Anda di halaman 1dari 113

STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU

CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN


AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Siti Nafisah
11150340000189

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH NABI SULAIMAN
AS DALAM TAFSIR AL-QUR’AN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Siti Nafisah
11150340000189

Dosen Pembimbing

Syahrullah, MA.
NIP: 197808182009011016

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M

i
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul STUDI ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN


A.S DALAM BUKU CERITA ANAK: KOMPARASI ATAS KISAH
NABI SULAIMAN A.S DALAM TAFSIR AL-QUR'AN telah diujikan
dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 September 2020. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 21 Oktober 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, MA. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH


NIP. 19710217 199803 1 002dc NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,
Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.Ag DR. H. Mafri Amir, M.Ag


NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19580301 1992031 001

Pembimbing,

Syahrullah, MA.
NIP. 19780818 200901 1 016

iii
ABSTRAK
Siti Nafisah
“Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Studi Analisis
atas Kisah Nabi dalam Al-Qur’an”
Terdapat banyak kisah-kisah Nabi yang ada di dalam buku cerita
anak yang menggambarkan dan menceritakan sesuatu yang tidak tertulis
sebagaimana yang tertulis di al-Qur‘an. Ada hal yang kurang atau kurang
tepat dalam menyikapi kisah Nabi dalam al-Qur‘an yang banyak
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis dan merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Jenis penelitian ini kualitatif sesuai untuk diterapkan pada
penelitian ini, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan
secara komprehensif sumber-sumber kepustakaan, dan digunakan untuk
menjawab pokok permasalahan yang telah dirumuskan.
Penyajian Kisah Nabi Sulaiman a.s oleh Iwok Abqary cukup
sederhana dan dapat dengan mudah dipahami. Meski belum sesederhana
yang diharapkan, tapi bahasa penulisannya cukup bisa dipahami anak-
anak usia dasar dan pra-sekolah. Penggambaran dalam buku cerita karya
Iwok Abqary juga tidak asal, para nabi dan rasul tidak diwujudkan dalam
gambar. Hanya makhluk hidup yang ada di bumi yang digambarkan secara
jenaka. Para pembaca, yang notabene adalah anak-anak, dapat menjadi
lebih tertarik karena dilengkapi gambar yang full colour. Di dalam buku
Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Iwok Abqary belum disajikan poin-poin
penting tentang isi cerita. Jadi, masih butuh peranan orang tua untuk
menjelaskan kepada anak tentang inti cerita sekaligus ibrah apa yang dapat
diambil.
Kata Kunci: Nabi Sulaiman a.s, cerita anak.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat
rahmat nikmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ―Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita
Anak: Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur‘an‖
Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad Saw yang selalu memberi syafaat kepada umatnya dari setiap
lafal shalawat yang terucap.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari
dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan
hati dan rasa syukur penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., Selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., Selaku Ketua Program Studi Ilmu al-
Qur‘an Dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH Selaku
Sekertaris Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Muslih, Lc., M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing akademik
yang telah memberikan banyak nasihat dan kemudahan bagi penulis
dalam mengurus administrasi dan penyelesaian skripsi.
5. Bapak Syahrullah, MA., Selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
serta mengkoreksi dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh guru besar dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

v
vi

serta pengalaman kepada penulis. Serta para staf dan karyawan


Fakultas Ushuluddin yang sudah memberikan kemudahan dalam
mengurus administrasi dan berkaitan dengan skripsi penulis.
7. Untuk kedua orang tua yang penulis cintai Alm. Papa Ahmad
Muhammad Nur, dan Mama Hilda Farida Asma, yang selalu
mendoakan kebaikan dalam segala aktivitas penulis dan selalu
memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa yang tak
pernah putus selama ini. Terima kasih atas segalanya semoga selalu
dapat membahagiakan dan membanggakan sehingga dapat menjadi
anak yang berbakti.
8. Untuk kakak saya Nuraida Maharani Ahmad dan adik saya Nuraini
Salsabillah Ahmad yang selalu memberikan dukungan dan doanya
kepada penulis di saat penulis terbentur pada kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi terima kasih atas segalanya
semoga kelak kita akan menjadi anak yang membanggakan bagi Papa
dan Mama.
9. Untuk diri saya sendiri, terima kasih banyak telah mau berjuang
hingga titik akhir perkuliahan. Semoga semakin giat belajar kembali
mendalami apa yang sudah dipelajari selama perkuliahan.
10. Untuk sahabat seperjuangan penulis dibangku kuliah Kholishoh
Qothrunnada, Nabila Bulqois, Nada Silvia Ady Sanusi, Ulfa Fauziah,
Fiza Intan Naumi, Winda Ayu Pertiwi, Fitrah Amaliah, Munirah
Humayirah Imran terima kasih telah berbagi canda, tawa, suka
maupun duka kepada penulis selama ini, dan terima kasih juga kepada
Muftie Arief atas segala bantuan dan dukungan serta hiburan dalam
merampungkan penulisan ini.
11. Untuk saudara sekamar selama perkuliahan sampai saat ini Ahdani
Samsul Anwar, Annisa Muvie Sabrina, Fitri Sulastri, Faizah Azizah,
vii

Faizah Nurhidayah terima kasih telah menemani penulis dua puluh


empat jam di perantauan selama ini.
12. Untuk teman-teman Tafsir Hadist 2015, terkhusus bagi teman-teman
TH E yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga silaturrahim
kita tetap terjaga dan takkan retak walaupun jarak memisahkan kita.
13. Kepada teman-teman KKN 033 ―Mabar‖ 2018 Mauk Barat
Kabupaten Tangerang, terima kasih atas pelajaran dan pengalaman
berharga yang tidak bisa dilupakan.
14. Kepada saudariku ISYKAMELA 625 Jabodetabek & HIKAM
Jabodetabek yang telah membantu dan memberikan semangat dalam
penulisan karya ini. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin.
15. Seluruh rekanita PC IPPNU Tangsel dan PP IPPNU, tidak
mengurangi rasa hormat, terima kasih atas pengalaman, pembelajaran,
dan perjuangan bersama-sama kalian dan menjadi bagian dari
keluarga besar IPPNU.
16. Seluruh keluarga Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA)
UIN Jakarta, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu namun tidak mengurangi rasa hormat, terima kasih atas ilmu
dan pengetahuan yang telah diberikan, senang bisa berkontribusi
bersama HIQMA UIN Jakarta.
17. Teman-teman UKM (Unit Kuy Mahasiswa) teman berbagi kepenatan
dan ―selalu kuy‖ Adji Vikiantoro, Gusti Fatia Cahyani, Amar Habibi,
Isa, Awaluddin Jauhar, Ahmad Saogi, Fahriza Hafiz, Imaduddin
Zikky, Atika Fitriana, Ulul Albab, Rif‘at Sayuqi, Amirullah, Ahmad
Ridwan, Siti Mudrikah dan Meliana.
18. Kawan-kawan yang telah memberikan cerita dan bersedia
meluangkan waktu berbagi keluh kesah selama penulis mengerjakan
penelitian ini, Gita Safitri Ilusi, Nurfaidah Mahmudah, Nur Afiatul
viii

Azizah, Riza Muhammad, Ahmad Dalihan, Bilqis Khoiriyyah, Asep


Muhammad Nasrudin Hasyim, Rinaldi Kusuma, Muhammad Irfan,
Evan Rinaldi Karimullah, Zulfahmi.
19. Terakhir kepada seluruh pihak yang tidak bisa diucapkan satu persatu
yang telah membantu penulisan ini, semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat dan pertolongan serta membalas setiap kebaikan
kalian, Jazākumullah Khairan Jazā.

Demikianlah ucapan terimakasih yang penulis haturkan atas semua


kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 10 Juni 2020

Penulis,
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan


bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543/U/1987

1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin
dapat dilihat pada tabel berikut:

No Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
1. ‫ا‬ Tidak dilambangkan
2. ‫ب‬ B Be
3. ‫خ‬ T Te
4. ‫ث‬ Ṡ Es dengan titik atas
5. ‫ج‬ J Je
6. ‫ح‬ Ḥ h dengan titik bawah
7. ‫ر‬ KH ka dan ha
8. ‫د‬ D De
9. ‫ذ‬ Ż Z dengan titik atas
10. ‫ر‬ R Er
11. ‫ز‬ Z Zet
12. ‫س‬ S Es
13. ‫ش‬ Sy es dan ya
14. ‫ص‬ Ṣ es dengan titik di bawah
15. ‫ض‬ Ḍ de dengan titik di bawah
16. ‫ط‬ Ṭ te dengan titik di bawah
17. ‫ظ‬ Ż zet dengan titik di bawah

ix
x

18. ‫ع‬ koma terbalik di atas hadap kanan


19. ‫غ‬ G Ge
20. ‫ف‬ F Ef
21. ‫ق‬ Q Ki
22. ‫ك‬ K Ka
23. ‫ل‬ L El
24. ‫م‬ M Em
25. ‫ى‬ N En
26. ‫و‬ W We
27. ‫ه‬ H Ha
28. ‫ء‬ ˋ Apostrof
29. ‫ي‬ Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (‘).

a. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah
xi

Adapun untuk vokal rangkap bahasa Arab, yang lambangnya berupa


gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan
huruf yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫اي‬ Ai Fatḥah dan ya


‫او‬ Au Fatḥah dan wau

b. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan


Arab
‫تا‬ Ā a dengan garis di atas
‫تي‬ Ī i dengan garis di atas
‫تى‬ Ū u dengan garis di atas

c. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan
ad- dāwān.

d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydìd )َ) dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
xii

tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Misalnya, kata (‫ )الضرورج‬tidak ditulis ad-ḍarūrah
melainkan al-ḏarūrah, demikian seterusnya.

e. Ta Marbūṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alih aksarakan menjadi
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta
marbûah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 ‫طريقح‬ Ṭarīqah
2 ‫الجاهعح اإلسالهيح‬ al-Jāmi‗ah al-Islāmiyyah
3 ‫وددج الىجىد‬ Waḥdat al-wujūd

f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al-
Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
xiii

dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,


demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‗Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin
al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

g. Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l) , kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan di atas.

Kata Arab Alih Aksara


‫األستاذ ذهة‬ dzahaba al-ustādzu
‫األجر ثثد‬ tsabata al-ajru
‫العصريد الذرمد‬ al-ḥarakah al-„asriyyah
‫هللا إال إله ال اى أشهد‬ asyhadu an lā ilāha illā Allāh
‫الصالخ هلل هىالنا‬ maulāna Malik al-sāliẖ
‫هللا يؤثرمن‬ yu‟atstsirukum Allāh
‫العقليد الوظاهر‬ Al-maẓāhir al-„aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu di
alih aksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-
Rahmān.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................... ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Permasalahan.......................................................................................... 7
1. Identifikasi Masalah................................................................................ 7
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian..................................................................................9
E. Kajian Pustaka.........................................................................................9
F. Metodologi Penelitian............................................................................18
1. Jenis Penelitian.......................................................................................18
2. Metode Pengumpulan Data ...................................................................18
3. Metode Pembahasan............................................................................. 19
4. Teknik Penulisan................................................................................... 21
G.Sistematika Penulisan ...........................................................................21
BAB II KISAH-KISAH AL-QUR’AN DALAM ULUM AL-QUR’AN
A. Definisi Kisah.......................................................................................23
B. Cerita Dalam Al-Qur‘an....................................................................... 24
1. Macam-macam Cerita Dalam Al-Qur‘an ..............................................25
C. Pengertian Kisah Dalam Al-Qur‘an..................................................... 27
D. Hikmah Kisah Dalam Al-Qur‘an .........................................................29

xiv
xv

E. Karakteristik Kisah Dalam Al-Qur‘an.................................................. 32


F. Berulangnya Kisah Dalam Al-Qur‘an ..................................................36
G. Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur‘an .............................................37
H. Tujuan Kisah Dalam Al-Qur‘an........................................................... 45
BAB III BIOGRAFI IWOK ABQARY DAN KARYA-KARYANYA
A. Biografi Iwok Abqary...........................................................................47
B. Karya-karya Iwok Abqary.....................................................................49
C. Cerita Singkat Buku Cerita Anak Kisah 25 Nabi & Rasul...................51
BAB IV ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS DALAM BUKU
CERITA ANAK 25 NABI DAN RASUL KARYA IWOK ABQARY
A. Gaya Penulisan Iwok Abqary ..............................................................53
B. Refrensi Yang Digunakan Iwok Abqary...............................................55
C. Penafsiran Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Buku Iwok Abqary .........60
D. Pandangan Mufassir Terhadap Kisah Nabi Sulaiman a.s.....................62
1. Penafsiran Tafsir Ibn Katsir Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s............63
2. Penafsiran Tafsir Al-Misbah Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s...........65
3. Penafsiran Tafsir Al-Thabari Tentang Kisah Nabi Sulaiman a.s...........66
E. Kontekstualitas Kisah Nabi Sulaiman: Antara Pesan Moral dan Fakta
Sejarah......................................................................................................10
F. Kritik terhadap Pola Penyajian Kisah Nabi Sulaiman dalam Buku Cerita
Anak Kisah 25 Nabi & Rasul Karya Iwok Abqary................................... 73
G. Pesan Moral dari Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Semut ........................75
1. Tolong Menolong Antar Sesama ..........................................................76
2. Menabung Sebagai Amal Kebaikan ......................................................78
3. Sabar .....................................................................................................79
4. Etos Kerja ..............................................................................................82
5. Bersyukur Atas Nikmat .........................................................................83
xvi

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................87
B. Kritik dan Saran ...................................................................................89
Daftar Pustaka ...........................................................................................91
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‘an al-Karim merupakan suatu mukjizat bagi Islam yang
bersifat kekal, dan bukan rahasia umum lagi jikalau kemajuan ilmu
pengetahuan yang terjadi pada saat ini, bahwasaanya telah dijelaskan
terlebih dahulu di dalam al-Qur‘an. Salah satu mukjizat yang diturunkan
oleh Allah terhadap Nabi Muhammad Saw. ini bertujuan membebaskan
manusia dari segala belenggu ataupun kegelapan menuju jalan yang
terang, karena al-Qur‘an sendiri merupakan suatu petunjuk menuju jalan
yang lurus.1
Sejak Islam lahir, telah memberikan berbagai sumbangsih dalam
kehidupan yang di antaranya yakni dedikasi yang begitu besar terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan wahyu yang diturunkan
pertama kali terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagaimana bunyinya:

‫اْلنإ َسا َن ِم إن‬


ِ‫( َخلَ َق إ‬3) ‫ك إاْلَ إكرُم‬ ِ ِ َّ ِ َّ ِ َّ
َ َ ُّ‫( اقإ َرأإ َوَرب‬2) ‫( الذي َعل َم بالإ َقلَم‬1) ‫َعل َم إاْلنإ َسا َن َما ََلإ يَ إعلَ إم‬
ِ ِّ‫( اقإ رأإ بِاس ِم رب‬4) ‫علَ ٍق‬
(5)‫ق‬ َ َ‫ك الَّذي َخل‬
َ َ ‫َ إ‬ َ
―Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (4) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)‖ (Q. S. al-‗Alaq [96]:
1-5)

Dari ayat tersebut, diingatkan bahwa sejak awal Islam datang


membawa semangat keilmuan. Sebagaimana ayat di atas yang menyeru
manusia agar gemar membaca, dalam artian sesuatu yang berhubungan
dengan keilmuan, seperti menulis ataupun melakukan suatu penelitian.2

1
Mudakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, (Bogor: Pustaka Litera antar Nusa, cet. 10,
2007), 1.
2
Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), 91.

1
2

Al-Qur‘an suatu kitab pendidikan yang luhur, bukan hanya sekedar


untuk dibaca maupun dihafal, melainkan juga agar dipahami dan
dipelajari. Sebagai halnya kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat di
dalam al-Qur‘an, salah satu adanya penyebutan kisah-kisah umat tedahulu
guna memberikan pelajaran bagi umat-umat yang hidup setelahnya. Dari
setiap kisah yang disebutkan di dalam al-Qur‘an, tentunya memiliki pesan
moral sehingga sebagai umat Nabi Muhammad Saw. dapat mengambil sisi
baiknya dan membuang sisi buruknya. Sebagaimana firman-Nya.

‫يق الَّ ِذي‬ ِ َ‫اب َ ما َكا َن ح ِديثا ي إفت ر ٰى وٰلَ ِكن ت‬


َ ‫صد‬‫َ ً ُ ََ َ إ إ‬ َ
ِ ‫ُوِل إاْلَلإب‬ ِ ِ ِ َ‫لََق إد َكا َن ِِف ق‬
َ ِ ‫صص ِه إم عإب َرةٌ ْل‬ َ
ٍ ِ ٍ
‫يل ُك ِّل َش إيء َوُى ًدى َوَر إْحَة ل َق إوم يُ إؤِمنُو َن‬ ِ ِ
َ ‫ْي يَ َديإو َوتَ إفص‬
َ ‫بَ إ‬
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖ (Q. S.
Yusuf [12]: 111)

Kisah pada al-Qur‘an tidak hanya mendeskripsikan kejadian lokal


yang terikat pada satu waktu yang eksklusif, dan juga mendeskripsikan
insiden yang terpisah dari satu tanda-tanda kehidupan yang lebih besar.
Selain itu, kisah pula adalah bagian dari gelombang sejarah kehidupan
semua umat manusia. Dalam artian, semua kisah yang disebutkan di dalam
al-Qur‘an merupakan dan ditujukan untuk semua umat manusia tanpa
terkecualipun.
Pada kehidupan sehari-hari, kisah-kisah yang disebutkan di dalam al-
Qur‘an sangatlah menyatu dengan masyarakat. Beraneka macam bentuk
penyampaian telah dilakukan, di antaranya publikasi serta dokumentasi,
seperti buku serta majalah yang spesifik membahas perihal kisah pada al-
Qur‘an yang telah banyak disusun. Banyak penceramah atau para
pendakwah yang tak jarang menorehkan kisah pada setiap isi pidato yang
disampaikan terhadap para pendengarnya atau jamaah.
3

Sampai pada fase sekarang ini, seiring kemajuan teknologi yang


semakin pesat, penyampaian kisah telah mengalami banyak sekali
kemajuan. Seperti yang telah diketahui, berbagai penayangan konten
islami dalam stasiun televisi telah dilakukan. Salah satu konten islami
tersebut di antaranya adalah menyajikan kisah yang terdapat di dalam al-
Qur‘an, seperti kisah para nabi serta kisah teladan yang lain. Menariknya,
tayangan ini menjadi salah satu tayangan yang menempati posisi dengan
rating tertinggi, adapun salah satu penyebab hal tersebut adalah adanya
minat penonton yang sangat tinggi.
Selain ditayangkan dalam acara televisi, kisah-kisah dalam al-Qur‘an
terutama yang berkaitan dengan kisah 25 nabi dan rasul ditulis dalam
bentuk buku cerita atau yang biasa dikenal buku cerita anak. Menariknya
di sini adalah jika pada al-Qur‘an tidak dijelaskan secara menditail, seperti
penggambaran dalam cerita Nabi Sulaiman yang memiliki beberapa versi
ketika dipaparkan di dalam buku cerita anak. Misalnya, bagian dalam
istana Nabi Sulaiman yang mana di dalam buku cerita disuguhkan secara
jelas. Lalu bagaimana buku cerita bisa menggambarkan nabi hanya dalam
sekejap mata dapat berbicara dengan hewan ataupun makhluk hidup yang
lain?
Akan hal tersebut, timbullah suatu pertanyaan apakah pembaca telah
mampu atau bisa menyimpulkan pesan yang sejatinya sebagai misi primer
sebuah kisah nabi yang terdapat dalam buku cerita anak? Apakah pembaca
telah mengambil „ibrah atau pembelajaran yang secara eksplisit tertuang
jelas dalam kisah nabi di buku cerita anak? Kenyataannya, apakah telah
berlangsung perubahan pada masyarakat ke arah yang lebih baik seiring
banyaknya penyampaian kisah nabi yang telah disebarluaskan oleh
beraneka macam media di berbagai kalangan?
4

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab menggunakan


penelitian secara langsung dengan melihat kondisi masyarakat pada
sekarang ini. Menurut penulis, terjadi ketidak-sinambungan dalam jati diri
masyarakat antara banyaknya penyampaian kisah menuju perubahan ke
arah yang lebih baik yang justru sebagai pesan atau misi primer sebuah
kisah. Kemudian apa penyebab ketidak-sinambungan tadi dapat terjadi?
Apakah materi kisah tersebut yang harus diulas kembali baik dalam
bentuk pemahamannya sekalipun? Lalu bagaimana sudut pandang
masyarakat terhadap kisah yang wajib diulas kembali?
Sejatinya, kisah merupakan bagian integral dari al-Qur‘an yang
diyakini akan keabsahannya, sebab keaslian sebuah kisah telah
memperoleh jaminan langsung dari Allah Swt. Sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam surah Âli ‗Imrân ayat 62 dan Yûsuf ayat 111 yang
menyatakan bahwasanya kebenaran sebuah kisah menjadi petunjuk dan
sekaligus sebagai suatu pembelajaran.

ِ ‫اْل ُّق َ وما ِمن إِٰلٍَو إََِّّل اللَّو َ وإِ َّن اللَّو ََلو الإع ِزيز إ‬
‫يم‬
ُ ‫اْلَك‬ ُ َ َُ َ َ ُ ‫ََ إ‬ َ‫ص إ‬ َ ‫إِ َّن َٰى َذا ََلَُو الإ َق‬
ُ ‫ص‬
―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.‖ (Q. S. Âli ‗Imrân [3]: 62)

‫يق الَّ ِذي‬ ِ َ‫اب َ ما َكا َن ح ِديثا ي إفت ر ٰى وٰلَ ِكن ت‬


َ ‫صد‬‫َ ً ُ ََ َ إ إ‬ َ
ِ ‫ُوِل إاْلَلإب‬ ِ ِ ِ َ‫لََق إد َكا َن ِِف ق‬
َ ِ ‫صص ِه إم عإب َرةٌ ْل‬ َ
ِ ٍ ِ ٍ
‫يل ُك ِّل َش إيء َوُى ًدى َوَر إْحَة ل َق إوم يُ إؤمنُو َن‬ ِ ِ
َ ‫ْي يَ َديإو َوتَ إفص‬
َ ‫بَ إ‬
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qur‘an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖ (Q. S.
Yûsuf [12]: 111)

Berdasarkan dua ayat tersebut, jelaslah akan aktualitas kisah nabi


yang terdapat di dalam al-Qur‘an. Jika terjadi perbedaan atau melahirkan
pengungkapan kisah yang berbeda-beda, maka hal tersebut merupakan
5

kesalahan yang lahir dari masyarakat dalam upaya memahami dan


mempelajari kisah nabi dalam al-Qur‘an itu sendiri. Lahirnya berbagai
pemahaman inilah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara
banyaknya penyajian kisah dengan hasil yang menjadi tujuan dari kisah itu
sendiri.3
Dari beberapa permasalahan yang telah dipaparkan di atas, menurut
penulis kajian yang fokus membahas tentang kisah nabi dalam buku cerita
anak perlu diterapkan dalam konteks sosial modern. Hal ini bertujuan agar
dapat dipetik hikmah serta pelajaran („ibrah) sehingga perbaikan kondisi
masyarakat Indonesia dapat terlaksana terutama dalam situasi krisis moral
seperti saat ini, misalnya tindakan korupsi, perusakan alam, hingga
menngkatnya kasus kriminalitas (kejahatan). Pemahaman yang baik dan
benar perihal kisah di dalam al-Qur‘an diharapkan dapat mengobati
berbagai penyakit sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat.
Dari beberapa yang telah penulis telusuri sebelumnya, telah
ditemukan separo dari buku cerita anak yang tersebar di kalangan
masyarakat tidak sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam al-
Qur‘an. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendekatan baru yang lebih baik
tatkala mempelajari kisah nabi dalam buku cerita anak. Akan tetapi,
sebuah pendekatan baru cenderung relatif, karena sejatinya menceritakan
sebuah peristiwa yang terdapat dalam kisah al-Qur‘an tidaklah cukup,
tentunya harus disertai dengan cara-cara baru agar sebuah kisah tidak
hanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran melainkan juga untuk
membangun tatanan kehidupan yang selaras menggunakan misi utama
yaitu al-Qur‘an. Dengan melihat kembali tujuan al-Qur‘an itu sendiri,
yakni menjadi pedoman hidup umat manusia yang berisi kebenaran.

