) Masa Kuliah
Setelah lulus di Madrasah Aliyah Program Kusus (MAPK)
Surakarta, dia melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan
belajar di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadits, Universitas Al-Azhar,
Kairo. Ketika menempuh studi di Kairo tersebut, dia tetap aktif dalam
berbagai kegiatan keremajaan dann dakwah. Di tahun pertama kuliah,
ia segera aktif dan memimpin kelompok kajian Majelis Intensif studi
Yurisprodensi dan kajian pengetahuan Islam, Misykati, dari tahun
1996 hingga 1997.
Pada Juli 1996, El-shirazy terpilih menjadi duta Indonesia untuk
mengikuti “Perkemahan Pramuka Islam Internasional” yang diadakan
oleh The World Assembly of Moslem Youth (WAMY), selama sepuluh
hari di kota Ismailia. Dalam perkemahan tersebut, dia berkesempatan
memberikan orasi dengan judul: ‘Tahqiqul Amni was Salam fil ‘Alam
bi Islam’ (Realisasi Keimanan dan Perdamaian di Dunia Islam). Orasi
itu terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang
disampaikan peserta perkemahan berskala dunia Islam tersebut.
Pada tahun berikutnya, El-shirazy aktif di Majelis Sinergi Kalam
(Masika) ICMI Orsat Kairo selama dua thun. Tulisannya berjudul
“Membaca Insaniyah Al-Islam” terkodifikasi dalam buku wacana
Islam Universal, yang di terbitkan oleh kelompok kajian Misykati pada

117
Habiburrahman el-Shirazy, Di Atas Sajadah Cinta, (Semarang: Basmalah Press,
2004), h. 195-197.
54

tahun 1998. El-shirazy pun dipercaya menjadi kordinator sastra Islam


ICMI Orsat Kairo selama dua periode, yaitu 1998 hingga 2000 dan
tahun 2001 hingga tahun 2002. Sastrawan muda penuh bakat ini juga
pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asatidz pesantren virtual
Nahdatul Ulama yang berpusat di Kairo. Dia pun kemudian
memprakasai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) wilayah Meshir
dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo. 118

3) Masa Pengabdian di Tanah Air


Setelah meraih dua gelar sarjana di egri Piramida, dia kemudian
pulang ke tanah air. Begitu sampai di tanah air, dia diminta oleh pusat
Pengembangan utu Pendidikan (PPMP) Jakarta untuk ikut mentashih
kamus populer Arab-Indonesia yang diterbitkan oleh Diva Pustaka
Jakarta pada tahun 2003. Dia juga ikut menjadi contributor
penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan
Pemikirannya, yang terdiri dari tiga jilid dan diterbitkan oleh Diva
Pustaka Jakarta pada bulan Oktober 2003.
Di tanah air El-shirazy juga meneruskan aktifitas menulis fiksi.
Habiburrahman El-Shirazy dikenal sebagai pengarang yang produktif.
Telah banyak karya yang dihasilkannya, dan hampir seluruh karya-
karyanya, terutama dalam bentuk novel, laris terjual dipasaran.
Selain menulis dan menterjemah, karena desakan kultur sosial, kini
El-Shirazy mendedikasikan dirinya di dunia pendidikan. Dia diminta
para remaja kampunganya untuk membuka pengajian kitab kuning.
Kitab Bidayatul Hidayah karya Hujjatul Islam al-Ghazali dipilih untuk
pengajian tersebut. kemudian dia juga diamanahi sebagai pengurus
pusat Forum Lingkar Pena, pada Devisi Kaderisasi.

B. Temuan dan Paparan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat


dalam novel Ayat-ayat Cinta 2

118
Habiburrahman el-Shirazy, Ayat-ayat Cinta, (Jakarta: Republik Press, 2004), h. 416.
55

No Nilai Pendidikan Akhlak Halaman

1 Beribadah Kepada Allah Swt 12,31, 79-80, 81

2 Mentauhidkan Allah Swt 571, 487

3 Berdzikir 3, 20, 32. 42

4 Berdoa 3, 64, 141, 164

5 Bersyukur 147, 155, 156

6 Tawakkal 393, 505

7 Takut kepada Allah Swt 140, 278

8 Memuliakan Al-Qur’an 96

9 Dapat dipercaya 204-205

10 Sabar 36, 77, 261

11 Tawadhu 32, 527

12 Kerja keras dan disiplin 25, 150

13 Berjiwa ikhlas 220, 226, 247

14 Hidup sederhana 333, 629

15 Berbuat baik kepada orang tua dan 130


kerabat

16 Bergaul dengan baik 519, 266

17 Saling tolong menolong dan 26, 48, 85-86, 94, 102, 135,
membantu yang lemah 137

18 Menjenguk orang sakit dan bela 131, 472


sungkawa
56

19 Menjamu tamu 112-113, 332,

20 Saling menasehati 133, 140, 158

21 Memaafkan kesalahan orang lain 154, 179

No Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

1 Akhlak terhadap Allah Swt

2 Akhlak terhadap sesama manusia

3 Akhlak terhadap lingkungan

1. Pendidikan akhlak terhadap Allah


Manusia sebagai hamba Allah sepantasnyalah mempunyai akhlak
yang baik kepada Allah. Hanya Allah-lah yang patut disembah. Sebagai
makhluk ciptaan Allah, manusia diberikan oleh Allah kesempurnaan
dalam penciptaan-Nya dan mempunyai kelebihan daripada makhluk
ciptaan-Nya yang lain. Diberikan akal untuk berpikir, perasaan, dan nafsu.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai khalik. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan
cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang
menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah
mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. 119 Di dalam
novel Ayat-Ayat Cinta 2 terdapat cara-cara seorang hamba untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah Swt, diantaranya sebagai berikut:
a. Beribadah kepada Allah

119
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
H. 200.
57

Beribadah kepada Allah adalah salah satu bentuk perbuatan yang


seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan. Allah Swt
berfirman:

ِ ِ‫ﻻ إِ ٰﻟَﮫَ إِ ﱠﻻ ھُ َﻮ فَۡٱد ُﻋﻮهُ ُﻣ ۡﺨﻠ‬


٦٥ َ‫ﺼﯿﻦَ ﻟَﮫُ ٱﻟﺪﱢﯾ ۗﻨَ ۡﭑﻟ َﺤﻤۡ ُﺪ ِ ﱠہﻠﻟِ َربﱢ ۡٱﻟ ٰ َﻌﻠَ ِﻤﯿﻦ‬ ٓ َ ‫ه ُ◌ َو ۡٱﻟ َﺤ ﱡﻲ‬
Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia; maka sembahlah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (QS. Al-Ghafir (40): 65) 120

Adapun teks yang mengandung nilai pendidikan akhlak kepada Allah


dengan cara beribadah dalam novel AAC2 adalah sebagai berikut:

“Paman ada wudhu?”


Paman Hulusi mengangguk.
“sudah masuk waktu Ashar. Sebelum pulang, kita shalat berjamaah
dulu di sisni.”
Fahri mengambil dua sajadah yang ia letakkan dalam laci paling
bawah meja kerjanya. Mereka berdua lalu tenggelam dalam kekhusukan
munajat kepada Allah saat hujan mengguyur Edinburgh, dan lonceng dari
St. Giles Cathedral berdentang-dentang. 121

Dari fakta teks diatas dapat dipahami, bahwa ajakan untuk shalat yang
disampaikan oleh Fahri kepada Paman Hulusi, mengandung nilai
pendidikan akhlak yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme, yaitu
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. 122Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan
pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif
yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Adapun metode pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan fakta teks diatas adalah metode pembiasaan.

Dalam pendidikan akhlak, metode pembiasaan sangatlah penting, di


mana metode tersebut dapat memebentuk pribadi seorang anak, terlebih

120
Ibid,.h. 201.
121
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 12
122
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,
2012), cet. III, h. 6.
58

jika metode pembiasaan ini diterapkan sejak dini melalui keluarga sebagai
pondasi. Dilanjutkan dengan lingkungan sekolah dan masyarakat, maka
anak tersebut mempunyai pondasi atau benteng yang kokoh dalam
menjanga ketaatan kepada Allah dalam hal beribadah kepada-Nya.

Penerapan akhlak dengan proses pembiasaan juga sejalan dengan


pendapat Ibnu Miskawaih yang mengatakan, akhlak dapat dibentuk
melalui pendidikan, dengan cara pengulangan dan menjadi kebiasaan,
sehingga melekat pada diri seseorang.

Kesadarannya seperti telah terprogram, setengah jam menjelang


Shubuh ia bangun, langsung wudhu, shalat dua rakaat, ia lalu turun ke
bawah. Paman Hulusi ternyata juga telah bangun. Ia sedang di kamar
mandi, berwudhu. Sejurus kemudian keduanya sudah keluar rumh menuju
mobil, untuk shalat shubuh berjamaah di Edinburgh Central Mosque yang
berdiri di samping kamous utama The University of Edinburgh. 123

Penggalan teks di atas menunjukan bahwa begitu mudahnya Fahri dan


Paman Hulusi bangun dari tidur lelapnya untuk shalat sunnah dan shalat
subuh berjamaah di Masjid. Agar bisa seperti itu tentunya bukan suatu
kebetulan, tetapi memerlukan waktu berkesinambungan untuk melawan
nafsu yang mengatakan untuk tidur. Akhirnya muncullah suatu kebiasaan
di dalam hidupnya untuk bangun sebelum subuh dan shalat subuh
berjamaah di Masjid. Fakta teks diatas menunjukan bahwa, pendidikan
akhlak mulia bisa dengan menggunkan metode pembiasaan. Dengan
metode ini diharapkan anak didik terbiasa dengan hal-hal baik yang
diajarkan oleh pendidik dan menjadi akhlak untuk dirinya dalam
menjalankan kehidupan.
Perjuangan untuk bangun menegakkan shalat malam ketika tubuh
sangat lelah sungguh tidak ringan. Berjuang mengalahkan ego dan nafsu
diri sendiri sungguh berlipat-lipat beratnya, fahri teringat nasihat Syaikh
Utsman, guru talaqqi-nya di Meshir.
“Sekali nafsu itu kau manjakan, maka nafsu itu semakin kurang ajar
dan tidak tahu diri! Jangan pernah berdamai dengan nafsu! Sekali kau
berdamai, maka nafsu itu akan menginjak harga dirimu dan menjajahmu!

123
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. h.31
59

Jangan beri kehormatan sidikit pun pada nafsumu, perlakukan dia sebagai
makhluk hina, pengkhianat yang tidak boleh diberi ampun!”
Demi mengingat nansihat itu, Fahri langsung bangkit. Ia mematikan
alarm dan bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Sejurus kemudian Fahri
sudah tegak menghadap kiblat dan membaca Surah Al-Mu’minun dengan
khusyuk. 124

Sikap yang ditunjukan oleh tokoh Fahri sesuai dengan teks diatas
merupakan sikap muslim sejati, yang lebih memilih bermesraan dengan
Allah dibandingkan asik merebahkan tubuhnya untuk istirahat. Ini
merupakan salah satu akhlak seorang hamba kepada Allah dengan cara
beribadah kepada-Nya. Teks di atas menjunjukan terdapat dua metode
dalam pendidikan akhlak, pertama metode ceramah yang dilakukan oleh
Syaikh Utsman seorang guru talaqqi di Meshir, kedua metode pembiasaan
yang dilakukan oleh tokoh Fahri.
Metode ceramah dalam pendidikan akhlak juga sangat penting, karena
dengan metode tersebut seorang guru dapan menanamkan nilai kognitif
kepada peserta didik, sehingga peserta didik tersebut dapat memahami
materi yang disampaikan.
“Lima belas menit lagi Shubuh, Paman. Ayo siap-siap ke masjid.
Nanti terlambat.”
“Baik Hoca. Teman Hoca, bagaimana, dibangunkan apa dibiarkan
saja?”
“Biar saya bangunkan, Paman. Kita tidak boleh meninggalkan saudara
kita ketinggalan keutamaan sebuah ibadah. Itulah makna iyyaka na’budu,
Paman!” 125

Pada teks di atas terlihat Fahri yang berusaha membangunkan Paman


Hulusi untuk smaa-sama shalat berjamaah di Masjid. Percakapan yang
ditunjukan oleh fakta teks di atas terdapat teori belajar humanistik, teori
tersebut mengajarkan bahwa manusia harus memanusiakan manusia,
dengan kata lain dapat diartikan bahwa kebaikan bukan hanya untuk
dirasakan, dijalankan dan dinikmati oleh diri sendiri, tetapi sebisa
mungkin kebaikan tersebut harus diajarkan kepada orang lain. Adapun

124
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 79-80
125
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 81
60

metode pendidikan yang digunakan sesuai dengan fakta teks di atas yaitu
metode pembiasaan.
Dari beberapa teks di atas, bisa diketahhui bahwa komponen-
komponen pendidikan meliputi tujuan, pserta didik, pendidik, metode, isi
dan lingkungan pendidikan. Pertama tujuan pendidikan yang terkandung
pada beberapa fakta teks di atas adalah untuk senantiasa istiqamah taat
beribadah kepada Allah. Kedua peserta didik pada teks di atas yaitu Paman
Hulusi dan Fahri. Ketiga pendidik yang terdapat pada teks di atas adalah
Syeikh Utsman dan Fahri. Keempat metode pendidikan akhlak yang
digunakan yaitu metode ceramah atau nasihat dan pembiasaan. Kelima isi
pendidikan pada fakta teks di atas yaitu tentang beribadah kepada Allah
Swt.

b. Mentauhidkan Allah
Mentauhidkan Allah yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatu
apa pun. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an:
٤ ‫ َوﻟَﻢۡ ﯾَ ُﻜﻦ ﻟﱠ ۥﮫُ ُﻛﻔُ ًﻮا أَ َﺣ ۢ ُﺪ‬۳ ‫ ﻟَﻢۡ ﯾَﻠِ ۡﺪ َوﻟَﻢۡ ﯾُﻮﻟَ ۡﺪ‬۲ ‫ﺼ َﻤ ُﺪ‬
‫ ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟ ﱠ‬۱ ‫ٱہﻠﻟُ أَ َﺣ ٌﺪ‬
‫ﻗُ ۡﻞ ھُ َﻮ ﱠ‬
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan
yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada
pula diberanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”.
(QS. Al-Ikhlash (12): 1-4) 126

Teks-teks di bawah ini mengandung nilai pendidikan akhlak kepada


Allah dengan cara Mentauhidkan-Nya.
“Menurut Islam, Tuhan yang patut disembah hanya satu, yaitu Allah.
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan yang menciptakan kita
semua dan memberi rezeki kita semua. Tuhan yang menghidupkan dan
mematikan. Tuhan yang maha kuasa yang tidak perlu bantuan siapa pun.
Tuhan yang wujud-Nya tidak perlu bantuan siapa pun, tidak tergantung
apa pun. Dia-lah tempat bergantung. Tuhan yang berbeda dengan semua
makhluk dala segala sifat dan zat-Nya, maka dia tidak beranak dan tidak
diperanakan. Tuhan yang ada sebelum semua yang ada di semesta ini ada,
bahkan sebelum kata ‘ada’ itu ada. Tuhan yang Maha Adil, Maha Kaya,

126
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
H. 201.
61

Maha Pengasih dan Penyayang. Dia tidak boleh disekutukan dengan apa
pun juga. Itulah Tuhan dalam pandangan Islam.” 127

Penggalan teks diatas terjadi ketika tokoh utama Fahri menanggapi dan
menyanggah pernyataan dari Profesor Mona Bravmann yang menyatakan
semua agama sama dan bermuara kepada satu tujan yang sama, yaitu
Tuhan. Pada debat di Oxford Union, Ocford University. Fahri menjelaskan
pernytaan dari Profesor Mona Bravmann itu keliru, Fahri mengatakan
bagaimana mungkin bisa dikatakan semua agama itu sama apabila dari
konsep yang mendasar, misalnya tentang penggambaran Tuhan dari setiap
agama saja sudah berbeda. Apalagi konsep-konsep lainnya, seperti tata
cara beribadah, konsep hidup setelah mati dan lain sebagainya. Nilai
pendidikan akhlak yang terdapat pada penggalan teks tersebut adalah
pendidikan akhlak kepada Allah Swt dengan cara mentauhidkan-Nya yang
mana tidak ada yang patut disembah kecuali Allah Swt.
Teori belajar yang terdapat pada penggalan teks tersebut adalah teori
kognitif. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh
orang lain. Adapan metode pendidikan yang terdapat pada teks di atas
adalah metode ceramah.
“Saya lihat ada kesombongan dalam diri Hoca, semua mau
diselesaikan dengan uang. Masalah keira diselesaikan dengan uang. Sebina
dengan uang. Nenek Catarina dengan uang. Semua dengan uang. Tapi apa
hasilnya?! Hanya kemubadziran belaka! Inilah jadinya kalau Hoca
terperangkap cara kapitalis!”
Fahri kaget, kata-kata Paman Hulusi meremas hatinya.
“Aku berlindung kepada Allah dari ketergantungan kepada materi dan
uang. Allahush shamad. Hanya Allah tempat bergantung. Paman, apakah
Paman tidak mengenl aku? Kata-kata Paman sungguh, aku jadikan
intropeksi. Tapi Paman, ketahuilah, teladanku dalam menyelesaikan
persoalan hidup adalah Baginda Nabi dan para sahabat. Ketika menolong
Keira, Sabina dan Nenek Catarina harus mengeluarkan uang. Memang itu
diperlukan sebagai wasilah. Apakah Paman lupa, Abu Bakar memakai
uang untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah dari perbudakan!? Rasulullah
membayar unta Abu Bakar ketika hijrah!”

