SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Oleh:
111 10 061
2017
i
ii
AJARAN RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
SKRIPSI
Oleh:
DESI CAHYA WULANDARI
111 10 061
iii
iv
v
vi
MOTTO
Amenangi jaman edan; Ewuh aya ing pambudi; Milu edan nora
Mengalami hidup pada zaman gila memang serba repot, mau ikut
menggila hati tidak sampai, kalau tidak mengikuti tidak kebagian
apa-apa akhirnya malah kelaparan, namun sudah menjadi
kehendak Allah, bagaimanapun, sebahagia-bahagianya orang
lupa, masih bahagia orang yang ingat dan waspada
vii
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Kosim Ali Mustofa dan Ibu Hj. Sriwiryanti yang
senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidik dari kecil sampai menikmati
kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendo‟akan tanpa henti untuk menjadi
2. Bapak KH. Drs Nasafi, M.pd.I dan ibu nyai Hj Asfiyah selaku pengasuh pondok
3. Kakak yang selalu mendoakan Zaenal Arifin. S.S.T.Han, serta adik Lailiana Nurul
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di
Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis banyak
penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena
beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu, penulis
khususnya kepada:
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak
ix
x
Abstrak:
Islam merupakan agama yang sangat Concern dengan dunia pendidikan. Penelitian
ini bertujuan untuk menemukan karakterisik pendidikan moral yang ideal menurut Raden
Ngabehi Ranggawarsita dalam Serat Kalathida dan mengetahui signifikansi dan
relevansinya nilai pendidikan moral yang terkandung dalam Serat Kalathida dengan
Pendidikan Akhlak Islam masa kini.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul ........................................................................................................... i
Persetujuan Pembimbing................................................................................ iv
Abstrak ........................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
xii
G. Sistematika Penulisan skripsi ............................................................... 12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..................................................................................................................67
B. Saran.........................................................................................................68
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Biografi Penulis
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
0
BAB I
PENDAHULUAN
sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam
dan terarah.
Rasulullah Saw yang terkait dengan hal penndidikan. Surah al-Alaq: 1-5
(5) (4)
Artinya : (1)“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3)
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (4) yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam (5) Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk
yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT dan isi
1999: 9).
manusia dapat mengembangkan sikap yang penuh nilai dalam dirinya dan
segala sisi.
potensi fitrah yang telah diberikan kepadanya. Hal ini agar tidak terjadi
syariat agama, yang panduannya sudah tertulis dalam kitab suci Al-Qur‟an.
2
menjadi bagian penting dari pendidikan atau ikut andil dalam pembentukan
dipandang sebagai suatu gejala sosial, karena karya sastra yang ditulis pada
Suatu hal yang sangat menarik ditinjau dari sudut agama adalah
bahwa semua agama adalah baik dan benar, dan mereka gemar mamadukan
berbeda atau bahkan berlawanan (Simuh; 1988: 1-2). Dan kepustakaan Jawa
sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepustakaan Islam santri dan
kepustakaan Islam kejawen (Simuh; 1988: 1). Islam santri adalah sekelompok
sesuai dengan aqidah dan syariat yang diajarkan Islam, sedangkan Islam
Salah satu kepustakaan Islam kejawen yang dimaksud di sini ialah Serat
Jawa, terutama pada saat terjadi krisis sosial. Dalam diri Ranggawarsita
telah terbukti mampu mengatasi ruang dan waktu (Widyawati; 2012: v).
berupa Serat Kalathida, memuat ajaran Islam dan tradisi budaya Jawa
hanya menikmati dari segi seni saja, tetapi justru lebih ditekankan pada
B. Rumusan Masalah
antara lain:
C. Tujuan Peneltian
D. Kegunaan Penelitian
praktis.
1. Secara teoritis
di negara Indonesia
2. Secara praktis
E. Penegasan Istilah
ini, serta untuk menghindari salah pengertian, maka perlu diuraikan beberapa
1. Ajaran
Kata ajaran berasal dari kata dasar ajar yang mendapat imbuhan -
2. Moral
Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam
adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa dan darinya lahir berbagai
pertimbangan. Jika sikap itu lahir perbuatan yang baik maka ia disebut
akhlak yang baik dan jika yang lahir perbuatan yang tercela maka sikap
pendidikan dan akhlak, maka kiranya dapat kita simpulkan bahwa yang
atau pertolongan pendidik secara sadar pada siswa agar dalam jiwa anak
tersebut tertanam dan tumbuh sikap serta tingkah laku atau perbuatan
5. Serat Kalatidha
ditulis oleh orang lain. Jenis termasuk non fiksi berupa pesan moral.
F. Metode Penelitian
1. Library Research
b. Metode Idealisasi
karya beliau.
c. Metode Konstektualisasi
d. Metode kritik
sebagai berikut:
Ngabehi Ranggawarsita.