3
Muhammad Ahmad Khalafullâh, al- Fann al- Qasasî fî al-Qur‟an al-Karîm
(Beirut: Sîna li al-Nasyr, 1999), 6.
6

Hal menarik lainnya adalah menceritakan sebuah kisah dipercaya


menjadi cara untuk menarik perhatian beraneka ragam kalangan yang
tidak terbatas, baik dalam usia tua atau masih belia, kaya atau kurang
mampu, baik selaku penguasa ataupun rakyat biasa, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan lahirnya buku cerita anak yang
di dalamnya mengupas seputar kisah-kisah dalam al-Qur‘an. Yang
menjadi pertanyaan di sini, apakah kisah nabi dalam buku cerita anak
terdapat penambahan atau justru terdapat penghapusan cerita serta dari
mana sumber yang menjadi landasan dalam buku cerita anak. Faktor
tersebut merupakan salah satu yang menjadikan penulis tertarik untuk
menindak lanjuti kisah nabi dalam al-Qur‘an yang diadaptasi dalam buku
cerita anak.
Pada redaksinya, kisah nabi didalam al-Qur‘an tak tersusun sesuai
kronologi insiden yang sebenarnya, tetapi diadaptasi menggunakan tujuan
kisah dan keadaan jiwa Nabi Muhammad Saw. Pada saat turunnya wahyu.
Berkaitan dengan hal ini, Muhammad ‗Abduh beropini bahwa al-Qur‘an
tidak bermaksud menggambarkan materi sejarah atau membahas insiden
secara kronologis dan jelas.4 Selaras dengan adanya ungkapkan tersebut
menunjukkan pentingnya menindaklanjuti, seperti mengharuskan adanya
perbandingan untuk memahami, mengetahui, serta mencocokkan kisah
nabi di dalam al-Qur‘an dengan yang terdapat di dalam buku cerita anak.
Demikian penggambaran ini yang merupakan latar belakang penulis
ingin menelisik salah satu kisah yang terdapat dalam buku cerita anak
yang telah mengadaptasi kisah nabi dari al-Qur‘an. Sementara itu, penulis
menggunakan orientasi (arah) komparatif dengan menggunakan al-Qur‘an
dan pendapat para mufassir lainnya. Penelitian tersebut akan penulis

4
Muhammad Rasyîd Rida, Tafsîr al-Manâr (Kairo: Matba‘ah Hijazi, 1959), jilid I,
327.
7

sajikan dalam skripsi ini dengan judul Studi Analisis Kisah Nabi
Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak: Komparasi atas Kisah Nabi
Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur’an.

B. Permasalahan
Sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka untuk
mempermudah dalam penulisan, penulis akan memberi identifikasi,
pembatasan serta perumusan masalah yang akan dibahas.

1. Identifikasi Masalah
Akan pemaparan yang telah dituangkan melalui latar belakang
permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
yang timbul kemudian. Adapun permasalahan tersebut antara lain:
a. Dalam buku cerita anak yang menjelaskan kisah para nabi dengan
kisah nabi yang ada di dalam al-Qur‘an tentunya memiliki
maksud atau pesan yang ingin disampaikan terhadap pembaca,
maka pesan apa yang akan ditonjolkan teruntuk penikmat buku
cerita anak?
b. Dari berbagai kisah nabi yang telah diuraikan melalui buku cerita
anak, terjadi pengembangan ketika dalam menjelaskan suatu
kejadian dari yang telah dijelaskan dalam al-Qur‘an. Untuk itu,
bagaimana dengan kesesuain kisah tersebut jikalau terdapat
perbedaan dari kisah aslinya. Maka, apakah penyebab atau yang
menjadikan keduanya nampak berbeda.
c. Terdapat beberapa kisah nabi yang tidak bisa disampaikan dalam
bentuk buku cerita. Sesungguhnya menggambarkan sesuatu yang
tidak tertulis di dalam cerita al-Qur‘an pun sudah menjadi
8

masalah. Apa ibrah yang didapat dari kisah nabi dalam buku
cerita anak-anak? Ketika diadaptasi menjadi buku cerita anak,
adakah cerita yang kurang atau sebaliknya? Lantas dari mana
sumber informasi terkait dengan sesuatu yang tidak dijelaskan di
al-Qur‘an? Sudah sesuaikah dengan penafsiran utama? Apakah
kisah yang ada di dalam al-Qur‘an diadaptasi dengan baik oleh
penulis buku cerita?

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Sesudah melakukan proses identifikasi masalah, lalu yang menjadi
penekanan fokus penelitian ini ialah cerita atau kisah Nabi Sulaiman yang
dikemas dalam buku cerita anak kisah 25 Nabi & Rasul. Adapun fokus
cerita tersebut menggunakan karangan Iwok Abqary yaitu ada berapa
kisah yang ditulis Iwok Abqary? Apakah hanya kisah Nabi Sulaiman?
Tidak kisah yang lainnya? Dalam surah dan ayat berapa terdapat kisah
Nabi Sulaiman? Penulis hanya memfokuskan pada kisah Nabi Sulaiman,
karena adapun masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah
bagaimana bentuk penggambaran kisah Nabi Sulaiman dalam buku cerita
anak kisah 25 Nabi karya Iwok Abqary?

C. Tujuan Penelitian
Melihat dari permasalahan di atas dapat dijelaskan tujuan penulisan
skripsi ini adalah:
1. Mendeteksi kisah Nabi Sulaiman a.s yang ada di dalam buku cerita
anak.
2. Menganalisis dan mengkritisi penafsiran yang berkaitan tentang kisah
Nabi Sulaiman a.s.
9

3. Menjelaskan dan melakukan komparasi pesan yang ingin disampaikan


oleh al-Qur'an dalam kisah Nabi Sulaiman a.s yang diadaptasi
menjadi buku cerita anak.
4. Mengetahui serta menambah wawasan tujuan akademik dan
memenuhi tugas dalam memenuhi Sarjana Strata 1 (S1).

D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis adalah untuk menambah wawasan para pengkaji
tafsir, mengenai kisah Nabi Sulaiman a.s dalam al-Qur'an yang
diadaptasi dalam bentuk bacaan buku cerita anak.
2. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan tambahan ajar pada mata
kuliah Tafsir seperti, Pendekatan Modern Kajian al-Qur'an,
Metodologi Penelitian Tafsir dan Hadits, serta Kajian Barat terhadap
al-Qur'an dan Hadits.
3. Menambah literasi dan wawasan untuk masyarakat.
E. Kajian Pustaka
Agar mencapai hasil penelitian yang baik, dibutuhkan data-data valid
agar bisa menjawab secara komprehensif permasalahan yang ada. Hal ini
digunakan untuk menghindari kecenderungan penulisan terhadap
penelitian lain, maka dicarilah penelitian-penelitian sebelumnya baik itu
berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang memiliki kemiripan tema serta
judul dengan rencana penelitian penulis.
Pengisahan Nabi Yûsuf Dalam al-Qur‟an dan Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab) Skripsi oleh
Umar Ubaidillah.5 Perhatian utama penulis dalam skripsi ini ialah

5
Umar Ubaidillah, Pengisahan Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‟an dan Injil (Analisis
Perbandingan Tafsir Ibn Katsir dan Tjerita-Tjerita Al-Kitab), (Skripsi Program Studi
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013)
10

mengkaji kisah Nabi Yûsuf dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr karya Abu al-
Fida al-Hafiz Ibn Kātsīr atau yang terkenal dengan sebutan Tafsir al-
Qur‘an al Azim dan buku Tjerita Tjerita Alkitab karya Anne de Vries.
Karena di dalamnya (baik tafsir Ibn Kātsīr dan buku Tjerita Alkitab)
membahas kisah Nabi Yûsuf yang banyak mengandung hikmah. Melalui
dua kitab ini, penulis meneliti persamaan dan perbedaan baik dalam kitab
Tafsir Ibn Kātsīr dan Tjerita Alkitab mengenai kisah Nabi Yûsuf. Hikmah
kisah Nabi Yûsuf dari kedua kitab ini juga tidak luput dari pembahasan
penulis.
Penulis juga memaparkan secara detail apa yang dimaksud dengan
kisah, macam-macam kisah serta tujuannya. Terutama asas al-Qur‘an.
Sehingga term qasas al-Qur‘an ini menjadi pijakan untuk memahami arti
sebuah kisah/cerita dalam kedua kitab tersebut. Melalui pembacaan kedua
kitab tersebut, penulis mengetahui sumber rujukan kisah Nabi Yûsuf yang
terdapat dalam kitab Tafsir Ibn Kātsīr. Ibn Kātsīr banyak mengutip
riwayat atau hadis dan pendapat para mufasir sebelumnya, salah satunya
dari Ibn Jarir al-Thabari dalam menjelaskan kisah Nabi Yûsuf. Dalam ilmu
tafsir, metode ini merupakan bagian dari tafsir bi ma‘tsur. Sedangkan
Anne de Vries hanya memaparkan kisah secara panjang lebar yang
bersumber dari Injil berdasarkan pemahamannya.
Interpretasi Jannah Dalam Kisah Nabi Adam Perspektif Muhammad
Abduh, Skripsi oleh Ahmad Nur Ahsan.6 Keberagaman penafsiran pada
dasarnya menambah kekayaan khazanah keilmuan. Beberapa penafsiran
bisa berjalan beriringan namun terkadang bisa saling berlawanan.
Penafsiran yang paling baik adalah menafsirkan ayat dengan ayat yang
lain atau dengan hadis shahih. Sebuah perbedaan yang menarik untuk

6
Ahmad Nur Ahsan, Penafsiran Jannah Dalam Kisah Nabi Adam Prespektif
Muhammad Abduh, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015)
11

dikaji adalah perbedaan penafsiran antara Muhammad Abduh dengan


Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan Jannah yang disebutkan
pada kisah Nabi Adam a.s. Kedua mufassir ini sama-sama mufassir
kontemporer dan sama-sama lulusan al-Azhar Kairo.
Keberagaman itu muncul karena perbedaan latar belakang kehidupan
mufassir yang berbeda dan latar belakang pemikiran yang berbeda pula.
Sejarah Muhammad Abduh lebih menghadapi dunia perkembangan eropa
yang sedang maju, ditambah menghadapi masyarakat yang sangat
mengagungkan taqlid tanpa mengkaji asal muasal hukumnya. Latar
belakang seperti ini tidak sama dengan yang dialami oleh Quraish Shihab.
Hakikatnya makna tersirat kisah di dalam al-Qur‘an bukanlah untuk
diperdebatkan detail kisahnya, namun untuk diambil hikmah dan pelajaran
yang terkandung di dalamnya.
Penafsiran Kisah-kisah al-Qur‟an; Telaah terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi al-Qur‟an
al-Karîm, skripsi oleh Muhammad Khotib.7 Skripsi ini berusaha
memecahkan konflik mengenai pandangan Khalafullâh perihal kisah di
dalam al-Qur‘an yang ada pada buku al Fann al-Qasasiy fi al-Qur‘an al-
Karîm. Khalafullâh memaparkan qasas al Qur‘an bukan cerita biasa, sebab
terkadang tidak mempedulikan unsur sejarah. Qasas al-Qur‘an
dipergunakan al-Qur‘an agar memberikan hudan/petunjuk untuk seluruh
manusia.
Lebih dalam lagi Khalafullâh mengkomparasikan antara materi kisah
serta tujuan atau pesan yang ada di dalam al-Qur‘an. Lebih lanjut perihal
bagaimana Khalafullah mempelajari kisah-kisah di dalam al-Qur‘an?

7
Muhammad Khotib, Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‟an; Telaah terhadap
Pemikiran Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al Qasasiy fi al-Qur‟an al-
Karim, (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2009)
12

Itulah yang akan diungkap dalam skripsi ini. Sebagai kitab petunjuk, al-
Qur‘an memakai beraneka ragam bentuk atau redaksi ayat yang majemuk
dalam hal menyapa umat. Hal ini menjadi bukti nyata kemukjizatan al-
Qur‘an yang dapat diadaptasi menggunakan kemampuan logika
masyarakat yang sebagai objeknya. Hal ini juga bertujuan supaya mudah
dipahami dan dapat diambil manfaatnya sebagai kitab petunjuk. Salah satu
bentuk redaksi ayat al-Qur‘an adalah berupa ayat-ayat tentang kisah.
Selanjutnya, sebagai sebuah karya ilmiah penulis menggunakan metode
pengumpulan data serta analaisis isi melalui penelitian kepustakaan.
Skripsi oleh Sovie Safitri S,8 yang berjudul Analisis Isi Pesan Akhlak
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ. Analisis Isi Pesan Akhlak
pada Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya Squ, aktivitas dakwah adalah salah
satu metode komunikasi, pada kegiatan dakwah ada pesan dakwah yang
diberikan, ialah pesan aqidah, akhlak, serta syariah. Akhlak sendiri
menelaah perihal sikap atau amal manusia yang baik mapun buruk.
Mulanya pesan akhlak hanya disampaikan melalui bentuk verbal, tetapi
sekarang dapat melewati media massa, seperti halnya ialah komik. Komik
merupakan bentuk seni yang memakai gambar yang tidak bergerak yang
dirancang supaya membentuk jalan cerita yang menyesuaikan teks dengan
gambar. Komik diklaim menarik sebab kontennya tidak membosankan
secara terus menerus, oleh karena itu penerapan pesan akhlak bisa
dilakukan dengan cara efektif melalui media komik.
Skripsi oleh Tengku Abubakar,9 yang berjudul Analisis Semiotika
Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI

8
Sovie Safitri S, Analisis Isi Pesan Akhlak Dalam Komik Pengen Jadi Baik 1 Karya
Squ, (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018)
9
Tengku Abubakar, Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam Komik 99
Pesan Nabi Karya VBI Djenggotten. (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016)
13

Djenggotten. Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan pada Komik


99 Pesan Nabi Dewasa ini, banyak masyarakat saat ini sadar bahwa komik
tidak hanya sebatas sarana hiburan. Komik acap kali dipergunakan sebagai
misi-misi eksklusif, misalnya media dakwah atau layaknya komik politik
ataupun komik propaganda.
Komik ini menyampaikan ilustrasi yang berasal dari hadits-hadits
Bukhari dan Muslim yang terkenal. Komik ini menyampaikan arti dan
maksud dari perilaku kehidupan sehari-hari, ada pula yang menyalurkan
ari dan maksud mengenai nilai-nilai kepemimpinan khususnya pemimpin
yang ada di Indonesia. Setelah itu timbullah pertanyaan, apa maksud
denotatif, maksud konotatif, dan juga mitos yang terangkum di dalam
komik 99 Pesan Nabi? Melihat konteks yang dirancang oleh pertanyaan
penelitian tadi, artinya tinjauan teoritis yang dipergunakan ialah teori
semiotika dari Rolland Barthes yaitu melihat maksud tanda yang da di
denotasi dan konotasi, serta yang biasa dinamakan two order of
signification (signifikasi dua term atau dua tatanan pertanda). Signifikasi
term pertama adalah korelasi antara signifier (aktualisasi diri) serta
signified (isi) pada sebuah tanda terhadap empiris yang eksternal.
Skripsi oleh Muhammad Idham Kholid,10 yang berjudul Karakteristik
Metode Pembelajaran Cerita dalam al-Qur'an Surat al-Qashash Ayat 76-
81. Tujuan penelitian tersebut ialah guna mempelajari bagaimana ciri-ciri
langkah pemahaman qasas al-Qur‘an, khususnya surah al-Qashash ayat
76-81. Berangkat dari kekhawatiran penulis semakin berkurangnya anak-
anak di sekolah yang tahu dan menerima cerita-cerita yang baik dari guru-
guru di sekolah mereka. Arti kisah yang baik adalah kisah yang berasal
dari al-Qur‘an. al-Qur‘an telah memberi gambaran dan contoh bagaimana

10
Muhammad Idham Kholid, Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita dalam Al-
Qur'an Surat Al-Qashash Ayat 76-81. (Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014)
14

cara bercerita dengan baik dan benar, yang bisa menarik pesan dan
pembelajaran pada setiap cerita, tak hanya menjadi hiburan semata.
Hasil penelitian yang dilaksanakan penulis dapat diambil kesimpulan
bahwasanya karakteristik al-Qur‘an dalam mengungkap cerita khususnya
surah al-Qashash ayat 76-81 adalah singkat, tepat sasaran, dan jelas serta
tak bertele-tele. Selalu terdapat pesan yang tersirat dan kebijaksanaan dari
semua cerita yang diceritakan serta menekankan pada kebenaran dan juga
terdapat pesan yang disampaikan pada tengah dan akhir cerita,
sebagaimana cerita ini bukan hanya seperti media massa hiburan layaknya
kisah sastra lainnya, akan tetapi menjadi langkah pembelajaran yang
efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan-pesan religius.
Skripsi oleh Nuraini Mardhiyah,11 yang berjudul Analisis
Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada Komik 33 Pesan Nabi (Jaga
mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik Perilaku Masyarakat.
Permasalahannya adalah ―bagaimana Komik 33 Pesan Nabi (Jaga Mata,
Jaga Telinga, Jaga Mulut) mengkritik perilaku masyarakat melalui hadis
Bukhari-Muslim‖ dengan tujuan penelitian mendapatkan bentuk penanda
dan petanda denotatif (zahir) dan konotatif (batin), tanda denotatif dan
konotatif serta makna mitos hadis Bukhari-Muslim dari komik tersebut.
Skripsi oleh M. Maulana Mahmudah,12 yang berjudul Berdakwah
Melalui Komik: Analisis Pesan Dakwah Dalam Komik Pengen Jadi Baik
2. Di era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ditandai dengan
maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat
pembentuk opini publik, para mubalig dan aktivis dakwah telah

11
Nuraini Mardhiyah, Analisis Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada Komik 33
Pesan Nabi (Jaga mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai Kritik Perilaku Masyarakat.
(Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Serang 2015)
12
M. Maulana Mahmudah, Berdakwah Melalui Komik: Analisis Pesan Dakwah
Dalam Komik Pengen Jadi Baik 2. (Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi UIN Banjarmasin 2019)
15

memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk berdakwah. Dakwah


dilakukan secara Darling dan Luring, namun dapat dilakukan dengan
media tulisan seperti buku, novel, cerpen, dan komik.
Kisah dikemas dengan model lucu, menarik, dan ringan membuat
komik amat disukai. Oleh sebab itu banyak yang menggunakan komik
sebagai media dakwah seperti halnya SQU yang bernama asli Ardian
Candra Susila penulis komik Islami berjudul pengen jadi baik 2. Komik
pengen jadi baik 2 merupakan komik Islami yang mengisahkan
pengalaman-pengalaman kecil di kehidupan sehari-hari penulis dan
keluarganya yang ditokohkan dalam Abah, Kevin, dan Mama K. Komik
ini ditulis dengan bahasa yang ringan, lucu dan syarat akan nilai-nilai
dakwah.
Skripsi oleh Muhammad Nasrullah,13 yang berjudul Konsepsi seni
rupa dalam al-Qur‟an: studi analisis surat Saba‟ ayat 13 dalam perspektif
para mufassir. Seni rupa di zaman sekarang ini banyak timbul alasan yang
menuai pro dan kontra apalagi tentang patung dan gambar. Hal ini
dikarenakan seni rupa pekerjaan yang dosa atau kegiatan yang muncul
akan dosa. Munculnya penelitian ini di latar belakangi dengan adanya
pembuktian para mufassir dari zaman klasik hingga modern yang
membolehkan kegiatan tersebut atau menjadi suatu pekerjaan yang
sebagaimana telah disebutkan di dalam al-Qur‘an surat Saba‘ ayat 13.
Penelitian ini mencoba menganalisis antara penafsiran at-Thabari, al-
Qurtubi, dan Quraish Shihab yang masyhur dengan corak fikih atau
hukum dan adab ijtimai‘ serta relevansinya terhadap pakar seni rupa
modern.

13
Muhammad Nasrullah, Konsepsi seni rupa dalam al-Qur‟an: studi analisis surah
saba‟ ayat 13 dalam perspektif para mufassir. (Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur‘an & Tafsir
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya 2019)
16

Karenanya, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai


surah Saba‘ ayat 13 atas dasar pemahaman dari tiga mufassir dan
menganalisis metode dan pendekatan para mufassir terhadap surah Saba‘
ayat 13. Model penelitian yang saat ini digunakan adalah kualitatif, dalam
segi penyajiannya menggunakan tehnik deskriptif analisis. Penelitian ini
berobjek pada penafsiran al-Tabari, al-Qurthubi, dan Quraish Shihab
terhadap surat Saba‘ ayat 13 dan relevansinya dengan pakar seni rupa
modern. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu library research, yaitu mengkhususkan terhadap literatur-literatur
baik primer maupun sekunder.
Pada akhirnya, penelitian ini memberikan jawaban bahwa, ada
kenyataanya, menurut ketiga mufassir tersebut yaitu al-Tabari, al-
Qurthubi, dan Quraish Shihab adalah apabila seni rupa membawa manfaat
bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama,
mengabdikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan
serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi
mendukung, tidak menentangnya. Kemudian ketiga-tiganya para mufassir
tersebut menggunakan metode tahlili, bercorak fikih atau hukum dan adab
ijtimai‘, dan menggunakan pendekatan bil-matsur.
Tesis Diploma oleh Firdayanti Nopiana,14 yang berjudul Analisis
Pesan Dakwah dalam Komik 90++ Nasihat Nabi untuk Perempuan Karya
Angga Priatna. Aktivitas dakwah tidak hanya dilakukan di atas mimbar
tetapi kegiatan dakwah bisa dilakukan dengan bermacam media. Kegiatan
dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara trasidional seperti ceramah dan
pengajian yang masih menggunakan media komunikasi tutur. Dengan
perkembangan zaman kegiatan dakwah dapat disampaikan melalui media

14
Firdayanti Nopiana, Analisis Pesan Dakwah dalam Komik 90++ Nasihat Nabi
untuk Perempuan Karya Angga Priatna. (Tesis Diploma Jurusan Komunikasi &
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah & Komunikasi 2018)
17

cetak, salah satunya adalah komik. Keberadaan komik religi tidak hanya
untuk menyampaikan informasi tetapi untuk hiburan yang mendidik, pada
saat ini komik religi mudah ditemukan dan didapatkan salah satu komik
yang bernuansa religi dan memiliki pesan-pesan kebaikan seperti komik
90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan karya Angga Priatna.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pesan dakwah
dari Samsul Munir Amin berpendapat bahwa klasifikasi pesan dakwah
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak, syariah dan aqidah. Tujuan Penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pesan akhlak yang terkandung dalam komik 90++
Nasihat Nabi Untuk Perempuan, untuk mengetahui pesan syariah dalam
komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan, dan untuk mengetahui pesan
aqidah dalam komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif dengan jenis
pendekatan deskriptif, penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan
tentang pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam komik 90++ Nasihat
Nabi untuk Perempuan.
Setelah menganalisis penelitian, dapat diketahui bahwa pesan-pesan
dakwah pada komik 90++ Nasihat Nabi Untuk Perempuan sebanyak 93
tema pesan dakwah, yang diklasifikasikan menjadi tiga pesan dakwah
yaitu kategori pesan akhlak, kategori pesan syariah dan kategori pesan
aqidah, pada pesan akhlak terdapat beberapa bagian kategori seperti
akhlak terpuji, akhlak tercela, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada
tetangga dan akhlak suami istri, setelah itu kategori pesan syariah pun di
bagi beberapa kategori yaitu tentang anjuran ibadah, anjuran
menggunakan perhiasan bagi wanita, kewajiban menutup aurat dan
tentang pernikahan, pada kategori pesan aqidah dibagi beberapa kategori
yaitu kategori Iman Kepada Allah dan Iman Kepada hari Akhir.
18

Dari literatur kajian pustaka yang ada di atas, dan dari sejumlah
penelitian yang ada sebelumnya, belum pernah ada yang meneliti tentang
Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Buku Cerita Anak:
Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Tafsir Al-Qur‟an, mereka
hanya fokus dalam persoalan yang lain. Oleh karena itu dari beberapa
kajian pustaka tersebut, penulis hanya memfokuskan posisi penelitian ini
pada analisis penyajian kisah Nabi Sulaiman a.s dalam buku cerita anak.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pembahasan pada penelitian ini menerapkan metode penelitian
kualitatif yang mana penelitian ini menggunakan teknik pencarian makna,
pemahaman, pengertian tentang suatu fenomena, kejadian maupun
kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan/atau tidak langsung
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh.15 Penelitian
kualitatif lebih menelisik terhadap data yang sebenarnya serta yang
absolut, yang artinya suatu nilai di balik data yang nyata.16
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan menggunakan
metode analisis dan kepustakaan. Ada juga sumber data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu al-Qur'an, buku cerita kisah nabi anak, kamus
klasik bahasa Arab, beraneka macam kitab tafsir dan buku-buku yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an. Adapun untuk
merealisasikan teknik tersebut penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer

15
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan, Edisi 1, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 328
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 9.
19

Pada penelitian ini penulis memakai al-Qur'an dan


terjemahannya, banyak kitab tafsir, beraneka macam buku yang
membicarakan perihal kisah dan cerita di dalam al-Qur'an, dimana
dalam hal ini khusus penulis menggunakan buku cerita anak kisah-
kisah nabi karya Iwok Abqary.
b. Sumber Data Sekunder
Dalam hal ini penulis menggunakan Kitab tafsir, buku-buku,
jurnal, skripsi, artikel, internet dan alat informasi lainnya yang
berkaitan dengan informasi atau pembahasan ini guna dijadikan
informasi tambahan, serta dapat dipertanggungkan kebenaran datanya.
3. Metode Pembahasan
Data yang sudah ada akan penulis analisa dengan menggunakan
metode deskriptif analisis17 yang bersifat kualitatif. Penggunaan metode
deskriptif analisis ini diharapkan mampu untuk mendeskripsikan
permasalahan dan data yang berkaitan dengan tema penelitian menurut
kategori yang telah disusun guna memperoleh kesimpulan tentang pesan
yang ingin disampaikan dari Al-Qur‘an kisah Nabi Sulaiman As. yang
diadaptasi menjadi buku cerita anak.
a. Deskripsi
Yaitu menggambarkan keadaan atau status fenomena.
Maksudnya adalah menggambarkan bagaimana kedua sumber yaitu
al-Qur‘an dan buku cerita anak dalam mengkisahkan Cerita kisah
Nabi Sulaiman As. dengan kesesuaian tafsir utama.

