SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
i
i
v
v
MOTTO
(Imam Al-Ghazali)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Almamaterku tercinta, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Ayahanda (Sulasno) dan Ibunda (Istikomah) tercinta yang tak pernah henti-hentinya
memberikan do‟a dan jalan petunjuk untuk meraih kesuksesan hidup.
3. KH. Nasafi dan Ibu Nyai Hj.Asfiyah selaku pengasuh pesantren Nurul Asna Pulutan
Salatiga.
4. Kakakku tercinta Wahid Fatoni, S.Pdi yang senantiasa mencurahkan kasih sayang
memberikan doa dan dukungan yang tiada henti kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
5. Kakak ipar tercinta Alfiah, S.Pdi yang selalu mendukungku.
6. Keponakan-keponakanku tersayang “Nezza Farra Putri Wahid & M. Haikal al-
Wahid” yang selalu menghibur hatiku.
7. Para guru terhormat yang telah memberikan ilmu dan jembatan hati.
8. Teman-teman PAI G angkatan 2012
9. Sahabat-sahabatku di pondok Nurul Asna
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Salam dan
sholawat selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, dan para
pengikutnya.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak yang ikut serta dalam
memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih tiada terhingga pada :
1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku pembimbing yang penuh kesabaran membimbing
penulis sehingga terwujudlah skripsi ini.
5. Dr. Mukti Ali, S.Ag, M.Hum selaku dosen pembimbing akedemik selama menuntut
ilmu di IAIN Salatiga yang telah memberikan pengarahan dalam melaksanakan kuliah
selama ini.
6. Kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah mendoakannku,
pengorbananmu yang penuh keikhlasan sehingga berdampak luar biasa bagi penulis.
7. Bapak dan ibu dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dalam menuntut ilmu.
8. Staf Perpustakaan dan staf Akademik Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang telah
berpartisipasi dalam penyususnan skripsi ini.
9. KH. Nasafi dan Ibu Hj. Nyai Asfiyah yang selalu mendorong dan mendoakan
terselesainya skripsi ini.
i
10. Teman-teman PAI G angkatan 2012, teman-teman pondok pesantren Nurul Asna
Pulutan Salatiga.
11. Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membatu dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan yang diharapkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demkian, penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
x
ABSTRAK
FITRI NUR CHASANAH, 2017, Pendidikan Karakter Kajian Pemkiran Imam Al-Ghazali
dalam Kitab Ayyuhal Walad. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri. Dosen Pembimbing Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
x
DAFTAR ISI
Sampul....................................................................................................................................i
Lembar Berlogo.....................................................................................................................ii
Judul.......................................................................................................................................iii
Persetujuan Pembimbing.......................................................................................................iv
Pengesahan..............................................................................................................................v
Halaman Motto......................................................................................................................vii
Halaman Persembahan............................................................................................................viii
Kata Pengantar.......................................................................................................................ix
Abstrak...................................................................................................................................xi
Daftar Isi................................................................................................................................xii
Daftar Lampiran.....................................................................................................................xiv
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian............................................................................................4
E. Penegasan Istilah..............................................................................................5
F. Telaah Kepustakaan...........................................................................................7
G. Metode Penelitian............................................................................................9
H. Sistematika Penulisan.......................................................................................11
x
C. Kondisi Sosio Kultural pada Masa Imam Al-Ghazali.......................................16
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 61
B. Saran-saran ............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang ada pada diri manusia, baik potensi jasmani/rohani. Hal tersebut sesuai yang
diungkapkan oleh Ramayulis (2002: 69) bahwa tujuan umum pendidikan harus
menyeluruh melalui latihan jiwa intelektual, jiwa rasional, perasaan dan penghayatan
lahir .
pikiran (intellect) dan tubuh anak. Ketiganya tidak boleh dipisahkan, agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara baik terutama pada akhlaknya. Anak yang masih kecil
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian yang mantap dan mandiri, sehat jasmani dan rohani, serta bertanggung
setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut terkait dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
1
bersaing, beretikat baik, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
pendidikan lebih sibuk dengan urusan akademik agar siswa mendapat nilai yang
lagi.
pencurian dan tindakan asusila. Hal tersebut mengintimidasikan bahwa anak bangsa
sudah kehilangan rasa malu. Sekolah menjadi kambing hitam atas kemerosotan watak
karakter bangsa. Sekolah hanya menjadi ajang transfer of knowledge bukan character
building.
ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya para Nabi untuk
karakter dalam masyarakat Muslim sekarang adalah Nabi Muhammad Saw, yang
merupakan teladan bagi umat manusia. Tidak ada satu orang pun di dunia yang
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan sikap urusan manusia, salah
satunya yaitu tata cara dalam mempelajari kehidupan ini. Banyak tokoh Islam yang
Imam Al-Ghazali adalah ulama besar yang terkemuka dan menyejarah hingga
kini dalam bidang agama. Imam Al-Ghazali termasuk salah seorang terpenting dalam
2
sejarah pemikiran agama secara keseluruhan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid
Imam Al-Ghazali merupakan ulama yang produktif dalam menulis. Secara garis
besar karangan Imam Al-Ghazali terbagi dalam empat bidang : Ilmu Kalam, Falsafah,
Batiniyah, Tassawuf. Dari sebagian banyak buku Imam Al-Ghazali yang terkenal
Salah satu kitab karangan Imam Al-Ghazali yang tak kalah fenomenal di dunia
pendidikan adalah kitab Ayyuhal Walad. Kitab tersebut membahas beberapa pokok
bahasan tentang beragama. Salah satu yang menarik dalam pembahasan kitab ini
berkarakter.
Kitab Ayyuhal Walad berisikan tentang adab dalam belajar. Sehingga dalam
karakter saat ini yang mulai mengalami kemerosotan. Serta dapat memberikan
Dengan latar belakang yang telah terpapar di atas penulis termotivasi untuk
mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan nilai karakter dalam penelitian ini dengan
Ayyuhal Walad”.
B. Rumusan Masalah
3
1. Bagaimana pemikiran Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapaun dalam
kontemporer
D. Manfaat penelitian
4. Bagi pendidikan Islam, penelitian ini menjadi salah satu sumbangan pemikiran
bagi perbaikan pendidikan Islam di masa yang akan datang untuk mewujudkan
4
yang selalu berdasarkan ilmu yang sekaligus menjadi pikiran dalam kehidupan di
E. Penegasan Istilah
atas, supaya tidak terjadi kesalahpahaman maka penulis perlu memberikan batasan-
mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penentuan dalam menjalani
kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradapan umat manusia
proses bimbingan oleh pendidik (guru, orang tua, masyarakat ataupun lingkungan)
kepada anak didik baik jasmani maupun rohani yang dilakukan secara sadar dan
membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter juga bisa dipahami tabiat atau
watak. Dengan demikian orang yang memiliki karakter adalah orang yang
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimnsi hati, pikir, raga,
5
serta rasa dan karsa. Pandidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai,
yang baik maupun yang buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai upaya yang terncana untuk
generasi bangsa yang berkarakter baik adalah sifat utama Rasullulah SAW yaitu
2. Imam Al Ghazali
Nama Imam Al-Ghazali yang dimaksud adalah Abu Hamid Muhammad bin
Islam, teolog, filsuf dan sufi yang termasyhur. Imam Al-Ghazali dilahirkan di kota
Gazalah, sebuah kota kecil dekat Tus di Khurasan, yang pada waktu itu sebagai
salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Imam Al-Ghazali meninggal di
kota Tus setelah perjalanan mencari ilmu dan ketenangan batin, kemudian nama
Kitab Ayyuhal Walad adalah kitab kecil berbahasa Arab dan termasuk salah
satu karya Hujjatul Islam Al-Ghazali. Di dalam kitab ini dari segi isinya
6
maupun hadist juga dengan menggunakan pemikiran-pemikiran Imam Al-Ghazali
Kitab ini muncul karena permintaan dari salah satu siswa zaman dahulu, yang
meminta kepada Imam Al-Ghazali untuk menulis kitab yang didalamnya memuat
ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi dirinya di dunia maupun di
akhirat.
F. Telaah Kepustakaan
dalam penyusunan skripsi ini dan menghindari tumpang tindih dari pembahasan
penelitian. Dalam kajian pustaka yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa
hasil penelitian yang temanya hampir sama dan dari pengarang yang sama dengan
judul penelitian ini, yaitu tokoh “Imam Al-Ghazali”. Diantara hasil penelitian
(PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, 2014, yang
2014). Kesimpulan dari skripsi ini konsep pendidikan akhlak dalam kitab Ihya‟
Sufistik menurut Imam Al-Ghazali (Studi Analisis dalam Kitab Ihya‟ Ulumudin
7
Bab Riyadlatun al-Nafs)” („Athoillah, 2015). Kesimpulan dari skripsi ini
pendidikan karakter sufistik dalam kitab Ihya‟ Ulumudin bab Riyadlatun al-Nafs
antara lain: pentingnya akhlak dan dengan hati bersih yang didalamnya terdapat
keimanan yang kuat akan menghasailkan karakter yang baik yang religius,
humanis, sosialis, tidak sombong yang bisa menjaga hawa nafsu amarah serta
berkarakter.
berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Imam Al-Ghazali (Studi analisis kitab Ihya‟
karakter yang ada dalam kitab Ayyuhal Walad serta relevansinya dengan
pendidikan Agama Islam. Jadi, baik secara tema, judul serta fokus pembahasan
Al-Ghazali (Studi Analisis dalam Kitab Ihya‟ Ulumudin Bab Riyadlatun al-
pendidikan karakter yang ada dalam kitab Ayyuhal Walad serta relevansinya
8
dengan pendidikan Agama Islam. Jadi, baik secara tema, judul serta fokus
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa
sudah ada skripsi yang mengkaji tentang pemikiran Imam Al-Ghazali. Namun judul
dan fokus pembahasannya berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Skripsi
ini mengkaji tentang pendidikan karakter yang ada dalam kitab Ayyuhal Walad serta
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bibliografi, karena dengan metode sejarah untuk
yang merupakan pendapat para ahli dan mencakup hasil-hasil para pemikir dan
berupa teori-teori). Penelitian didasarkan pada studi literer dari buku-buku yang
2. Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini diperoleh dari riset
kepustakaan (library research) yaitu hasil dari penelitian sebagai buku dan karya
9
a. Sumber Data Primer
Yaitu sumber data yang secara langsung berkaitan dengan obyek riset
(Dharaha, 1985 : 60). Dalam penelitien ini sumber data primernya adalah kitab
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer
dalam penelitian ini dan merupakan bacaan yang ada kaitannya dengan
data pustaka yaitu membaca bahan dan mencatat serta mengolah bahan penelitian
(Zed, 2004:3) dari berbagai buku dan karya ilmiah yang ada hubungannnya
4. Analisis Data
Melihat obyek penelitian ini adalah buku-buku atau literatur yang termasuk
library reseacrh.
a. Deduktif
Maksudnya adalah dari hal-hal atau teori yang bersifat umum untuk
1
karakter menurut Imam Al Ghazali sehingga menghasilkan kesimpulan yang
bersifat khusus.
b. Induktif
yang bersifat khusus dan mengambil atau menarik kesimpulan yang bersifat ke
Bab III Mengenal kitab Ayyuhal Walad, yang membahas tentang latar
Walad.
pendidikan karakter.
1
BAB II
BIOGRAFI IMAM AL-GHAZALI
Muhammad al-Tusi Al-Ghazali. Versi lain menyebutkan bahwa nama lengkap Imam
Al-Ghazali dengan gelarnya adalah Syaikh al-Ajal al-Iman al-Zahid, al-Said al-
Mawafaq Hujjatul Islam. Zainul Syaraf mengatakan bahwa nama lengkap Imam Al-
(Nata,2001: 55). Imam Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 (1058) dibesarkan di
kota Tus, sekarang dekat Masyhad, sebuah kota kecil di Khurasan yang sekarang
adalah Iran.
adalah seorang pengusaha yang bekerja memintal wol dan menjual di tokonya sendiri.
dikaruniai anak yang kelak menjadi orang besar dan berpengetahuan luas seperti
Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at Tusi Al Ghazali, dengan gelar
Majdudin, keduanya menjadi ulama besar. Hanya saja, Majdudin lebih berprofesi
penulis dan pemikir. Pendidikan Imam Al-Ghazali pada masa kecil berlangsung di
saudaranya dididik oleh salah seorang sufi yang mendapat wasiat dari ayah keduanya
1
untuk mengasuh mereka, yaitu Ahmad bin Muhammad ar Razikani at Tusi, ahli
tasawuf dan fiqh dati Tus. Mula-mula sufi ini mendidik keduanya secara langsung.
Tatapi, setelah harta keduanya habis, sementara sufi itu seorang yang miskin, mereka
kepada al Juwaini yang terkenal dengan sebutan Imam Al Haramin, seorang teolog
Asy‟ariyah. Imam Al Ghazali belajar ilmu fiqih dan ilmu kalam kepada gurunya. Dari
Nizamul Mulk, perdana Mentri bani Saljuk. Nizamul Mulk menjadikan Imam Al-
Ghazali sebagai guru pada tahun 1091 m di madrasah al Nizamiyah Baghdad yang
telah didirikan Nizamul Mulk sendiri. Di kota Baghdad ini Imam Al-Ghazali menjadi
terkenal. Pengajian halaqahnya semakin ramai. Imam Al-Ghazali pun telah menulis
banyak karya ilmiah. Pada tahun 1095 M, Imam Al-Ghazali meninggalkan jabatan
terhormat di Baghdad, kemudian menuju kota Makkah (Zuhri, 1997 : 31), guna
dan ber‟uzlah di sebuah Zawwiyah di dalam masjid raya Al Umawi Zawiyah tempat
tempat inilah Imam Al-Ghazali menggunakan waktunya untuk menulis kitab Ihya‟
Jumadil Akhir tahun 505 H, setelah selesai berwudhu dengan sempurna, lalu
1
berbaring meluruskan badan dan tidak lama setelah itu Imam Al-Ghazali meninggal
Demikianlah sekelumit sejarah hidup dari ulama besar ini, dimana Imam Al-
Ghazali memiliki saham yang tidak kecil baik dalam bidang pendidikan, tasawuf, fiqh
dan lain-lain. Semoga pusaka ilmiah yang titinggalkan Imam Al-Ghazali dapat
kiranya diambil faidahnya oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada
khususnya.
Latar belakang pendidikan Imam Al-Ghazali dimulai dari belajar al- Qur‟an
saudaranya (Abu al-Futuh Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at Tusi
seorang sufi besar. Imam Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqh, riwayat hidup para wali,
dan kehidupan spiritual mereka, selain itu Imam Al-Ghazali belajar tentang syair-
syair tentang mahabbah (cinta) kepada Tuhan, belajar al-Qur‟an dan sunnah
(Nata,2001: 58).
Kerena harta peninggalan ayah Imam Al-Ghazali cepat habis, maka Imam Al-
muridnya, gurunya adalah Yusuf al-Nassj juga seorang sufi. Setelah tamat Imam Al-
Ghazali melanjutkan sekolah ke kota Jurjan yang ketika itu juga menjadi pusat
kegiatan ilmiah. Disini Imam Al-Ghazali mempelajari ilmu bahasa Arab dan Persia,
disamping mempelajari pejaran agama. Di antara gurunya adalah Imam Abu Nasr al-
pergi ke Nahipur dan disana memasuki Madrasah Nidzamiyah yang dipimpin ulama
besar Imam al-Haramain al-Juwaini seorang tokoh aliran Asy‟ariyah (Nata, 2001: 5).
1
Di Baghdad Imam Al-Ghazali mulai menekuni kehidupan formal sebagai
jaya, serta aliran ang beraneka ragam, sangat pesat, sebagaimana yang digambarkan
Melalui al-Juwaini inilah Imam Al-Ghazali memperoleh ilmu fiqh, ilmu mantiq
dan ilmu kalam, karena Imam Al-Ghazali dinilai berbakat dan berprestasi kemudian
diangkat sebagai asistennya al-Juwaini sebagai gurunya merasa kagum dan sering
selalu memohon kepada Allah SWT agar diberi pengetahuan yang berguna dan
tiga tahun, yaitu memperdalam ilmu yang diperolehnya dengan jalan muzakarah dan
Dalam bidang tasawuf Imam Al-Ghazali belajar kepada Imam Yusuf al-Nassj
dan Imam al-Zahid Abi Alial Fadhlu bin Muhammad bin Ali al-Farmudzi al-Thusi,
Imam Al-Ghazali belajar kepada Abi Sahl Muhammad bin Ahmad al-Hifsi al-
Maruzis. Kepadanya Imam Al-Ghazali belajar kitab Shahih Bukhari. Guru lainnnya
dalam bidang hadist adalah Abu al-Fath Nasr bin Ali bin Ahmad al-Hakimi al-Thusi,
Abu Muhammad bin Muhammad al-Khuri, Muhammad bin Yahya bin Muhammad
al-Suja‟i al-Zu‟zini, al-Hafidz Abu al-Fiyan Umar bin abi-hasan al-Ruaisi al-
bidang kepemimpinan politik, dan berhak mendapatkan gelar kebesaran dan guru-
guru, orang-orang yang hidup sezaman dengannya dan yang datang kemudian,
1
sehingga seorang muridnya bernama Muhammad bin Yahya al-Naisaburi
menyatakan, tidaklah dikenal Imam Al-Ghazali menilai seorang yang telah mendekati
bertepi). Hal ini tidak lain karena banyaknya bidang pengetahuan yang dikuasai Imam
fiqh, mantiq, hikmah, filasafat, dan semua itu dupahami secara benar, menguasai
semuanya, sangat cerdas, tajam daya analisisnya, kuat hafalanya dan argumentasinya
(Nata,2001: 59).
Imam Al-Ghazali adalah seorang tokoh Islam yang hidup pada zaman raja-raja
Daulat Saljuk Raya (Turki) yang telah menguasai daerah Khurasan, Ray, Jibal, Irak,
Jazirah, Persia dan Ahwaz. Kemudian yang mendirikan Daulat Saljuk Raya tersebut
adalah Rukunuddin Abu Thalib Thughrul Bek, dan Imam Al-Ghazali sendiri pada
waktu itu telah menyaksikan masa Adududdin Abu Syuja‟ Alp Arsalan, jalaludin Abil
Rukunuddin Malik Syah (11) dan Muhammad bin Malik Syah. Kelahiran Imam Al-
Ghazali bertepatan pada akhir pemerintahan Thughrul Bek yang telah mengusai kota
Imam Al-Ghazali, secara politik hidup dan bekerja pada zaman kekacauan.
kemerosotan, kekuasaan Arab di daerah kota Baghdad telah hilang atau hampir
Peter Sang Pertapa menyeru Eropa ke dalam Perang Salib. Pada masa itu pula
1
perbadaan-perbedaan keagamaan dan politik. Sementara aliran Asy‟ariyah dan
rumit dan membingungkan. Satu sisi di dalamnya terdapat Khalifah, yang luas
kekuasaannya sebatas perebutan namanya pada shalat Jum‟at, dan di sisi yang lain
dilakukan oleh tentara salib yang mengarah ke Raha (di lembah Eufrat) pada tahun
490 H dan di Antioch pada tahun 491 H dan Tripoli (Lebanon) pada tahun 595 H.
Khusaran, yang letaknya jauh dari tempat pertempuran, dan pada saat itu kawasan-
perebutan kekuasaan antara para penguasa tidak kunjung usai dan peristiwa ini yang
telah memisahkan orang-orang muslim di satu negeri dari berbagai peristiwa yang
telah terjadi di negeri-negeri muslim yang lain. Dalam masa hal ini juga muncul
berpuncak pada pembunuhan terhadap Nizam al Mulk pada 485 H dan putranya.
Fakhr al Dawla pada tahun 500 H juga terhadap Wazir dari Sultan Barkyaruq pada
tahun 495 H.
Masa Imam Al-Ghazali hidup, banyak sekali para pemimpin negara dan ulama-
keuntungan dunia. Adapun bukti nyata peristiwa ini yaitu munculnya kitab Imam Al-
telah berusaha membebaskan masyarakat dari kesesatan yang telah terjadi pada waktu
1
itu. Hal ini diakibatkan banyaknya ulama pada masa itu yang saling mengadu
kekuatan dengan perdebatan untuk memamerkan ilmu dan agamanya, dibalik semua
menggambarkan masyarakat pada waktu itu sebagai orang-orang yang takwa tapi
palsu, juga sebagai orang-orang sufi palsu yang menipu manusia dengan
kebanyakan berusaha memperalat rakyat guna berperang atas nama agama, sehingga
terjadi perang saudara dalam Islam yang dipimpin oleh rajanya masing-masing, yang
sebenarnya keadaan masyarakat Islam cukup baik, tetapi fitnah yang sengaja
dan lain-lain telah dikuasai oleh pemimpin-pemimpin tercela (Bahreis, 1881: 18-19).
Abu Hamid Al-Ghazali hidup pada masa Nizamul Mulk, seorang wazir besar
dari kalangan Bani Saljuk, pada waktu itu wazir telah berhasil mendirikan sekolah-
sekolah tinggi yang disediakan untuk memperdalam penyelidikan tentang agama dan
dan Syafi‟iyah. Wazir Saljik sebelum Nizham Al Mulk yaitu Al Kunduri salah
seorang yang menganut mazhab Hanafi dan pendukung Mu‟tazilah, termasuk dalam
Asy‟ariyah yang sering kali juga berarti penganut madzhab Syafi‟i. Al Kunduri
selanjutnya digantikan posisinya sebagai wazir oleh Nizham Al Mulk, salah seorang
1
yang menganut madzhab Syafi‟i Asy‟ariyah, oleh karena itu secara alamiah
Hanafiyah. Tidak atau bukti bahwa Nidzam Al Mulk sebagai seorang Syafi‟iyah,
seluruh sekolah yang ia bangun diperuntukan secara khusus bagi penganut madzhab
yang sama. Jelas bahwa hal ini posisi madzhab Syafi‟iyah Asy‟ariyah menjadi
semakin kuat dan secara tidak langsung melemahkan. Walaupun para pengkaji yang
Syi‟ah. Hal ini tidak didasari alasan dan bukti yang kuat. Bahwa dirinya
tetapi hal ini tidak berarti Nidzam Al Mulk menghancurkan yang lain. Jadi pada
Teladan yang dilakukan oleh Nizham Al Mulk segera menjadi terkenal. Para
untuk golongan Syafi‟iyah maka pada waktu selanjutnya para mazhab lainya masing-
300 buah karangan. Betapa rajinnya Imam Al-Ghazali menulis (selama 30 tahun,
1
diselingi 10 tahun pengembaraan). Sejak umur 25 sampai 55 tahun telah menulis
sebanyak 300 buah karya, dapat dibayangkan betapa kesanggupan dan kesungguhan
Secara garis besar Al-Ghazali terbagi dalam empat bidang: Ilmu Kalam,
100 buku yang meliputi berbagai pengetahuan, seperti ilmu kalam (Theologi Islam),
Fiqih (Hukum Islam), Tasawuf, Filsafat, Akhlaq dan Otobiografi, karangannya itu
ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, sebagaian pendapat lain mengatakan bahwa
2. Al-Mausbul fi al-Ushul
3. Al-Basith fi al-ushul
4. Al-Basith
5. Al-Wajiz
8. Ma‟akhidz al-khilaf
9. Lubab al-Nadzar
2
12. Syifa‟al-ghalil i al-qiyas wa al-ta‟lil
14. Fatwa
30. Jawab li al-Ghazali „an da‟wah al-ma ayyad al-mulklabu li muawwidah al-
tadris bi al-mudzamiyah
33. Jawab al-masail al-arba‟a alhu al-batiniyah bil hamdan min al ayaikh li ajl
2
35. Risalah fi raju asma Allah swt. Ila zat wahidah ala ra‟yi al-mu‟tazilah wa al-
falsafah
50. Al-risalah
2
59. Tahzib al-ushul
65. Al-Istidraj
pengetahuan dan dijadikan rujukan kegiatan ilmiah. Hal ini menujukkan bahwa karya
Imam Al Ghazali punya arti besar pada perkembangan dunia ilmu dan pengetahuan.
