Anda di halaman 1dari 103

PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SDIT

NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR PAMULANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi


Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

RAFIAH
NIM: 1810011000089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SDIT
NURUL AMAL PONDOK CABE ILIR PAMULANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi


Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

RAFIAH
NIM: 1810011000089

Di bawah Bimbingan

Drs. Abdul Haris, M.Ag


NIP: 196609011995031001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul


Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang disusun oleh Rafiah. NIM: 1810011000089,
jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 14 Juli 2014

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Drs. Abdul Haris, M.Ag


NIP: 196609011995031001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rafiah

Tempat/Tgl Lahir : Tangerang 05 Oktober 1980

NIM : 1810011000089

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jl. Selada II RT 004/RW 011 Pondok Cabe Ilir Pamulang


Tangerang Selatan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter


di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang disusun oleh Rafiah, adalah
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Drs. Abdul Haris, M.Ag


NIP : 196609011995031001
Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan
hasil karya sendiri.
ABSTRAKSI

Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok


Cabe Ilir Pamulang

Dilatarbelakangi permasalahan dekadensi moral anak-anak sekolah maka


penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang penerapan pendidikan
berbasis karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang. Penelitian ini
telah dilaksanakan pada bulan Februari 2014 di Sekolah SDIT Nurul Amal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter
yang diterapkan di SDIT Nurul Amal. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif, melibatkan 36 siswa kelas v. Pengumpulan data dilakukan melalui
observasi. Dalam penelitian ini penulis mengamati pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru PAI dalam pembentukan karakter siswa yaitu dengan,
pembiasaan, keteladanan, nasehat dan hukuman, sedangkan melalui penyebaran
angket penyebaran angket berupa 20 item pertanyaan yang diberikan kepada
siswa dan diambil secara random atau acak meliputi aspek-aspek nilai karakter
religius, jujur, disiplin dan tanggung jawab sudah di terapkan dengan baik, dan
melalui wawancara kepada guru PAI dan wakil bidang kurikulum, pendidikan di
SDIT Nurul Amal tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dan terampil saja,
melainkan juga bagaimana membangun karakter, sikap dan perilaku sehingga
menjadi manusia yang berbudi dan beradab serta berakhlakul karimah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Pendidikan Berbasis


Karakter siswa SDIT Nurul Amal dikatakan baik, meskipun ada sebagian kecil
siswa yang melanggar. Dengan demikian pendidikan karakter yang diterapkasn
oleh guru pendidikan agama, seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, pujian dan
hukuman sangat berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Ini
membuktikan bahwa pentingnya pendidikan karakter diterapkan di sekolah.
Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam pembinaan kepribadian dan
moral bangsa, pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk membina budi
pekerti yang luhur dan membina moral bangsa.

RAFIAH (PAI)

i
KATA PENGANTAR

   

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para
pengikut-NYA hingga akhir zaman. Amin.
Dengan hidayah, taufik dan inayah-NYA, Alhamdulillah penulis telah
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul” Penerapan Pendidikan
Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”. Karya
tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 (Srata 1).
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran
dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan penulis
hadapi, namun berkat rahmat, taufik, dan hidayah Allah SAW dan berbagai
dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah dan ibu Marhamah Saleh M.A sebagai
sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

ii
3. Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag selaku Dosen pembimbing yang dengan sabar
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuannya kepada penulis semasa kuliah.
5. Para Staf Akademik yang telah membantu penulis dalam berbagai hal
khususnya dalam penyelesaian Transkrip Nilai.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya yang
telah berkenan meminjamkan buku-buku perpustakaan kepada penulis dalam
penyusunan.
7. Kepala sekolah SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta H. Syatiri (Alm), dan Hj. Senah yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat, memberikan banyak pengorbanan
baik waktu, tenaga, do’a, kritik dan saran, materi, serta kasih sayang tiada
batas kepada penulis. Apapun yang penulis lakukan, tidak dapat membalas
jasa-jasanya, hanya Allah SWT yang membalasnya.
9. Kakakku Munawarah S.Ag, yang telah banyak membantu memberikan saran
dan masukkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Bapak Alfiyanto sebagai konsultan SDIT Nurul Amal yang telah membantu
memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh keluarga penulis terutama adik-adik yang tidak disebutkan satu
persatu, semoga kalian bisa lebih baik lagi dari kakak, dan buatlah orangtua
kita bangga dengan kehadiran kita dan jangan sia-siakan pengorbanan mereka.
12. Sahabat-sahabatku Rica, Kardian dan yang lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih
untuk semangat persaudaraan, kekeluargaannya ini tetap eksis dan silaturahim
kita tetap terjalin. Amiin.

Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga
penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do’a dari lubuk hati yang dapat

iii
penulis sampaikan semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan mereka semua
dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti Amiin.
Selain itu, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis
berharap saran dan kritik dari para pembaca sekalian agar skripsi ini menjadi lebih
baik lagi.

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin.


Wassalamu’alaikm warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juli 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................... 5
C. Pembatasan Masalah..................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Pendidikan Karakter ..................................................... 7
1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................. 7
2. Tujuan Pendidikan Karakter ................................... 11
3. Tahapan Pengembangan Karakter .......................... 12
4. Nilai-nilai yang di Kembangkan dalam Pendidikan
Karakter ................................................................. 14
5. Metode Pendidikan Karakter .................................. 18
6. Media Pendidikan Karakter .................................... 23
7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter ........................... 24
8. Evaluasi Pendidikan Karakter ................................. 31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................... 33

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... . 35
B. Metode Penelitian ........................................................ 35
C. Sumber Data35 ............................................................ 35
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 35
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................... 37
F. Instrumen Penelitian .................................................... 37
G. Teknik Analisa Data .................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal ........................... 39
B. Deskripsi Data ............................................................. 46
C. Analisis Hasil Penelitian .............................................. 59
D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ................... 60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................. 63
B. Saran ........................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 66


LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Quesioner ................................................................. 37


Tabel 2 Struktur Organisasi SDIT Nurul Amal..................................... 41
Tabel 3 Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal ........................... 42
Tabel 4 Data Siswa SDIT Nurul Amal ................................................. 43
Tabel 5 Sarana dan Prasarana ............................................................... 44
Tabel 6 Kegiatan Ekstrakurikuler ......................................................... 46
Tabel 7 Mengucapkan Salam Bila Bertemu Dengan Guru .................... 47
Tabel 8 Sebelum dan Sesudah Proses Belajar Mengajar Siswa Selalu
Membaca Do’a Bersama-sama .............................................. 48
Tabel 9 Melaksanakan Shalat Lima Waktu .......................................... 48
Tabel 10 Bersyukur Atas Prestasi yang di Capai ................................. 49
Tabel 11 Ingat pada Allah Dalam Kehidupan Sehari-hari ..................... 50
Tabel 12 Jujur Dalam Perkataan dan PerbuatanKepada Orangtua,
Guru dan Teman .................................................................... 50
Tabel 13 Mencontek atau Memberi Contekan ...................................... 51
Tabel 14 Menyalahgunakan Uang SPP yang Diberikan Orangtua......... 52
Tabel 15 Menemukan Sesuatu Benda Milik Teman Lainnya, Maka Akan
Dikembalikan Kepada Pemiliknya.......................................... 52
Tabel 16 Biasa Mengambil Sesuatu Milik Orang Lain Tanpa Sepengetahuan
Orang Tersebut ...................................................................... 53
Tabel 17 Membuat Masalah di Sekolah, Sehingga Orangtua
Dipanggil Kesekolah ................................................................ 53
Tabel 18 Mematuhi Peraturan yang Diberikan dari Sekolah ................. 54
Tabel 19 Datang Seenaknya Tanpa Menghiraukan Waktu
Masuk Sekolah ....................................................................... 54
Tabel 20 Telat atau Terlambat Masuk Sekolah ..................................... 55
Tabel 21 Bolos Tanpa Alasan yang Jelas dan Dapat Diterima .............. 55
Tabel 22 Mengikuti Kkegiatan Tadarus Qur’an di Sekolah .................. 56
Tabel 23 Datang Lebih Awal Bila ada Tugas Piket Kelas ..................... 57

vii
Tabel 24 Kegiatan Kerja Bakti di Sekolah ............................................ 57
Tabel 25 Berpartisifasi dalam Acara Hari-hari Besar Islam .................. 58
Tabel 26 Mengerjakan Tugas yang Diberikan Oleh Guru ..................... 58
Tabel 27 Rekapitulasi Hasil Penyebaran Angket .................................. . 59

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
sudah mencanangkan penerapan Pendidikan Berbasis Karakter untuk semua
tingkat pendidikan, dari SD sampai Perguruan Tinggi.1 Dasar pemikirannya
adalah bahwasanya, tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan Nasional No 20
tahun 2003:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan manusia cerdas, tapi manusia


yang berkarakter. Justru, karakterlah yang dipandang lebih penting dalam
kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita ingin menghasilkan manusia-
manusia yang jujur, bersemangat kerja keras, tidak malas, berani, kreatif, cinta
kebersihan, toleran, dan sebagainya. Selama ini, pendidikan kita dianggap belum
menghasilkan manusia-manusia sebagaimana yang diinginkan.
Mengapa bangsa Jepang yang mayoritasnya bukan muslim bisa menghasilkan
orang-orang yang berkarakter. Kejujuran sangat dihargai, kerja keras menjadi
tradisi, budaya malu untuk gagal tertanam kuat. Mengapa kebersihan sangat
dihargai di negara-negara barat?Sedangkan di negara-negara Muslim kurang di
perhatikan? Padahal, Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kebersihan.3

1
Adian Husaini, Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab,
(Jakarta: Cakrawala Publishin, 2012), hal. 33
2
Abd. Rozak, Fuzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FTIK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,
2010), h. 6
3
Adian Husaini, op. Cit., h. x

1
2

Islam adalah satu-satunya agama yang begitu menganggap penting arti kebersihan
karna dalam islam, kebersihan dianggap sebagian dari iman.
Menurut Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhammad Nuh,
“pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah
terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter
seseorang.”
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia bisa
dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang
menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana
yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan
moralnya lemah.
Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang
kebaikan, tetapi prilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang diajarkannya. Sejak
kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja
keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tapi, nilai-nilai kebaikan itu
diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan diatas kertas dan dihafal sebagai
bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas soal ujian.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan
teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan.
Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu
berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor dan
seterusnya. Karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara
serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.4
Dunia pendidikan dan sekolah adalah bidang ilmu yang terus berkembang
(dinamis). Seorang guru profesional tidak boleh tertinggal dalam dinamika
perkembangan ilmu pendidikan tersebut.5
Tidak hanya sistem pendidikan saja yang perlu dibenahi dalam membentuk
karakter siswa tetapi para pendidik/ guru perlu pembelajaran untuk menjadi guru
4
Ibid, h. 33-35.
5
Munif Chatib, Sekolahnya manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelegensi di
Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2010), Hal. 149.
3

profesional dalam mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia-manusia yang


unggul, bermatabat, berbudi luhur (berakhlakul karimah) dan berkarakter mulia,
berprestasi dan memberi kontribusi bagi dunianya.
Guru di Indonesia diharapkan punya empat kompetensi dalam menjalankan
profesinya, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian kompetensi
profesionalisme, dan kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa
yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Lebih terperinci, kompetensi
pedagogi diuraikan sebagai:
1. Memahami karakteristik siswa.
2. Memahami karakteristik siswa dengan kelainan fisik, sosial, emosional,
dan intelektual yang membutuhkan penanganan khusus.
3. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan
kebutuhan belajar siswa dalam konteks budaya yang beragam.
4. Memahami cara dan kesulitan belajar siswa.
5. Mampu mengembangkan potensi siswa.
6. Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar mengajar yang mendidik.
7. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
8. Merancang aktivitas belajar mengajar yang mendidik.
9. Melaksanakan aktivitas belajar mengajar yang mendidik.
10. Menilai proses dan hasil pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh
pendidikan.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang akan menjadi teladan bagi peserta didik
serta berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi ini meliputi:
4

1. Menguasai secara luas dan mendalam substansi dan metodologi dasar


keilmuan.
2. Menguasai materi ajar dalam kurikulum.
3. Mampu mengembangkan kurikulum dan aktivitas belajar mengajar secara
kreatif dan inovatif.
4. Menguasai dasar-dasar materi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung
tercapainya tujuan utuh pendidikan siswa.
5. Mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas.
Sementara itu, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif di antara peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dengan demikian, apapun kondisi yang dihadapi pemerintah dan terutama
setiap guru tidak boleh berhenti membangun program-program peningkatan
kualitas guru. Hal yang terpenting dalam program peningkatan kualitas tersebut
adalah niat dan kemauan guru untuk kreatif dan bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pekerjaannya.6
Guru adalah pemimpin di kelas. Guru mesti memberikan contoh yang baik
kepada siswa di kelas. Akhlak guru memancar menjadi inspirasi pembentukan
karakter peserta didik di kelasnya. Tak hanya itu, guru harus bisa memberikan
motivasi bagi siswa di kelas. Sebagai tenaga pendidik seorang guru harus benar-
benar mampu memberikan teladan yang baik, karena guru adalah seorang yang di
gugu dan ditiru.
Disinilah peran kita sebagai orang tua maupun guru untuk mengembalikan
ruh pendidikan kepada rel yang sebenarnya agar anak-anak kita tumbuh menjadi
dirinya yang unik sesuai talenta bawaannya, sehingga anak-anak kita mampu
memainkan peranannya sesuai keunikannya dalam memberikan kontribusi bagi
dunia dan kehidupannya.

