SKRIPSI
Oleh:
2018
HALAMA
ii
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NIM : 111-14-007
2018HALAMAN BERLOG
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
iv
v
MOTTO
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri
kalian sendiri”.
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Ismail dan Siti Muniroh yang senantiasa
memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti
2. Adikku tercinta Syifa Faiqotul Himah, Sofia Mayla Wardah dan Baita Aghni
4. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho Al Hafidzoh selaku pengasuh PPTQ Al Muntaha
Mira, Okta, Ana, Zubaidah, Ncus, Ryda, Kak Afif , Kak Mput, Kak Kenul,
vii
7. Sahabat dan teman dekatku segenap keluarga “Purworejo Squad” Hikmah,
Ida, Indri, Izza, Tatu, Retno yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan
8. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Aslikha, Nana, Yayah, Lia yang selalu
9. Dr. Dyah Wulan Anggrahini, MD, Ph.D, dokter Annis, dokter Crhis, dokter
Gagah, dokter Haryo, dokter Supomo dan segenap tim dokter bedah jantung
RSUP Dr. Sardjito yang telah merawat, mengatur waktu proses penyembuhan
10. Tim PPL SMA Muhammadiyah Salatiga tahun 2017 dan tim KKN posko 133
Salatiga)
viii
KATA PENGANTAR
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
selama kuliah.
ix
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
pendidikan S1.
7. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak
pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu
referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
x
ABSTRAK
Lu’lui Nihayah, Hana. 2018. Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Perspektif
Al-Qur’an(Kajian Surat Al-Kahfi Ayat 60-82). Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian.Perspektif Al-Qur’an. Al-Kahfi Ayat 60-
82.
Sebagai calon pendidik diharapkan mampu menjadi contoh atau suri
tauladan bagi siswanya. Fenomena di era sekarang, profil guru disoroti oleh
masyarakat dimana keberadaan guru dan siswa dengan pandangan yang negatif,
dan bukan tanpa alasan. Masyarakat lebih cenderung menyoroti rendahnya nilai
hasil raport ataupun hasil ujian nasional karena rendahnya mutu guru. Yang lebih
memprihatinkan ialah kemerosotan moral para siswa karena kegagalan guru
dalam mendidik dan memberikan suri tauladan
Berdasarkan dari alasan-alasan yang melatarbelakangi penulis sehingga
mangangkat tema ini yang menjadi pertanyaan dari penulis yakni, bagaimana
kompetensi kepribadian guru dalam perspektif al-Qur’an surat al-kahfi ayat 60-82.
Jenis penelitian kepustakaan, penelitian menggunakan metode content analysis
merupakan teknik menulis dengan mengambil makna surat dari sumber data
primer, lalu perbandingan dari beberapa tafsir dianalisis lalu ditarik kesimpulan.
Untuk itu maka penulis telah menemukan jawaban dari pertanyaan
tersebut, yakni bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi
kepribadian guru dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 yaitu berakhlak mulia, arif
bijaksana dan berperilaku santun, berkepribadian stabil, mantap dan disiplin,
jujur, objektif dan tanggungjawab. Hal tersebut tersirat dalam kisah pembelajaran
antara Nabi Khidir dan Nabi Musa, yang dimana telah terjadi peristiwa
membocorkan perahu sehingga menenggelamkannya, membunuh anak kecil yang
masih suci, dan menegakkan tembok/dinding yang roboh.
xi
DAFTAR ISI
F. Metode Penelitian........................................................................................7
xii
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11
B. Munasabah …………................................................................................ 27
A. Kesimpulan............................................................................................... 47
B. Saran ......................................................................................................... 48
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
96).
atau nama lainnya adalah bekas yang dijadikan suatu penilaian baik
1
maupun psikis, sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan
dewasa arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali, dan
2
Dari pengertian tersebut bahwa kompetensi kepribadian adalah
keseluruhan sikap, ekspresi, dan perasaan, ciri khas dan perilaku dari
situasi tetentu.
