Anda di halaman 1dari 166

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN

MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI


PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID
AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN
TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ROYKHAN „ABID

NIM 11109151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

TAHUN 2016

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : ROYKHAN „ABID

NIM : 11109151

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN


MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL
BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT
TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH
KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN
MAGELANG
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 24 Agusutus 2016

Pembimbing

Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

NIP. 19660407 199403 2 001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Roykhan „Abid

NIM : 11109151

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, 24 Agustus 2016

iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga
Website : http//www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK


LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH
AL AWWALIYAH TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG

DISUSUN OLEH

ROYKHAN „ABID

NIM: 11109151

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah


dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 september 2016 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

iv
MOTTO

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,


Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.

         

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

v
PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan skripsi ini penulis persembahkan
untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna hidup serta
langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan.

Kepada.....

 Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa, Bpk Syhuhada‟


Fahrudin dan Ibu Siti Muslikah.
 Adik-adiku Muhammad Ghufron dan Naf‟an Ahmad
 Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan do‟a.
 Lembaga IAIN SALATIGA
 Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang begitu
berharga.
 Zulfa Dewi Kartika yang sanggup menemani, memberikan
motivasi dan bantuan-bantuan selama di STAIN sampai menjadi
IAIN Salatiga.
 Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, khususnya PAI E yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
 Al-Mubajirut Genk; Catur, Roji, Arif, Dul Aziz, Ambon, Roji,
Khotim,
 Wanita terhebat yang kelak akan menjadi pendamping hidup.

vi
ABSTRAK

„Abid, Roykhan. 2016. Pembelajran Akhlak dengan Menggunakan Kitab Akhlak


Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al
Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Ulfah
Susilawati, M.SI.

Kata kunci: Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin


Kitab Akhlak Lil Baniin adalah salah satu kitab akhlak paling dasar untuk
pembelajaran akhlak siswa atau santri yang baru belajar di Pondok Pesantren,
karena di dalam kitab ini menjelaskan beberapa akhlak yang pantas untuk ditiru
dan dihindari oleh santri.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana
pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al
„Alawiyah Al Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang, dan
bagaimana hasil pembelajaran kitab akhlak lil banin dalam perubahan akhlak
santri.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden,
metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Dalam hal ini
teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Berdasarkan dari penelitian yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut
Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Koripan Tegalrejo berjalan dengan baik
dibuktikan dengan adanya pembagian kelas, waktu, serta ustadz yang
mengajarkan, selain itu pembelajarannya juga menggunakan beberapa metode,
diantaranya bandungan, tanya jawab dan ceramah. Untuk mengetahui hasil
pembelajaran, sistem evaluasi juga digunakan yaitu dengan sistem ulangan harian
dan pengamatan dalam keseharian.
Perubahan yang terjadi setelah murid (santri) mengikuti pembelajaran
kitab Akhlak Lil Baniin ini, sudah bisa menerapkan ke dalam kehidupan sehari-
hari, seperti menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, dalam
berbicara juga sangat hati-hati, kitab-kitab yang digunakan juga bersih dari
coretan dan bersampul dengan rapi. Demikian pula, masih ada sebagian kecil dari
santri yang telah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin, cara bicaranya
kurang sopan terlebih terhadap teman-temannya.

vii
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺴﻡﷲﺍﻠﺮّﺤﻤﻥﺍﻠﺮّﺤﻴﻡ‬

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PEMBELAJARAN

AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI

PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL ALAWIYAH AL

AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO”. Skripsi ini merupakan salah satu

sayarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas

sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Bapak Mufiq, M.Phil, yang telah membantu penulis dalam melanjutkan

penulisan skripsi.

4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

viii
5. Bapak Drs. A. Bahrudin, MA,. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

6. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk

memberikan pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini

sampai dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada

penulis.

8. K.H Ichsanuddin Abdan selaku pengasuh Pondok Pesantren Awwal dan

seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Awwal.

9. Pengurus, Ustadz dan seluruh santri Pondok Pesantren Awwal yang banyak

membantu dalam penelitian ini.

10. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang telah memberikan dukungan moril dan

materiil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi

ini.

11. Para legenda, Arya Rahmantika, Sukma Narji, Nailu F, dan semuanya.

12. FK_WAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang).

13. Keluarga besar SMPN 2 Mertoyudan, karena mereka skripsi ini terselesaikan.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam

penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT

senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

ix
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Salatiga, 24 Agusutus 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN LOGO

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Penegasan Istilah ....................................................................... 8

F. Metode Penelitian ...................................................................... 9

xi
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 9

2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 10

3. Lokasi Penelitian ................................................................ 10

4. Sumber Data ....................................................................... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 12

6. Analisis Data ...................................................................... 15

7. Pengecekan Keabsahan Temuan ........................................ 17

8. Tahap-tahap Penelitian ...................................................... 17

G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajran ............................................................................... 21

1. Pengertian ............................................................................ 21

2. Strategi Pembelajaran .......................................................... 23

3. Media Pembelajaran ............................................................. 28

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ......................... 31

B. Akhlak ........................................................................................ 33

1. Pengertian ............................................................................. 33

2. Prinsip Dasar Akhlak ............................................................ 35

3. Ruang Lingkup Akhlak ........................................................ 40

4. Jenis-Jenis Akhlak ................................................................ 43

5. Manfaat Keutamaan Akhlak ................................................ 44

6. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Akhlak ........................ 46

C. Kitab Akhlak Lil Baniin .............................................................. 49

xii
1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin ................................................... 49

2. Metode Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhlak Lil Baniin 69

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ........................................... 76

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren .................................... 76

2. Visi dan Misi Pondok Pesantrem .......................................... 77

3. Letak Geografis ...................................................................... 77

4. Struktur Kepengurusan ........................................................... 78

5. Sarana dan Prasarana .............................................................. 79

B. Biografi Syaikh Umar bin Achmad Baradja ................................ 79

1. Riwayat Hidup ........................................................................ 78

2. Riwayat Intelektual ................................................................. 80

3. Latar Sosial dan Kultural ........................................................ 84

BAB IV ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin .................. 93

1. Tujuan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ..................... 93

2. Metode Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin .................... 94

3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin .................. 101

B. Hasil Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin .............................. 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 123

xiii
B. Saran ............................................................................................. 123

C. Penutup ......................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 125

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah melanda dunia, di mana nilai-nilai yang selama

ini mapan mudah berubah akibat tidak ada batas lagi antar ruang dan

waktu, sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi relatif dan subyektif.

Semua berkaitan perilaku, budi pekerti, etika dan moral tidak bisa

dikatakan obyektif karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku

itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan ini muncul seperti

batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni sangat tipis, apakah

berpakaian ketat dan minim termasuk pornoaksi atau bagian daripada seni.

Ini sangat sulit dibedakan. Oleh karena nilai-nilai tersebut mudah luntur

maka dibutuhkan penguatan kembali nilai-nilai yang berdasarkan al-

Qur‟an dan al-Hadis yang disebut akhlak. Akhlak ini merupakan cermin

setiap pribadi apakah ia punya rasa malu, muru‟ah, amanah, jujur, adil,

lemah-lembut, rasa kasih sayang terhadap sesama, dermawan, ikhlas

dalam berbuat, suka menolong, dan sebagainya. (Alwan Khiri, dkk,

2005:2).

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat

yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh-bangunnya, jaya-hancurnya,

sejahtera-rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung

kepadabagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan

1
sejahtera lahir batin, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak

berakhlak), maka rusaklah lahir dan batinnya.(Rachmat Djatnika,

1996:11).

Dari kenyataan tersebut, ditarik sebuah pemahaman bahwa akhlak

manusia adalah sesuatu yang harus diusahakan, diikhtiarkan, dibiasakan

dan dilatih terus-menerus. Jika hanya mengandalkan potensi alamiah saja,

tidak cukup untuk menjadi seorang yang berakhlak. Tetapi perlu latihan,

pembelajaran, penggemblengan dan usaha tanpa henti sehingga seorang

terbiasa berakhlak yang baik.

Jadi, akhlak itu sendiri bukan perbuatan, melainkan gambaran bagi

jiwa yang tersembunyi. Akhlak dapat dikatakan sebagai nafsiah (bersifat

kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang

kelihatan kita namakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), dengan

kata lain akhlaksebagai sumbernya dan perilaku adalah bentuknya.

Perlu dijelaskan pula bahwa perbuatan itu memang sering

dilakukan secara kebetulan tanpa ada kemauan dan tanpa dikehendaki,

atau sesuatu perbuatan yang dilakukan sekali atau beberapa kali saja,

begitu pula suatu perbuatan yang dilakukan tanpa ada ikhtiar dan

kebebasan, dalam arti dilakukannya perbuatan tersebut dengan terpaksa,

maka perbuatan-perbuatan seperti tersebut di atas tidak dapat

dikatagorikan ke dalam akhlak.

Dapat dicontohkan, seorang tidak dikatakan berakhlak dermawan,

apabila dalam pemberian harta/uangnya (dalam bersedekah) itu dilakukan

2
hanya sekali dua kali saja atau mungkin dalam pemberian itu karena

terpaksa (gengsi, dan sebagainya). Jadi pemberian tersebut mesti tidak

dikehendaki, atau mungkin dalam pemberian itu masih memerlukan

perhitungan dan pemikiran (masih merasa berat). Padahal faktor kehendak

atau kemauan ini memegang peran yang penting, karena dengan kehendak

tersebut menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang

karenanya dapatlah disebut dengan akhlak.(Mustofa,1997:16).

Usaha dan pembelajaran yang dilakukan secara terus-menerus

dinamakan pendidikan. Pendidikan inilah yang nantinya akan

menanamkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupannya, sehingga akan

membentuk sebuah kepribadian dan perilaku yang berakhlak baik dalam

kehidupan sehari-hari.

Pembentukan akhlak melalui penanaman nilai bagi peserta didik

akan lebih efektif jika peserta didik berada dan berintraksi dalam

lingkungan pendidikan non-formal yang terpantau. Lingkungan

pendidikan non-formal yang terpantau merupakan lingkungan yang lebih

dominan yang akan membentuk akhlak secara alami, karena lingkungan

tersebut, dapat berinteraksi, bersikap, dan bertindak sesuai dengan nilai

yang dipahami dan tertanam dari diri, lingkungan pondok pesantren

sebagai penganti lingkungan keluarga sangatlah efektif bagi pembentukan

akhlak, mengingat zaman modern ini yang semakin menghawatirkan,

banyak keluarga yang tidak memperhatikan anaknya karena alasan

pekerjaan.

3
Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyahmerupakan lembaga pendidikan non-formal yang

menggunakan sistem asrama. Santri yang menuntut ilmu di sana

disediakan asrama, walaupun ada sebagian santri yang tinggal di luar

asrama dengan alasan dekat dengan tempat tinggal. Pondok Pesantren

Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahsecara teoritis memberikan

lingkungan yang efektif bagi para santri, selain masih tetap eksis

menggunakan metode khalaf yang mana dengan dibuktikan adanya

penggunaan kurikulum madrasah diniyah serta diperbolehkanya santri

mengenyam pendidikan formal lain diluar Pesantren akan tetapi tidak

meningalkan metode salaf yakni dengan adanya metode pengajian sorogan

dan bandongan di dalamnya. Lingkungan Pondok Pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah merupakan lingkungan yang sangat

mendukung untuk pembentukan akhlak para santri sehingga akan menjadi

manusia yang berakhlakul karimah bisa sebagai teladan ketika berada di

masyarakat. Baik tutur katanya, maupun tingkah lakunya. Salah satu

bentuk Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah

dalam menggembleng akhlak santrinya yaitu dengan pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin.

Dengan adanya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini Pondok

Pesantren berharap dan mengupayakan agar semua santri memiliki akhlak

mulia, yang mana semua santri ini datang dari latar belakang berbeda-beda

antara santri satu dengan yang lain baik dalam hal komunikasi, tingkah

4
laku, serta sikap dalam pergaulan sehari-hari. Juga ada beberapa faktor

yang mempengaruhi akhlak santri di antaranya adalah: santri berasal dari

keluarga, desa, kota, provinsi, bahkan pulau yang berbeda dengan latar

belakang pendidikan yang berbeda, adat istiadat, dan lingkungan yang

berbeda. Ada santri yang sopan santun ketika diajak bicara ada pula santri

yang terkesan menghiraukan ketika diajak bicara. Ada santri yang

mendengarkan dengan tekun dan penuh sopan ketika pembelajaran sedang

berlangsung ada pula yang asyik berbicara dengan teman sebelahnya. Oleh

karena itu, bisakah para santri menerapkan akhlak dalam kesehariannya

seperti dalampembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin.

Dari pernyataan di atas jelas bahwa ada ketidaksamaan antara

akhlak santri satu dengan santri yang lainnya, ada santri yang berakhlak

dan ada santri yang kurang berakhlak. Dengan adanya pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniinapakah akan merubah perilaku atau akhlak santri dalam

bertutur kata dan tingkah laku dalam keseharian. Akhlak dalam kitab

Akhlak Lil Baniinakan dijelaskan pada skripsi ini. Pembelajarankitab

Akhlak Lil Baniindi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah diselenggarakan pada malam Kamis dan Sabtu pada pukul

20.00-21.00 WIB. Kitab Akhlak Lil Baniinmerupakan salah satu pelajaran

yang ditetapkanoleh Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah. Di samping mata pelajaran lain yang telah ditetepkan dalam

pesantren yaitu antra lain: Nahwu,Shorof, Taqrib, Al-Mutammimah, dll.

5
Dari pernyataan di atas, menjadi latar belakang penulis untuk

mengadakan penelitian tentang PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN

MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK

PESANTREN DARUT TAUCHID AL „ALAWIYAH AL

AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO. Semoga penelitian ini dapat

dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat

penelitian, agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas. Dalam

penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok

pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah?

2. Bagaimana akhlak peserta didik Pondok pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyahsetelah mengikuti pembelajaran akhlak

menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

6
2. Untuk mengetahui akhlak peserta didik Pondok Pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah setelah mengikuti pembelajaran

akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

positif untuk semua kalangan masyarakat, baik manfaat secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai

pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan, serta dapat

memperkaya kepustakaan.

2. Secara praktis

a. Agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap lembaga

lembaga pendidikan Islam;

b. Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melaksanakan

program pendidikan akhlak bagi peserta didik;

c. Memperkaya khasanah keilmuan, pengetahuan, dan pemahaman

nilai-nilai pendidikan akhlak;

d. Menjadi bekal bagi para calon guru agar dapat melaksanakan

kegiatan pendidikan dengan akhlak secara baik dan benar; dan

e. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga.

7
E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan maksud

yang terkandung dalam istilah-istilah pada judul skripsi ini, maka penulis

akan menjelaskan istilah-istilah pokok dalam skripsi sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah sesuatu proses yang kompleks yang

didalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis. (Aunurrahman,

2009:143). Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai interaksi

antara ustadz (pengajar) dan santri (pembelajar), yaitu membicarakan

suatu materi atau melakukan suatu aktifitas guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu proses, cara, dan

menjadikan makhluq hidup belajar. Sedangkan belajar adalah usaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkahlaku, atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengamalan.

2. Akhlak

Secara etimologi (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah

bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat. Berarti dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.

Seakar dengan kata khaliq (penciptaan), makhluq (yang diciptakan)

dan khalaq (penciptaan).

8
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam

akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak

khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata

lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya

baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau

prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak kholiq (Tuhan). (Yunahar

Ilyas, 1999:1).

3. Kitab Akhlak Lil Baniin

Kitab Akhlak Lil Baniin adalah karya Syaikh Umar bin

Achmad Baradja, yang terdiri dari empat juz. Diterbitkan oleh

Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan Waauladuha di kota

Surabaya Indonesia. Kitab ini ditulis untuk semua peserta didik Islam

di Indonesia. Isi kitab ini sangatlah komprehensif dalam konteks

keseluruhan kehidupan insan, adanya pelajaran tentang pendidikan

akhlak, baik melalui jalur komunikasi vertikal maupun horizontal.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan metode skripsi ini, penulis mengunakan beberapa

metode penelitian, baik untuk memperoleh data maupun untuk

menganalisis data-data yang ada, antara lain:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan

kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai

sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada

9
hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara

analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. Menurut

Lexy Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif (2002)

pendekatan kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat dialami”.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang

menentukan keseluruhan skenarionya. (Lexy Moleong, 2002 : 117).

Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data. Sedangkan

instrumen yang lain, seperti catatan dokumen dan foto adalah sebagai

penunjang.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyah, karena dilandaskan beberapa pertimbangan,

antara lain ;

a) Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah

yang masih tetap eksis dengan menggunakan metode khalaf ini

dibuktikan dengan adanya penggunaan kurikulum madrasah

diniyah dengan tidak meninggalkan metode salaf yakni dengan

adanya metode pengajian sorogan dan bandongan di dalamnya.

10
b) Adanya pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak

Lil Baniin karangan ulama asli Indonesia sehingga dapat dikatakan

materi yang ada di dalam kitab tersebut merupakan materi akhlak

yang bersifat budaya Indonesia.

c) Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari

keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran di kelas dan

keaktifan mengikuti kegiatan lain, tapi harus dilihat juga dari

meningkatnya pengendalian diri pada santri dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Sumber data

Sumber data yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini dapat

digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Sumber data primer.

Sumber data primer adalah Sumber data yang langsung

memberikan informasi kepada pengumpul data (peneliti). Dalam

penelitian ini sebagai sumber primernya adalah kata-kata dan

tindakan dari sumber informan atau sebjek penelitian di Pondok

Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah dengan

segala fasilitasnya di antaranya Pengasuh beserta

kepengurusannya, ustadz dan santri (peserta didik) Pondok

Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

b. Sumber data sekunder.

11
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi

sumber data primer (peneliti). Adapun sumber data sekunder dalam

penyusunan skripsi ini adalah dokumentasi diantaranya: sumber

data tertulis, foto, inventaris serta data-data yang lainnya yang

diperlukan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang

sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak.

(Sugiyono, 2006 : 241). Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat

di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan

subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar,

dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk

melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang

ditulis oleh atau tentang subyek).

a) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (a)

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b)

12
mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami

masa lalu.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang peneliti

gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan

fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat terkumpul secara maksimal. Dan kemudian hasil

wawancara di catat dalam bentuk transkrip wawancara.

Sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive

Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga

memenuhi kepentingan peneliti.

Adapun jumlah informan sebagai subjek peneliti yang

diambil terdiri dari: 1). Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauchid

Al „Alawiyah Al Awwaliyah; 2).Ustadz yang mengajar kitab

Akhlak Lil Baniin; 3). Santri/Peserta didik yang mengikuti

pengajian kitab Akhlak Lil Baniin.

b) Teknik Observasi.

Dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan

menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai

partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan

secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang

menyangkut latar penelitian.

13
Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang

pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Kemudian

hasil observasi dicatat dalam bentuk transkrip observasi. (Lexy

Moloeng, 2002 : 135).

Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana letak

geografis Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyahdan kegiatan pembelajaran akhlak di Pondok Pesantren

Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

c) Teknik Dokumentasi.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan

oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan

membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting.

Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain

rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan

tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto

dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998 : 229-236).

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data

mengenai sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, struktur organisasi Pondok

Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, jumlah

14
santri/peserta didik dan ustadz Pondok Pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyahserta keadaan sarana prasarana.

Dalam penelitian ini digunakan dokumen berupa catatan

khusus (hasil wawancara), foto-foto dan kemudian hasil dokumen

di catat dalam bentuk transkrip dokumentasi.

6. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah

pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang

lain.

Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data

kualitatif, maka dalam analisis data dilakukan secara terus menerus

sejak awal sampai akhir penelitian yang di lakukan dengan

menggunakan salah satu model milik Spradley, yaitu melalui teknik

analisa domain.(Jonathan Sarwono, 2006 : 240). Kemudian di proses

dengan menggunakan model milik Miles & Huberman, yaitu:

reduction, display dan conclusion.(Sugiyono, 2006 : 247).

a) Proses reduction

15
Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan

data grand tour question, yakni pertama dengan memilih

situasi sosial (place, actor, activity). Kemudian setelah

memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang

informan “key informant” yaitu Pengasuh, Ustadz akhlak dan

beberapa santri/peserta didik Pondok Pesantren Darut Tauchid

Al „Alawiyah Al Awwaliyahyang merupakan informan dapat

dipercaya dan mampu “membukakan pintu” kepada peneliti

untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat

hasil wawancara.

Karena data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya

cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan

rinci. Seperti di kemukakan, semakin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data semakin banyak, komplek dan

rumit. Sehingga dilakukan analisis data dengan mereduksi data

yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan

memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan

analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari

analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis

domain.

16
b) Proses display

Proses display adalah proses penyajian data. Penyajian

data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat

naratif yang merupakan hasil dari pencarian domaian pada

proses awal yang datanya akan selalu dan terus menerus di uji

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terfokus

sehingga akan menjadi teori yang grounded.

Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara

induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan,

dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-

menerus.

c) Proses conclusion

Proses conclusion adalah penarikan kesimpulan dan

verivikasi. Setelah data yang terkumpul sudah dapat di display

dan telah di dukung oleh data-data yang mantap, melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi yang terseleksi maka

dapat di sajikan kesimpulan yang kredibel.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi

dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat

kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan

pengecekkan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan tringulasi.

17
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari.

8. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah

dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil

penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra

lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai

keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian;

(2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian

dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil

mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis

selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil

laporan penelitian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan mudah dimengerti,

maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam

lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian pustaka, Bab III Paparan

data dan hasil temuan penelitian, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup.

BAB I : Pendahuluan

18
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini dijelaskan mengenai telaah pustaka dan

kerangka teoritik yang membahas tentang pembelajaran,

meliputi: pembelajaran akhlak, strategi dalam

pembelajaran akhlak dan media yang digunakan dalam

pembelajaran akhlak; Tinjauan tentang akhlak meliputi

definisi, prinsip dasar akhlak, jenis dan dasar akhlak,

manfaat akhlak serta pentingnya akhlak dalam

perkembangan muslim; Kitab Akhlak Lil Baniin.

BAB III : Gambaran umum Pondok Pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyahdan Biografi Syaikh Umar Bin

Achmad Baradja.

Gambaran umum berisi tentang sejarah singkat, letak

geografis, visi-misi, sarana dan prasarana, serta biografi

Syaikh Umar bin Achmad Baradja, yang meliputi

karangan beliau, guru-guru beliau, dan pemikiran beliau

dalam kitab Akhlak Lil Baniin.

BAB IV : Analisi Data

19
Dalam bab ini tujuan diberlakukannya pembelajaran

akhlak dengan kitab Akhlak Lil Baniin, strategi yang

digunakan serta perubahan yang terjadi pada

santri/peserta didik setelah mengikuti pembelajaran

akhlak tersebut, definisi akhlak hubungan dengan metode

pendidkan jiwa.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan

penelitian dan saran dalam penulisan skripsi.

Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.

20
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. ( Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang pendidikan, 2006 : 7 ).

Pembelajaran diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang

dirancang oleh pendidik guna mendukung terjadinya kegiatan belajar

yang dilakukan oleh peserta didik. ( Abdurrahman Saleh, 2006 : 217 ).

Sedang menurut Djasuri, “pembelajaran adalah metode atau cara yang

digunakan untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik pada

saat berlangsungnya pengajaran. Dalam interaksi ini pendidik berperan

sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta didik berperan

berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.” (Djasuri, 1999 : 122)

Pembelajaran adalah cara-cara pendekatan yang ditempuh

dalam kegiatan pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan agar

tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Kegiatan

pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat

berpengaruh secara langsung kepada efektivitas belajar peserta didik,

dengan kata lain pembelajaran adalah upaya pendidik agar terjadi

21
peristiwa belajar yang dilakukan oleh peserta didik. ( Mahmud, MM,

2006 : 31 )

Pembelajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut

pembinaan anak didik mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-

mata, yaitu supaya anak didik lebih banyak pengetahuannya, lebih

cakap berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam

mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis, membaca, lari cepat,

loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan sebagainya. (

Ahmad Tafsir, 1996 : 7 )

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa: Pembelajaran adalah proses yang berfungsi membimbing

peserta didik di dalam kehidupan, yakni membimbing

mengembangkan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang

mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan metode pembelajaran akhlak

ialah: suatu cara untuk menyampaikan materi pendidikan akhlak dari

seorang pendidik kepada peserta didik dengan memilih satu atau

beberapa metode mengajar sesuai dengan topik pokok bahasan. Dalam

interaksi ini pendidik berperan sebagai penggerak atau pembimbing,

sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang

22
dibimbing. Oleh Karena itu metode mengajar yang baik adalah metode

yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan pendidik-

peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran. Pengertian

strategi dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak

perbuatan pendidik peserta didik dala peristiwa belajar aktual tertentu.

(Basyirudin Usman, 2002 : 22 ).

Strategi pembelajaran adalah rencana dan cara-cara

membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana

dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Strategi

pembelajaran tidak sama dengan metode pembelajaran. Strategi

pembelajaran merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan,

sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan.

Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka

strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis:

1. Strategi pembelajaran ekspositori di mana pendidik mengolah

secara tuntas pesan/materi sebelum disampaiakan di kelas sehingga

peserta didik tinggal menerima saja.

2. Strategi pembelajaran kuriorstik, dimana peserta didik mengolah

sendiri pesan/materi dengan pengarahan dari pendidik.( W.Gulo,

2002 : 11 ).

23
Untuk melaksanakan stategi tertentu diperlukan

seperangkat metode pembelajaran. Suatu program pembelajaran

yang diselenggarakan oleh pendidik dalam setiap kali tatap muka,

bisa dilaksanakandengan berbagai metode.

Metode pembelajaran ialah alat yang merupakan perangkat

atau bagian dari strategi suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran

juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai

tujuan.

Adapun pengertian metode pembelajaran disini adalah cara-

cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya

menyampaikan materi kepada objeknya yaitu anak didik didik

berdasarkan ketentuan dan petunjuk yang berlaku.( Abdul Majid,

2007 : 36 ).

Dengan pengertian yang demikian, maka metode

pembelajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi

pembelajaran. Unsur lain seperti sumber belajar, kemampuan yang

dimiliki oleh pendidik dan peserta didik, media pendidikan, materi

pembelajaran, organisasi kelas, waktu yang tersedia dan kondisi

kelas dan lingkungannya merupakan unsur-unsur yang mendukung

strategi pembelajaran.

Sebelum menjelaskan macam-macam metode pembelajaran

akhlak, terlebih dahulu dijelaskan tentang pendekatan dalam

24
pembelajaran akhlak, karena metode lahir untuk merealisasikan

pendekatan. Macam pendekatan ada empat, yaitu:

a. Pendekatan Religius, bahwa manusia diciptakan memiliki

potensi dasar (fithrah) atau bakat agama.

b. Pendekatan Filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional

atau berakal fikiran untuk mengembangkan diri dan

kehidupannya.

c. Pendekatan Rasio-Kultural, bahwa manusia adalah makhluk

bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya

mempengaruhi proses pendidikan.

d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan

kognitif, dan afektif harus di tumbuh kembangkan.( Armai

Arief, 2002 : 41 ).

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa metode pembelajaran

yang dikenal secara umum antara lain adalah:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan

pengajaran secara lisan.

2) Metode Diskusi

Ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan

memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu

argumentasi secara rasional dan obyektif.

25
3) Metode Tanya Jawab

Ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan

jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi kesempatan bertanya

dan pendidik menjawab pertanyaan.

4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar

yang dilakukan seorang pendidik atau orang lain dengan sengaja

diminta atau peserta didik sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan

tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.

Metode eksperimen adalah cara pengajaran dimana

pendidik dan peserta didik bersama-sama melakukan suatu latihan

atau percobaan untuk mengetahui atau akibat dari suatu aksi.

5) Metode Resitasi

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah,

karena peserta didik diberikan tugas-tugas khusus di luar jam

pelajaran.

6) Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu kesatuan yang dapat

dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong.

7) Metode Drill

26
Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk

memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa

yang telah dipelajari. ( Basyirudin Usman, 2002 : 49-50 ).

Selain itu ada beberapa metode pembelajaran pesantren

yang menjadi ciri khas pesantren, yaitu:

Pertama, Sorogan; adalah sistem pengajaran dengan pola

sorogan dilaksanak didikan dengan jalan santri yang biasa pandai

menyorog-kan sebuah kitab kepada kiai atau ustadz. Dalam sistem

ini, seorang santri/peserta didik harus betul-betul menguasai ilmu

yang dipelajarinya sebelum mereka dinyatakan lulus, karena sistem

ini dipantau langsung oleh kyai/ustadz.

Dalam perkembangan selanjutnya sistem ini jarang

dipraktekkan dan ditemui karena memakan waktu yang lama.

Kedua, Wetonan; sistem pengajaran dengan jalan wetonan

ini dilaksanakan dengan jalan kyai/ustadz membaca suatu kitab

dalam waktu tertentu dan santri dengan membaca kitab yang sama

mendengarkan dan menyimak bacaan kyai/ustadz. ( Binti Maunah,

2009 : 29 – 30 ).

Ketiga, musyawarah; metode ini merupakan metode

pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau

seminar. Beberapa santri dengan jumlah tertentu membentuk

halaqah yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz untuk

27
membahas atau mengkaji materi atau persoalan yang telah

ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, santri bebas untuk

mengajukan pertanyaan ataupun pendapat.

Keempat, hafalan; metode hafalan ialah kegiatan belajar

santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah

bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Para santri

diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu

tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dilafalkan di

hadapan ustad secara periode atau tergantung kepada petunjuk

pendidiknya tersebut.

Kelima, demonstrasi/praktek ibadah; ialah cara

pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan suatu

keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang

dilakukan secara perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk

atau bimbingan ustadz.

Keenam, rihlah ilmiah/study tour; ialah kegiatan

pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan

(perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu sengan tujuan untuk

mencari ilmu.

Ketujuh, muzakarah ialah metode yang sama dengan

metode musyawarah. ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007 :

455 – 466).

28
3. Media Pembelajaran.

Yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat

perlengkapan mengajar untuk melengkapi pengalaman belajar bagi

pendidik. ( Djasuri,1999 : 130 ).

Adapun tujuan dan fungsi media pembelajaran adalah:

a. Pengajaran akan lebih menarik peserta didik, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih

dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan peserta didik

menguasai tujuan pelajaran dengan lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

berbentuk komunikasi verbal melalui lisan pendidik.

d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan

belajar karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan uraian

pendidik, tetapi juga mengamati, melakukan dan

mendemonstrasikan bahan-bahan pelajaran yang sedang dihadapi.

Ada beberapa media pembelajaran yang dapat membantu

pencapaian pengajaran akhlak, antara lain:

a. Melalui bahan bacaan atau bahan cetak

Melalui bahan ini peserta didik akan memperoleh

pengalaman dengan membaca, belajar melalui simbol-simbol

29
dan pengertian-pengertian dengan menggunakan indra

penglihatan. Yang termasuk media ini buku teks akhlak, buku

teks agama pelengkap, bahan bacaan umum seperti, majalah,

koran dan sebagainya.

b. Melalui alat-alat audio visual (AVA)

Melalui media ini peserta didik akan memperoleh

pengalaman secara langsung dan mendekati kenyataan,

misalnya dengan alat-alat dua dan tiga dimensi, maupun

dengan alat-alat teknologi modern seperti televisi, radio,

internet dan sebagainya. Ini semua untuk mempercepat sasaran

yang ingin dicapai.

c. Melalui contoh-contoh kelakuan

Melalui profil pendidik yang baik, dalam

menyampaikan bahan pengajaran diharapkan peserta didik bisa

meniru tingkah laku pendidik, misalnya mimik, berbagai

gerakan badan dan anggota badan, dramatisasi, suara dan

prilaku sehari-hari.

Melalui contoh-contoh ini pendidik dapat mengajarkan

bagaiman sifat-sifat terpuji yang diperankan tokoh-tokoh, yang

menjadi panutan. Misalnya bagaimana bicara yang baik,

bergaul dengan teman, dan sifat-sifat terpuji lainnya.

30
d. Melalui media masyarakat dan alam sekitar

Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman

yang komprehensif, pendidik dapat membawa anak didik ke

luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan

masyarakat maupun alam sekitar. Bentuk-bentuk media yang

dimaksudkan, di antaranya:

1) Peninggalan dan pengalaman kegiatan masyarakat

2) Berbagai objek/tempat peninggalan sejarah, sepertinya para

wali, bekas-bekas kerajaan Islam dan museum.

3) Berbagai dokumentasi sejarah keagamaan.

4) Kegiatan keagamaan, perayaan hari-hari besar keagamaan

dan sebagainya.

e. Dari kenyataan alam

Yaitu melibatkan peserta didik pada kegiatan darma

wisata, berkemah, menikmati keindahan alam dan membawa

peserta didik ke planetarium untuk melihat gambaran penataan

alam semesta.

f. Dari contoh kelakuan masyarakat

Peserta didik dapat diajak berkunjung ke tokoh-tokoh

ulama masyarakat agama yang homogen dan lembaga-lembaga

pendidikan Islam.

31
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembelajaran

Dalam pembelajaran banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi

pembelajaran, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu

1. Faktor-faktor Stimuli

Yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu

untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. meliputi: panjangnya

bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran,

beratringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

2. Faktor-Faktor Metode Belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh pendidik sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik. Dengan

perkataan lain, metode yang dipakai oleh pendidik menimbulkan

perbedaan yang berarti bagi proses pembelajaran. Meliputi: kegiatan

praktek, drill, resitasi selama pembelajaran, pengenalan tentang hasil

belajar, bimbingan,dan kondisi.

3. Faktor-Faktor Individual

Meliputi: kematangan, faktor usia, perbedaan jenis kelamin,

pengalaman, kapasitas mental, kesehatan jasmani, rohani serta

motivasi. (Wasty Soemanto, 1990 : 107 – 115 ).

32
B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Dalam bahasa Indonesia, ‫ أخالق‬dapat diartikan dengan akhlak,

moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, kesusilaan.

(R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, 1982 ; 12 ).

Pengertian akhlak secara etimologi bisa digunakan untuk mengartikan

akhlak secara umum, namun akan menimbulkan anggapan bahwa

segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat,

baik itu berupa nilai-nilai budaya, adat kebiasaan dan hasil pemikiran

manusia akan disebut juga sebagai akhlak. Anggapan ini tidak

sepenuhnya tepat, sebab akhlak bersumber pada agama, sedangkan

moral, etika (watak, kesusilaan) dan adat kebiasaan berasal dari

pemikiran manusia yang tidak terlepas dari pengaruh hawa nafsu. (

Hamzah Ya‟cub, 1988 ; 11).

Secara terminologi kata akhlak memiliki banyak definisi. Para

tokoh pendidikan dan ulama pun tidak ketinggalan memberikan

pemaparannya, di antaranya Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

terlebih dahulu. ( Mansur, 2005 : 226 )

Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa definisi akhlak

adalah :“sebuah sistem yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal

33
atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.

Karakteristik-karakteristik ini membuat kerangka psikologi seseorang

dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang

cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.” ( Ali Abdul

Halim Mahmud, 2004 : 26 – 27 )

Menurut Ibn Miskawaih akhlak adalah “sifat yang tertanam

dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” ( Abudin Nata, 1996 : 1 )

Menurut Ahmad Amin akhlak adalah “kehendak yang

dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu,

kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurut beliau lagi kehendak ialah

ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang

kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini

mempuyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan ini

menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah

yang bernama akhlak.” ( Zahruddin, AR, 2004 : 4-5 )

Ada orang yang berpendapat bahwa etika sama dengan akhlak.

Persamaan itu memang ada, karena keduanya membahas masalah baik

dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam falsafah

manusia adalah mendapatkan sesuatu yang ideal bagi seluruh manusia

disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah yang baik dan buruk

34
sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran manusia. Akan tetapi

dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena

pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan

buruk mempunyai ukuran yang berlainan dan sifatnya relatif. Setiap

golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri. ( Mustofa, 1995 : 15 )

Dengan demikian akhlak adalah tingkah laku yang muncul dari

dorongan dalam jiwa. Jika tingkah laku itu baik dan sudah menjadi

kebiasaannya disebut akhlaknya baik. Begitu pula sebaliknya

perbuatan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya bukan dari

akhlaknya sendiri.

Dari beberapa pengertian akhlak di atas, dapatlah dimengerti

bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa

yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah

melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah dan spontan tanpa difikirkan dan diangan-angan lagi.

2. Prinsip Dasar Akhlak

a. Prinsip Dasar Akhlak dalam Islam

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah

berupa al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk

dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua

sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika

ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-

35
beda.(DR. Marjuki, 2009; 34). Seseorang mengatakan bahwa sesuatu

itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu

juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang

lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua umat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-

Qur‟an dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya

dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Keduanya hingga sekarang

masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang

dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak

benar (dha‟if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat

sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat

yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-

sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat

tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari

sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang

berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar

lain selain al-Qur‟an dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya

akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan

baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan

umum masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan

Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad

36
diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati

nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah

memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt.

berfirman:

       

      

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan


keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A‟raf: 72).

Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral

Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power

yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor

penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan

dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam

hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:

َّ‫ وَإِن‬،ِ‫سهِ الخُلُك‬


ْ ُ‫يءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَ ْثمَلُ ِمهْ ح‬
ْ ‫ش‬
َ ْ‫مَا ِمه‬

ِ‫حبِ الصَّ ْومِ وَالصَّلَاة‬


ِ ‫سهِ الخُلُكِ لَيَبْلُغُ بِهِ َدرَجَتَ صَا‬
ْ ُ‫حبَ ح‬
ِ ‫صَا‬

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari


kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan

37
sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai
derajat orang yang berpuasa dan shalat.”(Sunan Tirmidzi:
Sahih)

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman,

Islam, dan Islam. Al-Qur‟an menggambarkan bahwa setiap orang yang

beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan

seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim

ayat 24, yang berbunyi:

          

    

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah


membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat
yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (www.quran_word.com)

Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang

yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar

dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau

melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh

lingkungan. Namun disisi lain, sebenarnya masih banyak teori-teori

38
yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan

pemikiran Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat

pembuktian realisme, maka kemutlakan akhlak adalah pendapat yang

sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.(Mujtaba Misbah,

2008; 102)

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan

memanen apa yang kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik

benang merah, bahwasannya apa yang kita lakukan tidak ada

hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena hubungan

perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak

ke-3. Oleh karena itulah dasar ahklak memerlukan disipln moral.

Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa rasio spekulatif, yaitu

agen didalam mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis,

yaitu agen dari pelaksanaan hal-hal praktis, yang juga dimaknai

sebagai “kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang pasti dan printah-

printahnya bersifat mengikat.(Syekh Z A Qurbani Lahiji, 2001;

38) Dan hal ini sering di maknai sebagai kesadaran akhlak.

b. Landasaan Dasar Yuridis

Dalam pendidikan di Indonesia, akhlak juga merupakan suatu

tujuan yang harus diwujudkan, hal ini berdasarkan dengan tujuan

pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang negara,

diantaranya;

1) Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)

39
a) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

dengan undang-undang.”

b) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-

nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia.”

2) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.20 tahun

2003.

a) Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

3. Ruang Lingkup Akhlak

Pada dasarnya ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi tiga

aspek, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama, dan

40
akhlak terhadap lingkungan. ( Uus Ruswandi, 2004 : 309 ). Untuk

lebih jelasnya Qurais Shihab memberikan penjelasan ketiga aspek

tersebut. ( Qurais Shihab : 1996 : 261 ).

a. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap yang

seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada

Tuhan sebagai Khaliknya. Dalam hal ini, banyak cara yang dapat

dilakukan manusia dalam berprilaku kepada Allah sebagai

Rabbnya. Akhlak tersebut, di antaranya tidak menyekutukan-Nya

(Q.S. 4:116), mensyukuri nikmat-Nya (Q.S. 2:152), selalu berdo‟a

kepada-Nya (Q.S. 40:60), beribadah (Q.S. 51:56), meniru sifat-

sifat nabi dan selalu berusaha mencari keridlaan-Nya (Q.S. 48:29),

selalu memuji-Nya (Q.S. 27:93), bertawakkal kepada-Nya (Q.S.

3:159).

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia pada prinsipnya

merupakan implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman

seseorang. Salah satu indikator kuatnya iman seseorang nampak

dalam prilakunya terhadap orang lain. Dengan kata lain mereka

senantiasa memperlakukan sesama manusia sama.

Ada beberap cara yang dapat dilakukan manusia dalam

berinteraksi dengan manusia lain dalam bentuk prilaku yang baik.

41
Ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an dan al-Sunnah

banyak mengungkap tentang hubungan manusia dengan manusia,

misalnya: mengucapkan sesuatu yang baik (Q.S. 24:58), senantiasa

mengucapkan yang benar (Q.S. 33:70), jangan mengucikan

seseorang, berprasangka buruk, menceritakan keburukan orang dan

memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk (Q.S. 49:11-

12). Di samping itu, masih banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang

mengungkap prilaku manusia, baik terhadap orang tua ataupun

lainnya.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untuk

mengelola isi dunia demi kemakmuran dirinya, sebagai anugrah

dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya.

Demi terciptanya keserasian yang harmonis dan keseimbangan

yang ekolog.

Akhlak manusia seperti yang telah dikemukakan di atas,

mecerminkan bahwa mereka tidak mau merusak lingkungan yang

telah dianugrahkan oleh Allah kepadanya. oleh sebab itu, pantas

Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang suka berbuta

kerusakan di muka bumi ini (Q.S. 28:77).

4. Jenis-Jenis akhlak

42
Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia

dalam segala seginya, ada dua jenis akhlak, yaitu:

a. Akhlak Dhalury

Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang merupakan

pemberian Allah SWT secara langsung, tanpa memerlukan latihan,

kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia-

manusia pilihan Allah, keadaannya terpelihara dari perbuatan-

perbuatan maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah, yaitu para

Nabi dan Rasul-Nya. Dan tidak tertutup kemungkinan bagi orang

mukmin yang shaleh mereka sejak lahir sudah berakhlak mulia dan

berbudi luhur.

b. Akhlak Muktasabah

Yaitu akhlak atau budi pekerti yang harus dicari dengan

cara melatih dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara

berfikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan akhlak ini

tidak akan terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar

manusia.usaha mendidik dan membiasakan kebajikan sangat

dianjurkan, bahkan diperintahkan dalam agama, walaupun

mungkin tadinya kurang rasa tertarik, tetapi apabila terus menerus

dibiasakan, maka kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinnya

juga.( Djasuri, 1999 : 112-113 )

5. Manfaat Keutamaan Akhlak

43
Orang yang berakhlak karena ketaqwaan kepada Tuhan

sematamata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:

a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.

b. Akan disenangi dalam pergaulan.

c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan

sebagian makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

d. Orang yang bertaqwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan

kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan

yang baik.

e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala

penderitaan dan kesukaran. ( Mustofa, 1995 : 26 )

Dalam Islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu

sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam

kehidupan bernegara.

Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk

manusia dengan makhluk yang lain, sebab seandainya manusia tanpa

akhlak, maka hilang derajat kemanusiaannya.

Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa manfaat keutamaan akhlak

adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh kemajuan rohani

44
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan

manusia di bidang rohani atau bidang mental spiritual. Antara

orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan

orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu,

praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang tinggi.

b. Sebagai penuntun kebaikan

Rasulullah sebagai teladan yang utama, karena beliau

mengetahui akhlak mulia yang menjdai penuntun kebaikan

manusia. Sekaligus beliau menjadi panutan bagi umat manusia

semuanya.

c. Memperoleh kesempurnaan iman

Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan

akhlak. Untuk menyempurnakan iman, haruslah menyempurnakan

akhlak dengan mempelajari ilmunya.

d. Memperoleh kesempurnaan di hari akhir.

Orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempuh

kedudukan yang terhormat di hari akhir. sebagaimana sabda

Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya:

“Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin

di hari kiamat dari akhlak mulia. Dan sesungguhnya dengan akhlak

mulia derajat seseorang menyamai orang-orang yang melaksanak

didikan ibadah puasa dan shalat”. (H.R. Turmudzi)

e. Memperoleh keharmonisan rumah tangga (keluarga)

45
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan

keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang

baik, tidak akan bahagia, sekalipun kekayaan materinya yang

berlimpah ruah. Akhlak yang luhur akan mengharmoniskan rumah

tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala

tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang

melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak. Tegasnya

bahagialah rumah tangga yang dirangkai dengan keindahan akhlak.

( Djasuri, 1999 : 114-116 ).

6. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Akhlak

Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya

merupakan akibat adanyas pengaruh dari dalam diri manusia (insting)

dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan

dan aspek Wiratsah. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi

akhlak dan memotivasinya adalah:

a) Insting

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia

sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri)

berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya

tingkah laku, antara lain seperti: naluri makan, naluri berjodoh,

naluri keibubapakan, naluri berjuangan, naluri bertuhanan dan lain-

lain.

46
Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang

inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada

dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri

itulah manusia dapat memproduk aneka corak prilaku sesuai

dengan corak instingnya.

b) Adat/Kebiasaan

Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk

yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan,

tidur, olahraga dan sebagainya.

Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup

hanya diulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan

kecenderungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin

berobat, mematuhi nasihat dokter, rajin berobat, minum obat,

mematuhi nasihat-nasihat dokter, tidak bisa dikatakan adat

kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharap sakitnya cepat

sembuh. Apabila dia telah sembuh, dia tidak berobat lagi kepada

dokter. Jadi terbentuknya kebiasaan itu, adalah karena

kecenderungan hati yang diiringi perbuatan. Adapun sifat-sifat adat

kebiasaan, ialah:

1) Mudah diperbuat.

2) Menghemat waktu dan perhatian

c) Wiratsah

47
Perbincangan Wiratsah berhubungan dengan faktor

keturunan. Dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung,

sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

Sifat-sifat asasi anak didik merupakan pantulan sifat-sifat

asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak didik itu mewarisi

sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Ilmu pengetahuan

belum menemukan secara pasti, tentang ukuran warisan dari

campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap anak

didiknya. Peranan keturunan, sekalipun tidak mutlak, dikenal

setiap suku, bangsa dan daerah.

Adapun sifat yang diturunkan orang tua kepada anak

didiknya itu bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan

matang karena pengaruh lngkungan, adat, dan pendidikan,

melainkan sifat-sifat bawaan (persediaan) sejak lahir. Sifat-sifat

yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam:

1) Sifat-sifat jasmaniah. Yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot

dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak didik-

anak didiknya. Orang tua yang kekar ototnya kemungkinan

mewariskan kekekaran itu kepada anak didik cucunya.

2) Sifat-sifat rohaniah. Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri

dapat diturunkan pula oleh kedua orang tua yang kelak

mempengaruhi tingkah laku anak didik cucunya. Sebagaimana

dimaksudkan bahwa setiap manusia mempunyai naluri

48
(insting), tetapi kekuatan naluri itu berbeda-beda. Ada orang

yang instingnya begitu kuat, sehingga ia menjadi pemberani

dan pahlawan yang gagah perkasa. Kelebihan dalam naluri ini

dapat diwariskan kepada keturunannya. Demikian juga dalam

kecerdasan, kesabaran (ketahanan mental), keuletan dan sifat-

sifat mental lainnya dapat diturunkan dari ayah kepada anak

didiknya atau dari nenek kepada cucunya.

d) Milieu

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap tingkah laku seseorang adalah faktor

milieu (lingkungan dimana seseorang berada).

Milieu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup,

melingkupi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia , ialah

apa yang mengelilinginya, seperti lautan, udara dan masyarakat.

Dengan perkataan lain, milieu adalah segala apa yang melingkupi

manusia dalam arti yang seluas-luasnya.( Zahruddin, AR, 2004 : 99

).

C. Kitab Akhlak Lil Baniin

1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin

Salah satu diantara sekian banyak kitab agama Islam yang

berbahasa Arab yang telah dijadikan sebagai kitab standart, terutama

untuk pelajaran akhlak dalam proses belajar mengajar di pesantren

adalahkitab Akhlak Lil Baniin yang dikarang oleh seorang ulama salaf

49
(ulamaterdahulu) yang bernama Syaikh Umar bin Achmad Bardja.

Beliau hidup pada akhir abad keenam hijriyah, zaman kemunduran dan

kemerosotan Daulah Abbasiyah.( Drs. H. Busyiri madjidi, 1997 : 101).

Kitab Akhlak Lil Baniin, telah disyarahi oleh Syeikh Djamilah

Bachmid. Menurut pensyarah ini, kitab tersebut banyak disukai dan

mendapat tempat secukupnya dikalangan para pelajar dan para

guru.Terutama di masa pemerintahan Murad Khan bin Salim, pada

abad XIV Masehi.

Kitab ini adalah kitab Akhlak, bukan kitab hukum, ialah

Akhlak dalam menuntut ilmu. Yaitu Akhlak yang membawa

kesuksesan anak dalam menuntut ilmu, kepentingannya adalah untuk

menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam menutut ilmu.

Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang anak pada

khususnya dan para pelajar pada umumnya untuk mempelajari tentang

banyak keilmuan yang berhubungan dengan akhlak, budi pekerti,

moral dan sikap mental kemasyarakatan yang bertanggung jawab.

Kitab Akhlak Lil Baniin itu sendiri merupakan salah satu dari

bermacam-macam kitab kuning yang ada di pesantren-pesantren pada

umumnya. Adapun tujuan mempelajari kitab kuning menurut

Zamakhsari Dhofir adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendidik calon-calon Ulama‟.

50
2. Untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan

keagamaan.( Zamakhsari Dhofir, 1984 : 50).

Kemudian secara umum tujuan pengajaran kitab Akhlak Lil

Baniin adalah untuk membantu anak dalam memahami dirinya dan

lingkungannya dalam menuntut ilmu, memilih guru, ilmu, teman dan

sebagainnya, baik di lingkungan pesantren, sekolah maupun di

tempat-tempat lain dalam menuntut ilmu yang akan membentuk akhlak

yang sesuai, serasi dan seimbang dengan diri dan lingkungannnya.

Anak pada saat ini sangat membutuhkan akan bimbingan

akhlak dalam menuntut ilmu, sehingga akhirnya mereka dapat

memahami dan menela‟ah akhlak yang sesuai dengan eksistensinya

sebagai seorang anak.

Pengalaman tentang akhlak anak terutama yang ada

hubungannya dengan pengajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah

melalui akhlak atau sikap guru, kyai, ataupun orang tua. Pelaksanaan

tersebut terutama yang ada hubungannya dengan Akhlak dalam

menuntut ilmu. Lebih lanjut dikatakan oleh Al- Ghazali bahwa metode

mendidik anak dengan memberikan contoh, pelatihan dan pembiasaan

kemudian nasehat dan anjuran sebagai alat pendidikan dalam rangka

membina akhlak anak sesuai dengan ajaran agama Islam.( Zainuddin,

dkk, 1996 : 106 ).

51
Dalam Kitab Akhlak Lil Baniin terdapat banyak pasal yang

mencakup tentang akhlakul karimah. Disini penulis menjabarkan

beberapa materi pendidikan akhlak anak yang diantarnya :

1. Dengan apa seorang anak beradab?

1) Wajib atas seorang anak berakhlak dengan akhlak yang baik

dari kecilnya, agar kehidupannya dicintai ketika dewasa.

Tuhannya akan ridho padanya, dan keluarganya akan

senantiasa mencintainya, dan seluruh manusia. Ia harus pula

menjauhi akhlak yang buruk, agar tidak menjadi orang yang

dibenci, tidak dimurkai Tuhannya, tidak dibenci keluarganya,

dan tidak dibenci siapapun.

2) Wajib juga atas seorang anak yang beradab, menjauhi dari

akhlak yang tercela, agar tidak menjadi orang yang dibenci.

Tuhannya tidak ridho padanya,dan keluarganya tidak

mencintainya dan juga seluruh manusia.

2. Seorang anak yang beradab.

1) Seorang anak yang beradab ia memuliakan kedua orang tuanya,

para pengajarnya, para saudaranya yang lebih besar, dan semua

orang yang lebih besar darinya, serta menyayangi saudaranya

yang lebih kecil, dan semua orang yang lebih kecil darinya.

2) Seorang anak yang beradab selalu jujur dalam setiap

perkataannya, bertawadhu' (rendah hati) sesama manusia,

bersabar atas gangguan, tidak memutuskan hubungan dengan

52
anak-anak lain (tetangga), tidak pula berkelahi bersama

mereka, dan tidak meninggikan suara apabila sedang berbicara

atau tertawa.

3. Seorang anak yang jelek.

1) Ia tidak beradab kepada kedua orang tuanya , kepada para

gurunya, tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, tidak

menyayangi orang yang lebih muda darinya, selalu berbohong

apabila berkata-kata, mengangkat suaranya apabila tertawa,

suka memaki, berkata yang tercela, bertengkar serta

memperolok-olok orang lain, menyombongkan diri, tidak malu

kalau berbuat yang tercela, dan ia tidak suka mendengar

nasihat.

4. Adab terhadap Allah SWT.

Telah kita ketahui bahwa Allah telah memberikan kepada

kita berbagai nikmat dan anugrah yang sangat besar, maka kita

wajib bersyukur atas nikmat tersebut yaitu dengan berakhlak

terhadap Allah SWT dengan cara:

1) Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT.

2) Menyayangkan atau mamuliakan Allah SWT.

3) Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya.

4) Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu

dan diri kita sendiri.

53
5) Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar

selamanya diberi petunjuk jalan yang benar dan memohon

keselamatan juga memohon agar Allah SWT menjadikan anak-

anak yang baik dan beruntung dunia dan akhirat.

6) Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT

Apabila kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan

perintah-Nya, maka Allah akan mencintai kita dengan

menjadikan manusia lain juga mencintai kita, menjaga dari

bahaya dan penyakit, dan juga akan memberikan segala sesuatu

yang kita inginkan. Allah juga akan menambahi nikmat-Nya

kepada kita, seperti firman Allah SWT:

       

    

Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (Q.S. Ibrahim :7). (www.al
qur‟an_word.com).
Dengan semua itu maka hidup kita akan beruntung dan

bahagia dunia dan akhirat. Mencintai Malaikat-Malaikat Allah,

para Rasul dan Nabi Allah, dan orang-orang shalih dari hamba-

hamba Allah, karena sesungguhnya Allah SWT juga mencintai

mereka.

54
5. Adab terhadap Rasulullah SAW.

Jika kita mencintai Allah SWT maka kitapun harus

mencintai Rasul Allah yaitu dengan taat kepada Rasulullah SAW

juga merupakan bagian ketaatan kepada Allah SWT, seperti firman

Allah :

         

     

Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai


Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran: 31). (www.al
qur‟an_word.com)
Maka lakukanlah nasihat-nasihat Nabi yang manunjukan

kepada kebaikan dan menjauhkan kejelekan. Karena nasihat

tersebut akan mendatangkan kebahagiaan. Cinta kepada Nabi

Muhammad SAW. tidak cukup sekedar dilahirkan dalam bentuk

pengakuan kata-kata, melainkan harus dibuktikan dalam bentuk

yang nyata antara lain dengan :

1) Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya,

baik yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun Hadis.

2) Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajaran-

ajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid‟ah

dan kufarat.

55
3) Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak

shalawat kepadanya.

4) Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

5) Mengikuti nasehat-nasehatnya dan mengamalkannya dalam

kehidupan. Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah

SWT kita juga diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW

melebihi cinta kita kepada dua orang tua dan dirinya sendiri.

Karena sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengajarkan

agama Islam dan karena Rasulullah kita mengetahui Tuhan

kita, juga bisa membedakan antara halal dan haram.

6. Adab di rumah.

1) Wajib atas seorang anak untuk memperhatikan adab di dalam

rumahnya, dengan menghormati kedua orang tuanya, saudara-

saudara laki-lakinya ataupun kepada saudari perempuannya,

semua orang di dalam rumahnya, tidak melakukan sesuatu

yang membuat salah satu dari mereka menjadi marah, tidak

membantah saudaranya yang lebih besar serta memusuhi

saudaranya yang lebih kecil darinya, tidak menyakiti para

pembantu, dan apabila bermain maka bermainlah dengan

disiplin, dengan tanpa berteriak-teriak, tidak bergerak (berlaga)

yang tidak sesuai, terutama apabila ada seseorang dirumah

yang sedang tidur atau sedang sakit.

56
2) Memelihara alat-alat rumah, tidaklah memainkan alat-alat

dapur, tidak mendobrak pintu, merusak pepohonan, apabila ada

kucing atau ayam, maka hendaknya ia memberi makan-

makanan serta minum-minuman dan jangan menyakitinya.

7. Adab seorang anak terhadap ibunya.

1) Hendaknya seorang anak melakukan dan melaksanakan segala

perintah-perintahnya dengan rasa suka dan rasa hormat,

melakukan setiap sesuatu yang akan membuat hati ibu senang,

selalu tersenyum di hadapan ibu, selalu mencium tangannya

setiap hari, serta mendoakannya panjang umur, diberikan

kesehatan lahir dan batin.

2) Berhati-hati dari sesuatu yang menyakiti hatinya, jangan

bermuka masam apabila ia menyuruhmu, atau ketika ia marah

kepadamu, jangan kamu berbohong kepadanya, mencacinya,

bertutur kata di hadapannya dengan kata-kata yang buruk,

melihat kepadanya dengan melotot, jangan mengangkat suara

di atas suaranya, apabila meminta sesuatu kepada ibu, maka

jangan meminta kepadanya dihadapan tamu, dan apabila ia

mencegahmu maka diamlah, dan jangan marah, menangis atau

merengek-rengek kepadanya.

8. Sopan santun anak terhadap ayahnya.

1) Seorang anak harus bersikap sopan santun terhadap ayahnya

sebagaimana bersikap sopan santun terhadap ibu, mematuhi

57
perintah-perintahnya dan mendengarkan nasehat-nasehatnya,

karena ia tidak menyuruh kecuali dengan sesuatu yang

berguna, dan ia tidak melarang, kecuali dari sesuatu yang

merugikan.

2) Senantiasa meminta keridhaannya dengan menjaga kitab-kitab

dan pakaian-pakaian serta semua peralatan belajar,

mengaturnya ditempatnya dan tidak menghilangkan

sesuatupun, bersungguh-sungguh dalam membaca pelajaran-

pelajaran, melakukan segala sesuatu di dalam dan di luar rumah

yang menyenangkan hatinya, janganlah memaksa ayah

membelikan sesuatu dan janganlah mengganggu seorang dari

saudaramu, laki-laki maupun perempuan.

3) Apabila engkau menyenangkan kedua orang tuamu, maka

Tuhanmu akan meridhaimu dan engkaupun akan hidup di dunia

dan akhirat.

9. Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya.

Saudara laki-laki dan saudara perempuan adalah orang-

orang yang paling dekat setelah kedua orang tua. Apabila

menginginkan ayah dan ibu gembira, maka bersikaplah sopan

terhadap mereka dengan menghormati saudara laki-laki yang lebih

tua dan saudara pertempuan yang lebih tua, mencintai mereka

dengan cinta yang tulus ikhlas, mengikuti nasehat mereka,

menyanyangi saudara laki-laki yang kecil, saudara perempuanmu

58
yang kecil serta mencintai mereka dengan cinta yang benar, tidak

mengganggu mereka dengan memukul atau memaki, tidak

memutuskan hubungan dengan mereka atau merusak mainannya,

karena hal itu akan membuat marah kedua orang tua. Seharusnya

sikap anak terhadap saudaranya yaitu sebagai berikut :

1) Tidak bertengkar atau berebut dengan saudara laki-laki ataupun

perempuan, bila masuk ke kamar mandi, menggunakan mainan

ataupun duduk di atas kursi dan suatu hal yang lainnya.

Hendaklah bersabar dan selalu mengalah. Hal ini akan

menyenangkan kedua orang tua dan mendapatkan keridhaan

mereka.

2) Memaafkan saudara jika ia bersalah dan menunjukkan

kesalahan dengan lemah lembut agar ia tidak berbuat kesalahan

sekali lagi, tidak banyak bergurau, karena hal itu menyebabkan

dendam dan permusuhan.

10. Sopan santun anak terhadap para kerabatnya.

1) Selalu menyenangkan para kerabatnya dengan mematuhi

perintah-perintah mereka serta menjenguk dari waktu ke waktu,

terutama pada hari raya. Atau bila salah seorang dari mereka

menderita sakit, melahirkan bayi, atau datang dari suatu

bepergian. Gembira bila mereka gembira, bersedih bila mereka

bersedih dan tidak bersikap kurang sopan kepada salah seorang

59
dari mereka, karena hal itu akan membuat Allah marah,

membuat marah kedua orang tua dan para kerabat.

2) Anak yang berakal, mencintai pula anak-anak para kerabatnya,

bermain bersama mereka dan menanyakan keadaan mereka

bilamana tidak melihat mereka, tidak senang bertamasya

kecuali bersama mereka, suka membantu mereka apabila

mereka membutuhkan sesuatu dan tidak bertengkar atau

memutuskan hubungan dengan mereka, tidak bersikap muram

atau cemberut terhadap mereka, tersenyum dan gembira bila

berjumpa dengan mereka serta berbicara bersama mereka

dengan pembicaraan yang baik.

Sesungguhnya anak yang berbuat baik kepada para

kerabatnya akan hidup tenang dan diberi Allah rezeki yang banyak

serta dipanjangkan umurnya.

11. Sopan santun anak terhadap pelayannya

1) Wajib seorang anak menggunakan akhlak yang baik terhadap

pelayan laki-laki dan pelayan perempuan. Apabila menyuruh

sesuatu pada salah seorang dari mereka, maka berbicaralah

padanya dengan lemah lembut dan janganlah mengganggunya

atau bersikap sombong terhadapnya. Apabila ia bersalah,

jangan membentaknya, tetapi ingatkan dia atas kesalahnnya

dengan lemah lembut, dan maafkan dia. Apabila seorang anak

60
bersalah, maka katakanlah yang sebenarnya dan jangan

menghubungkan kesalahan –kesalahan itu kepada pelayan.

2) Apabila memanggilnya dan ia tidak menjawab dengan segera,

maka janganlah marah kepadanya, karena mungkin saja ia

tidak mendengar suara pamggilan tersebut. Begitu pula jika

menyuruhnya melakukan sesuatu lalu ia berlambat-lambat,

maka jangan terburu-buru menegurnya, mungkin saja ia

berhalangan, jangan memukulnya atau memakinya atau

meludahi wajahnya. Tidaklah seseorang melakukan hal itu,

kecuali anak yang buruk akhlaknya dan akan dibenci semua

orang.

3) Janganlah duduk bersama pelayan dan jangan pula berbicara

kepadanya kecuali seperlunya. Jangan bergurau bersamanya

agar ia tidak berani kepadamu atau engkau mendengar

perkataan yang tidak pantas darinya.

12. Sopan santun anak terhadap para tetangganya.

Ayah dan ibu menyukai tetangga-tetangga mereka,

keduanya suka agar anak menyukai mereka pula, karena mereka

membantu orang tua pada waktu ada keperluan. Ibu kadang-

kadang meminjam sebaian alat-alat dan barang pecah belah dari

mereka, mereka pun meminjamkan barang-barang itu dengan

senang hati. Apabila seseorang di rumah sakit, maka tetangga-

tetangga datang untuk menjenguk dan mendo‟akan kesehatannya.

61
Jadi seorang anak harus bersikap kepada para tetangga dengan

cara:

1) Bersikap sopan santun terhadap tetangga-tetangga dan

membuat gembira hati mereka dengan menyukai anakanak

mereka, tersenyum di hadapan mereka, bermain dengan sopan

bersama dengan mereka, tidak bertengkar dengan mereka,

mengambil mainan mereka tanpa seizin mereka,

membanggakan pakaian dan uang kepada mereka. Apabila ibu

memberi makanan atau buah-buahan, maka jangan

memakannya sendiri sedangkan anak tetangga melihat hal

tersebut. Jangan mengejek tetangga-tetangga dan mengeraskan

suara pada waktu mereka tidur, melempar rumah-rumah

mereka, mengotori dinding-dinding dan halaman-halaman

mereka, atau melihat kepada mereka dari lubang-lubang

dinding dan pintu.

13. Adab sebelum pergi ke sekolah.

1) Setiap murid haruslah selalu menyukai ketertiban dan

kebersihan. Ia harus bangun dari tidurnya setiap pagi pada awal

waktunya, lalu mandi dengan sabun, kemudian berwudhu dan

shalat subuh berjama‟ah. Selesai shalat ia harus menjabat

tangan kedua orang tuanya. Kemudian memakai pakaian

sekolah yang bersih dan rapi, dilanjutkan dengan melihat

pelajaran-pelajaran yang telah dibacanya sebelum tidur.

62
2) Sesudah makan pagi, ia harus mengatur alat-alatnya di dalam

tas. Kemudian meminta izin kedua orang tua untuk pergi ke

sekolah.

14. Sopan santun dalam berjalan.

1) Berjalan dengan lurus, tidak boleh menoleh ke kanan dan ke

kiri tanpa keperluan, tidak boleh bertingkah dengan gerakan

yang tidak pantas, tidak patut berjalan dengan terlampau cepat

dan tidak boleh berjalan lambat.

2) Tidak makan atau bernyanyi ataupun membaca kitabnya sambil

berjalan, harus menghindari lumpur dan kotoran agar tidak

jatuh atau kotor bajunya, harus menghindari jalanan yang

sempit penuh sesak agar tidak bertabrakan dengan seseorang

atau kehilangan sesuatu alatnya, tidak boleh berhenti di jalan

untuk mencampuri urusan orang lain atau menghentikan salah

seorang teman, supaya tidak terlambat dari waktu sekolah yang

telah di tentukan.

3) Tidak bergurau apabila berjalan bersama teman-teman, tidak

mengeraskan suar ketika berbicara atau tertawa, dan tidak

boleh mengejek seseorang.

4) Tidak lupa mengucapkan salam kepada siapapun yang ia

jumpai di jalan, khususnya bila orang itu adalah ayah atau guru.

15. Sopan santun murid.

Apabila murid sampai ke sekolahnya, ia harus:

63
1) Menyeka sepatunya dengan kain penyeka, kemudian harus

pergi ke kelasnya, membuka pintu dengan perlahan-lahan.

Wajib masuk dengan sopan dan memberi salam kepada teman-

teman serta menjabat tangan mereka. Tersenyum sambil

berkata, “Selamat pagi dan bahagia”. Kemudian harus

meletakkan tasnya di laci bangkunya. Jika datang gurunya,

harus berdiri dan dari tempatnya, dan menyambutnya dengan

penuh kesopanan dan penghormatan, serta menjabat tangannya.

2) Ketika bel berbunyi berdiri bersama teman-teman di dalam

barisan dengan tegap, tidak boleh berbicara atau bermain

bersama mereka. Kemudian ia langsung memasuki kelas

dengan tenang setelah mendapat isyarat dari guru. Setelah

masuk kelas harus menuju ke tempat duduk dan duduk dengan

baik, yaitu duduk tegak dan tidak membengkokkan punggung,

tidak menggerakkan kedua kaki, tidak mendesak lainnya, tidak

meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lainnya, tidak

mempermainkan tangan dan tidak meletakkan tangan di bawah

pipi.

3) Diam mendengarkan pelajaran, tidak menoleh ke kanan dan ke

kiri, tetapi menghadap guru, tidak berbicara dengan seseorang

atau membuatnya tertawa, karena hal itu mencegah orang lain

memahaminya sehingga guru akan marah kepadanya. Apabila

64
tidak memahami pelajaran-pelajarannya, maka pastilah akan

gagal dalam ujian.

16. Bagaimana murid memelihara alat-alatnya.

1) Setiap murid harus memelihara alat-alatnya dengan mengatur

semua di tempatnya agar tidak rusak, hilang ataupun kotor. Jika

tidak mengaturnya, akan susah kalau menghendaki sesuatu

daripadanya dan aktunya akan habis untuk mencari. Memberi

sampul kitab-kitabnya dan buku-buku tulisnya agar tidak robek

atau kotor. Tidak menjilat jari-jarinya, jika ia ingin membolak-

balik kertas-kertas kitab dan buku tulisnya, karena hal itu

adalah kebiasaan yang buruk, bertentangan dengan sopan

santun dan membahayakan kesehatan.

2) Seorang murid harus memelihara pensilnya agar tidak jatuh dan

patah. Jika ingin meruncingkannya, jangan meruncingkannya

di bangku, lantai ataupun dengan sampul buku tulisnya dan

kitabnya. Akan tetapi harus memakai alat peruncing/peraut.

Tidak mengisap pena dengan kedua bibir atau menghapus

tulisan dengan air ludah, tetapi dengan alat hapus (setip). Tidak

mengeringkan tinta dengan baju, tetapi dengan menggunakan

kain pengering.

17. Sopan santun murid terhadap gurunya.

Wahai murid yang sopan! Sesungguhnya gurumu banyak

merasakan payah dalam mendidikmu. Ia mendidik akhlakmu dan

65
mengajari ilmu yang berguna bagimu dan menasehatimu dengan

nasehat-nasehat yang berguna. Semua itu dilakukan karena ia

sangat mencintaimu sebagaimana ayah dan ibumu mencintaimu.

Gurumu berharap agar di masa depan engkau menjadi seorang

yang pandai dan berpendidikan. Hal yang harus diperhatikan murid

terhadap gurunya adalah sebagai berikut :

1) Menghormati guru sebagaimana menghormati kedua orang tua,

dengan duduk sopan di depannya dan berbicara kepadanya

dengan penuh hormat. Apabila ia berbicara, maka janganlah

memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah hingga ia

selesai. Mendengarkan pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh

guru. Jika tidak memahami sesuatu dari pelajaran-pelajaran,

maka bertanyalah kepadanya dengan lemah lembut dan hormat,

dengan mengangkat jari lebih dahulu sehingga ia mengizinkan

untuk bertanya. Apabila ia bertanya tentang sesuatu, maka

berdirilah dan jawablah pertanyaannya dengan jawaban yang

baik. Tidak boleh menjawab jika ia bertanya kepada murid lain.

2) Apabila ingin dicintai guru, maka laksanakanlah kewajiban-

kewajiban, yaitu tetap hadir setiap hari dalam waktu yang

ditentukan, jangan absen atau datang terlambat, kecuali bila ada

halangan yang benar. Segera masuk ke dalam kelas sesudah

istirahat. Jangan suka terlambat, jika guru menegur jangan

beralasan dihadapannya dengan alasan-alasan yang tidak benar.

66
Memahami seluruh pelajaran dan selalu menghafal serta

mempelajarinya. Memperhatikan kebersihan kitab-kitab dan

alat-alat serta ketertibannya. Patuh kepada perintah-perintah

guru dari hati, bukan karena takut hukuman, dan jika sudah

besar, berterima kasih kepadanya akan hal itu.

3) Walaupun ia menghukum, guru tetap mencintai dan berharap

agar hukuman ini berguna. Oleh karena itu, berterima kasihlah

kepada guru atas keikhlasannya dalam mendidik dan janganlah

melupakan kebaikannya selamalamanya. Adapun murid yang

rusak akhlaknya, maka ia pun marah jika gurunya

menghukumnya, kadang-kadang ia mengadukan hal itu kepada

ayahnya.

18. Sopan santun murid terhadap teman-temannya.

Wahai murid yang cerdas! engkau belajar bersama

temantemanmu di satu sekolah dan engkau pun hidup bersama

saudara-saudaramu dalam satu rumah. Oleh karena itu, cintailah

mereka sebagaimana engkau mencintai saudara-saudaramu.

Hormatilah orang yang lebih tua darimu dan sanyangilah anak

yang lebih muda darimu, hendaklah engkau membantu

temantemanmu untuk mendengar keterangan guru pada waktu

pelajaran dan memelihara tata tertib. Pada waktu istirahat

bermainlah bersama mereka di halaman, bukan di dalam kelas.

Jauhilah pemutusan hubungan dan pertengkaran, dan teriakan serta

67
permainan yang tidak pantas bagimu. Berikut hal yang harus

dilakukan murid terhadap teman-temanya :

1) Tidak kikir terhadap mereka jika mereka meminjam sesuatu,

karena sifat kikir itu buruk sekali. Tidak sombong terhadap

mereka jika merupakan seorang anak yang pandai, rajin

ataupun kaya, karena kesombongan bukanlah dari akhlak anak-

anak yang baik. Akan tetapi jika melihat seorang murid yang

malas, maka nasehatilah dia supaya ia bersungguh-sungguh dan

meninggalkan kemalasannya. Atau melihat anak yang bodoh,

maka bantulah dia untuk memahami pelajaran-pelajarannya.

Atau anak yang miskin, sayangilah dan bantulah dia dengan

apa yang dapat membantunya.

2) Tidak mengganggu teman dengan menyempitkan tempat

duduknya atau menyembunyikan sebagian peralatannya

ataupun memalingkan pipi kepadanya atau memandang

kepadanya dengan pandangan tajam atau berburuk sangka

kepadanya. Jangan mengganggunya dengan meneriakinya dari

belakang agar ia tidak terkejut, atau meniup di telinganya atau

berteriak di telinganya. Apabila meminjam sesuatu darinya,

maka janganlah merusakkan atau menghilangkan atau

mengotorkannya. Kembalikanlah barang itu segera kepadanya

dan berterima kasihlah atas kebaikannya.

68
3) Jika berbicara dengan teman, berbicaralah dengan lemah

lembut dan tersenyum. Jangan mengeraskan suara atau

bermuka cemberut. Jangan marah, dengki dan berkata buruk.

Janganlah berdusta, mencaci dan mengadu domba. Janganlah

bersumpah pada waktu berbicara, walaupun benar. ( Syaikh

Umar Bin Achmad Baradja : 1992 )

2. Metode Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhlak Lil Baniin

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan

hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.

Dengan demikian metode dapat diartikan jalan atau cara yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Nur Uhbiyati, 1989: 123).

Metode yang dipakai oleh Umar bin Achmad Baradja dalam

kitab Akhlak Lil Baniin antara lain:

1) Pendidikan Melalui Teladan.

Interaksi manusia merupakan bentuk komunikasi manusia

secara langsung, yang menyebabkan terjadinya saling mengambil

contoh, meniru, dan mempengaruhi antar satu dengan yang lain.

Pendidikan melalui teladan merupakan salah satu teknik

pendidikan yang efektif dan sukses. Kerena itulah maka Allah

mengutus Muhamad SAW. menjadi suri tauladan bagi manusia. Di

dalam diri beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna

69
metodologi Islam, suatu hidup yang abadi selama sejarah masih

berlangsung. Firman Allah SWT:

          

      

Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21). (www.al
qur‟an_word.com).
Begitu pula Umar bin Achmad Baradja menerapkan metode

ini dalam pendidikan akhlak anak. Dalam kitabnya dipaparkan

tentang sosok Nabi Muhammad untuk dijadikan teladan bagi anak

didik. Dengan memaparkan semua budi pekerti Nabi yang luhur,

antara lain: Nabi selalu bersikap ramah kepada para sahabat, beliau

selalu tersenyum dan memulai salam dan berjabat tangan ketika

bertemu dengan mereka.

2) Pendidikan Melalui Nasehat.

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh

kata kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan

oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasehat yang

berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung

melalui perasaan. Ia menggerakannya dan mengguncang isinya

selama waktu tertentu. Nasehat yang jelas dan dapat dipegangi

70
adalah nasehat yang dapat menggantungkan hatinya (perasaan) dan

tidak membiarkan perasaan itu jatuh ke dasar bawah dan mati tak

bergerak. Umar bin Achmad Baradja pun lebih banyak

menerapkan metode nasehat di dalam mendidik Akhlak anak.

Sebagai contoh adab pada waktu hendak tidur. “Segeralah tidur,

sehingga bisa bangun, jangan terlalu lama karena bisa

mengakibatkan malas untuk bekerja, cukup 8 jam sehari”. Di

samping itu, nasehat tidak akan berbekas manakala perbuatan

pemberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah dinasehatkan.

Oleh karena itu, dalam penggunaan metode nasehat pada

pendidikan akhlak anak tidaklah cukup jika tidak disertai dengan

keteladanan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti

dan diteladani.

3) Pendidikan Melalui Cerita atau Kisah.

Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan

sehingga dengan mengisahkan cerita pada pendengar akan

mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh kerena itu Islam

menjadikan cerita untuk dijadikan sebagai alat pendidikan seperti

cerita Nabi atau Rasul terdahulu, cerita tentang kaum yang hidup

terdahulu baik yang ingkar atau yang beriman kepada Allah.

Firman Allah SWT :

71
         

      

        

Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu


terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal…” (Q.S. Yusuf: 111) (www.al qur‟an_word.com).
Dalam kitab Akhlak Lil Baniin juga terdapat metode

pendidikan akhlak anak melalui kisah. Sebagaimana contoh, Ali

dan Ahmad adalah dua orang bersaudara yang saling mencintai.

Keduanya pergi kesekolah bersama-sama. Keduanya saling

membantu untuk menunaikan kewajiban mereka. Keduanya

membaca pelajaran mereka di rumah dan di sekolah, dan bermain

bersama-sama pada waktu bermain. Pada suatu hari Ali membeli

dua buah kitab, “BIMBINGAN AKHLAK” maka ia bertanya

kepada ayahnya, “Wahai ayahku, tolong beri tahukan aku dimana

saudaraku Ahmad ? aku ingin menghadiahkan kepadanya sebuah

dari buku ini”. Ayahnya sangat bergembira dan memberitahukan

bahwa saudaranya berada di ruang belajar. Maka pergilah Ali

dengan segera menuju ke ruang belajar, saat itu saudaranya sedang

mengulangi pelajaran-pelajarannya. Ali memberi salam kepadanya

dan memberinya buku. Ia tersenyum gembira, Ahmad

menerimanya dengan mengucapkan terima kasih kepada

72
saudaranya atas hadiahnya yang berharga. Kemudian Ahmad

memberikan kepada Ali sebuah kotak mungil tempat menyimpan

pensil. Ia berkata, “Ini hadiah untukmu wahai saudaraku yang

mulia”. Ali senang terhadap saudaranya dan gembira menerima

kotak itu serta berterima kasih kepadanya. Ketika guru mereka

mendengar cerita itu, ia sangat gembira terhadap kedua anak itu

dan memuji mereka dihadapan murid-murid. Beliau berkata,

“Wahai anak-anak, lihatlah kepada Ali dan Ahmad, alangkah

berbahagianya mereka. Jadilah kalian semua seperti kedua saudara

ini agar kalian hidup bahagia dan senang”.

4) Pendidikan Melalui Kebiasaan.

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia

karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan

agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di

lapangan. Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu

teknik pendidikan lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi

kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa

terlalu payah tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa

menemukan kesulitan. Syaikh Umar Achmad Baradja dalam

kitabnya Akhlak Lil Baniin juga menggunakan metode melalui

kebiasaan, misalnya kewajiban terhadap teman-teman, hendaknya

senantiasa berlapang dada dengan mereka dalam segala urusan,

73
memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan menghadapi

mereka dengan wajah cerah dan murah senyum.

5) Pendidikan Menggunakan Syair.

Rasulullah SAW senang mendengarkan syair dan

menikmatinya. Beliau juga menjadikan Hasan bin Tsabit menjadi

penyairnya. Tentang lagu dan nyanyian ini, Imam Nawawi berkata:

Sebagian ulama memperbolehkan nyanyian untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dan keinginan yang kuat ketika akan mengerjakan

pekerjaan yang berat. Atau untuk mengistirahatkan jiwa di tengah-

tengah pekerjaaan yang melelahkan. Rasulullah SAW melanjutkan

syair dan prosa bersama sahabatnya ketika membangun masjid dan

menggali parit. Namun kita harus mencegah diri untuk

mendengarkan lagu-lagu yang membuat kita terlena dan

mencerminkan ketidakbermoralan. (Era intermedia, 2005: 154).

Dalam menyampaikan materi pendidikan akhlak anak, Syaikh

Umar Achmad bin Baradja juga menggunakan syair. Contohnya

mengenai tentang Akhlak: “Apabila suatu kaum tidak berakhlak

lapang, maka sempitlah bagi mereka negeri yang luas.”

6) Pendidikan Menggunakan Dalil Naqli.

al-Qur‟an merupakan firman Allah atau kalam Allah yang

tiada tandingnya (mu‟jizat), yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Penutup para Nabi dan Rasul, melalui perantara

74
Malaikat Jibril dan ditulis dalam mushaf-mushaf dengan bahasa

arab, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta

mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dari surat Al

fatihah dan ditutup dengan surat An Naas. (Muhammad Aly Ash-

Shabuny, 1984: 18).

Oleh karena itu, al-Qur‟an harus dijadikan sebagai

pegangan hidup, sebagai sumber utama merumuskan berbagai teori

pendidikan Islam. Dengan kata lain pendidikan Islam harus

berlandaskan pada ayatayat al-Qur‟an yang penafsirannya dapat

dilakukan berdasarkan ijtihad yang sesuai dengan perubahan dan

pembaharuan. Dalam kitab Akhlak Lil Baniin juga menggunakan

dalil naqli sebagai metode, contohnya Akhlak terhadap kerabat.

         

      

      

          

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu


mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri” (QS. An-Nisa : 36). (www.al qur‟an_word.com).

75
BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID

AL „ALAWIYAH AL AWWALIYAH

DAN BIOGRAFI SYAIKH UMAR BIN ACHMAD BARADJA

A. Gambaran Umum

1. Sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyah.

Dulunya Pondok Pesantren ini bernama Pesantren Koripan

yang diasuh oleh seorang Kiayi bernama Kiyai Abdan, bangunan

pondok pun tidak seperti sekarang yang dulunya hanya rumah kiyai

dan digunakan untuk mengajarkan keagamaan, akan tetapi hasil dari

keuletan dan keikhlasan Kiyai Abdan banyak bermunculan Kiyai-

Kiyai besar di Magelang, sebagai contoh salah satu Kiyai besar hasil

didikan Kiyai Abdan adalah pengasuh Pondok Pesantren API

Tegalrejo yaitu Kiyai Abdurrohman Chudlori yang pada tahun 1923an

beliau menimba ilmu di pesantren Koripan ini.

Sekarang pondok pesantren ini dikenal dengan nama Pondok

Pesantren Daruttauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah yang diasuh oleh

putra dari Kiyai Abdan yaitu K.H Ichsanuddin Abdan, beliau selain

menimba ilmu dari sang ayah juga sebagai alumni Abuya Sayyid

Muhammad Alawi Makkah Almukarromah. Sesuai perkembangan

76
zaman, pondok pesantren ini mulai dibangun asrama-asrama untuk

santri, pembelajaran juga mulai dengan sistem kurikulum Madrasah

Diniyah yang mana santri-santri yang menimba ilmu dibagi menjadi

kedalam kelas-kelas. Selain itu, K.H Ichsanuddin Abdan juga

membolehkan santrinya untuk menimba ilmu diluar pondok pesantren.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren

a) Visi

1) Terwujudnya lembaga Islam yang mengacu pada penanaman

iman dan taqwa (IMTAQ) kepad Allah SWT.

2) Membantu masyarakat dalam hal peningkatan agama.

b) Misi

1) Membantu program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa sebagaiman tertera dalam UUD 1945 dan diatur dalam

garis-garis besar hukum negara (GBHN).

2) Sebagai upaya menampung mereka-mereka yang tidak mampu

menempuh pendidikan formal, baik karena kendala tempat

maupun biaya.

3. Letak Geografis

Pesantren ini terletak di Dusun Dawung Koripan Tegalrejo

Magelang, tepatnya di Jl. Raya Klopo – Sindas Km. 0,5 Koripan Desa

Dawung, Kec. Tegalrejo, yang berda di pusat Desa Dawung. Pesantren

ini juga bersebelahan dengan salah satu pondok pesantren besar yaitu

Pondok Pesantren An Najach dengan pengasuh K.H Mu‟thi.

77
4. Struktur kepengurusan Pondok Pesantren

Ketua : Budi Santoso

Wakil Ketua : 1. Eko Bagus Prasetyo

2. Abdul Hadi

Sekretaris : Muhammad Najib

Bendahara : Muhsinin

Seksi-seksi;

Sie Pendidikan : 1. Eko Bagus Prasetyo

2. Abdul Hadi

Sie Kegiatan : 1. Burhanuddin

2. Muhammad Ta‟yin

Sie Keamanan : 1. Eko Bagus Prasetyo

2. M. Lazim Habibi

3. Muhsinin

Sie Kebersihan : 1. Burhanuddin

2. M. Ibnu Fajar

Tata Usaha : 1. Nurul Najib

2. Nur Fu‟ad

3. Eva Mundakir

Sie Kesehatan : Sulistiyo

Sie Pengairan : 1. Thoifatul Hidayah

2. M Abdul Rozak

Sie Kelistrikan : 1. Amar Ma‟ruf

78
2. Suseno Aji Margo

5. Sarana dan prasarana

Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah

termasuk pesantren yang tidak dapat dikatakan baru,. tetapi dari segi

sarana dan prasarana dapat dikatakan terbatas, hal tersebut tidak

membuat para santri dan Ustad atau Kyai yang mengasuh pesantren

merasa kecil hati. Dengan sarana dan prasarana yang seadanya mereka

tetap melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran sebagai suatu

keharusan dan misi utama pesantren. Adapun sarana dan prasarana di

Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah antara

lain:

a) Sembilan kamar untuk para santri

b) Mushola

c) Kantor pusat

d) Aula sebagai pusat kegiatan para santri

e) Ruang kelas sebagai tempat mengaji

f) Ruang tamu

g) Mading (Majalah Dinding)

B. Biografi Syaikh Umar Bin Achmad Baradja

1. Riwayat Hidup

Syaikh Umar bin Achmad Baradja merupakan seorang ulama

besar. Beliau lahir di kampung Ampel Magfur kota Surabaya pada

tanggal 10 Jumadil Akhir 1331 H, yang bertepatan dengan 17 Mei

79
1913 M. Sejak dari waktu kecil beliau diasuh dan dididik oleh

kakeknya dari pihak ibu, kakek beliau bernama Syaikh Hasan bin

Muhammad Baradja, yang merupakan seorang ulama ahli ilmu dan

fiqih. Silsilah nasab beliau yang berasal dan berpusat di kota Saiwoon

Hadromaut di Negeri Yaman, nama nenek moyang beliau yang ke-18

yang bernama Syaikh Sa‟ad, yang dijuluki (laqob)Abi Roja’ (yang

selalu berharap), maka silsilah keturunan tersebut bertemu kepada

Nabi Muhammad SAW yang ke-5 yang bernama Kilab bin Murroh.

Syaikh Umar bin Achmad Baradja wafat dalam usia 77 tahun,

pada hari Sabtu malam Ahad tepatnya pada tanggal 16 Robiul Tsani

1414 H atau 3 November 1990 M pada pukul 23.10 WIB di Rumah

Sakit Islam Surabaya. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya,

yaitu pada hari Ahad sekitar jam setengah 4 ba‟da Ashar. Jenazah

beliau disholatkan di Masjid Agung Sunan Ampel dan diimami oleh

putranya sendiri yang menjadi khalifah (penggantinya) yaitu Al Ustadz

Ahmad bin Umar Baradja. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman

Islam Pegirian Surabaya. Prosesi pemakaman dihadiri oleh ribuan

orang . (http://ppalghozaliyah.blogspot.com/2014/06/biografi-syaikh-

umar-baraja-pengarang.html)

2. Riwayat Intelektual

Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja Syaikh Umar bin

Ahmad Baradja muda menuntut ilmu agama dan bahasa arab dengan

80
tekun, sehingga menguasai dan memahaminya. Pelbagai ilmu agama

dan bahasa Arab yang beliau dapatkan dari para ulama, asatidz

ataupun masyayikh baik melalui pertemuan langsung atau tidak

langsung (melalui surat), pada masa itu tradisi belajar melalui surat

masih banyak yang menggunakannya.

Realitas di masyarakat, para alim ulama dan orang-orang saleh

telah menyaksikan ketakwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama

yang „amil (ulama yang mengamalkan ilmunya).

Dalam lingkungan pedagogis beliau adalah salah satu alumni

yang berhasil sukses. Beliau juga mengenyam pendidikan di Madrasah

Al Khairiyah di kampung Ampel, Surabaya. Yang didirikan dan dibina

oleh Al Habib Al Imam Muhamad bin Ahmadi Al Mahdlar pada tahun

1895, sebuah sekolah yang berdasarkan Islam Ahlu Sunnah wal

Jamaah dan bermazdhabkan Syafi‟i.

Guru-guru beliau yang berada di Indonesia diantaranya:

a. Al Ustadz Abd Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang).

b. Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba‟abud (Lawang)

c. Al Habib Abd Kadir bin Hadi Assegaf (Surabaya).

d. Al Habib Muhammad bin Achmad Assegaf (Surabaya).

e. Al Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo).

f. Al Habib Achmad bin Alwi Aldjufri (Pekalongan).

g. Al Habib Ali bin Husein bin Syahab (Gresik).

81
h. Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff (Gresik).

i. Al Habib Achmad bin Ghalib Alhamid (Surabaya).

j. Al Habib Alwi bin Muhammad Al Muhdhar (Bondowoso).

k. Al Habib Abdullah bin Hasan Maulahela (Malang).

l. Al Habib Hamid bin Muhammad As Sery (Malang).

m. Syaikh Robaah Hussanah Al Kholili - Palestina, yang bertugas

mengajar di Indonesia

n. Syaikh Muhammad Mursidi - Mesir, yang bertugas mengajar di

Indonesia.

Guru-guru beliau yang berada di luar Negeri, diantaranya:

a. Al Habib Alwi bin Abbas Al Maliki (Mekah).

b. As Sayyid Muhammad Amin Al Quthbi (Mekah).

c. Asy Syaikh Muhammad Seif Nur (Mekah).

d. As Syeikh Hasan Muhammad Al Masyssyaath (Mekah).

e. Al Habib Alwi bin Salim Alkaff (Mekah).

f. Asy Syeikh Muhammad Said Al Hadrawi Al Makky (Mekah).

g. Al Habib Muhammad bin Hadi Assegaf (Seiwoon-

HadramautYaman).

h. Al Habib Abdullah bin Ahmad Al hadlar („Innat-Hadramau-

Yaman).

i. Al Habib Hadi bin Ahmad Alhadlar („Innat-Hadramaut-Yaman).

j. Al Habib Abdullah bin Thahir Alhaddad (Geidon-Hadramaut-

Yaman).

82
k. Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri (Tarim-Hadramaut-

Yaman)

l. Al Habib Hasan bin Ismail bin Syeikhbubakar („Innat-

HadramautYaman).

m. Al Habib Ali bin Zein Al Hadi (Tarim-Hadramaut-Yaman).

n. Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab (Tarim-Hadramaut-

Yaman).

o. AlHabib Abdullah binHamid Assegaf (Seiwoon-Hadramaut-

Yaman).

p. Al Habib Muhammad bin Abdullah AlHaddar (Al Baidhaa-

Yaman).

q. Al Habib Ali bin Zain Bilfagih (Abu Dhabi-Emirat Arab).

r. As syaikh Muhammad Bakhith Al Muthi‟i (Mesir).

s. Sayyidi Muhammad Al Fatih Al Kattani (Fass-Maroko).

t. Sayyidi Muhammad Al Muntashir Al Kattani (Marakisy-Maroko).

u. Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad (Johor-Malasia).

v. Syeikh Abdul „Alim Ash-shidiqi (India).

w. Syeih Hasannain Muhammad Makhluf (Mesir).

x. Al Habib Abdul Kadir Bin Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia).

Ilmu-ilmu yang beliau kuasai diantaranya adalah bahasa Arab

dan sastra, ilmu tafsir dan hadis, ilmu fiqih dan tasawuf, ilmu sirrah

dan tarikh dan beliau juga sedikit menguasai bahasa Belanda dan

83
Inggris. Berangkat dari berbagai ilmu yang dikuasai, beliau juga

pandai dalam menulis karya tulis.

3. Latar Sosial Kultural dan Kiprah Dakwah

a) Kultur Sosial Syaikh Umar bin Achmad Baradja.

Dalam lingkungan masyarakat Syaikh Umar bin Achmad

Baradja merupakan sosok pribadi yang sosialis. Salah satu gerakan

sosial yang dilakukan oleh beliau adalah mencarikan dana untuk

kebutuhan para janda, fakir miskin dan yatim piatu, khususnya

para santri beliau agar mereka lebih konsentrasi dalam menimba

ilmu.

Dalam membentuk keturunan yang baik dan shalih, beliau

bekerjasama dengan Al Habib Idrus bin Umar Alaydrus,

menjodohkan wanita-wanita muslimah dengan pemuda muslim

yang baik menurut pandangan beliau, sekaligus mengusahakan

biaya perkawinannya.

Salah satu karya monumentalnya adalah membangun

masjid Al Khoir Danakarya I Surabaya pada tahun 1971 bersama

K.H. Adnan Chamim, setelah mendapat petunjuk dari Al Habib

Sholih bin Muhsin Alhamid (Tanggul) dan Al Habib Zain bin

Abdullah Alkaf (Gresik). Masjid ini sekarang digunakan untuk

berbagai aktivitas yang berkaitan dengan dakwah masyarakat

Surabaya.

84
b) Kiprah Dakwah.

Sebagai awal karirnya beliau mengamalkan ilmunya

dengan mengabdi di Madrasah Al Khairiyah Surabaya pada tahun

1935 sampai 1945, beliau berhasil mencetak beberapa

ulama/asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air.

Santri beliau yang mengabdi dan mengamalkan ilmu yang

diperoleh dari Syaikh Umar bin Achmad Baradja di antaranya;

Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Hasan Assegaf, Almarhum Al

Habib Umar bin Idrus Al masyhur, Almarhum Al Ustadz Ahmad

bin Ali Bebgei, Al Habib Idrus bin Hud Assegaf, Al Habib Hasan

bin Hasim Al Habsyi, Al Habib Hasan bin abdul Kadir Assegaf, Al

Ustadz Ahmad Dzaki Ghufron dan Al Ustadz Ja‟far bin Agil

Assegaf.

Setelah beliau mengabdi di Madrasah Al Khairiyah, beliau

lalu pindah mengajar di madrasah Al Arabiyyah Al Islamiyyah

Gresik setelah itu pada tahun 1951–1957 beliau memperluas serta

membangun lahan baru bersama dengan Al Habib Zein bin

Abdullah Alkaff, sehingga terwujudlah Gedung Yayasan Badan

Wakaf yang diberi nama Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim.

Selain mengajar di lembaga pondok beliau juga mengajar di

rumah pribadinya, di waktu pagi hari dan sore hari, juga majlis

taklim/pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan

85
banyaknya santri, maka beliau berusaha mengembangkan

pendidikan itu dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas

nama beliau Umar bin Achmad Baradja, Hal ini sebagai wujud

nyata dari hasil pendidikan dan pengalaman yang telah beliau

dapat selama 50 tahun, dan berjalan sampai sekarang ini di bawah

asuhan putranya yaitu Al Ustadz Ahmad bin Umar Baradja.

c) Kepribadian Syaikh Umar bin Achmad Baradja.

Penampilan Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja

sangat bersahaja, juga dihiasi sifat -sifat ketulusan niat yang

disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan

ukhrawi. Beliau juga menjabarkan akhlak ahlul bait, keluarga Nabi

dan para sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad

SAW. Beliau tidak suka membangga-banggakan diri, baik tentang

ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena sifat tawadhu‟ dan rendah

hatinya sangat tinggi.

Dalam beribadah, beliau selalu istiqamah baik sholat

fardhu maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Sholat dhuha

dan tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan walaupan dalam

bepergian. Kehidupannya beliau usahakan untuk benar-benar

sesuai dengan yang digariskan agama.

Cintanya kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan

dzuriyah atau keturunannya sangat kental tak tergoyahkan. Juga

86
kepada para sahabat anak didik Rasulullah SAW. Itulah pertanda

keimanan yang teguh dan sempurna.

Dalam buku Kunjungan Habib Alwi Solo kepada Habib

Abu Bakar Gresik, catatan Habib Abdul Kadir bin Hussein

Assegaf, penerbit Putra Riyadi tahun 2003 halaman 93, disebutkan,

“… kami (rombongan Habib Alwi Al-Habsyi) berkunjung ke

rumah Syaikh Umar bin Ahmad Baradja (di Surabaya). Kami

dengar saking senangnya, ia sujud syukur di kamar khususnya. Ia

meminta Sayyidi Alwi untuk membacakan doa dan fatihah” (Al

Kisah, 2007: 85-89).

Sifat wara’nya sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan

subhat beliau tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkara-

perkara yang haram. Beliau juga selalu berusaha berpenampilan

sederhana. Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan

iri dalam beragama sangat kuat dalam jiwanya. Konsistensinya

dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya dalam

menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras dan tak

kenal kompromi.

Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas antara

laki-laki dan perempuan beliau tolak keras. Juga bercampurnya

santri laki-laki dan perempuan dalam satu kelas.

d) Karya-karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja.

87
Karya-karya Syaikh Umar bin Ahmad Baradja sekitar 11

judul buku yang telah diterbitkan seperti:

a) Al Akhlak lil Banin (4 jilid).

b) Al Akhlak lil Banat (3 jilid).

c) Sullam Fiqih (2 jilid).

d) Jauharah (17 mutiara doa) dan;

e) Ad‟iyah Ramadhan (doa bulan Ramadhan).

Yang semuanya dalam Bahasa Arab, di mana sejak tahun

1950 telah dipakai sebagai buku kurikulum di seluruh pondok

pesantren di Indonesia.

Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo Mesir pada

tahun 1969 yang dibiayai oleh Syeikh Siraj Ka‟ki dermawan

Mekkah, dan dibagikan secara cuma-cuma ke seluruh Negara

Islam.

Syukur Alhamdulillah, atas ridha Allah dan niat beliau agar

buku-buku itu menjadi jariyah dan bermanfaat luas, maka pada

tahun 1992 telah diterbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa

Indonesia, Jawa, Madura dan Sunda.

Syair-syair beliau dalam Bahasa Arab dengan sastra yang

tinggi cukup banyak dan belum sempat dibukukan, juga karya-

karya yang masih bertuliskan tangan.

88
e) Sejarah Penulisan Kitab

Syaikh Umar bin Achmad Baradja lahir dan dibesarkan

dalam lingkungan keluarga yang agamis. Beliau sangat tekun

beribadah dan mengamalkan ilmunya dengan niat tulus ikhlas,

serta selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Ustadz

Umar juga tekun dalam menuntut ilmu agama dan Bahasa Arab,

sehingga ia menguasai dan memahaminya.

Sebagai seorang pendidik di beberapa madrasah beliau

sangat memperhatikan masa depan anak didiknya dan masa depan

bangsanya. Sebab, masa depan bangsa terletak pada generasi

muda. Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama dan setiap

aliran filsafat. Karena dengan akhlak yang baik, akan tercipta

kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam diri

individunya. Dalam hal ini seorang penyair berkata: Apabila suatu

kaum tidak berakhlak lapang, maka sempitlah bagi mereka Negeri

yang luas (Umar Al Baradja, 1993:12 ).

Untuk menciptakan suatu Negara yang aman dan makmur,

maka warga Negaranya harus berakhlak mulia. Sebab jika warga

Negaranya berakhlak buruk, maka negara itu akan hancur.

Perspektif atau cara memandang keberadaan suatu bangsa bagi

setiap bangsa pastilah memiliki standar dan tolak ukur yang

berbeda. Salah satunya dengan urgennya penanaman akhlak pada

89
anak. Sebagaimana syair yang dikutip oleh Syaikh Umar bin

Ahmad Baradja di dalam kitabnya

ْ‫لِيَتْمَاالْاَخْلَالُالْاُمَمُاِوَّمَا * ذَھَبُوْااَخْلَالُھُمھُمُوْاذَھَبَ ْتفَِان‬

Artinya : “Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya


kekal, akhlaknya sudah lenyap, musnah pula bangsa itu.”
Melalui pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia baik

kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, Syaikh Umar

bin Achmad Baradja berharap kepada orang tua atau wali santri

dan pengajar atau guru-guru, untuk memperhatikan pendidikan

anak dengan sebaik-baiknya, dengan mengawasi dan

memperhatikan tingkah laku putra-putri dan anak didik yang

menjadi tanggungjawab kita semua, menanamkan tingkah laku

yang lahir di lubuk hati mereka dari tingkah laku yang tercela agar

mereka menjadi orang-orang yang terdidik dan beradab, yang

berguna bagi diri dan bangsa mereka.

Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam

Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktivitas keIslaman dalam

hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan

bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah

menanamkan akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan

baik, yakni perbuatan itu selalu diulang–ulang dengan

kecenderungan hati (sadar) (Akhlak Mulia, 1996: 27).

90
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil

perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan

kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan

akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua

yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang

terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga

ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat,

mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang

cantik dan mana yang buruk. Apalagi hidup di tengah-tengah

zaman yang mengalami kemerosotan moral atau akhlak, dimana

juga pendidikan akhlak telah tersisihkan, memperhatikan tingkah

laku dan putra-putri anak didik dari awal perkembanganya adalah

merupakan suatu hal yang sangat penting sekali dan tidak boleh

diremehkan. Karena hal itu merupakan kunci kebahagiaan bagi

anak didik di masa depan. Sebaliknya jika membiarkan anak didik

hingga terbiasa dengan tingkah laku yang buruk, maka masa depan

anak didik akan menjadi buruk, sulit untuk di didik kembali, atau

tidak mungkin dididik kembali selama-lamanya.

Melihat pentingnya pendidikan akhlak atau moral, maka

Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja terdorong hatinya untuk

menulis kitab yang berisikan tentang bimbingan akhlak bagi anak,

yang ditujukan kepada orang tua atau wali santri di rumah serta

guru-guru atau pengajar sebagai pedoman untuk membimbing

91
akhlak anak didiknya. Kitab akhlak tersebut ada dua versi, yang

pertama kitab Akhlak Lil Baniin adalah khusus untuk anak laki-

laki. Yang ke dua kitab Akhlak Lil Banat adalah khusus untuk anak

perempuan.

Peranan Syaikh Umar bin Achmad Baradja yang sangat

memperhatikan dan merasa bertanggungjawab pada kepribadian

anak laki-laki yang akan menjadi para pemimpin penerus generasi

bangsa dan agama yang berakhlakul karimahyaitu diungkapkan

pada karyanya Akhlak Lil Baniin. Sebagai warisan pada generasi

masa itu, generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

92
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin.

1. Tujuan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin.

Pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil

Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah merupakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas I dan

II.

Tujuan diterapkannya pembelajaran akhlak dengan

menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah menurut KH. Ichsanuddin

„Abdan (hasil wanwancara, jumat 5 februari 2016) adalah:

Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin untuk memberikan


pengetahuan kepada santri khususnya tentang pengetahuan
akhlak, supaya santri bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan pembelajaran yang terdapat dalam kitab tersebut. Agar
santri menjadi manusia yang berakhlak dan bisa menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Dari penuturan di atas jelas tujuan dari adanya pembelajaran

kitab Akhlak Lil Baniin adalah untuk mendasari jiwa santri dalam

rangka menuntut ilmu, khususnya adalah ilmu akhlak, agar mereka

mendapatkan kesuksesan dalam menuntut ilmu, dapat mengamlkan

dan mengerjakannya. Adapun para santri benar-benar melaksankan

bimbingan dan petunjuk serta metode atau pendekatan proses belajar

yang terkandung dalam pembelajaran ini niscaya akan berhasil dan

93
memiliki ilmu pengetahuan yang luas serta mendalam dan bermanfaat,

sehinga menjadi pribadi berakhlak yang dapat mengamalkan ilmu dan

mengajarkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Metode Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren

Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

Metode pembelajaran merupakan metode yang digunakan oleh

ustadz dalam menyampaikan materi kepada santri untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan. Maka metode pembelajaran mutlak digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar, seorang ustadz tidak hanya terpaku

pada satu metode saja, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang

bervariasi agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan, tetapi

akan menyenangkan bagi para santri/peserta didik. Santri akan lebih

nyaman dan cepat memahami dengan pelajarn ketika tercipta interaksi

antara ustadz dengan santri. Sesuai dengan yang dipaparkan Ustadz

Abdul Hadi (hasil wawancara, senin 8 Februari 2016) yaitu sebagai

berikut :

“Kalau dalam pembelajaran penerapan metode itu ya beda-beda


antara ustadz satu dengan ustad yang lainnya. Yang penting
jangan mengunakan satu metode saja pasti akan membosankan.
Ya kita harus pandai-pandai mengabungkan metode-metode
agar yang di ajar itu tidak bosan, atau bisa melihat suasana,
suasana seperti ini mengunakan metode ini, kalau suasana
seperti itu mengunakan metode seperti itu”.