6
Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara, (Bandung: Kaifa, 2012), Hal. 28-29
5

Peran pendidikan terutama orang tua dan guru adalah menggali, mengenali,
melatih, mendidik dan mengembangkan potensi-potensi yang bersifat potensial
tersebut menjadi kekuatan personal bagi peserta didik itu sendiri, sehingga ia
menjadi dirinya sendiri yang mandiri untuk orang lain dan kehidupannya serta
menjadi manusia-manusia unggul berkarakter mulia, berprestasi dan memberi
kontribusi bagi dunianya.7
Dari uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembentukan karakter pada siswa, semua orang harus berperan, seperti; keluarga,
sekolah, dan lingkungan. Oleh karena itu maka pelaksanaan pendidikan disekolah
harus dilakukan secara intensif terutama dalam pendidikan karakter.
Bertitik tolak pada persoalan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
skripsi dengan judul: “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT
Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”

B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pendidikan
karakter yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya sarana dan prasarana pembentukkan karakter
2. Para siswa masih membuang sampah sembarangan
3. Siswa masih kurang disiplin atau tidak tepat waktu
4. Masih ada guru yang tidak memberikan teladan yang baik.

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan terhadap masalah penelitian, maka penelitian di
batasi pada Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal
Pondok Cabe Ilir Pamulang.

7
Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching: Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, (Jakarta:
PT Tujuh Samudera Alfath, 2011), h. 16.
6

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: Bagaimanakah Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di
SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang?

E. Tujuan dan manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SDIT Nurul Amal.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh para guru
dalam upaya pembentukan karakter siswa di SDIT Nurul Amal.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:


1. untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang penulis miliki dan menambah
wawasan penulis khususnya, serta pihak lain yang berminat dalam masalah
ini.
2. Penelitian di lakukan dalam rangka memperbaiki fungsi guru yang tidak
hanya sebagai pengalih ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menanamkan nilai
serta membentuk akhlak anak didik.
3. Untuk melengkapi syarat-syarat penyelesaian studi SI di FITK UIN Jakarta
7

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Berbasis Karakter


1. Pengertian Pendidikan Karakter
Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara dan sebagainya).1
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat dan Negara. 2 Atau pendidikan ialah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.3
Beberapa ahli yang lain mengartikan pendidikan sebagai berikut:
a. Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Mohamad Surya, Abdul
Hasim, dan Ros Bambang Suwarno, dalam bukunya Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang Baik, mendidik adalah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.4
b. Menurut Edgar Dalle yang dikutip oleh Dedy Mulyasana dalam bukunya
Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, menyatakan bahwa: Pendidikan
adalah merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 30
2
Ibid, hal. 30
3
M. Ngalim Purwanto Mp, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 11
4
Mohamad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 24.

7
8

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk


mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan paranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.5
c. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam, pendidikan adalah suatu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola
tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.6
d. Menurut Lengeveld yang di kutip oleh Alif Sabri dalam bukunya
Pengantar Ilmu Pendidikan, mendidik ialah mempengaruhi anak dalam
upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing
haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh
karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disegaja antara
orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.7
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan secara sadar
oleh orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
tertentu.
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin “character”, yang
antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian
atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia
pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari
faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang..8

Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai)
dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berprilaku tidak jujur,
kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang
5
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4.
6
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 28.
7
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 6.
8
Jejen Musfah, Proceedings Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Perspektif, (Ciputat:
Prenada, 2011), h. 39
9

yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter
mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian)
seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of
character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.9
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain.10
Beberapa ahli yang lain mengartikan karakter sebagai berikut:
a. Menurut Doni Koesoema Albertus, dalam bukunya Pendidikan Karakter
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Karakter diasosiasikan yang
tempramen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur
psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Disini
karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai
ciri atau karakteristik, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang, yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya
pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.11
b. Menurut Ibn Maskawaih, yang dikutip oleh Ramayulis, dalam bukunya Ilmu
Pendidikan Islam mendefinisikan Karakter (khuluq) dengan “suatu kondisi
jiwa yang menyebabkan suatu aktivitas dengan tanpa dipikirkan atau
dipertimbangkan terlebih dahulu.”12
Berdasarkan pernyataan yang terkandung dalam pengertian karakter yang
dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas
atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta
membedakannya dengan individu lain.13
Dari konsep karakter ini muncul istilah pendidikan karakter (caharacter
education). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasan (feeling), dan tindakan
(action). Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan
pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja.
9
Ibid, h. 194.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 389.
11
Doni Koesoema Albertus, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 79-80.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 511
13
Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), h. 25
10

Hal ini karena pendidikan karakter terkait erat dengan nilai dan norma. Oleh
karena itu, harus juga melibatkan aspek perasaan.14
Menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Dharma Kesuma, Cepi Triatna,
dan Johar Permana dalam bukunya Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah, pendidikan karakter adalah “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkungannya.”15
Menurut Fakry Gaffar yang dikutip oleh Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan
Johar Permana dalam bukunya Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di
Sekolah, pendidikan karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga
menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”16
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan
karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan
karsa.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk
menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter juga
dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insal kamil.17

14
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011), h. 27.
15
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 5.
16
Ibid, h. 5.
17
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 45-46.
11

2. Tujuan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang
mempunyai nilai-nilai yang utama. Insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama
ini, terutama dinilai dari prilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada
pemahamnnya. Dengan demikian, hal yang paling penting dalam pendidikan
karakter ini adalah menekankan anak didik untuk mempunyai karakter yang baik
dan diwujudkan dalam perilaku keseharian.18
Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dasn akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.19
Tujuan pertama Pendidikan karakter dalam seting sekolah adalah bertujuan
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud
dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah
(setelah lulus dari sekolah). Tujuannya adalah untuk sebuah proses yang
membawa peserta peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu
nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia,
termasuk bagi anak. Penguatanpun memiliki makna adanya hubungan antara
penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembisaan di rumah.
Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik
yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk
meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi fositif.

18
Akhmad Muhaimin Azzeti, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), h. 16-17
19
Jejen Musfah, Proceedings Pendidikan Holostik Pendekatan Lintas Persfektif, (Ciputat,
Prenada, 2011), h. 40-41.
12

Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun


koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna
bahwa proses pendidikan karakter disekolah harus dihubungkan dengan proses
pendidikan di keluarga. Jika saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu
pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka
pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan.20
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan besar pendidikan karakter
adalah untuk menghasilkan individu-individu yang berkarakter, pribadi yang
mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki budi pekerti dan berakhlak.21

3. Tahapan Pengembangan Karakter


Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk
dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada
dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh
dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh
dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.Karakter
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan
kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan
kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.
Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components
of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral
feeling (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan
bermoral.

20
Darma kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9-11.
21
Ramli Rizal, “Pendidikan Karakter Lahirkan Insan Berakhlak,” Ummi, Jakarta,
Oktober-Desember 2012), h. 28.
13

Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat
dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi
ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang
nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective
taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision
making), dan pengenalan diri (self knowledge).
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi
manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang
harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience),
percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta
kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati
(humility).
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan
hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat
tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan
kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang
dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara
pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk
melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah
terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing).
Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika
seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan
karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai kejujuran itu sendiri.
14

Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan
(domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut
dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan.
Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja
aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau
“loving the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa
itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu
paham.
Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah,
yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral
action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka
akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.
Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama,
pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya
cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke
penghayatan nilai secara afektif.22

4. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter


Dalam pendidikan karakter, anak didik memang sengaja dibangun
karakternya agar mempunyai nilai-nilai kebaikan sekaligus mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya
sendiri, sesama manusia, lingkungan sekitar, bangsa, negara, maupun hubungan
internasional sebagai sesama penduduk dunia.23
Sebagaimana nilai Agama Islam yang dimiliki Nabi Muhammad Saw
memiliki 4 karakter yang terkenal, secara garis besar makna-makna karakter
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Shidiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan
tindakan yang terkait dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

22
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/pengembangan-karakter
23
Akhmad Muhaimin Azzet, op. Cit., h. 29.
15

2. Amanah, dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya,


sehingga dengan kepercayaan yang dimilikinya tersebut maka ia akan
dapat membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih baik.
3. Fathonah artinya cerdas, juga cerdik. Pemimpin harus memiliki
kecerdasan yang komprehensif, tidak sekedar cerdas secara intelektual
tetapi juga cerdas emosional.
4. Tabligh bermakna menyampaikan perintah atau sesuatu amanah yang
dipercayakan kepadanya, atau aturan-aturan yang berlaku di organisasinya
kepada seluruh jajaran di bawahnya.24
Menurut Suyanto yang dikutip oleh Akhmad Muhaimin Azzet, dalam
bukunya Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesi setidaknya terdapat sembilan
pilar karakter yang berasal dari nila-nilai luhur universal sebagai berikut:
1. Cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran/amanah
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong dan kerja sama
6. Percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan
Kesembilan pilar karakter sebagaimana di atas hendaknya diajarkan secara
sistematis dalam model pendidikan yang holistik. 25 Dalam rangka memperkuat
pelaksanaan pendidikan karakter untuk membangun manusia Indonesia yang
berjati diri dan berkarakter, berikut 18 nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

24
Muchlas Samani, Hariyanto, op. Cit., h. 97-98
25
Akhmad Muhaimin Azzet, loc. Cit., h. 29
16

2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.26
Kejujuran adalah sebuah skill. Ia seperti otot, jadi kalau seandainya terus
dipakai berkata jujur, berprilaku jujur, ototnya akan senantiasa terlatih.27
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

26
Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, (Jakarta:
PT Tujuh Samudra, 2011), h. 238.
27
Ratna Megawangi, Character Parenting Space: Menjadi Orangtua Cerdas Untuk
Membangun Karakter Anak, (Bandung: Read! Publising House, 2008), h. 150.
17

10. Semangat Kebangsaan


Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi, terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.28

28
Alpiyanto, op. Cit., h. 243.
18

5. Metode Pendidikan Karakter


Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai
tujuan yang diharapkan, tidak terlepas dari peranan metode yang digunakan.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan bodos.
Meta berarti “melalui” dan bodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian
metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan.29
Menurut Jean Soto yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar Tak
Salah Mendidik, Mengatakan Setiap anak memerlukan metode penanganan
tersendiri karena setiap individu manusia itu sangat unik. Seluruh karakter
manusia itu harus didekati dan dipahami secara spesifik dan maksimal. Sel-sel
otak manusia misalnya sangat luar biasa dan memerlukan pengetahuan yang luar
biasa pula. Perbedaan manusia itu bukan hanya karena faktor-faktor IQ saja tapi
juga faktor lain yaitu karakter yang termasuk juga akhlak, kepribadian dan
pembawaannya dan sebagainya.30

Al-Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan,


yakni dalam menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain:

a. Mendidik Melalui Metode Keteladanan


Teladan atau uswatun hasanah merupakan metode yang digunakan oleh
Rasulullah dalam menyampaikan ajaran islam kepada manusia. Untuk kebutuhan
itu Allah Mengutus Nabi Muhammad saw sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi
teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui
firman-Nya ini:

       ‫ل‬


       

  


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengigat Allah.”(Al-Ahzab: 21)31

29
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi baru) (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), h. 143.
30
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 237.
31
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 595
19

Aisyah sendiri telah menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah saw, adalah Al-
Qur’an. Bagaimana tidak, kepribadian, karakter, perilaku, dan interaksi beliau
dengan manusia merupakan pengejawantahan, hakikat Al-Quran. Lebih dari itu,
akhlak beliau merupakan perwujudan landasan dan metode pendidikan yang
terdapat di dalam Al-Qur’an.
Pada dasarnya, manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan
anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus
menjadikan perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat
Allah. Pendidikan Islami merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan
Allah. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di
hadapan anak didiknya, setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan
benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku
ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat
diaplikasikan.32
Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi
teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya.
Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh
segala sesuatu yang baik-baik dalam perkatan dan perbuatan.33

b. Mendidik Dengan Metode Pembiasaan


Menurut John Locke yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar
Tak Salah Mendidik, mengatakan, “Perbuatan-perbuatan baik saja tidak cukup.
Seorang pelajar harus terus menerus melakukan perbuatan baik itu secara
berulang-ulang sehingga menjadi wataknya. Kebiasaan membuat segala sesuatu
menjadi lebih memudahkan daripada kesadaran yang hanya digunakan dalam
kondisi-kondisi tertentu.”