17
Deskriptif analisis adalah sebagai upaya mengkaji kemudian memaparkan
keadaan objek yang akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang sudah ada (primer
maupun sekunder) kemudian menganalisanya secara komprehensif melalui pendekatan
komparatif, sehingga akan tampak jelas perbedaan yang ada dan jawaban atas persoalan
yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudia menghasilakan pengetahuan
yang valid. Lihat: John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative, anfd
Mixed Methods Apporoach, Penerjemah: Achmad Fawaid dan Rianayati Pancasari
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 262.
20

b. Analisis
Pada penyusunan penelitian skripsi ini, penulis memakai langkah
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research).
Penulis juga mencari, mengumpulkan serta mengkaji beberapa buku,
jurnal, dan sumber bacaan yang terdapat beberapa kaitannya pada
pembahasan skripsi ini. Dengan karya Iwok Abqary buku cerita kisah
25 nabi & rasul yang sebagai sumber primer penulisan penelitian
skripsi. Hal ini sangat krusial dilaksanakan agar memperoleh data,
kerangka teori, serta pemikiran dari para ahli yang berkompeten
sesuai bidangnya perihal masalah yang penulis bahas. Dalam hal
menganalisis data-data, penulis memakai metode deskriptif analitis.
Secara deskriptif artinya menjelaskan dan menafsirkan data yang
berkaitan dengan fakta keadaan saat ini, variabel serta fenomena dan
kenyataan yang terjadi ketika penelitian sedang terjadi dan juga
menyajikan secara sederhana.18 Pada saat ini, penulis akan
mendeskripsikan dan menerangkan pemahaman Iwok Abqary yang
tertulis dalam buku karangannya pada ayat-ayat kisah Nabi Sulaiman
as seperti di dalam al-Qur‘an.
Analitis menjadi upaya eksplorasi dan juga penjelasan terkait
fenomena pemahaman, pemaknaan, interpretasi al-Qur‘an, dan
menguatkan pengetahuan terkait banyak sekali macam eksperimen
tadi. Analisis isi (content analysis) dilakukan guna menganalisis
pemahaman Iwok Abqary terkait ayat-ayat kisah di dalam al-Qur‘an.
4. Teknik Penulisan

18
M. Subana, dan Sudarajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 89.
21

Penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Karya


Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis membagi
pembahasannya menjadi beberapa subbab dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab pertama, ialah pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang
persoalan yang timbul dalam penelitian ini, sesudahnya permasalahan
tersebut diteliti serta dipecahkan, dibatasi dalam perumusan masalahnya,
lalu disebutkan juga tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Adapun
tinjauan pustaka dilaksanakan yang memiliki tujuan untuk mengetahui
letak penelitian ini diantara studi kasus yang lain, begitu pula pada
penerangan tentang metode penelitian yang digunakan guna menuntaskan
penelitian skripsi ini. Serta pembahasan terakhir adalah penjelasan
mengenai sistematika pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini.
Bab kedua, menjelaskan ilustrasi secara umum perihal kisah Nabi di
dalam al-Qur‘an pada kajian ‗Ulum al-Qur‘an. Bab ini mencakup definisi
kisah, pesan yang tersirat serta hikmah dan tujuan kisah, karakteristik dan
berbagai macam kisah Nabi di dalam al-Qur‘an.
Bab ketiga, menguraikan seputar biografi Iwok Abqary, karya-karya
dari Iwok Abqary, serta tentang penerbit buku.
Bab keempat, berisi perihal kisah Nabi Sulaiman As. pada buku cerita
anak karya Iwok Abqary. Bab ini mencakup penafsiran kisah-kisah pada
al-Qur‘an karya Iwok Abqary serta kontekstualitas kisah Nabi Sulaiman di
dalam al-Qur‘an: antara ibrah dan kenyataan liputan sejarah selanjutnya
Bab ini diakhiri dengan analisis pada pemahaman kisah menurut Iwok
Abqary.
22

Bab kelima penutup, pada epilog bagian ini menjawab seluruh


masalah yang diangkat dan memberikan rekomendasi atau saran yang
berguna dilakukan praktis serta untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
PENAFSIRAN KISAH AL-QUR’AN

A. Definisi Kisah
Arti kata kisah menurut KBBI adalah suatu riwayat atau biasa disebut
sebagai cerita maupun peristiwa yang telah terjadi pada kehidupan setiap
individu.1 Kata-kata dari kata dasar kisah yaitu berkisah, kisahan,
mengisahkan, pengisahan, terkisah.
Kisah merupakan rentetan suatu peristiwa atau kejadian di dalam
lingkup kehidupan setiap insan. Sedangkan maksud dari kata berkisah
adalah bercerita tentang, mengisahkan atau menceritakan suatu kejadian
yang telah terjadi. Lain halnya dengan terkisah, diceritakan; dikisahkan;
kisahan yang menjelaskan tentang wacana yang bersifat cerita, baik
berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan rekaman. Sama halnya
dengan narasi yakni pengisahan atau proses, cara, dalam menguraikan
maupun perbuatan mengisahkan.
Secara definisi bahasa, yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kisah merupakan suatu penuturan yang
mendeskripsikan atau menjelaskan bagaimana suatu hal dapat terjadi.2
Cerita mempunyai makna yang hampir sama dengan kisah, yang mana
kisah sendiri merupakan istilah serapan yang berasal dari kata qishshah di
dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata dasar qaf ṣad ha‟ yang
memiliki arti kisah, cerita, berita atau keadaan. Menurut Abdul Aziz
Abdul Majid, kisah merupakan suatu macam sastra yang mempunyai
estetika keindahan serta kenyamanan tersendiri serta merupakan salah satu
bentuk sastra yang mampu dibaca atau walau hanya didengar oleh orang

1
Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa)
2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 283.

23
24

yang tak mampu membaca.3 Lain halnya dengan Sa‘id Mursy yang
mengungkapkan bahwasanya kisah merupakan penjelasan ilmu
pengetahuan pada anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana serta
mudah untuk dipahami.4
A. Hanafi mengutip pendapat Dr. Muhammad Khalafullah pada
bukunya al-Fannu al-Qaṣaṣī fī al-Qur‘ān al-Karīm yang memiliki definisi
bahwasanya kisah artinya sebuah karya kesusasteraan yang artinya suatu
hasil khayalan pengarang kisah kepada kejadian-kejadian yang
berlangsung atas satu orang pelaku yang kenyataaannya tidak nyata.
Ataupun, berasal dari satu orang pelaku yang benar-benar ada dan nyata.
Akan tetapi suatu perkara kejadian yang berkisar dalam dirinya pada kisah
tersebut mustahil untuk terjadi. Atau mungkin, kejadian tersebut
berlangsung pada diri pelaku, namun pada kisah tersebut ditumpuk atas
dasar seni yang memiliki estetika lebih, yang separuh dari insiden tersebut
didahulukan serta sebagiannya lagi dikemudiankan, sebagiannya yang lain
disebutkan lalu sebagiannya lagi dihilangkan. Adapun, perihal peristiwa
yang faktanya benar terjadi tersebut dibubuhi kejadian baru yang tak
terjadi atau dilebih-lebihkan dalam pengilustrasikannya, sebagai akibatnya
para pelaku sejarah keluar dari kebenaran dan kenyataan yang biasa dan
telah menjadi sebagai para pelaku khayali.5

B. Cerita dalam al-Qur’an


Telah dijelaskan sebelumnya dalam buku ―Metode Dakwah‖ yang
diterbitkan oleh Departemen Agama RI bahwa di dalam dalam al-Qur‘an
telah banyak teks-teks atau ayat yang menjelaskan akan kisah umat

3
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng Yanti dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Kalya, 2001), 8.
4
Muhammad Sa‘id Mursy, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Arroyan, 2001), 117.
5
A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur‘an, (Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1984), Cet.1, 15.
25

terdahulu bisa dijadikan sebagai materi sekaligus menjadi alat yang


komparatif guna melakukan kegiatan dalam berdakwah serta untuk
mendidik.
1. Macam-Macam Cerita dalam al-Qur’an
Cerita-cerita yang telah dipaparkan secara jelas dalam al-Qur‘an
memiliki kesinambungan dalam kehidupan setiap para utusan Allah.
Begitu halnya yang berkaitannya dengan segala sesuatu sesuatu yang
berhubungan dengan para Nabi, seperti Iblis, Qabil-Habil, Khidir, Qarun,
Firaun, dan lain sebagainya. Segala kisah yang dijelaskan di dalam al-
Qur‘an, tidak hanya menerangkan kisah para Nabi saja, melainkan juga
menceritakan kejadian yang dialami oleh seseorang yang hidup bukan
pada zaman nabi, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, Żulqarnain, Aṣḥab al-
Ukhdud, dan lain seagainya.
Dari sekian banyak kisah yang dituangkan di dalam al-Qur‘an,
terdapat kisah yang diceritakan kembali guna menjawab pertanyaan para
sahabat kala itu, seperti kisah Aṣḥab al-Kahfi, dan Żulqarnain (Qs. al-
Kahfi ayat 9-20 dan 83). Adapun sebagian besar kisah lainnya
difirmankan tanpa ada penyebab atau sebuah permintaan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya cerita atau
kisah di dalam al-Qur‘an mencakup banyak hal, seperti sebuah peringatan,
ibarat, pertanda, dan tentunya pesan untuk seluruh umat manusia. Berikut
pembagian cerita yang ada di dalam al-Qur‘an.
a. Dilihat dari segi waktu kejadian sebuah peristiwa atau insiden
yang disebutkan di dalam al- Qur‘an, ada tiga jenis yakni:
 Cerita yang mengandung hal gaib dan terjadi pada masa lalu,
maksudnya suatu peristiwa atau kejadian gaib dalam artian
tidak bisa ditangkap oleh panca indra, seperti cerita-cerita
Nabi, dan lain sebaginya.
26

 Cerita hal-hal gaib pada masa kini, yaitu menjelaskan


kejadian-kejadian gaib pada masa sekarang (meski sudah ada
sejak dahulu dan akan tetap ada sampai pada masa yang akan
datang), dan yang menyingkap rahasia orang-orang munafik.
 Menceritakan perihal gaib pada masa yang akan datang yang
belum pernah terjadi pada saat turunnya al-Qur‘an, lalu
insiden itu benar-benar terjadi begitu saja.
b. Selanjutnya, kisah yang dicermati dari tahap materi, terdapat tiga
macam di antaranya:
 Kisah atau cerita para utusan Allah yang berkaitan dengan
dakwah mereka dari segala arah dan perkembangannya,
mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi terpilih,
kemudian kedudukan yang didapatkan oleh para
pembangkang, dan yang terakhir kisah yang menjelaskan
akan dampak dari orang-orang yang telah yakin dan yang
membohongi mereka dan masih banyak lagi. Contohnya
seperti dalam cerita Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad, dan nabi serta rasul yang lainnya.
 Kisah atau cerita yang datang dari tokoh ataupun sekelompok
manusia pilihan Allah, seperti kisah Lukman al-Ḥakim,
Aṣḥab al-Kahfi dan lain-lain. Selanjutnya kisah masa lampau
yang mana keberadaannya tidak bisa dipastikan secara
langsung apakah mereka benar-benar nabi atau bukan,
contohnya cerita Thalut dan Jalut, dua putra Adam,
Żulqarnain, Qarun, Maryam, serta Aṣḥab al-Ukhdud, dan
lain-lain.
 Kisah atau suatu peristiwa besar yang berlangsung pada masa
Rasulullah Saw serta melibatkan Rasulullah saw. di
27

dalamnya. Di antaranya seperti cerita perang badar serta


perang uhud dalam surah Ali Imran, perang hunain dan
perang tabuk dalam surah at-Taubah, perang Ahzab dalam
surah al-Ahzab, kejadian tentang hijrah, Isra‘ Mi‘raj dan lain
sebagainya.6
C. Pengertian Kisah dalam al-Qur’an
Menurut bahasa, kata qaṣṣaṣ merupakan bentuk jamak dari kata
qiṣah, yang memiliki arti mengikuti jejak7 atau menelusuri bekas dari
suatu peristiwa.8 Kata al-qaṣaṣ adalah bentuk Masdar dari kata qaṣṣa-
yaquṣṣu-qaṣaṣan,9. Qaṣaṣ berarti berita yang berurutan. Sedang al-qiṣṣah
berarti urusan, berita, perkara, dan keadaan. al-Qur‘an selalu
menggunakan terminologi qaṣaṣ untuk menunjukan bahwa kisah yang
disampaikannya itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau
dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah
dan benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qiṣaṣ.
Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah dijelaskan mengenai pengertian
qaṣṣaṣ, seperti terlihat dalam ayat-ayat berikut ini.

ِ ِ َ َ‫ق‬
‫صا‬
ً‫ص‬ َ ‫ال َٰذل‬
َ َ‫ك َما ُكنَّا نَإب ِغ َ فَ إارتَدَّا َعلَ ٰى آثَا ِرِهَا ق‬
―Musa berkata: ‗Itulah (tempat) yang kita cari‘. Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula‖. (Qs. al-Kahfi[18]: 64)

6
FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat Pendidikan
Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Direktur Jenderal
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Metode Dakwah, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2004), 128.
7
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (Cet. 18, Bogor: Pustaka
LiteraAntarNusa, 2015), 435.
8
Muhammad Warson, Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta: UPBIK Pondok
Pesantren Krapyak, 1984), 348.
9
Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Cet. 1,
Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 345.
28

Dalam ayat ini lafaẓ qaṣaṣ menunjukkan arti mengikuti jejak yang
sama dengan menelusuri bekas. Selanjutnya dijelaskan pula pengertian
lain, sebagaimana dalam firman-Nya:

ٍ ُ‫ت بِِو َع إن ُجن‬


‫ب َوُى إم ََّل يَ إشعُ ُرو َن‬ ‫صَر إ‬
ِ ِّ ُ‫وقَالَت ِْلُختِ ِو ق‬
ُ َ‫صيو َ فَب‬ ‫َ إ إ‬
―Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ‗Ikutilah dia‘
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya‖. (Qs. al-Qaṣaṣ[28]: 11)

Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa lafaẓ quṣi/qaṣṣaṣ memiliki


pengertian mengikuti.

ِ ‫اْل ُّق َ وما ِمن إِٰلٍَو إََِّّل اللَّو َ وإِ َّن اللَّو ََلو الإع ِزيز إ‬
‫يم‬
ُ ‫اْلَك‬ ُ َ َُ َ َ ُ ‫ََ إ‬ َ‫ص إ‬ َ ‫إِ َّن َٰى َذا ََلَُو الإ َق‬
ُ ‫ص‬
―Sesunguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (Qs. Āli ‗Imrān[3]: 62)

‫يق الَّ ِذي‬ ِ َ‫اب َ ما َكا َن ح ِديثا ي إفت ر ٰى وٰلَ ِكن ت‬


َ ‫صد‬‫َ ً ُ ََ َ إ إ‬ َ
ِ ‫ُوِل إاْلَلإب‬ ِ ِ ِ َ‫لََق إد َكا َن ِِف ق‬
َ ِ ‫صص ِه إم عإب َرةٌ ْل‬ َ
‫يل ُك ِّل َش إي ٍء َوُى ًدى َوَر إْحَةً لَِق إوٍم يُ إؤِمنُو َن‬ ِ ِ
َ ‫ْي يَ َديإو َوتَ إفص‬
َ ‫بَ إ‬
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman‖. (Qs.
Yusūf[12]: 111)

Dari ayat-ayat di atas menjelaskan pengertian kisah secara bahasa dari


sudut pandang al-Qur‘an. Sedangkan menurut istilah, qaṣṣaṣ al-Qur‟an
berarti suatu kisah yang telah tertera di dalam al-Qur‘an yang di dalamnya
menceritakan para utusan-Nya, ikhwal umat terdahulu serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini maupun masa yang
akan datang. Di dalam al-Qur‘an sendiri, telah banyak menggambarkan
kejadian yang dialami oleh Nabi/Rasul dan para pengikutnya.10

10
Abdul Djalal, Ulumul Qur‟an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 294.
29

Qaṣaṣ al-Qur‟an dengan kata lain merupakan suatu pemberitaan yang


datang dari al-Qur‘an perihal ihwal umat terdahulu, nubuwat (kenabian)
serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di dalam al-Qur‘an banyak
ditemukan pembahasan mengenai kejadian pada masa lalu, sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap
umat yang tentunya penyampainnya pun sangatlah menarik dan
mempesona.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kisah merupakan suatu berita atau peristiwa mengenai
suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Baik berupa
pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian)
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, maupun yang sedang
terjadi.

D. Hikmah Kisah dalam Al-Qur’an


Segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki hikmah atau pelajaran di
baliknya. Adapun Hikmah yang dapat dipetik akan kisah yang Allah
sebutkan dalam al-Qur‘an tampak dari beragam sisi, penulis sebutkan
sebagai mana berikut;
1) Hendaknya mampu memahami apa yang ada pada kisah-kisah
tersebut berupa kabar, fakta, makna, dan metode dalam pertarungan
antara yang hak dengan yang bathil agar kita dapat mengambil ibrāh
(pelajaran) darinya. Sebagaimana kisah yang telah Allah sampaikan
mengenai kisah para nabi dan apa yang menimpa mereka beserta para
pengikutnya, seperti yang menimpa para pengikut nabi dan Allah
menolong mereka dan menjadikan akhir yang baik bagi mereka. Di
sinilah nampak jelas tauladan bagi kaum mukminin. Allah SWT
berfirman,
30

ِ َ‫اب َ ما َكا َن ح ِديثا ي إفت ر ٰى وٰلَ ِكن ت‬ ِ ‫ُوِل إاْلَلإب‬ ِ ِ ِ َ‫لََق إد َكا َن ِِف ق‬
‫يق‬
َ ‫صد‬‫َ ً ُ ََ َ إ إ‬ َ َ ِ ‫صص ِه إم عإب َرةٌ ْل‬ َ
‫يل ُك ِّل َش إي ٍء َوُى ًدى َوَر إْحَةً لَِق إوٍم يُ إؤِمنُو َن‬ ِ ِ ِ
َ ‫الَّذي بَ إ‬
َ ‫ْي يَ َديإو َوتَ إفص‬
―Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qurān itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.‖
(QS. Yusūf [12]: 111)

2) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang Sunnah Allah


pada makhluk-Nya, baik berkaitan tentang umat, kelompok, maupun
individu. Dan Sunnah itu berlaku bagi kaum terdahulu dan bergulir
terus menuju generasi yang datang berikutnya agar kaum mukmin
dapat mengambil ibrāh (pelajaran). Oleh karena itu, kisah-kisah al-
Qur‘an bukan hanya sekedar menjelaskan ataupun mengisahkan
sejarah umat atau tokoh saja, terdapat pula penyebutan suatu bencana
yang dialami oleh suatu umat pada kala itu, namun ketika dalam
penyebutannya tidak disebutkan secara menyeluruh (mendetail) dan
tidak pula secara berurutan. Akan tetapi, inti pokok dari kesemuanya
adalah ibrāh, ungkapan (nasihat), dan peringatan, sebagaimana
firman-Nya,

‫ت بِِو فُ َؤ َاد َك َ َو َجاءَ َك ِِف َٰى ِذهِ إ‬


ٌ‫اْلَ ُّق َوَم إو ِعظَة‬ ُّ ‫ك ِم إن أَنإبَ ِاء‬
ُ ِّ‫الر ُس ِل َما نُثَب‬ َ ‫ص َعلَإي‬ ُّ ‫َوُك ًِّّل نَ ُق‬
‫َوِذ إكَر ٰى لِإل ُم إؤِمنِْي‬
―Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.‖ (QS. Hūd [11]: 120)

3) Dalam kisah al-Qur‘an terdapat keterangan tentang manhāj (metode)


para nabi dalam berdakwah kepada Allah, bagaimana iltizām
(ketegaran) dan kesabaran mereka dalam memegang manhāj tersebut
dan menjadikan para Nabi tauladan bagi setiap manusia dalam artian
menjadikan mereka sebagai panutaan dan tauladan dalam hal uslūb
31

(cara) dan metode dakwahnya. Berikut ayat al-Qur‘an yang


menjelaskan akan hal tersebut.