127
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h..571
62

Fahri mengucapkan itu dengan tubuh bergetar dan kedua mata


berkaca-kaca. Paman Hulusi merasa menyesal telah berkata lancang pada
majikannya.
“Maafkan saya Hoca, kalau saya menyinggung pearasan Hoca!”
“Sudahlah Paman, sebaiknya Paman panasi mobil, sebentar lagi
antarkan saya kekampus!” 128
Nilai pendidikan akhlak dengan cara mentauhidkan Allah pada teks di
atas sangat jelas, dimana Fahri mengatakan bahwa tiada tuhan selain
Allah, dalam teks tersebut Kang Abik seolah ingin mengajarkan kepada
pembaca lewat tokoh Fahri ini, bahwa yang layak untuk dijadikan tempat
bergantung hanyalah Allah, bukan materi dan uang. Hal yang menarik
juga terletak pada sikap Fahri dalam menanggapi tuduhan Paman Hulusi
yang mengatakan bahwa “Fahri mulai sombong dan bergantung pada
uang”, Fahri menaggapinya bukan dengan sikap marah seperti kebanyakan
orang, namun dia menjadikan tuduhan itu sebagai bahan intropeksi untuk
dirinya, juga Paman Hulusi yang emosinya meredam setelah Fahri
menjelaskan bahwa teladannya hanya rasulullah dan para sahabat. Seolah
teks tersebut mengajarkan kepada pembaca agar lebih bijak dalam
menanggapi suatu persoalan.
Dalam terks diatas terdapat pendidikan humanis, mengajarkan
manusia memiliki rasa kemanusiaan yang mendalam, menghilangkan
sifat-sifat egois, otoriter dan individualis, tidak semena-mena memaksakan
lawan bicara memahami, menerima atau masuk dalam berbicaraan kita. 129
Dalam teks tersebut juga terdapat domain afektif yang berhubungan
dengan nilai, sikap, perasaan, emosi, minat, apresiasi dan lain sebagainya.
Sebagai seorang pendidik hendaknya memperhatikan nilai-nilai tersebut,
ketika ada peserta didik yang mempunyai pemahaman yang keliru
terhadap suatu pokok pembelajaran, maka tugas pendidik meluruskan
pemahaman yang keliru tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi

128
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 487
129
Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan, (Lembga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), cet. Ke-I, h. 84.
63

anak, sehingga anak tersebut dapat memahami dan termotivasi dari


penjelasan yang disampaikan pendidik.
Komponen-komponen yang menunjukan terjadinya proses pendidikan
atau terlaksananya proses mendidik pada teks di atas yaitu:
1) Tujuan Pendidikan : untuk memahami bahwa yang patut di
sembah hanyalah Allah semata Tuhan seru sekalian alam.
2) Peserta Didik : pada teks pertama, yang menjadi peserta didik
yaitu audiens yang mendengarkan pemaparan Fahri.
3) Pendidik : Fahri
4) Metode Pendidikan : metode ceramah dan nasihat
5) Isi Pendidikan / Materi Pendidikan : tentang mentauhidkan
Allah
6) Lingkungan Pendidikan : Lingkungan pendidikan meliputi
segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan
pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja.
Lingkungan pendidikan pada teks di atas yaitu di rumah Fahri
dan di Oxford University.
7) Alat dan Fasilitas Pendidikan : alat yang di gunakan pada teks
di atas yaitu uang. Dari situlah timbul percakapan dan
memberikan pemahaman kepada tokoh Hulusi bahwa
berdakwahpun bisa melalui harta.
c. Berdzikir dan berdo’a
Tidak salah ketika di cover depan novel Ayat-ayat Cinta 2 terdapat
kalimat “Sebuah Novel Pembangun Jiwa”, karena memang di dalamnya
bukan hanya terdapat pesan moral, tetapi juga terdapat cerminan diri
seorang muslim yang sebenarnya. Sehingga pembaca akan mengintropeksi
dirinya agar menjadi lebih baik.

1) Berdzikir
64

Zikir yaitu ingat kepada Allah, memperbanyak mengingat Allah,


baik di waktu lapang atau waktu sempit, baik di waktu sehat maupun
di waktu sakit.
Allah berfirman:

۱٥۲ ‫ُوا ﻟِﻲ َو َﻻ ﺗَ ۡﻜﻔُﺮُو ِن‬ ۡ ‫ﻓَ ۡﭑذ ُﻛﺮُوﻧِ ٓﻲ أَ ۡذ ُﻛ ۡﺮ ُﻛﻢۡ َو‬
ْ ‫ٱﺷ ُﻜﺮ‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah (2): 152) 130

Nilai-nilai pendidikan akhlak dengan cara berdzikir kepada Allah


dalam novel AAC2 karya Habiburrahman el-Shirazy adalah sebagai
berikut:
Sebuah SUV BMW putih datang dan berhenti tak jauh dari mereka
berdua. Keduanya tertawa, berjabat tangan, saling merangkul lalu
berpisah. Lelaki yang memakai jas itu masuk kedalam mobil dan
melambaikan tangan pada temannya yang tak lama kemudian kembali
masuk kedalam hotel. “La haula wa la quwwata illa billah,... La haula
wa la quwwata illa billah..” lelaki itu bergumam mengulang-ulang
dzikirnya. 131

Penggambaran latar tempat yang ditunjukan pada teks di atas


sangat rinci, dimulai dari lobi The Balmoral Hotel sampai ke The
University of Edinburg. Selain itu juga terdapat nilai-nilai akhlak yang
terkandung di dalamnya. Seperti bagaimana Fahri sangat menghargai
waktu untuk masuk kelas, sampai nilai akhlak kepada Allah dengan
cara berdzikir kepada-Nya. Dalam teks tersebut terlihat Fahri berusaha
tepat waktu untuk mengajar dan senantiasa melantunkan zikir dari
mulutnya ketika berada dalam perjalanan, hal ini menunjukan bahwa
ada proses pembiasaan yang dilakukan Fahri untuk menghargai waktu
dan memanfaatkan waktu luangnya dengan cara berdzikir. Teks diatas
membangun kesadaran pembaca dari rarah afiktif.

130
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH,
2007), h.204.
131
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 3
65

Dalam dunia pendidikan, proses pembiasaan adalah salah satu


metode yang digunakan untuk membentuk akhlak mulia. Kaitannya
dengan metode pengajaran dalam pendidikan akhlak dapat dikatakan
bahwa pembiasan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai
dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Setelah itu Fahri jalan kaki menuju Edinburgh Central Mosque. Ia
telah berpesan kepada Paman Hulusi agar setelah mengantar Brenda
langsung parkir di masjid dan i’tikaf di sana sambil menunggu shalat
Jum’at. Belum banyak jamaah yang hadir ktika Fahri shalat tahiyyatul
masjid. Sambil menunggu jamaah berdatangan sampai khatib naik
mimbar, Fahri berusaha mengkhatamkan wirid hari Jum’atnya, yaitu
membaca surah Ial-Kahfi, dan membaca shalawat minimal seribu kali.
(Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-Ayat Cinta 2, h. 42)

Dari teks diatas terdapat metode bimbingan yang dilakukan oleh


Fahri kepada Paman Hulusi agar melaksanakan i’tikaf. Bimbingan
berbeda dengan pembiasaan. Perbedaannya lebih dititik tekankan pada
pola dan intensitas pemberian suatu materi. Pengulangan dapat
diberikan dimana saja, kapan saja selagi sang pendidik
menghendakinya. Adapun bimbingan membutuhkan suatu arahan yang
lebih dalam yang dilakukan secara intensif terhadap suatu pembiasaan
dengan harapan meningkatkan efektivitas materi pembiasaan pada
pemahaman peserta didik.
Dalam pendidikan akhlak Proses bimbingan menuntut seseorang
untuk lebih mengaktifkan cara pandang peserta didik terhadap suatu
hal. Kemampuan ini akan dimulai ketika anak menginjak usia kurang
lebih tujuh tahun (mumayyiz). 132

2) Berdo’a

132
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Jakarta: UIN
Jakarta Pers, 2005), cet. 1, h. 89.
66

Berdoa berarti meminta sesuatu kepada Tuhan. Yakni meminta


kepada Allah supaya hajat dan kehendak makhluk–Nya dikabulkan.
Allah berfirman:

‫اع إِ َذا َدﻋَﺎ ۖ ِن‬ ۖ ‫ﻚ ِﻋﺒَﺎ ِدي َﻋﻨﱢﻲ ﻓَﺈِﻧﱢﻲ ﻗَﺮ‬


َ‫ﯾﺐٌ أ ُ ِﺟﯿﺐُ د َۡﻋ َﻮة‬ َ َ‫َوإِ َذا َﺳﺄَﻟ‬
ِ ‫ٱﻟ ﱠﺪ‬ ِ
ْ ُ‫ُﻮا ﻟِﻲ َو ۡﻟﯿ ُۡﺆ ِﻣﻨ‬
۱۸٦ َ‫ﻮا ﺑِﻲ ﻟَ َﻌﻠﱠﮭُﻢۡ ﯾَ ۡﺮ ُﺷ ُﺪون‬ ْ ‫ﻓَ ۡﻠﯿَ ۡﺴﺘَ ِﺠﯿﺒ‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah (2): 186) 133 P132F

Nilai pendidikan akhlak dengan cara berdoa kepada Allah SWT


dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebagai berikut:
“Ya Allah bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Ampuni
hamba-Mu kalau sampai cintaku padanya menutupi cintaku kepada-
Mu, ya Allah!” lirih Fahri sambil menyeka air matanya. 134

“Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah Saw berkata, Allah SWT


berfirman, ‘Siapa yang melakukan suatu amal dan ia menyekutukan
bersama-Ku dalam amal tersebut dengan selain-Ku, maka amal itu
milik yang disekutukan, sedang aku melepas dari-Nya!” lanjut Misbah.
“Air mata Fahri mengalir di pipinya.
“Allahumma inna na’udzubika an nusyrika bika syai’an na’lamuhu
aw la na’lamuhu,” lirih Fahri berulang-ulang kali. 135
Kedua penggalan tesk di atas menunjukan nilai akhlak kpada Allah
Swt, meminta ampun dengan cara berdoa kepada-Nya. di teks pertama
tokoh Fahri memohon ampun kepada Allah karena khawatir jika rasa
cinta kepada istrinya melebihi rasa cintanya kepada Allah Swt, dan di
teks kedua Fahri berdoa memohon ampun karena takut segala amal
kebaikannya bercampur dengan sifat riya’.
Dalaam teks kedua terdapat salah satu metode pendidikan akhlak
yaitu metode nasehat. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan

133
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 203.
134
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 64
135
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 141
67

akhlak pada anak, maka kata-kata yang bagus (nasehat) hendaknya


selalu diperdengarkan di telinga mereka. Sehingga apa yang
didengarnya tersebut masuk dalam hati yang selanjutnya tergerak
untuk mengamalkannya.

“Ya intinya, ambil yang baik, buang yang tidak baik! Ambil yang
sesuai dengan ajaran Islam yang hanif, buang yang tidak sesuai ajaran
Islam!”
“Allahuma waffiqna ya Allah!” 136
Pada teks di atas terdapat metode nasehat, yaitu salah satu metode
untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi insan kamil.
Bermula ketika Fahri memberikan nasihat kepada Misbah teman satu
universitas ketika di Universitas Al-Azhar Kairo. Fahri memberikan
nasihat untuk mengambil segala segala sesuatu yang baik, yang sesuai
dengan ajaran Islam, dan menjauhi segala sesuatu yang buruk. Untuk
menjalani itu semua tak lupa Fahri berdoa kepada Allah Swt, agar
senantiasa diberikan taufik oleh-Nya.

Jika dikaitkan dengan teori pendidikan, maka teks di atas


mengandung nilai pendidikan humanis. Pendidikan umanisme lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran
humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif.

Lirih Fahri berdoa, “Allahumma wahhid shufufa ummatai habibika


Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allahumma allif baina
qulubihim wahdihim subulussalam...Amin.” 137

136
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 3
137
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 164
68

Doa Fahri pada teks di atas terjadi karena rasa miris Fahri melihat
situasi dan kondisi ummat Islam sekarang. Dimana ummat islam
terpecah belah, saling mementingkan ego, lebih mengedepankan dalil
masing-masing kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tersebut,
bukan mementingkan persatuan dan kesatuan yang maslahatnya lebih
besar. Di dalam teks tersebut Fahri berdoa dengan lemah lembut “ya
Allah, satukan barisan umat kekasih-Mu Muhammad Saw. Ya Allah
lunakkan hati mereka dan tunjukan mereka jalan-jalan keselamatan”.
Salah satu akhlak kepada Allah yaitu dengan cara berdoa
kepadanya, karena Ia-lah satu-satunya tempat bergantung dan
memohon pertolongan. Allah Swt berfirman:

٥٥ َ‫َﻀﺮﱡ ٗﻋﺎ َو ُﺧ ۡﻔﯿَ ۚﺔً إِﻧﱠ ۥﮫُ َﻻ ﯾ ُِﺤﺐﱡ ۡٱﻟ ُﻤ ۡﻌﺘَ ِﺪﯾﻦ‬ ْ ‫ۡٱد ُﻋ‬
َ ‫ﻮا َرﺑﱠ ُﻜﻢۡ ﺗ‬
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas”. (QS. Al-A’raf (7): 55)
d. Bersyukur

Syukur ialah suatu sifat mulia yang wajib dimiliki oleh setiap
individu muslim, yaitu menyadari bahwa segala nikmat-nikamat yang ada
pada dirinya itu merupakan karunia dan anugrah dari Allah semata dan
menggunakan nikamat-nikmat itu sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh-Nya. 138 Allah Swt berfirman:

‫ہﻠﻟِ َو َﻣﻦ ﯾَ ۡﺸ ُﻜ ۡﺮ ﻓَﺈِﻧﱠ َﻤﺎ ﯾَ ۡﺸ ُﻜ ُﺮ ﻟِﻨ َۡﻔ ِﺴۦِۖﮫ َو َﻣﻦ َﻛﻔَ َﺮ ﻓَﺈ ِ ﱠن ﱠ‬
۱۲ ‫ﯿﺪ‬ٞ ‫ٱہﻠﻟَ َﻏﻨِ ﱞﻲ َﺣ ِﻤ‬ ۡ ‫أَ ِن‬...
ۚ ‫ٱﺷ ُﻜ ۡﺮ ِ ﱠ‬
"...Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman: 12)

Di dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 terdapat nilai pendidikan akhlak


dengan cara bersyukur kepada Allah Swt, diantaranya sebagai berikut.