Jadi praktik pembinaan diri itu lebih mudah diciptakan oleh kebiasaan.
Dengan pembiasaan kita akan sukses membina seseorang. Dan kalau anak-anak
sejak kecil dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka ia akan
32
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 260-262.
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.287
20

menyukai perbuatan tersebut dan tidak mungkin lagi meninggalkannya. Anak-


anak sejak kecil belum terbiasa melakukan perbuatan apapun, tapi kalau
dibiasakan melakukan perbuatan baik maka ia akan terbiasa dengan perbuatan
baik itu dan begitu pula sebaliknya karena terus menerus melakukan perbuatan
buruk maka akan terbiasa dengan perbuatan buruk tersebut.34
Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian
manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui
penbiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi
orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu
dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika
seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan
dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan
murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.35
Anak-anak itu bak kertas putih kosong melayang-layang, siapapun bisa
menggenggamnya dan menciptakannya menjadi anak-anak baik atau buruk
melalui pembiasaan. Potensi yang ada di dalam dirinya akan aktif dengan
pembiasaan. Alam anak-anak adalah alam yang masih bisa dibentuk, kebiasaan
baik atau buruk itulah yang akan mencetak kepribadiannya.36
Cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an dalam memberikan materi
pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal
ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negarif. Kebiasaan ditempatkan
oleh manusia sebagai suatu yang istimewa. Ia menghemat banyak sekali kekuatan
manusia, kerena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar
kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang
pekerjaan, berproduksi, dan kreativitas lainnya.
Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode
pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan,
sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa
kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.37

34
Ibrahim Amini, op. Cit., h. 300.
35
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 164.
36
Ibrahim Amini, op. Cit, h. 303.
37
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 153.
21

c. Mendidik dengan Nasihat


Al-Qur’an al-Karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati
untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang
kemudian yang dikenal sebagai nasehat. Tetapi nasehat yang disampaikannya ini
selalu disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau penyampai
nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni nasehat dengan
metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling melengkapi.38
Salah satu metode yang masih efektif dalam pembinaan karakter adalah
memberi nasihat, nasihat memiliki pengaruh yang besar.
Nasihat itu cukup ampuh dalam membangunkan kesadaran seseorang, bahkan
lebih dari itu karena setiap orang secara alamiah memerlukan nasihat. 39
Sebagaimana al-Qur’an mengatakan,

           

  


Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu
dan penyembah apa yang ada di dalam hati serta petunjuk dan rahmat untuk
orang-orang yang beriman (QS. Yunus: 57).40

Menurut ayat di atas, nasihat itu terbagi kepada dua kategori: nasehat yang
baik dan nasihat yang tidak baik. Seluruh nasihat-nasihat Rasulullah itu baik
karena berkesan di hati dan tidak menimbulkan dampak yang buruk.41

d. Mendidik dengan Metode Hukuman dan Ganjaran


Menurut Muhammad Qutbh yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya
Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan: “Bila teladan dan nasihat tidak mampu,
maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan
persoalan di tempat yang benar. Tindalan itu tegas adalah hukuman.”

38
Ibid., h. 150.
39
Ibrahim Amini, op. Cit., h. 327.
40
K ementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,....h. 289
41
Ibrahim Amini, op. Cit., h. 328.
22

Islam menggunakan seluruh teknik pendidikan, tidak membiarkan satu


jendela pun yang tidak dimasuki untuk sampai ke dalam jiwa. Islam menggunakan
contoh teladan dan nasihat, tetapi disamping itu juga menempuh cara menakut-
nakuti dan mengancam dengan berbagai tingkatannya, dari ancaman sampai pada
pelaksanaan ancaman tersebut.
Dengan demikian, keberadaan hukuman diakui dalam Islam dan digunakan
dalam rangka membina ummat manusia melalui kegiatan pendidikan. Hukuman
dan ganjaran ini diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang lebih bersifat
khusus. Hukuman untuk orang yang melanggar dan berbuat jahat, sedangkan
pahala untuk orang yang patuh dan menunjukkan perbuatan baik.42

e. Metode Pendidikan dengan Bercerita


Metode ini yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup
terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul yang hadir di
tengah mereka.43 Misalnya sebuah ayat yang mengandung nilai pedagogis dalam
sejarah digambarkan sebagai berikut:

            

            

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi


orang- orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman. (QS. Yusuf: 111).44

Juga kisah tentang dua anak Adam yang saling bermusuhan dan mendengki di
antara mereka yang dikisahkan dalam surat Al-Maidah, sedang salah seorang dari
mereka ada yang berwatak luas dada dan kasih sayang, jelas dimaksudkan sebagai

42
Abuddin Nata, op. Cit., h. 155-158
43
Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 111
44
K ementrian Agama RI, op.Cit., h. 334-335
23

contoh teladan tentang perlunya pembinaan akhlak dan rasa kasih sayang serta
rasa tenggang rasa dalam diri anak didik sehingga dia mampu hidup saling
bergotong royong dalam masyarakat di masa dewasanya. 45 Sebagaimana firman
Allah tentang hal ini adalah sebagai berikut:

              

           
“Dan ceritakanlah(Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang
kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan korban, maka diterima salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil) Ia berkata
(Qabil): Aku pasti akan membunuhmu”.”Habil berkata: Sesungguhnya Allah
menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27).46
.
Cerita bagi anak-anak, benar-benar dihayati sebagai suatu kenyataan yang
hidup serta dapat membentuk dalam jiwanya suatu pola peniruan (imitasi) tentang
sifat dan watak serta nilai yang terkandung di dalam cerita tersebut. Di masa
dewasanya cerita demikian berpengaruh dalam jiwanya.47

6. Media Pendidikan Karakter


Di dalam pendidikan, alat/media itu sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran, sebab alat/media pembelajaran itu mempunyai peran yang besar
dan menentukan terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Menurut Abu Bakar Muhammad yang dikutip oleh Ramayulis, berpendapat
bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah: (1) mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2) mampu
mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan
menarik, (3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri
kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk
mempelajari sesuatu, (4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan
pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta (5)
menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya,
memperhalus perasaan dan cepat belajar.

45
Nur Uhbiyati, op. Cit., h. 112-113
46
Kementrian Agama RI, op.Cit., h. 148-149
47
Nur Uhbiyati, op. Cit., h. 114
24

Dari uraian pendapat-pendapat di atas, jelas peran media itu penting sekali.
Begitu pentingnya arti alat/media itu maka sudah barang tentu di dalam
pendidikan Islam perlu dilengkapi dengan berbagai media dan tidak hanya
sekedar ceramah saja. Misalnya, tatkala guru mengajarkan materi tentang
pelaksanaan haji. Pembelajaran akan lebih mengena jika disajikan dalam bentuk
demonstrasi atau film/video. Selain itu juga materi ajar membaca al-Qur’an akan
lebih tertunjang dengan dibantu dengan video seseorang yang fasih dalam
membaca al-Qur’an. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
Selain alat/media yang berupa benda perlu dikembangkan dalam pendidikan
Islam, alat/media yang bukan berupa benda pun perlu juga mendapatkan perhatian
yang serius, sebab pada umumnya alat/media yang bukan berupa benda lebih
banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna, sehingga
murid-murid akan memiliki akhlak yang luhur dan karakter yang baik.
Dengan demikian, apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan
mengembangkan alat/media pembelajaran tersebut di dalam pelaksanaan
pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang
materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak yang tinggi.
Sehingga besar kemungkinan dengan memperhatikan alat/media pembelajaran itu
tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara efektif dan efisien.48

7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter


Setiap orang yang berada dalam lembaga pendidikan (keluarga, sekolah dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna
dan institusi tersebut. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini, Ki
Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri
Pusat Pendidikan. Maksudnya, tiga pusat pendidikan secara bertahap dan terpadu
mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga
penanggung jawab pendidikan ini dituntut melakukan kerja sama di antara mereka
baik secara langsung, dengan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan mendidik yang

48
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 304-305.
25

dilakukan oleh orang tua terhadap anak juga dilakukan oleh sekolah dengan
memperkuatnya serta dikontrol oleh masyarakat sebagai sosial lingkungan anak.49

a. Pendidikan Informal (Informal Education)


Lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama,
mengandung arti bahwa anak pertama kali mengenal dan menerima pendidikan
dari keluarga, yaitu orang tua mereka dan seluruh personal yang ada dikeluarga
tersebut. Sedangkan yang utama adalah anak didik berada di keluarga yang paling
lama waktunya dibandingkan pada lembaga pendidikan yang lain. Dengan
demikian, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang Paling dasar. Oleh
karena itulah, lembaga pendidikan keluarga dapat dikatakan sebagai lembaga
pendidikan yang paling pertama dan utama.
Pengaruh dan fungsi pendidikan pada keluarga sangat penting, yaitu
mengawali pembentukan kepribadian yang kuat, membentuk keyakinan agama,
moral dan nilai budaya yang berlaku pada keluarga dan warga masyarakat. Pada
gilirannya, nilai-nilai yang tertanam pada keluarga itulah yang akan membentuk
nilai-nilai masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun manusia
indonesia yang utuh, yaitu manusia insal kamil.50
Rasulullah Saw, memberikan sebuah konsep perubahan perilaku yang sangat
bergantung pada perkembangan yang terjadi dilingkungan anak, terutama
orangtua yang memiliki peran besar dalam perubahan perilaku tersebut. Dengan
kata lain, baik dan buruknya anak sangat bergantung pada perilaku orangtuanya.
Tepat tidaknya pola pendidikan yang diterapkan oleh orangtua sangat menentukan
perkembangan anak. Karena itu, sebagai orangtua perlu belajar dari kisah-kisah
dalam Al-Qur’an. Orangtua tidak bisa hanya mengandalkan logika terbatas yang
kita miliki, tetapi harus berpegang pada Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran
yang hakiki.51

49
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 37-38.
50
Mohammad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan
Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 40.
51
Najib Sulhan , Anakku Penyejuk Jiwaku Pola Pengasuhan Islami Untuk Membangun
Karakter Positif Anak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), h. 21.
26

Dalam lingkungan keluarga, orangtua menentukan pola pembinaan pertama


bagi anak. Ajaran Islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara
keluarganya dari bahaya siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta
agar tidak menjadi fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya.
Pendidikan anak mutlak dilakukan oleh orangtuanya untuk menciptakan
keseluruhan pribadi anak yang maksimal. Anak harus mengetahui yang jenis-jenis
kebajikan dan keburukan, dapat memilih dan memilahnya sekaligus
mengamalkannya.
Lingkungan keluarga diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada anak-
anaknya karena anak adalah titipan Allah sebagai amanah yang wajib dijaga
perkembangannya.52
Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama
anak belum dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada
kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka
mengintimidasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya.53
Sesungguhnya anak sebagai kertas putih yang siap ditulis dengan warna,
gambar, dan coretan apapun. Diantara orang yang berpengaruh memberi warna
pada kertas putih tersebut adalah orang tuanya, gurunya atau orangtua asuh bagi
anak yatim. Orang tua mempunyai peranan sebagai teladan pertama bagi
pembentukan pribadi anak.54
Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak
yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan
di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga
menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolah maupun dalam
masyarakat.

52
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), h. 113-114.
53
Hasbullah, op. Cit., h. 115.
54
Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For
Islamic Curriculum, 2013), h. 3.
27

Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam


lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang
berpribadi dan berguna bagi masyarakat.55
Lingkungan keluarga menjadi tolak ukur keberhasilan anak dalam
pendidikan. Oleh karena itu, terutama orangtua yang memikul tanggung jawab
terbesar dalam pendidikan anak, sepatutnya mengembangkan potensi dirinya
melalui keikutsertaannya dalam acara-acara yang bermanfaat, misalnya pengajian,
berorganisasi, dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu pengetahuannya semakin
berkembang dan memberi manfaat untuk pengembangan pendidikan Islam dalam
lingkungan keluarga.56

b. Pendidikan Formal (Formal Education)


Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam
membentuk manusia yang berkarakter. Sebagai lembaga pendidikan formal,
sekolah terdiri dari pendidik dan anak didik. Antara mereka sudah barang tentu
terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru dengan murid-muridnya maupun
antara murid dengan murid.57
Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan
intelektual dan psikologi anak didik, karena di sekolah tempat berkumpulnya anak
dari berbagai keluarga dan berasal dari masyarakat yang berbeda pula. Sekolah
juga mempunyai peran membentuk kepribadian anak didik, sekolah akan
menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat anak didik sehingga menjadi
seorang ahli yang berguna untuk dirinya dan untuk bangsanya.58
Adapun pendidik atau guru mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendidik anak di sekolah, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap,
tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak
didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik agar

55
M. Ngalim Purwanto Mp, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 79
56
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit.h. 115.
57
Hasbullah, op. Cit., h. 116.
58
Mohammad Surya, Abdul Hasim, dan Rus Bambang Suwarno, op. Cit., h. 41-42.
28

menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di
masa yang akan datang.
Adapun sebagai pendidik guru mempunyai peranan sebagai berikut:
1. Korektor bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak didik memiliki
kemampuan memilih yang terbaik bagi kehidupannya.
2. Inspirator, yaitu yang memberikan ide-ide positif bagi pengembangan
kreativitas anak didiknya.
3. Informator yang memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya agar ilmu pengetahuan anak didik
semakin luas dan mendalam.
4. Organisator yang memiliki kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran
dengan baik dan benar.
5. Motivator yang mendorong anak didiknya semakin aktif dan kreatif dalam
belajar.
6. Inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dan kemajuan
pendidikan.
7. Fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagi
kegiatan belajar anak didiknya.
8. Pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak didiknya ke arah
kehidupan yang bermoral, rasional, dan berkepribadian luhur sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan semua norma yang berlaku di masyarakat.
9. Demonstrator, yaitu memberikan contoh dan mempraktikan berbagai alat
pembelajaran agar anak didik cepat memahami bahan ajar yang disampaikan.
10. Pengelola kelas yang memanfaat kelas agar dijadikan tempat pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menggairahkan anak didik.
11. Mediator, yaitu sebagai alat ukur bagi anak didik dalam menilai hasil
pembelajaran anak didik, atau perantara antara ilmu pengetahuan dan anak
didiknya.
12. Moderator dalam berbagai kegiatan anak didik, misalnya dalam diskusi dan
sejenisnya.
29

13. Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap
proses pengajaran. Guru berperan sebagai pengawas dan pengendali serta
pembina proses pembelajaran dan administrasinya.
14. Evaluator, yaitu menilai semua aktivitas pembelajaran anak didik, baik dalam
proses pembelajaran maupun hasil belajar anak didik, sehingga akan dapat
memperbaharui dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik.
Peranan guru dalam lingkungan sekolah merupakan aset utama bagi
pengembangan pendidikan Islam.59
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan
dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam
keluarga. Di samping itu, Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang
menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat
kelak. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang
diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi).60

c. Pendidikan non formal (Non-Formal Education)


Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik
akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan
masyarakat. Di lingkungan inilah, ilmu pengetahuannya diamalkan. Jika anak
didik mampu mengamalkan ilmu pengetahuan Islam dengan baik dan benar dalam
pergaulannya di lingkungan sekolah, hal itu merupakan indikator keberhasilan
pendidikan Islam di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.61
Dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga
pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan,
pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan
anak.62

59
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 118-120.
60
Hasbullah, op. Cit., h. 46.
61
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122.
62
Hasbullah, op. Cit., h. 117.
30

Dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai


kejadian atau peristiwa yang baru, asing, yang baik dan yang buruk, yang patut
ditiru atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan yang tercela. Jelasnya, banyak
peristiwa dan karakter kehidupan manusia yang memberikan pengaruh positif atau
negatif terhadap kehidupan anak didik ketika berada di lingkungan masyarakat.63
Lingkungan memiliki dampak besar terhadap perkembangan. Orang tua tidak
dapat melepaskan anak begitu saja kepada lingkungan sesuka dia. Pola hidup,
budaya, perilaku, serta kondisi sosial anak kita pertaruhkan disini. Oleh sebab itu
arahkanlah anak kepada lingkungan yang kondusif terhadap misi pembinaan kita.
Perhatikanlah lingkungan anak bermain, lingkungan sekolahnya, dan lingkungan
pergaulannya. Bila orang tua ingin pembinaan tetap pada harapannya, maka
sebaiknya:
1. Kalau ingin anaknya shaleh, pergaulkan anak kita harus dengan orang
yang berakhlak baik.
2. Kalau ingin anaknya pandai, lingkungan pergaulannya harus bersama-
sama orang yang padai.
3. Kalau ingin anaknya kaya, ia juga harus memiliki lingkungan orang kaya.
Di samping tentunya juga berinteraksi dengan lingkungan yang kurang
mampu tempat membaktikan karunia yang dilebihkan Allah padanya.
4. Kalau ingin anaknya sehat, perhatikan kesehatan diri, tempat tinggal dan
juga lingkungannya.
Salah satu faktor penyebab lingkungan sangat menentukan masa depan anak
karena lingkungan adalah gambaran sehari-hari yang terlihat dan tempat
berinteraksi. Gambaran itulah yang akan masuk ke alam bawah sadar anak.
Hingga bila interaksi tersebut berproses terus menerus, gelombangnya akan
menguat dan memacu keinginan serta tekad seseorang untuk mengintimidasi
mereka yang sering bersamanya.64

63
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122-123.
64
Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, (Jakarta: Reseach Institute For
Islamic Curriculum, 2013), h. 105-106.
31

8. Evaluasi Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan
lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak
dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter “jujur”
atau belum, memerlukan suatu evaluasi.
Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk
menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara terencana,
sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas.
Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah anak
sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam
kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi evaluasi dalam konteks pendidikan
karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar (indikator)
karakter yang ditetapkan oleh guru atau sekolah.
Tujuan evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi pendidikan karakter ditujukan
untuk:
1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah
indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu.
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat
oleh guru.
3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh
anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah.
Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami bahwasanya
evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi
juga pengalaman anak di sekolah dan di rumah.
Fungsi evaluasi pendidikan karakter. Hasil evaluasi tidak akan memiliki
dampak yang baik jika tidak difungsikan semestinya. Ada tiga hal penting yang
menjadi fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu:
1. Berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran
(instructional) yang didesain oleh guru.
2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah .
32

3. Berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial,


pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik.
Evaluasi terhadap tumbuh kembang suatu karakter pada anak bukanlah suatu
hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini suatu yang mustahil untuk dilakukan
oleh guru. Evaluasi karakter merupakan upaya untuk mengidentifikasi
perkembangan capaian hirarki perilaku (berkarakter) dari waktu ke waktu melalui
suatu identifikasi dan /atau pengamatan terhadap perilaku yang muncul dalam
keseharian anak. Bahwa suatu karakter tidak dapat dinilai dalam satu waktu (one
shot evaluation), tetapi harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus menerus
dalam keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah. Karena itu,
penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut. Evaluasi di
kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya. Evaluasi di
sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri, teman-temannya, guru lainnya
(termasuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah), pustakawan, laboran,
tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah
melibatkan peserta didik, orang tuanya.65
Evaluasi terhadap berkarakter atau tindakan seorang anak, berkaitan dengan
usaha guru mengembangkan keterampilan mengobservasi dan melakukan
pertimbangan segi kuantitas dan kualitas perilaku termasuk pekerjaan peserta
didik yang melingkupi dan memenuhi tujuan aktivitas belajar peserta didik. 66
Untuk pelaksanaan tugas penilaian tersebut, sejumlah teknik penilaian dapat
dipilih oleh guru misalnya memberikan catatan khusus (anekdot) misalnya dalam
buku catatan prilaku/akhlak/karakter siswa.
Dalam setiap pembelajaran, peserta didik itu unik. Mereka memiliki
perbedaaan satu sama lain. Latar belakang sosial dan ekonomi keluarganya, minat,
harapan, motivasi, kemampuan, perasaan, kreativitas, dan penampilan dalam
kegiatan belajarnya berbeda-beda. Tidaklah mungkin mereka diperlakukan atau
dilayani dengan cara disamaratakan. Dalam penilaian pun, peserta didik itu sangat

65
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 137-141.
66
Ibid, h. 147.
33

memerlukan perlakuan individual. Mereka penting dinilai kegiatan dan hasil


belajarnya berdasarkan kemampuan dirinya.67

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang banyak mengangkat materi tentang
karakter. Adapun penelitian yang penulis jadikan perbandingan adalah penelitian
yang dilakukan oleh Ulfa Adilla dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama
Islam Berbasis Karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”. Dan penelitian
yang di lakukan oleh Anhar Mutakin dengan judul “Efektivitas Pembelajaran PAI
Dalam Membentuk Karakter Bangsa”. Demikian dengan penelitian yang di
lakukan oleh penulis dengan judul “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di
SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”. Maka dari penelitian tersebut
dapat di simpulkan beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla lebih menekankan kepada
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter, sedangkan
penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin lebih berorientasi kepada
Efektivitas Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Bangsa.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan
kepada Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal
Pondok Cabe Ilir Pamulang.
2. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla adalah untuk
mengetahui meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Sedangkan tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh
Anhar Mutakin adalah untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran PAI
dalam Membentuk Karakter Bangsa pada Siswa SMP Dwi Putra.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk

67
Ibid, h. 147.
34

mengetahui Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter yang di Terapkan di


SDIT Nurul Amal.
3. Persamaan dari penelitian yang di lakukan dengan Ulfa Adilla, Anhar
Mutakin dan penulis adalah masing-masing mengangkat tentang karakter .
4. Metodologi yang di gunakan oleh Ulfa Adilla, Anhar Mutakin dan penulis
dalam melakukan penelitian adalah metode penelitian kualitatif.
5. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla adalah
bahwa Implementasi Pendidikan agama Islam berbasis karakter yang
meliputi religius, jujur, tanggung jawab, toleransi, disiplin, peduli
lingkungan, gemar membaca di MTS Pembangunan UIN Jakarta cukup
baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan di
Implementasi. Sedangkan kesimpulan yang di dapat dari penelitian yang di
lakukan oleh Anhar Mutakin adalah terdapat Efektivitas pembelajaran PAI
yang di lakukan di sekolah SMP Dwi Putra, sehingga mampu membentuk
karakter bangsa dalam diri siswa. Dan kesimpulan dari hasil penelitian
penulis adalah penerapan pendidikan berbasis karakter di SDIT Nurul
Amal menunjukkan hasil yang baik karena aspek nilai-nilai karakter yang
dituju tercapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian secara langsung di SDIT
Nurul Amal yang berlokasi di Jalan Selada II Rt 004/011 Pondok Cabe Ilir
kecamatan Pamulang Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap bulan Februari sampai bulan April 2014.

B. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi lapangan (Field
Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini agar
dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih objektif dan akurat.
Adapun dalam pembahasannya, penulis menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif analisis, yakni memaparkan secara mendalam
dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dipilih yaitu guru, Wakil Bidang
Kurikulum dan siswa SDIT Nurul Amal.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengamati
secara langsung. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
macam teknik pengumpulan data dan tentu saja hal ini disesuaikan dengan
masalah yang akan diteliti. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:

35
36

1. Observasi
Menurut Nasution yang dikutip oleh sugiyono: “observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.1 Selain itu
observasi dilakukan untuk memperoleh data sekolah dan untuk mengetahui
tentang keadaan SDIT Nurul Amal, baik fisik (sarana dan prasarana), struktur
organisasi, proses pendidikan, keadaan guru dan siswanya.
2. Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi yang diberikan responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah
angket langsung dan bersifat tertutup, artinya jawaban telah disediakan dan
responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai. Adapun jumlah pertanyaan
yang disediakan adalah 20 item pertanyaan.
3. Wawancara
Dalam rangka memperoleh data/informasi yang lebih terperinci dan untuk
melengkapi data yaitu dengan wawancara. Wawancara yaitu mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.2 Wawancara dalam
penelitian ini diajukan kepada guru PAI dan kepada Wakil Bidang Kurikulum
mengenai Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Nurul Amal.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang diperoleh
melalui pengumpulan dokumen-dokumen. Yaitu pengumpulan data-data dan
informasi yang di perlukan dalam membantu penyelesaian skripsi ini, seperti
sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawan, serta
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Nurul Amal.

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung : Alfabeta,
2008), hal. 226
2
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989),
hal. 192.
37

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data


Dalam pemeriksaan atau pengecekan data ini peneliti menggunakan triagulasi
data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik Triagulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Pada penelitian ini penulis
membandingkan data yang diperoleh dari observasi dengan hasil wawancara
wakil bidang kurikulum dan guru PAI dalam rangka membantu peneliti dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Yaitu menggunakan angket. Angket ini dalam bentuk
Questioner yang diperuntukan kepada siswa SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir
untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan karakter.

Tabel 1
Kisi-kisi Quesioner
No Pertanyaan Sub Pokok Aspek yang No Jumlah
Pokok Pertanyaan diungkapkan Item Item
Penelitian
1 Pendidikan 1.1 Religius - Sikap dan 1, 2, 3, 5
Karakter perilaku yang 4, 5
patuh dalam
melaksanakan
ajaran agama

1.2 Jujur - Dapat dipercaya 6, 7, 8, 5


dalam perkataan, 9, 10
tindakan dan
pekerjaan
38

1.3 Disiplin - Tertib dan patuh 11, 12, 5


kepada berbagai 13, 14,
ketentuan 15

1.4 Tanggung - Melaksanakan 16, 17, 5


Jawab tugas dan 18, 19,
kewajiban, baik 20
terhadap diri
sendiri,
masyarakat,
lingkungan,
negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisa data merupakan salah satu tahapan yang dikerjakan setelah
memperoleh informasi melalui beberapa teknik pengumpulan data, analisis data
ini bertujuan menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi
suatu data yang teratur, tersusun dan lebih berarti.
Dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dengan menggunakan
prosentasi.
Adapun rumusan yang penulis akan gunakan dalam analisis data adalah
rumus prosentase, yaitu:
F
Rumus; P = ____ X 100 %
N
Keterangan:
P = Angka Prosentase
F = Frekuensi yang dicari prosentasenya
N= Jumlah frekuensi/banyaknya individu
39

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir


1. Sejarah Berdirinya SDIT Nurul Amal
Sekolah SDIT Nurul Amal didirikan tahun 1991 secara geografis keberadaan
sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal berada di Jl Selada II Pondok Cabe Ilir
Pamulang Tangerang Selatan. SDIT Nurul Amal berada ditengah perumahan
penduduk yang boleh dikatakan cukup padat dan sekolah tersebut terletak di tanah
seluas 2500 meter dengan luas halaman yang dilengkapi saung-saung dan terdapat
lapangan Bulu tangkis serta lapangan Basket, dilingkungan sekolahpun terdapat
Mushalla sebagai sarana ibadah siswa, sehingga sejak dini siswa terbiasa
melakukan ibadah terutama shalat lima waktu. Didalam kelas juga didesain
bagaikan keadaan ruangan rumah agar anak terkesan lebih nyaman karena di
SDIT Nurul Amal ini anak belajar satu hari mulai dari jam 7.30 sampai dengan jm
4 sore.
Suasana kehidupan kepribadian sekolah tercermin dari prilaku siswa dan
gurunya dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan keagamaan, sampai
kegiatan pengamatan dan teknologi yang menunjang kegiatan belajar mengajar,
dari penbelajaran dikelas sampai diskusi-diskusi dikalangan siswa/siswinya serta
portofolio dan plublikasinya didukung oleh budaya mutu yang dilandasi oleh sifat
teliti, tekun, rajin, sabar, tabah dan ulet serta tuntas dan didukung suasana yang
kondusip dalam mendorong pendidikan siswanya yang dikenal dengan tujuh
prinsip Sekolah Dasar Islam Terpadu yaitu belajar dan mendidik sebagai suatu
panggilan yang mulia, berlaku jujur dan adil, kasih sayang dan cinta pada sesama,
kerjasama dengan keselarasan untuk melayani, peka terhadap perubahan dan cepat
menyesuaikan diri kemajuan zaman, komitmen terhadap mutu, dan bersyukur dan
berterima kasih.