‫َجًرا َ إِ إن ُى َو إََِّّل‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫أُوٰلَئ‬


‫ين َى َدى اللَّوُ َ فَبِ ُه َد ُاى ُم اقإ تَد إه َ قُ إل ََّل أ إ‬
‫َسأَلُ ُك إم َعلَإيو أ إ‬ َ ‫ك الذ‬ َ
‫ْي‬ ِ ِ ِ
َ ‫ذ إكَر ٰى ل إل َعالَم‬
―Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Qur‘an)". Al-Qur‘an itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk seluruh ummat.‖ (QS. al-An‘ām [6]: 90)

4) Dalam al-Qur‘an dijelaskan pula perihal kisah suatu kaum yang


memiliki sikap sabar dan tegar di atas jalan yang hak, juga disebutkan
pula keterangan interaksi mereka terhadap orang-orang kafir mujrimīn
(jahat) yang mengambil sikap permusuhan terhadap orang-orang yang
beriman kepada Allah dan kufur terhadap ṭaguṭ. Allah Swt berfirman,

ِ ‫اْل ِم‬ ِ ِ ِ ِ ِ
‫يد‬ َ‫َوَما نَ َق ُموا مإن ُه إم إََّّل أَ إن يُ إؤمنُوا باللَّو الإ َع ِزي ِز إ‬
―Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji,‖ (QS. al-Burūj [85]: 8)

5) Penyebutan kisah dalam al-Qur‘an meiliki penjelasan akan tabiat


manusia dan apa yang Allah gariskan padanya berupa sifat-sifat dan
beragam watak. Kemudian dijelaskan pula dampak ataupun akibat
atas segala perilaku maupun sikap manusia pada saat berinteraksi
dengan manusia lainnya.
6) Dalam kisah-kisah yang disebutkan di al-Qur‘an terdapat keterangan
mengenai keadaan manusia dengan sifat kecongkakannya terhadap
harta dan kedudukan. Selanjutnya dijelaskan pula kandungan lain dari
kisah lainnya yang ada di dalam al-Qur‘an tentang seseorang yang
mendapat porsi besar dalam kitab Allah yang mulia.
32

7) Segala bentuk kisah yang tertera di dalam al-Qur‘an mengandung hakikat


ilmiah yang berhubungan dengan alam semesta baik itu manusia, flora dan
fauna, bumi, bintang, langit. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-
penemuan yang telah tersingkap pada masa modern sekarang ini yang
sejatinya telah disebutkan terlebih dahulu dalam al-Qur‘an. Dengan
mengetahui hal tersebut, bertambahlah ilmu dan memperkuat keimanan
atas kebenaran ajaran agama Islam.
E. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Secara umum, al-Qur‘an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa
secara berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara
panjang lebar, namun ditemukan beberapa kisah dalam penyebutannya
disebutkan secara berulang dibeberapa tempat. Terdapat pula kisah yang
tertera di dalam al-Qur‘an disebutkan dalam bentuk yang berbeda dalam
artian memiliki penggambaran yang berbeda. Misalnya, pada suatu surah
atau ayat ada beberapa konteks yang didahulukan atau disebutkan terlebih
dahulu sebelum membahas perihal lainnya, kemudian disurah lain atau di
tempat lain disebutkan di akhir. Terkadang suatu kisah di dalam al-Qur‘an
digambarkan secara ringkas dan tak jarang pula melalui penggambaran
yang lebih rinci atau Panjang lebar.
Mengenai permasalahan tersebut, melahirkan dua kelompok yang
saling berlawanan yakni kalangan orang yang meyakini dan orang-orang
yang meragukan al-Qur‘an. Bagi sekelompok orang yang meragukan al-
Qur‘an mempertanyakan perihal tersebut. Menurutnya kisah yang tertera
dalam al-Qur‘an tidak disusun secara kronologis dan sistematis yang
seharusnya menjadikannya lebih mudah dipahami, membuatnya seolah-
olah tidak efektif dan efisien.11

11
Muhammad Chirjin, al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1989), 11.
33

Menurut Manna Khalil al-Qaṭṭān12, kisah yang tertera jelas di dalam


al-Qur‘an tentunya memiliki beragam hikmah yang dapat dipetik, adapun
di antaranya:
1. Dengan adanya penggambaran mengenai suatu peritiwa dalam al-
Qur‘an semakin membuktikan akan kehebatan mukjizat al-Qur'an itu
sendiri.
2. Suatu peristiwa yang telah dijelaskan secara gamblang di dalam al-
Qur‘an, baik mengenai perihal baik ataupun buruk mampu
membentuk serta menguatkan kesan yang mantap dan melekat dalam
jiwa.
3. Memperlihatkan terhadap umat manusia pada umumnya dan umat
muslim pada khususnya bahwa terdapat perbedaan tujuan
diungkapkannya kisah tersebut.
Berbagai kisah yang dijelaskan di dalam al-Qur‘an memberikan
faedah yang sangat tinggi dan tentunya memberikan karakter tersendiri di
setiap penggambarannya.13
1. Menuturkan syariat yang telah dibawa oleh setiap utusan Allah serta
menunjukkan prinsip-prinsip dakwah yang mereka ajarkan. (Qs. al-
Anbiyā‘ [21]: 25)
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan para pengikutnya perihal membela
dan menegakkan agama Allah Swt, serta menegakkan kepercayaan
orang-orang yang beriman dengan didatangkannnya pertolongan
Allah Swt dan dibuktikan dengan dilihatkannya kehancuran mereka
yang mendukung suatu kebatilan. (Qs. Hūd [11]: 120)

12
Manna‘ al-Qattahan, Mabahits fi Ulum al-Qur‟an, (Riyadh: Muassasah al-Risalah,
1976), 41.
13
Muhammad Chirjin, al Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1989), 30.
34

3. Mengisahkan rekaman-rekaman atau jejak nabi terdahulu dan


mengingatkan kembali melalui kisahnya.
4. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad Saw dalam penuturannya
mengenai orang-orang terdahulu
5. Membuktikan kekeliruan terhadap mereka (ahl al-kitāb) yang telah
menyembunyikan keterangan dan petunjuk. (QS. Āli ‗Imrān [3]: 93)
6. Kisah yang diyakini sebagai salah satu cabang sastra yang menarik
bagi setiap pendengarnya dan di dalamnya berisikan pengajaran yang
tertanam dalam jiwa, (QS. Yusūf [12]: 111)
Selanjutnya penulis akan menguraikan karakteristik atau bentuk
pelafalan kisah yang terdapat dalam al-Qur‘an antara lain:
1. Penggambaran kisah dalam al-Qur‘an tidak semuanya dijelaskan
secara berurutan dan merinci atau panjang lebar, tidak sedikit pula di
lain tempat dijelaskan secara ringkas atau bahkan sangat ringkas.
2. Ada kalanya penyebutan kisah di dalam al-Qur‘an dikemukakan
secara berulang-ulang dan tentunya dikemukakan dalam berbagai
bentuk yang berbeda-beda.
Kedua karakteristik inilah yang sering menimbulkan pedebatan antara
orang-orang yang meyakini kebenaran al-Qur‘an dan orang-orang yang
meragukan kebenaran al-Qur‘an. Bagi mereka yang meragukan al-Qur‘an
mereka memandang bahwa adanya pengulangan kisah-kisah dalam al-
Qur‘an merupakan suatu hal yang dianggap kurang efektif dan efisien.
Menurut mereka jikalau kisah-kisah tersebut (dalam al-Qur‘an)
diceritakan secara kronologis dan sistematis memudahkan untuk
memahami.
Fiktif atau tidaknya suatu kisah, bahwa kisah-kisah dalam al-Qur‘an
merupakan karya seni yang tunduk pada daya cipta dan kreativitas yang
35

ada dalam seni, tanpa harus memeganginya sebagai kebenaran sejarah.14


Akan hal tersebut, al-Qur‘an telah membuktikan akan kebenarannya.

‫اْلَ ِّق ِم إن َربِّ ُك إم فَ ِآمنُوا َخإي ًرا لَ ُك إم َ َوإِ إن تَ إك ُف ُروا فَِإ َّن لِلَّ ِو‬
‫ول بِ إ‬
ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫َّاس قَ إد َجاءَ ُك ُم‬
ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ِ ِ ِ ‫السماو‬ ِ
‫يما‬
ً ‫يما َحك‬ ً ‫ض َ َوَكا َن اللَّوُ َعل‬ ِ ‫ات َو إاْل إَر‬ َ َ َّ ‫َما ِف‬
―Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah
yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di
bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana‖. (QS. An-Nisa‘ [4]: 170)

‫اح ُك إم‬ ِ ِ ِ َ‫ْي ي َديإِو ِمن الإ ِكت‬ ِ ‫اب بِ إ‬ ِ َ ‫وأَنإزلإنَا إِلَي‬
‫اب َوُم َهإيمنًا َعلَإيو َ فَ إ‬ َ َ َ ‫ص ِّدقًا ل َما بَ إ‬ َ ‫اْلَ ِّق ُم‬ َ َ‫ك الإكت‬ ‫َ َ إ‬
ِ ِ ِ ِ
‫بَإي نَ ُه إم ِِبَا أَنإ َزَل اللَّوُ َ َوََّل تَتَّبِ إع أ إَى َواءَ ُى إم َع َّما َجاءَ َك م َن إ‬
‫اْلَ ِّق َ ل ُك ٍّل َج َع إلنَا مإن ُك إم ش إر َع ًة‬
‫استَبِ ُقوا‬ ِ ِٰ ِ ِ
‫اجا َ َولَ إو َشاءَ اللَّوُ ََلَ َعلَ ُك إم أ َُّم ًة َواح َد ًة َولَك إن ليَإب لَُوُك إم ِِف َما آتَا ُك إم َ فَ إ‬ ً ‫َومإن َه‬
‫َج ًيعا فَيُنَبِّئُ ُك إم ِِبَا ُكإنتُ إم فِ ِيو ََتإتَلِ ُفو َن‬
َِ ‫ات َ إِ ََل اللَّ ِو مرِجع ُكم‬
‫َإ ُ إ‬
ِ ‫اْلي ر‬
َ ‫إَإ‬
―Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur‘an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu‖. (QS. Al-Ma‘idah [5]: 48)

Dari penyebutan dua ayat di atas, menyatakan bahwa firman Allah


merupakan suatu kebenaran. Begitu pula dengan kisah-kisah yang terdapat
di dalam al-Qur‘an, karena sejatinya al-Qur‘an adalah kitab yang
diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana,

14
Muhammad Chirzin, Al Qur‟an & Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Dhana Bhakti
Prima Yasa, 1998), 22.
36

dalam beritanya tidak ada kecuali sebuah kebenaran. Sebagaimana telah


dijelaskan melalui firman-Nya:

ِ ‫اْل ُّق وما ِمن إِلٍَو إََِّّل اللَّو وإِ َّن اللَّو ََلو الإع ِزيز إ‬
ُ ‫اْلَك‬
‫يم‬ ُ َ َُ َ َ ُ ‫ص إَ َ َ إ‬ َ ‫إِ َّن َى َذا ََلَُو الإ َق‬
ُ ‫ص‬
―Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.‖ (QS. Ali Imran [3]: 62)

ِ ِ
ُ َ‫اْلَ ِّق َ إِن َُّه إم فإت يَةٌ َآمنُوا بَِرِِّّب إم َوِزإدن‬
‫اى إم ُى ًدى‬ ‫ك نَبَأ َُى إم بِ إ‬
َ ‫ص َعلَإي‬
ُّ ‫َإَن ُن نَ ُق‬
―Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami
tambah pula untuk mereka petunjuk.‖ (QS. Al-Kahfi [18]: 13)

‫ْي يَ َديإِو َ إِ َّن اللَّ َو بِعِبَ ِاد ِه َْلَبِ ٌري‬ ِ ِ َ‫ك ِمن الإ ِكت‬ ِ ِ َّ
َ ‫ص ِّدقًا ل َما بَ إ‬
َ ‫اْلَ ُّق ُم‬
‫اب ُى َو إ‬ َ َ ‫َوالذي أ إَو َحإي نَا إلَإي‬
ِ‫ب‬
‫ص ٌري‬ َ
―Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran)
Itulah yang benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan)
hamba-hamba-Nya.‖ (QS. Fatir[35]: 31)

F. Berulangnya Kisah dalam Al-Qur’an


Sebagaimana yang telah penulis ulas pada pembahasan sebelumnya
bahwa terdapat beberapa kisah dalam al-Qur‘an yang dalam
penyebutannya dijelaskan secara berulang di berbagai tempat, dan
tentunya dengan gaya bahasa yang berbeda. Mengenai hal itu tentunya
mempunyai tujuan, adapun tujuan yang dimaksud adalah:
1. Membuktikan dan menjelaskan bahwasannya balaghah al-Qur‘an
berada dalam tingkat paling tinggi, dibuktikan dengan beberapa
kaidah yang diulang pada tempat yang berbeda, dengan uslub yang
berbeda pula.
2. Sebagai salah satu pembuktian akan kemukjizatan dan kebenaran al-
Qur‘an, sebab susunan kalimat dalam al-Qur‘an terbukti sangat indah
37

bahkan tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya sekalipun


itu seorang sastrawan nan hebat.
3. Dengan adanya pengulangan atau penyebutan secara berulang di
maksudkan sebagai pengukuhan kandungan kisah dalam ayat tersebut,
karena begitu pentingnya pesan yang disampaikan dalam ayat
tersebut.
4. Menunjukkan tujuan yang berbeda yang karenanya kisah itu
diungkapkan. Sebagian dari penjelasan kandungan maknanya
diterangkan dalam satu tempat. Sedangkan makna-makna lainnya
diungkapkan dalam tempat lain, yang tentunya setiap penempatannya
menyesuaikan dengan kebutuhan menurut kondisi yang ada.
G. Macam-macam Kisah dalam Al-Qur’an
Menurut Manna Khalil al-Qaṭṭān15, penggambaran kisah-kisah yang
tertera di dalam al-Qur'ān terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Dilihat dari sisi pelaku
Jika dilihat dari sudut pandang pelaku, kisah dalam al-Qur'an dapat
lagi dibedakan menjadi tiga macam di antaranya:
a) Kisah (qaṣaṣ) para Nabi
Pada bagian ini, kisah dalam al-Qur'an berisikan tentang
seruan para Nabi terhadap kaumnya dan mengajak umatnya menuju
jalan yang lurus, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya,
berhadapan dengan orang pembangkang (orang-orang yang
memusuhinya), tahapan-tahapan dakwah yang dilakukannya disertai
dengan perkembangannya serta kesudahan bagi mereka yang
golongan yang mendustakan para Nabi. Misalnya kisah Nabi Nuh a.s,

15
Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur‟an, (Mansyurat al-Asr al-Hadis,
1973), 306.
38

Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Harun a.s, Nabi Isa a.s, Nabi
Muhammad Saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b) Kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang
tidak disebutkan kenabiannya
Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halamannya,
yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut,
dua orang putera Adam, Aṣhabul Kahfi, Zul Qarnain, Qarūn, Aṣhabus
Sabti (orang–orang yang menangkap ikan pada hari sabtu), misalnya
Maryam, Aṣhabul ukhdud, Aṣhabul Fīl dan lain-lain.
c) Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah Saw
Adapun kisah pada masa Rasulullah saw. yang dijelaskan oleh al-
Qur‘an, seperti perang badar dan uhud dalam QS. Āli ‗Imrān, perang
Hunain dan Tabuk dalam QS. at-Taubah, perang al-Akhzab,
Hijrah, Isra‘ dan lain-lain. Sejatinya, penjelasan mengenai kisah para
Nabi yang tertera di al-Qur'an ketika dalam penyebutannya bervariasi.
Akan tetapi, setiap utusan Allah memiliki tujuan yang sama yakni
pemberi peringatan yang mendapat perlindungan Allah Swt. kepada
para hamba-Nya. Yang dimaksdukan perlindungan ini adalah, seperti
yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim a.s. yang diselamatkan dari api
(QS. Al-Anbiyā‘ [21]: 68-71). Nabi Isa As. Diselamatkan dengan
diberikannya mukjizat oleh Allah dengan menghalanginya dari orang-
orang Yahudi dari menyalibnya (QS. An-Nisā‘ [4]: 157)16.
2. Dilihat dari panjang pendeknya
Dalam kategori ini, segala kisah yang tertera dalam al-Qur‘an dapat
dibedakan menjadi tiga bagian17, yakni:

16
Hasan Basri, Horizon al Qur‟an, dari judul asli Les Grens Themes Du Coran oleh
Jacquis Joner (Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-Qur‘an Pase, 2002), 82.
17
Hanafi, Segi-segi Kesusesteraan pada Kisah-kisah al Qur‟an (Jakarta: Pustaka al
Husna, 1984), 1516.
39

a. Kisah yang panjang, contohnya kisah Nabi Yusuf a.s dalam


(QS. Yusūf [12]) yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan
kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa
dan memiliki kekuasaan.
b. Kisah yang sedang, seperti kisah Nabi Musa a.s dalam (QS. al-
Qaṣaṣ [28]), kisah Nabi Nuh a.s dan kaumnya dalam
(QS. Nūḥ [71]), dan lain-lain. Kisah yang lebih pendek dari kisah
yang sedang, seperti kisah Maryam dalam (QS. Maryam [19]),
kisah Aṣhab al-Kahfi pada (QS. al-Kahfi [18]), kisah Nabi Adam
a.s dalam (QS. al-Baqarah [2]), dan (QS. Thaha [20]), yang
terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
c. Kisah yang pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari
sepuluh ayat, misalnya kisah Nabi Luth a.s dalam (QS. al-A‘rāf
[7]), kisah Nabi Ṣalih As dalam (QS. Hūd [110]), dan lain-lain.
3. Dilihat dari jenisnya
Apabila dilihat dari segi jenisnya, kisah-kisah dalam al-Qur‘an dapat
dibagi menjadi tiga macam,18 di antaranya:
a. Kisah sejarah (al-qiṣaṣ al-tarīkhiyyah), yakni berisikan peristiwa-
peristiwa sejarah, seperti para Nabi dan Rasul.
b. Kisah perumpamaan (al-qiṣaṣ al-tamṡlsiyah), yakni ditujukan
untuk memberi penjelasan bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi
tetapi hanya perkiraan.
c. Kisah asatir, merupakan suatu kisah yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan fenomena
yang ada atau untuk memecahkan suatu masalah yang sulit
diterima oleh akal.

18
Hanafi, Segi-segi Kesusesteraan pada Kisah-kisah al Qur‟an (Jakarta: Pustaka al
Husna, 1984), 74.
40

Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, kisah yang tertera
di dalam al-Qur‘an mencakup tiga macam19 yaitu:
1. Pelaku (al-sakhsiyyat), kisah-kisah yang terkandung di dalam al-
Qur‘an tak hanya manusia saja, layaknya dalam (QS. an-
Naml [27]: 23), namun ada juga Malaikat, layaknya dalam
(QS. Hūd [11]: 69-83), adapun Jin seperti dalam (QS. Sabā‘ [34]:
12), serta hewan (burung, semut, dll), seperti dalam (QS. an-
Naml [27]: 18-19).
2. Kejadian/insiden (ahdas), yang dikelompokkan menjadi: kejadian
atau peristiwa yang akan terus berlanjut, kejadian yang diklaim
sangat luar biasa, seperti halnya dalam (QS. al-Māidah [5]: 110-
115), terakhir kejadian yang dianggap biasa saja, layaknya dalam
(QS. al-Māidah [5]: 116-118).
3. Obrolan (al-hiwar), contohnya dalam (QS. al-A‘rāf [7]: 11-
25), (QS. Ṭaha [20]: 9-99).
Dr. Mardan20 mengelompokkan beberapa kisah yang ada pada al-
Qur‘an, dengan mengidentifikasinya dan membaginya dalam
beberapa aspek, di antaranya:
1. Dari sisi penyebutannya. Pada titik ini, bisa dibedakan;
a. Tak jarang Allah Swt mengungkap sebuah kisah hingga
berulang kali pada uṣlub yang tidak sesuai tanpa memberi
kesan yang membosankan, oleh karena itu terkadang
ditemukan beberapa surah yang membahas mengenai kisah
nabi dengan pembahasan yang sama, seperti halnya kisah
Nabi Musa a.s.

19
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Crt. III; Bandung: Pustaka Setia, 2006), 67-72.
20
Lihat, Mardan, Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur‟an Secara Utuh (Cet, I,
Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), 194-198.
41

b. Tak jarang juga Allah Swt mengungkap kisah salah seorang


Nabi di surah tertentu yang ada pada al-Qur‘an, seperti
halnya kisah Nabi Yusuf a.s.
2. Dari sisi pengurutan konflik yang disebutkan. pada bagian ini
bisa ditelisik,
a. Biasanya, dalam penggambaran suatu kisah diungkapkan
terlebih dahulu mengenai intisari atau ringkasan dari kisah
tersebut, kemudian dijelaskan perinciannya dari awal sampai
akhir, seperti kisah Aṣhabul Kahfi.
b. Terdapat pula pengungkapan kisah yang dimulai dari akhir,
selanjutnya kisah tersebut diulangi kembali sejak awal
hingga akhir, seperti kisah Nabi Musa dengan Fir‘aun.
c. Terkadang dapat dijumpai suatu kisah yang diuraikan secara
langsung tanpa didahului oleh pendahuluan ataupun
kesimpulan, seperti kisah Maryam di saat kelahiran Nabi Isa
a.s.
d. Pada tempat lain ditemukan pula suatu kisah yang dalam
penggambarannya seperti layaknya drama, misalnya kisah
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika membangun Ka‘bah.
3. Dilihat dari sudut dimulainya kisah dan perkembangan tokohnya.
Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi,
a. Penyebutan kisah dalam al-Qur‘an yang diawali dari
kelahiran tokohnya, seperti kisah Nabi Adam a.s, kisah Nabi
Isa a.s, dan lain-lain
b. Selanjutnya suatu kisah terkadang dalam penyebutannya
dimulai tidak terlalu awal suatu kelahiran ataupun penjelasan
akhir kehidupan tokohnya, seperti kisah Nabi Yusuf a.s,
demikian juga dengan kisah Nabi Ibrahim a.s.
42

c. Terakhir ditemukan pula kisah yang dimulai dari


perkembangan akhir kehidupan tokohnya, seperti kisah Nabi
Nuh a.s, Nabi Hud a.s, dan lain-lain.
4. Dilihat dari segi penyebutan tempat dan tokohnya. Dalam hal ini
dapat dibedakan menjadi,
a. Pertama, terdapat beberapa kisah dalam al-Qur‘an yang
dijelaskan tempat, tokoh dan gambaran peristiwanya, seperti
kisah Nabi Musa a.s dengan Fir‘aun, kisah Nabi Ibrahim a.s
dan Nabi Ismail a.s, kisah Nabi Syuaib a.s, kisah Nabi Nuh
a.s, dan lain-lain.
b. Kedua, terdapat beberapa kisah yang mengemukakan
peristiwa atau keadaan tertentu dari pelaku tanpa
menyebutkan nama tokoh dan tempatnya, seperti kisah dua
putra Nabi Adam a.s yang melaksanakan kurban dalam
(QS. al-Mā‘idah [5]: 27-30).
c. Terakhir, penggambaran kisah ada yang melalui bentuk
dialog dengan tidak menyebut pelaku begitu pula tempatnya,
seperti kisah dua orang pemilik kebun dalam (QS. al-
Kahfi [18]: 32-43).
5. Dilihat dari segi isi dan kandungan. Dalam hal ini dapat
dibedakan atas,
a. Kisah para nabi dan rasul, pada kisah ini menjelaskan akan
seruan para nabi dan rasul yang ditujukan terhadap kaumnya;
dalam artian kisah ini berhungan dengan kejadian-kejadian
masa lampau.
b. Peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw
seperti kisah hijrah, kisah isra‘, dan lain-lain.
43

Diambil dari sebuah buku yang membahas Ulumul Qur‟an21,


dijelaskan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur‘an itu terbagi menjadi tiga
bagian, penjelasnnya adalah sebagai berikut.
1. Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
Tidak semua Nabi dan Rasul disebutkan kisahnya di dalam al-
Qur‘an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam al-Qur‘an hanyalah
berjumlah 25, dimulai dari Nabi Adam a.s sampai dengan Nabi
Muhammad Saw. Dari 25 nabi dan rasul ini, jika ditarik secara garis
besar dan dari sisi panjang atau singkatnya kisahnya, terbagi menjadi
tiga kelompok, yaitu:
a. Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar
Kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi
Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan
Sulaiman, Isa „alaihimu al-salam serta nabi Muhammad saw.
Dari kesemuanya, kisah Nabi Yusuf merupakan kisah paling
panjang yang dijelaskan di dalam al-Qur‘an. Dianggap paling
panjang karena diceritakan secara lengkap, mulai dari masa
kecilnya hingga menjadi penguasa Mesir. Begitu pula dengan
kisah dari Nabi Muhammad Saw, bisa dikategorikan dalam hal
ini, karena dalam penggambaran kisahnya dimulai dari peristiwa
yang yang dialami Rasulullah sewaktu kecil, permulaan dakwah,
hijrah, dan beberapa perang yang dialami serta beberapa
gambaran kehidupan keluarga beliau.
b. Kisah yang disebutkan dengan sedang

21
Ilyas Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013),52.
44

Kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi
Hud, Luth, Shaleh, Isma‘il, Ishaq, Ya‘qub, Zakariya dan Yahya
„alaihimu al-salam.
c. Kisah yang disebutkan dengan sekilas
Kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi
Idris, Ilyasa‘ dan Ilyas.
2. Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-
peristiwa masa lalu
Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam al-Qur‘an
adalah dua orang putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Al-Qur‘an
menceritakan suatu pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang
sejarah umat Islam, ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri
dikarenakan sifat dengkinya. Kemudian masih banyak lagi kisah-
kisah seorang tokoh yang diceritakan dalam al-Qur‘an, seperti:
a. Kisah Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa a.s
b. Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut
c. Kisah tentang Ashabul Kahfi
d. Kisah Raja Dzul Qarnain
e. Kisah kaum Ashabul Ukhdud
f. Kisah Maryam yang diasuh oleh Nabi Zakariya a.s
Dan beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis
secara lengkap.
3. Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw
Beberapa peristiwa besar yang terjadi pada masa Nabi
Muhammad, salah satunya di antaranya peristiwa penyerangan
dengan maksud menghancurkan Ka‘bah yang dipimpin oleh Raja
Abrahah. Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad menjadi anak
yatim sedari kecil. Kemudian diceritakan pula peristiwa setelah beliau
45

diangkat menjadi Rasul, yaitu peristiwa Isra‘ dan Mi‘raj, hijrah,


perang badar, perang uhud, perang azhab atau perang khandaq, dan
perang humain, juga kisah-kisah seputar fathul Makkah dan peristiwa
lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.
H. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Qur‘an ditemukan banyak sekali kisah Nabi, Rasul dan
para umat masa lampau. Penyebutan kisah tersebut tentunya memiliki
maksud atau tujuan yaitu untuk dijadikan sebagai pembelajaran serta
pedoman yang bermanfaat bagi para pejuang kebenaran dan yang berseru
atas dasar kebenaran.22 Menurut orang yang berjuang atas dasar pada
kebenaran, langkah-langkah yang wajib dilalui untuk menghadapi kaum
yang dilawan oleh para pejuang kebenaran dapat ditinjau dari surah yang
menyebutkan kisah perjuangan para nabi dan rasul dalam rangka
berdakwah mentauhidkan kaum-kaumnya. Seperti contohnya, Nabi Nuh
mengawali perjuangannya dengan menyebarkan rasa takut dan khawatir
yang luar biasa. Nabi Hud mengawali penaklukannya dengan
menyebarkan berita gembira, Nabi Shalih mengawali perjuangannya
dengan memberi peringatan kepada seluruh umat akan besarnya nikmat
yang berasal dari Allah Swt.
Ada pula Nabi Syuaib menggunakannya dengan tandzir dan tadzkir
(menakut-nakuti, menyebarkan berita gembira, memberi peringatan akan
semua nikmat itu).23 Syaikh Muḥammad al-Gazali dalam salah satu
karyanya yang berjudul Kayfa Nata‟amal Ma‟ al-Qur‟an yang di
dalamnya mengkritisi mayoritas orang yang menulis kisah seperti di
dalam al-Qur‘an berlebihan dalam menunjukkan sisi estetika sastranya,

22
Harun Yahya. Misinterpretasi Terhadap Al-Qur‘an Mewaspadai Penyimpangan
dalam Menafsirkan Al-Qur‘an, (Jakarta: Robbani Press, 2001), 72.
23
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‘an dan
Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), 123.
46

dari pada kesempurnaan kisah tersebut. Segi estetika suatu sastra seakan-
akan menjadi tujuan akhir di dalam karya mereka. Akan tetapi
kesusasteraan hanya sebatas perantara bukan tujuannya. Pada hal tersebut
yang mengakibatkan tujuan utama yang primer dari kisah yang tertera di
dalam al-Qur‘an sama sekali tidak ada yang menerima perhatian begitu
pula peminatnya karena perantara atau prasarana tersebut beralih fungsi
dari tujuan pokok.24
Adapun maksud yang melatar belakangi disebutkannya kisah-kisah
dalam al-Qur‘an adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan ajaran atau syari‘at yang dibawa oleh setiap utusan Allah
serta menuturkan asas-asas dakwah yang dilakukannya.
2. Dengan memberikan gambaran peritiwa yang telah terjadi pada umat
terdahulu menjadikan suatu peneguhan terhadap orang-orang yang
beriman bahwasanya yang benar akan mengalahkan suatu kebatilan.
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, mengenang, dan mengabadikan
jejak perjuangan mereka.
4. Menjadi sebuah bukti nyata bahwa setiap nabi yang diutus oleh Allah
Swt membawa suatu kebenaran dan kitab suci al-Qur‘an merupakan
salah satu bukti mukjizat Allah yang diturunkan terhadap nabi
Muhammad yang di dalamnya berisikan firman Allah.
5. Menjadi pelajaran (ibrah) bagi ummat manusia dari berbagai persolan
peristiwa ataupun sejarah yang diceritakan oleh al-Qur‘an.

24
Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Al-Qur‘an Kitab Zaman Kita: Mengaplikasikan
Pesan Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), 88.
BAB III
BIOGRAFI IWOK ABQARY DAN KARYA-KARYANYA
A. Biografi Iwok Abqary dan Karya-karyanya
Iwok Abqary, lahir di Madiun, 28 Desember 1978. Saat ini Iwok
tinggal di pinggir sebuah pemakaman umum di Tasikmalaya. Selain
menulis, Iwok bekerja di sebuah Koperasi Instansi Telekomunikasi di
Tasikmalaya.
Pengalaman kerja Iwok adalah sebagai penulis di Penerbit Mediatama
sejak Agustus 2009 sampai saat ini, kemudian menjadi penulis juga di PT.
Mizan Pustaka sejak Januari 2006 sampai saat ini, kemudian di bidang
SDM (sumber daya manusia) di Perusahaan Citra Caraka Emas sejak
Agustus 1998 sampai saat ini. Dalam pendidikan Iwok adalah alumnus D
III program studi Sastra Inggris Universitas Padjajaran 1994-1997.
Semasa kuliah Iwok juga aktif sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Sastra
Inggris Diploma (HIMASID) tahun 1996. Sedangkan di bangku sekolah,
Iwok duluny bersekolah di SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun 1986-1989.1
Dari sekian banyak buku cerita anak yang telah tersebar di
masyarakat, karya dari alumnus Universitas Padjajaran Bandung inilah
yang mendapat posisi di tengah-tengah masyarakat. Sebagian besar buku
karya Iwok mengisahkan beragam warna yang sesuai dengan dunia anak
dan remaja. Iwok mampu menyuguhkan warna baru dengan memberikan
nama yang cukup unik pada setiap bukunya sehingga mampu menduduki
posisi buku terlaris yang ada.
Bakat menulisnya pun telah namapak sedari kecil, dibuktikan dengan
berbagai cerita yang telah ditulis semenjak berada di bangku sekolah
dasar. Iwok selalu berdekatan dengan kertas dan bolpoin dalam artian
ketika anak seusianya berbagi cerita dengan temannya makai a berbagi

1
http://iwok.blogspot.com

47
48

cerita dengan menorehkannya melalui tinta. Sebagaimana pepatah


menyatakan bahwa alam pikiran seorang anak ibarat sebuah kotak
imajinasi. Begitu kotak dibuka, imajinasi berebut melesat, berkeliaran
tanpa henti.
Kesuksesan seorang anak tentunya tak lepas dari sosok pendukung
yang berada di belakangnya. Adapun sosok tersebut adalah orang tuanya
yang selalu mendukungnya tanpa henti. Sang Ibu (almarhumah Naskah
Alimah) yang memiliki peran penting. Ibu adalah suporter terhebat yang
Iwok miliki. Segala cara usaha dikerahkan oleh sosok yang tiada duanya
ini. Berbanding terbalik dengan sang ayah (almarhum M. Rasidi),
keinginan Iwok sempat ditentang keras olehnya. Ayahnya yang seorang
tentara, tidak suka bila puteranya hanya bergulat dengan kertas, tinta, dan
imajinasi, namun seiring berjalannya waktu dengan ketekunan yang iwok
jalani membuat sang ayah pun memaklumi. Bahkan beliau akhirnya
menjadi promotor terbaik buku-buku Iwok. Sejatinya, dukungan keluarga
ibarat bahan bakar yang menjaga bara semangat Iwok untuk terus
melahirkan berbagai karya. Usaha tak menghianati hasil, inilah yang
dirasakan oleh Iwok kini puluhan buku karyanya bertengger di setiap
sudut took buku ternama.
Terlepas dari dunia menulis, Iwok memiliki kesibukan lain sebagai
pegawai personalia di koperasi sebuah perusahaan telekomunikasi
terkemuka di Tasikmalaya dan tentunya sesibuk apapun Iwok tak pernah
alpa dari agenda menulis. Ayah dari Dhabith Aufa Abqary (7 tahun) dan
Rayya Izarra Abqary (2,5 tahun) ini selalu meluangkan waktunya
sekalipun hanya beberapa kalimat setiap harinya.
Bagi Iwok, dunia tulis menulis memiliki posisi istimewa. Ibarat
pelaku film/sinetron, seorang penulis harus bisa memainkan berbagai
peran (karakter tokoh) dalam sebuah cerita yang ditulisnya, dengan baik.
49

Penulis juga tak ubahnya sutradara yang bisa menghidupkan atau


mematikan karakter tokoh. Bahkan, mengutip kalimat Stephen King,
penulis bisa menciptakan sebuah dunia sendiri, dunia yang tidak nyata dan
hanya bisa ditelusuri dengan daya khayal.
Walaupun dunia menulis tidak tidak cukup menjanjikan, namun
beberapa penulis mengandalkan hidup dari mata pencaharian ini. Terlebih
sekarang berada pada era media cetak dan industri penerbitan kian
menggurita. Sekarang pun banyak ditemukan penulis berumur belia. Tak
dapat dipungkiri selain konsistensi, kualitas, serta produktivitas seorang
penulis juga harus paham akan teknologi. Teknologi bisa dimanfaatkan
untuk setting cerita, sekaligus menyebarkan informasi seputar tulisan-
tulisan. Pembaca juga menjadi lebih dekat karena adanya fasilitas email,
blog, facebook, dan sebagainya.
Di beberapa kesempatan Iwok selain menjadi penulis juga didaulat
menjadi pembicara dalam pelatihan penulisan. Kemampuan menulis yang
didapatkannya secara autodidak pun membuatnya berhati-hati dalam
menyampaikan ilmu jurnalistik terhadap audiens. Iwok yang selalu
memegang teguh prinsip bahwa penulis tak boleh malas dan dunia menulis
adalah dunia kerja keras ini, mengaku masih punya cita yang belum
tergapai. Menulis novel fantasi dan thriller adalah mimpi Iwok.
B. Karya-karya Iwok Abqary
Pada pembahasan kali ini, penulis akan memperkenal Iwok Abqary
lebih dekat melalui beberapa karya yang telah diterbitkannya yang sampai
saat ini telah lahir 51 buku di antarnya:2
 Victory Lane (Elexmedia, September 2011)
 Cewek-cewek Tulalit (Lingkar Pena Publishing House, juli 2011)
 Dog's Love (GPU, Juni 2011)

2
http://forumpba.blogspot.com/2011/01/profil-iwok-abqary.html
50

 Iron Man-Pahlawan Pembela Penampilan (Lingkar Pena Publishing


House, 2011)
 Gokil School Musical (ditulis bareng Oben Cedric) - Gradien
Mediatama
 Gokil Dad (Gradien Mediatama)
 Batman Saroong (Sygma Examedia)
 Ganteng is Dumb (GPU)
 Pulau Huntu (Sygma Examedia)
 TIKIL-kami antar kami nyasar (Gagasmedia)
 Suster Nengok (Sygma Examedia)
 Tiga Hati mengejar Cinta (Penerbit Talikata)
 Lindaniel (Penerbit LP-FEUI)
 HSSGokil School Musical (Gradien Mediatama, 2010)
 KING (Gradien Mediatama)

Tidak hanya itu Iwok juga telah menghasilkan puluhan buku anak, di
antaranya:
 99 Kisah Menakjubkan Dalam Alquran (Dar!Mizan)
 Masa Kecil Nabi dan Rasul (Dar!Mizan)
 Nabi Muhammad Saw, Nabi Cinta (Dar!Mizan)
 Sepeda Ontel Kinanti (Dar!Mizan)
 Misteri Payung Terbakar (Dar!Mizan)
 Misteri lemari Terkunci (Dar!Mizan)
 Sandal Jepit Beda Warna (Dar!Mizan)
 Misteri Prasasti Hutan Larangan (Penerbit Talikata)
 Misteri Terowongan Bawah Tanah (Penerbit Talikata)
 Dan lain sebagainya.
51

Berbagai penghargaan pun telah digenggam oleh Iwok Abqary,


adapun di anatarnya sebagai berikut.
 Pemenang Berbakat Lomba Penulisan Novel Konyol - Gramedia 2008
 Juara 2 Lomba Cerpen BWS 2010
 Kickin' Party in Bali (Word Cup) Yahoo Asia 2002

C. Cerita Singkat Buku Cerita Anak Kisah 25 Nabi & Rasul


Buku cerita anak yang mengemas mengenai kisah 25 nabi dan rasul
ini telah melewati proses pembelajaran dan implementasi nilai-nilai Islam
yang sangat kontekstual dalam segala dimensi, ruang maupun waktu.
Terdiri di dalamnya kisah 25 Nabi dan Rasul yang sangat erat
kaitannya dengan pesan akhlak, terlebih mengandung suri tauladan bagi
anak-anak, di antaranya adalah kisah Nabi Adam As. sampai dengan nabi
Muhammad saw. Dengan gaya kartun, bergambar, cerita-ceritanya syarat
akan Kebesaran Allah SWT sehingga dapat diterima oleh pembaca
khususnya anak-anak.
52
BAB IV
ANALISIS KISAH NABI SULAIMAN AS
DALAM BUKU CERITA ANAK 25 NABI DAN RASUL
KARYA IWOK ABQARY

A. Gaya Penulisan Iwok Abqary


Setelah menjelaskan secara singkat mengenai biografi Iwok Abqari
pada pembahasan sebelumnya, maka pada sub bab ini penulis akan
menyuguhkan gaya penulisan yang digunakan oleh Iwok Abqary dalam
bukunya 25 Kisah Nabi dan Rasul. Ketika berpikir tentang ide cerita, kira-
kira berapa rentang umur anak-anak yang akan membacanya?
Kemampuan membaca anak-anak berkembang dengan pesat. Untuk itu,
harus disesuaikan dengan kelompok umur yang spesifik. Supaya
mempermudah gambaran, dapat dikelompokkan anak umur 2-6 tahun,
anak umur 7-11 tahun, anak di atas 12 tahun.
Anak-anak dengan umur 5 dan 6 tahun kemungkinan akan membaca
lebih banyak kata daripada anak yang berumur 3 tahun. Ini merupakan hal
yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan kapan dan dapat
menentukan jumlah gambar dan kata di dalam buku. Iwok Abqary yang
berpikir bahwa buku cerita anak karangannya dapat dibaca semua anak-
anak, padahal tidak demikian.
Aspek krusial lainnya adalah pemilihan tema.1 Buku cerita anak perlu
sebuah tema yang dapat menarik perhatian target. Apa yang penting untuk
mereka? Ini lah yang menjadi salah satu tugas penting yakni menentukan
dan membayangkan apa yang ada dalam benak pikiran mereka. Apa
kesulitan yang ada di umur-umur mereka dan bagaimana penyelesaian
yang baik. Jangan menulis dari perspektif orang dewasa. Masuklah ke

1
Riris K. Toha Sarumpaet, ―Struktur Bacaan Anak‖, Teknik Menulis Cerita Anak.
(Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati, 2003), 33

53
54

dalam pikiran anak-anak dan jangan memberi solusi yang rumit. Semakin
sederhana semakin baik. Dengan begitu, anak-anak dapat mengidentifikasi
masalahnya secara visual sebaik tulisan naratif dan gambar ilustrasi.
Iwok Abqary harus dapat membawa perasaan pembacanya. Cerita
harus dibangun naik dan turun supaya tidak monoton. Jangan kira, anak-
anak pun sudah dapat merasakannya. Ceritakan saja bila ada kejadian
sedih, bila ada kejadian marah, dan lain-lain karena hal-hal itu merupakan
bagian dari hidup. Dengan adanya berbagai macam emosi itu, anak-anak
dapat lebih peka terhadap segala situasi.
Permulaan harus dimulai dengan halus, jangan langsung
memperlihatkan masalah besar. Hal ini supaya tidak mengagetkan anak.
Kmudian mulai bertemu masalah. Pastikan tetap logis, ada pertanyaan
kenapa yang mendasarinya. Lalu puncak masalah: bagaimana. Dilanjutkan
dengan solusi, dan jangan lupa resolusi ke depannya supaya anak-anak
merasakan bahwa buku cerita anak dapat memberikan petuah baik tidak
hanya saat masalah ada, tetapi hal-hal baik yang perlu dilakukan ke
depannya.2
Hanya karena buku cerita anak punya pesan besar, bukan berarti
pesan yang disampaikan dengan cara orang dewasa. Cerita tetap harus
dinamis, artinya ia dapat mengaduk-aduk emosi pembacanya. Iwok
Abqary begitu piawai mengolah kata yang sesuai untuk anak-anak. Bahasa
yang digunakan tidak sulit dan kalimatnya dibuat singkat, tidak berbelit-
belit. Terlebih lagi, buku ini juga berillustrasi full color. Tujuannya agar
menambah minat dan semangat anak dalam membaca kisah 25 Nabi dan
Rasul hingga tuntas.
Karena cerita anak adalah cerita pendek, Iwok Abqary telah
menyampaikan cerita dengan efektif. Seimbangnya kata dan gambar

2
WS Titik, dkk, Kreatif Menulis Cerita Anak. (Bandung: Nuansa, 2012), 81.
55

membuat cerita yang dapat meningkatkan kualitas buku cerita anak. Rata-
rata buku cerita anak memiliki kata sebanyak 50-1000 kata. Penulisan
Iwok sangat singkat, padat, dan jelas. Iwok pun menghindari penggunaan
istilah, kiasan, atau kata-kata lain yang konotatif. Gambar pun disesuaikan
dengan tulisan. Gambar ilustrasi yang baik disesuaikan dengan kata kerja
utama yang menjadi inti cerita. Semisal adegan Nabi Sulaiman mendengar
teriakan koloni semut, maka gambar adegan ketika semut sedang
berkumpul.3
Menulis buku cerita anak sungguh tidak mudah. Ambil waktu dan
pikirkan baik-baik. Tulis dalam draf-draf ide-ide yang terpikirkan. Buat
plot cerita yang baik yang kira-kira dapat disampaikan dengan efektif.
Setelah proses buku cerita anak dimulai, koreksi lagi kembali. Menulis
buku cerita anak bukan proses sekali jadi. Harus berhati-hati karena anak-
anak sangat cepat menyerap informasi yang dikonsumsinya.
Penulis tahu, yang unik adalah yang diinginkan semua pembaca. Apa
yang membuat buku cerita anak unik? Bagaimana cerita dapat menjadi
unik? Jangan terpaku pada satu bentuk cerita. Tetap dapat menjadikan
buku cerita anak buku yang unik, yang seru, atau yang lucu, dan lain-lain.
Salah satunya dapat menceritakan kisah Nabi dan Rasul. Minat setiap
orang tentu berbeda-beda. Dapat menemukan ide cerita dengan mengorek
lagi memori yang pernah dialami. Selain itu, juga dapat menggunakan
karakter tokoh yang berpengaruh seperti cerita-cerita 25 Nabi dan Rasul.

B. Referensi yang Digunakan Iwok Abqary


Kisah cerita nabi dan rasul pada buku ini disajikan secara berurutan
berdasarkan urutan sejarahnya, dimulai dari Nabi Adam AS sampai
dengan Nabi Muhammad saw. dan hanya ada 1 kitab yang menjadi

3
B Nurgiantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2013), 39.
56

referensi dan rujukan utama Iwok Abqary dalam menyusun buku kisah
nabi ini yaitu Al-Quran dan Terjemah
Setiap kisah nabi di dalam buku ini selalu diakhiri dengan faidah dan
pelajaran penting yang dapat dipetik oleh anak atau pembaca buku ini.
Para utusan Allah yakni Nabi dan Rasul merupakan orang pilihan Allah
swt. yang mana mereka diutus oleh Allah untuk menyebar risalah-Nya
kepada seluruh umat manusia. Ada 25 Nabi dan Rasul yang harus kita
imani karena Allah. Selain mengimani mereka, agar anak-anak juga wajib
meneladani sifat-sifatnya yang mulia. Kemuliaan Nabi dan Rasul ini,
terletak pada ketakwaan dan kesabaran di jalan Allah. Mengetahui kisah-
kisah hidupnya, akan membuat anak-anak semakin percaya dan mencintai
manusia-manusia pilihan Allah ini.
Inilah yang juga menjadi tujuan Iwok Abqary dalam buku 25 Kisah
Nabi dan Rasul ini. Melalui kisah para Nabi dan Rasul pada buku ini,
diharapkan dapat menumbuhkan keimanan dan cinta di hati si Kecil. Ya,
pengenalan dan penanaman kepercayaan pada Nabi dan Rasul memang
harus diberikan sejak dini, sejak buah hati dalam masa kanak-kanak.
Dengan begitu, hingga dewasa nanti mereka akan membawa sifat-sifat
mulia yang dimiliki 25 Nabi dan Rasul ini dalam kesehariannya serta
dalam bersosialisasi. Tentunya, mengimani para Nabi dan Rasul Allah ini
juga tercantum dalam rukun iman yang ke-4.
Pada setiap akhir cerita yang disuguhkan juga disuguhkan hikmah
cerita yang bisa diambil anak sebagai pelajaran di hidupnya. Selain itu,
agar si Kecil lebih memahami inti cerita dari kisah perjuangan 25 Nabi
dan Rasul ini di jalan Allah. Menariknya buku ini, tidak hanya itu saja.
Kisah Nabi Sulaiman AS yang penulis teliti ini adalah satu dari 25
kisah Nabi dan Rasul yang terdapat dalam buku ini. Kisah nabi Idris as.,
nabi Nuh as., nabi Hud as., nabi Shalih as., nabi Ibrahim as., nabi Luth as.,
57

nabi Ismail as., dan lainnya juga patut diketahui anak-anak. Iwok Abqary
berharap buku tersebut dapat menjadi jembatan bagi anak-anak, agar
bertambah kesalehannya karena meneladani sifat-sifat mulia 25 manusia
pilihan Allah. Buku 25 Kisah Nabi dan Rasul karya Iwok Abqary, sangat
bermanfaat untuk dibaca dan dimiliki anak-anak.
Sebagaimana Allah Swt telah mengatakan tentang semut melalui
surah al-Naml supaya manusia bisa memetik pembelajaran dari kisah yang
disajikan dalam surah tersebut. Seperti Allah Swt mengajarkan kepada
Nabi Sulaiman a.s tentang bahasa hewan. Allah SWT berfirman, ―Hingga
ketika mereka sampai di Lembah Semut, berkatalah ratu semut, “Wahai
kawanan semut, masuklah ke rumah kalian masing-masing. Jangan
sampai Sulaiman dan pasukannya memecahkanmu, sedangkan mereka
tidak merasa” (Qs. al-Naml[27]: 18).4
Az-Zamakhsyari berkata, ―Sulaiman a.s mendengar perkataan semut
tersebut dari jarak tiga mil. Semut tersebut berjalan pincang mengendap-
endap. Ada yang mengatakan nama semut itu adalah Thakiah‖.5
Sebagaimana yang telah dikisahkan ketika Sulaiman melangkah
bersamaan dengan bala tentaranya yang terdiri dari jin, manusia, dan
burung di daerah kekuasaan Sulaiman. Lalu Sulaiman mengarungi lembah
semut bersama bala tentaranya.6 Seekor semut telah melihat Sulaiman
beserta semua bala tentaranya yang jumlahnya sangat banyak. Seekor

4
Mashur ‗Abdul Hakim, Sulaiman The World‟s Greatest Kingdom History, Terj
Umi Nurun Ni‘mah (Bandung: Mizania, 2016), 59
5
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Terj Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Rana
Mengala, (Jakartaa: Pustaka Azzam, 2009), 429.
6
Ahli Tafsir menyebutkan bahwa semut itu terdapat di Syam, dimana lembah
tersebut dihuni oleh banyak semut sehingga disebut wadin-naml. (Lihat M. Quraish
Shihab, ed. Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, 704). Lembah semut al-Naml
(tempat Nabi Sulaiman mendengar percakapan sekawanan semut) terletak di daerah
Ashqelon, antara Ashdod dan Gazzah. (Lihat Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur‟an, Perj.
Ahsin Sakho Muhammad dan Sayuti Anshari Nasution, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu,
2006), 121.
58

semut tadi sangat khawatir dengan pasukannya, ia khawatir jika ia dan


pasukan semut lainnya terinjak. Semut pun lalu berteriak pada pasukannya
supaya bergegas masuk ke dalam sarangnya. Berkat mukjizat dari Allah
swt, Sulaiman as. mendengarnya.7
Setelahnya Sulaiman pun menyadarinya dengan senyuman dan
tertawa8 sebab Sulaimaan juga mendengar perkataan semut yang berkata
bahwasanya Sulaiman a.s bersama bala tentaranya tak ada niat untuk
menghancurkan mereka para semut apalagi berbuat jahat kepada mereka
para semut, serta Raja Semut juga berkata bahwasanya apabila ada
diantara semut-semut itu diinjak oleh Nabi Sulaiman beserta bala
tentaranya, hal itu bukanlah ada unsur kesengajaan namun itu disebabkan
Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya tidak melihat mereka para semut,
sebab tubuh mereka yang amat sangat mungil.9 Kemudian Nabi Sulaiman
as berdoa

َ ‫ك الَِِّت أَنإ َع إم‬


‫ت َعلَ َّي َو َعلَى‬ َ َ‫ب أ إَوِز إع ِِن أَ إن أَ إش ُكَر نِ إع َمت‬ ِّ ‫ال َر‬ َ َ‫اح ًكا ِم إن قَ إوَِلَا َوق‬ِ ‫فَتَب َّسم ض‬
َ َ َ
ِ
ِِ َّ ‫ك ِِف ِعباد َك‬ ِ َّ ‫َوالِ َد‬
‫ْي‬
َ ‫الصاْل‬ َ َ ِ‫ضاهُ َوأ إَد ِخ إل ِِن بَِر إْحَت‬
َ ‫صاْلًا تَ إر‬َ ‫ي َوأَ إن أ إَع َم َل‬
―Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.
Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-
Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.‖ (Qs. al-
Naml[27]: 19).10

7
Mashur ‗Abdul Hakim, Sulaiman The World‟s Greatest Kingdom History, Terj.
Umi Nurun Ni‘mah, 60.
8
Tawa Nabi Sulaiman a.s adalah bukanlah tawa yang disertai dengan suara, tetapi
hampir saja senyum beliau itu disertai dengan suara. (M. Quraish Shihab, Tafsir al-
Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 15,
425.
9
Zaini Dahlan, dkk. Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia, 1991), 219.
10
Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Terj. Ahsan
Askan dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Jilid 19, 801.
59

Berkat doa dari Nabi Sulaaiman as. tersebut bisa dimengerti bahwa
permintaan Nabi Sulaiman kepada Allah Swt adalah kebahagiaan yang
abadi kelak di surga Allah Swt. Meskipun Allah Swt sudah mecurah
limpahkan bermacam-macam kenikmataan serta kekuasaan kekuatan yang
bersifat duniawi kepada Sulaiman, tetapi ia tak tergiur jauh akan
kekuasaan, kekuatan, dan kenikmatan duniawi tersebut merupakan
kelebihan yang hanya sementara dan tidak kekal abadi.11 Amal perbuatan
baik lagi shalih pula adalah bonus dari Allah yang mana manusia yang
mampu bersyukur dan taat hanya kepada Allah akan dilimpahkan taufik
untuk mengamalkan perbuatan yang baik dan shalih. Nabi Sulaiman a.s
yang cerdas dalam mensyukuri semua nikmat memohon pertolongan
kepada Allah Swt supaya mengumpulkan segenap jiwa serta dirinya dan
juga memberikan taufik dan hidayah agar bersyukur atas nikmat-Nya.
Nabi Sulaiman pun amat sangat sadar bahwa kenyataannya amal shalih
tersebut adalah taufik dan nikmat lain yang datangnya dari Allah Swt.12
Pada suatu hadis Ibnu Abbas, mengatakan Nabi Muhammad Saw
sangat melarang apabila membunuh lebah, semut, burung ash-shurad,
serta burung hud-hud, ‫ َنه هى هع ْن كهتْلى َأ ْربهع ىم هن إدلَّ هو ى ِّإب إلنَّ ْم ه َُل‬-‫صىل هللا عليو وسمل‬- ‫إ َّن إلنَّ ى َِّب‬
ِ
‫ هوإلنَّ ْح ه َُل هوإلْيُدْ ىُدُ هو ر ه‬. Berdasarkan hadis tersebut
‫إلُّص ُد‬ menurut Ibrahim al-Harbi

bahwasanya Nabi sangat melarang membunuh burung Hud-hud, lebah dan


semut, sebab mereka tak menyakiti manusia, serta tak ada satu pun
mudharat bagi kehidupan manusia. Baginya, semut yang sering kali
menggigit itu dalam bahasa Arab disebut adz-dzarr bukan al-namlah,
yang dianggap adz-dzarr di sini apabila menyakiti manusia tak apa untuk
dibunuh. Sedangkan al-namlah posturnya yang kecil mungil tipis

11
Zaini Dahlan, dkk., Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid VII, 219.
12
Sayyid Qutb, Tafsir di Zilalil Qur‟an, Terj. As‘ad Yasin, dkk., (Jakarta: Gema
Insani, 2004), 394.
60

memiliki kaki empat yang panjang kebanyakan mereka hidup di gurun


pasir dan tidak pernah menyakiti manusia.13

C. Penafsiran Kisah Nabi Sulaiman AS dalam Buku Karya Iwok


Abqary
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan ayat-ayat al-Qur‘an yang
mengandung kisah Nabi Sulaiman a.s yang ada di dalam buku cerita karya
Iwok Abqary, dalam hal ini terdapat dalam surat An-Naml ayat 15-19.
Penulis menggunakan beberapa kitab tafsir rujukan untuk membantu
menjelaskan isi kandungan tiap ayat guna memperoleh hasil berupa pesan
moral dalam kisah Nabi Sulaiman a.s tersebut.
Setiap Nabi dan Rasul diberikan mukjizat yang mengagumkan. Satu
sama lain memiliki mukjizat yang berlainan. Begitu pula mukjizat
yang diterima Nabi Sulaiman As. Dia dapat berkomunikasi dengan
beragam hewan.14

Kisah Nabi Sulaiman di atas yang berasal dari buku cerita karya Iwok
sangat sesuai dengan kisah yang tertulis dalam al-Qur‘an, sebagai berikut:
)51( ‫هولهلهدْ أتهيْنها د ُهإو هد هو ُسله ْي هم هان ىعلْ ًما هوكهاال إلْ هح ْمدُ ى َّ ىّلِل َّ ىإَّلي فهضَّ لهنها عه هىل هك ىثري ىم ْن ىع هبا ىد ىه إلْ ُم ْؤ ىم ىن هني‬
‫َشء إ َّن ى ههذإ لهي هُو إلْفهضْ ُل إلْ ُمب ُىني‬ ‫ك ه‬ َّ ‫هو هو ىر هث ُسله ْي هم ُان د ُهإو هد هوكها هل هَي َأُّير ها إلنَّ ُاس عُ ىل ِّ ْمنها همنْ ىط هق‬
ِّ ‫إلط ْ ىري هو ُأو ىتينها ىم ْن ُ ى‬
ِ ْ
)51(
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.‖ Dan Sulaiman telah mewarisi
Daud, dan dia berkata, "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) itu benar-benar
suatu karunia yang nyata.‖ (QS. Al-Naml [27]: 15-16)

Perbedaan kisah yang ditulis dalam buku cerita anak Kisah 25 Nabi
dan Rasul Karya Iwok Abqary dengan kisah yang ada di al-Qur‘an sangat

13
M. Quraish Shihab, ed., Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, 703.
14
Iwok Abqary, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Dar Mizan, Jakarta: 2018), 105.
61

terlihat di dalam buku karya Iwok Abqary. Di dalam buku karya Iwok
menceritakan bahwasanya:
Pernah suatu ketika di satu tempat, Nabi Sulaiman dan pasukannya berjalan
mendekat. Tiba-tiba Nabi Sulaiman berteriak memerintah agar pasukannya
menghentikan langkah.
Pasukannyya berhenti penuh waspada. ―Ada apa gerangan, wahai
Baginda?15
Ternyata Nabi Sulaiman mendengar teriakan. Ada koloni semut yang harus
diselamatkan. Tak jauh dari tempat itu, terlihat semut-semut berlarian.
Mereka menghindar secepatnya dari tepian jalan.
―Ayo, masuk ke dalam sarang!‖ seekor semut berteriak. ―Agar kita tidak
terinjak-injak.‖
Itulah sebabnya Nabi Sulaiman menghentikan pasukan, agar mereka tidak
menginjak semut di jalanan.16 Sekarang seluruh semut sudah berada di
tempat aman. Nabi Sulaiman dan pasukan melanjutkan perjalanan.17

Sedangkan al-Qur‘an sendiri tidak menceritakan bahwasanya Nabi


Sulaiman menghentikan pasukannya, agar mereka tidak menginjak semut
yang sedang berlarian ke dalam sarang, lalu kemudian Nabi Sulaiman dan
pasukannya melanjutkan perjalanan ketika semut sudah berada di tempat
yang aman. Seperti dalam Firman Allah SWT:

‫) َح ََّّت إِذَا أَتَ إوا َعلَى َو ِادي‬71( ‫وزعُو َن‬ ِ ‫اَلِ ِّن َواْلنإ‬
‫ودهُ ِم َن إ‬ ِ ِ
َ ُ‫س َوالطَّإِري فَ ُه إم ي‬ ُ ُ‫َو ُحشَر ل ُسلَإي َما َن ُجن‬
ِ ِ
ُ ُ‫ت َنَإلَةٌ يَا أَيُّ َها الن إَّم ُل إاد ُخلُوا َم َساكنَ ُك إم ََّل َإَيط َمنَّ ُك إم ُسلَإي َما ُن َو ُجن‬
‫ودهُ َوُى إم ََّل‬ ‫الن إَّم ِل قَالَ إ‬
‫ت‬َ ‫ك الَِِّت أَنإ َع إم‬َ َ‫ب أ إَوِز إع ِِن أَ إن أَ إش ُكَر نِ إع َمت‬
ِّ ‫ال َر‬َ َ‫اح ًكا ِم إن قَ إوَِلَا َوق‬
ِ ‫) فَتَب َّسم ض‬71( ‫ي إشعرو َن‬
َ َ َ ُُ َ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
)71( ‫ْي‬ َّ ‫ك ِِف عبَاد َك‬
َ ‫الصاْل‬ َ ‫ضاهُ َوأ إَدخ إل ِِن بَِر إْحَت‬
َ ‫صاْلًا تَ إر‬ َ ‫ي َوأَ إن أ إَع َم َل‬
َّ ‫َعلَ َّي َو َعلَى َوال َد‬
―Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung; lalu
mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di
lembah semut, berkatalah seekor semut, Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia tersenyum dengan tertawa karena
(mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh

15
Iwok Abqary, Kisah 25 Nabi dan Rasul, 105.
16
Iwok Abqary, Kisah 25 Nabi dan Rasul, 106.
62

yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh.‖ (Qs. al-Naml [27]: 17-19)

D. Pandangan Mufassir Terhadap Kisah Nabi Sulaiman


Dari beberapa mufassir yang menyinggung tentang kisah nabi
Sulaiman, penulis hanya akan mencantumkan penafsiran yang dating
dari kitab Tafsir Jami‟u al-Bayān „an Ta‟wīl ayi al-Qur‟an karya Abī
Ja‘far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabariyy, Tafsīr al-Qur‟an al-„Aẓīm
karya ‗Imāduddin Abī al-Fudā‘i Ismā‘īl bin ‗Umar Ibn Kaṡīr al-
Dimsyiqi, dan tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

Penulis mengambil penafsiran dari beberapa mufassir tersebut,


tentunya karena mereka memiliki metode dan corak penulisan yang
berbeda. Abī Ja‘far Muḥammad bin Jarir al-Tabariyy merupakan seorang
tokoh terkemuka yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Tidak hanya
menulis kitab tafsir, ia juga seorang pakar sejarah dan pakar hadiṡ.18
Dalam menafsirkan ia terlebih dahulu mengemukakan pendapat-
pendapat mengenai tafsir atau takwil dari suatu ayat, kemudian
dilanjutkan dengan menafsirkan menurut pandangan sahabat dan tabiin
yang diriwayatkan secara lengkap atau disebut dengan metode tafsir bi
al-matsur.

Selanjutnya ‗Imāduddin abī al-Fuda‘i Ismā‘īl bin ‗Umar Ibnu Katsīr


al-Dimsyiqi yang tidak hanya dikenal sebagai mufassir, namun juga
dikenal sebagai ahli fiqih, ahli hadiṡ dengan berbagai karangan kitabnya.
Dalam kitab tafsirannya ia menyertakan peringatan akan riwayat yang
tertolak dan riwayat-riwayat yang berbau isra‘liyat.19 Dan yang terakhir
M. Quraish Shihab ketika dalam menafsirkan ia selalu mengedepankan

18
Mani‘ Abd Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli
Tafsir (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 67.
19
Ali al-Sahbuni, Kamus al-Qur‟an: Quranic Explorer (Shahih, 2016), 190.
63

agar dapat menjawab problem-problem yang membutuhkan penyelesaian


yang sedang ada di tengah-tengah masyarakat. Dalam penafsirannya ia
dikategorikan ke dalam kelompok tafsir tematik (mauḍu‟i).20

1) Penafsiran Tafsir Ibn Katsir tentang Kisah Nabi Sulaiman


Pada rangkaian ayat ini, Allah SWT mengabarkan tentang anugerah
yang dilimpahkan oleh Allah kepada dua orang hamba dan Rasul-Nya,
Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman As. Anugerah tersebut berupa aneka
ragam nikmat, pemberian yang sangat agung, serta sifat-sifat mereka yang
luhur dan terpuji. Mereka dilimpahi kebahagiaan yang berpadu, di dunia
dan di akhirat. Mereka dianugerahi kerajaan, kekayaan dan kekuasaan
yang paling sempurna dalam bidang keduniaan, serta derajat kerasulan
dalam bidang keagamaan.
Karenanya Allah SWT berfirman,

ِِ ِِ ِ ِ ِ َّ َ‫اْلَ إم ُد لِلَّ ِو الَّ ِذي ف‬


َ ‫ضلَنَا َعلَى َكث ٍري م إن عبَاده الإ ُم إؤمن‬
‫ْي‬ ‫َولََق إد آتَإي نَا َد ُاوَد َو ُسلَإي َما َن ِع إل ًما َوقَاَّل إ‬
―Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan
keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.‖ (Qs.)

Selanjutnya Allah berfirman ‫هو هو ىر هث ُسل ه ْي هم ُان د ُهإو هد‬ ―Dan Sulaiman telah

mewarisi Dawud.‖ Maksudnya, Sulaiman melanjutkan kerajaan sekaligus


kenabian Nabi Dawud As. Jika yang dimaksud firman Allah ini hanya
mewarisi kekayaan saja, niscaya Allah tidak akan secara khusus
menyebutkan nama Sulaiman. Tentunya Allah menyebutkan pula nama-
nama anak Nabi Dawud yang lainnya selain Sulaiman, karena Nabi
Dawud sendiri memiliki seratus orang istri (tentunya memiliki banyak
anak dari istri-istrinya). Jadi, yang dimaksud dengan kata ―mewarisi‖ di

20
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Qur‟an di Indonesia (Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), 110.
64

sini adalah mewarisi dalam bidang kenabian dan kedudukan raja Bani
Israil. Sebab para Nabi tidak mewariskan harta kepada keturunannya.
Sebagaimana hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW, ―Kami,
segenap para Nabi tidak pernah mewariskan harta. Apa yang kami
tinggalkan semuanya shadaqah.‖
Allah SWT berfirman,

‫َّاس عُلِّ إمنَا َمإن ِط َق الطَّإِري َوأُوتِينَا ِم إن ُك ِّل َش إي ٍء‬


ُ ‫ال يَا أَيُّ َها الن‬ َ ‫َوَوِر‬
َ َ‫ث ُسلَإي َما ُن َد ُاوَد َوق‬
―Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, "Hai manusia, kami telah
diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.‖ (Qs. )

Pada ayat ini Nabi Sulaiman mengabarkan tentang nikmat yang telah
Allah anugerahkan kepadanya, yaitu berupa kerajaan yang sempurna dan
kedudukan yang sangat agung, hingga ia mampu menaklukkan manusia,
jin dan burung. Ia pandai bahasa burung dan hewan-hewan lainnya.
Anugerah yang diberikan Allah terhadap nabi Sulaiman tidak pernah
Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan manusia.

Allah SWT telah mengajarkan kepada Nabi Sulaiman tentang bahasa


yang dipergunakan oleh burung saat bercakap-cakap dengan sesamanya
diudara, berikut bahasa yang diucapkan oleh binatang-binatang lain
dengan segala ragam jenisnya. Karenanya Dia berfirman, َّ ‫عُ ىل ِّ ْمنها هم ْن ىط هق‬
‫إلط ْ ىري‬
‫َشء‬ ِّ ‫هو ُأو ىتينها ىم ْن ُ ى‬
ْ‫ك ه‬ ―Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan

kami diberi segala sesuatu,‖ yakni, segala sesuatu yang dibutuhkan


seorang raja dalam memimpin rakyatnya. ‫إ َّن هى هذإ لهي هُو إلْفهضْ ُل إلْ ُمب ُىني‬
ِ
―Sesungguhnyya (semua) ini benar-benar satu karunia yang nyata.‖ Yakni
karunia yang nyata dari Allah untuk kami.21

21
Ibnu Katsir, al-Mishbaahul Muniir Fii Tahdziibi Tafsiiri Ibni Katsiir (Riyadh:
Daarus Salaam Lin Nasyr Wet Tauzi‘: 2000 M), 661.
65

2) Penafsiran Tafsir al-Misbah tentang Kisah Nabi Sulaiman


―Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Daud dan
Sulaiman, ilmu, dan keduanya mengucapkan: ―Segala puji bagi Allah
yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang mukmin.‖
(QS. Al-Naml [27]: 15)

Ayat-ayat berikut berbicara tentang Nabi Sulaiman dan Daud As.


Dalam pandangan Thabathaba‘i, uraian ayat ini masih merupakan
kelanjutan dari kelompok yang berkaitan dengan contoh berita gembira
yang dikandung oleh al-Qur‘an. Sedang, menurut Al-Biqa‘i, ia adalah
uraian tentang ilmu Allah, setelah pada kelompok ayat yang lalu berbicara
tentang hikmah kebijaksanaan-Nya.
Ayat di atas bagaikan berkata: ―Sesungguhya Kami telah
menganugerahkan kepada Musa dan Harun hikmah, petunjuk, serta
kemenangan kemuliaan menghadapi Fir‘aun dan kaumnya, dan
sesungguhnya Kami juga telah menganugerahkan kepada Daud dan
putranya, yaitu Sulaiman, sebagian ilmu yang sangat dalam dan berharga
yang tidak Kami anugerahkan kepada sembarang orang. Keduanya
menerapkan ilmu yang Kami anugerahkan itu untuk kebaikan makhluk
dan keduanya mensyukuri anugerah Kami serta mengucapkan ―Segala puji
bagi Allah Yang Maha Pemurah yang melebihkan kami dari banyak
hamba-hamba-Nya yang mukmin, yakni yang dekat kepada-Nya lagi
mantap imannya.‖
Nabi Daud As. tadinya adalah penggembala kambing ayahnya. Beliau
sangat pandai menggunakan senjata ketapel ketika menjadi salah seorang
anggota pasukan Thalut, beliau berhasil membunuh Jalut melalui
ketapelnya, dan setelah keberhasilannya itu beliau sangat disenangi dan
populer sehingga, setelah meninggalnya Thalut, beliau diangkat menjadi
Raja Bani Isra‘il. Nabi Daud As. wafat 1626 sebelum hijrah dalam usia 70
tahun setelah memerintah sekitar empat puluh tahun lamanya. Beliau
66

dianugerahi 11 orang anak. Salah seorang di antaranya adalah Nabi


Sulaiman As. yang mewarisi kerajaannya sebagaimana digaris bawahi
ayat di atas. Nabi Sulaiman As. adalah putra Nabi Dawud As. yang
merupakan Nabi dan Raja yang sangat agung. Beliau wafat 1597 sebelum
hijrah.
Ilmu yang dianugerahkaan Allah kepada Nabi Dawud dan Sulaiman
As. sungguh banyak dan unik. Nabi Daud As. misalnya, dianugerahi
kemampuan membuat perisai (QS. Al-Anbiya‘ [21]: 80) dan diajari
hikmah dan kemampuan menyelesaikan perselisihan (QS. Shad [38]: 20),
sedang Nabi Sulaiman As. di samping dianugerahi hikmah dan
kemampuan memahami kasus-kasus perselisihan, juga antara lain
kemampuan memahami bahasa/suara burung (baca ayat 16 surah ini).
Ayat di atas menuntun setiap ilmuwan untuk mengakui terlebih
dahulu anugerah Allah atas ilmu yang dimilikinya, kemudian
mensyukurinya, bukan saja dengan pengakuan lisan, tetapi juga dengan
mengamalkan dan menyesuaikan diri dengan ilmu yang dimilikinya itu.
Ayat di atas menggabung kesyukuran mereka berdua dalam satu kata yang
berbentuk dua. Boleh jadi kesyukuran dan ucapan itu mereka ucapkan
bersama – sebagai anak dan ayah – dan kemungkinan yang lebih besar
adalah asing-masing mengucapkan – setiap saat – walau setelah mereka
berpisah dengan kematian Nabi Daud As.22

3) Penafsiran Tafsir Al-Thabari tentang Kisah Nabi Sulaiman


ِِ ِِ ِ ِ ِ َّ َ‫اْلَ إم ُد لِلَّ ِو الَّ ِذي ف‬
َ ‫ضلَنَا َعلَى َكث ٍري م إن عبَاده الإ ُم إؤمن‬
‫ْي‬ ‫َولََق إد آتَإي نَا َد ُاوَد َو ُسلَإي َما َن ِع إل ًما َوقَاَّل إ‬
)71(
―Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan, ‗Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman‘.‖ (Qs. an-Naml [27]: 15)

22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah, (Lentera Hati, Jakarta:2002), 415.
67

Allah Ta‘ala berfirman: ‫َولََق إد آتَإي نَا َد ُاوَد َو ُسلَإي َما َن‬ ―Dan sesungguhnya

Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman.‖ Maksudnya


adalah, pengetahuan tentang bahasa burung, hewan-hewan, dan
pengetahuan- pengetahuan lain yang khusus Allah anugerahkan
kepadanya.

Firman –Nya, ‫ْي‬ِِ ِِ ِ ِ ِ َّ َ‫اْلَ إم ُد لِلَّ ِو الَّ ِذي ف‬


َ ‫ضلَنَا َعلَى َكث ٍري م إن عبَاده الإ ُم إؤمن‬ ‫― َوقَاَّل إ‬Dan
keduanya mengucapkan, ‗Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami
dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman‘.‖ Maksudnya adalah,
Daud dan Sulaiman berkata, ―Segala puji bagi Allah yang telah
melebihkan kami dengan kelebihan yang khusus Dia anugerahkaan kepada
kami berupa ilmu yang hanya Dia berikan kepada kami, tidak kepada
makhluk-makhluk-Nya yang lain dari bangsa manusia pada masa kami ini,
atas kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya pada masa
kami ini.‖

‫َّاس عُلِّ إمنَا َمإن ِط َق الطَّإِري َوأُوتِينَا ِم إن ُك ِّل َش إي ٍء إِ َّن َى َذا ََلَُو‬
ُ ‫ال يَا أَيُّ َها الن‬
َ َ‫ث ُسلَإي َما ُن َد ُاوَد َوق‬ َ ‫َوَوِر‬
)51( ‫ْي‬ ُ ِ‫ض ُل الإ ُمب‬‫الإ َف إ‬
―Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, ‗Hai manusia, kami telah
diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar satu karunia yang nyata.‖ (Qs. an-Naml
[27]: 16)

Allah Ta‘ala berfirman َ ‫َوَوِر‬


‫ث ُسلَإي َما ُن‬ ―Dan Sulaiman telah mewarisi,‖

ayahnya. ‫― َد ُاوَد‬Daud,‖ ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya semasa


hidupnya dan kerajaan yang khusus baginya, lalu Dia menjadikan kerajaan
tersebut menjadi miliknya, bukan anak ayahnya yang lain.
68

‫َّاس عُلِّ إمنَا َمإن ِط َق الطَّإِري‬


ُ ‫ال يَا أَيُّ َها الن‬
َ َ‫― َوق‬Dan Dia berkata, ‗Hai manusia, Kami
telah diberi pengertian tentang suara burung‘.‖ Maksudnya adalah,
Sulaiman berkata kepada kaumnya, ―Hai sekalian manusia, telah diajarkan
kepada kami bahasa burung, maka kami dapat memahami bahasanya. Juga
dijadikan pemahamannya tentang bahasa burung sama seperti
pemahamannya tentang tuturan seorang manusia.

Firman-Nya, ‫َوأُوتِينَا ِم إن ُك ِّل َش إي ٍء‬ ―Dan Kami diberi segala sesuatu,‖

maksudnya adalah, dianugerahkan kepada kami segala kebaikan. ‫إِ َّن َى َذا ََلَُو‬

ُ ِ‫ض ُل الإ ُمب‬


‫ْي‬ ‫الإ َف إ‬ ―Sesungguhnya (semua) ini benar-benar satu karunia yang

nyata.‖ Sesungguhnya kebaikan-kebaikan yang diberikan kepada kami ini


benar-benar merupakan kelebihan atas seluruh makhluk pada masa kami,

ُ ِ‫― الإ ُمب‬Yang nyata,‖ yang menjelaskan kepada orang yang merenungi dan
‫ْي‬
memikirkannya bahwa ia adalah kelebihan yang diberikan kepada kami
atas manusia selain kami.23
“Hai sekalian semut, masuklah kamu ke dalam sarangmu, agar kalian tidak
terinjak Sulaiman dan balatentaranya, sedangkan mereka tidak
mengetahuinya. mendengar itu Sulaiman tertawa seraya berdo‘a kepada
Tuhan: Ya Tuhanku, tetapkanlah hatiku buat bersyukur kepada Engkau,
yang telah memberikan karunia kepadaku dan kepada ibu-bapakku, dan
masukkanlah kami ke dalam hamba-hambaku yang saleh-saleh.‖ (Q.S. an-
Naml Ayat 18-19).

Takwil firman Allah:

‫ت َنَإلَةٌ يَا أَيُّ َها الن إَّم ُل إاد ُخلُوا َم َساكِنَ ُك إم ََّل َإَي ِط َمنَّ ُك إم‬ ِ
‫َح َّ َّٰت إِذَا أَتَ إوا َعلَ ٰى َواد الن إَّم ِل قَالَ إ‬
‫ودهُ َوُى إم ََّل يَ إشعُ ُرو َن‬
ُ ُ‫ُسلَإي َما ُن َو ُجن‬
23
Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, cet I
2009) Tafsir at-thabari , 793.
69

―Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ―Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang supaya kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.‖ (Qs.)

Maksud firman-Nya, ‫― َح َّ َّٰت إِذَا أَتَ إوا َعلَ ٰى َو ِاد الن إَّم ِل‬Hingga apabila mereka
sampai di lembah semut,‖ adalah, hingga ketika Sulaiman dan pasukannya
sampai di lembah semut.

Firman-Nya, ‫ت َنَإلَةٌ يَا أَيُّ َها الن إَّم ُل إاد ُخلُوا َم َساكِنَ ُك إم ََّل َإَي ِط َمنَّ ُك إم ُسلَإي َما ُن‬
‫قَالَ إ‬

‫ودهُ َوُى إم ََّل يَ إشعُ ُرو َن‬


ُ ُ‫َو ُجن‬ ―Berkatalah seekor semut, ‗Hai semut-semut,

masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh


Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari‘.‖
Maksudnya adalah, jangan sampai Sulaiman dan pasukannya menginjak
serta membunuh kalian.

Firman-Nya, ‫َوُى إم ََّل يَ إش ُع ُرو َن‬ ―Sedangkan mereka tidak menyadari.‖

Maksudnya adalah, sementara mereka tidak tahu bahwa mereka


menginjak kalian.
Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrahman
dan Yahya menceritakan kepada kami, mereka berdua berkata: Sufyan
menceritakan kepada kami dari Al A‘masy, dari seorang lelaki bernama
Al Hakam, dari Auf, tentang firman Allah,

‫ت َنَإلَةٌ يَا أَيُّ َها الن إَّم ُل‬


‫― قَالَ إ‬Berkatalah seekor semut, ‗Hai semut-semut‘.‖ Ia
berkata, ―Maksudnya adalah, semut Sulaiman bin Daud ukurannya sebesar
lalat.‖24

24
Tafsir Ath-Thabari, jilid 19 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 799.
70

Selanjutnya Allah berfirman ‫― َح َّ َّٰت إِ َذا أَتَ إوا َعلَ ٰى َو ِاد الن إَّم ِل‬Hingga ketika
mereka sampai di lembah semut,‖ maksudnya, ketika Sulaiman berikut
para prajurit dan bala tentaranya hendak melewati lembah semut.

ِ ِ
ُ ُ‫ت َنَإلَةٌ يَا أَيُّ َها الن إَّم ُل إاد ُخلُوا َم َساكنَ ُك إم ََّل َإَيط َمنَّ ُك إم ُسلَإي َما ُن َو ُجن‬
‫ودهُ َوُى إم ََّل يَ إشعُ ُرو َن‬ ‫قَالَ إ‬
―Berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-
sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan
mereka tidak menyadari. (Qs.)

E. Kontekstualitas Kisah Nabi Sulaiman: Antara Pesan Moral dan


Fakta Sejarah
Al-Qur‘an menjadi kitab yang mengatakan sebagai pedoman bagi
manusia yang bertaqwa, al-Qur‘an acap kali memakai banyak sekali
macam pengertian guna menuntun seluruh umat manusia di bumi. Hal itu
memberi petunjuk bahwasanya al-Qur‘an amat sangat aplikatif serta
memiliki kekuatan adaptasi terhadap kemampuan umat manusia dalam
rangka mengambil hikmah dan pesan yang tersirat. Di antara berbagai
macam bentuk pengungkapan yang dimaksud ialah memakai bentuk
berupa penyajian kisah dalam bentuk buku cerita. Menjadi kitab pedoman
sudah selayaknya pasti banyak berbagai pesan dan hikmah yang tersirat
juga terkandung di dalamnya. Pada hal tersebut, penyampaian kisah dalam
buku cerita anak memiliki ciri karakteristik tersendiri dan yang paling
utama adalah tujuan penyampaian pesan moral yang dibalik kisah itu
mengandung keaslian serta penelusuran fakta sejarah yang benar. Dengan
ini kontekstualisasi kisah Nabi Sulaiman atau lebih tepatnya
pengungkapan kisah yang telah tertera jelas dalam al-Qur‘an menjadi
niscaya yang pasti sekaligus sah yang asli.
Beberapa alasan keaslian kontekstualitas Kisah Nabi Sulaiman adalah
pertama, Nabi Sulaiman a.s adalah pemimpin dari golongan manusia, jin,
71

setan, burung-burung, binatang ternak, dan lain sebagainya pada masanya.


Bahkan beliau dapat berbicara dengan berbagai jenis binatang, seperti
semut, hingga burung-burung. Beliau juga mempunyai anak buah
yang‟alim di antaranya memiliki ism al-Aziz (nama Allah yang Agung).
Kedua, Nabi Sulaiman a.s ahli tentang kemajuan teknologi karena
beliau memiliki istana kerajaan yang sangat indah dan megah. Di dalam
istana beliau terdapat lantai kaca yang besar yang dalam kisah disebutkan
Ratu Bilqis pun menjadi salah duga karena mengira kolam air. Ratu Bilqis
yang memiliki istana berkilau pun masih tertipu, apalagi masyarakat biasa
yang tidak pernah menginjakkan kaki ke lingkungan istana.
Ketiga, Nabi Sulaiman juga telah dikisahkan membangun Masjidil
Aqsa yang besar dan indah yang pengerjaannya dilakukan oleh golongan
manusia dan jin. Memang, penaklukan Nabi Sulaiman a.s kepada
golongan jin merupakan hal yang menarik. Sebab, golongan jin di zaman
Nabi Sulaiman tadi benar-benar merasa tunduk dan tidak berani
membantah sedikitpun kepada beliau. Maka mereka selalu siap
melaksanakan perintah Nabi Sulaiman a.s, walaupun harus menyelam ke
dasar Samudera untuk mencari mutiara, intan permata, emas, dan
sebagainya untuk membuat kerajaan.25
Nabi Sulaiman a.s salah satu dari berbagai kisah yang diabadikan di
dalam al-Qur‘an, yakni dengan sifatnya yang senantiasa mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang telah dilimpahkan
terhadapnya. Nabi Sulaiman juga menyadari bahwa karunia tadi
sebenarnya merupakan ujian baginya yakni apakah beliau bisa bersyukur
atas karunia yang telah diberikan tadi ataukah justru kufur terhadap nikmat
yang telah diterima tadi. Jika ada orang yang bersyukur, maka itu untuk

25
Wawan Susetya, Perdebatan Langit dan Bumi, (Jakarta: Penerbit Republika,
2005), 59.
72

kebaikan dirinya sendiri. Sedangkan jika manusia itu kufur, sesungguhnya


Allah itu Maha Kaya.
Hingga pada akhir hayatnya, berita meninggalnya Nabi Sulaiman a.s
hanya diketahui oleh rayap-rayap saja, sedangkan dari golongan jin dan
manusia yang sedang membaangun Masjidil Aqsha sama sekali tidak
mengetahui bahwa diam—diam beliau tidak berbau busuk. Namun, karena
rayap-rayap menggerogoti tongkat Nabi Sulaiman itu, maka lama-
kelamaan tongkat-nya menjadi keropos dan akhirnya menyebabkan
tersungkurnya jasad Nabi Sulaiman ke Bumi.
Meskipun Nabi Sulaiman a.s telah menguasai ilmu gaib, seperti
menundukkan berbagai macam golongan makhluk dan dapat berbicara
dengan mereka, namun hal itu semata-mata hanya karena karunia Allah.
Hendaknya, seseorang yang belajar masalah gaib, mempertimbangkan
terlebih dahulu nikmat yang telah diberikan Allah SWT secara normal.
Barangkali, menjadi manusia yang biasa saja lebih baik daripada harus
memaksakan diri ke dalam hal-hal yang berbau mistis atau gaib.
Hendaknya selalu mengupayakan konsentrasi untuk beribadah kepada
Allah SWT mengingat (dzikir) kepada-Nya.
Menggunakan alasan-alasan tersebut, segala usaha untuk mencoba
mengkontekstualisasikan kisah Nabi Sulaiman agar menjadi sesuatu
keniscayaan serta absah karena kisah yang terungkap dalam buku cerita
anak melekat kuat dengan konteks masyarakat saat ini maupun budaya
setempat yang menjadi pengatur sejarah kisah tersebut.
Signifikansi kontekstualisasi pemahaman berbagai macam teks Islam
ialah jelas yaitu supaya interpretasi itu secara permanen tetap eksis, namun
yang sinkron dengan perkembangan dan perubahan sosial, agar tetap
mempunyai energi semangat serta ruh dalam mengungkap beraneka ragam
persoalan aktual yang timbul pada zaman modern.
73

Kontekstualisasi kisah Nabi Sulaiman menjadi krusial karena tujuan


dan sasaran yang utama dari buku cerita anak ialah mengambil hikmah
dan pembelajaran yang terkandung di balik kisah. Sebab, sudah tak
penting lagi menganggap pertanyaan yang apakah kisah Nabi Sulaiman
tersebut memiliki unsur faktual atau fiktif. Yang paling penting ialah
bagaimana kisah tersebut dapat menyalurkan inspirasi dan aspirasi yang
berguna sebagai kemaslahatan bersama serta menjadi contoh yang teladan.
Akan tetapi penelusuran fakta sejarah di dalam kisah Nabi Sulaiman telah
menjadi bukti nyata keabsahan bahwa al-Qur‘an itu bukan hasil tangan
ataupun karya nabi Muhammad Saw, seperti yang diisukan pembelok
umat Islam. Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan inovasi
arkeologi bahwasanya telah banyak fakta sejarah yang sejalan beriringan
dengan penelusuran kisah 25 Nabi dan Rasul di dalam sebuah buku cerita
anak karya Iwok Abqary.

F. Kritik terhadap Pola Penyajian Kisah Nabi Sulaiman dalam


Buku Cerita Anak Kisah 25 Nabi & Rasul Karya Iwok Abqary
Menemukan buku kisah Nabi dan Rasul yang cocok dan shahih untuk
anak usia pra sekolah tentu merupakan suatu hal yang amat tidak mudah.
Dari beberapa buku yang telah beredar di kalangan masyarakat, penulis
belum menemukan buku kisah nabi yang pas untuk anak-anak pada
umumnya.
Adapun usaha yang penulis lakukan adalah: pertama, penulis
menelisik beberapa buku yang dalam penuturannya menggunakan Bahasa
yang ―ramah‖ dalam artian tidak terdapat dalil, karena sejatinya untuk
anak pra sekolah penulis berpandangan mereka yang memiliki usia
6 tahun ke bawah belum terlalu paham tentang dalil terlebih balita. Inilah
alasan penulis memilih buku karya Iwok Abqary adalah agar anak paham
betul jalan cerita dari sebuah kisah yang disampaikan. Bukan hanya
74

sekedar hafal setiap kata dan ayat, tapi paham betul yang dibaca dan
didengar itu sebenarnya apa.
Dari sekian buku yang ada, penulis belum menemukan buku yang
bahasanya ―ramah‖ untuk anak usia pra sekolah. Mayoritas, bahasanya
lebih cocok untuk anak usia SMP-SMA bahkan mahasiswa. Walupun
sejatinya seorang penulis buku berusaha untuk menyampaikan kisah dari
sumber-sumber yang syar‘i. Agar cerita yang sahih yang tersampaikan.
Tapi penulis berpikir, menyampaikan cerita sahih bukan berarti tidak bisa
menggunakan bahasa anak-anak. Oleh sebab itu kebanyakan orang
merombak ulang bahasa redaksi dari buku-buku kisah nabi yang
dibacakan untuk anak-anaknya.
Kedua, jika dilhat dari segi kesahihan isi ceritanya ditemukan buku
kisah nabi yang bahasanya cocok untuk balita. Akan tetapi, isi cerita dari
kisah tersebut tidaklah ṣaḥīḥ. Bahkan penerbitnya tergolong salah satu
penerbit buku besar. Untuk bacaan anak-anak ini, memang harus lebih
selektif lagi.
Hingga pada akhirnya penulis menemukan buku kisah nabi dan rasul,
yang berjudul Kisah 25 Nabi dan Rasul. Dengan tampilan yang menarik
dan bahasa yang digunakan pun cukup bagus. Meski belum mencapai
tahap yang sesuai, namun penggunaan bahasanya cukup bisa dipahami
anak-anak usia dasar dan pra-sekolah.
Penggambaran dalam buku cerita karya Iwok Abqary juga tidak asal,
para Nabi dan Rasul tidak diwujudkan dalam bentuk gambar. Hanya
makhluk hidup yang ada di Bumi sajalah yang diilustrasikan melalui
gambar. Hal ini menjadikan para pembaca mudah menjelaskan ke anak-
anak karena beberapa fitur yang mendukung yakni dilengkapi gambar
yang full colour. Terlepas dari semua itu, di dalam buku karya Iwok
Abqary belum disajikan poin-poin penting mengenai isi cerita. Sehingga
75

dibutuhkan peranan orangtua guna menjelaskan pada anak mengenai inti


cerita pada kisah tersebut.

G. Pesan Moral dari Kisah Nabi Sulaiman a.s dan Semut


Arti kata moral dalam segi linguistik berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari mos yang memiliki arti suatu adat kebiasaan. Sedangkan
moral dari segi istilah merupakan sebuah istilah atau kata yang
dipergunakan untuk memilih batasan dari sifat, karakter, perangai,
kehendak, pendapat, opini, ataupun perbuatan yang dianggap pantas dan
bisa pula dikategorikan antara benar, salah, baik, maupun buruk.26 Salah
satu ciri-ciri moralitas di dalam Islam ialah mencakup semua perbuatan
dan amal manusia yang bekerja sama dengan diri sendiri dan juga orang
lain, baik itu individu, kelompok, masyarakat, ataupun negara.27
Nilai-nilai moral yang dikatakan di dalam Islam antara lain ialah
tentang cinta kasih, rasa persaudaraan, suka rela mengutamakan orang
lain, saling tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan dan
ketakwaan, bersama mengeratkan persatuan, serta maju bersama untuk
merapatkan barisan.28
Dalam bagian ini, penulis ingin kembali mengungkapkan serta
menekankan hal-hal apa saja yang sudah dituliskan dari ketiga kitab tafsir
itu perihal pesan moral di dalam kisah Nabi Sulaiman dan semut seperti
yang sudah disebutkan dalam surah al-Naml 15-19.
1. Tolong Menolong Antar Sesama

26
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), 77.
27
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Muhammad Abdul Qadir Hatim, Ensiklopedi
Metodologi al-Qur‟an: Kehidupan Sosial, Perj Abu Akbar Ahmad dan Iman Firdaus
(Jakarta: PT Kalam Publika, 2010), 104.
28
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Muhammad Abdul Qadir Hatim, Ensiklopedi
Metodologi al-Qur‟an: Kehidupan Sosial, Perj Abu Akbar Ahmad dan Iman Firdaus
(Jakarta: PT Kalam Publika, 2010), 48.
76

Tolong menolong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya


memohon bantuan, memberi bantuan, mengurangi beban.29 Saling tolong
menolong serta saling bantu membantu adalah ujung tombak kehidupan
umat manusia. Allah Swt pun memerintahkan supaya semua umat muslim
agar saling tolong menolong demi kebaikan bersama serta membantu
meringankan beban sesama saudara seiman.30 Allah Swt berfirman,

ِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ‫ي َوََّل الإ َق ًَّلئ َد َوََّل ِّآم‬
‫ْي‬ َ ‫اْلََر َام َوََّل ا إَلَإد‬ ‫ين َآمنُوا ََّل ُُتلُّوا َش َعائَر اللَّو َوََّل الش إ‬
‫َّهَر إ‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫ادوا َ َوََّل َإَي ِرَمنَّ ُك إم‬ ‫ض َوانًا َ َوإِ َذا َحلَإلتُ إم فَ إ‬
ُ َ‫اصط‬ ‫ض ًًّل ِم إن َرِِّّبِ إم َوِر إ‬
‫اْلََر َام يَإبتَ غُو َن فَ إ‬
‫ت إ‬ َ ‫الإبَ إي‬
‫صدُّوُك إم َع ِن الإ َم إس ِج ِد إ‬
‫اْلََرِام أَ إن تَ إعتَ ُدوا َ َوتَ َع َاونُوا َعلَى الإِ ِِّب َوالتَّ إق َو ٰى َ َوََّل‬ ٍ
َ ‫َشنَآ ُن قَ إوم أَ إن‬
ِ ‫يد الإعِ َق‬ ِ
‫اب‬ ُ ‫اْل إِْث َوالإ ُع إد َو ِان َ َواتَّ ُقوا اللَّوَ َ إِ َّن اللَّوَ َشد‬
ِ‫تَ َع َاونُوا َعلَى إ‬
―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya‖. (Qs. Al-Maidah [5]: 2)

Sebagaimana yang telah dicontohkan para semut pada segi kehidupan


semut dalam aktivitas sehari-hari juga mempunyai naluri dan insting yang
baik untuk saling tolong menolong satu sama lain. Apabila terdapat semut
yang lapar, maka semut lain yang kenyang akan menyalurkan sari-sari
makanan dari tubuhnya kepada semut yang lapar. Sebab kenyataannya,
semut telah diberi kekuatan dengan sistem pencernaan yang memiliki

29
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),
956.
30
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Muhammad Abdul Qadir Hatim, Ensiklopedi
Metodologi al-Qur‟an: Kehidupan Sosial, Perj Abu Akbar Ahmad dan Iman Firdaus
(Jakarta: PT Kalam Publika, 2010), 34.
77

perangkat yang mana mereka dapat menyalurkan sari-sari makanan pada


semut lain ayan lapar. Rasulullah pun bersabda, “Tidak boleh seorang
mukmin menyimpan sesuatu yang mengenyangkan, sementara tetangga di
sampingnya kelaparan.” (HR. Ath-Thabrani dan al-Hakim dari Ibnu
Abbas)31
Sebagai makhluk sosial manusia dapat memetik pembelajaran dan
hikmah dari para semut yang suka tolong menolong, serta rasa kesetiaan
kepada kawan yang dapat dijadikan contoh yang tidak lepas dari pada
kehidupan sehari-hari. Agar saling tolong menolong satu sama lain serta
menghadirkan kembali rasa setia kawanan (solidaritas), maka manusia
yang lebih membutuhkan pertolongan ialah orang-orang yang kurang
mampu seperti para fakir, miskin, anak yatim piatu, para janda, dan
masyarakat yang penghidupannya amat sangat bergantung kepada bantuan
orang lain.32
Allah Swt pula memerintahkan manusia agar saling tolong-menolong
antar sesama dalam hal kebaikan bersamaan dengan bertaqwa kepada
Allah Swt. Karena di dalam taqwa, terdapat rida dan karunia dari Allah
Swt. maka ketika sedang berbuat kebaikan, semua orang pasti akan suka
dan simpati. Apabila ada orang yang menyatukan baik itu ridha yang
datangnya dari Allah serta rida dari manusia, sungguhnya sudah sempurna
kebahagiaannya dan telah melimpah pula nikmat yang diperoleh.33
Rasulullah Saw bersabda,

‫صلَّى اللَّوُ َعلَإي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬


َ ‫ول اللَّو‬ َ َ‫س َر ِض َي اللَّوُ َعإنوُ ق‬
ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ٍ َ‫َع إن أَن‬

31
Nadia Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur‟an. Terj M. Zaenal Arifin,
Nurkaib, dkk. (Jakarta: Zaman, 2013), 59.
32
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Muhammad Abdul Qadir Hatim, Ensiklopedi
Metodologi al-Qur‟an: Kehidupan Sosial, Perj Abu Akbar Ahmad dan Iman Firdaus
(Jakarta: PT Kalam Publika, 2010), 36.
33
Galuh Widitya dan Armyza Oktasari, ―Manifestasi Konsep Ta‟awun dalam
Zaakwaarneming Prespektif Hukum Perikatan” Et-Tijarie, No. 1 Vol. 5 (2018), 20.
78

ِ َ ‫ يا رس‬:‫ قَالُوا‬.‫اك ظَالِما أَو مظإلُوما‬


‫ص ُرُه‬
ُ ‫ف نَإن‬
َ ‫ فَ َكإي‬،‫وما‬ ُ ‫ َى َذا نَإن‬،‫ول اللَّو‬
ً ُ‫ص ُرهُ َمظإل‬ َُ َ ً َ ‫َخ َ ً إ‬ َ ‫ص إر أ‬
ُ ‫انإ‬
َ َ‫ظَالِ ًما؟ ق‬
‫ تَأإ ُخ ُذ فَ إو َق يَ َديإِو‬:‫ال‬
Diriwayatkan dari Anas r.a Anas berkata: Rasulullah bersabda:
―Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau dizalimi. Para sahabat
bertanya: ―Ya Rasulullah! Kami memang harus menolong orang yang di
zalimi, tetapi bagaimana cara kami harus menolong orang yang berbuat
zalim?‖ Rasulullah Saw bersabda: ―Cegah dia dari perbuatan zalim.‖34

2. Menabung Sebagai Amal Kebaikan


Semut adalah binatang yang senang menyimpan sari-sari makanan di
dalam sarang mereka. Terutama pada musim dingin, sari-sari makanan itu
disimpan guna mencukupi kebutuhan mereka untuk waktu yang jangka
panjang. Makanan yang mereka simpan pun juga dibagikan kepada semut
yang lainnya, jadi tidak semata-mata dimakan untuk mereka sendiri. Pada
hal ini, semut senang secara suka rela berbagi makanan kepada semut
yang lain.
Manusia juga dapat memetik pembelajaran dan hikmah dari semut
yakni dengan cara menabung. Seperti halnya yang sudah dicontohkan oleh
kaum semut. Namun yang harus ditanamkan pada hal ini ialah, tidak untuk
terus selalu menabung atau menyimpan harta untuk diri sendiri. Memang
benar bahwa menabung atau menyimpan sesuatu baik dalam wujud
makanan atau harta untuk kebutuhan manusia itu sendiri dalam kurun
waktu yang lama maupun sebentar. Alangkah baiknya sesama manusia
pun wajib saling berbagi satu sama lain yakni dengan bersedekah untuk
orang lain yang lebih membutuhkan. Hal itu adalah menjadi salah satu
tabungan amal bagi manusia di akhirat kelak. Sebab bersedekah juga
termasuk meringankan beban penderitaan orang lain, dapat menanamkan
jiwa social bagi setiap orang, dijauhkan dari sifat sombong dan riya‘, serta

34
Ringkasan Hadis Shahih al-Bukhari, Terj. Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2002), 516.
79

menghapus segala dosa manusia. Kelak di akhirat nanti, amal sedekah


akan menjadi penyelamat manusia serta penghalang bagi manusia dari
siksa neraka. Maka itu tujuan bersedekah juga wajib atas dasar memohon
ridha dan karunia dari Allah Swt.
Selain menyimpan dan menabung untuk saling berbagi ke sesama.
terdapat langkah-langkah agar selalu berbuat baik untuk menabung adalah
dengan melaksanakan kewajiban yang telah Allah perintahkan serta
melakukan bermacam-macam sunah yang telah dianjurkan. Dan juga
meninggalkan segala larangan termasuk segala hal yang makruh.35
3. Sabar

‫صإب ًرا‬ ِ ‫ ي إ‬- ‫صب ر‬


Sabar berasal dari َ -‫ص ُِب‬ َ َ ََ (shabara-yasbiru-shabran)

artinya menunda, menahan, serta mengendalikan.36 Sabar mempunyai arti


kata umum yang memiliki makna bermacam-macam tergantung dengan
objek yang dilaluinya.37 Sabar ialah hati yang tabah tidak mengeluh ketika
dihadapkan dengan cobaan dan rintangan,38 mengatur serta menahan
perkataan dari mengadu serta menguasai anggota tubuh dari perbuatan
yang bisa menghambat, merusak dan juga mengacaukan diri sendiri dan
sekitar.39
Sama seperti halnya di dalam kehidupan kaum semut, mereka selalu
sabar akan apa yang sudah menjadi tugas mereka sesuai dengan kasta
35
Nurul H. Maarif, Menjadi Mukmin Kualitas Unggul, (Ciputat: Alifia Books,
2018), 144. Lihat juga, Thoriq Aziz Jayana, Meneladani Semut dan Lebah, 112.
36
M. Quraish Shihab, ed., Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), 891. Lihat juga Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, „Uddat sah-Shabir in:
Bekal Untuk Orang-orang Yang Sabar, Perj. Iman Firdaus, (Jakarta: Qisthi Press, 2010),
11. Lihat juga Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik Mereka yang
Dicintai Allah Berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Perj. Endang Saiful Aziz, Taufiq
Nuryana, (Jakarta: Darul Haq, 2017), 77.
37
M. Quraish Shihab, ed., Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), 891
38
Achmad Mubarok, Psikologi Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), 73.
39
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, (Tangerang: Pustaka Irvan, 2007),
13.
80

mereka masing-masing. Segala sesuatu yang menjadi tugas mereka seperti


merawat bayi-bayi semut, membersihkan sarang dan bayi-bayi semut,
serta memberi makan bayi-bayi semut,40 membangun ―jalanan panjang‖
setiap hari di setiap pagi hingga malam terkecuali pada saat malam gelap
ketika tak ada sinar rembulan. Dengan segenap kehati-hatian dan
kesabaran yang besar mereka kerjakan sesuai dengan tugas mereka
masing-masing.41 Oleh sebab itu, sebagai manusia yang dikaruniai akal
serta hati sudah semestinya dapat melihat serta menjadikan contoh teladan
betapa mulianya kehidupan kaum semut, dengan maksud menjadikan
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Maka bersabarlah manusia
dalam keadaan apapun. Adapun bentuk-bentuk sabar terbagi menjadi tiga
macam.
Pertama, sabar dalam beribadah. Sabar yang dimaksud ialah sabar
dalam ketaatan kepada Allah, karena ketaatan itu dilakukan secara terus-
menerus dan berulang-ulang. Oleh karenanya seorang hamba tidak boleh
mengesampikan hal teresbut karena dilakukan secara berulang. Jika
seorang hamba telah masuk dalam ketaatan, maka hendaknya ia bersabar,
menyempurnakan, dan tetap konsisten mempertahankan. Karena banyak
orang yang rajin ke masjid dan menjaga shalatnya, namun habis ia tidak
sabar, sehingga dengan mudahnya meninggalkan masjid dan shalatnya.
Hal yang serupa menimpa banyak orang yang memulai menghafal al-
Qur‘an kemudian hilang kesabarannya. Oleh karena itu hendaknya kita
bersabar agar tetap berada dalam ketaatan.42

40
M. Quraish Shihab, Dia Dimana-mana: Tangan Tuhan Di Balik Setiap
Fenomena, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 305.
41
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati), 423.
42
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik Mereka yang Dicintai
Allah Berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Perj. Endang Saiful Aziz, Taufiq Nuryana,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), 83.
81

Kedua, sabar untuk menjauhi kemaksiatan. Maksiat yang paling


berdampak mudharat bagi manusia adalah zina dan riba. Karena itu Allah
memerintahkan untuk bersabar dan menjauhi kedua hal tersebut.43
Seringkali kita dihadapkan dengan situasi yang membuat bimbang
dikarenakan godaan syetan yang berusaha mempengaruhi manusia untuk
berperilaku keji, seperti hal-hal yang dilarang Allah yaitu mabuk, berjudi,
berzina, mencuri, dan korupsi. Sebagai seorang hamba hendaknya kita
dapat menahan diri dan bersabar agar tidak mengerjakan larangan-
larangan tersebut.44
Ketiga, sabar atas takdir baik dan buruk (musibah) dari Allah.45 Sabar
jika ditimpa musibah seperti kecelakaan, kematian, usaha bangkrut,
dipecat dari pekerjaan, difitnah, dan lain sebagainya. Seorang hamba harus
bersabar dalam menghadapi segala bentuk musibah yang
menghampirinya, karena musibah tersebut merupakan ujian dari Allah.
Guna mengukur kadar iman seorang hamba, jika ia menjalaninya dengan
berkeluh kesah maka ia dianggap tidak lolos dalam ujian tersebut atau jika
ia menjalani dengan senantiasa bersabar maka Allah akan mendatangkan
kemudahan dibalik musibah tersebut. Karena sesungguhnya nikmat yang
diterima dari Allah masih lebih besar daripada musibah yang menimpa.46
4. Etos Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos memiliki makna
pandangan hidup yang khas dari satu golongan sosial. Sedangkan etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan

43
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik Mereka yang Dicintai
Allah Berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Perj. Endang Saiful Aziz, Taufiq Nuryana,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), 88.
44
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, (Tangerang: Pustaka Irvan, 2007), 4.
45
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik Mereka yang Dicintai
Allah Berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Perj. Endang Saiful Aziz, Taufiq Nuryana,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), 83.
46
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, (Tangerang: Pustaka Irvan, 2007), 4.
82

seseorang atau suatu kelompok. Etos melingkupi semangat hidup dan


termasuk semangat bekerja, menuntut ilmu, dan mengembangkan skill
kerja seseorang agar dapat meningkatkan taraf hidup lebih baik di masa
depan.47 Dalam pandangan Islam etos kerja merupakan hal yang cukup
penting dan mendasar karena etos kerja berperan dalamm mewujudkan
apa yang diinginkan umat Islam sebagai bekal hidup di akhirat kelak. Oleh
karena itu nilai etos kerja sangat mahal, dalam Islam orang-orang yang
memiliki etos kerja sangat dihargai karena mempunyai karakter yang
tinggi sesuai dengan ajaran Islam.48
Dapat dianalogikan dengan melihat semut yang juga memiliki
semangat etos kerja yang tinggi. Karena semut dikenal sebagai hewan
yang gigih dan tidak mengenal lelah dalam melakukan usaha serta tidak
pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. Bekerja sambil
beribadah. Itulah kalimat yang pantas disandingkan dengan etos kerja
semut. Semut bekerja tidak semata-mata untuk dirinya sendiri, akan tetapi
untuk kepentingan bersama. Semut mulai menerima program kerja sejak
masih menjadi larva. Sehingga ia menjadi terbiasa, dan tidak pernah
merasa kebingungan mengenai yang seharusnya mereka lakukan setelah
menjadi semut kecil.49 Itulah salah satu hal istimewa yang dimiliki semut,
dengan menerapkan sikap etos kerja yang tinggi dan sangat berhati-hati
melakukan pekerjaan.
Bekerja merupakan ibadah dalam ajaran Islam, sebagai bukti
pengabdian dan rasa syukur untuk menjaga serta memenuhi panggilan
Illahi agar mampu menjadi seorang hamba terbaik sehingga mereka sadar

47
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, (Tangerang: Pustaka Irvan, 2007),
11.
48
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan
Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), 122.
49
Thoriq Aziz Jayana, Meneladani Semut dan Lebah, 122.
83

bahwasanya bumi diciptakan sebagai teempat ujian bagi orang-orang salih


yang memiliki etos yang terbaik. Sebagaimana firman Allah Swt,

ِ
‫ض ِزينَةً ََلَا لنَإب لَُوُى إم أَيُّ ُه إم أ إ‬
‫َح َس ُن َع َم ًًّل‬ ِ ‫إنَّا َج َع إلنَا َما َعلَى إاْل إَر‬
―Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya‖. (QS. Al-
Kahfi [18]: 7)

Ayat tersebut memberi gambaran bahwa agama menjadi pedoman


hidup manusia menuju kedamaian baik di dunia dan di akhirat, secara lahir
maupun batin. Seperti halnya semua muslim dapat mengamalkan etos
kerja dalam hal itu melakukan suatu pekerjaan dengan kualitas dan
kuantitas yang tinggi. Sebagaimana Islam telah menganjurkan dan
memberi ruang yang praktis dan sesuai dengan pola hidup.50
Dengan percaya bahwa bekerja adalah sebagian dari ibadah, percaya
bahwa itu merupakan perintah yang mulia dari Allah Swt, dan juga
memantaskan diri menjadi lebih baik sebagai manusia pilihan Allah Swt.
Itu adalah ciri-ciri etos kerja dalam sikap dan perbuatan.51 Dengan
mengerjakan yang mereka imani dan mereka yakini merupakan bukti
nyata dari etos kerja yang praktis dalam ajaran Islam. Dan juga akan
membuat moral menjadi suci, menghargai waktu, mengedepankan
kejujuran, berkomitmen kuat, dan lain sebagainya.52
5. Bersyukur Atas Nikmat
Nabi Sulaiman terkejut dan sangat senang dengan pengertian semut
dan perkataan semut itu dari perkataannya. Seperti dalam surah al-Naml
ayat 19 diceritakan bahwasanya Nabi Sulaiman tersenyum saat mendengar

50
Sulaeman Jajuli, Ekonomi dalam Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
207.
51
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa,
1995), 29.
52
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan
Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), 100.
84

perkataan raja semut kepada kaum semut lainnya. Dan juga Nabi
Sulaiman tak pernah terlintas dan terbesit untuk menyakiti dan
menghancurkan kaum semut dengan ikhlas Nabi Sulaiman berusaha untuk
sadar akan hal itu dan mensyukurinya.53
Mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman yang dapat
memahami dan mengartikan perkataan raja semut, dan anggapan baik dari
raja semut dan kaumnya kepada Sulaiman dan bala tentaranya, lalu
Sulaiman berdo‘a

ِ ‫ي وأَ إن أَعمل‬ ِ
ُ‫ضاه‬
َ ‫صاْلًا تَ إر‬
َ َ َ ‫ت َعلَ َّي َو َعلَ ٰى َوال َد َّ َ إ‬ َ َ‫ب أ إَوِز إع ِِن أَ إن أَ إش ُكَر نِ إع َمت‬
َ ‫ك الَِِّت أَنإ َع إم‬ ِّ ‫َر‬
‫ْي‬ ِِ َّ ‫ك ِِف ِعب ِاد َك‬ َ ِ‫َوأ إَد ِخ إل ِِن بَِر إْحَت‬
َ ‫الصاْل‬ َ
―Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh‖.

Nabi Sulaiman telah banyak dilimpahi berbagai macam kesenangan


duniawi dan kekuasaan dari Allah Swt, tetapi Sulaiman tidak hanyut akan
itu semua yang sifatnnya hanya sementara dan tidak kekal abadi. Dapat
dipahami doa Nabi Sulaiman kepada Allah Swt yaitu kesejahteraan yang
abadi di akhirat kelak. 54
Sebagai hamba yang bersyukur atas nikmat yang datangnya dari Allah
Swt yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan, Pertama, bersyukur dengan
hati, yaitu keikhlasan batin atas segala bentuk nikmat yang datang dari
Allah Swt. Kedua, bersyukur dengan lidah, yaitu mempercayai dan
memuji segala macam nikmat dan pemberian dari Allah Swt. Ketiga,
bersyukur dengan perbuatan, yaitu mengamalkan dengan baik dan

53
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur‟an, Terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), 393.
54
Zaini Dahlan, dkk., Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid VII, 219.
85

bermanfaat segala bentuk nikmat yang Allah Swt berikan. 55 Bersyukur


merupakan bukti nyata atas segala hal dan bentuk yang diberikan
sebenarnnya itu adalah tugas yang mulia dari Allah Swt. Sebagai manusia
senantiasa harus selalu bersyukur atas sela bentuk nikmat yang diberikan
Allah Swt. Nabi Sulaiman yang selalu bersyukur atas segala bentuk
kelebihan yang datangnya dari Allah, sebagai manusia pun kita harus
meneladani itu dan memetik pembelajaran dari Nabi Sulaiman untuk
selalu bersyukur. Sebab Allah melihat derajat manusia bukan dari derajat
dan harta kekayaan yang dimiliki akan tetapi ketaqwaannya kepada Sang
Pencipta.

55
Muhammad Gufron Hidayat, Berburu Warisan Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman,
(Media Pressindo, 2015), 105.
86
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah penulis paparkan pada bab-bab
sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Iwok Abqary begitu piawai mengolah kata yang sesuai untuk anak-
anak. Bahasa yang digunakan tidak sulit dan kalimatnya dibuat singkat,
tidak berbelit-belit. Tujuannya agar memudahkan anak dalam menalar
kisah yang dipaparkan.
Karena cerita anak adalah cerita pendek, Iwok Abqary telah
menyampaikan cerita dengan efektif. Seimbangnya kata dan gambar
membuat cerita yang dapat meningkatkan kualitas buku cerita anak. Rata-
rata buku cerita anak memiliki kata sebanyak 50-1000 kata. Penulisan
Iwok sangat singkat, padat, dan jelas. Iwok pun menghindari penggunaan
istilah, kiasan, atau kata-kata lain yang konotatif. Gambar pun disesuaikan
dengan tulisan. Gambar ilustrasi yang baik disesuaikan dengan kata kerja
utama yang menjadi inti cerita. Semisal adegan Nabi Sulaiman mendengar
teriakan koloni semut, maka gambar adegan ketika semut sedang
berkumpul.
Setiap kisah nabi di dalam buku ini selalu diakhiri dengan faidah dan
pelajaran penting yang dapat dipetik oleh anak atau pembaca buku ini.
Allah SWT menjadikan Nabi dan Rasul sebagai orang saleh pilihan, yang
sambung-menyambung menyebar risalah-Nya kepada seluruh umat
manusia. Ada 25 Nabi dan Rasul yang harus di imani karena Allah. Selain
mengimani mereka, agar anak-anak juga wajib meneladani sifat-sifatnya
yang mulia. Kemuliaan Nabi dan Rasul ini, terletak pada ketakwaan dan
kesabaran di jalan Allah. Mengetahui kisah-kisah hidupnya, akan

87
88

membuat anak-anak semakin percaya dan mencintai manusia-manusia


pilihan Allah ini.
Perlu ditegaskan kembali bahwa Iwok Abqary dalam menuturkan
ceritanya ia menggunakan al-Qur‘an terjemah sebagai referensi yang
kemudian ia kemas sedemikian rupa supaya cerita tersebut dapat diterima
dengan baik oleh anak-anak yang membacanya. Namun, dalam
memvisualisasi ayat-ayat yang bertajuk kisah dalam al-Qur‘an menjadi
kisah yang menggugah perlu memperhatikan teks dan konteks ayat yang
digunakan sehingga alih-alih tidak terlalu ―sembrono‖ hanya demi
membuat kisah tersebut terlihat menarik. Dalam hal ini, Iwok Abqary pada
beberapa bagian dalam kisah Nabi Sulaiman memaparkan secara koheren
dengan ayat al-Qur‘an, Namun, pada beberapa bagian yang lain Iwok
Abqary terkesan memperindah ceritanya sedangkan hal tersebut tidak
disebutkan sama sekali dalam al-Qur‘an. Kemudian kekurangan dari buku
cerita karya Iwok Abqary adalah minimnya cerita yang disajikan sehingga
terkesan mengambang dan kurang puas bagi pembaca untuk membacanya.
Penyajian Kisah Nabi Sulaiman a.s oleh Iwok Abqary cukup
sederhana dan dapat dengan mudah dipahami. Meski belum sesederhana
yang diharapkan tapi, bahasa penulisannya cukup bisa dipahami anak-
anak usia dasar dan pra-sekolah. Penggambaran dalam buku cerita karya
Iwok Abqary juga tidak asal, para Nabi dan Rasul tidak diwujudkan dalam
gambar. Hanya makhluk hidup yang ada di Bumi yang digambarkan
secara jenaka. Para pembaca, yang notabene adalah anak-anak, dapat
menjadi lebih tertarik karena dilengkapi gambar yang full colour.
Di dalam buku Kisah 25 Nabi dan Rasul karya Iwok Abqary belum
disajikan poin-poin penting tentang isi cerita. Jadi, masih butuh peranan
orang tua untuk menjelaskan kepada anak tentang inti cerita sekaligus
ibrah apa yang dapat diambil.
89

B. Kritik dan Saran


a. Untuk para pegiat cerita anak atau pihak-pihak yang mempunyai
minat dan ketertarikan terhadap kisah-kisah dalam al-Qur‘an
yang kemudian dituangkan ke dalam cerita yang menarik dan
menggugah kiranya perlu memerhatikan dengan cermat teks dan
konteks ayat al-Qur‘an yang digunakan. Hal ini menjadi krusial
mengingat tujuan kisah-kisah yang dibuat sedemikian rupa
bertujuan untuk mengedukasi tanpa perlu memantik imajiner
anak sampai menyeleweng dari teks dan konteks asli dalam al-
Qur‘an.
b. Skripsi ini hanyalah sumbangan kecil dalam dunia akademik dan
keilmuan khususnya dalam bidang literasi dan tafsir. Penulis
sangat mengharapkan ke depannya akan hadir peneliti-peneliti
yang membawa inovasi-inovasi baru dengan seperangkat ide
cemerlang sehingga dapa melengkapi, memperbaiki dan
memperkuat kajian dalam bidang ini.
c. Setelah penulis menyelesaikanpenelitian ini, ppenulis sangat
menyadari bahwasanya penelitian ini memiliki banyak
kekurangan. Sehingga penelitian ini tidak dapat dikataan selesai,
masih banyak hal yang dapat dikaji dan diteliti dari hasil
penelitian ini secara lebih mendalam dan perlu pengkajian secara
mendetail mengenai Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman a.s
dalam Buku Cerita Anak: Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman
a.s dalam Tafsir Al-Qur‟an.
90
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Tengku, ―Analisis Semiotika Nilai-nilai Kepemimpinan Dalam


Komik 99 Pesan Nabi Karya VBI Djenggotten.‖ Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Abqary, Iwok. Kisah 25 Nabi dan Rasul, Jakarta: Dar Mizan, 2018.

Ahsan, Ahmad Nur, ―Penafsiran Jannah Dalam Kisah Nabi Adam


Prespektif Muhammad Abduh.‖ Skripsi S1., UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Cet.


1, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir, Cet. III, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

AS, Mudakir. Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, Bogor: Pustaka Litera antar Nusa,
cet. 10, 2007.
Basri, Hasan. Horizon al Qur‟an, dari judul asli Les Grens Themes Du
Coran oleh Jacquis Joner, Cet. I, Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-
Qur‘an Pase, 2002.

Chirjin, Muhammad. Al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an, Yogyakarta: Dana


Bakti Prima Yasa, 1989.

Creswell, John W. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Apporoach, Penerjemah: Achmad Fawaid dan Rianayati
Pancasari, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Dahlan, Zaini dkk. Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid VII, Yogyakarta:


Universitas Islam Indonesia, 1991.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan


Pesan Moral Ajaran Bumi, Jakarta: Penebar Plus, 2012.

Djalal, Abdul. Ulumul Qur‟an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.

FKMT Penamas Departemen Agama Dki Jakarta dan Direktorat


Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan
Masjid Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen

91
92

Agama RI. Metode Dakwah, Jakarta: Departemen Agama RI,


2004.
Al-Ghazali, Syaikh Muhammad. Al-Qur‟an Kitab Zaman Kita:
Mengaplikasikan Pesan Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini,
Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.

Hakim, Mashur ‗Abdul. Sulaiman The World‟s Greatest Kingdom History,


Terj. Umi Nurun Ni‘mah, Bandung: Mizania, 2016.

Hanafi, Ahmad. Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur‟an,


Cet. 1, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1984.

Hidayat, Muhammad Gufron. Berburu Warisan Nabi Yusuf dan Nabi


Sulaiman, Jakarta: Media Pressindo, 2015.

http://iwok.blogspot.com

http://iwok.multiply.com.

http://forumpba.blogspot.com/2011/01/profil-iwok-abqary.html

Jajuli, Sulaeman. Ekonomi dalam Al-Qur‟an, Yogyakarta: Deepublish,


2018.

Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. „Uddat sah-Shabir in: Bekal Untuk Orang-


orang Yang Sabar, Perj. Iman Firdaus, Jakarta: Qisthi Press, 2010.

Al-Khalafi, Abdul Azhim bin Badawi. 40 Karakteristik Mereka yang


Dicintai Allah Berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Perj.
Endang Saiful Aziz, Taufiq Nuryana, Jakarta: Darul Haq, 2017.

Khalil, Syauqi Abu. Atlas Al-Qur‟an, Perj. Ahsin Sakho Muhammad dan
Sayuti Anshari Nasution, Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2006.

Khalafullah, Muhammad Ahmad. al- Fann al- Qasasî fî al-Qur‟an al-


Karîm, Beirut: Sîna li al-Nasyr, 1999.

Katsir, Ibnu. al-Mishbaahul Muniir Fii Tahdziibi Tafsiiri Ibni Katsiir,


Riyadh: Daarus Salaam Lin Nasyr Wet Tauzi‘: 2000.

Khotib, Muhammad, ―Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‘an; Telaah terhadap


Pemikiran Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al Fann al
93

Qasasiy fi al-Qur‘an al-Karim.‖ Skripsi S1., UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, 2009.

Kholid, Muhammad Idham, ―Karakteristik Metode Pembelajaran Cerita


dalam Al-Qur'an Surat Al-Qashash Ayat 76-81.‖ Skripsi S1,. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Maarif, Nurul H. Menjadi Mukmin Kualitas Unggul, Ciputat: Alifia


Books, 2018.

Mahmudah, Maulana, ―Berdakwah Melalui Komik: Analisis Pesan


Dakwah Dalam Komik Pengen Jadi Baik 2.” Skripsi S1,. UIN
Banjarmasin, 2019.

Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng


Yanti dan Iip Dzulkifli Yahya, Bandung: PT Remaja Rosda Kalya,
2001.

Mardan. Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur‟an Secara Utuh, Cet, I,


Jakarta: Pustaka Mapan, 2009.

Mardhiyah, Nuraini, ―Analisis Representasi Hadis Bukhari-Muslim Pada


Komik 33 Pesan Nabi (Jaga mata, jaga telinga, jaga mulut) Sebagai
Kritik Perilaku Masyarakat.‖ Skripsi S1,. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Serang, 2015.

Mubarok, Achmad. Psikologi Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Mursy, Muhammad Sa‘id. Seni Mendidik Anak, Jakarta: Arroyan, 2001.

Nasrullah, Muhammad, ―Konsepsi seni rupa dalam al-Qur‟an: studi


analisis surah saba‟ ayat 13 dalam perspektif para mufassir.”
Skripsi S1,. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019.

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.

Nopiana, Firdayanti, ―Analisis Pesan Dakwah dalam Komik 90++


Nasihat Nabi untuk Perempuan Karya Angga Priatna.” Tesis
Diploma Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah & Komunikasi, 2018.
94

Nurgiatoro, B. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak,


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013.
Penyusun, Tim. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1988.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,


Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Qardhawi, Yusuf. Al-Qur‟an Berbicara tentang Akal dan Ilmu


Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani, 1999.

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Cet. 18, Bogor:


Pustaka LiteraAntarNusa, 2015.

Al-Qattan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur‟an, Riyadh:


Muassasah al-Risalah, 1976.

Al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi, Terj. Muhyiddin Mas Rida dan


Muhammad Rana Mengala, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Qutb, Sayyid. Tafsir di Zilalil Qur‟an, Terj. As‘ad Yasin, dkk., Jakarta:
Gema Insani, 2004.

Rida, Muhammad Rasyid, Tafsîr al-Manâr, Jilid I, Kairo: Matba‘ah


Hijazi, 1959.

Safitri, Sovie, ―Analisis Isi Pesan Akhlak Dalam Komik Pengen Jadi Baik
1 Karya Squ.‖ Skripsi S1,. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Sarumpaet, Riris K. Toha. “Struktur Bacaan Anak”, Teknik Menulis


Cerita Anak, Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati,
2003.

Al-Shiddieqy, Teungku M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an


dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta:2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-


Qur‟an, Vol. 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
95

Shihab, M. Quraish.. ed., Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata,


Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Shihab, M. Quraish. Dia Dimana-mana: Tangan Tuhan Di Balik Setiap


Fenomena, Jakarta: Lentera Hati, 2010.

Subana, M. dan Sudarajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung:


Pustaka Setia, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2013.

Susetya, Wawan. Perdebatan Langit dan Bumi, Jakarta: Penerbit


Republika, 2005.

Al-Thabari, Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, Terj.


Ahsan Askan dkk, Jilid 19, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Thayyarah, Nadia. Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur‟an. Terj M. Zaenal


Arifin, Nurkaib, dkk., Jakarta: Zaman, 2013.

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: PT Dana Bhakti


Prima Yasa, 1995.

Tebba, Sudirman. Hidup Bahagia Cara Sufi, Tangerang: Pustaka Irvan,


2007.

Titik, WS, dkk, Kreatif Menulis Cerita Anak, Bandung: Nuansa, 2012).

Ubaidillah, Umar, ―Pengisahan Nabi Yusuf Dalam Al-Qur‘an dan Injil


(Analisis Perbandingan Tafsir Ibn Katsir dan Tjerita-Tjerita Al-
Kitab).‖ Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Warson, Muhammad. Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: UPBIK Pondok


Pesantren Krapyak, 1984.

Widitya, Galuh dan Armyza Oktasari. ―Manifestasi Konsep Ta‟awun


dalam Zaakwaarneming Prespektif Hukum Perikatan” Et-Tijarie,
No. 1 Vol., 2018.

Yahya, Harun. Misinterpretasi Terhadap Al-Qur‟an Mewaspadai


Penyimpangan dalam Menafsirkan Al-Qur‟an, Jakarta: Robbani
Press, 2001.
96

Yunahar, Ilyas. Kuliah Ulumul Qur‟an, Yogyakarta: Itqan Publishing,


2013.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan, Edisi 1, Jakarta: Kencana, 2014.

Yusuf, Muhammad as-Sayyid, Muhammad Abdul Qadir Hatim.


Ensiklopedi Metodologi al-Qur‟an: Kehidupan Sosial, Perj Abu
Akbar Ahmad dan Iman Firdaus, Jakarta: PT Kalam Publika, 2010.

Zaidun, Achmad, Ringkasan Hadis Shahih al-Bukhari, Terj. Achmad


Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 200.

Anda mungkin juga menyukai