Fahri mulai membaca kitab Sirrul Asrar itu. Kata demi kata ia baca
dengan seksama. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani seperti masih hidup dan
memberikan wejangan kepadanya.

138
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 208.
69

“Masuklah menjadi bagian dari orang yang berjalan kembali menuju


Allah. Segera! Jangan menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui, atau
tidak ada lagi orang yang bisa memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan itu
datang ke bumi yang sempit dan pasti musnah ini bukan sekadar untuk
makan, minum, bersetubuh, atau berfoya-foya semata. Perilaku seperti itu
bukan yang dikehendaki oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi-Nya yang
paling mulia, Muhammad Saw.!”
Kata-kata itu seperti meresap kedalam dadanya. Kata-kata ulama
besar yang ‘arif billah itu seumpama gerimis yang menyirami ladang yang
mengharapkan curahan hujan. Setiap tetesnya sangat bererti. Setiap
katanya sangat bermakna. Fahri bersyukur kepada Allah yang telah
memberi taufik kepada para ulama terdahulu untuk menulis karya.
Warisan mereka sangat berharga untuk generasi sekarang. 139

Metode pendidikan akhlak ada berbagai macam, salah satunya adalah


metode nasehat, seperti yang terdapat pada teks di atas. Digambarkan
bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani seperti memberi nasihat secara
langsung kepada Fahri lewat kitab Sirrul Asrar-nya bahwa hidup di dunia
bukan hanya sekedar untuk berfoya-foya, tetapi bagaimana kita
memanfaatkan waktu kita di dunia untuk bermanfaat dalam kebaikan dan
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Nasihat itu meresap
kedalam jiwa, membuatnya bersyukur kepada Allah karena Ia memberi
taufik kepada para ulama terdahulu untuk menulis kitab-kitab yang bisa
diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Dalam teks di atas terdapat nilai pendidikan dalam domain afektif,
yang membangun sikap pembaca untuk senantiasa memanfaatkan waktu,
berikhtiar dengan sebaik-baiknya, beribadah dengan segiat-giatnya, dan
mempunyai tujuan yang jelas dalam kehudupan, yang bisa bermanfaat
bagi manusia.
KEBAHAGIAAN ITU HADIR begitu saja menyusup ke dalam
hatinya tatkala ia merasa bahwa Allah masih terus menyelimutinya dangan
taufik-Nya. Mampu melakukan amal baik sekecil apa pun, itu adalah
taufik dari Allah. Tanpa taufik-Nya, bahkan membaca basmalah pun ia tak
akan mampu. 140

139
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h..141
140
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h..155
70

Dalam teks di atas terdapat nilai pendidikan Akhlak kepada Allah Swt
dengan cara bersyukur kepadan-Nya, terlihat Fahri mengucapkan syukur
atas segala taufik yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. lewat tokoh
Fahri, Kang Abik mengajarkan bahwa manusia itu tidak mampu apa-apa
kecuali dengan pertolongan-Nya. sebagai seorang hamba yang mendapat
nikmat dari-Nya, sudah sepantasnya ia bersyukur kepada-Nya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah Ibrahim (15): 7:

۷ ‫ﯾﺪ‬ٞ ‫َوإِ ۡذ ﺗَﺄ َ ﱠذنَ َر ﱡﺑ ُﻜﻢۡ ﻟَﺌِﻦ َﺷ َﻜ ۡﺮﺗُﻢۡ َﻷَ ِزﯾ َﺪﻧﱠ ُﻜﻢۡۖ َوﻟَﺌِﻦ َﻛﻔَ ۡﺮﺗُﻢۡ إِ ﱠن َﻋ َﺬاﺑِﻲ ﻟَ َﺸ ِﺪ‬
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepdamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Tubuhnya lelah. Namun rasa lega dan bahagia setelah menyelesaikan


sebuah aktivitas positif membuatnya seperti kecanduan ingin melakukan
aktifitas positif lainnya. Ia jadi teringat ajaran Pak Kyai di pesantren dulu.
Kenapa kalau khataman Al-Qur’an begitu selesai membaca Surah Annas
langsung membaca Al-Fatihah dan awal Surah Al-aqarah? Itu karena
begitu khatam, langsung memulai aktivitas membaca Al-Qur’an lagi.
Tidak menunda-nunda. Selesai amal shalih, langsung disusul amal shallih
berikutnya.
Kopi yang dibuatkan Paman Hulusi sepuluh menit yang lalu masih
mengepul. Ia menyeruputnya dengan penuh kenikmatan.
“Alhamdulillahi bi ni’matihi tatimmush salehat,” gumamnya. 141
Dalam teks diatas terlihat Pak Kiai mengajarkan kepada Fahri dan
para santri, untuk selalu istiqamah dalam mengerjakan hal-hal positif
menggunakan metode pembiasaan, selesai mengerjakan amal shalih
langsung disusul dengan amal shalih lainnya. Nilai pendidikan akhlak
kepada Allah Swt dengan cara bersyukur yang dilakukan oleh Fahri pada
teks diatas, terdapat pada sikap Fahri setelah mendapat kebahagiaan
dengan cara mengucap syukur kepada-Nya.

e. Tawakal

141
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 156
71

Tawakal maksudnya ialah berserah diri kepada Allah dan menerima


apa saja yang telah ditentukannya, tetapi dengan cara berusaha (ikhtiar)
sekuat tenaga dan disertai dengan doa. Allah Swt berfirman:
ۡ َ‫ض َوإِﻟَ ۡﯿ ِﮫ ﯾ ُۡﺮ َﺟ ُﻊ ۡٱﻷَﻣۡ ُﺮ ُﻛﻠﱡﮫُۥ ف‬
َ‫ٱﻋﺒ ُۡﺪهُ َوﺗ ََﻮ ﱠﻛ ۡﻞ َﻋﻠَ ۡﯿ ۚ ِﮫ َو َﻣﺎ َرﺑﱡﻚ‬ ۡ ِ ‫َو ِ ﱠہﻠﻟِ ﻏ َۡﯿﺐُ ٱﻟ ﱠﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬
ِ ‫ت َو ٱﻷَ ۡر‬
۱۲۳ َ‫ﺑِ ٰ َﻐﻔِ ٍﻞ َﻋ ﱠﻤﺎ ﺗ َۡﻌ َﻤﻠُﻮن‬

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah
Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai
dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. Hud (11): 123). 142

Dulu, Umar bin Khattab masuk Islam karena Doa Rasulullah Saw.
Dan tidak sedikit sahabat Nabi yang masuk Islam karena doa Rasulullah
Saw. Ia merasa tidak punya daya dan kekuatan apa-apa untuk mendakwahi
mereka. Dalam ketidakberdayaannya, ia hanya bia berdoa kepada Allah
agar Allah menurunkan hidayahnya kepada orang-orang yang ia kenal itu.
Semoga itu bisa menjadi jawaban jika kelak ia ditanya oleh Allah untuk
mempertanggungjawabkan apa saja yang telah a lakukan di jalan dakwah.
Ia telah mendoakan mereka. 143

Nilai akhlak dengan cara bertawakkal kepada Allah pada teks di atas
ketika Fahri mendoakan semua orang yang ia kenal termasuk orang non
muslim. Ia berdoa agar Allah senantiasa memberikan hidayah kepada
teman-temannya yang non muslim tersebut. Ia mencontoh baginda Nabi
Muhammad Saw yang berdoa untuk Ummar bin Khattab agar ia masuk
Islam. Berkat doa Nabi Ummar pun masuk Islam. Setelah ia berdoa, ia
pasrahkan semuanya kepada Allah Swt.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, kewajiban seorang pendidik
hanyalah mengajarkan nilai-nilai kebaiakan kepada anak didik,
membimbingnya agar senantiasa menjadi manusia yang dicita-citakan
sesuai dengan tujuan pendidikan. Artinya tugas pendidik yaitu hanyalah
berikhtiar semaksimal mungkin, hasilnya serahkan kepada Allah SWT
untuk merubah tabiat anak didik menjadi lebih baik, yang awalnya tidak

142
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 204-205.
143
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h..393
72

tahu menjadi tahu. Tawakkal di sisni bukan berarti menerima begitu saja,
tetapi ada evaluasi dari sistem pendidikan yang telah diterapkan apabila
tujua pendidikan itu belum tercapai.
Fahri psrah. Sakaratul maut sepertinya akan menghampirinya. Ia
menhyerahkan dirinya sepenuhnnya kepada Allah.
“Jika ini memang ajalku, aku ikhlas, ya Allah. Namun terimalah
kematian ku ini sebagai kematian orang yang berjuang di jalan-Mu.
Terimalah diriku dalaam barisan orang-orang yang mati syahid,” doa
Fahri dalam hati. 144

Teks di atas menggambarkan bentuk kepasrahan jiwa dan raga kepada


Allah Swt, setelah Fahri berusaha membela perempuan bercadar yang
diperlakukan tidak pantas oleh Baruch seorang Yahudi yang juga bekas
tentara Israel. Tetapi nasib nahas terjadi pada Fahri, tentara itu malah
memburunya dan berusaha membunuhnya. Disaat itulah itu hanya bisa
pasrah kepada Allah Swt, Tuhan yang Maha Penolong. Sesuai dengan
firman-Nya dalam surah Al-anfal ayat 40:
ِ ‫ٱہﻠﻟَ َﻣ ۡﻮﻟَ ٰٮ ُﻜﻢۡۚ ﻧِ ۡﻌ َﻢ ۡٱﻟ َﻤ ۡﻮﻟَ ٰﻰ َوﻧِ ۡﻌ َﻢ ٱﻟﻨﱠ‬
٤۰ ‫ﺼﯿ ُﺮ‬ ‫ٱﻋﻠَ ُﻤ ٓﻮ ْا أَ ﱠن ﱠ‬
ۡ َ‫َوإِن ﺗ ََﻮﻟﱠ ۡﻮ ْا ف‬
Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah
Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong. (QS. Al-Anfal: 40)

f. Takut kepada Allah

Al-khauf ialah sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak
disenangi dari Allah SWT. 145 Adapun teks pada novel Ayat-Ayat Cinta 2
yang terdapat nilai khauf adalah sebagai berikut:

Mendengar hadits yang dibacakan oleh Misbah, jiwa Fahri ciut, air
matanya meleleh. Tiba-tiba, ia didera rasa cemas luar biasa. rasa takut luar
biasa. ia takut jika termasuk orang yang kelak akan dipanggil oleh Allah di
akhirat sebagai ‘penipu’. Oh, betapa menderitanya orang yang riya’. Oh,

144
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 505
145
Mujahidin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi,
(Jalarta: Kalam Mulia, 2000), h. 738.
73

alangkah mudahnya orang tergelincir jadi ‘penipu’. Namun Allah tidak


bisa ditipu. 146

Pada teks di atas Fahri yang ingin mendengarkan nasihat dan ia


meminta Misbah untuk memberikan nasihat tersebut. Ketika mendengar
Misbah mengucapkan kalimat nasihatnya, hati Fahri bergetar, jiwanya ciut
dan air matanya meleleh, ia takut jika ia termasuk golongan orang yang
menipu Allah (riya’).

Seorang hamba hendaknya selalu mengingatkan akan Allah kepada


saudara-saudaranya dalam setiap pergaulan dengan mereka: dalam jual
beli, dalam majlis ilmu, dalam bercengkrama, dalam rumah tangga dan
lain-lain. Allah Swt berfirman:
٥٥ َ‫َو َذ ﱢﻛ ۡﺮ ﻓَﺈ ِ ﱠن ٱﻟ ﱢﺬ ۡﻛ َﺮ ٰى ﺗَﻨﻔَ ُﻊ ۡٱﻟ ُﻤ ۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦ‬
“Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan
memberi manfaat.” (QS. Adz-Dzariyat: 55) 147

Metode pendidikan yang dilakukan oleh Misbah kepada Fahri pada


teks di atas adalah metode nasehat, dimana metode ini memberi peringatan
untuk menghindari suatu perbuatan yang dilarang dan memerintahkan
untuk mengerjakan perbuatan yang baik dengan berbicara lemah lembut,
sehingga menyentuh hati orang yang dinasehati (anak didik). Dalam teks
diatas juga terdaapat pendidikan humanis, tujuan pendidikan ini yaitu
untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya). 148

“Sungguh celaka diriku, Paman. Diriku ini banyak dosa, banyak


memberi nasihat tapi tidak bisa mengamalkan nasihat itu. Astaghfirullahal
‘azhim.” 149

146
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 140
147
Syaikh Musthafa al-Adawy, Fikih Akhlak, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), cet. 15, h.
125.
148
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,
2012), cet. III, h. 17.
149
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h..275
74

Teks di atas menunjukan hasil dari sifat khauf yaitu Taubah.At-


Taubah; yaitu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah
dilakukan dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.
Dalam al-Qur’an banyak penjelasan mengenai masalah taubat, antara lain
pada surah al-Nahl: 119:
ۡ َ‫ُﻮا ِﻣ ۢﻦ ﺑَ ۡﻌ ِﺪ ٰ َذﻟِﻚَ َوأ‬
‫ﺻﻠَﺤ ُٓﻮ ْا إِ ﱠن َرﺑﱠﻚَ ِﻣ ۢﻦ‬ ْ ‫ﻮا ٱﻟﺴ ٓﱡﻮ َء ﺑِ َﺠ ٰﮭَﻠَ ٖﺔ ﺛُ ﱠﻢ ﺗَﺎﺑ‬
ْ ُ‫ﺛُ ﱠﻢ إِ ﱠن َرﺑﱠﻚَ ﻟِﻠﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻋ ِﻤﻠ‬
۱۱۹ ‫ﱠﺣﯿ ٌﻢ‬ ِ ‫ﻮر ر‬ ٞ ُ‫ﺑَ ۡﻌ ِﺪھَﺎ ﻟَ َﻐﻔ‬
Kemudian sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang
yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka
bertaubat sesudah itu memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu
sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (QS.
An-Nahl [16]: 119). 150

Sifat khauf Fahri pada tesks di atas bermula ketika ia menyadari


dirinya yang pandai memberi nasihat tetapi dirinya sendiri masi belum
maksimal dalam menjalanjkan nasehat tersebut. Dalam dunia pendidikan,
tidak jarang anak didik yang enggan menjalankan nilai-nilai kebaikan
yang telah diajairkan oleh guru, karena beralasan gurunya sendiri masi
belum menjalankan nilai tersebut. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi
para guru ketika mendidik, contohnya ketika guru mengajarkan untuk
mencintai lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan,
guru tersebut harus memberi contoh untuk tidak melakukan hal tersebut.

g. Memuliakan Al-Qur’an

Pengertian Al-Qur’an menurut Abdul Wahab Khallaf yang dikutip


oelh Muhammad Alim menjelaskan bahwa Al-Qr’an adalah firman Allah
yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah,
melalui malaikat Jibril dengan menggunakan lafal bahasa Arabdan
mknanya yang benar, agar Al-Qur’an menjadi hujjah (dalil) bagi Rasul,
bahwa ia benar-benar Rasullah, mnjadi undang-undang bagi manusia,

150
Mujahidin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi,
(Jalarta: Kalam Mulia, 2000), h. 740.
75

memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana untuk melakukan


pendekatandiri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya, ia
terhimpun dalam suatu mushaf, dimulai dari surah al-fatihah dan diakhiri
surah al-Nas, disampaikan secara mutawatir dari generasi ke generasi,
baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan
pergantian. 151

Sebagai seorang pengembara di muka bumi, tentunya manusia harus


mempunyai kitab panduan agar perjalannya terarah dan mencapai tujuan
yang diinginkan. Kitab panduan bagi seorang muslim tidak lain adalah Al-
Qur’an, dimana al-qur’an ini dibaca dan diamalkan isinya bagi kehidupan
manusia. Adapun teks yang mengandung akhlak memuliakan al-qur’an
dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebagai berikut:

“Alhamdulillah. Itu tentu fenomena yang patut kita syukuri . namun


tidak boleh berhenti di situ. Al-Qur’an harus dikembalikan lagi ke dada
umat. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sebagai petunjuk. Sebagai
nasihat dari Allah SWT. Harus dikembalikan lagi seperti ketika Al-qur’an
bersarang di dada rakyat Aceh tatkala menghadapi Belanda. Ketika ayat-
ayat jihad dibaca, itu menggetarkan syaraf-syaraf mereka untuk membela
agama Allah, membela nusa dan bangsa. Al-Qur’an dikembalikan lagi
separti tatkala Al-Qur’an bersemayam dalam jiwa Kyai Hasyim Asy’ari,
yang sedikitpun tak mau berdiri dan rukuk menghadap matahari dengan
alasan apapun. Sebab Al-Qur’an melarang menyembah apapun selain
Allah.” 152

Sudah sepantasnya sebagai seorang hamba, yang mempunyai kitab


suci sebagai pedoman hidupnya memuliakan kitab suci nya tersebut. Hal
ini tergambar dalam penggalan teks di atas yang dikatakan oleh Fahri
kepada Misbah dengan menggunakan metode nasehat. Ia mengatakan
bahwa Al-qur’an harus di kembalikan lagi ke dada ummat seperti tatkala
Al-Qur’an bersemayam dalam jiwa K.H. Hasyim Asy’ari.