Buku-buku yang dan risalah-risalah Imam Al-Ghazali mencapai ratusan, bahkan sulit
Pada urutan nomor 46 (empat puluh enam) itulah karya imam Al-Ghazali
yang berkaitan dengan pendidikan akhlak. Salah satu yang terkenal adalah kitab
berakhlak yang baik dengan penjelasan secara komprehensif dan luas dalam semua
2
BAB III
pertama-tama adalah halaman judul yang diikuti dengan nama pengarangnya yaitu
Imam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali. Halaman berikutnya adalah tentang
latar belakang penulisan kitab Ayyuhal Walad. Dengan gaya bahasa yang halus dan
didik yang diakhiri dengan materi doa. Kitab tersebut menjelaskan sistem pergantian
antara pembahasan masalah yang satu dengan pembahasan masalah yang lain tidak
ditandai dengan bab-bab tertentu yang sesuai dengan pembahasan masalah, tetapi
Sistematika penulisan kitab Ayyuhal Walad dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
1. Halaman judul
Kitab Ayyuhal Walad yang ditulis oleh seorang yang sangat berkompeten dalam
berbagai bidang keilmuan. Seorang yang mendapat gelar Hujjatul Islam (Pembela
2
Kebenaran Ajaran Islam), dilatar belakangi dari salah satu siswa (yang tidak
Zamuddin Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali, ia telah sibuk
berhasil mengumpulkan berbagai macam ilmu yang lembut serta telah berhasil
Siswa tersebut pada suatu hari merenung dan berfikir tentang keadaan jiwanya
serta berkata-kata dalam hati dan mengucapkan : “Saya telah membaca berbagai
dan apakah ilmu yang tidak memberikan manfaat bagiku, sehingga aku
ىليىػٍنػى ف يع
ً اى ل ٌي ه م ىك
اىعي وذي بً ًم ٍن ٍع ل
ٍ
م و
Artinya :
ia mengirim sepucuk surat kepada gurunya yaitu Hujattul Islam Abu Hamid bin
Meskipun kitab-kitab Syeikh seperti Ihya‟ dan lain sebagainya telah memuat
jawaban masalah-masalah saya, tetapi saya berkeinginan agar Syeikh
menuliskan kebutuhan-kebutuhan saya pada beberapa lembaran-lembaran
yang ada bersamaku selama hidup ”. Maka kemudian Syeikh Imam Al-
Ghazali menulis kitab Ayyuhal Walad sebagai jawaban dari surat yang telah
2
dikirimkan oleh salah satu siswa beliau tersebut (Al-Ghazali, 1420 H: 4-5).
2
C. Kandungan Isi Kitab Ayyuhal Walad
menekankan pada aspek akhlak yang harus ditanamkan pada anak didik supaya
memiliki jiwa yang tenang dan tidak khawatir untuk menghadapi kehidupan
selanjutnya di akhirat.
Dua jalur komunikasi yang sangat penting untuk dihadapi manusia dalam
kehidupannya yaitu jalur vertikal dan horisontal. Jalur vertikal adalah jalur
komunikasi antara manusia dengan Tuhannya, sedangkan jalur horisontal adalah jalur
komunikasi antara manusia dengan alam sekitarnya, terutama dengan manusia itu
sendiri (Tatapangarsa: 181), Begitu pula dengan pemikiran Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ayyuhal Walad yang memuat jalur vertikal dan jalur horisontal, sebagaimana
2
b. Taat dan Beribadah kepada Allah
ً
ى ٍك العىًباى دى ة ىما ًى ىى ا ٍعلى ٍم اى
ف الط ا ىعةى يخى َل ىصةي اٍلعًٍل ًم اى ٍف تى ػ ٍعلى، اى
ىم الط ا ىعةى يػ
ّى ها اٍلى و لى يد
باٍلى ٍق وًؿ ىكاٍلً ف,ً شا ًًرع ًِف ٍا لىىكاًمً ر ى كالن ػى وا ًى ٍى
يك ُّل ىكتىػٍ فى ع يل: يىػ ٍ ًع ٍ ِن.ٍعل ىك ٍالعىًباى دى ة يمتى ابىػى عةي
ال
كتىػٍتػ ر ي ؾ ي يك و يف ًباٍقًت ىدا ًءال ك ما لىو ىت يػ ٍى و ىـ ٍال ٍعًي ًدى ك اىي اى ـ الت ٍ ًش ر ًٍي ق
تى ي ٍك و يف ٍشًرع ى ى يص ٍٍم ٍ ى ى ي
ىك انى ت ص و رىة عً با دةو, ص ت ًِف ثػى و ص وب,عا ًصي ا
ٍ ي ٍ ى ىى ٍ ي ى ن ى ى
تىٍأ وب م غ و ىكاً ٍف اٍىك ل ٍي
ٍ ى
ى
. ثي
(Al-Ghazali, 1420 H: 35-36)
Artinya :
“wahai anak, inti sari ilmu yaitu apabila engkau mengetahui apa itu
taat dan ibadah, ketahuilah bahwa taat dan ibadah itu adalah
mengikuti terhadap yang membuat syariat (aturan agama) baik itu
perintah-perintahNya maupun larangan-larangaNya, dengan ucapan
maupun perbuatan serta apa yang kamu tinggalkan itu semua
mengikuti syariat (aturan agama). Seperti halnya kamu berpuasa di
hari tasriq maka kamu termasuk maksiat, atau apabila kamu
melaksanakan sholat memakai pakaian yang kamu ghasab walaupun
bebtuknya ibadah tetapi engkau berdosa”.
3
sebagian malam, sholatlah tahajud sebagai tambahan bagimu, ini
adalah perintah, dan di waktu sahur orang-orang sama-sama
memohon ampun, ini adalah syukur, dan orang-orang yang
membaca istighfar adalah zikir. Nabi saw bersabda : ada tiga suara
yang disukai Allah, yakni suara ayam jago, suara orang yang
membaca Al-Qur‟an, dan orang yang membaca istighfar di waktu
sahur”.
س ن خليى قو ًبا لىنا ىمليي ه ٍم ًبا ْ ٍلًل ًم فىػ يهى و ىع زىك ىج فى ىم ٍن استىػى قاى ـ ىم ىع
ى ى ي ي
ي ٍص وّ ِفه ًس ى ك ى ع ا ل ى كا ى ٍ ح ًاهلل
ح ظ نى ػٍ ف ًسً و لًه تى ػى عا ىىل ىك ي ح ٍس ىن ا ٍْليليً ق ىمى عا ل ىل ىك ٍاًل ٍستًى قاى مةي اى ٍف
ن ا ًس ا ى ل ى
ىعلىى اٍىمً ر ا يػىٍ ف ًد
ىك بى ٍل نىػٍ ف ىس يمى ًد ىما ىٍَل يى يِ ا لًي ٍف واال ٍش ر ىَت ًم ىل ال نا ىس ىعىلى
.ىع ىك ىعل ى را ًى يمىراً د نػ ٍى ف ًس
ى
ٍم
(Al-Ghazali, 1420 H: 65-66)
Artinya :
“Kemudian ketahuilah bahwa ilmu tasawuf itu memilki dua tingkah
laku yaitu istiqamah (selalu) beribadah kepada Allah dan tenang
menghadapi masyarakat, maka barang siapa yang beristiqamah
beribadah keapada Allah baik budi pekertinya terhadap masyarkat dan
mempergauli dengan lemah lembut, orang itulah ahli tasawuf, yang
dinamakan istiqamah yaitu apabila orang menebus bagian nafsunya
terhadap perintah Allah SWT dan baik budi pekertinya dengan sesama
manusia, itu apabila kamu tidak membebani manusia untuk menuruti
keinginanmu, tetapi dirimulah yang menuruti kehendak masyarakat
selagi tidak melanggar syariat (aturan agama)”.
3
4. Akhlak Anak Didik terhadap Gurunya
Artinya :
3
“Dan guru menerima membentangkan sajadah gurunya dihadapannya kecuali pada waktu
murid, sebaiknya melaksanakan sholat, apabila selesai shalat maka ia mengangkat
murid memuliakan sajadah gurunya. Tidak memperbanyak sholat sunah disanping
guru baik secara lahir gurunya. Mengerjakan apa yang diperintahkan gurunya dengan
maupun secara batin. sekedar waktu luang dan kemampuannya. Sedangkan memuliakan
Adapun memuliakan secara batin yaitu setiap sesuatu yang didengar atau diterima dari
lahir yaitu murid gurunya tidak diingkarinya dengan batinnya baik berupa perbuatan
dengan tidak berdebat maupun ucapan, supaya tidak membuat tanda munafik apabila tidak
dengan gurunya pada kuat melaksanakan perintah gurunya supaya ia meninggalkan diri
tiap-tiap masalah menemani gurunya sehibgga batinnya cocok denga zahirnya. Dan
walaupun mengetahui menjaga dan berteman dengan orang yang buruk untuk
bahwa gurunya adalah mempersempit kekuasaan setan, jin, manusia dan lubuk hatinya.
salah. Tidak Kemudian dibersihkan dari jiratan kotoran setan”.
5. Ahklak Terhadap
Ilmu
3
اى ًر ىكيم ىطا لىى عً ة اٍل يكتي ًب ىك
ىحىٍرم ىت يػ
ً
ىك م ًم ن لىي او ؿ اى حي ػيتىػ الٍعٍل ًم: ّ ها اٍل و ل ى يد
ٍٍ ى ٍ ٍ ى ى ى
ىها بًتى ٍكىرا
ىعل ىى نى ٍػ ف ىك الن
(Al-Ghazali, 1420 H: 21).
.ًس ػٍ وىـ
Artinya :
“Wahai anak, berapa banyak kamu menghidupkan malam dengan
mengulang-ulang ilmu, muthalaah beberapa kitab dan jagalah
dirimu dari tidur Mengamalkan Ilmu”.
b. Mengamalkan Ilmu
ح ىخا لًينا ً
اى ىل تى يك ًم ٍع ي ٍم فل ىكلى ًم ىن ٍ ى
ٍالى وا ًؿ يػ ٍن ى ن اىِلى ى ما نسا
، ّى ها اٍلى و ل ى يد
ؿ
(Al-Ghazali, 1420 H: 10-11)
Artinya:
“Wahai anak, janganlah kamu menjadi orang yang rugi amal (tidak
memiliki amal) dan janganlah kamu menjadi ornga yang sepi dari
tingkah (gerak hati)”.
ً ىكاٍلى قىنا
ىكا لت ػى و ىكاٍليى ق ىكالصَلىةً ىكال ُّش يى ُما ًس ىن ٍالى ٍخلىًً ق ىلوي ىكال
ى ًع ة ُّك ول سيػ رة
ي ً ٍكً ر ًٍ ى ن صٍ ْب
ًؽ ى كا ٍْل ىي ًا ء ىكاٍلى وىفاً ء ىكا ي ًض ًع ىكال ِّص ىكطيى مٍأ ٍنًيػنى ً ة الن ٍػ ف ًس ىكا ىكالت
ٍلى وقىا ًر ىكاٍل ٍعل ًم ٍد ْ ٍلًل ًم ػى وا
(Al- ali,
Ghaz H:
3
ىكالت أى ٍِِّّن ُّس ي ٍك وً ف ى كا ل
Artinya :
ًىاة
كا ْ ٍلًق ىكاٍلى ع كاٍل ى
ى ى
ً كاٍل
ى ىكا ّلِر ىكا ٍْلى يخليو ق ىذًمٍي
ًد ىداى كةً يمبىا ٍك ًْب ً
يىا ء ىس ًد وم
3
(Al-Ghazali, 1420: 74)
Artinya :
Metode merupakan salah satu yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan
dalam pendidikan. Metode untuk membentuk akhlak yang terpuji terhadap anak didik
1. Metode Keteladanan
َصلى ةي
اى ل ٍىَ ىم ًم ىن ال ُّدٍنػىياىا
ىكى فا يىوة ىسنىو ة ىك ىما ىكا ىف ىر ىعلٍى ًي و
ي ٍس وي ؿ اهلل اىل ٍكثىػىرًم ٍن ىع
اى لٌل يه ىم اى ٍجى ع ٍل قي ٍػ و: يح ىكقىا ى ؿ ىكال َسلى يـ ييعً د ذ ىك لوبى ػ
ىت اً ؿ يُمى م ود ً ع ًض يجىراى
ٍ ل
تًو
.ىكى فا فنا
(Al-Ghazali, 1420 H: 105).
Artinya:
“Janganlah engkau mengumpulkan harta dunia lebih banyak dari
kecukupan satu tahun, sebagaimana yang dilaksanakan Rasullulah
SAW yaitu mempersiapkan kebutuhan dalam jangka satu tahun untuk
beberapa istrinya, dan beliau bersabda berdo‟a : ya Allah, jadikanlah
baham makanan keluarga Nabi Muhammad secukupnya”.
3
73).
.يى ٍػ وىـ ا ٍلً قىيا ىمً ة
Artinya :
“Wahai anak, sesungguhnya saya menasehatimu dengan delapan
perkara, terimalah dariku supaya ilmumu tidak memusuhimu di hari
kiamat".
3
3. Metode Pemberian Wasiat
ً ً
ىليى: اى ل ً ف ك صا ي ا ىف ا ٍْل ًكي ل ٍبن و اىن وي ىقا ىؿ
ي ٍك و نى ن ٍ ى
ًم يػ ى ٍ ى لىيٍق ى ىما
ير,ّ ى ها اٍلى و لى يد
ًك
ًال ِّدي ي ىك ىس ىك ًد ل ًب ٍالى س كاى ٍن ت نىا ئ
ٍ ى ى ٍ
(Al-Ghazali, 1420 H: . هم ىحا ًر ك ي ًمٍن يػينىا
34)
ىا
Artinya:
“Wahai anak, diceritakan dalam wasiatnya Luqman Al Hakim kepada
putranya, ia berkata:” janganlah anak ayam jantan itu lebih pandai
daripada dirimu. Ayam jantan itu berkokok di waktu sahur sedang
engkau nyenyak tidur”.
4. Metode Cerita
Artinya:
“Diceritakan bahwa Imam Al-Syibli rahimatulullah itu telah membantu
empat ratus guru. Ia berkata: saya telah membaca empat ribu hadist
kemudian saya memilih satu hadist dari empat ribu hadist tersebut dan
mengamalkannya serta meninggalkan lainnaya karena saya berfikiran
dan yakin bahwa lulusku dan keslamatanku itu ada pada satu hadist
tersebut”.
3
ً َكل ما خ ك تىػى ف ك ر ىح ّت ًَى ىد ىخى َل اى
ى ٍ ى ى ن ى ى
نصا. سى م يػ
ٍفيً و ا ىر
ٍع ًٌِن ّ ها اٍل و لى د ,اً
ى ى ي
)(Al-Ghazali,1420 H: 102-103
Artinya:
“Wahai anak, dengarkanlah perkataanku yang lain dan berfikirlah di
dalamnya sehingga ia menemukan keselamatan”.
4
Artinya:
"Wahai anak, setelah hari ini kamu jangan tanya kepadaku tentang apa
yang kamu anggap sulit untukmu kecuali dengan ucapan hati".
melihat materi pendidikan akhlak dalam kitab Ayyuhal Walad maka penulis
di akhirat.
Melihat dua tujuan pendidikan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
menurut Imam Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi saja (mendekatkan diri
kepada Allah), tetapi juga mengandung tujuan yang mengandung duniawi. Imam Al-
Pemaparan isi kitab Ayyuhal Walad yang tersebut di atas, merupakan beberapa
pokok pesan yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali kepada murid kesayangannya
agar lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Dapat dipahami bahwa Imam Al-
hal yang harus dilaksanakan oleh seorang peserta didik dalam proses belajarnya
4
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI
Kitab Ayyuhal Walad yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali merupakan kitab yang
lebih menekankan pada pendidikan akhlak terhadap anak didik yang bertujuan untuk
Beriman kepada Allah SWT adalah merupakan suatu hal yang paling
pokok dan mendasar dari seluruh ajaran agama Islam yang harus diyakini
dengan ilmu yang pasti. Al-Qur‟an adalah sebagai pokok dan sumber
ajaran Islam.
Iman kepada Allah yaitu dengan cara memepercayai keesaan zat, sifat
dan faalNya. Artinya hanya Allah sajalah yang pantas dan berhak
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan berbeda dengan sifat yang
ada pada makhluknya. Segala apa yang diciptakan oleh Allah itu
merupakan ciptaanNya sendiri tanpa campur tangan lainnya, dan tidak ada
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini jelas telah tercantum di dalam
bunyi Pancasila pada sila pertama. Bangsa Indonesia percaya bahwa kita
4
adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan mempercayai akan
kekuasaaNya . Bagi umat Islam percaya kepada Tuhan Allah SWT adalah
merupakan rukun iman yang pertama dan mutlak harus dipercayai dan
dilakukan sejak usia lebih dini sehingga peserta didik akan selalu punya
dalam setiap akan melakukan suatu perbuatan. Selain itu juga, metode kisah
Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia yang pertama kali diciptakan
oleh Allah.
4
jika ia beriman kepada Allah secara sungguh maka Allah akan
Allah maka orang tersebut adalah orang akan celaka karena ia akan
Dengan begitu maka nilai-nilai keimanan dalam diri peserta didik akan
mampu mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah
syariat menurut bahasa berarti “ jalan yang lurus”. Para ahli dalam bidang
fiqih memaknai kata syari‟at ini sebagai nama hukum yang telah
ketetapan yang harus dijalani oleh umat manusia yang meliputi semua
4
3) Menambah Ketaatan dengan Ibadah Shalat Tahajud, Membaca al-Qur‟an
dan Beristighfar
malam.
malam. Yang lebih baik lagi jika dilaksanakan sesudah shalat malam, di
saat suasana sunyi sepi hingga bisa tenang melakukannya hingga, dan
(Faruoq: 152).
siang adalah waktu yang digunakan manusia untuk bekerja mencari nafkah
pada waktu malam menjelang pagi atau waktu menjelang sahur Allah
SWT turun ke langit dunia dan berseru kepada umat manusia untuk
karena itu, setiap manusia yang berdo‟a pada waktu tersebut akan
4
Upaya orang tua agar anak mau menggunakan waktu malam untuk
perbuatan yang baik maka perlu keteladanan dari orang tua agar dalam
ketika orang tua akan melakukan sholat-sholat sunnah, semisal sholat hajat
dan tahajud. Dengan pembiasaan tersebut maka anak akan terbiasa bangun
Manusia hidup di dunia, tentu saja tidak lepas dari suatu kesalahan.
4
Kebiasaan mengucap istighfar akan lebih sempurna bila diikuti
kebiasaan meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain. Karena
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, dalam Islam terdapat hak-hak
rumah kita dan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan kita,
sebagaimana yang kita rasakan selama ini. Karena sangat pentingnya, kadang-
jauh.
Jar atau tetangga itu meliputi semua orang yang berdekatan tempatnya.
Termasuk di dalamnya orang muslim atau kafir, abid atau fasik, teman, seteru,
pribumi, orang asing baik kerabat maupun bukan, baik dekat maupun jauh
iman itu merupakan upaya dalam pembinaan iman (Depag RI, 2001: 201).
bertanya kepadanya
4
4) Berduka cita ketika tertimpa musibah
6) Menundukkan pandangan
pertama adalah tetangga yang memeiliki satu hak saja (hak ketetanggaan saja)
yaitu tetangga yang musyrik, yang kedua adalah tetangga yang memiliki dua
hak yaitu hak ketetanggaan dan hak keislaman, yang ketiga yaitu memiliki tiga
hadiah, memberi salam, bermanis muka dikala berjumpa dan lain sebagainya
pendidik kepada anak didik guna menjadikan anak didik yang mempunyai
Guru ataupun pendidik menurut Islam adalah siapa saja yang memilki
kali bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik disebabkan
karena qadrat yaitu ditakdirkan sebagai orang tua anak dan karena kemajuan
perkembangan yaitu suksesnya seorang anak berarti juga suksesnya orang tua
4
tersebut. menurut teori pendidikan Barat, tugas pendidikan menurut
1992: 74).
lebih efektif dalam proses transfer nilai pengetahuan terhadap anak didiknya.
Kemudian lebih wara‟ akan lebih mendorong untuk mengajarkan akhlak yang
mulia dengan cara memberikan contoh yang baik. Sedangkan guru yang lebih
tua umurnya akan lebih dihormati oleh anak didiknya, karena berwibawa
daripada guru yang lebih muda dihadapan anak didik. Sehingga akan mudah
jawab harus dilaksanakan, dan yang dapat bertanggung jawab adalah orang
menularnya penyakit pada peserta didik, sedang orang yang tidak sehat
rohaninya (gila) akan membahayakan bagi anak didik, dan orang yang
4
3) Tentang kemampuan mengajar ia harus ahli
keluarga.
mengajar.
peserta didiknya atau bagi masyarakat pada umumnya. Oleh karena sudah
sehingga dia bisa menjadi contoh bagi peserta didik dan lingkungannya.
pendidik bisa mengolah rasa dan melatihnya sehingga peserta didik juga
pekerti yang mulia sehingga pendidik atau guru yang sudah mencapai
5
tingkatan akhlak tersebut pantas dijadikan panutan dan pantas juga untuk
diikuti. Hal ini dimaksudkan agar seorang pendidik yang mempunyai gelar
didik yang baik dan mulia. Dalam hal ini menunjukan bahwa kepribadian
laku dan budi yang luhur akan selalu tampak pada dirinya.
seperti layaknya sebuah baju. Baju adalah penutup bagian tubuh manusia
tidak memakai baju dalam suatu keramaian maka harkat dan martabatnya
pendidik yang tentu ia akan selalu menjadi bahan pengamatan dan contoh
yang baik maka wibawa dan kelayakannya akan hilang dimata peserta
didik dan orang lain. Oleh karena itu, pendidik sebagai figur yang tentu
saja menjadi panutan dan teladan bagi peserta didiknya maka ia pun harus
yang dicontoh dan ditauladani baik bagi peserta didik, teman sejawatnya
Seorang murid yang sudah diterima oleh seorang guru untuk belajar
kepadanya maka dia harus menghormati guru baik secara lahir maupun secara
batin. Menghormati secara lahir berarti murid tidak mendebat dan beradu
5
argument dengannya dalam persoalan apapun, sungguh pun kau telah tahu
berarti sang murid tidak menyangkal dalam hati terhadap setiap hal yang dia
dengar dan terima darinya baik berupa tindakan maupun ucapan, sehingga hati
Menghormati guru adalah kewajiban bagi seorang murid. Hal ini tidak
lain karena guru adalah orang yang mengarahkan, membimbing dan mendidik
murid sehingga menuju cita-cita yang ingin dicapainya. Selain itu juga,
seorang guru adalah seorang pemilik ilmu yang mana berarti orang tersebut
mempunyai kehormatam yang agung dan kedudukan yang tinggi disisi Allah
Seorang anak didik yang sedang mencari ilmu haruslah bersikap sopan
terhadap gurunya. Sebab hal itu merupakan suatu perkara yang sangat penting.
Bagi para anak didik sendiri, jika hati seorang pembimbing atau guru terusik
oleh akhlak atau budi pekerti seorang anak didik yang menyimpang dari
kemulyaan, atau tata krama yang tercela, maka hal tersebut bisa menghambat
jalannya pendidikan, dalam arti ilmu yang disampaikan oleh pembimbing atau
Seorang guru dimuliakan karena guru adalah orang yang sangat mulia. guru
adalah orang yang sangat banyak jasanya, kemudian dari segi usia guru pada
5
umumnya usianya lebih tua, sedang orang yang lebih muda wajib
Patuh atau taat terhadap guru di sini adalah selama apa yang
akidah Islam.
dengan syara‟.
Kaitannya sabar dalam belajar maka seseorang yang belajar dia harus
mau melalui proses dan tidak terburu-buru dalam belajar karena setiap
yang diperoleh.
maka proses belajar itu hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
proses belajar itu terjadi berkat siswa telah memperoleh sesuatu yang ada
5
Belajar merupakan salah satu sarana untuk mempermudah penerimaan
materi pembelajaraan dari guru terhadap anak didik, sehingga anak didik
sebab itu belajar juga efektif untuk dilaksanakan di masa sekarang ini, dan
2) Mengamalkan Ilmu
Ilmu dalam Islam, harus selalu berkaitan dengan kegunaan ilmu itu
dan semacamnya. Suatu amal menjadi tuntutan, dan ilmu pada hakikatnya
adalah untuk mewujudkan amal perbuatan. Lebih jelasnya lagi bahwa ilmu
itu haruslah diamalkan dan amal harus berlandaskan ilmu. Di dalam Islam,
kepada anak didik guna menjadikan anak didik yang mempunyai jiwa
sosial untuk berinteraksi dengan saling bertukar pikiran tentang ilmu yang
semua orang. Sedangkan akhlak madzmumah adalah akhlak tercela yang harus
5
Pada masa Rasuluulah, keluarganya dan para sahabatnya, akhlak
menunjuk pada suatu konsep yang mengandung arti kehidupan yang mulia
Apabila akhlak terpuji tertanam dalan jiwa setiap orang pasti akan
tercipta sesuatu kehidupan yang aman, tentram dan damai. Bahwa Rasullulah
saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib antara lain berbunyi : “hendaklah
engkau berakhlak yang baik dan terapkanlah, dan jauhkanlah dirimu dari
perangai buruk dan jangan engkau terapkan hal itu. Kemudian, jika engkau
tidak melakukan itu, maka janganlah engkau mencela, kecuali dirimu sendiri”
hiasan bagi dirinya maka akhlak yang buruk adalah bentuk yang menakutkan
apabila dipakai oleh orang, maka orang itu menjadi sosok yang menakutkan
pula.
Sedangkan ciri-ciri orang yang berakhlak buruk antara lain bila bergaul
Maka dari itu seorang pendidik membutuhkan materi tentang akhlak yang baik
dan akhlak yang buruk dalam mendidik anak didik. Hal tersebut dipergunakan
supaya bisa memilah manakah hal-hal yang baik dan manakan hal-hal yang
buruk.
5
2. Analisis Kitab Ayyuhal Walad berkenaan dengan Metode
mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu. Dapat dipahami
bahwa metode adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru
Seorang pendidik harus tahu bagaimana cara mengajar yang baik dan
sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik. Dalam
pendidikan Islam ada banyak metode yang bisa digunakan sehingga setiap
Ghazali sendiri dalam kitab Ayyuhal Walad menggunakan beberapa metode yang
a. Metode Keteladanan
contoh. Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau
dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud
disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai pendidikan islam, yaitu
kepribadian peserta didik baik secara moral, sosial maupun spiritual. Tidak
5
pendidikan sehingga sikap dan tingkah laku harus sesuai apa yang
dikatakannya.
Islam. Pendidikan yang ada di sekolah tentu tidak lepas dari peran pendidik
sebagai orang yang akan selalu menjadi sorotan oleh peserta didiknya.
Keteladanan harus dilakukan oleh pendidik setiap saat dan sepanjang waktu.
Oleh karena itu, metode keteladanan sangat efektif sekali jika digunakan
dalam pendidikan terutama pada masa sekarang. Hal tersebut tidak lain karena
seorang pendidik seorang yang jujur dan dapat dipercaya, berakhlak mulia,
pemberani dan tidak berbuat maksiat maka kemungkinan besar peserta didik
Menurut Qosim (1997: 48) nasihat yang baik adalah nasihat yang dapat
masuk ke dalam hati disertai dengan penuh kasih sayang dan ke dalam
perasaan yang penuh kelembutan, tidak berupa larangan terhadap sesuatu yang
kesalahan. Karena lemah lembut dalam memberi nasihat sering kali dapat
5
meluluhkan hati yang keras dan mampu menjinakkan hati yang liar serta lebih
digunakan dalam pendidikan Islam. Metode ini sangat penting digunakan oleh
para pendidik bagi masa dulu sekarang maupun masa depan. Pentingnya
Pendidikan Islam dari jaman dahulu sampai saat ini masih menggunakan
metode nasihat. Di mulai dari Nabi Muhammad Saw, sahabat, tabiin dan
hingga saat ini metode ini dipakai dalam merespon semua perubahan yang
terjadi pada manusia. Perubahan tersebut, bisa terjadi karena dampak dari
diterapkan dan digunakan dalam pendidikan Islam, karena anak didik sangat
Yang artinya :
5
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar” (Depag RI, 2001: 654).
Dari arti surat diatas, diterangkan tentang salah satu cara memberikan
pendidikan yaitu dengan metode wasiat, dengan metode ini seorang pendidik
yang mendidik telah meninggal dunia karena wasiat merupakan pesan tentang
Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar
terdapat kisah. Metode kisah merupakan salah satu dari metode lain yang
digunakan oleh Imam Al-Ghazali. Hal ini dapat diterapkan dalam sebuah
menyukai cerita. Dan sebuah cerita atau kisah bisa mempunyai daya tarik
dalam pendidikan Islam cerita atau kisah dieksploitasi untuk dijadikan teknik
pendidikan.
Kisah yang bisa dibawa dalam sebuah pendidikan adalah kisah yang
tersebut dapat diterima oleh peserta didik menggunakan sebuah cerita yang
5
menarik. Adapun kisah tersebut bisa diambil dari Al-Qur‟an, hadist atau dari
kisah-kisah para sahabat, tabi‟in dan ulama-ulama yang yang bisa diambil
metode inipun masih sangat relevan bila diterapkan dalam pendidikan terlebih
lagi pendidikan Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pesan-pesan yang
terkandung dalam cerita atau kisah, terlebih jika kisah itu diambil dari al-
Setelah suatu kisah disampaikan kepada anak didik, maka seorang guru
bertanya kepada peserta didiknya tentang berbagai manfaat dan hikmah yang
dapat diambil dari kisah yang telah disampaikan. Hal yang demikian memiliki
pengaruh yang besar demi terserapnya hikmah atas kisah yang disampaikan ke
tidak bermanfaat, seperti kisah-kisah yang menakutkan tentang syaitan, jin dan
Yang artinya :
6
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)” (Depag RI, 2001: 655).
merupakan perintah dari Allah dan keburukan adalah larangan dari Allah
Tujuan adalah suatu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selesai
dilaksanakan. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang bersifat tetap atau
beribadah kepada Allah, melatih akhlak sehingga berakhlak yang baik dan
mencari kebahagian dunia dan akhirat. Beribadah kepada Allah dilakukan oleh
syari‟at Nabi Muhammad Saw. Manusia yang melakukan ibadah kepada Allah
maka berarti ia telah menjalin hubungan yang baik dengan Allah (habluminallah).
berinteraksi dengan orang lain. Dengan interaksi tersebut maka ia telah menjalin
konsekuensi dari terciptanya hubungan yang baik kepada Allah maupun sesama
manusia berarti ia telah menjadi orang bahagia baik didunia dan akhirat. Islam pun
mengatur kehidupan manusia agar seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
Akhlak Islam tidak mengorbankan kepentingan jasmani untuk rohani, begitu juga
6
sebaliknya. Islam memberikan kebebasan manusia untuk memperoleh
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003: 16).
mengembangkan seluruh potensi, dan mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju
kesempurnaan.
Secara etimologi (bahasa), kata karakter (inggris: character) berasal dari bahasa
dari bahasa yunani, charassein yang berarti “to engrave” dapat diterjemahkan
budi pekerti, perilaku, persoalan, sifat, tabiat, tempramen, watak. Berkarakter adalah
kepribadian. Kepribadian dianggap “ ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa
Karakter yang dimiliki manusia bersifat fleksibel atau luwes serta bisa dirubah
atau dibentuk. Karakter manusia suatu saat bisa baik tetapi pada saat yang lain
6
sebaliknya menjadi jahat. Perubahan ini tergantung bagaimana proses interaksi antara
potensi dan sifat alami yang dimiliki manusia dengan kondisi lingkungannya, sosial
Perkembangan karakter pada setiap individu dipengarui oleh faktor bawaan (nature)
dan faktor lingkungan (nuture). Seorang anak adalah gambaran awal manusia menjadi
manusia, yaitu masa kebijakan berkembang secara perlahan tapi pasti. Dengan kata
lain, bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak usia dini, maka ia akan
menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Usia dua tahun
pertama adalah usia kritis bagi pembentukan pola penyesuaian dan sosial.
Dari ke-18 nilai karakter menurut kemendiknas diatas, maka pendidikan nilai
6
1. Nilai Individu
a. Religius
mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya
dan tercermin pula dalam kesehariannya (Shihab, 1992: 210). Semua yang
religius tidak bisa dipungkiri keluar dari seseorang yang sudah mahir
mamaknai agama yaitu dengan teori-teori tentng iman, islam dan ihsan.
“Wahai anak, inti sari ilmu yaitu apabila engkau mengetahui apa itu
taat dan ibadah, ketahuilah bahwa taat dan ibadah itu adalah
mengikuti terhadap yang membuat syariat (aturan agama) baik itu
perintah-perintahNya maupun larangan-larangaNya, dengan ucapan
maupun perbuatan serta apa yang kamu tinggalkan itu semua
mengikuti syariat (aturan agama). Seperti halnya kamu berpuasa di
hari tasriq maka kamu termasuk maksiat, atau apabila kamu
melaksanakan sholat memakai pakaian yang kamu ghasab walaupun
bebtuknya ibadah tetapi engkau berdosa” (Al-Ghazali, 1420 H: 35-
36).
6
yakni suara ayam jago, suara orang yang membaca Al-Qur‟an, dan
orang yang membaca isytighfar diwaktu sahur” (Al-Ghazali, 1420 H
:31-32).
merupakan sumber dari semua akhlak. Dengan iman yang kuat diharapkan
beribadah kepada Allah, dan menambah ketaatan kita dengan ibadah shalat
memohon ampun kepada Allah atas kesalahan kita baik terhadap Allah
a. Peduli sosial
Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin berinteraksi antar
sesama, tidak menutup diri dan berusaha memberi bantuan pada siapapun
6
masyarakat selagi tidak melanggar syareat (aturan agama)” (Al-
Ghazali, 1420 H: 65-66)
Melihat uraian diatas dapat dipahami dengan bersosialisasi diharapkan
seseorang peduli terhadap masyarakat sekitar. Sikap peduli terhadap siapapun
merupakan hal yang sangat diidamkan oleh seseorang, di zaman sekarang
dimana sifat egois, menang sendiri dan menutup diri sudah merajalela
dikarenakan sikap peduli tersebut sudah menghilang. Dengan ini maka
perlulah untuk menghadirkan kembali sikap peduli agar tercipta masyarakat
yang ramah tamah, saling tolong menolong dan sebagainya.
b. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu sikap dan tindakan untuk melaksanakan tugas dan
kwajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,. masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
(Zubaedi, 2012: 76).
Imam Al-Ghazali mengatakan :
“Sebaiknya bagi orang yang belajar memiliki guru yang mampu
mendidik dan menunjukkan untuk mengeluarkan budi pekerti yang
buruk darinya dengan proses pendidikan, serta menjadikan tempat
akhlak buruk tersebut dengan akhlak yang baik” (Al-Ghazali, 1420 H:
57).
c. Kerja keras
6
harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagia bagian dari
d. Menghargai prestasi
“Wahai anak, janganlah kamu menjadi orang yang rugi amal (tidak
memiliki amal) dan janganlah kamu menjadi ornga yang sepi dari
tingkah (gerak hati)” (Al-Ghazali, 1420 H: 10-11)
untuk mengajarkan kepada orang lain juga sebagai mengingat-ingat ilmu yang
kita punya.
Kontemporer
Sosok ulama seperti Imam Al-Ghazali merupakan agamawan, ilmuan dan ahli
filsafat sudah pasti ikut andil dalam peradaban manusia. Imam Al-Ghazali
6
mencurahkan ilmunya dalam kitab-kitabnya. Dalam kitab Ayyuhal Walad
usaha untuk memperkuat keimanan yang sangat berguna bagi manusia sebagai media
pembinaan akhlak dan bimbungan moral yang positif. sehingga akan tercipta
kehidupan yang agamis, sosialis dan humanis. Imam memiliki pengaruh yang
muslim yang menyadari dan melakukan ajaran-ajaran agamanya akan menjadi pribadi
yang berjiwa sosial. Karena dalam ajaran Islam terdapat juga tata cara bermasyarakat,
muslim adalah kepribadian sosial yang berkualitas tinggi yang terdiri dari karakter
mulia.
Sehingga cukup relevan jika pendidikan karakter Imam Al-Ghazali dalam kitab
Walaupun pendidikan karakter memiliki proses panjang, namun ibarat pohon yang
ditanam dengan kesabaran dan pelehiraan yang baik, maka pohon dan subur dan baik
buahnya. Karena untuk mencapai dan mewujudkan kehidupan yang berkarakter baik
6
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan analisis yang telah penulis paparkan tentang pendidikan
karakter kajian pemikiran Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad, maka dapat
ditarik kesimpulan :
1. Kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali, didalamnya antara lain berisi :
tentang akidah yaitu beriman kepada Allah SWT, anjuran beribadah kepada Allah,
meliputi : materi (subject matter) tentang akhlak, metode dan tujuan pendidikan.
Walad mencakup dua nilai yakni : nilai individu yang meliputi karakter religius
dan nilai kolektif atau sosial yang meliputi karakter peduli sosial, tanggung jawab,
Ayyuhal Walad sangat relevan dengan Pendidikan Agama Islam seperti materi,
metode dan tujuan. Terkait dengan materi, yang paling relevan adalah bahasan
6
B. Saran-saran
Pendidikan nilai karakter dalam kitab Ayyuhal Walad yang telah penulis
paparkan diatas sangat relevan dengan Pendidikan Agama Islam baik materi, metode
Dengan demikian kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali sangat cocok
digunakan sebagai reverensi dalam mengajarkan pendidikan nilai karakter saat ini.
7
7
7
7
7
7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : FITRI NUR CHASANAH
Tempat / Tanggl Lahir : Temanggung, 19 April 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Pongangan (04/05), Ds. Tegowanuh, Kec.
Kaloran, Kab. Temanggung
2012 – sekarang : IAIN Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan
7
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers.
Asari, Hasan, 1994. Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-
lembagaPendidikan, Bandung: Mizan.
„Athoillah, Muhammad. 2015. Pendidikan Karakter Sufistik Menurut Imam Al-Ghazali (Stusi
Analisis dalam Kitab Ihya‟ Ulumudin Bab Riyadhatun al-Nafs), Fakultas Ushuluddin UIN
Walosongo Semarang.
Azizy, Qodry A. 2003. Pendidikann Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang:
Aneka Ilmu.
Dharaha, Tahzidulum. 1985. Research Teory, Metodologi Administrasi, Jakart: Bina Aksara.
Departemen Agama RI. 2001. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Dirjend
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Doni, Koesoma A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,
Jakarta: Grasindo.
Ensiklopedia Hukum Islam. 1997. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Ghazali. Abu Hamid Muhammad . Ayyuhal Walad, (Penyadur dalam bahasa Jawa Abi
Kamali Khalil Mustafa Kamali), Surabaya: Al Hidayah.
Ghofur, Waryono Abdul. 2006. Kristologi Islam Telaah Kritis Kitab Rad al Jamil Karya Al-
Ghazali, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrohim, Mahyudin. 1987. Nasehat 125 Ulama Besar, Jakarta: Darul Ulum Press.
7
Kememndiknas. 2010. Membangun Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Puskur.
Kurniawan, Syamsul & Mahrus, Erwin. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
. 2004. Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munir, Mulham, Abdul. 1991.Mencari Tahun dan Tujuh Jalan Kebenaran, Jakarta: Bumi
Aksara.
An Nad‟wi, H.M. Fadlil Sa‟d. 1418 H. Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi, Surabaya: Al
Hidayah.
Nata, Abbudin. 2001. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid StudiPemikiran
Tasawuf Al-Ghazali, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Paryono. 2014. Konsep Pendidikan Akhlak Al-Ghazali (Studi Analisis Kitab Ihya‟ Ulumudin),
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Qosim, Tarmana Ahmad. 1997. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur‟an, Jakarta: PT. Lentera
Baristama.
Rasjid, Sulaiman. 1996. Fikih Islam, Bandung: PT. Sinar Baru Algensinda.
Subaiti, Musa. 2002. Akhlak Keluarga Muhammad Saw, Jakarta: Lentera Basritama.
Su‟ud, Abu. 2003. Islamologi Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat
Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaikhah binti Abdillah. 2007. Mencetak Generasi Berkualitas, Surakarta: Aulia Press Solo.
7
Undang-undang Nomor. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya, Yogyakarta: Media Wacana Perss.
Zuhri, Muh. 1997. Hukum Islam dalam Lintas Sejarah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
7
8