Sedangkan menurut Ustadz Budi Santoso (hasil

wawancara, sabtu 6 februari 2016) ;

94
“Proses pembelajaran kitab tersebut seperti biasanya,
mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan bandongan”.

Oleh karena itu, tidak hanya menggunaka satu metode saja

dalam pembelajaran tetapi menggunakan beberapa metode dalam

kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, ada

beberapa macam metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin. Pembelajaran dalam kitab Akhlak Lil Baniin ini

menggunakan metode, bandungan, ceramah dan tanya jawab.

a. Metode Bandungan

Bandungan berasal dari kata ngabandungan yang berarti

"memperhatikan" secara seksama atau "menyimak".

Bandungan (bandongan atau wetonan merupakan metode utama

sistem pengajaran di lingkungan pesantren. Kebanyakan pesantren,

terutama pesantren-pesantren besar menyelenggarakan bermacam-

macam kelas bandungan untuk mengajarkan mulai kitab-kitab

elementer sampai tingkat tinggi, yang diselenggarakan setiap hari

(kecuali hari Jumat), dari pagi buta setelah shalat shubuh sampai

larut malam.

Sedangkan menurut penuturan dari Ustadz Abdul Hadi (

wawancara, senin 8 Februari 2016 ) yaitu;

“Metode bandongan adalah metode dengan cara santri


mendengarkan dan menulis makna dari seorang guru atas
kitab yang diajarkannya. Para santri mendengarkan dengan
cermat dan menulis dengan hurup pegon yang mengantung
di bawah tulisan kitab yang sedang dipelajarinya tersebut”.

95
Sistem bandungan (bandongan atau wetonan) dibangun

di atas filosofis, bahwa 1) pendidikan yang dilakukan secara

berjamaah akan mendapatkan pahala dan berkah lebih banyak

dibandingkan secara individual, 2) pendidikan pesantren

merupakan upaya menyerap ilmu dan barokah sebanyak-

banyaknya, sedangkan budaya "pasif" (diam dan mendengar)

adalah sistem yang efektif dan kondusif untuk memperolah

pengetahuan tersebut. 3) pertanyaan, penambahan, dan kritik

dari sang murid pada kyai merupakan hal yang tidak biasa atau

tabu, agar tidak dianggap sebagai tindakan su' al-

adab (berakhlak yang tidak baik).

Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai

500) mendengarkan seorang Guru/ Kiai yang membaca,

menerjemahkan,menerangkan dan seringkali mengulas buku-

buku Islam dalam bahasaArab. Setiap murid memperhatikan

buku/ kitabnya sendiri dan membuatcatatan-catatan (baik arti

maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang

sulit. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebuthalaqah

yang artinya lingkaran murid, atau sekelompok santri yang

belajar di bawah bimbingan seorang guru. Metode

pengajaran bandungan ini adalah metode bebas, sebab tidak ada

absensi santri, dan tidak ada pula sistem kenaikan kelas. Santri

96
yang sudah menamatkan sebuah kitab boleh langsung

menyambung ke kitab lain yang lebih tinggi dan lebih besar.

Ada dua macam bentuk materi kitab kuning, yaitu (1)

Bentuk, nadzm yang ditulis dalam ritme syair (2) Bentuk essai

(natsr) uraian-uraian masalah. Bentuk yang kedua sering

merupakan komentar terhadap matan (original text), baik yang

berupa essai (natsr) maupun nadzm. (http://www.alkhoirot.net/)

b. Metode Ceramah

Cara mengajar yang sering dijumpai dan banyak dilakukan

di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal adalah

dengan cara cermah. Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini juga

menggunakan metode ceramah, yaitu dengan cara ustadz

menyampaikan materi dan pengetahuan tentang pembelajaran,

kemudian memberikan penjelasan atau uraian tentang materi

pembelajaran tersebut. Terakhir ustadz menyimpulkan pokok-

pokok materi dari ceramah yang telah diberikan. Hal ini

dimaksudkan agar santri dapat melihat hubungan antar materi

tersebut.

Terkadang metode ini membosankan, karena hanya seorang

ustadz saja yang aktif dan santri hanya mendengarkan serta

menulis dengan huruf pegon, banyak para santri yang tertidur

disaat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, jika

mengunakan metode ini harus disertai dengan keterampilan

97
tertentu agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan dapat

menarik perhatian para santri. Sesuai dengan yang disampaikan

Ustadz Eko Bagus Prasetyo ( wawancara, ahad 7 Februari 2016 )

yaitu;

“Kalau pembelajaran meggunakan metode ceramah terus


yang aktif hanya ustadnya, hal ini membuat santri
mengantuk dan terkadang ada yang tertidur, tetapi bagi
pengajar metode ini sangat bagus. Dengan metode ini
pengajar bisa mengawasi santri secara langsung, mana
santri yang memperhatikan dan mana santri yang yang
tidak memperhatiakan.”

Adapun kelebihan dari metode ini, ustadz dapat

menyampaikan informasi pada jumlah santri yang banyak dalam

waktu yang singkat dan ustadz akan lebih mudah mengawasi

ketertiban para santri dalam mendengarkan pelajaran yang sedang

berlangsung. Jadi apabila ada santri yang tidak memperhatikan

akan segera diketahui kemudian diberi teguran sehingga merekan

kembali fokus dalam pembelajaran.

Bagi ustadz, metode ini sangat ringan karena perhatianya

tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah, ustadz tidak perlu

membagi-bagi perhatiannya kepada santri dan santri serempak

mendrngarkan ustadz sehingga ustadz dengan sepenuhnya dapat

memusatkan perhatiannya pada kelas yang sedang bersama-sama

mendegarkan pelajaran.

c. Metode Tanya Jawab

98
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

siswa, tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab

adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan,

baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.

Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode

tradisional atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau

sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya

jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak

akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan

dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa

khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan

metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi

juga banyak arah. Ketika anak menanyakan tentang bilangan

prima, sebagai misal, guru yang demokratis tidak akan

menjelaskan sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan prima,

dan kemudian memberikan contoh bilangan prima. Dari pertanyaan

ini akan muncul beberap orang ayang akan berinteraksi di dalam

pertanyaan tersebut. Dalam penggunaan metode mengajar di

dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara

seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup

pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa.

99
Ustadz Budi Santoso, dalam wawancara yang dilakukan peneliti

pada tangal 6 Februari 2016 menerangkan sebagai berikut;

“Melalui metode ini bisa mencairkan suasana, dalam


pembelajaran yang sedang berlangsung pasti ada kebosanan
pada diri santri, nah dengan metode ini santri akan bangkit
lagi semangatnya.Ya dengan metode ini bisa tau mana
santri yang benar-benar memperhatikan dan santri yang
pura-pura memperhatikan, bisa dipastikan kalau santri yang
pura-pura memperhatikan pasti akan mencari perhatian dari
teman sebelahnya”.

Dalam tanya jawab ini ustadz bermaksud menilai

kemampuan daya tangkap santri dalam memahami pelajaran,

apakah para santri paham atau tidak dengan apa yang sedang

diajarkan. Jika santri memperhatikan dengan serius pasti akan

mengetahui jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh

ustadznya dan jika santri tidak begitu memperhatikan pasti akan

kebingungan terhadap pertanyaan tersebut. Apakah santri dapat

mengambil makna dan tujuan dari pembelajaran tersebut, atau

mungkin santri dilatih untuk menyampaikan ide gagasan yang ada

dalam pikirannya, dan diminta menerangkan kembali apa yang

diajarkan dengan gaya bahasanya sendiri.

Memang dalam teknik banyak keunggulannya dan kelas

akan lebih hidup, karena sambutan kelas akan lebih baik. Melalui

tanya jawab, partisipasi santri lebih besar dan berusaha

mendengarkan pertanyaan dari ustadz dengan baik dan mencoba

untuk memberi jawaban yang tepat, sehingga santri menerima

pelajaran dengan aktif berfikir, tidak pasif mendengarkan saja.

100
Metode tanya jawab digunakan ketika pelajaran akan

berakhir, ustadz biasanya menggunakan tanya jawab kepada santri

untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan oleh

3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin.

Dalam pengertian terbatas, evaluasi dimaksudkan untuk

memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang

ingin diwujudkan melalui tujuan dan latar belakang pembelajaran

yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas,

evaluasi dimaksudkan untuk memeriksa kinerja strategi

pembelajaran secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.

Evaluasi yang digunakan oleh ustadz di pondok pesantren

Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah yaitu, sebagaimana

keterangan dari Ustadz Budi Santoso:

Sistem evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran


akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di
pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al
Awwaliyah:
1. Ulangan
2. Santri disuruh membaca satu persatu
3. Santri disuruh menjelaskan secara garis besar materi
pelajaran yang telah dipelajari.
4. Evaluasi tingkah laku keseharian.

Sedangkan sitem evaluasi menurut keterangan Ustadz Eko

Bagus Prasetyo yaitu;

1. Ulangan.
2. Setiap kali pertemuan, 1 – 3 orang santri diperintahkan
untuk membaca dan mengartikan sekaligus menjelaskan
maksudnya.

101
a. Ulangan Harian.

Ulangan harian dilakukan sesuai keinginan

ustadz, kadang dilakukan setelah menerangkan satu/dua

bab sampai selesai ataupun setiap dua/tiga pertemuan

setelah memberikan penjelasan. Evaluasi seperti ini

mampu membuat para santri untuk selalu

memperhatikan pelajaran ketika pembelajaran sedang

berlangsung.

b. Evaluasi Tingkah laku Keseharian Santri

Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang

mengarah pada pendidikan akhlak yang

diimplementasikan terhadap suatu perbuatan, maka

ustadz mengevaluasi pra santri dengan cara pengematan

secara obyektif terhadap siswa. Baik dalam hal

perilaku, tutur kata, maupun tingkat pengendalian

emosional santri. Teknik seperti ini akan lebih mudah

dan berhasil ketika ustadz mempunyai hubungan yang

dekat dengan para santri. Hubungan yang dekat ini

dapat diwujudkan dalam bentuk rutinitas komunikasi,

perhatian terhadap santri.

102
B. Hasil Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin.

Akhlak santri pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah beranekaragam, ada yang akhlaknya bagus dan ada yang

akhlaknya buruk. Lingkungan pondok pesantren memang mempunyai

peran yang penting terhadap perubahan akhlak dan perilaku santri. Adapun

perubahan ahlak santri setelah mempelajari kitab Akhlak Lil Baniin

sebagai berikut;

Wawancara dengan Ustadz Budi Santoso,

“Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin, apakah anda
sudah menerapkan pembelajaran tersebut?
Jawab: yang dibahas dalam kitab tersebut menyangkut tentang
akhlak kitab tersebut menuntut para santri dalam bersikap kepada
Allah SWT, Nabi, orang tua (bapak dan ibu), Guru, teman,
saudara-saudara (kandung dan sepupu baik yang lebih muda
ataupun yang lebih tua) serta kepada dirinya sendiri. Kalau saya
sendiri sudah menerapkan apa yang telah diajarkan dalam kitab
tersebut, karena saya disini sebagai panutan (ketua) kalau saya gak
bersikap baik dan sopan, ya bisa rusak anak buah saya.”

“Bagaimana pengetahuan santri tentang akhlak setelah mengikuti


pengajian akhlak lil baniin?
Jawab: Bisa diperhatikan setiap harinya, anak-anak yang mengikuti
pembelajaran itu akan berubah perilakunya tapi secara perlahan-
lahan tidak sekaligus. Biasanya akan berubah dari pakeannya
dahulu baru perkataannya, dan penghormatan terhadap guru, teman
dan masyarakat sekitar ya semua itukan perlu proses”.
Wawancara dengan Ustadz Eko Budi Prasetyo,

“Apakah pembelajaran kitab ini bisa membentuk akhlak para


santri, seperti apa?
Jawab: Bisa, untuk menjadi manusia yang berakhlak itu kan harus
tahu dulu apa itu akhlak, seperti apa penerapan dan apa
manfaatnya, jawabannya ada dalam kitab ini, kitab ini
menagajarkan kepada semua santri agar bersikap sopan dan baik
terutama pada guru supaya ilmu yang didapat nanti bermanfaat,
selain itu kitab ini juga mengajarkan bagaimana seorang anak

103
harus bersikap kepada semua orang. Dengan begitu seorang anak
nantinya akan mempunya akhlak yang baik dan ilmu bermanfaat”.

“Bagaimana tingkat pengetahuan santri tentang akhlak stelah


mengikuti pembelajaran Akhlak Lil Baniin?”
Jawab: Kita bisa lihat dari tingkah polah keseharian akan ada
perbedaan bagi santri yang telah mengikuti pembelajaran”.

Wawancara dengan Ustadz Abdul Hadi,

“Apakah pembelajaran kitab ini bisa membentuk akhlak para


santri, seperti apa?
Jawab: Bisa! Dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin
pengetahuan akhlak yang dimiliki oleh santri itu semakin tinggi,
dengan begitu secara perlahan-lahan tertanam dalam kehidupan
sehari-hari, yang dulu hanya berbicara asal-asalan sekarang sedikit-
sedikit berbicara sopan dan sudah tau caranya menghormati guru,
teman dan yang paling penting bisa mensyukuri nikmat yang
didapat”.

Adapun keterangan santri tentang apa yang mereka dapat

setelah mempelajari mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin adalah:

Menurut Naf‟an Ahmad;

“Pembelajarannya menyenangkan karena kitab ini sangat penting


bagi kehidupan sehari-hari. pembahasan dalam kitab tersebut juga
mengajarkan kepada santri agar menjadi manusia yang berakhlak,
dan mudah dipahami serta dipraktekkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam penerapannya tidak sekejap saya terapkan,
tapi secara berangsur-angsur, jika sekaligus ya berat”.

Menurut Abdul Rozaq;

“Kitab ini mengajarkan bagaimana kita bersikap, yang terpenting


Sangat bermanfaat bagi kami, karena setelah mempelajari kitab
tersebut kami mejadi tahu bagaimana seharusnya sikap kita dalam
hubungan kita sesama manusia dan hubungan kita dengan Allah.
Kalau penerapannya, saya belum menerapkan semuanya dalam
kehidupan, tapi perlahan-lahan saya terapkan juga karena itu
semua sangat penting untuk sebuah panutan”.

104
Menurut Ibnu Fajar;

“Materi dalam kitab tersebut sangat bagus, karena kitab tersebut


mengajarkan kepada santri bagaimana bersikap yang baik,
penghormatan kepada semua orang di sekeliling kita baik lebih
muda maupun yang lebih tua. Ya saya sudah menerapkan, awalnya
berat dalam penerapannya, yang awalnya asal bicara sekarang
harus berhati-hati dalam dalam bicara, akhirnya ya bisa juga”.

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa proses

pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di

pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah sangat

bermanfaat besar bagi santri pondok pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyah.

Perubahan yang terjadi pada santri setelah mengikuti pembelajaran

akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin yaitu terdapat

perubahan yang signifikan. Hal itu ditandai dengan penerapanya yang

dilakukan sesuai dengan materi yang ada dalam kitab Akhlak Lil Baniin

dalam kehidupan di pondok pesantren,(hasil observasi peneliti) yaitu

sebagai berikut:

1. Dengan apa seorang anak beradab?

Dalam bab ini seorang anak diwajibkan mempunyai akhlak

yang baik dari kecil, dan menjahui akhlak tercela. Santri pondok

pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah ini dalam

kesehariannya sudah memilah mana akhlak yang baik dan mana yang

buruk.

2. Seorang anak yang beradab.

105
Dalam bab ini dijelaskan seorang anak yang beradab ia

memuliakan kedua orang tuanya, para pengajarnya, para

saudaranya yang lebih besar, dan semua orang yang lebih besar

darinya, serta menyayangi saudaranya yang lebih kecil, dan semua

orang yang lebih kecil darinya.

Seorang anak yang beradab juga selalu jujur dalam setiap

perkataannya, bertawadhu' (rendah hati) sesama manusia, bersabar

atas gangguan, tidak memutuskan hubungan dengan anak-anak lain

(Tetangga), tidak pula berkelahi bersama mereka, dan tidak

meninggikan suara apabila sedang berbicara atau tertawa.

Dalam prakteknya, santri telah mengamalkan sikap-sikap

tersebut, yaitu ketika santri mengikuti diskusi fiqih yang sedang

berlangsung setiap santri berhak mengungkapkan gagasan atau

pendapat, dan disetiap gagasan yang diutarakan baik dari santri

yang masih usia muda ataupun tua, semua audien dalam diskusi

tersebut menyimak dengan baik. Ketika ada santri yang kurang

sependapat dengan gagasan santri lain, tidak ada kata yang

terlontar dengan ucapan bernada keras.

3. Adab terhadap Allah SWT dan Nabi SAW.

Dalam bab ini menjelaskan kewajiban bersyukur atas nikmat

Allah SWT yaitu dengan berakhlak terhadap Allah SWT dengan cara:

1) Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT.

2) Menyayangkan atau memuliakan Allah SWT.

106
3) Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

4) Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu dan

diri kita sendiri.

5) Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar selamanya

diberi petunjuk jalan yang benar.

6) Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT Apabila

kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan perintah-Nya,

maka Allah akan mencintai kita dengan menjadikan manusia lain

juga mencintai kita, menjaga dari bahaya dan penyakit, dan juga

akan memberikan segala sesuatu yang kita inginkan. Allah juga

akan menambahi nikmat-Nya kepada kita.

Dalam hal adab kepada Nabi SAW juga dijelaskan

beberapa hal sebagai berikut;

1) Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya, baik

yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun Hadis.

2) Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajaran-

ajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid‟ah dan

kufarat.

3) Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak shalawat

kepadanya.

4) Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

5) Mengikuti nasehat-nasehatnya dan mengamalkannya dalam

kehidupan. Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah SWT

107
kita juga diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW melebihi

cinta kita kepada dua orang tua dan dirinya sendiri. Karena

sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengajarkan agama Islam

dan karena Rasulullah kita mengetahui Tuhan kita, juga bisa

membedakan antara halal dan haram.

Dalam kesehariannya, santri melaksankan ibadah sholat dengan

rajin dan berpakaian dengan rapi juga selalu berjamaah di masjid,

selain itu santri juga mengikuti mujahadah untuk berdoa dan memohon

ridho Allah agar diberi petunjuk dan jalan yang benar.

Selain itu, santri juga melakukan kegiatan rutin untuk

mengagungkan Nabi SAW yaitu setiap malam jumat dengan cara

membaca maulid al barjanji. Ada juga kajian tentang sejarah Nabi

SAW.

4. Adab sebelum pergi ke sekolah.

Bab ini menjelaskan setiap murid haruslah selalu menyukai

ketertiban dan kebersihan. Ia harus bangun dari tidurnya setiap pagi

pada awal waktunya, lalu mandi dengan sabun, kemudian berwudhu

dan shalat subuh berjama‟ah. Selesai shalat ia harus menjabat tangan

kedua orang tuanya. Kemudian memakai pakaian sekolah yang bersih

dan rapi, dilanjutkan dengan melihat pelajaran-pelajaran yang telah

dibacanya sebelum tidur. Sesudah makan pagi, ia harus mengatur alat-

108
alatnya di dalam tas. Kemudian meminta izin kedua orang tua untuk

pergi ke sekolah.

Santri dalam hal ini yaitu santri yang mengikuti sekolah di luar

pondok pesantren telah terbiasa dengan bangun pagi dan langsung

menuju kamar mandi untuk antri, kemudaian menuju masjid

menunaikan sholat jamaah shubuh diikuti dengan pengajian, setelah

selesai santri diwajibkan antri untuk mengambil makan (bagi yang

dimasakkan) kemudian pergi masing-masing kekamar mengambil alat

sekolah dan ijin kepada pembina kamar.

5. Sopan santun dalam berjalan.

Bab ini menjelaskan kepada anak untuk berjalan dengan lurus,

tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa keperluan, tidak boleh

bertingkah dengan gerakan yang tidak pantas, tidak patut berjalan

dengan terlampau cepat dan tidak boleh berjalan lambat.

Tidak makan atau bernyanyi ataupun membaca kitabnya sambil

berjalan, harus menghindari lumpur dan kotoran agar tidak jatuh atau

kotor bajunya, harus menghindari jalanan yang sempit penuh sesak

agar tidak bertabrakan dengan seseorang atau kehilangan sesuatu

alatnya, tidak boleh berhenti di jalan untuk mencampuri urusan orang

lain atau menghentikan salah seorang teman, supaya tidak terlambat

dari waktu sekolah yang telah di tentukan.

109
Tidak bergurau apabila berjalan bersama teman-teman, tidak

mengeraskan suar ketika berbicara atau tertawa, dan tidak boleh

mengejek seseorang.

Tidak lupa mengucapkan salam kepada siapapun yang ia

jumpai di jalan, khususnya bila orang itu adalah ayah atau guru.

Dalam prakteknya, ketika santri berjalan keluar pondok

pesantren mereka selalu bersikap sopan tanpa ada bercandaan dan

suara-suara yang keras, santri juga berjalan hanya satu sisi dan berjalan

sesuai jalan yang dilewati tanpa velok-belok mengganggu pejalan yang

lain, selain itu setiap santri berpapasan dengan temanya selalu betegur

sapa, apalagi ketika bertemu dengan ustadnya, santri menghampri dan

cium tangan.

6. Sopan santun murid.

Setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin, santri

sudah menerapkan hal-hal dalam bab ini yaitu diantaranya, santri diam

mendengarkan pelajaran, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi

menghadap guru, tidak berbicara dengan seseorang atau membuatnya

tertawa.

7. Bagaimana murid memelihara alat-alatnya.

Dalam bab ini dijelaskan;

1) Setiap murid harus memelihara alat-alatnya dengan mengatur

semua di tempatnya agar tidak rusak, hilang ataupun kotor. Jika

tidak mengaturnya, akan susah kalau menghendaki sesuatu

110
daripadanya dan aktunya akan habis untuk mencari. Memberi

sampul kitab-kitabnya dan buku-buku tulisnya agar tidak robek

atau kotor. Tidak menjilat jari-jarinya, jika ia ingin membolak-

balik kertas-kertas kitab dan buku tulisnya, karena hal itu adalah

kebiasaan yang buruk, bertentangan dengan sopan santun dan

membahayakan kesehatan.

2) Seorang murid harus memelihara pensilnya agar tidak jatuh dan

patah. Jika ingin meruncingkannya, jangan meruncingkannya di

bangku, lantai ataupun dengan sampul buku tulisnya dan kitabnya.

Akan tetapi harus memakai alat peruncing/peraut. Tidak mengisap

pena dengan kedua bibir atau menghapus tulisan dengan air ludah,

tetapi dengan alat hapus (setip). Tidak mengeringkan tinta dengan

baju, tetapi dengan menggunakan kain pengering.

Dalam kesehariannya, santri menyimpan semua kitab-

kitabnya dan alat tulis dengan rapi di rak masing-masing, selain itu

santri juga membrikan sampul kitab-kitab mereka.

8. Sopan santun murid terhadap gurunya.

Dalam bab ini santri juga telah banyak menerpakannya dalam

kehidupan di pondok pesantren, yaitu ketika dalam pelajaran santri

fokus memperhatikan ustadz, dan juga setiap ada penjelasan yang

kurang paham, santri hanya kan bertanya kepada ustadz jika sudah

diberikan waktu untuk bertanya, itupun santri yang akan bertanya

111
mengacungkan jari terlebih dahulu, dan tidak akan bicara sebelum

dipersilahkan ustadz.

9. Sopan santun murid terhadap teman-temannya.

Dalam bab ini santri terkadang masih suka nyeletuk untuk

mengejek temannya, walaupun itu hanya sebagian, akan tetapi dalam

hal lain ketika ada seorang santri yang sedang membutuhkan bantuan,

santri lain tidak segan untuk langsung membantunya.

Dari uraian di atas pembelajaran akhlak yang harus diterapkan

dalam jiwa santri yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin telah

diketahui sejauh mana hasil pembelajaran yang ada di pondok

pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah tersebut. Untuk

mengetahui hasiilnya, peneliti melakukan pengamatan di lapangan

secara langsung sekaligus menilai sikap dan perilaku santri melalui

wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang akhlak yang

disampaikan melalui pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tersebut,

dimana peneliti akan menilai apakah pembelajaran akhlak yang

terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin sudah atau belum diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari walaupun hanya sebatas lingkungan

pesantren, belum masuk keranah lingkungan di rumah masing-masing

santri.

Hasil di sini merupakan aplikasi dari pembentukan akhlak

secara umum, yaitu mengarahkan manusia kepada tiga dimensi pokok

112
ajaran Islam, yaitu hubungan manusia kepada Allah SWT, hubungan

sesama manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan.

Dalam usaha mengetahui hasil pembentukan akhlak tersebut,

secara spesifik peniliti menyesuaikan dengan santri yang sudah

mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dalam penerapan

keseharian santri.

Dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin yang dijadikan

ukuran keberhasilan pembentukan akhlak adalah hal-hal yang

berhubungan dengan ibadah kepad Allah SWT, sikap baik di

lingkungan pondok pesantren maupun diluar pondok pesantren yang

berhubungan dengan tingkah laku dan kesopanan dalam berbicara

yang sesuai dengan ajaran-ajaran syariat Islam dan suri tauladan

Rosulullah SAW.

Semua materi akhlak tersebut adalah perilaku Islam yang

bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits Rosulullah SAW yang menjadi

ukuran akhak bagi seseorang. Secara khusus Rosulullah memiliki

akhlak yang mulia, sehingga pembentukan akhlak yang dilakukan

seharusnya mengarah dan bertujuan menumbuhkan akhlak mulia atau

perilaku-parilaku Islam tersebut.

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup pada satu

masyarakat tertentu, dalam berinteraksi dengan sesama manusia

memiliki aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam al-Qur‟an

sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW dan para

113
sahabat dalam berinteraksi. Untuk mengetahui seseorang yang

berakhlak mulia atau belum, dapat dilihat dari bagaimana santri dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepadanya sewaktu

melakukan wawancara. Sikap dan pandangan hidup dapat berpusat

pada kesadaran diri, bukan faktor bawaan melainkan faktor belajar

atau diperoleh karena upaya atau dibentuk melalui pengalaman dan

pembinaan.

Akhlak yang dimiliki oleh santri di pondok pesantren Darut

Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah antar santri dengan santri yang

lain berbeda-beda. Dalam kegiatan pembelajaran atau keseharian yang

dilakukan santri di pondok, yang tidak terlepas dari kegiatan

komunkasi dan juga tingkah laku, ada yang sudah baik dan kurang

baik, terlebih apalagi dikaitkan dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin yang mengajarkan sikap yang baik dalam interaksi dan

komunikasi sesama. Beberapa tingkah laku yang belum sesuai dengan

pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin antara lain: ada yang kurang

sopan terhadap ustadz ketika ustadz memberikan penjelasan dan ada

yang berbicara kurang sopan terhadap teman-temanya.

Dari beberapa contoh tingkah laku dan hasil wawancara

terhadap santri pondok pesantren Darut Tauhid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah, maka kegiatan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin

sangat penting dan cocok dengan kebutuhan yang ada. Kebutuhan akan

114
tatanan perilaku dan komunikasi yang baik dan berakhlak yang selama

ini diidam-idamkan oleh ustadz dan orang tua.

Hasil dari pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin terlihat sangat

baik, terlihat jelas dari isi pembelajaran akhlak yang terdapat dalam

kitab Akhlak Lil Baniin tersebut. Tingkat pengetahuan akhlak dan

penerpannya di kehidupan sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran

kitab Akhlak Lil Baniin meningkat yaitu sesuai dengan pembelajaran

kitab tersebut. Dalam hal kesopanan santri berbicara dengan sangat

hati-hati dengan penuh kesopanan dan berusaha tidak menyinggung

terhadap orang yang mengajaknya berbicara, terlebih lagi apabila

ustadz atau orang yang lebih tua darinya yang mengajak berbicara,

hanya sebagian kecil dari santri apabila berbicara terhadap temannya

kurang sopan(hasil wawancara dengan sie pendidikan) dalam hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Faktor bawaan

Perubahan akhlak yang dimiliki oleh santri tersebut

membutuhkan waktu yang lama, karena merubah watak

seseorang itu tidaklah mudah.

“Untuk merubah seseorang yang mempunyai watak


keras, ngeyel dan lain sebagainya itu sangat susah
sekali, walau orang-orang seperti ini sudah
mendapat pelajaran tentang akhlak tapi tetap saja
tidak merubah sikapnya. Tapi sikap kerasnya dan
wataknya hanya kepada teman-temanya saja tidak
kepada ustadznya, jika kepada ustadnya, santri yang
mempunyai watak tersebut tetap tunduk dan penuh
hormat, karena santri-santri yang yang sudah belajar
kitab Akhlak Lil Baniin mengetahui tata cara sopan

115
santun terhadap ustadz dan berkahnya ustadz, kalau
dia tidak mendapat berkah ustadz, maka dia tidak
mendapat ilmu manfaat.(hasil diskusi dengan santri
ponpes Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah)

Pembelajaran akhlak dalam kitab Akhlak Lil Baniin

tersebut sudah tertanam dalam jiwa santri sekalipun santri

yang mempunya watak keras, dan sudah dapat merubah

perilaku serat sikapnya, tetapi belum sepenuhnya

perubahan perilaku tersebut diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Ada sebagian santri yang menjaga tingkah laku

dan perkataanya hanya kepada ustadz atau kepada orang

yang lebih tua darinya, tetapi jika terhadap teman

sebayanya santri tersebut berbicara tidak sopan bahkan

terkesan kasar.

b. Faktor Pergaulan

Pergaulan sangat mempengaruhi tentang perubahan

akhlak satri, santri di pondok pesantren Darut Tauchid Al

„Alawiyah Al Awwaliyah ada sebagian yang melakukan

aktifitas di luar pondok pesantren pada siang hari yaitu

untuk belajar di pendidikan formal (sekolah). Tidak bisa

dipungkiri selama santri melakukan aktivitas di luar pondok

akan erkumpul dengan beranekaragam orang dengan akhlak

yang berbeda-beda. Lingkungan seperti itu sangat

berpengaruh dengan perubahan-perubahan akhlak santri.

116
C. Hubungan Definisi Akhlak dengan Pendidikan Jiwa

Para ulama ilmu akhlak merumuskan definisinya dengan berbeda-

beda tinjauan yang dikemukakannya, antara lain:

1. Al-Qurthuby mengatakan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan

manusia yang bersumber dari adab kesopanan disebut akhlak, karena

perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.

2. Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy mengatakan akhlak adalah suatu

pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan

baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain)

3. Ibnu Maskawih mengatakan akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu

mendorong manusia berbuat tanpa memikirkannya lebih lama

4. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mengatakan akhlak adalah bentuk

kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia yang menimbulkan

perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara disengaja.

5. Imam Al-Ghazaly mengatakan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang

gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih

lama). maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji

menurut ketentuan akal dan norma agama dinamakan akhlak yang

baik, tetapi manakala ia melahirkan tindakan jahat maka akhlak yang

buruk namanya.

117
Dari pengertian tersebut, Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak

itu merupakan bagian dari kejadian manusia. oleh karena itu kata Al-

Khuluq tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata Al-Khilqah,

yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia,

kemudian Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy, ibnu Maskawih dan Abu

Bakar Jabir Al-Jazairy menekankan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa

yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang dilakukan. meskipun

ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber timbulnya akhlak,

namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu :

1. Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik

saja yang disebut akhlak.

2. Ibnu Maskawih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebut

akhlak.

3. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbauatan baik dan buruk

yang disebut akhlak

Imam Al-Ghazaly menekankan bahwa akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik dan buruk, dengan

menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.

(http://asnwimulyadi.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-definisi-

akhlak.html)

Dari beberapa definisi diatas, penulis menarik definisi lain bahwa

akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwa

manusia. maka gerak refleks, denyut jantung dan kedipan mata tidak dapat

118
disebut akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur

kejiwaan.

Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia, pada dasarnya

bersumber dari kekuatan bathin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :

1. Tabi'at (pembawaan), yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak

dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri

(gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek

moyangnya. dorongan ini oleh Manshur Ali Rajab disebut dengan

istilah Al-Khalqul Fithriyah.

2. Akal fikiran yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan

manusia setelah melihat sesuatu, mendengarnya,merasakannya serta

merabanya. alat kejiwaan ini, hanya dapat menilai sesuatu yang lahir

(yang nyata). dorongan ini disebut sebagai istilah Al-Aqlu.

3. Hati nurani, yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh faktor intuitif

(wijdaan). alat kejiwaan ini dapat menilai hal-hal yang bersifat abstrak

(yang bathin). dorongan ini disebut Al-Bashierah). karena dorongan ini

mendapat keterangan (ilham) dari Allah SWT.

Ketiga kekuatan jiwa dalam diri manusia inilah yang

menggambarkan hakikat manusia itu sendiri. maka konsepsi pendidikan

dalam islam, selalu memperhatikan ketiga kekuatan tersebut, agar

berkembang dengan baik dan seimbang, sehingga terwujud manusia ideal

(insan kamiel) menurut konsepsi manusia.

119
Sedengankan dalam pendidikan jiwa, ada beberapa cara atau

metode yang dapat dilakukan untuk membersihkan jiwa, yaitu;

Tauhid, ini dapat membersihkan jiwa dari berbagai kotoran dan

kemusyrikan serta segala akibatnya. Tauhid memegang peranan penting

dalam kehidupan seseorang, karena ia dapat menentukan corak dari

perilaku seseorang, baik perilaku yang nampak maupun yang tidak

nampak. Tauhid kalau di ibaratkan dalam dunia konstruksi, ia bagaikan

pondasi bagi suatu bangunan, baik tidaknya bangunan tersebut sangat

ditentukan oleh pondasi yang ada. Ini artinya sejauh-mana tauhid itu

tertanam dengan baik dan benar, sejauh itu pula jiwa tersucikan, yang akan

berbuah dengan sifat-sifat terpuji dan mulia. Sehingga tauhid merupakan

sarana pertama dan utama bagi pembersihan jiwa.

Shalat, dengan cara ruku‟, sujud, dan berdzikir merupakan sarana

membersihkan jiwa seseorang. Karena itu dengan ruku‟, sujud dan dzikir

lainnya dapat menghilangkan sifat sombong dan mengingatkan jiwa kita

agar istiqamah di atas perintah Allah swt. Dalam al-Qur‟an Allah swt.

telah berfirman yang berbunyi “ Dan berkata Ibrahim:“Sesungguhnya

berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan

perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini,

kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagaian (yang

lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat

kembalimu ialah neraka dan sekali-kali tak ada bagimu para

penolongpun”.

120
Zakat dan Infak, ini juga merupakan jalan untuk membersihkan

jiwa umat manusia, terutama yang berkaitan dengn sifat bakhil dan kikir

terhadap harta yang dimiliki yang merupakan anugerahkan Allah swt.

Lihat firman Allah swt yang berbunyi “ yang menafkahkan hartanya (di

jalan Allah) untuk membersihkannya.

Puasa, juga merupakan alat membersihkan jiwa, terutama

berkenaan dengan nafs sahwat perut dan juga kemaluan. Allah swt telah

berfirman dalam al-Qur‟an yang berbunyi “ Sesungguhnya orang-orang

yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar

hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,

bertambah lah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka

bertawakkal”.

Dzikir dan Fikir, dapat dilakukan membersihkan jiwa, terutama

untuk membuka hati agar menerima ayat-ayat Allah, baik yang tersurat

maupun yang tersirat. Ini dapat dilihat dalam firman Allah swt yang

berbunyi “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang

menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”,

maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa

kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan- kesalahan kami, dan

wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti”.

Mengingat kematian. Muhasabah, muraqabah, mujahadah dan

termasuk amar ma‟ruf dan nahi mungkar merupa kan sarana yang dapat

digunakan untuk pembersihan jiwa. Sehingga jiwa yang bersih akan

121
melahirkan sifat-sifat terpuji yang sangat disenangi oleh umat manusia.

Sehingga akan mendapatkan kemuliaan, baik dimata manusia maupun di

mata Allah swt. Yang dengan sifat-sifat itu ia akan mencapai

kesempurnaan hidup, dan dapat meraih kebahagiaan hidup baik di dunia

maupun di akhirat. Kebahagiaan ini dapat dicapai lantaran ia (manusia) itu

mampu menserasikan kedua hubungan yang di perintahkan Allah swt.

yaitu hubungan dengan Allah swt dan juga hubungan dengan sesama

manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal inilah yang di tegaskan Allah swt dengan firman-Nya “ Di

kenakan atas mereka itu kehinaan, dimana saja mereka berada, kecuali jika

mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan

manusia,.

Dalam ayat yang lain, Allah swt. menjanjikan balasan bagi mereka

yang memiliki jiwa suci (beriman), sebagaimana firman-Nya yang

berbunyi “ Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan

beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah

orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi. (Yaitu) syurga

„Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di

dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran

dan kemaksiatan). (http://nusalima.blogspot.co.id/2014/05/tazkiyatun-

nafs-mensucikan-dalam-islam.html)

122
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran akhlak

dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren

Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah adalah dengan

menggunakan metodi pembelajaran yang bervariasi,yakni dengan

menggunakan metode klasik bandungan, tanya jawab, serta ceramah.

Adapun untuk evaluasi yang berguna sebagai alat ukur dalam

menentukan hasil pembelajaran serta untuk menetapakan naik

tingkatan kitab atau tidak, menggunkan sistem ulangan harian dan

pengamatan harian.

2. Setelah murid (santri) mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin

ini, mayoritas dari mereka sudah dapat menerapkan materi-materi yang

ada dalam kitab Akhlak Lil Baniin tersebut ke dalam kehidupan sehari-

hari, seperti menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih

muda, dalam berbicara sangat hati-hati, kitab-kitab yang digunakan

bersih dari coretan dan bersampul dengan rapi. Meskipun demikian,

ada sebagian kecil dari santri yang telah mengikuti pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin, cara bicaranya kurang sopan terlebih terhadap

teman-temannya.

123
B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada para guru, terutama guru mata pelajaran PAI,

untuk berupaya terus mempelajari akhlak dan mampu menerapkannya

dalam lingkungan pendidikan.

2. Diharapkan pihak pondok pesantren untuk mengembangkan metode-

metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran serta

melengkapi referensi-referensi lain yang dapat mendukung dalam

proses pembelajaran.

3. Kepada lembaga IAIN Salatiga hendaknya menambah mata kuliah

tentang akhlak di seluruh jurusan.

4. Kepada para peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai salah satu pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut.

5. Hendaknya setiap pondok pesantren dan lembaga pendidikan formal

benar-benar memperhatikan tentang pendidikan akhlak, sebagi bekal

bagi santri dan murid dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Penutup

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari

kesulitan dan kesedihan. Aku berlindung kepada engkau dari kelemahan

dan dari kemalasan. Aku berlindung kepada engkau dari kebakhilan dan

124
dari berhati pengecut. Aku berlindung kepada engkau dari terjerat hutang

dan tertindas orang lain.

125
DAFTAR PUSTAKA

_____________. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang


pendidikan. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.

Abdul Halim Mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia Terj.Abdul Hayyie al-kattani, dkk.
Jakarta: Gema Insani Press.

Abdullah, Amin. 1995. Falsafah Kalam Di Era Post Modernisme, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Pers.

Mukti. 1982. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Depag RI.

AR, Zahruddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.

Arifin, Imron. 1993. Kepemimpinan Kyai: Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Malang: Kalima Sahada Press.

Arifin, Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta.

As‟ad, Ali, tt. Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuanterj. Ta’lim


Muta’allim, Kudus: Menara Kudus.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran: Bandung, Alfabeta.

Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam – Tradisi dan ModernisasiMenuju


Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Baradja, Umar. 1992. Akhlak Lil Baniin, Terjemah Bahasa Jawa, Surabaya: CV.
Ahmad Nabhan, Jilid I, II, III dan IV.

Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-


Ikhlas.

Departemen Agama RI. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta:


Ditpekapontren.

126
Dewantara, Ki Hajar. 1962. Dasar-dasar Pendidikan dalam Karya Ki Hajar
Dewantara, Taman Siswa, Yogyakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. 1990. Tradisi Pesantren – Studi Tentang Pandangan


Hidup Kiyai, Jakarta: LP3ES.

Djatmika, Rachmad. 1996. Sistem Ethika Islami (Akhlaq Mulia). Jakarta: Pustaka
Panjimas.

DR. Marjuki, 2009, Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika
Dalam Islam), Debut Wahana Press: Yogyakarta.

Fahmi, Sadad. 1991. Kamus Lengkap 7.500.000, Surabaya: Karya Ilmu.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2002.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah, Umar Yusuf. 1996. Mu’allim at-Tarbiyah fi al-Qur’an wa al- Sunnah,


Yordania, Dar Usamah.

Hasyim, H.M. Yusuf. 1998. Peranan dan Potensi Pesantren dalam


Pembangunan,dalam Wolfgrang Karcher dkk. (peny.), Dinamika
Pesantren, Jakarta: P3M.

http://asnwimulyadi.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-definisi-akhlak.html

http://nusalima.blogspot.co.id/2014/05/tazkiyatun-nafs-mensucikan-dalam-
islam.html

http://ppalghozaliyah.blogspot.com/2014/06/biografi-syaikh-umar-baraja-
pengarang.html

Ismail SM, Nurul Huda, Abd. Khalik (Ed.), 2002, Dinamika Pesantren dan
Madrasah, Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
kerjasama PustakaYogya.

Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq.Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam.

Djasuri. 1999. Metode Pengajaran Agama. Semarang; IAIN Wali Songo.

Khoiri, Alwan, dkk. 2005. Akhlaq/Tasawuf. Yogyakarta: Pojok Akademi UIN


Sunan Kalijaga.

127
Lahiji, Syehk ZA Qurbani, 2011, Risalah Sang Imam (Ajaran Etika Ali Bin Abi
Thalib), Al-Huda: Jakarta

Madjidi, Busyiri. 1997. Konsep Kependidikan para Filosofis Muslim, Yogyakarta:


Al Amin Press.

Mahmud, Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, Terj.Abdul Hayyie al-kattani, dkk.
Jakarta: Gema Insani Press.

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

MM, Mahmud. 2006. Model-Model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang:


Media Nusantara.

Maunah, Binti. 2009. Tradisi Intelektual Santri. Jogjakarta: Teras.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT.


RemajaRosda Karya.

Mustofa. 1995. Akhlak Tasawwuf. Bandung: Pustaka Setia.

Mustofa. 1997. Akhlaq Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Misbah, Mujtaba, 2008, Daur Ulang Jiwa, Al-Huda: Jakarta.

Nata, Abudin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Poerbakawatja, R. Soeganda dan Harahap H.AH. 1992. Ensiklopedia


Pendidikan,Jakarta : Gunung Agung.

Prasojo, Sudjoko. 1982. Profil Pesantren, Jakarta: LP3ES, Cet. III.

Prawiranegara, Alamsyah R. 1982. Pembinaan Pendidikan Agama, Jakarta:


Depag RI.

Rahardjo, M. Dawan (Peny.). 1985. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta:


LP3ES, cet. III.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Ridha, Abu. 1994. Urgensi Tarbiyah Dalam Islam. Jakarta: Inqilab Press.

128
Ruswandi, Uus. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:
Mimbar Pustaka.

Sarwono,Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Steenbrink, A. Karel. 1994. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam


dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.

Shaleh, Abdul Rachman. 2006. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D.Bandung


: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak; Kajian Atas Dasar, Paradigma


danKerangka teori Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Belukar.

Wasty, Soemanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja


Rosda Karya.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi pendidikan.


Jakarta:Imtima.

Tim Penyusun Departemen Agama RI. 1993. Ensiklopidi Islam jilid 4,


Jakarta:Ikhtiar Baru Van Hoeve.

Uhbiyati, Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Usman, Basyirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:


Ciputat Press.

Wahid, Abd. Rahman.1998. “Principles Of Pesantren Education” Dalam


ManfredOepen And Wolfgang Karcher (Ed.) The Infact Of Pesantren,
Jakarta: P3M.

Ya‟cub, Hamzah. 1998. Etika Islam: Pembinaan Akhlakul Karimah suatu


pengantar,Bandung : Diponegoro.

Yunus, Muhammad dan Bakri, Qasim. 1992. Kitab al-Tarbiyah wa al-Ta’lim,


Pondok Modern Darussalam Gontor.
Zainuddin, dkk. 1996. Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.

129
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

A. Pedoman Observasi

1. Keadaan dan letak geografis Pondok Pesantren Daruttauhid Al-

Alawiyah Al-Awwaliyah

2. Kondisi Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

dan lingkungan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-

Awwaliyah

3. Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana secara umum

4. Keadaan Ustazd, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren Daruttauhid

Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

5. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin

B. Pedoman Dokumentasi

1. Sejarah berdirinya dan perkembangan Pondok Pesantren Daruttauhid

Al-Alawiyah Al-Awwaliyah Pondok Pesantren Al- Munawwir

2. Dasar dan tujuan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-

Awwaliyah

3. Data administrasi tentang Ustazd, Pengurus dan Santri Pondok

Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

4. Data administrasi tentang fasilitas, sarana dan prasarana Pondok

Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah secara umum.

5. Tujuan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah.

6. Struktur organisasi di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al

Awwaliyah .

1
PEDOMAN WAWANCARA

A. Pengasuh Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

1. Identitas Personal

2. Bagaimana sejarah dan berkembanganya Pondok Pesantren

Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah pondok?

3. Bagaimana pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok

Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah?

4. Bagaimana tanggapan bapak sebagai pengasuk Pondok Pesantren

Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah tentang adanya pembelajatan

kitab Akhlak Lil Baniin ?

5. Bagaimana materi yang diajarkan dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

6. Apakah pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dapat memberikan efek

positif pada santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-

Awwaliyah?

7. Bagaimana akhlaq yang dijelaskan dalam pembelajaran kitam Akhlak

Lil Baniin?

8. Apa tujuannya pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

9. Apakah pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin masih

sesuai dengan pendidikan dijaman moderen ini?

10. Bagaimana pengetahuan akhlaq yang dimiliki oleh santri-santri di

Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah?

2
11. Bagaimana pengaruhnya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin pada

akhlaq santri?

12. Apakah santri menerapkan pendidikan yang ada pada kitab Akhlak Lil

Baniin?

13. Bagaimana perubahan santri setelah mengikuti pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin?

14. Bagaimana hasil dari pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

15. Apakah dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dapat membantu

siswa menjadi insan yang berakhalaq?

16. Hasil apakah yang yang bisa dicapai oleh santri setelah mengikuti

pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

B. Ustadz Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

1. Identitas personal.

2. Jenis pelajaran apa yang ustadz ampu?

3. Apakah ustadz pernah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin?

4. Bagaimana materi pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin

tersebut?

5. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

6. Apakah parasantri mengikuti pembelajaran dengan baik?

7. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-

Awwaliyah?

3
8. Bagaimana para ustadz dalam memantau perkembangan/kemanjuan

santri dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

9. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab Akhlak

Lil Baniin?

10. Bagaimana pengetahuan para santri tentang akhlaq?

11. Menurut ustadz apakah pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini bisa

membantu santri menjadi manusia yang berakhlaq? Berakhlaq sepertia

apa?

12. Dari semua santri yang mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin ini berapa persen yang bisa dikatakan berakhlaq?

13. Setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin apakah santri

menerapkannya dalam kesehariannya?

14. Bagaimana ustadz mengukur santri tersebut berakhlaq atau tidak ketika

sudah selesai mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

15. Bagaimana usaha ustadz dalam menerapkan pembentukan akhlaq para

santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

ini?

C. Pengurus Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

1. Identitas personal

2. Apa jabatan saudara di pengurus?

3. Berapa lama saudara menjabat sebagai pengurus?

4. Apakah saudara sudah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin?

4
5. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tesebut?

6. Bisa dijelaskan isi pembahasan kitab Akhlak Lil Baniin?

7. Bagaimana pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

8. Apakah dengan mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin

tersebut bisa merubah kelakuan para santri?

9. Bagaimana akhlaq santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-

Alawiyah Al-Awwaliyah ini?

10. Adakah perbedaan antara santri yang telah mengikuti pembelajaran

kitab Akhlak Lil Baniin dan yang belum mengikuti pembelajaran

tersebut?

11. Bagaimana hasil pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tersebut?

12. Apakah santri menerapkan akhlaq yang ada pada kitab Akhlak Lil

Baniin?

D. Santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah

1. Identitas personal

2. Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-

Alawiyah Al-Awwaliyah ?

3. Selain belajar di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-

Awwaliyah saudara belajar dimana?

4. Apakah saudara pernah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil

Baniin?

5. Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

6. Bagaimana menurut anda pembahasan dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

5
7. Bagaimana pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin?

8. Apakah pembelajaran yang ada pada kitab Akhlak Lil Baniin masih

sesuai dengan kehidupan sekarang?

9. Menurut anda apa manfaat yang bisa di ambil setelah mengikuti

pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?

10. Apakah anda sudah menerapkan akhlaq yang terdapat dalam kitab

Akhlak Lil Baniin? Bekal yang diberikan guru dalam pembelajaran

kitab Akhlak Lil Baniin apa bisa diterapkan ketika diluar Pondok

Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah?

6
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : K.H Ichsanuddin „Abdan
Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren
Waktu Wawancara : Jumat, 5 februari 2016, Pukul 19.00 WIB
B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana sejarah dan Dulu yang mengasuh pondok ini almarhum
perkembangan Pondok ayah saya dan setelah ayah saya meninggal lalu
Pesantren Darut ibu dan sayalah yang meneruskan
Tauchid Al „Alawiyah perjuangannya.
Al Awwaliyah? Ya santri-santri saya didik dengan kitab kuning
dan saya ajak mereka dengan pemikiran dan
wawasan yang lebih luas ya sesuai dengan
jaman sekarang, kalau tidak seperti itu nanti
akan tertinggal tentang pemikirannya.

Bagaimana Tentang pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin


pembelajaran kitab untuk memberikan pengetahuan santri dalam
Akhlak Lil Baniin di akhlaq, supaya santri itu bisa bertatat krama
Pondok Pesantren dengan baik ya minimal bisa sesuai dengan
Darut Tauchid Al kitab tersebut. Sukur-sukur bisa menerapkan
„Alawiyah Al kedalam kehidupannya seharihari, yang di
Awwaliyah? inginkan guru, orang tua dan masyarakatkan
seperti itu jika akhlaqnya baik pasti akan
dihormati orang. Dalam pembelajarannya
sendiri masih mengunakan metode bandongan,
tanya jawab dan ceramah.

7
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Ustadz Budi Santoso
Jabatan : Pengurus Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin)
Waktu Wawancara : Sabtu, 6 Februari 2016, Pukul 15.00 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana proses Ya proses pembelajaran kitab tersebut seperti
pembelajaran kitab biasanya, mengunakan metode ceramah, tanya
Akhlak Lil Baniin di jawab dan bandongan.
Pondok Pesantren Darut
Tauchid Al „Alawiyah
Al Awwaliyah?
Metode apa saja yang Kalau menurut saya metode tanya jawab ini
digunakan dalam proses sangat bagus, bisa mebuat suasana hidup
pembelajaran kitab kembali, ya ma‟lum lah kalau mengunakan
Akhlak Lil Baniin di metode ceramah santri itu akan tertidur apalagi
Pondok Pesantren Darut yang bertempat di pojok atau di belakang
Tauchid Al „Alawiyah temannya. Kalau mengunakan tanya jawab
Al Awwaliyah? semuanya akan memperhatikan.
Apa yang dibahas dalam yang dibahas dalam kitab tersebut menyangkut
kitab Akhlak Lil Baniin, tentang akhlak kitab tersebut menuntut para
apakah anda sudah santri dalam bersikap kepada Allah SWT,
menerapkan Nabi, orang tua (bapak dan ibu), Guru, teman,
pembelajaran tersebut? saudara-saudara (kandung dan sepupu baik
yang lebih muda ataupun yang lebih tua) serta
kepada dirinya sendiri. Kalau saya sendiri
sudah menerapkan apa yang telah diajarkan
dalam kitab tersebut, karena saya disini sebagai
panutan (ketua) kalau saya gak bersikap baik
dan sopan, ya bisa rusak anak buah saya.
Bagaimana pengetahuan Bisa diperhatikan setiap harinya, anak-anak
santri tentang akhlak yang mengikuti pembelajaran itu akan berubah
setelah mengikuti perilakunya tapi secara perlahan-lahan tidak
pengajian akhlak lil sekaligus. Biasanya akan berubah dari
baniin? pakeannya dahulu baru perkataannya, dan
penghormatan terhadap guru, teman dan
masyarakat sekitar ya semua itukan perlu
proses.

Bagaimana cara Sistem evaluasi yang digunakan dalam

8
mengukur hasil dari pembelajaran akhlak dengan menggunakan
pembelajaran kitab kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren
Akhlak Lil Baniin? Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah:
Adakah evaluasi yang 1. Ulangan
dilaksanakan? 2. Santri disuruh membaca satu persatu
3. Santri disuruh menjelaskan secara garis
besar materi pelajaran yang telah
dipelajari.
4. Evaluasi tingkah laku keseharian.
Bagaimana cara untuk Untuk mengawasi keseharian anak-anak di luar
mengevaluasi santri pondok, biasanya saya menghubungi orang-
ketika berada di luar orang yang bersangkutan dengan kegiatan
Pondok Pesantren? mereka di luar pondok, seperti gurunya
disekolahan, masyarakat di lingkungan
pondoki dan kadang saya juga mencari
informasi dari teman-temannya

9
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Ustadz Eko Bagus Prasetyo
Jabatan : Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin)
Waktu Wawancara : Ahad, 7 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana pembelajaran Pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren
yang ada di Pondok Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah
Pesantren Darut Tauchid seperti di Pondok Pesantren pada umumnya,
Al „Alawiyah Al kalau kegiatannya sendiri dimulai dari pukul
Awwaliyah? 18.30- 22.00 itu kalau malam hari
Bagaimana metode yang Tentang metode yang diterapkan dalam
digunakan dalam proses pembelajaran metode bandongan, metode
pembelajaran yang anda tanya jawab, sorogan dan ceramah. Kalau saya
lakukan? sendiri biasanya menggunkan metode ceramah.
Karena metode ini sangat efektif bagi ustad-
ustad dengan metode tersebut bisa sekaligus
mengawasi santri-santri, memperhatikan atau
tidak dalam pembelajarannya tersebut.
Apakah pembelajaran Bisa, untuk menjadi manusia yang berakhlak
kitab ini bisa membentuk itu kan harus tahu dulu apa itu akhlak, seperti
akhlak para santri, apa penerapan dan apa manfaatnya,
seperti apa? jawabannya ada dalam kitab ini, kitab ini
menagajarkan kepada semua santri agar
bersikap sopan dan baik terutama pada guru
supaya ilmu yang didapat nanti bermanfaat,
selain itu kitab ini juga mengajarkan
bagaimana seorang anak harus bersikap kepada
semua orang. Dengan begitu seorang anak
nantinya akan mempunya akhlak yang baik
dan ilmu bermanfaat.

Bagaimana tingkat Kita bisa lihat dari tingkah polah keseharian


pengetahuan santri akan ada perbedaan bagi santri yang telah
tentang akhlak stelah mengikuti pembelajaran. Evaluasi juga kita
mengikuti pembelajaran adakan yaitu dengan cara Ulangan dan Setiap
Akhlak Lil Baniin? kali pertemuan, 1 – 3 orang santri
diperintahkan untuk membaca dan
mengartikan sekaligus menjelaskan
maksudnya.

10
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Ustadz Abdul Hadi
Jabatan : Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin)
Waktu Wawancara : Senin, 8 Februari 2016, Pukul 14.00 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Bagaimanana proses Kalau dalam pembelajaran penerapan metode
pembelajaran, dan itu ya beda-beda antara ustadz satu dengan
metode apa saja yang ustad yang lainnya. Yang penting jangan
digunakan dalam mengunakan satu metode saja pasti akan
pembelajaran? membosankan. Ya kita harus pandai-pandai
mengabungkan metode-metode agar yang di
ajar itu tidak bosan, atau bisa melihat suasana,
suasana seperti ini mengunakan metode ini,
kalau suasana seperti itu mengunakan metode
seperti itu.
Metode apa yang anda Kalau saya sendiri lebih sering menggunakan
gunakan dalam bandungan, yaitu metode dengan cara santri
pembelajaran? mendengarkan dan menulis makna dari
seorang guru atas kitab yang diajarkannya.
Para santri mendengarkan dengan cermat dan
menulis dengan hurup pegon yang mengantung
di bawah tulisan kitab yang sedang
dipelajarinya tersebut.
Bagaimana pengetahuan Kalau pengetahuan akhlaq yang dimiliki
akhlak yang dimiliki bermacam-macam ada yang bagus dan ada
santri di Pondok yang kurang bagus.
Pesantren Darut Tauchid
Al „Alawiyah Al
Awwaliyah?
Apakah pembelajaran Bisa! Dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil
kitab ini bisa membentuk Baniin pengetahuan akhlak yang dimiliki oleh
akhlak para santri, santri itu semakin tinggi, dengan begitu secara
seperti apa? perlahan-lahan tertanam dalam kehidupan
sehari-hari, yang dulu hanya berbicara asal-
asalan sekarang sedikit-sedikit berbicara sopan
dan sudah tau caranya menghormati guru,
teman dan yang paling penting bisa
mensyukuri nikmat yang didapat.

11
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Naf‟an Ahmad
Jabatan : Santri
Waktu Wawancara : Kamis, 11 Februari 2016, Pukul 19.45 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana pembelajaran Pembelajarannya menyenangkan karena kitab
kitab Akhlak Lil Baniin? ini sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.
Apa yang dibahas dalam pembahasan dalam kitab tersebut mengajarkan
kitab Akhlak Lil Baniin, kepada santri agar menjadi manusia yang
apakah anda sudah berakhlak, dalam penerapannya tidak sekejap
menerapkan saya terapkan, tapi secara berangsur-angsur,
pembelajaran tersebut? jika sekaligus ya berat.
Bagaimana dengan Di sini juga aturannya ketat, kalau misalnya
peraturan yang ada di melakukan kesalahan ya ada hukumannya.
pondok ini? Kadang hafalan juz „ama, ada yang disuruh
nulis kitab, ada yang disuruh kultum setelah
shalat isya‟, ya tergantung dari kesalahannya.
Bagaimana interaksi Interaksi antar anak di sini alhamdulillah baik,
yang terjalin antar tapi namanya juga orang itu kan karakternya
sesama? berbeda-beda, bagi saya itu hal yang wajar.
Saya sendiri juga kadang ada masalah sama
teman, tapi ya langsung diselesaikan secara
baik-baik, karena kan juga sesuai dengan
pembelajaran kitab Akhlak Liil Baniin.

12
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Abdul Razaq
Jabatan : Santri
Waktu Wawancara : Jum‟at, 12 Februari 2016, Pukul 14.00 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Apa pembahasan yang pembelajaran tersebut sangat baik cocok untuk
ada dalam kitab Akhlak santri dan seluruh penuntut ilmu, kitab tersebut
Lil Banin, sudah bisa membahas tentang akhlak anak dan siapa-siapa
menerpakan yang harus dihormati. Kalau penerapannya,
pembelajaran tersebut? saya belum menerapkan semuanya dalam
kehidupan, tapi perlahan-lahan saya terapkan
juga karena itu semua sangat penting untuk
sebuah panutan.
Apa yang didapat setelah Sangat banyak, karena kitab ini mengajarkan
mengikuti pembelajaran bagaimana kita bersikap, yang terpenting
kitab Akhlak Lil Baniin? Sangat bermanfaat bagi kami, karena setelah
mempelajari kitab tersebut kami mejadi tahu
bagaimana seharusnya sikap kita dalam
hubungan kita sesama manusia dan hubungan
kita dengan Allah.
Berhubungan dengan Kalau disini kan wajib berjamaah, jadi semua
sikap kepada Allah, santri selalu jamaah shubuh, ustadz selain
setiap hari apakah rajin mengajarkan di kelas juga langsung
jamaah shubuh? mengajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

13
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Ibnu Fajar
Jabatan : Santri
Waktu Wawancara : Sabtu, 13 februari 2016, Pukul 14.30 WIB

B. Hasil Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Apa saja materi-materi Materi dalam kitab tersebut sangat bagus,
yang diajarkan dalam karena kitab tersebut mengajarkan kepada
kitab Akhlak Lil Baniin? santri bagaimana bersikap yang baik,
penghormatan kepada semua orang di
sekeliling kita baik lebih muda maupun yang
lebih tua. Ya saya sudah menerapkan, awalnya
berat dalam penerapannya, yang awalnya asal
bicara sekarang harus berhati-hati dalam dalam
bicara, akhirnya ya bisa juga.
Apa yang didapat setelah Ya kami jadi tahu bagaimana seharusnya
mempelajari kitab bersikap kepada Allah dan sesama manusia.
Akhlak Lil Baniin?
Shalat lima waktunya Shalat wajibnya tidak pernah bolong, tapi
sudah dilaksanakan? kadang telat. Kalau telat biasanya dapat
hukuman.
Apa hukumannya? Saya pernah telat shalat berjama‟ah, terus saya
dihukum disuruh nulis.

14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Roykhan „Abid

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Kab. Magelang, 25 Nopember 1989

Agama : Islam

Alamat : Japunan 03/03, Danurejo, Mertoyudan, Magelang.

Riwayat Pendidikan : RA Japunan (1994-1995)

MI Muhammadiyah Japunan (1995-2001)

MTs Ma‟arif RM Mungkid (2001-2004)

M.A Sunan Pandan Aran (2004-2007)

15
LOKASI PONDOK PESANTREN AL „ALAWIYAH AL AWWALIYAH

NDALEM K.H ICHSANUDDIN ABDAN

16
GEDUNG PONDOK PESANTREN

17
SUASANA SAAT PENGAJIAN DI DALAM KELAS

18
19
KEGIATAN-KEGIATAN SANTRI

20
21
TATA TERTIB SANTRI

22
23

Anda mungkin juga menyukai