BAB II
atau nilai moral yang dapat diterapkan dalam konteks zaman sekarang ini.
1. Nilai
13
14
2. Moral
keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
bentuk plural mos, yang berarti adat kebiasaan, dalam kamus umum
individu tersebut akan ditiru orang lain, dan lama kelamaan akan
sekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Kedua, perbuatan itu
2008: 89-90)
a. Al-Qur‟an
(2) (1)
b. Al-Sunnah
Al Ahzab 21;
dan mana yang bathil, mana yang ma‟ruf dan mana yang
c. Hati Nurani
a. Akhlak Mahmudah
b. Akhlak Madzmumah
BAB III
Bagus Burham dilahirkan pada hari senin legi, tanggal 10 Zulkaidah tahun
1728 (Jw), pukul 12.00, Wuku Sungsang Dewi Sri, Wrukung Huwas
dari Sultan Hadiwijaya yang bertahta di Pajang (Jawa Tengah) pada tahun
yang paling setia (Andjar; 1989: 9). Pada tahun 1740 Jawa atau 1813
untuk berguru dan belajar mengaji kepada Kanjeng Kyai Imam Besari di
Besari pada saat itu tergolong pesantren besar dan terkenal. Guru-gurunya
cabang ilmu agama seperti fiqih, tafsir hadist, ilmu kalam, tasawuf, nahwu
sharaf dan lain-lain (Saridjo; 1979: 34). Tanggung Jawab terhadap diri
Pesantren Gerbang Tinatar, bahkan sifatnya yang pemboros dan suka judi
Kyai Imam Besari lalu meneggur Ki Tanujaya karena merasa tidak senang
Cakraningrat dari Kediri yang kelak menjadi istrinya. Pertemuan ini terjadi
pada waktu Raden Ajeng Gombak akan membeli cincin yang dipakai oleh
Tanujaya membuat gelisah Kanjeng Kyai Imam Besari. Oleh karena itu
Tinatar.
Burham tetap belum berkurang. Tingkah laku yang tidak terpuji itu masih
petunjuk dari Ki Tanujaya. Bertapa atau bersemedi adalah cara yang lazim
dilakukan pada masa itu untuk mendapatkan suatu penerangan batin dan
keteguhan iman. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga
waktu berguru kepada Sunan Bonang, yaitu bertapa dan bertirakat dalam
dari Yang Maha Kuasa. Bagus Burham diangkat sebagai Wali Guru oleh
mencari ilmu. Di tempat yang baru itu Bagus Burham diberi pelajaran
Pada tanggal 28 Oktober 1819 atau hari Senin Pahing 8 Sura tahun
permintaannya itu (Prabowo; 2003: 43). Pada tahun 1747 (Jw) Raja
deretan kata berupa kalimat atau bukan yang mengandung angka tahun,
harus melalui sebuah ujian terlebih dahulu. Ujian itu berupa kurungan
dalam genta selama dua hari. Bagus Burham dapat melaksanakan dan ia
Pada tahun itu juga, Bagus Burham atau Mas Rangga Pujangga
sambil memohon diri untuk pergi ke Surabaya dan Bali dengan maksud
di Ragajampi, dan Kyai Ajar Sidalaku di Tabanan Bali. Dari ketiga guru
tersebut hanya kyai Ajar Sidalakulah yang banyak memberi kesan (Simuh;
1988: 39).
Setelah kembali dari Kediri, pada tahun 1822 Masehi atau 1749
(Jw), Mas Rangga Pujangga Anom diangkat menjadi Mantri Carik dengan
lainya apabila ingin menulis meniru gaya bahasa yang digunakan oleh Mas
2003: 45).
Pada 13 Juni 1830 M atau 23 besar tahun 1757 Jawa, Mas Ngabehi
sebutan dari kata Rangga dan warsita.Rangga yaitu gelar untuk pangkat di
tampak dalam Serat Wirid Hidayat Jati, Serat Maklumat Jati dan lainnya
karena pada jaman tersebut (jaman Surakarta awal), karya sastra Jawa
Allah Swt. Filsafat mistik Islam inilah yang mendasari karya-karya Raden
Raden Ayu Ranggawarsita atau Raden Ajeng Gombak, Raden Ajeng Panji
Raden Mas Ranakusuma, Raden Mas Sembada, Raden Mas Sutama, Rara
pemerintahan Paku Buwana IV. Pada masa itu yang menjabat sebagai
(wafat pada waktu Bagus Burham baru berusia 17 tahun) (Simuh; 1988:
37).
menjaga Bagus Burham. Pada masa itu masih berlaku di mana seorang
Besari, seorang ulama yang dikenal keluasan ilmunya. Kyai Imam besari
36
dengan makan ikan wader yang dikatakan ajaib (Simuh; 1988: 38).
Kedung Watu, sebuah sumber air yang terletak tidak jauh dari pesantren
Kiai Imam Besari (Norma; 1999: 145). Bagus Burham berjaga semalaman
mengantuk ia akan tercebut ke dalam air. Hal ini dilakukan selama empat
puluh hari. Dan selama itu pula ia hanya makan satu buah pisang setiap
harinya.
sebesar bola (andaru) masuk dalam periuk (Simuh; 1998: 38). Sesudah
masak. Ikan itu dimakan Bagus Burham, sedangkan kepala dan ekor
ikan itulah, merupakan anugrah dari Tuhan kepada Bagus Burham yang
diajarkan oleh Kyai Kasan Imam Besari. Dengan kecerdasan di atas rata-
kemudian ia diangkat sebagai badal, wakil Kyai Kasan Imam Besar untuk
suaranya lantang dan penjelasannya mudah diterima. Dan dalam hal inilah
menurunkan status para raja lokal, dari sekutu yang sejajar dengan
pemerintah VOC menjadi pegawai biasa (Norma; 1999: 147). Tentu saja
perlakuan ini tidak diterima oleh penguasa lokal, dan Daendels pun
Kesultanan Banten, atau diturunkan dari tahta dan diganti oleh raja yang
Besari yang didasari oleh cinta kasih dan mengakibatkan Bagus Burham
waktu itu Belanda sangat ketat menyensor materi penulisan sastra di Jawa
Serat Kalathida adalah Serat yang berisi falsafah atau ajaran hidup
menggambarkan situasi edan saat itu. Serat yang terdiri dari 12 bait
tembang sinom ini ditulis kira-kira tahun 1860an (Wiwin; 2012: 2). Serat
Kalathida dibagi dalam 3 bagian, bagian pertama adalah pada bait ke-1
sampai dengan bait ke-6 yang merupakan kondisi tanpa prinsip. Bagian
kedua adalah bait ketujuh yang berisi tekad manusia untuk mawas diri.
Sedangkan bagian ketiga adalah pada bait ke-8 sampai dengan bait ke-12
yang berisi ketaatan kita pada ajaran agama yang sarat dengan pendidikan
Ranggawarsita:
Beda lan kang wus santosa; kinarilah ing Hyang Widhi; satiba
malanganeya; tan susah ngupaya kasil; saking mangunah
42
Jawa, seperti dengan C.F. Winter, Cohen Stuart dan sebagainya. Tetapi,
zaman edan atau Kalatidha yaitu ditandai dengan adanya pola pikir yang
ialah ketika moralitas semakin merosot disebabkan oleh pola pikir yang salah.
Artinya:
Ciri waktu pada zaman itu, yakni pada pertengahan, dengan ciri
tahun; wiku sapta ngesthi ratu. Itulah masa keadilan dan
kemakmuran yang merata, demikian kehendak Tuhan.
pada intinya pada zaman edan atau zaman Kalatidha yaitu ditandai dengan
adanya pola pikir yang salah, itu dapat terlihat dari bait-bait sinom yang
terdapat banyak sekali ajaran moral yang dapat diterapkan dalam konteks
pujangga, yang ada hanyalah penulis. Itulah pendapat yang lazim di dalam
dan intelektualitas yang tinggi, sambegana atau cerdas. Selain itu, ia juga
sebutan pujangga besar (Sukanto; 2001: 1). Hal ini sebagaimana yang
dan prosa lirik. Adapun bidang yang ditulis terdiri atas sejarah,
Ranggawarsita yang ditulis bersama orang lain, karya orang lain yang
lain, karya orang lain yang diakui sebagai karya Ranggawarsita, karya
a) Karya yang ditulis sendiri, Serat Wirid Hidayat Jati, Babad Itih,
2003: 60).
47
60).
Kalatidha Piningit.
sebagai berikut.
gedhog
48
19)
49
BAB IV
waktu. Moral juga harus dipandang sebagai suatu yang memiliki nilai
otonomi dan universal sehingga ia dapat berlaku pada lintas waktu, lintas
pendidikan moral lebih banyak berupa sopan santun, etika, sikap hormat dan
lupa, masih lebih bahagia orang yang ingat dan waspada; siapa pun harus
49
bertahan pada kebenaran meski sekelilingnya berbuat angkara. Kemudian,
Negara
merusak tatanan kehidupan suatu Negara”. Bila kita cermati, pada sinom
Keraton Surakarta saat itu jatuh tumbang, Ini terlihat pada sinom bait-1
seluruh pelosok kerajaan. Jika dibawa ke era masa kini, pesan moral
mempunyai raja yang begitu pandai, yaitu Sri Sultan Paku Buwono IX
pilihan dan pintar-pintar. Jika keadaan malah rusak, pasti ada sesuatu
berbuat angkara
ingat dan waspada; siapa pun harus bertahan pada kebenaran meski
Surakarta saat itu, yang digambarkan dalam bait-7 pada Serat Kalathida:
pada zaman edan, Dilema pada orang yang ragu-ragu tentunya. Mau ikut
gila, hati masih belum sampai, tapi kalau tidak ikut menggila bisa
banyak terdapat nilai pendidikan moral pada baik-bait yang beliau tulis,
sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Mulia, seperti sifat
berupa apapun juga, baik harta tenaga maupun pikiran orang lain
orang lain) akan tetapi inti apa yang dikerjakan tidak sampai.
karena adanya keinginan. begitu kan paman Doblang? Kalau ada yang
juga. Sekarang sudah tua, mau mencari apa lagi. Lebih baik menyepi
yang disebut mati sajroning ngaurip (mati dalam hidup) adalah usaha
sehingga hati suci dari pengaruh nafsu dunia (Dwiyanto; 2012: 49).
Makna bait ini adalah: Kiranya saya mampu sabar dan sentosa,
mati dalam hidup, terbebas dari semua kerepotan dan angkara murka
menyingkir.
d. Memegang Amanah
berkuasa atas rakyatnya kadang pemimpin itu lupa akan tugas dan
benih kesalahan, terlebih lagi bila disiram air lupa maka hasilnya
58
suatu tanggung Jawab yang besar yaitu dalam memegang amanat rakyat.
e. Keteladanan
Makna dari bait-1 ini adalah berikut : keadaan negara yang kian
merosot karena tidak ada lagi yang memberi tauladan (karana tanpa
apapun berita yang terucap dari lidah akan cepat tersebar dan diketahui
oleh masyarakat umum. Lalu, itu akan menjadi kabar angin, kalau istilah
repot ini, orang berbudi tidak dipakai. Demikianlah jika kita meniliti.
60
kewaspadaan.
yang benar. Sembari ikhtiar tersebut manusia harus tetap ingat supaya
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang
yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya (Qs an-nisaa‟ 125)
…. …
Artinya : … Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia, dan
ada orang yang menghendaki akhirat …. (Qs al Imron 152)
2. Taubat
Artinya :Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk
patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu
kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat
ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang (Qs. Al-Baqarah 128)
…
Artinya : … Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri (Qs. Al-
Baqarah 222)
3. Sabar
62
4. Amanah
5. Keteladanan
Kalathida dengan pendidikan Akhlak Islam jika nilai moral tersebut selaras
dengan al-Qur‟an dan sunnah sebagai tolok ukur akhlak tersebut. Adapun
Nilai-nilai Relevansi
An nisaa‟ 125
Al a‟raf 29
64
Al Baqarah 222
Al Baqarah 153
At Taubah119
5 Keteladanan Al ahzab 21 √
Al imron 31
seorang manusia itu haruslah selalu berikhtiar dan „eling‟. Ini selaras dengan
pengulangan kata ikhtiar dan eling di Serat Kalathida dalam bait-9 dan bait-10
sebagai berikut:
Beda lan kang wus santosa; (Lain dengan yang sudah sentausa)
Kinarilah ing Hyang Widhi (Mendapatkan rahmat Allah)
Satiba malanganeya; (Nasibnya selalu baik)
Tan susah ngupaya kasil; (Tidak sulit upayanya)
Saking mangunah prapti (Selalu memperoleh hasil)
Pangeran paring pitulung; (Tuhan selalu memberi pertolongan)
Marga samaning titah (Memberi jalan semua ummatnya)
Rupa sabarang pakolih (Sehingga memperoleh semuanya)
Parandene maksih taberi ikhtiyar (Tetapi manusia tetaplah
berikhtiar)
Serat Kalathida bait-9
65
memilih jalan agar selamat sambil terus berusaha disertai dengan awas dan
BAB V
PENUTUP
relevansi antara nilai moral pada Serat Kalathida dengan pendidikan Akhlak
A. Kesimpulan
Negara;
pamrih
c. Amanah
d. Keteladanan
B. Saran
oleh karena itu perlu sekali kita kaji dan kita pelajari karena akan banyak
Jawa.
banyak karyanya, tentunya tidak cukup jika hanya membaca skripsi yang
singkat dan sederhana ini, apalagi skripsi ini fokus membahas mengenai
karya Ranggawarsita dalam Serat Kalathida saja, maka dari itu penulis
Ngabehi Ranggawarsita.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan nilai moral pada anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Idrus, Muhammad. 2009. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta:
Erlangga
Kamajaya. 1980. Lima Karya Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Jakarta:
Debdikbud
Langeveld. 1980. Pedagogik teoritis dan Sistematis. Bandung: Jemmars
Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita (Suatu Studi
Terhadap Serat Wirid Hidayat Jati). Jakarta: UI Press
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
73
74
Data Pribadi
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
SD N 2 PARE : Tahun1998-2004