39
40

Tujuan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal adalah memberikan


pendidikan terpadu yang bermutu kepada masyarakat dalam menghadapi situasi
persaingan dan kerjasama global, dan membentuk pribadi yang mampu belajar
sepanjang hayat dan berkarakter, yang dikelola oleh sumber daya manusia
profesional dan berkomitmen.

2. Visi dan Misi SDIT Nurul Amal


a. Visi SDIT Nurul Amal
Menjadi sekolah model unggulan terpadu, yang berkarakter dan berwawasan
global.
b. Misi SDIT Nurul Amal
1. Menyelenggarakan Pendidikan Islam Terpadu dalam suasana yang
nyaman dan menyenangkan
2. Mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia, berkarakter dan
mempunyai kreativitas berfikir tinggi, berjiwa sosial dan mandiri;
3. Serta mengembangkan keterampilan kepemimpinan (Leadership) dan
kewirausahaan (Entrepreneurship)
4. Membidani lahirnya peserta didik yang unggul dan mampu menghadapi
persaingan dan kerja sama Global.1

3. Struktur organisasi SDIT Nurul Amal


Organisasi merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda administrasi
sebab melalui organisasi akan tercipta suatu kerjasama yang baik, dan dari
kerjasama yang baik itu akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Di dalam organisasi terdapat berbagai macam ketentuan dan aturan yang
berupa kewajiban, hak dan tanggung jawab untuk mencapai maksud dan tujuan
serta cita-cita bersama. Oleh karena itu, proses pendidikan di SDIT Nurul Amal
pun perlu adanya struktur organisasi agar tercapai maksud yang dicita-citakan.
Adapun struktur organisasi SDIT Nurul Amal sebagai berikut:

1
Company Profile SDIT Nurul Amal
41

Tabel 2
STRUKTUR ORGANISASI
SD ISLAM TERPADU NURUL AMAL
PD. CABE ILIR

Ketua Yayasan

H. Asrof

Kepala Sekolah

Munawarah S. Ag

Komite Sekolah Tata Usaha

Suriyati Misbah

Wakabid Kurikulum Wakabid Kesiswaan

Syaidah S.Ag Abdullah S.Pd.I

Wakabid
Sarana/Prasarana

Muhidin

Bid. Keamanan Staf Pendidik

Taufik & Iwan

Peserta Didik
42

4. Keadaan Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal


Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan beajar
mengajar. Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih.
Mengingat beratnya peran guru, maka seorang guru harus menjalankan tugasnya
dengan baik.
Begitu pula para pegawai atau juga yang disebut dengan karyawan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar yang harus dilakukan demi
lancarnya kegiatan belajar mengajar.

Tabel 3
Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal

No Nama L/P Pendidikan Jabatan

1 Munawarah S.Ag P SI UMJ Kepala Sekolah


2 Syaidah S.Ag P SI UIN Guru
3 Siti Soleha S.PsI P SI UIN Guru
4 Suriyah S.Pd.I P SI UIN Guru
5 M.Junaidi L PHYQ Guru
Kudus
6 Hepi Nurbaiti S.Pd.I P SI UIN Guru
7 Abdullah S.Pd.I L SI UIN Guru
8 Ayi Rokayah A.ma P D2 Citra Guru
Didaktika
9 Moh.Abdul Munir S.Ag L SI UIN Guru
10 Muhidin L SMA Guru
11 Masruroh S.Pd.I P SI UMJ Guru
12 Mursalim S.Pd.I L SI UIN Guru
13 M.Zaky Ilyas S.Pd.I L SI UMJ Guru
14 Dian Suryani S.Pd.I P SI UMJ Guru
43

15 Siti Fauziah S.PdI P SI UIN Guru


16 Putri Diana Sri Utami S.PdI P SI UIN Guru
17 Fajar S. PdI L SI UMJ Guru
18 Mika Dwi R. S. PdI P SI UMJ Guru
19 Misbah A.md L D3. UMJ Tata Usaha
20 Taufik L SMA Penjaga Keamanan
21 Irwan L STM Penjaga Keamanan
22 Rohama P - Petugas Kebersihan
23 Suroh P SMP Petugas Kebersihan
25 Muni P - Petugas Kebersihan
Sumber: Data Sekolah

5. Keadaan Siswa SDIT Nurul Amal


Murid atau siswa merupakan salah satu faktor pendidikan yang juga
mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya murid akan turut
memperlancar jalannya proses pendidikan, karena tanpa adanya murid proses
pembelajaran tidak akan terjadi atau berlangsung.

Tabel 4
Data Siswa SDIT Nurul Amal Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I, II, III, IV, V, VI 180 144 324


Sumber: Data Sekolah

6. Sarana Prasarana SDIT Nurul Amal


Sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam pembahasan ini yang dimaksud adalah fasilitas-fasilitas yang
dimiliki oleh SDIT Nurul Amal dalam rangka menunjang terlaksananya proses
pendidikan.
44

Tabel 5
Sarana dan Prasarana
No Sarana/Prasarana Jumlah

1 Ruang Kelas 14
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Mushola 1
6 Lab Komputer 1
7 Ruang UKS 1
8 Gudang 1
9 Ruang BP/BK 1
10 Kantin 1
11 Lapangan Olah Raga 1
13 Ruang Toilet/WC 12
Sumber: Data Sekolah

7. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal


Program di sekolah ini menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan karena
sekolah ini memang mempunyai tujuan mencetak anak-anak didik yang beriman,
berilmu dan berakhlak sholeh sehingga menjadi anak-anak sesuai dengan harapan
para orangtua yaitu mempunyai anak-anak yang sholeh, pintar, kaya dan sehat.
Selain itu di sekolah ini dari pelajaran umum juga pelajaran keagamaan tidak saja
dalam bentuk belajar di kelas. Akan tetapi langsung diaplikasikan /diterapkan
setiap hari mulai dari tadarus Al-qur’an, do’a-do’a harian , bacaan sholawat,
membaca Iqra, dan shalat sunnat.
Pengembangan ibadah peserta didik/siswa-siswi selalu dilaksanakan dalam
keseharian dilingkungan sekolah mulai dari tadarus Al-quran setiap hari ketika
baru masuk kelas sebelum memulai kegiatan belajar, shalat sunnat Dhuha ketika
jam istirahat setelah melaksanakan kegiatan belajar sesi pertama, melaksanakan
45

shalat dzuhur berjamaah pada jam istirahat sesi kedua, membaca Iqra dan Al-
quran serta do’a-do’a harian pada masing-masing siswa setelah melaksanakan
kegiatan makan siang, dan pada setiap hari jum’at juga anak-anak di didik untuk
mengeluarkan shodaqoh dan shalat jum’at bagi siswa laki-laki setelah kelas III.
Guru-guru SDIT Nurul Amal bukan saja dalam menerangkan pelajaran
memasukkan nilai-nilai karakter, akan tetapi dalam keseharian itu di terapkan
pada peserta didik, sebagai contoh dalam berbicara saja ada peraturannya, peserta
didik tidak boleh berkata atau bicara kasar, harus bersikap baik, tidak boleh
bertengkar dan saling mengejek dengan teman, dan selalu meminta maaf jika
berbuat kesalahan, ini ada peraturannya dan sangsinya. Pergaulan peserta didik di
sekolah ini cukup baik dengan konsekwensi peraturan yang dibuat bersama antara
murid dengan guru terhadap kesalahan yang dilakukan, sehingga baik perkataan,
sikap dan prilaku siswa dapat terjaga.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal selain membentuk peserta didik
supaya menjadi anak-anak yang berakhlak dan mempunyai karakter yang baik,
sekolah ini juga selalu melibatkan siswa-siswinya dalam kegiatan hari-hari besar
Islam, seperti santunan di bulan Muharram dengan tujuan agar didalam diri
peserta didik ada rasa empati dan perduli terhadap sesama.
Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal tidak hanya mendidik
anak menjadi cerdas dan terampil saja, melainkan juga yang sangat penting adalah
bagaimana membangun karakter, sikap dan prilaku sehingga menjadi manusia
yang berbudi dan beradap serta berakhlakul karimah yang sangat dibutuhkan
dalam pergaulan kehidupan kini dan akan datang. Seperti, kejujuran, kesopanan,
tanggung jawab, kerjasama, toleransi, kedamaian, displin, keadilan, cinta
kebahagiaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan penghargaan. 2
Metode pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Nurul Amal seperti
pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan bercerita metode tersebut sangat
penting dan berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya
metode yang di gunakan untuk pembentukkan karakter siswa SDIT Nurul Amal di

2
Hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum dan guru PAI SDIT Nurul Amal, pada
tanggal 17-18 April 2014.
46

sekolah inipun dalam pembelajaran guru menggunakan media visual dan audio
visual dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul
Amal tidak hanya metode dan media yang digunakan untuk membentuk karakter
siswa, tetapi juga di lakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah
anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah
dalam kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi
yang di lakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan
dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam prilaku anak. Misalnya dalam bentuk
perkataan, perbuatan dan sebagainya. Sekolah memberikan catatan khusus
(anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa.
Tabel 6
Kegiatan Ekstrakurikurer

No Kegiatan

1 Pramuka
2 Karate
3 Drum Band
4 Iqra
5 Marawis
6 Futsal
7 Menari
Sumber: Data Sekolah

B. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil data dengan menggunakan angket
yang disebarkan kepada responden yaitu siswa SDIT Nurul Amal kelas v, yang
berjumlah 36 siswa. Angket ini berisi 20 pertanyaan. Setelah dilakukan
penyebaran dan pengumpulan angket sebanyak 20, maka data tersebut
dideskripsikan secara lengkap, sehingga akan diperoleh kesimpulan sebagai
jawaban dari persoalan dalam membahas penelitian ini. Untuk memudahkan
menganalisis data hasil angket tersebut, maka setiap item dibuat tabulasi yang
47

merupakan proses merubah data dari instrumen pengumpulan data (angket)


menjadi tabel-tabel angka (persentase). Untuk lebih memperjelas informasi
mengenai angket penulis juga mengadakan wawancara kepada guru agama dan
wakil bidang kurikulum SDIT Nurul Amal untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel-tabel berikut:

Tabel 7
Mengucapkan salam bila bertemu dengan guru

No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase


1 a. Selalu 36 100%
b. Sering 0 0%
c. Kadang-kadang 0 0%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Salam tidak hanya sekedar ucapan, salam merupakan do’a dan ini dibuktikan
oleh siswa SDIT Nurul Amal yang selalu memberikan salam ketika bertemu
dengan guru.
Data di atas terlihat bahwa perilaku siswa dalam mengucapkan salam bila
bertemu dengan guru masih dilakukan dengan sangat baik karena sekitar 100%
menjawab selalu, yang menjawab sering 0%, sedangkan yang menjawab kadang-
kadang 0%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data di atas menunjukkan
bahwa penerapan pendidikan karakter di sekolah ini sangat baik hal ini dibuktikan
hanya 0% siswa yang menjawab tidak pernah mengucapkan salam bila bertemu
dengan guru.
48

Tabel 8
Sebelum dan sesudah proses belajar mengajar siswa selalu membaca do’a
bersama-sama.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
2 a. Selalu 36 100%
b. Sering 0 0%
c. Kadang-kadang 0 0%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Do’a adalah hal yang sangat penting dalam segala keadaan, baik sebelum
melakukan pekerjaan maupun setelah melakukan pekerjaan. Do’a adalah
senjatanya orang-orang muslim, do’a juga merupakan salah satu tanda syukur
manusia akan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Ini dibuktikan dengan data
angket yang hampir seluruh siswa menyatakan selalu berdo’a bersama-sama
sebelum dan sesudah proses belajar mengajar sekitar 100%, yang menjawab
sering 0%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 0%, dan yang menjawab
tidak pernah 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter
yang diterapkan di sekolah ini sangat baik, dan guru selalu membiasakan
siswanya berdo’a ketika sebelum dan sesudah belajar.

Tabel 9
Melaksanakan shalat lima waktu
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
3 a. Selalu 6 16,7%
b. Sering 12 33,3%
c. Kadang-kadang 17 47,2%
d. Tidak pernah 1 2,8%
Jumlah 36 100%
49

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa yang menjawab selalu


melaksanakan shalat lima waktu sebanyak 16,7%, sedangkan yang menjawab
sering 33,3%, yang menjawab kadang-kadang 47,2%, dan yang menjawab tidak
pernah 2,8%.
Data di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang tidak
pernah melaksanakan shalat lima waktu, dan penerapan pendidikan karakter yang
diterapkan di sekolah ini cukup baik, dan ini menjadi tanggung jawab guru dan
orangtua agar selalu memberikan contoh teladan dan nasehat yang baik kepada
siswa supaya didalam diri siswa tertanam rasa tanggung jawab terhadap perintah
Allah SWT yaitu melaksanakan shalat lima waktu sebagai salah satu ibadah yang
wajib dikerjakan.
Tabel 10
Bersyukur atas prestasi yang di capai
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
4 a. Selalu 23 63,9%
b. Sering 7 19,4%
c. Kadang-kadang 6 16,7%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Pada tabel di atas apabila dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas dapat
diketahui bahwa yang menjawab selalu bersyukur atas prestasi yang di capai
sebanyak 63,9%, yang menjawab sering 19,4%, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang 16.7%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data diatas
menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter siswa siswi SDIT Nurul
Amal terhitung baik. Oleh karena itu guru harus memberikan contoh teladan yang
baik dan pembiasaan bagi para siswa agar siswa selalu bersyukur dengan
pencapaian yang ia dapat selama ini, dan agar siswa memahami pentingnya arti
bersyukur dalam hidup. Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa selalu
bersyukur kepada Allah SWT dengan prestasi dan keberhasilan yang dicapai
selama pembelajaran.
50

Tabel 11
ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
5 a. Selalu 18 50%
b. Sering 13 36,1%
c. Kadang-kadang 5 13,9%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian siswa selalu ingat pada Allah SWT
dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 50%, yang menjawab sering 36,1%,
sedangkan yang menjawab kadang-kadang 13,9%, dan yang menjawab tidak
pernah 0%. Data di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa melibatkan
Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dan berzikir kepda Allah SWT.