151
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. II, h. 171-172.
152
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 96
76

Diantara cara-cara yang efektif dalam membentuk akhlak anak, yaitu


dengan mempersiapkannya secara moral, psikis dan secara sosial.
Menanamkan nilai-nilai tersebut dapat menggunakan berbagai macam
metode, salah satunya metode nasihat. Yang dimaksud metode nasehat
adalah memberi peringatan untuk menghindari suatu perbuatan yang
dilarang dan memerintahkan untuk mengerjakan perbuatan yang baik
dengan berbicara lemah lembut, sehingga menyentuh hati anak yang
dinasehati. 153

Firman Allah Swt:

‫ب ِﺤ ۡﻜ َﻤ ِﺔ َو ۡٱﻟ َﻤ ۡﻮ ِﻋﻈَ ِﺔ ۡٱﻟ َﺤ َﺴﻨَ ۖ ِﺔ‬


ِ ‫ﯿﻞ َرﺑﱢﻚَ ۡٱﻟ‬ ُ ‫ۡٱد‬
ِ ِ‫ع إِﻟَ ٰﻰ َﺳﺒ‬
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. Al-Nahl :
125)

2. Pendidikan akhlak terhadap manusia


a. Akhlak terhadap diri sendiri
1) Dapat dipercaya

Tadi siang ia menyanggupi permintaan tidak ringan itu.


Profesor Charlotte memintanya mewakili ilmuwan sosial dari
IMES, Th University of Edinburgh untuk berdebat di Ocford
Debating Union.
“Oxford Debating Union minta seorang pakar Islam. Timur
Tengah, dan Asi Tenggara untuk berdebat. Awalnya saya minta
Profesor Ted Stevens. Tapi ia tidak bisa. Saya tak punya pilihan
lain selain kamu, Fahri. Saya sangat yakin, kamu bisa berdebat di
forum debat paling prestisius di Britania Raya ini. Bagaimana,
kamu sanggup?” kata Profesor Charlotte sambil memandang tajam
wajahnya.
Dada Fahri bergemuruh. Permintaan Profesor Charlotte itu
adalah sebuah kehormatan dan kesempatan yang tidak boleh disia-
siakan, sekaligus tantangan yang tidak ringan. Namun tantangan
berat itu selalu menggairahkan jiwanya.
“Dengan senang hati, saya sanggup,” jawabnnya tegas.

153
https://perpuskampus.com/metode-pendidikan-akhlak/
77

“Sudah kuduga kau akan mengucapkan itu,” senyum Prof.


Charlotte. 154

Tawaran Profesor Charlotte kepada Fahri bukan sebuah


tawaran biasa, hanya orang-orang terpilih yang mendapat tawaran
tersebut, orang-orang terpilih itu haruslah mempunyai kapabilitas
yang mumpuni dibidangnya dan mampu memelihara amanah yang
diberikan. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini
dipertahankan sebagai akhlaqul karimah dalam masyarakat, jika
sifat dan sikap itu hilang dari tatanan sosial umat Islam, maka
kehancuranlah yang bakal terjadi bagi umat itu.
Pada teks di atas Kang Abik memberikan motivasi kepada
pembaca khususnya masyarakat Indonesia untuk terus belajar,
karena sesungguhnya orang-orang Indonesia mampu bersaing
dalam bidang akademis pada taraf Internasional.
Disisi lain, pelajaran yang bisa diambil dari teks diatas adalah
jika ingin dipercaya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
diantaranya:
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2. Mempunyai kemampuan untuk menjalankan
kepercayaan/amanah.
2) Sabar

Sabar artinya tahan menderita dari hal-hal yang negatif atau


karena hal-hal yang positif. Ali bin Abi Thalib berkata: “Sabar itu
ada dua, sabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai dan sabar atas
apa-apa yang kau sukai.”
Sabar juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Sabar meninggalkan larangan Allah;
b. Sabar menjalankan perintah Allah;
c. Sabar menerima ujian dan cobaan dari Allah. 155

154
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 204-205
78

Nilai akhlak dengan cara bersabar pada novel Ayat-Ayat Cinta


2 adalah sebagai berikut:

“Hai!”
Keira mengangkat mukanya melihat Fahri dan tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Sekilah Fahri melihat wajah Keira
yang cantik, namun pucat karena baru selesai menangis. Keira
tidak menjawab.
“Are you OK?”
Keramahan Fahri itu tampaknya tidak menyenangkan Keira.
Gadis itu mendengus lalu masuk rumahnya tanpa menjawab
pertanyaan Fahri. Ia menutup pintu rumahnya dengan sedikit keras.
Fahri masuk ke dalam mobilnya sambil menyabarkan dirinya.
Paman Hulusi menyalakan mesin mobil itu dan siap berangkat
ketengah kota Edinburgh seperti biasa. 156
Nilai pendidikan yang terdapat pada teks di atas adalah
pendidikan dalam ranah afektif. Pada teks tersebut terlihat Fahri
yang berusaha ramah kepada tetangganya Keira dengan
menyapanya, namun mendapat timbal balik yang tidak diharapkan.
Walaupun demikian Fahri tetap sabar dalam menanggapi perilaku
tetangganya tersebut.

Dalam Islam, sikap sabar sangat diutamakan dan dianjurkan,


hal ini terdapat dalam firman Allah Swt, QS. Al-Maarij ayat 5:

ً ‫ﺻ ۡﺒ ٗﺮا َﺟ ِﻤ‬
٥ ‫ﯿﻼ‬ َ ‫ﭑﺻﺒِ ۡﺮ‬
ۡ َ‫ﻓ‬
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-
Maarij (70): 5)
“Astaghfirullah!” kata Paman Hulusi setengah berteriak.
“Ada apa, Paman?”
Lihat ini, Hoca. Baca tulisannya!”
Di kertas HVS itu ada tulisan pakai spidol merah tebal yang
bunyinya: MUSLI = MONSTER!
Fahri dan Misbah mebaca istighfar.
Tulisan itu hendak dirobek oleh Paman Hulusi, namun
dicegah Fahri.
“Jangan dirobek, Paman. Biarkan utuh. Bawa kemari!”
155
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 206.
156
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 36
79

Paman hulusi mencopot kertas itu dan menyerahkannya


kepada Fahri.
“Biar saya simpan. Tulisan ini akan saya jadikan cambuk
untuk diri saya, agar saya menjadi muslim sejati, bukan monster!”
157

Kesabaran yang dilakukan oleh Fahri menanggapi perlakuan


tetangganya Keira mengandung nilai pendidikan humanis. Teks di
atas terlihat Fahri sebagai seorang muslim yang begitu sabar
menanggapi Keira tetangganya seorang nasrani. Ketika Keira
menulis kalimat-kalimat yang mendeskriditkan Islam, sikap yang
ditunjukan oleh Fahri bukan dengan kemarahan tetapi dengan
kesabaran dan akhlak yang luar biasa baik. Ia menjadikan itu
semua sebagai cambuk semangat agar menjadi muslim sejati.
Sikap yang ditunjukan oleh Fahri mengandung nilai huamanis.
Konsep humanistik mengajarkan manusia memiliki rasa
kemanusiaan yang mendalam; menghilangkan sifat-sifat egois,
otoriter dan individualis; tidak semena-mena memaksakan lawan
bicara memahami, menerima atau masuk dalam pembicaraan
kita. 158

“Tahan emosimu Paman. Jika Paman meledakkan kemarahan,


maka Paman masuk ke perangkap mereka. Emang itu yang mereka
inginkan. Dan itu berarti Paman benar-benar bodoh seperti keledai,
persis seperti yang mereka sindirkan itu. Sudahlah, kita pura-pura
tidak tahu saja, meskipun kita tahu.” 159
Dalam teks di atas terdapat nilai pendidikan akhlak kepada
sesama manusia dengan cara bersabar atas semua cobaan. Cobaan
yang dihadapi Fahri dan Paman Hulusi itu ketika Baruch dan
teman-temannya memperolok-olokan Islam. Mereka menganggap
umat Islam adalah keledai-keledai bodoh yang hanya menyesaki
dunia, bahkan lebih buruk dari itu. Sikap sabar yang ditunjukan

157
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 77
158
Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan, (Lembga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), cet. Ke-I, h. 84
159
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 261
80

oleh Fahri pada teks di atas sesuai dengan firman Allah Swt, surah
Ar-Rum: 60:

٦۰ َ‫ﻚ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻻ ﯾُﻮﻗِﻨُﻮن‬ ّ ۖ ٞ ‫ٱہﻠﻟِ َﺣ‬


َ ‫ﻖ َو َﻻ ﯾَ ۡﺴﺘَ ِﺨﻔﱠﻨﱠ‬ ‫ٱﺻﺒِ ۡﺮ إِ ﱠن َو ۡﻋ َﺪ ﱠ‬
ۡ َ‫ف‬
Maka bersabarla kamu, sesungguhnya janji Allah adalah
benar dan sekali-kali janganlah oraang-orang yang tidak meyakini
(kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (QS. Ar-
Rum(30): 60).
Dalam pendidikan, penggalan teks novel Ayat-Ayat Cinta 2 di
atas mengandung nilai pendidikan dalam ranah afektif. Afektif
berhubungan dengan nilai, sikap, perasaan, emosi, minat, motivasi,
apresiasi, kesadaran akan harga diri, dan sebagainya. 160

3) Tawadu

Tawadu secara bahasa adalah rendah hati. Secara istilah


tawadu adalah sikap merendahkan hati, baik dihadapan Allah Swt,
maupun sesama manusia. Sikap tawadu merupakan dari bagian
akhlakul karimah sehingga sikap dan prilaku manusia akan
menjadi lebih baik. Manusia yang sadar akan hakikat kejadian
dirinya tidak aka pernah mempunyai alasan untuk merasa lebih
baik antara yang satu dan yang lainnya. 161 Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an:

َ‫ض ھ َۡﻮ ٗﻧﺎ َوإِ َذا َﺧﺎطَﺒَﮭُ ُﻢ ۡٱﻟ ٰ َﺠ ِﮭﻠُﻮن‬ ۡ


ِ ‫َو ِﻋﺒَﺎ ُدٱﻟ ٰﺮ ۡﱠﺣ ٰ َﻤﻨِﭑﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﯾَﻤۡ ُﺸﻮنَ َﻋﻠَﻰ ٱﻷَ ۡر‬
٦۳ ‫ﻮا َﺳﻠَ ٗﻤﺎ‬ ْ ُ‫ﻗَﺎﻟ‬
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka , mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan: 63).

Adapun nilai pendidikan akhlak terhadap sesama manusia


dngan cara tawadu pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebagai
berikut:

160
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakrta: Bumi Aksara, 2009), cet. II,h. 98.
161
Multahim, Penuntun Akhlak, (Jakarta: Yudhistira, 2007), cet. II, h. 51
81

Sudah setahun setengah Fahri di Edinburgh, tetapi ia tidak


mengenalkan dirinya sebagai lulusan Universitas Al-Azhar Kairo
kepada para jamaah Masjid itu. Paman Hulusi sangat ingin
mengenalkan hal itu, tapi Fahri melarangnya. Orang-orang hanya
tahu bahwa ia orang Indonesia yang sedang riset di The Universitu
of Edinburgh, bidang filologi. Fahri ditemani Hulusi malah sering
membantu bersih-bersih masjid. 162

Teks di atas mengandung nilai pendidikan dalam ranah afektif,


membangun kepribadian pembaca agar senantiasa rendah hati
dalam menjalani kehidupan. Sikap tawadu yang dimiliki Fahri
mengajarkan pembaca agar tidak sombong atas semua prestasi dan
reputasi yang dimiliki. Allah Swt berfirman:
ٗ ُ‫ض َوﻟَﻦ ﺗَ ۡﺒﻠُ َﻎ ۡٱﻟ ِﺠﺒَﺎ َل ط‬
۳۷ ‫ﻮﻻ‬ َ ‫ق ۡٱﻷَ ۡر‬ َ ‫ض َﻣ َﺮﺣ ًۖﺎ إِﻧﱠ‬
َ ‫ﻚ ﻟَﻦ ﺗَ ۡﺨ ِﺮ‬ ۡ
ِ ‫ﺶ ﻓِﻲ ٱﻷَ ۡر‬
ِ ۡ‫َو َﻻ ﺗَﻤ‬
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi,
dan tidak mampu menjulang setinggi gunung” (QS. Al-Isra: 37).

“Jika ada air, maka maka tayamumlah batal. Begitulah


kaidahnya. Jika Ustadz Jalal, maka Fahri otomtis batal. Begitu
seharusnya.”
Ustadz Jalal sangat mengerti ucapan Fahri, yang secara halus
minta agar dirinya menggantikan ustd muda itu. Tentu saja Ustadz
Jalal tidak mau.
“Fahri adalah mata air yang jernih, bening, dan tawar. Itu lebih
dirindukan dari pada air samudra yang asin rasanya yang jika
diminum justru tidak menghilangkan dahaga,” jawab Ustd jalal
tidak mau kalah. 163
Pada teks di atas sangatlah kentara Sikap tawadu yang di buat
oleh Kang Abik lewat tokoh Fahri dan Ustazd Jalal. Ketawadu-an
yang lebih muda kepada yang lebih tua, dan ketawadu-an yang
lebih tua kepada shahibul wilayah (yang mempunyai wilayah).