Qur’an tidak hanya terdapat di dalam satu surat, akan tetapi disini penulis
lebih menekankan pada satu bahasan yakni firman Allah SWT di dalam
nabi Musa as. Dalam hal ini nabi Musa as dengan proses pendidikan
tinggi. Tidak semua orang dapat menekuni profesi guru dengan baik,
3
keberhasilan orang tersebut menjadi guru (Sagala, 2013:39). Fenomena
keberadaan guru dan siswa dengan pandangan yang negatif, dan bukan
hasil raport ataupun hasil ujian nasional karena rendahnya mutu guru
para siswanya. Guru yang dulunya bermakna orang yang berilmu, yang
arif dan bijaksana, kini guru dilihat tak lebih sebagai fungsi pendidikan
para siswa kesulitan untuk mencari sosok panutan teladan dari mereka.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Al-Kahfi ayat 60-82 sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
akan datang.
1. Untuk Peneliti
2. Untuk Pembaca
5
Dapat menambah perbendaharaan referensi karya tulis ilmiah
E. Penegasan Istilah
a. Kompetensi Kepribadian
(Mulyasa,2011:117).
segala segi dan aspek kehidupan baik tindakan, ucpan, cara bergaul,
(Musfah,2011:42).
6
Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahwa
sikap baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain ketika
b. Surat Al-Kahfi.
surat al-Ghasyiyah dan sebelum surat al-Syura, terdiri dari 110 ayat.
Surah ini disebut al-Kahfi yang secara harfiah berarti gua. Nama al-
F. Metode Penelitian
7
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
adalah subjek darimana data itu diperoleh (Arikunto, 2014: 172) yakni
sumber asli data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan
8
Maraghi, dan kitab tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab.
1996: 83).
lain penulis tersebut bukan penemu teori (Hadjar, 1996: 84). Data
ini berupa dokumen, buku, majalah, jurnal, dan yang lainnya yang
dari sumber yang selain buku aslinya (Arifin, 1995: 133). Terdiri
263). Cara kerja metode ini adalah dengan mengambil makna surat
9
G. Kajian Pustaka
islam dalam kisah nabi Khidir dan nabi Musa kajian surat al-Kahfi
sombong untuk belajar kepada siapapun dan tidak cepat puas atas ilmu
al-Qur’an studi atas kisah nabi Musa dan nabi Khidir dalam al-Qur’an
surat al-Kahfi ayat 60-82” karya Lutfi Akbar Institut Agama Islam
pendidikan karakter dalam kisah nabi Musa dan nabi Khidir dibagi
10
Musa a.s yaitu niat dan bersungguh-sungguh di setiap perbuatan, selalu
berprasangka baik terhadap Allah SWT, sabar dalam segala hal) dan
antara murid dengan guru (taat dan santun kepada guru dalam
nabi Musa dan nabi Khidir telaah tafsir surat al Kahfi ayat 60-82 oleh
dalam perjalanan. Ranah afektif yang menyentuh diri nabi Musa yaitu
nilai-nilai pendidikan .
H. Sistematika Penulisan
skripsi ini, maka penulisan sk skripsi ini tersusun dalam tiga bagian
11
utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan
daftar lampiran.
Bab I : Pendahuluan
sistematika penulisan.
Bab ini berisi uraian tentang kata kunci setiap ayat dari surat
Bab IV : Pembahasan
merupakan bab inti yang membahas jawaban dari masalah yang telah
dirumuskan.
Bab V : Penutup
12
KOMPILASI AYAT
13
60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya : "Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah
lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka
lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada
muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah
merasa letih karena perjalanan kita ini".
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat
berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk
14
menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke
laut dengan cara yang aneh sekali".
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup
sabar bersama aku.
68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang
yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu
urusanpun".
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu
menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu".
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu
lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi
perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku
dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku".
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia
membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu
yang mungkar".
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah
(kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri
itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian
keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir
roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau
kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
15
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak
akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di
hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. Dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang
mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang
tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81. Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi
mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya
itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan
bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian
itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya"
(Munawir,1997: 1034).
(Munawir, 1997:107)
16
3. Kata حمجبberasal dari masdar ً َحمَجب- ت
َ َح ِمjamaknya احمبةdari ayat
1997:1423).
(Munawir, 1997:128).
(Munawir, 1997:499).
17
13. Kata َ خ ََشلٍَبberasal dari masdar ً خشلب- َخشق
َ yang bermakna merobek,
14. Kata َنِتغشقberasal dari masdar ً غ ََشلب- َغ َِشقyang bermakna tenggelam
Munawir, 1997:11)
(Munawir, 1997:541).
17. Kata ًَُلتهberasal dari masdar ً تمتبل-ً لتل- لت َ َمyang bermakna membunuh
(Munawir, 1997:1091).
21. Kata ظعمberasal dari masdar ً ط ْعمب- طعَ َمyang berarti makan (Munawir,
1997:852).
(Munawir, 1997:1455).
18
َ غberasal dari masdar ً غصجب- ت
23. Kata َ صجب َ ص
َ غyang bermakna memaksa,
untuk sampai ke tempat pertemuan dua laut. Betapa sulit dan penuh
dari Allah.
19
menegurnya karena ia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah
Ta’ala. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, “Aku mempunyai
seorang hamba di tempat pertemuan dua laut yang lebih alim
daripadamu.” (Riwayat al-Bukhari dari Ubay bin Ka’ab ) (Depag RI,
2009 :636).
Lalu Musa a.s pergi untuk menemui orang yang lebih alim
(nabi Khidir) yang saleh itu menelusuri pantai untuk menaiki perahu,
Nabi Musa tidak sabar karena menilai pelubangan itu sebagai suatu
20
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu
Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu
itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya
kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku".
Nabi Musa sadar akan kesalahannya, maka dia berkata “Janganlah
kepadamu.”
anak yang belum dewasa, segera serta merta membunuhnya oleh nabi
bagian ini nabi Musa tidak lupa, namun dengan penuh kesadaran
kepadamu secara khusus dan langsung bukan melalui orang lain dan
21
QS. Al-Kahfi ayat 74
Nabi Musa sadar bahwa dia telah melakukan dua kali kesalahan
dalam perjalanan ini lagi, aku rela, tidak berkecil hati, dan dapat
QS.Al-Kahfi ayat 77
22
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu,
tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka
Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya
kamu mengambil upah untuk itu"
Adanya hal tersebut dilakukan oleh nabi khidir tanpa memberikan
penjelasan terlebih dahulu kepada nabi musa, serta tidak boleh bertanya
karena nabi khidir telah dikaruniai ilmu ma’rifat oleh Allah. Dalam ayat-
ayat ini Allah menafsirkan problema yang dihadapi nabi Musa, yaitu
memberitahukan suatu hikmah batin kepada nabi Khidir, karena para nabi
khusus. Oleh sebab itu nabi Musa menyangkal apa yang dia lihat, dan tidak
mengetahui apa yang telah diberikan Allah kepada Khidir, berupa kekuatan
akal yang karenanya dia dapat mengetahui berbagai perkara batin dan
23
BAB III
ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul
sebab, karena (Yunus, 2010 : 161). Sedangkan kata Nuzul berasal dari
mengomentarinya.
mempunyai asbabun nuzul, begitu juga dengan ayat 60-82 dari surat
al-kahfi ini. Adapun asbabun nuzul dari kisah nabi Musa bersama nabi
kaumnya, Bani Israil. Dia mengajak dan mengingatkan Bani Israil atas
24
karunia Allah yang telah diberikan kepada Mereka, tiba-tiba salah
Siapakah dimuka bumi ini yang paling alim? Jawab Nabi Musa,
“Aku”, merasa kurang puas, orang itu bertanya lagi, “Apakah ada
ilmu, yang belum kamu ketahui, sehingga dengan itu Musa ingin pergi
terdapat tanda kebesarannya yaitu bila ikan yang mati, yang ada dalam
laut itu, maka ikan itu pun bergerak-gerak disitu lalu melompat ke
dalam air. Dan Allah swt telah menahan mengalirnya air di atas laut
pemuda itu berkata : tahukah tuan apa yang kita alami dengan ikan itu
25
ketika kita berlindung ke batu besar ? ikan itu telah menempuh
kepada tuan mengenai ikan itu, dan tiadalah yang menjadikan aku lupa
Musa berkata “ itula tempat yang kita cari-cari, karena hal itu
menemui hamba Allah yang saleh itu dengan menjadikan ikan yang
telah mati bila hidup kembali dan melompat ke air sebagai indikator
B. MUNASABAH
antara suatu ayat dengan ayat lainnya, surat sebelum dan surat sesudah
baik yang ada dibelakang maupun yang ada diawal (Syadali dan Rofi’i,
1997 : 168).
26
Menurut Shihab yang dikutip oleh Baidan bahwa munasabah
dengan lainnya atau ayat yang satu dengan lainnya di dalam Al-
Qur’an. Maka pada surat Al-Kahfi ini akan dijelaskan munasabah antar
Nabi Musa (yang dalam kisah ini berperan sebagai murid) dan Nabi
Khidir atau Hamba Allah (sebagai guru) dan kedua tokoh ini yang
menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Munasabah ayat ini terdapat dalam
perjalanan Nabi Musa dan pemuda (muridnya) bahwa beliau tidak akan
bekal makanan, karena telah merasa letih dan lapar, namun bekal tersebut
berupa ikan telah melompat mengambil jalannya ke laut. Yang ketiga ayat
dibawa untuk dimakan telah hidup kembali dan mencari jalannya ke laut
27
dg cara yang aneh, namun muridnya lupa untuk memberitahu kepada
Nabi Musa.
tentang ikan yang telah mengambil jalannya ke laut dengan cara yang
aneh itu, dan Nabi Musa menjawab bahwa itu adalah tempat yang kita
cari. Yang kelima ayat 64-65 menceritakan kembalinya Nabi Musa dan
yang telah diberi rahmat serta ilmu untuk diajarkan kepada Nabi Musa.
yang cukup dengan hal itu (Maraghi, 1993:340). Yang kesembilan ayat
Allah, dan yang terakhir ayat 78-82 menceritakan perpisahan antara Nabi
28
2. Munasabah antar surat.
1993 : 221).
Allah. Seperti kisah kelahiran Nabi Yahya dari seorang ayah yang
tua dan seorang ibu yang sudah mandul, dan kisah kelahiran Nabi
Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira
kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang
sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan Dia.
29
Kisah kelahiran Nabi Isa yang hanya dari seorang ibu tanpa ayah
Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan
Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci".
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!"
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Kepribadian.
didik (Syah,2005:225-226).
segala segi dan aspek kehidupan baik tindakan, ucpan, cara bergaul,
(Musfah,2011:42).
31
dengan lainnya secara fungsional dalam individu sehingga bertingkah laku
lain :
kesucian dan harga diri, penyayang seeta tidak melaknati sesuatu atau
orang lain. Guru sebagai makhluk sosial dan makhluk individu tidak
dapat hidup tanpa orang lain karena sejak lahir hingga tua nanti akan
Salah satu poin penting yang menjadi ciri kepribadian stabil adalah
32
Guru merupakan sosok disiplin, yang memiliki keluwesan dan
sesuatu itu benar, dan yang salah itu salah walaupun menyakitkan.
33
benar akan membuat siswa terjebak dalam informasi yang tidak
diteladani (Ing ngarsa sung tulodo), yaitu teladan bagi peserta didik,
Seorang guru harus mampu untuk menjadi teladan tidak hanya bagi
e. Empati
34
telah memiliki empati, ia akan menjadi care terhadap siapapun, tidak
tanggungjawab yang dijelaskan dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
yaitu:
35
Dari redaksi ayat tersebut, terdapat kompetensi kepribadian guru dalam
surat Al-Kahfi ayat 60-82 terdapat kisah perjalanan nabi Musa dengan
runtuh.:
Maka berangkatlah keduanya, yaitu nabi Musa dan Hamba Allah (nabi
Khidir) yang saleh itu menelusuri pantai untuk menaiki perahu, hingga
tidak sabar karena menilai pelubangan itu sebagai suatu perbuatan yang
tidak dibenarkan syariat, maka dia berkata pertanda tidak setuju “Apakah
itu (Musa dan Khidir) berjalan di tepi laut mencari sebuah kapal, sehingga
36
menemukannya. Penumpang kapal telah mengenal nabi Khidir, maka dari
naik dalam kapal dan sampai ditengah tengah laut, nabi Khidir melubangi
kapal dengan sebuah kapak untuk membocorkan papan kapal itu. Nabi
dewasa, segera serta merta membunuhnya oleh nabi Khidir. Nabi Musa
sungguh terperanjat melihat peristiwa itu. Pada bagian ini nabi Musa tidak
membunuh anak kecil yang memiliki jiwa suci” lalu nabi Khidir menjawab
“Bukankah aku telah berkata kepadamu secara khusus dan langsung bukan
37
melalui orang lain dan untuk kedua kalinya, sesungguhnya engkau (Musa)
berdua turun dari kapal dalam keadaan selamat dari tenggelam dan
bersih dari dosa tanpa alasan, atau dia pernah membunuh suatu jiwa yang
di haramkan?”.
Nabi Musa sadar bahwa dia telah melakukan dua kali kesalahan
bermohon agar diberi kesempatan terakhir, dia berkata “jika aku bertanya
kepadamu, wahai saudara dan temanku, tentang sesuatu sesudah kali ini,
lagi, aku rela, tidak berkecil hati, dan dapat mengerti jika engkau tidak
berdua tamu. Dan segera mereka meninggalkan negeri itu dan tidak lama
setelah itu mereka mendapatkan rumah yang akan roboh, maka nabi
QS.Al-Kahfi ayat 77
38
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri
itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian
keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir
roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau
kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
boleh bertanya karena nabi khidir telah dikaruniai ilmu ma’rifat oleh
Nya yang khusus. Oleh sebab itu nabi Musa menyangkal apa yang dia
lihat, dan tidak mengetahui apa yang telah diberikan Allah kepada
39
Dari kisah tersebut, terdapat kompetensi kepribadian guru antara lain:
harga diri, penyayang seeta tidak melaknati sesuatu atau orang lain
(Mulyana,2001: 31). Hal itu semua yang secara tersirat terdapat pada
bertanya karena nabi Khidir telah dikaruniai ilmu ma’rifat oleh Allah.
dilakukan.
40
Hal tersebut ditegaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 79-80.
mencari rezeki, maka aku ingin menjadikannya memiliki cela sehingga dinilai
tidak bagus dan tidak layah digunakan karena dibalik sana ada raja yang kejam
yang berfungsi baik secara paksa. Nabi Khidir berkata “Dengan demikian apa
Dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin,
dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya
itu kepada kesesatan dan kekafiran.
kedua, “Dan anak remaja yang aku bunuh itu, maka kedua orang
41
tuanya adalah orang mukmin yang mantap keimanannya, dan kami
khawatir, jika anak itu tumbuh dewasa, dia akan membebani kedua
orang tuanya. Beban yang sangat berat terdorong oleh cinta kepadanya
aku telah berniat di dalam dada dan Allah SWT dengan kuasa-Nya,
yang lebih baik dalam hal kesucian baik sikap, kasih sayang dan bakti
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota
itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki
agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Peristiwa terakhir yang dijelaskan oleh Nabi Khidir “adapun
dinding rumah yang aku tegakkan tanpa mengambil upah itu, rumah itu
adalah milik dua orang anak yatim di sebuah kota, dan dibawah rumah
terdapat harta simpanan orang tua mereka untuk mereka berdua. Jika
dinding rumah itu roboh, kemungkinan besar harta simpanan itu ditemukan
dan diambil orang yang tidak berhak. Sedangkan ayah mereka adalah orang
42
yang saleh yang berniat menyimpan harta untuk kedua anaknya. Allah
sebaik-baiknya hingga dewasa nanti. Apa yang aku lakukan itu adalah
rahmat bagi kedua anak yatim dari Allah (Shihab, 2012: 356).
Salah satu poin penting yang menjadi ciri kepribadian stabil adalah
nabi Khidir dan nabi Musa terdapat dari sikap nabi Khidir yang tetap
43
dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya, ucapan, perilakunya dan
yang berarti sanggup mengatakan sesuatu itu benar, dan yang salah
dan tanggung jawab pada kisah antara nabi Musa dan nabi Khidir
kecil yang masih suci, serta menegakkan tembok yang sudah runtuh.
44
BAB V
A. Kesimpulan.
sikap baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain ketika
ada pada Surat Al-Kahfi ayat 60-82 yaitu berakhlak mulia, arif
kisah pembelajaran antara Nabi Khidir dan Nabi Musa, yang dimana
B. Saran.
penulis belum bisa sempurnakan dan masih banyak celah yang dapat
penulis dalam memahami ayat-ayat suci, hal ini berangkat dari minimnya
45
sehingga penulis sangat mengharap sumbangsih saran dan kritik dari
dimasa mendatang.
dalam pengimplementasiannya.
46
DAFTAR PUSTAKA.
47
48
49
50
51
52
53
54
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
5. Agama : Islam
B. Orang Tua
1. Ayah : Ismail
C. Pendidikan
4. IAIN Salatiga
55