Tabel 12
Jujur dalam perkataan dan perbuatan kepada orang tua, guru dan teman
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
6 a. Selalu 15 41,7%
b. Sering 11 30,6%
c. Kadang-kadang 10 27,8%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Pada tabel di atas dapat dilihat mengenai kejujuran dsan amanah. Apabila
dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
penerapan pendidikan karakter siswa-siswi SDIT Nurul Amal terhitung baik,
karena sebanyak 41,7% menjawab selalu berkata jujur dalam perkataan dan
perbuatan kepada orang tua, guru dan teman, sedangkan yang menjawab sering
30,6%, yang menjawab kadang-kadang 27,6%, dan yang menjawab tidak pernah
0%. Tabel di atas didukung hasil pengamatan penulis selama melakukan
51

penelitian, siswa yang datang terlambat harus menjelaskan alasan mereka


terlambat datang ke sekolah kepada guru piket ataupun guru kelas dengan alasan
yang jujur. Data di atas menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan
disekolah ini cukup baik, seperti nasehat guru ketika guru menjelaskan mata
pelajaran guru selalu memberikan nasehat bahwa dimanapun kita berada kita
harus berkata jujur.
Tabel 13
Mencontek atau memberi contekan
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
7 a. Selalu 0 0%
b. Sering 2 5,6%
c. Kadang-kadang 13 36,1%
d. Tidak pernah 21 58,3%
Jumlah 36 100%

Mencontek adalah sebuah kecurangan, mencontek merupakan perbuatan yang


tidak terpuji. Adapun presentase menurut data dalam angket separuh dari siswa
tidak pernah mencontek atau memberi contekan sebanyak 58,3%, yang menjawab
kadang-kadang 36,1%, sedangkan yang menjawab sering 5,6%, dan yang
menjawab selalu 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil bidang
kurikulum nilai-nilai kejujuran disekolah ini sudah tertanam sejak dini, dan disaat
ujian belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek atau memberi
contekan ketika ujian.3 Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan
karakter yang diterapkan guru disekolah ini cukup baik. Guru selalu memberikan
nasehat kepada siswanya, ini terbukti dengan data angket siswa yang menjawab
selalu mencontek atau memberi contekan sebanyak 0%.

3
Hasil wawancara dengan wakil bidang kurikulum SDIT Nurul Amal, oleh Syaidah, pada
tanggal 17 April 2014.
52

Tabel 14
Menyalahgunakan uang SPP yang diberikan orangtua
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
8 a. Selalu 0 0%
b. Sering 0 0%
c. Kadang-kadang 1 2,8%
d. Tidak pernah 35 97,2%
Jumlah 36 100%

Pada tabel di atas dapat dilihat mengenai kejujuran dan amanah. Apabila
dilihat dari hasil prosentase pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
penerapan pendidikan karakter yang diterapkan disekolah ini kepada siswa-siswi
SDIT Nurul Amal terhitung sangat baik, karen sebagian besar siswamenjawab
tidak pernah menyalahgunakan uang SPP sebanyak 97,2%, yang menjawab
kadang-kadang 2,8%, sedangkan yang menjawab sering 0%, dan yang menjawab
selalu 0%. Tabel diatas menunjukkan penerapan pendidikan karakter yang
diterapkan oleh guru sangat baik , hanya sebagian kecil yang menyalahgunakan
uang SPP dengan prosentase 2,8% nilai-nilai kejujuran yang diterapkan oleh guru-
guru SDIT Nurul Amal sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter siswa.

Tabel 15
Menemukan sesuatu benda milik teman lainnya, maka akan dikembalikan
kepada pemiliknya.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
9 a. Selalu 36 100%
b. Sering 0 0%
c. Kadang-kadang 0 0%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
53

Data di atas menjelaskan sebesar 100% siswa menyatakan selalu


mengembalikan benda milik temannya apabila menemukannya, 0% yang
menjawab sering, 0% yang menjawab kadang-kadang, dan 0% yang menjawab
tidak pernah. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter
yang diterapkan disekolah ini sangat baik. Hal ini terlihat nilai-nilai kejujuran
sudah tertanam dalam diri siswa, nasehat dan pembiasaan yang di berikan oleh
guru sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa.
Tabel 16
Biasa mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan orang
tersebut
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
10 a. Selalu 1 2,8%
b. Sering 1 2,8%
c. Kadang-kadang 6 16,7%
d. Tidak pernah 28 77,8%
Jumlah 36 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah


mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut sekitar
77,8%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 16,7%, yang menjawab sering
2,8%, dan yang menjawab selalu 2,8%. Data di atas menunjukkan bahwa
penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal sangat baik nilai-nilai
kejujuran sudah tertanam dalam diri siswa hal ini terlihat sebagian besar siswa
tidak pernah mengambil milik orang lain.
Tabel 17
Membuat masalah disekolah, sehingga orangtua dipanggil kesekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
11 a. Selalu 0 0%
b. Sering 2 5,6%
c. Kadang-kadang 5 13,9%
d. Tidak pernah 29 80,6%
Jumlah 36 100%
54

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah membuat
masalah membuat masalah disekolah sehingga orangtua dipanggil kesekolah
sekitar 80,6%, yang menjawab kadang-kadang13,9%, sedangkan yang menjawab
sering 5,6%, dan yang menjawab selalu 0%. Data diatas menunjukkan pendidikan
karakter yang diterapkan oleh guru sangat baik ini dibuktikan hanya sebagian
kecil siswa yang membuat masalah disekolah sehingga orang tua mereka di
panggil kesekolah.
Tabel 18
Mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
12 a. Selalu 12 33,3%
b. Sering 13 36,1%
c. Kadang-kadang 11 30,6%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Data di atas menjelaskan sebesar 36,1% siswa menyatakan sering mematuhi


peraturan yang diberikan dari sekolah, 33,3% yang menjawab selalu,
30,6%menjawab kadsng-kadang, dan 0% yang menjawab tidak pernah. Data
diatas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal
cukup baik. Hal ini terlihat siswa-siswi SDIT Nurul Amal sudah mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap peraturan yang diberikan sekolah, ini dibuktikan siswa
yang tidak pernah mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah 0% dan nilai-
nilai karakter tanggung jawab sudah diterapkan oleh siswa-siswi SDIT Nurul
Amal.
Tabel 19
Datang seenaknya tanpa menghiraukan waktu masuk sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
13 a. Selalu 0 0%
b. Sering 1 2,8%
c. Kadang-kadang 4 11,1%
d. Tidak pernah 31 86,1%
Jumlah 36 100%
55

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah datang
seenaknya tanpa menghiraukan waktu masuk sekolah sekitar 86.1%, sedangkan
yang menjawab kadang-kadang 11,1%, yang menjawab sering 2,8%, dan yang
menjawab selalu 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan
karakter yang diterapkan disekolah ini sangat baik, ini terlihat hampir sebagian
besar siswa datang tepat waktu dan nilai-nilai karakter kedisiplinan dan tanggung
jawab sudah tertanam dalam diri siswa.
Tabel 20
telat/terlambat masuk sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
14 a. Selalu 0 0%
b. Sering 1 2,8%
c. Kadang-kadang 14 38,9%
d. Tidak pernah 21 58,3%
Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir separuh siswa sekitar 58,3%
siswa tidak pernah telat/terlambat masuk sekolah, 38,9% menjawab kadang-
kadang, 2,8% menjawab sering telat atau terlambat masuk sekolah dan yang
menjawab selalu 0%. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan
karakter yang diterapkan di sekolah ini cukup baik, hal ini terbuktidari data angket
hampir sebagian siswa berusaha untuk selalu patuh pada peraturan sekolah, siswa
sudah mempunyai rasa kedisiplinan dan tanggung jawab di dalam dirinya, dsn
guru harus dapat merubah sikap dan tingkah laku siswa yang masih datang
terlambat agar siswa dapat disiplin.
Tabel 21
bolos tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
15 a. Selalu 0 0%
b. Sering 1 2,8%
c. Kadang-kadang 6 16,7%
d. Tidak pernah 29 80,6%
Jumlah 36 100%
56

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah bolos
tanpa alasan yang jelas sekitar 80,6%,sedangkan yang menjawab kadang-kadang
16,7%, yang menjawab sering 2,8%, dan yang menjawab selalu bolos tanpa
alasan yang jelas 0%. Data di atas menunjukkan penerapan pendidikan karakter
yang diterapkan oleh SDIT Nurul amal dan gurunya sangat baik, sikap disiplin
sudah siswa terapkan , ini dibuktikan hanya sebagian kecil siswa yang suka
membolos tanpa alasan yang jelas.
Tabel 22
Mengikuti kegiatan tadarus Qur’an di sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
16 a. Selalu 24 66,7%
b. Sering 10 27,8%
c. Kadang-kadang 2 5,6%
d. Tidak pernah 0 %
Jumlah 36 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar semua siswa selalu


mengikuti kegiatan tadarus Qur’an disekolah sekitar 66,7%, sedangkan yang
menjawab sering 27,8%, yang menjawab kadang-kadang 5,6%, dan yang
menjawab tidak pernah 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI
kegiatan keagamaan disekolah ini sudah terlaksana dengan baik untuk pelajaran
agama tidak saja dalam bentuk belajar dikelas akan tetapi langsung diaplikasikan
atau diterapkan dalam keseharian, seperti sebelum belajar peserta didik masing-
masing kelas melaksanakan kegiatan tadarus Al-quran surat-surat pendek. 4Data
di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah dapat mengetahui dan
memahami serta memandang sangat penting membaca al-Qur’an , karena hal itu
adalah suatu ibadah.

4
Hasil wawancara dengan guru PAI SDIT Nurul Amal, oleh Suriyah, pada tanggal 18
April 2014.
57

Tabel 23
Datang lebih awal bila ada tugas piket kelas
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
17 a. Selalu 15 41,7%
b. Sering 10 27,8%
c. Kadang-kadang 9 25%
d. Tidak pernah 2 5,6%
Jumlah 36 100%

Data di atas menjelaskan siswa yang selalu datang lebiah awal bila ada tugas
piket kelas sebesar 41,7%, yang menjawab sering 27,8%, sedangkan yang
menjawab kadang-kadang 25%, dan yang menjawab tidak pernah 5,6%. Data di
atas menunjukkan penerapan pendidikan karakter yang diterpkan disekolah ini
cukup baik, hal ini terlihat dari data diatas bahwa hampir sebagian siswa sudah
mempunyai rasa tanggung jawab apabila ada tugas piket kelas dan hanya sebagian
kecil siswa yang tidak pernah datang lebih awal bila ada tugas piket. Peran dan
sikap guru sangat berpengaruh dalam pembentukkan karakter siswa seperti
memberikan contoh dan teladan yang baik kepada para siswa-siswinya.
Tabel 24
Kegiatan kerja bakti di sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
18 a. Selalu 17 44,4%
b. Sering 14 41,7%
c. Kadang-kadang 3 8,3%
d. Tidak pernah 2 5,6%
Jumlah 36 100%

Data di atas menunjukkan sebanyak 44,4% siswa menjawab selalu mengikuti


kegiatan kerja bakti disekolah, 41,7% menjawab sering, 8,3% yang menjawab
kadang-kadang, dan 5,6% yang menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan kerja
bakti di sekolah. Data di atas menunjukkan bahwa separuh dari sisw- siswi yang
58

telah bersikap untuk ikut serta dalam kegiatan kerja bakti di sekolah, ini
menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal sudah
baik dan terarah.
Tabel 25
Berpartisifasi dalam acara hari-hari besar islam di sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
19 a. Selalu 19 52,8%
b. Sering 6 16,7%
c. Kadang-kadang 11 30,6%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu berpartisifasi


dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah sekitar 52,8%, yang menjawab sering
16,7%, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 30,6%, dan yang menjawab
tidak pernah 0%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI hampir semua
siswa selalu ikut serta dalam acara hari-hari besar Islam seperti mengadakan
santunan dibulan Ramadhan, dan santunan Muharram pada tanggal 1 Muharram
tahun baru Hijriah.5. Data di atas menunjukkan bahwa penerapan pendidikan
karakter yang diterapkan disekolah ini cukup baik baik, hal ini terlihat 0% siswa
yang tidak berpartisifasi dalam acara hari-hari besar islam disekolah.
Tabel 26
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
20 a. Selalu 15 41,7%
b. Sering 11 30,6%
c. Kadang-kadang 10 27,8%
d. Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%

5
Hasil wawancara derngan guru PAI SDIT Nurul Amal, oleh Suriyah, pada tanggal 18
April 2014.
59

Berdasarkan tabel di atas yang menjawab selalu mengerjakan tugas yang


diberikan oleh guru sekitar 41,7%, yang menjawab sering 30,6%, sedangkan yang
menjawab kadang-kadang 27,8%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Data
diatas menunjukkan pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru cukup baik,
ini terbukti bahwa dari persentase di atas yang menjawab tidak pernah 0%.