4) Kerja keras dan disiplin

Setelah wawancara singkat penulis dengan Kang Abik, Salah


satu tujuan Kang Abik menulis novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah

162
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 32
163
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 527
82

untuk memotivasi para pembaca khususnya pemuda agar


senantiasa berikhtiar dengan semaksimal mungkin dan mempunyai
cita-cita yang tinggi. Digambarkan melalui tokoh Fahri seorang
santri yang mengajar di Universitas Edinburgh dan Universitas
Oxpord agar memotivasi kaum muda bahwa orang Indonesia-pun
mampu berbicara di tingkat dunia. Adapun nilai akhlak pada diri
sendiri dengan cara disiplin dalam novel AAC 2 adalah sebagai
berikut:

....Ia membuka file proposalnya dan membaca dengan seksama


untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis. Masih ada waktu
untuk memeriksa ulang. Ia ingin beberapa langkah lebih siap
dibandingkan anggota yang lain. Ia ingin membuktikan bahwa
orang Indonesia tidak kalah dengan bangsa mana pun.
Setelah rapat , jadwalnya adalah meluncur ke Qween Street
untuk melihat perkembangan AFO Boutique, lalu melihat resto dan
minimarket Agnia di Musselburgh. Ia memang harus bekerja keras.
Ia ingin buktikan bahwa sukses karir akademik bisa berbarengan
dengan sukses bisnis. Lebih dari itu, semuanya adalah untuk
ibadah di jalan Allah SWT. 164

“Paman, inilah yang saya lakukan. Sudah saya lakukan sejak


mengambil doktor di Jerman. Jika orang Jerman melakukan
penelitian empat jam sehari, mka saya harus delapan jam. Di sini,
jika riset untuk postdoc biasanya selesai dalam waktu dua tahun,
maka saya harus lebih cepat dari orang-orang pada umumnya,
dengan kualitas yang lebih baik atau minimal sama. Masih ada
waktu setengah tahun lagi bagi saya untuk menyelesaikan riset,
Paman. Tapi saya ingin malam ini selesai dan besok sudah saya
print dan saya serahkan kepada pihak kampus.”
“Sya tidak muluk-muluk bisa menyampaikan keindahan Islam
pada semua orang di Britania Raya yang salah paham kepada
Islam. Tidak Paman. Saya tidak muluk-muluk. Cukuplah saya bisa
menyampaikan akhlak Islam dan kualitas saya sebagai orang
Islam kepada orang-orang yang berinteraksi dengan saya, jika saya
bisa, itu saya sudah bahagia.” 165

Teks di atas menggambarkan sikap seorang muslim sejati,


yang bekerja keras untuk menjadikan dirinya berkualitas. Dalam
164
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 150
165
IHabiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. bid., 25
83

Islam, bekerjaa keras adalah sesuatu yang diajarkan. hal ini


terangkai dalam al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77:
ٓ‫َﺼﯿﺒَﻚَ ِﻣﻦَ ٱﻟ ﱡﺪ ۡﻧﯿَ ۖﺎ َوأَ ۡﺣ ِﺴﻦ َﻛ َﻤﺎ‬ َ ‫ٱﻷ ِﺧ َﺮ ۖةَ َو َﻻ ﺗ‬
ِ ‫َﻨﺲ ﻧ‬ ٓ ۡ ‫ار‬
َ ‫َو ۡٱﺑﺘ َِﻎ ﻓِﯿ َﻤﺎٓ َءاﺗَ ٰٮﻚَ ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟ ﱠﺪ‬
۷۷ َ‫ٱہﻠﻟَ َﻻ ﯾ ُِﺤﺐﱡ ۡٱﻟ ُﻤ ۡﻔ ِﺴ ِﺪﯾﻦ‬ ۡ ۡ ۖ ‫أَ ۡﺣ َﺴﻦَ ﱠ‬
ِ ۖ ‫ٱہﻠﻟُ إِﻟَ ۡﯿﻚَ َو َﻻ ﺗ َۡﺒ ِﻎ ٱﻟﻔَ َﺴﺎ َد ﻓِﻲ ٱﻷَ ۡر‬
‫ض إِ ﱠن ﱠ‬
“Dan carilah (pahala) negri akhirat dengan apa yang telah
Dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu melupakan
bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash: 77).

Adapun nilai pendidikan yang terdapat pada penggalan teks


novel Ayat-Ayat Cinta 2 di atas adalah pendidikan humanis.
Konsep humanistik mengajarkan manusia memiliki rasa
kemanusiaan yang mendalam; menghilangkan sifat-sifat egois,
otoriter dan individualis; tidak semena-mena memaksakan lawan
bicara memahami, menerima atau masuk dalam pembicaraan
kita. 166 Metode pendidikan akhlak yang terdapat pada teks diatas
adalah metode nasehat.

5) Berjiwa ikhlas

Berjiwa ikhlas adalah cerminan dari muslim sejati, dimana


keikhlasan adalah sesuatu yang sangat privasi, hanya diri dan Allah
yang tahu apakah seseorang itu bisa dikatan ikhlas atau
sebaliknya. Dalam beribadah kepada Allah dan dalam mengerjakan
amalan di dunia keikhlasan mempunyai posisi yang sangat penting,
karena dengan keikhlasan itulah amal baik seseorang akan diterima
atau malah sebaliknya. Allah Swt berfirman:
ٗ ِ‫ٱہﻠﻟَ ُﻣ ۡﺨﻠ‬
۱۱ َ‫ﺼﺎ ﻟﱠﮫُ ٱﻟ ﱢﺪﯾﻦ‬ ُ ‫ﻗُ ۡﻞ إِﻧﱢ ٓﻲ أ ُ ِﻣ ۡﺮ‬
‫ت أَ ۡن أَ ۡﻋﺒُ َﺪ ﱠ‬
Katakanlah: sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(Menjalankan) agama. (QS. Az-Zumar: (39): 11)

166
Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan.,, h. 84
84

“Jangan pernah sebut nama saya. Biarlah Kaira tahu yang


membantu dia adalah Nyonya. Tidak apa-apa dia tahu Nyonya
penanggung jawab AFO Boutique. Saya hanya minta agar Nyonya
mensyaratkan kepada Keira, pertama ia kembali bersatu pada ibu
dan adiknya. Kedua, sungguh-sungguh dan berjuang keras untuk
jadi juara dan pemain biola terbaik. Ketiga, jika sudah jadi oirang
terkenal tetap rendah hati dan mengingat bahwa dibalik suksesnya
Tuhan mengirim seseorang sahabat yang membantunya.” 167

Ia tidak mengharap apa-apa dari apa yang ia keluarkan. Ia


tidak mengharap pujian. Ia tidak mengharap Keira dan keluaranya
kemudia simpati dan suka padanya. Bukan hal yang remeh-temeh
seperti yang ia harapkan. Ia hanya mengharapkan bahwa Allah
kelak tersenyum padanya. Itu saja. Dan semoga jika ijtihadnya ini
salah, Allah mengampuninya. 168

Keikhlasan yang dicontohkan oleh Fahri membangun nilai


afektif bagi para pembaca. Fahri mencontohkan keihlasan bukan
dengan hanya sekedar teori, tetapi mencontohkannya secara
langsung. Dalam dunia pendidikan tidaklah cukup anak didik
diberikan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif, karena jika
demikian pengetahuannya hanya sebatas “tahu” tanpa di
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlulah
seorang guru mengajarkan sesuatu yang bersifat afektif, sehingga
kedua domain tersebut menjadi satu dan menghasilkan anak didik
yang dicita-citakan. Adapun metode pendidikan akhlak yang
terdapat pada teks di atas adalah metode keteladanan.

“Kita beramal tidak usah pakai tapi-tapian, Paman. Kita


berusaha ikhlas, namun demikian, hanya Allah saja yang berhak
menilai. Jika itu semua diterima Allah sebagai amal shaleh selain
mengharap ridha dari-Nya di akhirat, aku berharap pahalanya
sampai kepada Aisha, jika ia benar-benar sudah mati. Jika masih
hidup, aku berharap itu membuat Aisha selalu dirahmati oleh Allah
dan dalam kondisi apa pun juga aku masih diberi kesempatan oleh
Allah berjumpa dngannya, Paman.” 169

167
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 220
168
Ibid.,247
169
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 226
85

Nasehat yang dilakukan Fahrin terhadap Paman Hulusi pada


teks di batas bermula ketika Paman Hulusi memprotes sikap baik
yang dilakukan Fahri yang begitu baik kepada semua orang hingga
mengorbankan harta dan menguras teganya. Metode pendidikan
akhlak yang digunakan Fahri kepada paman Hulusi adalah metode
nasihat. Diantara metode dan cara- cara mendidik yang efektif
didalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya
secara moral, psikis dan secara sosial adalah mendidiknya dengan
memberi nasehat. 170 Dalam teks di atas terdapat nilai pendidikan
humanis, Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran
humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif. 171

6) Hidup sederhana

Ippho’ Santosa dalam buku Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari


Dengan Otak Kanan mengatakan bahwa para teladan itu mulai
dari A sampai Z adalah orang-orang kaya. Ini adalah fakta sejarah.
Pernahkah Nabi Muhammad itu miskin? Pernah, tapi hanya
sebentar. Yang sesungguhnya, ia lebih lama kaya daripada miskin.
Adakah sahabat Nabi tidak kaya? Di antara empat sahabat terdekat
Nabi, ternyat hanya Ali bin Abu Thalib yang tidak kaya.
Bagaimana dengan sahabat yang lain? Di antara sepuluh sahabat

170
https://perpuskampus.com/metode-pendidikan-akhlak
171
https://imadiklus.com/teori-teori-pendidikan-teori-kognitif-teori-pendidikan-
humanisme-teori-pendidikan-behaviorisme-teori-pendidikan-konstruktivisme/
86

Nabi yang dijamin masuk surga, ternyata hampir semuanya orang


kaya. Hanya saja Nabi dan para sahabat memilih hidup sederhana,
ia memilih makanan, pakaian, dan alas tidur yang alakadarnya. 172

Di bawah ini adalah contoh nilai akhlak dengan cara hidup


sederhana yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2:
Sejak kecil Fahri hidup dengan cara sederhana dalam keluarga
yang sederhana. Lalu menghabiskan masa remaja di pesantren
tradisional di Jawa Timur yang sehari-hari dididik untuk hidup
sederhana, apa adanya. Lalu nekat pergi ke Meshir dan hidup
dengan cara sederhana.
Awal-awal ketika Fahri menikah dengan Aisha yang super
kaya, Fahri sempat kaget. Ia nyaris menolak semua bentuk
kekayaan Aisha, tetapi Syeikh Ahmad dan beberapa ulama Meshir
yang hidup sederhana menasehatinya untuk bersikap bijak.
“Zuhud bukkan berarti menolak karunia Allah. Zuhud adalah
membersihkan hati dari dijajah harta dunia. Zuhud adalah
memenuhi hati dengan kebesaran Allah, dan memenuhi cita-cita
hati hanya menuju Allah. Semua yang kita terima dari Allah
menjadi dzikir, pengingat Allah. Mendapat nikmat harta ingat dan
bersyukur kepada Allah. Menjadikan harta itu sebagai ladang-
ladang untuk akhirat. Menghadapi ujian, bersabar, ingat Allah.
Ketika perintah shalat selalu digandeng perintah zakat itu sudah
cukup jadi dasar bahwa harta benda juga penting dalam kehidupan
beribadah. Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Imam Abu
Hanifah, Imam Abdullah bin Mubarak dan tokoh-tokoh besar
lainnya adalah contoh orang-orang yang kaya raya, namun juga
zuhud. Mereka tidak berpakaian gembel, harta mereka berlimpah
namun untuk tegaknya agama Allah.” 173

Teks di atas menceritakan kisah Fahri yang sudah terbiasa


menjalani hidup sederhana, sampai ketika ia menikah dengan
Aisyah yang ternyata seorang yang kaya raya Fahri menolak
bentuk kekayaan Aisyah. Hingga ia dinasehati oleh beberapa
ulama Meshir salah satunya Syeikh Ahmad untuk bersikap bujak
dalam enyikapi persoalan itu. Pada teks di atas terdapat nilai
pendidikan akhlak dalam ranah afektif, membangun kesadaran para

172
Ippho’ Santosa, percepatan rezeki dalam 40 hari dengan otak kanan, (Jakarta, PT Elex
Media Komputindo, 2015), h. 18.
173
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 629
87

pembaca untuk mengamalkan pola hidup sederhana dalam


kehidupan.
Metode yang digunakan oleh Syeikh Ahmad kepada Fahri
yaitu metode nasehat. Dalam proses pembelajaran, ketika anak
didik salah dalam memahami materi, tugas guru adalah
menjelaskan dan meluruskan pemahaman yang keliru tersebut,
salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode
nasehat seperti yang dilakukan Seyikh Ahmad kepada Fahri.

b. Akhlak terhadap keluarga


1) Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat
Sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada Orang tua,
setelah takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah
memelihara, mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang
berguna dan berbahagia. Karena itu anak wajib menghormagtinya,
menjunjung tinggi titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas,
berbuat baik kepada mereka, lebih-lebih bila usia mereka telah
lanjut. Jangan berkata keras dan kasar dihadapan mereka. 174
Nilai-nilai berbakti kepada orang tua terdapat pada mata
pelajaran akidah akhlak kelas X 175 dan XII semester I. 176 Adapun
nilai-nilai akhlak dengan cara berbakti kepada orang tua dalam
novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebagai berikut:

“Yang berasal dari tradisi Islam biasanya sangat kuat dalam


hal birrul walidain dan ikatan kekeluargaan. Tidak hanya Turki,
masyarakat Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Bangladesh,
Meshir, Maroko dan lain seagainya, meskipun di Eropa, ikatan
kekeluargaannya lebih terasa dibandingkan yang asli eropa,”
timpal Fahri.

174
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 215.
175
Thayib Sah Saputra dan Wahyudin, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak kelas X,
(Semarang, PT Karya Toha Putra, 2015), h. 84
176
Ibid,.h. 79.
88

“Budaya cuek dan tidak perhatian terhadap orang tua itu salah
satu budaya Eropa yang tidak layak kita bawa ke Indonesia.
Khususnya ketika orang tua sudah jompo.” 177

Pendidikan akhlak pada teks di atas disampaikan


menggunakan metode nasihat, ketika Fahri berbincang dengan
Misbah tentang perbedaan tradisi dan budaya menghormati orang
tua pada setiap negara. Dalam Islam menghormati orang tua adalah
suatu kewajiban, Islam sangat menjunjung tinggi akhlak kepada
orang tua bahkan mengatakan “ah” kepada orang tua dilarang
dalam agama Islam, Allah Swt berfirman:
‫ب ٰ َﻮﻟِﺪ َۡﯾ ِﻦ إِ ۡﺣ ٰ َﺴﻨً ۚﺎ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ۡﺒﻠُﻐ ﱠَﻦ ِﻋﻨﺪَكَ ۡٱﻟ ِﻜﺒَ َﺮ‬
ِ ‫ﻻ إِﯾﱠﺎهُ َو ۡٱﻟ‬ ٓ ‫ﻀ ٰﻰ َرﺑﱡﻚَ أَ ﱠﻻ ﺗ َۡﻌﺒُ ُﺪ ٓو ْا إِ ﱠ‬
َ َ‫َوﻗ‬
۲۳ ‫ف َو َﻻ ﺗ َۡﻨﮭَ ۡﺮھُ َﻤﺎ َوﻗُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎ ﻗَ ۡﻮ ٗﻻ َﻛ ِﺮ ٗﯾﻤﺎ‬ ّ ٖ ُ‫أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎٓ أَ ۡو ِﻛ َﻼھُ َﻤﺎ ﻓَ َﻼ ﺗَﻘُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎٓ أ‬
َ ‫َﺎح ٱﻟ ﱡﺬلﱢ ِﻣﻦَ ٱﻟﺮ ۡﱠﺣ َﻤ ِﺔ َوﻗُﻞ رﱠبﱢ ۡٱر َﺣﻤۡ ﮭُ َﻤﺎ َﻛ َﻤﺎ َرﺑﱠﯿَﺎﻧِﻲ‬
ٗ ‫ﺻ ِﻐ‬
‫ﯿﺮا‬ َ ‫ﺾ ﻟَﮭُ َﻤﺎ َﺟﻨ‬ ۡ ‫َو‬
ۡ ِ‫ٱﺧﻔ‬
۲٤
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan
kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dengan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”. (QS. Al-Isr (17): 23-24)

2) Bergaul dengan baik


... Fahri minta dengan sangat agar Ozan dan keluargaa besarnya
tidak menginap di hotel.
“Rumah tetangga depan rumahku sudah aku beli dan sudah
aku renovasi. Kalian insya Allah nyaman di sana. Biar paman
Hulusi menjemput kalian di bandara.” 178

“Insya Allah sapai di Stasiun Waverley jam 12 siang.”

177
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 130.
178
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 519.
89

“Baik, besok, Fahri jemput. Kita langsung makan siang dan


shalat Zhuhur di Masjid Pusat Edinburgh.”
“Baik jumpa besok, Insyaallah. Selamat istirahat kembali.
Mohon maaf jika mengganggu. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.” 179

Kedua penggalan teks di atas menunjukan sikap baik Fahri


dalam bergaul kepada saudara dan keluarganya. Pada teks pertama
meneceritakan kebaikan Fahri kepaada Ozan saudara sepupu
Istrinya. Ozan mengabarkan bahwa dirinya dan keluarga akan tiba
di Edinburgh dan akan menginap selama 3 malam. Fahri meminta
agar Ozan dan keluarga tidak menginap di hotel, akan tetapi
tinggal di rumah yang sudah ia beli yang letaknya persis di depan
rumah Fahri.
Pada teks kedua menceritakan ketika Fahri sedang asik
muraja’ah hafalannya, tiba-tiba ponselnya berdenyit dan teryata
dari Paman Eqbal yang mengabarkan dirinya sudah tiba di
Glasgow bersama Seeikh Utsman. Fahri kaget dengan kedatanga
Paman dan guru tercintanya, dengan penuh khidmat Fahri
menjemput keduanya dan mengajak untuk makan siang dan shalat
Zuhur di Masjid Pusat Edinburgh.

c. Akhlak terhadap orang lain dan masyarakat


1) Saling tolong menolong dan membantu yang lemah
Tolong menolong dalam lingkungan masyarakat sangat
penting. Apabila seseorang mempunyai hubungan kemanusiaan,
maka wajib tolong-menolong. Apalagi orang lain tersebut sering
berbuat baik dan bertakwa kepada Allah, itu harus dibantu. Baik
membantu secara moril maupun materil. Sebaliknya apabila ada
yang berbuat maksiat dan dosa serta permusuhan, maka harus
dibantu untuk mencegahnya dari perbuatan dosa dan permusuhan
tersebut dengan nasihat. Allah Swt berfirman:

179
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 266
90

‫ٱﻹ ۡﺛ ِﻢ َو ۡٱﻟﻌ ُۡﺪ ٰ َو ۚ ِن‬


ِۡ ْ ُ‫ﻮا َﻋﻠَﻰ ۡٱﻟﺒِ ﱢﺮ َو ٱﻟﺘﱠ ۡﻘ َﻮ ٰ ۖى َو َﻻ ﺗَ َﻌﺎ َوﻧ‬
‫ﻮا َﻋﻠَﻰ‬ ْ ُ‫َوﺗَ َﻌﺎ َوﻧ‬
۲‫ب‬ ِ ‫ٱہﻠﻟَ َﺷ ِﺪﯾ ُﺪ ۡٱﻟ ِﻌﻘَﺎ‬
‫ٱہﻠﻟَ إِ ﱠن ﱠ‬ ْ ُ‫َوٱﺗﱠﻘ‬
ۖ ‫ﻮا ﱠ‬
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksaan-Nya. (QS. Al-Maidah (5): 2) 180

Dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el-


Shirazy, yang mengandung nilai akhlak kepada masyarakat dengan
cara tolong menolong adalah sebagai berikut:
“Ada apa, Hoca?” ujar Paman Hulusi sambil mengucek
nkedua matanya.
“Ambil selimut yang tidak dipakai, dan bantu saya menolong
tetangga kita yang terkapar di depan. Cepat, Paman. Hujan mau
turun lagi.” 181

Jiwa sosial Fahri yang begitu tinggi mendorongnya untuk


membantu Brenda yang terkapar di depan rumahnya, walaupun
Brenda non muslim namun Fahri tetap menolongnnya. Pada teks di
atas terdapat nilai pendidikan akhlak terhadap masyarakat dalam
ranah afektif dengan cara memebantu yang lemah, metode
pendidikan akhlak yang dilakukan Fahri yaitu metode keteladanan,
dimana ia mencontohkan bersikap baik kepada tetangga walaupun
tetangganya itu brbeda akidah.
Menurut Kang Abik, dakwah yang paling efektif yaitu dengan
metode keteladanan, yang mana dengan metode tersebut orang
akan melihat dan merasakan ruh Islam yang sesungguhnya,
sehingga orang akan simpatik dan mau mengenal Islam dan
menjalankan perintah yang berada di dalamnya.

Fahri mengambil dompetnya dan mengeliarkan seratus pounds


dan memberikannya kepada perempuan itu. Menerima uang

180
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007),
h. 226.
181
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 26
91

sebanyak itu, perempuan berwajah agak buruk itu berkaca-kaca


kedua matanya.
“Thank you very much,” ucap perempuan itu dengan suara
serak.
“Semoga Allah menolongmu sister” jawab Fahri. 182

Teks di atas menceritaka kedermawanan Fahri yang ketika


melihat pengemis berwajah buruk sedang meminta-minta di
halaman Masjid. Fahri memberikan uang sesuai dengan biaya satu
kali makan siang di restoran yang akan ia singgahi. Metode
pendidikan akhlak yang terdapat pada teks di atas adalah metode
keteladanan, dimana Fahri membantu seorang perempuan dengan
cara bersedekah kepadanya. Dalam Islam kita diajarkan untuk
saling membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu,
diantaranya dengan cara bersedekah. Allah Swt berfirman:

ۡ‫ﻒ ﻟَﮭُﻢ‬
ُ ‫ﻀ َﻌ‬ ‫ُﻮا ﱠ‬
َ ٰ ُ‫ٱہﻠﻟَ ﻗَ ۡﺮﺿًﺎ َﺣ َﺴ ٗﻨﺎ ﯾ‬ ِ َ‫ﺼ ﱢﺪ ٰﻗ‬
ْ ‫ﺖ َوأَ ۡﻗ َﺮﺿ‬ ‫إِﻧﱠ ۡﭑﻟ ُﻤ ﱠ‬
‫ﺼ ﱢﺪﻗِﯿﻦَ َو ۡٱﻟ ُﻤ ﱠ‬
۱۸ ‫ﯾﻢ‬ٞ ‫ﺮ َﻛ ِﺮ‬ٞ ‫َوﻟَﮭُﻢۡ أَ ۡﺟ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki
maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pahalanya)
kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak“. (QS. Al-
Hadid: 18)

“kita tidak cukup hanya melarang saudara-saudara kita


mengemis. Kita semua umat Islam, bertanggung jawab atas nasib
mereka. Kita harus intropeksi, sudah genapkah zakat kita? Ada hak
mereka dalam harta kita. Apakah kita yang nasibnya lebih baik
telah mebuat progra rill untuk perbaikan nasib mereka? Di mana
letakan hadits Nabi, man la yahtam bi amril Muslimin fa laisa
minhum. Siapa yang tidak peduli pada urusan kaum muslimin
maka tidak termasuk golongan mereka?”
“Di mana hadits itu kita letakkan ketika melihat sister kita ini
menderita hingga meminta-minta, lalu kita tidak peduli, dan malah
menghardik dan membentaknya? Masih beruntung dalam deritanya
dia masih teguh memakai jilbab, artinya masi teguh memegang
Islam, masih beruntung dia meminta-minta di halaman masjid,
artinya minta kepada keluarganya sendiri, bagaimana kalau dia

182
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h.48
92

meminta-minta di pintu gerbang gereja, lalu masuk gereja dan


menanggalkan jilbabnya? Itukah yang Anda inginkan?”183

Terkadang seseorang berbuat baik tatapi dengan cara yang


kurang tepat, salah satunnya yang digambarkan pada teks di atas.
Seseorang jamaah yang berbuat baik dengan maksud yang baik
agar Islam tidak dipandang buruk oleh orang-orang di eropa, tetapi
cara yang dilakukan oleh jamaah tersebut kurang tepat. Fahri yang
mendengar dan melihat kejadian itu langsung bertindak dan
berusaha menasehati jamaah tersebut. Metode pendidikan akhlak
yang digunakan oleh tokoh Fahri pada teks di atas adalaah metode
nasehat. Pada teks di atas terdapat teori belajar humanistik yang
mengajarkan manusia memiliki rasa kemanusiaan yang mendalam.
Sebagaimana tujuan dari teori humanis yaitu untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya hrus berusaha agar lambat laun
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
“Iya. Kita tahu konsep agar membantu saudara kita. Di dalam
AL-Qur’an dan hadits ada ajaran itu. Tapi dalam praktiknya,
sistem kita, bahkan di negara-negara Islam belum mendesain
segalanya, termasuk sistem transportasinya untuk benar-benar
membantu orang lain. Di Meshir, sering kita saksikan ibu-ibu tua
mengejar bus, bahkan ada yang tersesat. Ada yang jatuh. Di
Indonesia, pejalan kaki harus sangat hati-hati menyebrang jalan
kalau tidak ingin nyawanya melayang. Di Eropa dan negara-negara
maju, pejala kaki adalah raja.” 184

“Kalau saja kita tidak antarkan roti itu ke rumah Nenek


Catarina, maaka malam ini kita melakukan sebuah dosa.”
“Memangnya kenapa, Hoca?”
“Nenek Catarina sejak siang belum makan. Perutnya sampai
sakit. Ia tidak bisa keluar ke minimarket atau supermarket karena
kakinya sakit. Kita berarti membiarkan tetangga kita perutnya sakit
karena lapar, sementara kita tidur kenyang. Itu sebuah dosa sosial.
Nabi Muhammad Saw. Sangat tidak menyukainya.”
“Astagfirullah.”

183
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 85-86
184
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 94
93

“Robbuna yaftah alaik, Mas”


“Amin.” 185

Kedua penggalan teks paragraf di atas terdapat nilai


pendidikan akhlak dengan cara berbuat baik kepada sesama
manusia, walaupun orang lain tersebut berbeda akidah. Dalam teks
tersebut Fahri yang beragama Islam sangat peduli terhadap
tetangganya yang beraga Yahudi. Dari memberikan tetangganya
makanan sampai mengantarkan tetangganya beribadah ke Singog.
Dalam agama Islam tentunya kita dianjurkan untuk berbuat
baik kepada sesama bahkan terhaap orang non muslim-pun kita
dianjurkan untuk selalu memberikan sikap dan nilai-nilai kebaikan
terhadap mereka, selagi mereka tidak memerangi dan mengusir
dari negri. Allah Swt berfirman:

‫ٱہﻠﻟُ َﻋ ِﻦ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﻟَﻢۡ ﯾُ ٰﻘَﺘِﻠُﻮ ُﻛﻢۡ ﻓِﻲ ٱﻟﺪﱢﯾ ِﻦ َوﻟَﻢۡ ﯾ ُۡﺨ ِﺮﺟُﻮ ُﻛﻢ ﱢﻣﻦ‬ ‫ﱠﻻ ﯾَ ۡﻨﮭَ ٰٮ ُﻜ ُﻢ ﱠ‬
۸ َ‫ٱہﻠﻟَ ﯾُ ِﺤﺐﱡ ۡٱﻟ ُﻤ ۡﻘ ِﺴ ِﻄﯿﻦ‬
‫ِد ٰﯾَ ِﺮ ُﻛﻢۡ أَن ﺗَﺒَﺮﱡ وھُﻢۡ َوﺗُ ۡﻘ ِﺴﻄُ ٓﻮ ْا إِﻟَ ۡﯿ ِﮭﻢۡۚ إِ ﱠن ﱠ‬
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS al-
Mumtahanah : 8)

Ketiga penggalan teks diatas juga mengandung nilai


pendidikan dalam ranah afektif yang membangun nilai-nilai positif
pada diri pembaca. Pengaruh positif tersebut antara lain berwujud
dapat menghargai orang lain, mampu menemukan alternatif
pemecahan masalah, kreatif, sabar, dan mandiri. 186

2) Menjenguk orang sakit dan bela sungkawa

Siang itu, usai makan siang di Pierre Victoire, Fahri mengantar


Misbah ke heriot-Watt University. Sementara Misbah menjumpai
supervisornya, Fahri mengajak Paman Hulusi menjenguk Prof.

185
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 137
186
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakrta: Bumi Aksara, 2009), cet. II,h. 68.
94

Charlotte Brewster supervisor program postoc-nya yang tenyata


masih di Western General Hospital, Edinburgh.
Prof. Charlotte merasa sangat suprised dikunjungi Fahri.
Apalagi fahri mengabarkan bahwa tulisan ilmiahnya untuk postoc
sudah selesai. Faahri juga mengaarkan semua amanah Prof.
Charlotte sudah ia tunaikan termasuk mengajar kelas philology. 187

Fahri menunjukan sifat kasih sayang antar sesama manusia


dengan cara menjenguk supervisor program postoc-nya yaitu Prof.
Charlotte yang beragama non Muslim. Pada daarnya sifat kasih
sayang (ar-rahman) adalah fitrah yang dianugrahkan Allah kepada
Makhluk. Islam menghendaki agar sifat kasih sayang dan sifat
belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari
dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk
kemanusiaan.
Manakala sifat ar-rahman ini terhujam kuat dalam diri pribadi
seseorang, dapat menimbulkan berbagai sikap akhlakul mahmudah
lainnya diantaranya yaitu tolong-menolong baik dalam bentuk
material maupun dalam bentuk tenaga dan moril seperti menjenguk
orang yang sakit.
Tapi hati nurani Fahri berbicara lain. Secara kemanusiaan,
menemui Nenek Cataria yang sedang kritis itu penting. Apalagi
kata Brenda namanya terus disebut-sebut Nenek Catarina. Bisa jadi
kedatangannya akan membuat gembira dan menjadi salah satu
sebab sembuhnya nenk itu. Atau, kalau itu adalah pertemuan
terakhir dengan Nenek Catarina, maka bisa jadi itu bisa membuat
Nenek itu tersenyum sebelum ajal mendekapnya. Syukur jika itu
bisa jadi wasilah sang nenek dalam mendapatkan hidayahnya. 188

Ada saat-saat manusia dihadapkan dua pilihan yang tampaknya


sederhana namun sungguh rumit untuk menentukan pilihan. Seperti
yang dialami tokoh Fahri pada teks di atas. Disatu sisi ia harus
melihat suasana ruangan debat Oxford Union, namun disisi lain ia
harus menjenguk tetangganya seorang Yahudi sedang kritis di

187
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 131
188
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 472
95

rumah sakit. Hati nurani Fahri mengatakan harus menjenguk


Nenek Catarina yang kritis itu karena Nenek Catarina terus
menerus memanggil namanya, syukur-syukur apabila Fahri
menjadi wasilah sang nenek dalam mendapatkan hidayah.
Hal ini sesuai dengan tindakan Nabi yang pernah menjenguk
pembantunya yang beragama Yahudi ketika pembantunya jatuh
sakit. Dari Annas bin Malik r.a, Nabi Muhammad Saw bersabda:

ِ ِ
ُ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ َﻤ ِﺮ‬
‫ض ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ اﻟﻨِ ﱡ‬
َ ‫ﱠﱯ‬ ‫أَ ﱠن ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ ﻟﻴَـ ُﻬﻮد َﻛﺎ َن َﳜْ ُﺪ ُم اﻟﻨِ ﱠ‬
َ ‫ﱠﱯ‬
ِ ‫ أ‬:‫ﺎل‬ ِ
‫َﺳﻠَ َﻢ‬
ْ ‫َﺳﻠ ْﻢ ﻓَﺄ‬ ُ ُ‫َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَﻌ‬
ْ َ ‫ﻮدﻩُ ﻓَـ َﻘ‬
“Seorang anak muda Yahudi yang menjadi pembantu Nabi sakit, lalu
Nabi menjenguknya, kemudian beliau bersabda : Masuk Islamlah!”
anak muda itupun masuk Islam.(Shahih al-Bukhari 6757)

Hadits di atas menunjukkan :


a) Diperbolehkannya menjadikan orang musyrik sebagai
pembantu/pegawai
b) Menjenguknya saat dia sakit
c) Bermuamalah baik dengan non muslim yang terikat perjanjian
dengan muslim
d) Diperbolehkannya memperkerjakan anak muda belia
e) Mengajak anak yang muda belia masuk Islam
f) Mendoakan orang kafir agar mendapatkan petunjuk 189

3) Menjamu tamu

Memuliakan tamu dengan sebaik-baiknya adalah sesuatu yang


dianjurkan oleh agama Islam. Bahkan dalam hadits Bukhari
dijelaskan “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir

189
https://makalahku.wordpress.com/2012/12/21/berbuat-baik-kepada-non-
muslim/
96

maka hendaklah dia memuliakan tamunya”. Berikut adalah contoh


akhlak memuliakan tamu yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat
Cinta 2.
“Dengan senang hati saya akan membantu seampu saya.”
“Terima kasih. Cukup lama saya di sini. Sudah saatnya saya
pulang.”
“Silahkan tehnya dihabiskan dulu”
Heba menyeruput tehnya hingga habis, lalu meninggalkan
rumah itu. 190

“Minta sabina siapkan minum dan temani mereka. Paman siap-


siap, kita segera keluar untuk shalat Zhuhur. Saya mau jadi tuan
rumah yang baik memuliakan tamu, semoga meraka bisa menjadi
tamu yang baik. Sampaikan kepada meraka, wakjtu shalat Zhuhur
sebentar lagi datang mereka diminta menunggu, kita mau shalat
Zhuhur dulu.” 191

Kedua penggaalan teks di atas mengandung akhlak kepada


sesama manusia dalam hal memuliakan tamu. Para ulama sepakat
bahwa memuliakan tamu merupakan bagian dari kemuliaan akhlak.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyuguhkan tamu sangat
dianjurkan (mustahabbah), tidak wajib. Dalil ketidak wajiban
menyuguhkan tamu adalah ucapan Rasulullah Saw, “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya
dengan ja’izah (jamuannya).” Ditanyakan, “apa yang dimaksud
dengan ja’izah-Nya whai Rasulullah? Beliau menjawab, “(jamuan)
satu hari satu malam”. 192

4) Saling menasehati

Menasehati adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan


manusia. Tanpa disuruh secara langsung atau tidak, seseorang akan
menasehati jika ada manusia lainnya yang melanggar norma-norma

190
IbHabiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. id.,332
191
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 332
192
Syaikh Musthafa al-Adawy, Fikih Akhlak, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), cet. 15, h.
470.
97

yang berlaku di masyarakat. Walaupun cara yang digunakan


bereda-beda sesuai dengan kadar kemampuan si penasehat.

Dinasehati juga adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan


manusia. Namun tidak semua manusia senang dinasehati, serta
bersedia mendengar, menerima dan menjalankan nasehat. Lebih
dari itu, orang yang menjadi obyek nasehat bisa marah,
menganggap orang yang memberikan nasehat ikut campur
urusannya dan lain sebagainya.

Dalam Islam, syarat menjadi ummat yang terbaik yaitu dengan


cara saling menasehati, menyuruh kepada yang ma’ru dan
mencegah yang munkar. Dan itu adalah sebuah kewajiban (fardhu
kifayah). Allah Swt berfirman:

‫ُوف َوﺗَ ۡﻨﮭَ ۡﻮنَ َﻋ ِﻦ‬ ِ ‫ب ۡٱﻟ َﻤ ۡﻌﺮ‬ ِ َ‫ﺎس ﺗَ ۡﺄ ُﻣﺮُون‬ ُ ُ


ِ ‫ُﻛﻨﺘُﻢۡ َﺧ ۡﯿ َﺮ أ ﱠﻣ ٍﺔ أ ۡﺧ ِﺮ َﺟ ۡﺖ ﻟِﻠﻨﱠ‬
ِ َ‫ٱہﻠﻟِ َوﻟَ ۡﻮ َءا َﻣﻦَ أَ ۡھ ُﻞ ۡٱﻟ ِﻜ ٰﺘ‬
‫ﺐ ﻟَ َﻜﺎنَ َﺧ ۡﯿ ٗﺮا ﻟﱠﮭُﻢۚ ﱢﻣ ۡﻨﮭُ ُﻢ‬ ِ َ‫ۡٱﻟ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َوﺗُ ۡﺆ ِﻣﻨُﻮن‬
ۗ‫ب ﱠ‬
۱۱۰ َ‫ۡٱﻟ ُﻤ ۡﺆ ِﻣﻨُﻮنَ َوأَ ۡكﺛَ ُﺮھُ ُﻢ ۡٱﻟ ٰﻔَ ِﺴﻘُﻮن‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)

Contoh akhlak dengan cara saling menasehati yang terdapat


dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 adalah sebagai berikut:
“Paman, lembut dan keras iutu sifat yang harus dimiliki oleh
umat manusia secara proporsional. Kita tidak bisa keras terus, juga
tidak bisa lembut terus. Ada saatnya sebuah kondisi menuntut kita
bersikap lemah lembut. Ketika itu, kita jangan bersikap keras. Ada
saatnya sebuah kondisi mengharuskan kita bersikap keras, kita
tidak tepat jika bersikap lemah lembut. Di hadapan musuh yang
jelas mau membunuh kita, tak bisa kita lemah lembut. Kita akan
mati konyol! Di hadapan bara api yang membakar kita jangan
nyalakan sumbu dinamit. Hancur semua akibatnya. Di hadapan
bara api kita gunakan air dingin.”
“Iya, Hoca.”
“Ada satu hal yang harus kita ingat selalu, Paman!”
“Apa itu, Hoca?”
98

“Dalam catatan sejarah, orang yang masuk Islam karena


kelembutan budi jauh lebih banyak dibandingkan karena
peperangan. Terbukanya Kota Mekkah dan berbondong-bondong
penduduknya masuk Islam itu karena budinya Rasulullah Saw.
Tidak ada adu pedang dalam penaklukan Kota Mekkah yang
sangat bersejarah tersebut. itu adalah penaklukan dengan kebesaran
jiwa dan akhlak Rasulullah Saw.” 193

Teks di atas terdapat nasihat-nasihat bagaimana cara mendidik


yang baik. Paman Hulusi menyarankan bahwa Jonson harus
diberikan pelajaran secara hukum karena ulahnya mencuri coklat di
minimarket kepunyaan Fahri, namun Fahri menolak untuk
memproses secara hukum, ia punya cara sendiri untuk mendidik
pencuri kecil bernama Jonson yang juga tetangganya itu. Seketika
Paman Hulusi-pun protes dengan mengatakan Fahri terlalu halus
dan lemah. Setelah mendengar protes dari Paman Hulusi Fahri-pun
menasehtinya, dalam mendidik adakalanya kita tegas dan adalanya
kita lemah lembut.
Dalam teks tersebut terdapat nilai pendidikan akhlak dalam
ranah afektif yang berhubungan dengan nilai, sikap, perasaan,
emosi, motivasi dan sebagainya. Dalam teks tersebut juga terdapat
pendidikan humanis yang mengajarkan manusia memiliki rasa
kemanusiaan yang mendalam; menghilangkan sifat-sifat egois,
otoriter dan lain sebagainya.
Fahri lalu mendekati Misbah yang baru saja selesai shalat.
“Bah, tolong nasehati aku!”
“Nasihat apa, Mas? Mas Fahri yang harus menasehati Misbah.
Mas Fahri adaalah sahabat, kakak, sekaligus guru bagi Misbah.”
“Aku serius, Bah, nasehatin aku! Pagi ini aku ingin sekali
mendengar nasihat. Aku minta darimu. Nasihati aku, Bah! Jika
saudaramu meminta nasihat, maka nasihatilah! Bukankah begitu
perintah Rasulullah?”
Misbah menghela napas dan memandang lekat wajah Fahri.
Wajah itu tampak bersunngguh-sungguh.

193
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 133
99

“Baik, Mas. Nasehatku kepadamu, dan tentu sebelumnya


adalah kepada diriku sendiri, ‘JANGAN MENIPU ALLAH!” 194

Meminta nasihat bukan hanya kepada yang lebih tua, namun


bisa juga terhadap saudara, teman dan kerabat kita yang lebih
muda. Seperti yang dilakukan Fahri yang meminta nasihat kepada
Misbah, dengan sikap rendah hati Fahri tak sungkan meminta
nasihat kepada Misbah yang bisa dikatakan Misbah adalah adik
kelasnya.
Dalam Islam, meminta nasihat adalah hak muslim terhadap
muslim lainnya, seperti yang pernah di sabdakan oleh Nabi
Muhammad Saw.

‫ﺎك ﻓَﺄ َِﺟْﺒﻪُ َوإِذَا‬


َ ‫ إِذَا ﻟَِﻘْﻴﺘَﻪُ ﻓَ َﺴﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوإِذَا َد َﻋ‬:‫ﺖ‬
‫َﺣ ﱡﻖ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ِﺳ ﱞ‬
ِ
َ ‫ض ﻓَـﻌُ ْﺪﻩُ َوإِذاَ َﻣ‬
‫ﺎت‬ َ ‫ﺲ ﻓَ َﺤﻤ َﺪ اﻟﻠﱠﻪَ ﻓَ َﺸ ﱢﻤْﺘﻪُ َوإِذاَ َﻣ ِﺮ‬ ِ َ ْ‫ﻚ ﻓَﺎﻧ‬
َ َ‫ﺼ ْﺤﻪُ َوإذَا َﻋﻄ‬ َ ‫ﺼ َﺤ‬
َ ‫اﺳﺘَـْﻨ‬
ْ
‫ﻓَﺎﺗْـﺒَـ ْﻌﻪ‬
"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: (1) Jika
engkau bertemu dengannya, maka ucapkan salam, dan (2) jika dia
mengundangmu maka datangilah, (3) jika dia minta nasihat
kepadamu berilah nasihat, (4) jika dia bersin dan mengucapkan
hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah), (5) jika
dia sakit maka kunjungilah, dan (6) jika dia meninggal maka
antarkanlah (jenazahnya ke kuburan).” (HR. Muslim).

Dalam hadits di atas terlihat jelas bahwa meminta nasihat


adalah hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Ikhlas dalam
memberikan nasehat kepada orang yang meminta nasehat
hukumnya wajib. Dan bagi orang yang menasehati hendaklah tidak
menasehati orang dengan nasehat yang menyelisihi kenyataan atau
menyembunyikan ilmunya, selama tidak ada bahaya jika ilmu yang
diketahui dia sampaikan kepada orang.

194
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 140
100

“Wajahnya cantik, tapi hatinya penuh kebencian. Dasar gadis


celaka!” desis Paman Hulusi.
“Jangan mengumpat begitu, Paman! Kita belum tahu apa yang
menjadi sebab Keira sampai demikian membenci kita. Apakah kita
punya salah kepadanya? Apakah karena informasi tidak benar yang
ia terima tentang Islam dan umat Islam? Kebencian itu tidak perlu
kita sikapi dengan kebencian yang sama. Kita harus menunjukan
dengan bukti nyata bahwa kita jauh dari yang dia sangka.” 195

Metode pendidikan akhlak pada teks di atas menggunakan


metode nasehat, Fahri yang berusaha meredam kemarahan Paman
Hulusi menasehati agar tidak mengumpat dan lebih baik
berintropeksi diri. Dalam teks di atas juga terdapat pendidikan
afektif yang berhubungan dengan nilai, sikap, perasaan, emosi,
minat, motivasi, kesadaran akan harga diri dan sebagainya.

5) Memaafkan kesalahan orang lain


Inilah salah satu cara yanng paling manjur dalam
menumbuhkan rasa cinta dan sayang manusia. Allah berfirman,
ۚ
ِ ‫َو َﻻ ﺗَ ۡﺴﺘَ ِﻮي ۡٱﻟ َﺤ َﺴﻨَﺔُ َو َﻻ ٱﻟ ﱠﺴﯿﱢﺌَﺔُ ۡٱدﻓَ ۡﻊ‬
‫بٱﻟﱠﺘِﻲ ِھ َﻲ أَ ۡﺣ َﺴ ُﻦ ﻓَﺈ ِ َذا‬
‫ َو َﻣﺎ ﯾُﻠَﻘﱠ ٰٮﮭَﺎٓ إِ ﱠﻻ‬۳٤ ‫ﯿﻢ‬ٞ ‫ة َﻛﺄَﻧﱠﮫُ ۥ َوﻟِ ﱞﻲ َﺣ ِﻤ‬ٞ ‫ﻚ َوﺑَ ۡﯿﻨَﮫُۥ َﻋ ٰ َﺪ َو‬
َ َ‫ٱﻟﱠ ِﺬي ﺑَ ۡﯿﻨ‬
۳٥ ‫ُوا َو َﻣﺎ ﯾُﻠَﻘﱠ ٰٮﮭَﺎٓ إِ ﱠﻻ ُذو َﺣﻆﱟ َﻋ ِﻈ ٖﯿﻢ‬ ْ ‫ﺻﺒَﺮ‬ َ ‫ﯾﻦ‬ َ ‫ٱﻟﱠ ِﺬ‬
“Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba oraang yang antara
engkau dan dia ada permusushan seolah-olah menjadi teman yang
sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan
yang besar.” (QS. Fushshilat: 34-35) 196

Jika seseorang melontarkan makian, maafkanlah dan


ucapkanlah kata-kata yang baik. Jika seseorang bersikap tidak baik
terhadap, maka Allah akan tetap membantu memberi maaf dan
tetaplah berbuat baik. Dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 terdapat nilai

195
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 158
196
Syaikh Musthafa al-‘Adawy, Fikih Akhlak, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), cet. 15, h. 56.
101

pendidikan akhlak kepada manusia dengan cara memaafkan


kesalahan orang lain, diantaranya sebagai berikut:

“Apa yang mama lakukan? Bagaimana mungkin mama bisa


satu mobil dengan para penjahat itu!?”
“Anak itu benar-benar kurang ajar, Hoca!”
“Sudah, biarkan saja, Paman. Ayo, masuk dan shalat Maghrib.
Ini sudah Maghrib. Kita doakan saja tetangga kita terbuka hatinya
dan bersikap lebih baik.”
“Iya, Hoca.” 197

“Ja...ja..jadi kamu tahu selama ini, apa yang aku lakukan?”


ujan Jason dengan gemetar. Kali ini nadanya ada rasa takut. Jason
tidak segarang ketika dia tadi masuk ke ruangan itu.
“Saya tidak tahu, Jason. Teknologi yang membantu saya. Tapi
kamu tidak usah khawatir, itu sudah aku maafkan.” .........
“Saya tidak menghitung sudah berapa kali. Itu tidak penting,
sebeb sudah saya maafkan. Sekarang pulanglah!” 198

Kedua teks di atas terdapat nilai pendidikan akhlak kepada


sesama manusia dengan cara memaafkan kesalahan orang lain.
Memang Islam adalah agama yang indah, yang menjunjung tinggi
nilai-nilai akhlak dalam kehidupan, yang menyerukan pada
perdamaian, yang menganjurkan untuk berkasih sayang. Salah satu
keindahan Islam yaitu memaafkan kesalahan orang lain. Allah Swt
berfirman:
۱۳٤ َ‫ٱہﻠﻟُ ﯾ ُِﺤﺐﱡ ۡٱﻟ ُﻤ ۡﺤ ِﺴﻨِﯿﻦ‬
‫ﺎس َو ﱠ‬ ۡ ۡ ٰۡ
ِ ۗ ‫ َوٱﻟ َﻜ ِﻈ ِﻤﯿﻨَﭑﻟﻐ َۡﯿﻆَ َوٱﻟ َﻌﺎﻓِﯿﻦَ ﻋ َِﻦ ٱﻟﻨﱠ‬...
“...Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Jika dikaitkan dengan teori belajar, teks di atas termasuk


pendidikan humanis yang mengajarkan manusia memiliki rasa
kemanusiaan yang mendalam, menghilangkan sifat-sifat egois dan
lain sebagainya.

197
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 154
198
Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta 2.,,, h. 179
102

3. Pendidikan akhlak terhadap lingkungan


Setelah penulis membaca dan meneliti novel Ayat-Ayat Cinta 2,
penulis tidak menemukan nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan
yang terkandung di dalam novel tersebut. Menurut Habiburrahman el-
Shirazy ketika penulis temui pada tanggal 11 februari 2018 di Masjid Al-
Furqan Bekasi, nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan di dalam
novel Ayat-Ayat Cinta 2 lebih kepada kemasyarakatan. Seperti ketika Fahri
menghormati tetangganya, menebarkan cinta kasih dan kasih sayang
kepada masyarakat lingkungannya, dan lain sebagainya. Namun
pendidikan akhlak terhadap lingkungan seperti, menjaga kebersihan,
merawat tumbuhan dan lalin-lain, tidak penulis temukan di novel tersebut.

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Novel Ayat-


Ayat Cinta 2
No Nilai Pendidikan Akhlak Banyak Halaman

1 Beribadah Kepada Allah Swt 4 12,31, 79-80, 81

2 Mentauhidkan Allah Swt 2 571, 487

3 Berdzikir 4 3, 20, 32. 42

4 Berdoa 4 3, 64, 141, 164

5 Bersyukur 3 147, 155, 156

6 Tawakkal 2 393, 505

7 Takut kepada Allah Swt 2 140, 278

8 Memuliakan Al-Qur’an 1 96

9 Dapat dipercaya 1 204-205

10 Sabar 3 36, 77, 261

11 Tawadhu 2 32, 527


103

12 Kerja keras dan disiplin 2 25, 150

13 Berjiwa ikhlas 3 220, 226, 247

14 Hidup sederhana 2 333, 629

Berbuat baik kepada orang 130


15 1
tua dan kerabat

16 Bergaul dengan baik 2 519, 266

Saling tolong menolong dan 26, 48, 85-86, 94,


17 7
membantu yang lemah 102, 135, 137

Menjenguk orang sakit dan 131, 472


18 2
bela sungkawa

19 Menjamu tamu 3 112-113, 332,

20 Saling menasehati 3 133, 140, 158

Memaafkan kesalahan orang 154, 179


21 2
lain

Jadi, dari akumulasi nilai akhlak dalam novel novel Ayat-Ayat Cinta 2
yang dominan adalah “saling tolong menolong dan membantu yang
lemah” didapati 7 peristiwa dalam novel tersebut. Ini bererti Akhlak
terhadap sesama manusia menjadi fokus penulis novel ini.

No Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Jumlah

1 Akhlak terhadap Allah Swt 8

2 Akhlak terhadap sesama manusia 13

3 Akhlak terhadap lingkungan -


104

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui di dalam novel Ayat-Ayat


Cinta 2, terdapat nilai pendidikan akhlak kepada Allah Swt dan
pendidikan akhlak terhadap sesama manusia. Namun, penulis tidak
menemukan nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan di dalam novel
tersebut. Dari ketiga ruang lingkup pendidikan akhlak di dalam novel
Ayat-Ayat Cinta 2, yang paling dominan adalah pendidikan akhlak
terhadap sesama manusia yaitu sebanyak 13 nilai.
Komponen-komponen yang menunjukan terjadinya proses pendidikan
atau terlaksananya proses mendidik pada teks-teks di atas yaitu:
1. Tujuan Pendidikan: tujuan pendidikan dalam fakta teks diatas yaitu
untuk memahami dan mampu menjalankan dengan baik dan benar
tentang akhlak terhadap Allah Swt, akhlak terhadap sesama manusia,
akhlak terhadap lingkungan
2. Peserta Didik: yang menjadi peserta didik pada teks-teks di atas yaitu,
Paman Hulusi, Fahri, audiens di Oxford University, maha siswa Fahri.
3. Pendidik: yang menjadi pendidik dalam fakta teks di atas yaitu Fahri,
Misbah, Syeikh Usman, Aisha.
4. Metode Pendidikan: metode pembiasaan, metode ceramah,
keteladanan dan metode nasehat.
5. Isi Pendidikan / Materi Pendidikan: beribadah kepada Allah,
mentauhidkan Allah, berdzikir, berdoa, bersyukur, tawakkal, khauf
kepada Allah, memuliakan Al-Qur’an, dapat dipercaya, sabar,
tawadhu, kerja keras dan disiplin, berjiwa ikhlas, hidup sederhana,
berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, bergaul dengan baik,
saling tolong menolong, membantu yang lemah, menjenguk orang
sakit dan bela sungkawa, menjamu tamu, saling menasehati dan
memaafkan kesalahan orang lain
6. Alat dan Fasilitas Pendidikan: kitab sirrul asrar karya Seikh Abdul
Qadir Al-Jilani, uang, coklat.
105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian dan pembahasan novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya


Habiburrahman el-Shirazy, maka penulis dapat menarik kesimpulan sesuai
dengan rumusan masalah penelitian, bahwa:

1. Metode pendidikan akhlak yang terdapat dalam Ayat-Ayat Cinta 2


yaitu metode pembiasaan, metode ceramah, keteladanan dan metode
nasehat. Diantara metode-metode tersebut Kang Abik lebih banyak
memunculkan metode keteladanan dan metode pembiasaan. Dengan
metode keteladanan, Kang Abik seolah ingin memberi tahu kepada
pembaca bahwa berdakwah (mendidik) harus dimulai dari diri sendiri
mengamalkan nilai-nilai kebaikan (Islam), sehingga nilai-nilai Islam
tersebut melekat dan terpancar kepada siapapun. Dan dengan metode
pembiasan akhlak bisa tertanam pada diri seseorang, sehingga
seseorang itu bisa bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama Islam. Tujuan Kang Abik membuat Novel AAC2 ini
karena beberapa faktor, diantaranya Kang Abik ingin memotivasi para
pembaca khususnya anak muda, agar selalu optimis dan mempunyai
cita-cita yang tinggi, seperti Tokoh Fahri yang berhasil menjadi dosen
di Oxford University. Dengan banyaknya nilai pendidikan akhlak yang
terkandung di dalam novel tersebut, maka novel karangan
Habiburrahman el-Shirazy ini sangatlah bagus untuk dibaca bagi
semua kalangan khususnya bagi kalangan remaja.
2. Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan, penulis menemukan
kurang lebih terdapat dua puluh satu nilai pendidikan akhlak yang
terkandung dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el-
Shirazy. Dilihat dari ruang lingkupnya pendidikan akhlak tersebut
106

meliputi; akhlak terhadap Allah Swt seperti: beribadah kepada Allah,


mentauhidkan Allah, berdzikir, berdoa, bersyukur, tawakkal, khauf
kepada Allah dan memuliakan Al-Qur’an. Kedua, akhlak terhadap
sesama manusia seperti: dapat dipercaya, sabar, tawadhu, kerja keras
dan disiplin, berjiwa ikhlas, hidup sederhana, berbuat baik kepada
orang tua dan kerabat, bergaul dengan baik, saling tolong menolong
dan membantu yang lemah, menjenguk orang sakit dan bela sungkawa,
menjamu tamu, saling menasehati dan memaafkan kesalahan orang
lain. Dan ketiga, akhlak terhadap lingkungan/alam, untuk ruang
lingkup yang terakhir ini penulis tidak menemukan nilai pendidikan
akhlak, terhadap lingkungan/alam pada novel Ayat-Ayat Cinta 2.

B. Saran

Berdasarkan hasil kajian tentang pendidikan akhlak yang terdapat dalam


novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el-Shirazy, maka penulis
memeberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya
menggembangkan konsep pendidikan akhlak.

1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya penulis novel atau


karya sastra lainnya mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan,
khususnya pendidikan akhlak untuk dimuat dalam karyanya. Agar para
pembaca bisa mengambil pelajaran yang bersifat positif, terlebih lagi
bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi para pembaca khususnya remaja, hendaknya lebih cerdas dalam
memilih dan memilah untuk mengkonsumsi bahan bacaaan. Karena
tak jarang banyak bahan bacaan seperti novel dan lain sebagainya yang
hanya memuat nilai-nilai percintaan, sehingga membuat hati pembaca
galau dan sedih tanpa ada efek positif untuk kehidupan sehari-hari.
3. Bagi para pendidik, hendaknya menganjurkan para peserta didiknya
untuk melengkapi bahan bacaan yang bersifat edukatif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin,Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah,


2007
al-Abrasjy,Muhammad ‘Athijah.Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang, 1970
al-Adawy, Syaikh Musthafa. Fikih Akhlak, Jakarta: Qisthi Press, 2010
Ali,MohammadDaud.Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Amminah, Nina. Studi Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014
Ardani, Moh,Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai akhlak/budi pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002
As, Asmaran,Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994.
Azra, Azyumardi,Esai-Esai Intelektual Muslim & Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos, 1999
Basri ,Hasan. dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010
Bungin,Burhan.Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Darajat, Zakiah, dkk. Dasar-dasar Agama Isla, Buku Tesk Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tnggi Umum. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Departemen Agama Republik Indonesia, AL-Qur’an dan Terjemahnya Bandung:
Syamil Cipta Media, 2005
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Medpres, 2008
Engkoswara dan Aan Komariah.Administrasi Pendidikan,
Bandung:Alfabeta,2012, 1
Hamka. Lembaga Budi Jakarta: Republika Penerbit (PT Pustaka Abadi Bangsa),
2016
Harian Kompas. Terbit: Jakarta 20 Oktober 2017
Haris, Abd. Etika Hamka Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius.
Yogyakarta: PT.LkiS Printing Cemerlang, 2010
Hidayat, Endang , dan Widjojoko. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:
UPI Press, 2006
Hidayati, Heny Narendrani. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta:
UIN Press dan Center for Quality Development and Assurance-Lembaga
Peningkatan dan Jaminan Mutu (LPJM),2009
Jalaludin, Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002
Kartini, Ni Nyiman. Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama, Bali: Pustaka
Larasan, 2011
Lubis, Mawardi. Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan
Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Miskawaih, Ibn. Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq. Meshir: al-Mathba’ah al-
Mishiriyah, 1934
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya,
2002
Muhaimin. Paradigma Prndidikan Islam. Bandung: PT RemajaRosdakarya,2004
Mujahidin.Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi,
Jakarta: Kalam Mulia, 2000
Multahim, Penuntun Akhlak, Jakarta: Yudhistira, 2007
Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2011
Nasharuddin. Akhlak Ciri Manusia Paripurna,Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2015
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2013
-----.Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo, 2012
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2005
-----.Sastra Anak pengantar Pemahaman Dunia Anak, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers, 2013
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Kalam Mulia, 2015
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group,
2012
Samani, Muchlas dan Hariyanto.PendidikanKarakter, Bandung: Remja
Rosdakarya Offset, 2011
Santosa,Ippho’.percepatan rezeki dalam 40 hari dengan otak kanan, Jakarta, PT
Elex Media Komputindo, 2015
Saputra,Thayib Sah., dan Wahyudin., Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak
kelas X, Semarang, PT Karya Toha Putra, 2015
Setiadi, M., dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional, 1986
el-Shirazy, Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-Ayat Cinta 2, Jakarta: Republika
Penerbit, 2016
-----.Pudarnya Pesona Cleopatra, Semarang: Basmala Press, 2004a.
-----.Ayat-ayat Cinta, Jakarta: Republik Press, 2004b.
-----.Di Atas Sajadah Cinta, Semarang: Basmalah Press, 2004c.
Sholeh , Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Elsas, 2006
Sholih, M dan Mrosyid Anwar.Akhlak Tasawuf Etika dan Makna Kehidupan,
Bandung: Nuansa, 2005
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional,
Dan Sosial sebagai Wujud Integritas membangun Jati Diri. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008
Staton, Robert. Teori Fiksi, Terj. Dari An Introduction to Fiction oleh Sugihastuti
dan Rossi Abi Al Irsyad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Sudirman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014
Sumardjo, Jacob. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1927, Bandung: Alumni,
1999
Suralaga, Fadilah., dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta:
UIN Jakarta Pers, 2005
Susanto, A. Pemikiran Peendidikan Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009
Susanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008
Suyanto, Bagong dan Sutinah., Metode Penelitian Sosial: Berbagi Alternatif
Pendekatan, Jakarta:Kencana,2007
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008
Uhbiyati , Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
dan Peraturan Pemerintah Republlik Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan serta wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara,2010
Widjojoko dan Endang Hidayat.Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung:
UPI Press, 2006
Ya’qub Hamzah. Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar).
Bandung: CV.Diponegoro, 1988
Yunus,Mahmud.Kamus Arab Indonesia, Jakarta, PT, Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah, 2013
-------. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990a.
-------. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: P.T Hidakarya Agung,
1990b.
Zahrudin, Hasanudin. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014
Zed, Mestika. Metologi Pnelitian Kepustakaaan,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008
Zuchdi, Darmiyati. Humanisasi Pendidikan, Jakrta: Bumi Aksara, 2009
LAMPIRAN-LAMPIRAN
WAWANCARA
Bapak Habiburrahman el-Shirzy

1. Apa yang meletaar belakangi akang menulis novel Ayat-Ayat Cinta 2?


Jawaban : pertama karena permintaan para pembaca yang terus mendesak
saya menulis AAC 2, sehingga saya merasa ketika seorang
muslim diminta oleh saudaranya maka sebaiknya memenuhi.
Akhirnya saya memutuskan menulis AAC 2. Kedua karena
pengalaman dakwah di beberapa kota dan negara, seperti di
Amerika, di Australia dan lain sebagainya. Saya melihat ada
fenomena yang perli saya sampaikan yaitu ada hal-hal yang
terkait dengan dakwah kontemporer diantaranya cara
menghadapi Islamopobia maka itu saya tulis AAC 2.

2. Menurut Akang bagaimana cara melakukan dakwah kontemporer itu?


Jawaban : Dakwah sebagai seorang muslim kontemporer menurut saya
salah satunya adalah dakwah dengan hal, dakwah dengan
teladan. Itu yang dicontohkan Fahri sesuai dengan kondisi
sekarang, dll.

3. Novel AAC 2 ini sangat menginspirasi dan menggugah hati, adakah ayat
yang melatar belakangi penulisan novel tersebut?
Jawaban : Ada, Az-Zukhruf: 67

َ ِ‫ﺾ َﻋ ُﺪ ﱞو إِ ﱠﻻ ۡٱﻟ ُﻤﺘﱠﻘ‬


٦۷ ‫ﯿﻦ‬ ُ ‫ﻼ ُء ﯾَ ۡﻮ َﻣﺌِ ۢ ِﺬ ﺑَ ۡﻌ‬
ٍ ‫ﻀﮭُﻢۡ ﻟِﺒَ ۡﻌ‬ ٓ ‫ۡٱﻷَ ِﺧ ﱠ‬

4. Terkait judul novel, kenapa judulnya Ayat-Ayat Cinta 2, apa maksudnya


kang?
Jawaban : Karena “ayat” itu bisa bermakna tanda dan sangat luas sekali,
dan menurut sayacinta itu adalah yang menjadi ruhnya Islam.
Islam itu ruhnya adalah cinta. Al-Fatihah yang kita baca
diawali dengan bismillahirrahmaanirrahim. Arrahman,
Arrahim itu sifatnya Allah, asmanya Allah, itu artinya adalah
cinta. Yang Maha pengasih dan Maha Penyayang. Dan dalam
Islam sendiri ibadah yang tertinggi itu harus dengan cinta
bukan terpaksa.

5. Ruang lingkup pendidikan akhlak diantaranya Akhlak kepada Allah,


manusia, dan alam. Di dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 adakah nilai
pendidika akhlak yang terkait dengan itu?
Jawaban : Oh banyak sekali, contohnya anda bisa lihat ketika Fahri
terus berzikir kepada Allah Swt, dia shalat bahkan jam
mengajar itu termasuk akhlak kepada Allah, shalat tepat
waktu.
Akhlak kepada diri sendiri itu termasuk bagaimana dia
memanfaatkan waktunya, supaya amanah tentang waktu itu
bisa dimaksimalkan.

6. Adakah nilai pendidikan akhlak terhadap alam di dalam novel Ayat-Ayat


Cinta 2?
Jawaban : Alam lebih kepada alam sekitarnya kan, yang terkait sama
tetangga, dll.

7. Setelah film AAC 2 ini tayang, menurut pandangan Akang, adaakah


perbedaan antara novel dan film?
Jawaban : Yang ada di Film tidak bisa mengcover semua yang ada di
novel, tetapi ruh utama yang ingin saya sampaikan berdakwah
lewat AAC baik di novel maupun di film menurut saya sudah
disampaikan. Di filmnya memang ada beberapa perbedaan
karena banyak yang harus dimusyawarahkan di sana. Karena,
film itu sudah menjadi karya bersama bukn karya saya saja.
8. Setelah AAC 1 dan 2, apakah ada lanjutannya di AAC 3?
Jawaban : Adakemungkinan, karena saya didesak terus oleh para pembaca
dan penonton film untuk menulis AAC 3, ada kemungkinan
tapi saya tidak langsung menjanjikan.

Minggu, 11 Februaru 2018

Narasumber Pewawancara

Habiburrahman el-Shirazy M. Rizki Muajadi

Anda mungkin juga menyukai