C. Analisis Hasil Penelitian


Untuk mengetahui data tentang penerapan pendidikan berbasis karakter di
SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang dilakukan penyebaran angket yang
berisi 20 pertanyaan dengan pilihan ganda 4 option, dengan pilihan kriteria:
Untuk pernyataan positif
a) Untuk jawaban a diberi nilai 4
b) Untuk jawaban b diberi nilai 3
c) Untuk jawaban c diberi nilai 2
d) Untuk jawaban d diberi nilai1

Untuk pernyataan negatif


a) Untuk jawaban a diberi nilai 1
b) Untuk jawaban b diberi nilai 2
c) Untuk jawaban c diberi nilai 3
d) Untuk jawaban d diberi nilai 4

Tabel 27
Rekapitulasi Hasil Penyebaran Angket
Jumlah
Kategori Jawaban
No. Responden
A B C D 36
1 36 0 0 0 36
2 36 0 0 0 36
3 6 12 17 1 36
4 23 7 6 0 36
5 18 13 5 0 36
60

6 15 11 10 0 36
7 0 2 13 21 36
8 0 0 1 35 36
9 36 0 0 0 36
10 1 1 6 28 36
11 0 2 5 29 36
12 12 13 11 0 36
13 0 1 4 31 36
14 0 1 14 21 36
15 0 1 6 29 36
16 24 10 2 0 36
17 15 10 9 2 36
18 17 14 3 2 36
19 19 6 11 0 36
20 15 11 10 0 36
273 115 133 199 720

D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian


Berdasarkan data keseluruhan yang telah diuraikan pada temuan penelitian di
atas, secara matematis, dapat diketahui bahwa penerapan pendidikan berbasis
karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang bisa dikatakan baik,
jika jumlah skor angket sebesar 2880 . Angka ini di peroleh dari 20 pertanyaan x
36 siswa x 4 skor. Akan tetapi jumlah skor angket dalam penelitian ini, hanya
mencapai 2525 (lihat tabel 28). Perbandingan jumlah skor angket dengan jumlah
skor angket ideal, diperoleh dengan persentase 87 %. Dengan demikian angka ini
menunjukkan bahwa Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter yang meliputi
Religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe
Ilir Pamulang dikatakan Baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju
tercapai, ini terwujud bukan saja dalam menerangkan pelajaran guru SDIT Nurul
Amal memasukkan nilai-nilai karakter, akan tetapi dalam keseharian itu di
aplikasikan atau diterapkan pada peserta didik seperti pembiasaan berkata baik,
61

tidak berbicara kasar, bersikap baik dengan teman, ramah kepada yang lebih tua,
dan bertanggung jawab dalam setiap kegiatan, siswa selalu mengucapkan salam
bila bertemu dengan guru, guru selalu membiasakan berdo’a sebelum dan sesudah
proses belajar mengajar, jujur dalam perkataan dan perbuatan, mematuhi
peraturan sekolah dan hanya sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan
sekolah, dan dalam pergaulan peserta didik di SDIT Nurul Amal berbicara saja
ada peraturannya, peserta didik tidak boleh berkata atau bicara kasar, harus
bersikap baik, tidak boleh bertengkar dan saling mengejek dengan teman, dan
selalu meminta maaf jika berbuat kesalahan, ini ada peraturannya dan sangsinya.
Pergaulan peserta didik di sekolah ini cukup baik dengan konsekwensi peraturan
yang dibuat bersama antara murid dengan guru terhadap kesalahan yang
dilakukan, sehingga baik perkataan, sikap dan prilaku siswa dapat terjaga.
Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal selain membentuk peserta didik
supaya menjadi anak-anak yang berakhlak dan mempunyai karakter yang baik,
sekolah ini juga selalu melibatkan siswa-siswinya dalam kegiatan hari-hari besar
Islam, seperti santunan di bulan Muharram dengan tujuan agar didalam diri
peserta didik ada rasa empati dan perduli terhadap sesama.
Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Amal tidak hanya mendidik
anak menjadi cerdas dan terampil saja, melainkan juga yang sangat penting adalah
bagaimana membangun karakter, sikap dan prilaku sehingga menjadi manusia
yang berbudi dan beradab serta berakhlakul karimah yang sangat dibutuhkan
dalam pergaulan kehidupan kini dan akan datang. Seperti, kejujuran, kesopanan,
tanggung jawab, kerjasama, toleransi, kedamaian, displin, keadilan, cinta
kebahagiaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan penghargaan.
Metode pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Nurul Amal seperti
pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan bercerita metode tersebut sangat
penting dan berpengaruh terhadap pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya
metode yang di gunakan untuk pembentukkan karakter siswa SDIT Nurul Amal di
sekolah inipun dalam pembelajaran guru menggunakan media visual dan audio
visual dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Nurul
Amal tidak hanya metode dan media yang digunakan untuk membentuk karakter
62

siswa, tetapi juga di lakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah
anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah
dalam kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi
yang di lakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan
dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam prilaku anak. Misalnya dalam bentuk
perkataan, perbuatan dan sebagainya. Sekolah memberikan catatan khusus
(anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa.
Sekolah merupakan kelanjutan dari pembentukan karakter anak di rumah
dengan menyampaikan materi agama dengan baik dan perhatian terhadap tingkah
laku mereka serta memberikan contoh yang baik kepada mereka dapat
mempengaruhi akhlak mereka yang telah mereka dapatkan dirumah. Adapun
faktor yang mendukung dalam pembentukan karakter siswa adalah lingkungan
sekolah yang islami, semangat guru-guru dalam menanamkan akhlak pada siswa,
tata tertib yang berlaku untuk seluruh anggota sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler yang di jalankan di sekolah ini, seperti tadarus Al-qur’an,
marawis, karate, pramuka, drum band dan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
pada hari-hari besar Islam.
63

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas tentang penerapan
pendidikan berbasis karakter yang meliputi religius, jujur, disiplin, dan tanggung
jawab di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang, melalui observasi,
wawancara dan penyebaran angket menyatakan bahwa, Penerapan Pendidikan
Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal sudah baik karena aspek nilai-nilai
karakter yang dituju tercapai dengan persentase 87 %. Ini terwujud setiap siswa
selalu mengucapkan salam bila bertemu dengan guru, guru membiasakan siswa
selalu berdoa sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, jujur dalam perkataan
dan perbuatan, siswa bertanggung jawab setiap kegiatan, selalu berpartisipasi
dalam acara hari-hari besar islam, mematuhi peraturan sekolah, dan hanya
sebagian kecil siswa-siswi SDIT Nurul Amal yang melanggar peraturan sekolah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang
diterapkan disekolah ini baik. Metode pendidikan karakter yang diterapkan
disekolah seperti pembiasaan, keteladanan, nasehat, hukuman dan ganjaran, dan
bercerita, metode tersebut sangat penting dan berpengaruh terhadap
pembentukkan karakter siswa. Tidak hanya metode, media juga sangat penting
digunakan untuk pembentukkan karakter siswa yaitu Media yang digunakan
dalam pembelajaran dapat berupa media visual, maupun audio visual. Media,
sarana dan prasarana yang digunakan hendaknya relevan dengan yang dibutuhkan
dan tidak mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar. Media atau alat peraga
menggunakan media visual yaitu berupa gambar dan media audio visual berupa
video pembelajaran.
Di dalam pendidikan karakter di SDIT Nurul Amal tidak hanya media dan
metode saja yang di gunakan secara maksimal untuk pembentukan karakter siswa,
tetapi juga dilakukan evaluasi pendidikan karakter untuk mengukur apakah anak
sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam

63
64

kurun waktu tertentu dalam bentuk penilaian diri anak, melakukan evaluasi yang
dilakukan melalui pengamatan terhadap sejauhmana nilai-nilai yang akan
dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam perilaku anak. Misalnya dalam
bentuk perkataan, perbuatan dan sebagainya, memberikan catatan khusus
(anekdot) misalnya dalam bentuk catatan prilaku/akhlak/karakter siswa.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis lampirkan dalam
skripsi ini yaitu:
1. Seluruh warga sekolah mulai dari guru, kepala sekolah, staf TU, dan juga
iklim sekolah/budaya sekolah harus menampilkan, membiasakan, dan
mencontohkan nilai-nilai positif sehingga menjadi contoh yang baik untuk
ditiru oleh peserta didik.
2. Pendidikan karakter di sekolah hendaknya bukan hanya menjadi komponen
satuan pelajaran tertentu yang disampaikan oleh guru, melainkan kesatuan
konsep penanaman nilai-nilai kebaikan dalam seluruh komponen pelajaran.
Maka penyusunan kurikulum pembelajarannya harus terpadu, tidak hanya
mencangkup aspek kognitif atau pengetahuan siswa melainkan menyentuh
pada aspek afektif dan spiskomotorik siswa.
3. Bagi guru dan orang tua seharusnya banyak memberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada anak mengenai pergaulan yang baik, agar ia tidak
terbawa arus zaman yang semakin hari semakin berkembang.
4. Penerapan pendidikan karakter sejak dini sangat penting , oleh karena itu
pendidikan karakter harus diterapkan disekolah, karena peserta didik
cenderung akan belajar dan meniru perilaku orang-orang yang ada
disekitarnya, faktor terpenting dari keberhasilan pendidikan karakter
disekolah adalah guru dan warga sekolah yang pantas ditiru setiap saat.
Pendidikan karakter disekolah hendaknya dimulai dari pemimpin, guru,
karyawan dan komite sekolah agar pendidikan karakter yang diterapkan
disekolah dapat tercapai secara optimal.
65

5. Di harapkan dengan di terapkannya pendidikan karakter di Sekolah Dasar


dapat membentuk pribadi siwa yang unggul dalam berprilaku dam memiliki
kepribadian yang sesuai dengan moral-moral pancasila dan agama untuk itu
diharapkan demi tercapainya pelaksanaan pendidikan karakter diharapkan
sekolah memfasilitasi seperti media-media yang diperlukan, evaluasi
pendidikan karakter dan kegiatan yang dapat menunjang agar terlaksananya
pendidikan karakter yang diharapkan.
66

DAFTAR PUSTAKA

Agama RI Kementerian, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sinergi


Pustaka Indonesia, 2012.
Albertus Koesoema Doni, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010.

Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching: Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati,


Jakarta: PT Tujuh Samudera Alfath, 2011.
Amini Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.

An Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan


Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Azzet Muhaimin Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media, 2011.

Azzeti Muhaimin Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:


Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan
Kemajuan Bangsa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Basri Hasan dan Saebani Ahmad Beni, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), Bandung:
Pustaka Setia, 2010.

Chatib Munif, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012.
Chatib Munif, Sekolahnya manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelegensi di
Indonesia, Bandung: Kaifa, 2010.
Company Profile SDIT Nurul Amal
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008.
Husaini Adian, Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab,
Jakarta: Cakrawala Publishin, 2012

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Kesuma Dharma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Megawangi Ratna, Character Parenting Space: Menjadi Orangtua Cerdas Untuk


Membangun Karakter Anak, Bandung: Read! Publising House, 2008.
67

Mulyasana Dedy, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011.

Musfah Jejen, Proceedings Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Perspektif,


Ciputat: Prenada, 2011.
Singarimbun Masri, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1989), hal. 192.
Nasution Buchori, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, Jakarta: Reseach Institute
For Islamic Curriculum, 2013.

Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi baru), Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2005.
Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

Purwanto Mp Ngalim .M, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2011.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Rizal Ramli, “Pendidikan Karakter Lahirkan Insan Berakhlak, Ummi, Jakarta,


Oktober-Desember 2012.

Rozak Abd, dkk., Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan,


(Jakarta: FTIK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah, 2010.

Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Samani Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Sulhan Najib, Anakku Penyejuk Jiwaku Pola Pengasuhan Islami Untuk


Membangun Karakter Positif Anak, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011.
Surya Mohamad, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung :
Alfabeta, 2008), hal. 226
Uhbiyanti Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
68

Wiyani Ardy Novan, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD, Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media, 2013.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/pengembangan-karakter, 10
Maret 2014.
Tabel 28
Analisis item untuk skor angket
Item Soal Jumlah
No. Responden Kls
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor
1 Arjuna V 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 2 67
2 Atrasina. H V 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 71
3 Akbar V 4 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 2 3 66
4 Aprilia Nur Khasina V 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 74
5 Ara V 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 78
6 Atqol Atqia. M V 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 76
7 Aisyah V 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
8 Daffa V 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
9 Daren V 4 4 2 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 68
10 Deya V 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 4 3 68
11 M.Raynan Hadi V 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 68
12 Jawara V 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 73
13 Nisrina V 4 4 2 4 3 3 2 4 4 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 4 60
14 Febiyanti V 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80
15 Nazwa Lintang.N V 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 77
16 Syahra Humaira V 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 75
17 Nur Afifah V 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
18 Moza Alifya V 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 76
19 Nafia Zahra V 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 68
20 Tasya Anugrah V 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 70
21 Farah V 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 76
22 Fakhri V 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 2 67
23 Vanza Gibran V 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 2 2 64
24 Gilang V 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 71
25 Indira Fadhila V 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 3 71
26 Jelita Frisca Elina V 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 73
27 Satria V 4 4 1 3 2 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 1 1 2 3 56
28 Hafizh V 4 4 2 2 3 4 3 3 4 2 2 3 4 3 4 4 4 2 3 3 63
29 Fadhli V 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 69
30 Rifki V 4 4 2 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 69
31 Rafif Hamzah V 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 4 2 67
32 Salwa V 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 2 2 65
33 Riyan V 4 4 2 3 4 2 4 1 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 65
34 Satrio V 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 66
35 Ibnu. F V 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 1 4 2 68
36 Syakir Zalmi V 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 65
Jumlah 36 2525
SOAL-SOAL WAWANCARA

Hari / Tanggal : Jum’at 18 April 2014


Responden : Suriyah
Jabatan : Guru PAI
Alamat : Jl. Kubis Pondok Cabe Ilir

1. Menurut anda, apakah ajaran agama di sekolah ini telah ditanamkan dengan
baik?
2. Dalam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan
di sekolah ini?
3. Ketika menerangkan pelajaran, apakah anda selalu memasukan nilai-nilai
karakter ke dalam materi tersebut?
4. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan apa yang anda berikan
kepada siswa, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk akhlak
mereka?
5. Apakah anda hanya memberikan nasehat kepada siswa yang melakukan
kesalahan saja?
6. Hukuman seperti apa yang anda berikan bila siswa anda melakukan
kesalahan?
7. Menurut anda apakah pergaulan siswa di sekolah ini cukup baik? bila belum,
mengapa dan jelaskan!
8. Apakah pelaksanaan kegiatan agama disekolah ini dapat menjauhkan siswa
dari hal-hal negatif?
9. Menurut pengamatan anda, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah
ini?
10. Apakah sekolah ini suka mengadakan bakti sosial, dan kapan waktu
pelaksanaannya?
11. Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk saling membantu dalam
kebaikan, bagaimana tanggapan anda, melihat siswa saling mencontek dalam
memberikan jawaban ujian dan mengatasinya?
12. Bagaimana bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungannya?
13. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam
mencapai pembentukan karakter/akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya?
Hasil Wawancara dengan Guru PAI

1. Sudah, karena di sekolah ini untuk pelajaran agama tidak saja dalam
bentuk belajar dikelas akan tetapi langsung di aplikasikan atau di terapkan
dalam keseharian, sebagai contoh:
- Sebelum belajar peserta didik masing-masing kelas melaksanakan
tadarus Al-Qur’an surat-surat pendek.
- Setelah pelajaran pertama (jam 9.10) sebelum istirahat peserta didik
dibiasakan melaksanakan shalat sunnah Dhuha
- Padad istirahat kedua (jam 11.00) peserta didik masing-masing
individu menyetorkan bacaan Iqro atau Al-Qur’an masing-masing
batasan bacaannya
- Shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah
2. Baca Iqra, Qur’an, hafalan do’a-do;a harian, surat-surat pendek, sholat
sunnah Dhuha, Dzuhur dan Ashar berjamaah dan berbusana muslim.
3. Bukan saja dalam menerangkan pelajaran memasukan nila-nilai karakter,
akan tetapi dalam kseharian itu diterapkan pada peserta didik, sebagai
contoh, dalam berkata saja ada peraturannya. Peserta didik tidak boleh
berkata atau bicara kasar, bersikap baik tidak boleh bertengkar dan main
katahan dengan teman/mengejek dan selalu minta maaf jika berbuat
kesalahan ini ada peraturan dan sangsinya.
4. Pembiasaan berkata baik tidak bicara kasar, bersikap baik dengan teman
dan ramah kepada yang lebih tua, dan bertanggung jawab setiap kegiatan.
5. Ya, tidak Cuma nasehat bahkan peraturan dan sangsi diterapkan, contoh
jika anak bicara kasar sangsi dia harus Istigfar 100x, jika berantem harus
minta maaf dan belajar diluar kelas, dll.
6. Istigfar jika bicara kasar, lari keliling lapangan jika berantem dan
terlambat datang kesekolah, belajar diluar kelas jika telat, dan main-main
dalam shalat dan skor jika tidak bisa diperbaiki.
7. Alhamdulillah pergaulan peserta didik di sekolah ini cukup baik dengan
kosekwensi peraturan yang dibuat bersama antara murid dengan guru
terhadap masalah yang dilakukan, sehingga baik perkataan, sikap dan
perilaku siswa dapat terjaga.
8. Ya, karena dengan pelaksanaan pembelajaran fuul day (satu hari jam 7 s/d
jam 4 sore) dapat melindungi waktu anak dari ha-hal yang sudah tidak
kondusif dilingkungan, contoh dari warnet.
9. Sangat baik, mereka mendengar perkataan nasehat guru dan tanggung
jawab terhadap tugas dan hormat kepada guru.
10. Bakti sosial ada dalam program tahunan, seperti santunan Muharram pada
tanggal 1 Muharram tahun baru Hijriah, baksos pada hari sukarelawan
sedunia bulan Desember dan kerja bakti dilingkungan yayasan, santunan
Ramadhan pada acara sanlat dibulan Ramadhan.
11. Untuk memberikan contekan dalam ujian bukan membantu dalam
kebaikan karena membuat siswa malas dan kurang tanggung jawab.
12. Membuang sampah pada tempatnya, menjaga tanaman pada lingkungan
sekolah, dan berlaku sopan pada orang yang ditemui.
13. Pendukungnya ada peraturan, tanggung jawab dan kerja sama kepada
orangtua murid, hambatannya orangtua murid belum bisa di ajak kerja
sama dalam kegiatan ini, dan mengatasi musyawarah dengan orangtua,
guru, lingkungan agar bisa kerja sama dalam program visi dan misi.

Guru PAI

( Suriyah )
SOAL-SOAL WAWANCARA

Hari / Tanggal : Kamis, 17 April 2014


Responden : Syaidah S.Ag
Jabatan : Wakil Bidang Kurikulum
Alamat : JL. H. Saiman Rt 01/03 No. 29 A Pd Cabe Ilir

1. Menurut anda, apakah ajaran agama di sekolah ini telah ditanamkan dengan
baik?
2. Dalam meningkatkan ibadah siswa, kegiatan keagamaan apa yang diadakan
di sekolah ini?
3. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan keteladanan? Dan kriteria guru
seperti apa yang dapat dijadikan tauladan bagi siswanya?
4. Menurut anda apakah pergaulan siswa di sekolah ini cukup baik? bila belum,
mengapa dan jelaskan!
5. Bagaimana upaya anda memberikan pengawasan terhadap pergaulan siswa di
sekolah ini sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan?
6. Apakah pelaksanaan kegiatan agama disekolah ini dapat menjauhkan siswa
dari hal-hal negatif?
7. Menurut pengamatan anda, bagaimana akhlak siswa kepada guru disekolah
ini?
8. Apakah sekolah ini suka mengadakan bakti sosial, dan kapan waktu
pelaksanaannya?
9. Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk saling membantu dalam
kebaikan, bagaimana tanggapan anda, melihat siswa saling mencontek dalam
memberikan jawaban ujian dan mengatasinya?
10. Bagaimana bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungannya?
11. Apa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui disekolah dalam
mencapai pembentukan karakter/akhlak siswa, dan bagaimana mengatasinya?
12. Apakah ada pelatihan untuk guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter?
13. Apakah pernah mengirim guru-guru untuk pelatihan pendidikan karakter?
Hasi Wawancara Dengan Wakil Bidang Kurikulum

1. Ya benar, hal ini dapat terlihat dengan adanya pelaksanaan sholat sunah
Dhuha, shalat Zuhur dan Ashar berjamaah, beserta wirid dan do’a setelah
shalat, sikap hormat dan santun kepada guru dengan mengucapkan
salam/bersalaman ketika bertemu (berpapasan ). Nilai-nilai kejujuran
seperti jika menemukan uang seberapapun besarnya langsung
diberitahukan kepada guru.
2. Selain yang seperti No 1, ada juga kegiatan perayaan Maulid Nabi
Muhammad Saw, santunan terhadap fakir miskin, anak-anak yatim, serta
kaum dhuafa, pada peringatan 10 Muharram dan kegiatan pesantren
kilat(sanlat)
3. Keteladanan adalah sikap atau perilaku yang meliputi perkataan dan
perbuatan terpuji yang bisa diikuti atau dicontoh oleh orang lain (siswa).
Guru yang bisa dijadikan tauladan oleh siswa adalah guru yang tidak
hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan pendidikan
seperti Tut Wuri Handayani, guru juga bisa sebagai orangtua bahkan bisa
menjadi teman dalam batas-batas kewajaran.
4. Ya, Alhamdulillah sudah cukup baik, bisa terlihat mereka bisa bergaul
dengan semua teman tanpa membeda-bedakan dan saling menghargai juga
saling perduli (caring)
5. Dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti menanyakan kepada
mereka tentang pergaulan dirumah banyak negatifnya/tidak, misalnya
sering main warnet tidak? Bergaul dengan yang lebih dewasa/tidak dan
lain-lain. Juga dengan mengadakan bimbingan konseling.
6. Alhamdulillah ya, contoh mereka sudah tidak berani atau malu untuk
mengucapakan kata-kata kasar dan kotor, selama hal tersebut juga
didukung oleh orangtua dan pergaulan dirumah.
7. Sangat baik
8. Ya, peringatan 10 Muharram menyalurkan infak, zakat dan sedekah pada
bulan Ramadhan , serta membersihkan lingkungan sekitar sekolah pada
kegiatan hari raya GYSD (Global Youth Service Day)
9. Alhamdulillah disekolah kami kejujuran sudah ditanamkan sejak dini, jadi
sejauh ini kami belum pernah mendapatkan siswa yang saling mencontek
ketika ujian.
10. Sangat baik, mereka tidak berani untuk mencoret-coret tembok sekolah,
atau memetik bunga atau buah yang ada dilingkungan sekolah
11. Faktor pendukung adanya team work yang kuat antar sesama guru
disekolah maupun antar guru dengan orangtua siswa, dan faktor
penghambat kurangnya komunikasi orangtua dengan guru, pengaruh
pergaulan yang tidak baik diluar lingkungan sekolah (rumah), orangtua
yang belum bisa diajak kerjasama dengan guru dalam menangani
permasalahan anaknya
12. Ada, pelatihan Samudra Hati oleh Konsultan sekolah, pelatihan Kurikulum
berbasis karakter yang diselenggarakan oleh penerbit buku
13. Ya pernah, diantaranya di menara 165 oleh Ari Ginanjar, dan juga pernah
seminar dengan pa Munif Khatib.

Wakil Bidang Kurikulum

( Syaidah )
ANGKET UNTUK SISWA

Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal


Pondok Cabe Ilir Pamulang

Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Bacalah basmalah terlebih dahulu sebelum mengisi jawaban
2. Bacalah dahulu angket berikut ini sebelum menjawab
3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling tepat
sesuai dengan keadaan anda.
4. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai, untuk itu jawablah
dengan benar dan jujur.
5. Jawaban anda pada daftar questioner ini merupakan indikator yang
sangat penting bagi penelitian kami. Atas kesediaan anda mengisi
daftar isian ini kami ucapkan terima kasih.

1. Apakah anda mengucapkan salam bila bertemu dengan guru?


a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Sebelum dan sesudah proses belajar mengajar apakah siswa selalu
membaca do’a bersama-sama?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda selalu melaksanakan sholat 5 waktu?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Siswa selalu bersyukur atas prestasi yang di capai....
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah kamu selalu ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Apakah anda jujur dalam perkataan dan perbuatan kepada orang tua,
guru, dan teman?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Apakah anda mencontek atau memberi contekan?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Apakah anda menyalahgunakan unang SPP yang diberikan orang tua?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Bila anda menemukan sesuatu benda milik teman lainnya, maka akan
dikembalikan kepada pemiliknya?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Siswa biasa mengambil sesuatu milik orang lain tanpa sepengetahuan
orang tersebut.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Apakah anda membuat masalah disekolah, sehingga orang tua
dipanggil kesekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah anda mematuhi peraturan yang diberikan dari sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Apakah anda sering datang seenaknya tanpa menghiraukan waktu
masuk sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Apakah anda sering telat/terlambat masuk sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
15. Apakah anda suka bolos tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tadarus Qur’an di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Apakah anda selalu datang lebih awal bila ada tugas piket kelas?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
18. Apakah dalam kegiatan kerja bakti di sekolah kamu turut serta?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Apakah kamu berpartisifasi dalam acara hari-hari besar islam di
sekolahmu?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Apakah anda selalu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FORM (FR) No. Revisi: : 01
FITK
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/........../2013 Jakarta, 22 Desember 2013
Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.

Drs. Abdul Haris, M.Ag


Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Rafiah
NIM : 1810011000089
Jurusan : Pendidikan Agama Islam Kelas C
Semester : X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter DI SDIT Nurul Amal
Pondok Cabe Ilir Pamulang
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 21 Desember, 2013
abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul
tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi
Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang
selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Mahasiswa ybs.
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FORM (FR) No. Revisi: : 01
FITK
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/......../2013 Jakarta, 28 Desember 2013


Lamp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.

Kepala SDIT Nurul Amal


Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan

di
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama : Rafiah
NIM : 1810011000089
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter DI SDIT Nurul Amal
Pondok Cabe Ilir Pamulang
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut


melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai