Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Bismillȃhirahmȃnirrahȋm
vii
selalu mengabdikan diri untuk Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
dalam mencetak generasi Al-Qur'an yang berwawasan keilmuwan.;
3. Bapak KH. Haris Hakam, SH, MA. dan Ibu Mamluatun Nafisah,
M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.;
4. Bapak Ali Mursyid, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar menghadapi berbagai kondisi mahasiswanya, selalu
menggiatkan semangat mahasiswa dalam menumbuhkan kecintaan
terhadap ilmu dan selalu berkenan memberikan saran demi menjadi
mahasiswa yang lebih baik.;
5. Bapak Ahmad Hawasi, M.Ag Iffaty Zamimah, M.Ag selaku Penguji
Sidang Munaqasyah.;
6. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, Ibu Muthmainnah, MA, Ibu
Istiqomah, MA, Ibu Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Ibu Ma’unatul
Mahmudah, S.H, Ibu Fatimah Askan, S.H, Ibu Atiqoh, S.Ag, dan
segenap instruktur tahfizh yang selalu sabar membenarkan ayat demi
ayat ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur'an.
Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses
perjuangan menjadi khadȋm kalȃmullaȃh.;
7. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi
saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.;
8. Seluruh guru mu`allim rubȗbiyah dari kecil hingga sekarang. Yang
selalu mendoakan anak didiknya. Akuilah kami sebagai santri kelak
di akhirat nanti.;
9. Ibu Suci dan Ibu Kokoy selaku staf Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, yang rela menjadi tempat bertanya mahasiswa, dan
viii
membantu melewati setiap proses yang dilalui mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah.;
10. Kedua orang tua, sang motivator ulung yang tak henti-hentinya
menyelipkan doa terbaik di sepertiga malamnya demi kesuksesan
anak-anaknya.;
11. Bapak Abdul Rasyid, MA dan Ibu Ruwaedah, MA. Selaku bapak dan
ibu Direktris Pesantren Takhassus IIQ Jakarta. Terimakasih atas
waktu 3,5 tahun ini. Yang selalu memberikan kenyamanan dhȃhiran
wa bȃthinan. Dan menjadi ibu dan bapak kami selama di Jakarta;
12. Mu’allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai
bahan referensi, perbandingan dan penyempurnaan karya skripsi ini;
13. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Pusat Studi Al-
Qur`an (PSQ) Jakarta, Iman Jama’ Lebak Bulus, dan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyumbangkan sarana prasarana
dalam melengkapi penulisan skripsi ini;
14. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang
menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 3,5 tahun menjadi
seorang mahasantri dan mahasiswa;
15. Sahabat seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu
mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan pemasalahan yang
ringan bahkan berat sekalipun. Oleh karenanya sulit ku menemukan
wanita-wanita hafizhah nan shalihah seperti kalian;
16. Teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Bapak Ali Mursyid,
M.Ag yang saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan dengan
kebersamaan. Semangat dan bantuan kalianlah yang mengantarkanku
tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini;
ix
17. Seluruh senior dan anggota Jam`iyyah Mudârasah Al-Qur'an (JMQ)
keluarga besar mawasiswa Jawa Timur, terimakasih telah menjadi
keluarga baru yang selalu menghangatkan.
18. Segenap Anggota BKKBM-IIQ dan DEMA-IIQ periode 2018/2019,
terimakasih atas kesempatannya dan kerjasamanya.
19. Teman-teman angkatan 2015, terimakasih atas kerjasamanya;
20. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian
skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.
Satu hal yang menjadi kenangan indah dan menjadi satu ladang ilmu
yang terhampar luas adalah kami diberi kesempatan untuk dibimbing, dan
belajar bersama dalam sebuah majlis ilmu, karena disitulah akan terasa
nikmatnya sebuah belajar. Akhirnya, kami mohon maaf jika dalam
penyusunan skripsi ini terdapat sesuatu yang kurang difahami dan kurang
berkenan. Harapan kami, semoga ada penelitian mendatang yang bisa
melengkapi karya tulis skripsi ini, dan semoga bisa memberikan kontribusi
positif dan bermanfaat bagi semuanya.
Tak akan ada yang sia-sia untuk sebuah perjuangan yang dilandasi
oleh keikhlasan. Tak akan ada yang sempurna di dunia ini, melainkan selalu
berjalan dalam proses yang melelahkan dan semoga proses demi proses yang
dilewati akan berbuah kenikmatan. Ȃmȋn.
x
DAFTAR ISI
xi
3. Hirâbah Menurut Para Mufasir dan Fuqaha ..... 29
4. Ruang Lingkup Hirâbah .................................... 48
B. Pendekatan Maqâshid dalam Menafsirkan Al-Qur'an
(Tafsir Maqâshidî)
1. Definisi Tafsir Maqâshidî .................................. 50
2. Maqâshid Al-Qur'an dan Maqâshid asy-
Syarî`ah ............................................................. 59
3. Keterkaitan Tafsir Maqâshidî dengan Tafsir
Lainnya .............................................................. 63
4. Ruang Lingkup dan Karakteristik ..................... 66
5. Macam-Macam Tafsir Maqâshidî ..................... 71
6. Langkah-Langkah Penafsiran Maqâshidî .......... 76
BAB III: PROFIL TAFSIR DAN BIOGRAFI MUFASIRNYA
A. Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Asyûr
1. Biografi Mufasir ................................................ 83
2. Profil Tafsir ....................................................... 86
B. Tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an Karya Muhammad `Ali ash-Shâbunî
1. Biografi Mufasir ................................................ 93
2. Profil Tafsir ....................................................... 96
BAB IV: ANALISIS MAQÂSHID TERHADAP AYAT HIRÂBAH
A. Penafsiran Ayat Hirâbah pada Kitab Tafsîr at-Tahrîr wa
at-Tanwîr Karya Ibnu `Asyûr
1. Analisis Maqâshid dalam Tafsîr at-Tahrîr wa
at-Tanwîr ........................................................... 99
2. Tabel Analisis Maqâshid dalam Tafsîr at-
Tahrîr wa at-Tanwîr ........................................ 107
xii
B. Penafsiran Ayat Hirâbah pada Kitab Rawâi' al-Bayân
Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an Karya
Muhammad `Ali ash-Shâbunî
1. Analisis Maqâshid dalam Rawâi' al-Bayân
Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an .......... 112
2. Tabel Analisis Maqâshid dalam Rawâi' al-
Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an
.......................................................................... 122
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 129
B. Saran ........................................................................ 131
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf Huruf
No Huruf Latin No Huruf Latin
Arab Arab
1 ا A 14 ص Sh
2 ب B 15 ض Dh
3 ت T 16 ط Th
4 ث Ts 17 ظ Zh
5 ج J 18 ع ‘
6 ح H 19 غ Gh
7 خ Kh 20 ف F
8 د D 21 ق Q
9 ذ Dz 22 ك K
10 ر R 23 ل L
11 ز Z 24 م M
12 س S 25 ن N
13 ش Sy 26 و W
xiv
No Huruf Arab Huruf Latin
27 ه H
28 ء ‘
29 ي Y
B. Vokal
Dhammah: u و: ȗ
C. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( )الqamariyah
Baqarah.
b. Kata sandang yang diikuti alif lam ( )الsyamsiyah
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
(ّ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.
xv
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
أَمنَّاْ اِب ا
sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: ْهللا َ
: Ȃmanna billȃhi
d. Ta’ Marbȗthah ()ة
Ta’ Marbȗthah ( )ةapabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri
yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
`Alȋ Hasan al-‘Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur'an dan
nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur'an,
Al-Baqarah, dan seterusnya.
xvi
ABSTRAK
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ali Sodiqin, "Divinitas dan Humanitas dalam Hukum Pidana Islam", dalam Jurnal
Al-Mazahib, Vol. 5 N0. 2 Desember 2017, h. 201.
2
Mohd. Said Ishak, Hudud dalam Fiqh Islam, (Malaysia: Universiti Teknologi
Malaysia, 2003), Cet. III, h. 13-14
1
2
5
Dalam tulisan ini yang dimaksud penulis adalah hukum pidana hirâbah.
6
Ali Sodiqin, "Divinitas dan Humanitas dalam Hukum Pidana Islam", dalam Jurnal
Al-Mazahib, h. 201
4
7
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), (Jakarta: Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2009), h. 294
8
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 294-295
9
Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdî bin Mas`ûd bin an-Nu`mân bin
Dînâr bin Abdullah al-Baghdâdî al-Dâruquthnî, Sunan al-Dâruquthnî, Jilid III, (Bairut: Dâr
al-Fikr, 1994), h. 352
5
10
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 295
11
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 295-296
6
12
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017, h. 322-323
13
Topik seputar tafsir maqâshidî sebenarnya pernah diangkat secara tuntas oleh
Nuruddin Qirath dalam disertasi doktoralnya (di Universitas Muhammad V) tentang tafsir
maqâshidî menurut perspektif ulama Maghrib Arabî, begitu juga oleh profesor Jelal al-
Merini dari Universitas Al-Qurawiyien dalam bukunya Dhawâbith at-Tafsîr al-Maqâshidî li
Al-Qur'an al-Karîm (Ketentuan Tafsir Maqâshidî terhadap AL-Qur'an), dan Hasan Yasyfu,
dosen senior di Universitas Oujda Maroko, dalam bukunya al-Murtazakât al Maqâshidiyah fî
Tafsîr an-Nash ad-Dîn (Penekanan Sisi Maqâshid dalam menafsiri teks keagamaan), namun
sebagai pendongkrak ide yang dituangkan melalui karya-karya tulis mereka ini, komunitas
ulama, intelektual, dan akademisi Maroko bahu-membahu mensosialisasikannya melalui
Simposium Ilmiah Internasional ini. Lihat Arwani Syaerozi, "Memperkenalkan Tafsir
Maqashidi" http://arwani-syaerozi.blogspot.com/2007/11/memperkenalkan-tafsir-
maqasidi.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2019
7
14
Arwani Syaerozi, "Memperkenalkan Tafsir Maqashidi" http://arwani-
syaerozi.blogspot.com/2007/11/memperkenalkan-tafsir-maqasidi.html?m=1, diakses tanggal
17 Mei 2019
15
Mufti Hasan, "Tafsir Maqashidi: Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqashid
Syari'ah", dalam Jurnal Maghza, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017, h. 16
16
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11 No. 2
Desember 2015, h. 221
17
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", h. 221
8
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis
paparkan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hukuman bagi pelaku pidana hirâbah dalam fikih
dan tafsir klasik?
2. Bagaimana hukuman bagi pelaku pidana hirâbah di
Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan tafsir maqâshidî?
4. Bagaimana sejarah tafsir maqâshidî?
5. Bagaimana hirâbah menurut tafsir Al-Qur'an yang
menggunakan pendekatan tafsir maqâshidî?
2. Pembatasan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis membatasi
fokus penelitian pada penafsiran Al-Qur'an terkait ayat hirâbah
(dalam surat al-Mâidah ayat 33-34) menggunakan tafsir at-Tahrîr
wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr
al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya `Ali ash-Shâbûnî. Tafsir
karya Ibnu `Âsyûr dipilih sebab Ibnu `Âsyûr dianggap sebagai
pembawa angin segar terhadap teori maqâshid yang pernah
dicanangkan oleh asy-Syâthibî sebagai bapak maqâshid.
Sedangkan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min
Al-Qur'an karya Muhammad `Ali ash-Shâbûnî dipilih sebab ash-
Shâbûnî menggunakan cara pandang maqâshidî dalam penafsiran
tersebut, bahkan dalam tafsirnya ash-Shâbûnî membuat poin
khusus yang membahas hikmah at-tasyrî yang merupakan bagian
dari cara pandang maqâshidî.
9
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi,
maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm
min Al-Qur'an?
2. Bagaimana sisi maqâshid pada ayat hirâbah dalam tafsir at-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât
al-Ahkâm min Al-Qur'an?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menjelaskan penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa at-
Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min
Al-Qur'an.
2. Menggali sisi maqâshid pada ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr
wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm
min Al-Qur'an?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis peneitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangsih khazanah keilmuan, khususnya dalam memberikan
informasi tentang penafsiran ayat hirâbah menggunakan
pendekatan tafsir maqâshidî.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan wacana dalam kajian ayat tentang hirâbah dan juga
kajian tentang tafsir maqâshidî.
10
18
Budi Birahmat, "Korupsi dalam Perspektif Al-Qur'an", Jurnal Fokus Vol. 3 No. 1
2018
19
Dresta Ansori Pratama, "Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
dalam Pasal 365 KUHP Perspektif Hukum Pidana Islam", Skripsi, (Bandung: Sunan Gunung
Djati Bandung, 2018), Tidak diterbitkan (t.d)
12
20
`Ali Muhammad As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", jurnal
Islâmiyah al-Ma'rifah Vol. 23 No. 89 Musim Panas 2017, h. 557
21
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017
13
22
Mufti Hasan, "Mekanisme Penyelesaian Ayat Kontradiktif Berbasis Maqâshid
asy-Syarî'ah: Studi terhadap Ayat Perkawinan Beda Agama", dalam Jurnal Theologia, Vol.
28 No. 1 Juni 2017
23
Mufti Hasan, "Tafsir Maqâshidî: Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-
Syarî'ah", dalam Jurnal Maghza, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017
14
24
Zaenal Hamam dan A. Halil Thahir, "Menakar Sejarah Tafsir Maqâshidî", dalam
Jurnal Qof, Vol. 2 No. 1 Januari 2018
25
Umayyah, "Tafsir Maqâshidî: Metode Alternatif dalam Penafsiran Al-Qur'an",
dalam Jurnal Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 1 Juni 2016
15
26
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11 No. 2
Desember 2015
16
27
Muhammad Anas, "Studi Komparatif Maqâshid Al-Qur'an Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazâli dan Rasyîd Ridhâ", Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), Tidak diterbitkan (t.d)
28
Mufti Hasan, "Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-Syarî`ah: Studi Ayat-
Ayat Persaksian dan Perkawinan Beda Agama", Tesis, (Semarang: UIN Walisongo
Semarang, 2018), Tidak diterbitkan (t.d)
18
F. Metode Penelitian
Metode merupakan serangkaian proses dan prosedur yang
harus di tempuh oleh seorang peneliti, untuk sampai pada kesimpulan
yang benar tentang riset yang dilakukan.29 Adapun metode penelitian
dalam proposal ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Library Research (penelitian
kepustakaan) yakni pengumpulan data dengan cara membaca,
menelaah buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan
skripsi. Jadi, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif yakni
pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman mendalam
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
29
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al- Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2015), h. 5
19
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam meneliti proposal ini
ada dua, yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer penelitian ini bersumber dari tafsir
at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan tafsir Rawâi'
al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî.
b. Data Sekunder
Data-data sekunder merujuk pada buku, jurnal, dan
karya ilmiah yang membahas tentang ayat hirâbah dan tentang
tafsir maqâshidî, yaitu sebagai berikut:
1. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan
seputar hirâbah, seperti Fiqh as-Sunnah, Fiqh al-Islâm wa
Adillatuhu, Tafsir Ahkâm, dan lain-lain.
2. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan
tentang maqâshid asy-syarî`ah, seperti Membumikan
Maqâshid asy-Syarî`ah, dan lain-lain.
3. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang masih relevan dan
erat kaitannya dengan objek penelitian, seperti buku Ushûl
Fiqh, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana disebutkan di awal, penelitian ini dilakukan
melalui penelitian kepustakaan (library Research), suatu metode
dengan cara mengumpulkan data dan informasi, baik berupa
buku-buku maupun artikel-artikel yang kemudian diidentifikasi
20
30
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", h. 249-250
21
G. Sistematika Pembahasan
Teknik penulisan karya ilmiah ini merujuk kepada pedoman
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta. Sedangkan pada sistematika penulisan agar mempermudah
dalam melakukan penelitian penulis manyajikan alur pembahasan
dalam beberapa bab dan sub-bab tertentu.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah yang membahas tentang seberapa unik dan menarik
tema yang dibahas untuk dijadikan penelitian. Selanjutnya mengenai
identifikasi masalah yang membahas kemungkinan masalah yang
muncul untuk dijadikan fokus penelitian, dilanjutkan dengan rumusan
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, kemudian mengenai
tujuan penelitian tentang arah yang ingin dituju dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Dilanjutkan dengan telaah
pustaka yang memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan
topik yang bersangkutan untuk menghindari adanya persamaan
pembahasan. Selanjutnya, metode penelitian yang berisi tentang jenis
penelitian, sumber data, dan teknik pengolaan data. Sedangkan
sistematika pembahasan merupakan bagian terakhir dari bab ini yang
menjelaskan tentang gambaran umum isi penelitian. Bab pertama
inilah yang akan menjadi acuan dalam penelitian.
Bab kedua akan menyajikan tinjauan umum konsep hirâbah
dan tafsir maqâshidî yang terdiri dari dua sub-bab, yaitu tinjauan
umum konsep hirâbah dan pendekatan maqâshid dalam menafsirkan
Al-Qur'an (tafsir maqâshidî). Sub-bab pertama menguraikan derivasi
harb dalam Al-Qur'an, dasar hukum hirâbah, hirâbah menurut para
mufasir dan fuqaha, dan ruang lingkup hirâbah. Sedangkan pada sub-
bab kedua diuraikan definisi tafsir maqâshidî, maqâshid Al-Qur'an
23
1
Abuddin Nata, dkk, Ensiklopedi Al-Qur'an, (Jakarta: Yayasan Bimantara, 1997),
h. 127
2
Nata, dkk, Ensiklopedi Al-Qur'an, h. 127-128
25
26
3
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam
Wacana dan Agenda, (Jakarta: Gema Insani, 2003), Cet. I, h. 29
27
4
Lilik Ummu Kaltsum dan Abd. Moqsith Ghazali, TafsirAyat-Ayat Ahkam,
(Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. I, h. 82
5
Tim Lanjah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Asbab an-Nuzul: Kronologi dan
Sebab Turun Wahyu AL-Qur'an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf AL-Qur'an, 2015), h.
220
6
Abû Abd ar-Rahmân Ahmad ibn Syu'aib ibn Ali al-Khurasâni, Sunan an-Nasâ'i,
Jilid 4, (Kairo: Dâr al-Hadis, 1999), Cet. I, h. 7-8
28
7
Ahmad bin Syu'aib Abdurrahman an-Nasâ'i, Ensiklopedia Hadis 7; Sunan an-
Nasâ'i, terj. M. Khairul Huda, dkk, (Jakarta: al-Mahira, 2013), Cet. I, h. 816
29
8
Muhamamd `Alî ash-Shâbûnî, Rawâ'i al-Bayân Tafsîr Âyâh al-Ahkâm min Al-
Qur'an, terj: Saleh Mahfoed, Jilid I, (Bandung: PT. al-Ma'arif, 1994), h. 962-963
9
Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jâmi` al-Bayân `an Ta'wîl Ayi Al-
Qur'an, Jilid. IV, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Ilmiyah, 1999), h. 552
30
10
Berbuat kerusakan di muka bumi maksudnya di sini adalah menebar teror,
katakutan, dan kegelisahan di jalan dengan membawa senjata, baik disertai dengan
pembunuhan dan pengambilan harta maupun tidak. Lihat Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-
Munîr, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu'ashir, 1991), Jilid V, h. 166
11
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu'ashir,
1991), h. 163
12
Thâhir ibnu `Âsyûr, Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr, Jilid VI, (Tunis: Dâr Suhnûn
li an-Nasyr wa at-Tauzi', 1997), h. 181
31
13
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid VI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Cet. II, h.
225
32
...
"...yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan
yang besar" (QS. Al-Mâidah [5]: 33)
14
Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jâmi` al-Bayân `an Ta'wîl Ayi Al-
Qur'an, Jilid. IV, h. 555-556
15
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, h. 163
16
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, h. 167-168
33
17
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, h. 166
18
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid VI, Cet. 2, h. 225
19
Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jâmi` al-Bayân `an Ta'wîl Ayi Al-
Qur'an, Jilid. IV, h. 566
34
20
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, h. 168
21
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid VI, Cet. 2, h. 230-231
22
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, (Jakarta: al-I'tisham,
2008), h. 670
23
Wahbah az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta:
Gema Insani, 2011), Cet. I, h. 411
35
24
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
25
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 410-411
36
26
Lilik Ummu Kaltsum dan Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam,
(Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. I, h. 74
27
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. I, h. 671
28
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 412-417
37
29
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. I, h. 672
30
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 414
31
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. I, h. 672
38
32
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 414
33
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 412
39
34
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 672
35
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 414
36
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 414-415
40
37
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 412-413
38
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 413
39
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 416-417
40
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 416
41
41
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 416
42
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 416
43
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 417
42
44
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 417
45
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. I, h. 674
46
Az-Zuhaili, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 417
43
47
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. I, h. 676-678
48
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 419
49
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418
50
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 677
51
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418
44
52
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418-419
53
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418
54
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 680
45
55
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 419
56
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 681
57
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418-419
46
58
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 682
59
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 418
60
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 682
47
61
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 415
62
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 415-416
63
H. A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 92
48
64
Az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h. 423
65
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perampokan adalah perbuatan orang yang
mengambil dengan paksa dan kekerasan barang milik orang, sedangkan penyamunan atau
pembegalan adalah perbuatan perampasan di jalan. Lihat KBBI Daring
https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 17 September 2019. Menurut Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar, maksud dari hirâbah adalah menentang kehendak Allah dan Rasul-Nya
dengan mengadakan perkumpulan atau gerombolan perampas, perampok, atau penyamun
terhadap orang yang bukan musuh dan merasa hidup aman di bawah perlindungan peraturan
Allah dan Rasul-Nya, hanya karena hendak merampas harta benda mereka, kalau perlu
dengan membunuh orangnya. Lihat Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid VI, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 2000), Cet. II, h. 225. Muhammad `Ali al-Sayis menjelaskan bahwa ayat hirâbah
bisa saja diarahkan kepada orang-orang yang membuat kekacauan di tengah masyarakat
dengan membunuh dan merampas harta orang lain. Lihat Lilik Ummu Kaltsum dan Abd.
Moqsith Ghazali, TafsirAyat-Ayat Ahkam, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. I, h. 82. Ibnu
Jarîr ath-Thabarî menjelaskan dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud hirâbah adalah orang
yang memerangi orang muslim dan kafir dzimmî di jalan, kota, dan desa dalam bentuk teror
di jalan orang-orang Islam dan kafir dzimmî, berbuat jahat di jalan mereka, merampas harta
mereka secara zalim, melakukan tindak kekerasan kepada mereka, dan menyerobot hak
mereka secara jahat dan zalim. Lihat Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jâmi` al-
Bayân `an Ta'wîl Ayi Al-Qur'an, Jilid. IV, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Ilmiyah, 1999), h. 552.
Thâhir ibnu Âsyûr dalam tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr memaknai yuhâribûna adalah mereka
yang telah membunuh dengan menggunakan pedang karena permusuhan dengan tujuan
untuk mendapatkan barang rampasan. Lihat Thâhir ibnu `Âsyûr, Tafsîr at-Tahrîr wa at-
Tanwîr, Jilid VI, (Tunis: Dâr Suhnûn li an-Nasyr wa at-Tauzi', 1997), h. 18. Wahbah az-
Zuhailî dalam kitab Fiqh Islam wa Adillatuhu mendefinisikan hirâbah sebagai setiap
tindakan dan aksi yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengambil harta dalam
bentuk yang biasanya korbannya tidak mungkin untuk meminta bantuan dan pertolongan.
Lihat Wahbah az-Zuhailî, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), Cet. I, h. 411
66
Sayyid Sâbiq mendefinisikan hirâbah yaitu gerombolan bersenjata di wilayah
Islam untuk membuat kekacauan, penumpahan darah, perampasan harta, merusak
kehormatan, menghancurkan tanaman dan peternakan, menantang agama, akhlak, ketertiban,
dan undang-undang, baik gerombolan tersebut dari orang Islam, kafir dzimmî, maupun kafir
harbî. Lihat Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670.
67
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
49
68
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
69
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
70
Pemerkosaan berbeda dengan zina. Dalam fikih, pemerkosaan disebut sebagai
hirâbah. Sayyid Sâbiq mendefinisikannya sebagai gerombolan yang masuk daerah Islam,
menimbulkan kekacauan, pertumpahan darah, mengambil paksa, dan mengoyak kehormatan.
Hukumnya dosa besar (QS. Al-Mâidah [5]: 33). Lihat Yulianti Muthmainnah, "Menyoal
Zina dan Pemerkosaan", https://www.mediaindonesia.com/read/detail/67311-yulianti-
muthmainnah-dosen-uhamka-jakarta-resource-center-kapal-perempuan#, diakses tanggal 17
September 2019. Lihat juga Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h.
670. Wahbah az-Zuhailî dalam Tafsîr al-Munîr menyebutkan bahwa pelaku tindak kejahatan
(muhârib) adalah kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan, pertahanan, dan daerah
kekuasaan, melakukan gangguan dan penghadangan terhadap kaum muslimin dan kaum
dzimmî, membunuhi mereka, merampas harta benda, dan atau melanggar kehormatan. Lihat
Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu'ashir, 1991), h. 163
71
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
72
Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. II, h. 670
73
Tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan negara, tetapi juga dapat
menghancurklan negara. Dalam Al-Qur'an tindakan mereka ini disebut "memerangi Allah
dan Rasulnya serta berbuat kerusakan di muka bumi", yang disebut hirâbah. Dilihat dari
dampak dan cara kerjanya, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan,
korupsi dikategorikan sebagai pencurian (sariqah) dan perampokan (nahb). Lihat Hifdzil
Alim, dkk, Jihad NU Melawan Korupsi, (Jakarta: Lakpesdam PBNU, 2017), Cet. III, h. 6-7
dan 147-148. Lihat juga Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), "Buku Saku
Antikorupsi untuk Pemeluk Agama Islam",
https://acch.kpk.go.id/id/component/bdthemes_shortcodes/?view=download&id=a35219217
62045ce43db30f66c991c, diakses tanggal 17 September 2019. Lihat juga Suradi, "Korupsi
Menurut Hukum Islam", https://bppk.kemenkeu.go.id/id/dhz9w7qtn4o/211k081/20078.html,
diakses tanggal 17 September 2019
74
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Terorisme menyatakan bahwa terorisme telah memenuhi unsur tindak pidana (jarimah)
hirâbah dalam khazanah fikih Islam. Tindakan terorisme secara fisik dan psikis merupakan
tindak pidana hirâbah karena para teroris mengangkat telah senjata melawan orang banyak
(yang tidak jelas) dan menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat. Lihat Majelis Ulama
50
Indonesia, "Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2004 tentang Terorisme"
http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf, diakses tanggal 17
September 2019. Lihat juga Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,
2019), Cet. Ke-1, h. 76-8. Wahbah az-Zuhailî dalam Tafsîr al-Munîr mendefinisikan bahwa
hirâbah adalah suatu tindak kejahatan penentangan dan pembangkangan yang mencakup
tindak kriminal kekafiran, qath`u ath-tharîq, dan menebar teror dan kerusakan di muka bumi.
Berbuat kerusakan di muka bumi maksudnya di sini adalah menebar teror, katakutan, dan
kegelisahan di jalan dengan membawa senjata, baik disertai dengan pembunuhan dan
pengambilan harta maupun tidak. Lihat Wahbah az-Zuhailî, Tafsîr al-Munîr, Jilid V, (Beirut:
Dâr al-Fikr al-Mu'ashir, 1991), h. 163-166
51
75
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", jurnal Qur'anika Vol. 5 No. 2 Desember
2013, h. 131
76
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 131
77
Ibnu Manzhûr, Lisân al-Arab, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2003), Jilid. 6, h. 101
52
" كلمة تدل على بيان شيء وإيضاحه:الفَسْرُ( "ال َف ْس ُر adalah
78
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 131-132
79
"Rusyaid's Blog" http://adhyputrabone.blogspot.com/2012/11/makna-tafsir-dan-
takwil-serta-hubungan.html?m=1, diakses tanggal 13 Juli 2019
53
dan ( التوضيحketerangan).
قَ ي
(jalan yang lurus). اصد صداً فهو
ْ َص ُد ق
ُ ص َد يَ ْق
َ َق. Seperti firman
81
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 132
82
`Ali Muhammad As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", jurnal
Islâmiyah al-Ma'rifah Vol. 23 No. 89 Musim Panas 2017, h. 557
83
Ibnu Manzhûr, Lisân al-Arab, Jilid. 6, h. 377
55
اخل ...
84
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 132-133
56
al-maqâshid.86
Bermacam-macamnya definisi tafsir menurut bahasa dan
istilah serta definisi maqâshid menurut bahasa dan istilah
85
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 133
86
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 133
58
87
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
Al-Jazair, Kuliah Ushûl ad-Dîn 4-5 Desember 2003, h. 7
88
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 133
59
89
As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 572
90
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017, h. 321-322
91
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", h. 328-329
60
92
Tazul Islam, "Maqâshid Al-Qur'an dan Maqîshid asy-Syarî'ah: An Analytical
Presentation", dalam jurnal Revelation and Science, Vol. 03 No. 1 2013, h. 53
93
As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 559
61
94
As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 559
95
Teori atau ajaran bahwa semua kejadian (setiap gejala) terarah pada suatu tujuan.
Lihat KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Teleologi, diakses tanggal 17 Juli
2019
96
As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 560
62
97
As'ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 560-561
98
As'ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 561
63
99
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
100
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
101
Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. 2, h. 41
102
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
64
103
Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom, h. 73
104
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
105
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
106
Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom, h. 75
107
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 16
65
108
Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom, h. 78-79
109
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 17
66
113
Tazul Islam, "Maqâshid Al-Qur'an dan Maqâshid asy-Syarî`ah: An Analytical
Presentation", h. 56-57
114
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", h. 326
115
Tazul Islam, " Maqâshid Al-Qur'an dan Maqâshid asy-Syarî`ah: An Analytical
Presentation", h. 57
68
116
Tazul Islam, "Maqashid Al-Qur'an dan Maqashid al-Syari'ah: An Analytical
Presentation", h. 57
117
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "at-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", h. 141-142
69
118
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 8
119
Seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 1-3:
"Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu.
Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi
peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya. Dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu
sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat." (QS. Hud [11]: 1-3)
120
Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 15-16:
72
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imran [3]: 164)
122
Seperti firman Allah dalam surat Al-Isra' ayat 82:
"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian." (QS. Al-Isra' [17]: 82)
123
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 48:
73
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS.
Al-Maidah [5]: 48)
124
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 11
125
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 11
74
126
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 11-12
127
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 12
128
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 14
75
129
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 14
130
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 14-15
76
131
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 15
132
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
h. 15
133
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017, h. 344-346
77
134
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqâshidî ", h. 346-347
79
135
Syamsul Wathani, "Konfigurasi Nalar Tafsir Maqâshidî", dalam Jurnal Suhuf,
Vol. 9 No. 2 Desember 2016, h. 307-310
80
136
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017
82
1
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, (Depok: Lingkar Studi AL-Qur'an
(eLSiQ), 2013), h. 199
2
Faizah Ali Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 103
3
Mani' Abd Halîm Mahmûd, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode
Para Ahli Tafsir, Terj: Faisal Daleh dan Syahdianor, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006), h. 313
4
Sebuah lembaga pendidikan yang selama berabad-abad termasuk lembaga
pendidikan bonafid setaraf Al-Azhar. Zaitunah adalah sebuah masjid dari sekian banyak
masjid kuno yang selama berabad-abad berfungsi sebagai pusat pendidikan, informasi, dan
penyebaran ilmu.
5
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 103-104
83
84
6
Mahmûd, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, Terj:
Faisal Daleh dan Syahdianor, h. 313
7
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 104
8
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 104
9
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 105
10
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 199
11
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 199
85
12
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 105
13
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 199
14
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 105
15
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 199
16
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 105-106
86
2. Profil Tafsir
Tahrîr al-ma`nâ as-sadîd wa at-tanwîr al-`aql al-jadîd
(memilih makna yang tepat dan mencerahkan akal yang baru) atau
yang lebih dikenal dengan tafsir at-tahrîr wa at-tanwîr18
merupakan salah satu kitab tafsir ternama pada abad 14 H yang
cukup terkenal dengan kedalaman pembahasannya.19 Tafsir
komprehensif 30 juz ini terbagi menjadi 15 jilid,20 diterbitkan
pertama kali oleh `Isâ al-Babî al-Halabî, Kairo, tahun 1964
M/1384 H.21
17
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 104
18
Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir,
Terj: Faisal Daleh dan Syahdianor, h. 318
19
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 200
20
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 106
21
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 200
87
22
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 106
23
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 107
88
24
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 107-108
25
Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir,
Terj: Faisal Daleh dan Syahdianor, h. 316
26
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 116-117
89
27
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 118-119
28
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 122
90
per ayat. Dengan metode ini, Ibnu `Asyûr menyoroti ayat-ayat Al-
Qur'an dengan memaparkan segala makna dan aspek kebahasaan
dan sastranya dengan tujuan menghasilkan makna yang benar dari
setiap bagian ayat. Ibnu `Asyûr juga memperluas masalah-
masalah penafsiran yang tidak disentuh oleh mufasir lainnya, baik
dari sisi kebahasaan dan sastranya (balâghah) maupun dari sisi
kemukjizatannya. Ibnu`Asyûr terkadang menafsirkan ayat dengan
ayat, namun ia membatasi pengambilan riwayat yang tidak
memiliki bukti kesahihannya.29
Adapun corak tafsir yang menonjol pada tafsir ini adalah
corak adabi ijtima'i (budaya dan kemasyarakatan). Usaha merebut
kemerdekaan dari penjajah, berbagai tantangan yang dihadapi
gerakan reformasi di Tunis berimbas pengaruhnya pada
penafsiran Ibnu `Asyûr. Apabagi ide-ide pembaharuan
Muhammad Abduh yang mulai mempengaruhi para intelektual
Tunis, tak terkecuali Ibnu `Asyûr. Dari penafsiran ini dapat
ditelusuri jejak-jejak keterlibatan Ibnu `Asyûr dalam mewujudkan
tujuan-tujuan dari gerakan reformasi di Tunis. Pemikiran dan
langkah-langkahnya dipengaruhi oleh ide-ide yang digagas dari
nilai-nilai Al-Qur'an dalam rangka reformasi dan pembaharuan di
Tunis30
Sementara itu, karakteristik tafsir yang menonjol dari
tafsir ini adalah:
a. Aspek Kebahasaan
Tafsir at-tahrîr wa at-tanwîr bukan sekedar berfungsi
sebagai kitab tafsir, tetapi juga sebagai rujukan kebahasaan
29
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 122-123
30
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 123-125
91
31
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 125
32
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 125-126
92
33
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 128
34
Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, h. 201
35
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 128
36
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 128
37
Syibromalisi, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 128
38
Arwani Syaerozi adalah Mahasiswa Indonesia peraih gelar Doktor termuda di
Maroko. Arwani menempuh pendidikan doktornya di Universitas Mohammed V Aqdal,
Rabat, dan berhasil menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Konsep Maqâshid asy-
Syarî`ah dalam Pengembangan Hukum Fikih: Perspektif Al-Harrasi" di usianya yang ke-30
dengan nilai summa cumlaude. Lihat Detik News, "Arwani Syaerozi, Mahasiswa RI Peraih
Doktor Termuda di Maroko", https://news.detik.com/tokoh/d-1657967/arwani-syaerozi-
mahasiswa-ri-peraih-doktor-termuda-di-maroko, diakses pada tanggal 18 September 2018
93
46
Syafril dan Fiddian Khairuddin, "Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer Studi
Kitab Rawâi’ Al-Bayân Karya `Ali ash-Shâbûnî", h. 113
47
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam ash-Shâbûnî, terj.
Mu'ammal Hamidy dan Imran A. Manan, h. xvii
48
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam ash-Shâbûnî, terj.
Mu'ammal Hamidy dan Imran A. Manan, h. xvii-xviii
96
49
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur'an: Kajian Tematik atas Ayat-Ayat Hukum
dalam Al-Qur'an, h. 32-33
50
Andy Haryono, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam Kitab
Rawâi’ Al-Bayân”, dalam Jurnal Wardah, Vol.18 No. 1, 2017, h. 60
97
51
Andy Haryono, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam Kitab
Rawâi’ Al-Bayân”, h. 60
52
Andy Haryono, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam Kitab
Rawâi’ Al-Bayân”, h. 60
98
53
Andy Haryono, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam Kitab
Rawâi’ Al-Bayân”, h. 62
54
Andy Haryono, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam Kitab
Rawâi’ Al-Bayân”, h. 63
55
Hikmah at-tasyrî pada hakikatnya adalah mengungkapkan kemaslahatan dari
pensyariatan. Imam Syâthibî menyebutkan bahwasanya maksud syariat dari ucapan yang
sampai kepada orang mukalaf adalah untuk memberi pemahaman ( )تفهيمbahwa apa yang
wajib bagi mereka adalah apa yang maslahat bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat.
Lihat Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-Tafsîr al-
Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", jurnal Qur'anika Vol. 5 No. 2 Desember
2013, h. 133. Washfî Âsyûr Abû Zaid mendefinisikan tafsir maqâshidî adalah jenis tafsir
yang membahas tentang penyingkapan makna-makna dan tujuan-tujuan Al-Qur'an baik
secara global maupun terperinci, serta menjelaskan penerapannya dalam mewujudkan
kemaslahatan hamba. Tafsir bukanlah untuk tafsir saja, akan tetapi untuk menjelaskan cara
turunnya hidayah Al-Qur'an untuk konteks masa kini dan bagaimana pemanfaatannya untuk
berbagai kalangan sosial. Lihat Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr
Al-Qur'an al-Karîm", Al-Jazair, Kuliah Ushûl ad-Dîn 4-5 Desember 2003, h. 7
BAB IV
1
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, (Tunis: Dâr Suhnûn li
an-Nasyr wa at-Tauzi', 1997), h. 181
99
100
2
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 181-182
3
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 182
4
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 182
5
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 183
6
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 183
101
11
Dalam riwayat lain dikatakan: mereka diperintahkan maka mereka dilempar di
tempat yang panas mereka minta minum maka mereka tidak diberi minum sampai mati.
12
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 181
103
13
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 183-184
14
Barangsiapa yang membunuh dan mengambil harta benda maka ia akan dibunuh
dan disalib, barangsiapa yang tidak sampai membunuh dan tidak mengambil harta benda
maka dita'zir, barangsiapa yang menakut-nakuti di jalan maka dibuang, dan barangsiapa
yang mengambil harta benda saja maka dipotong tangannya
15
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 183
104
16
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 185-186
105
17
Thâhir Ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 186
18
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 5, h. 168
19
Hamka, Tafsir al-Azhâr, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Jilid 6, Cet. Ke-2, h.
230-231
20
Thâhir Ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 186-187
106
21
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 183-184
22
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 184
107
d. Kontekstualisasi Makna
Langkah-Langkah
No Penafsiran Penafsiran Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr
Maqâshidî
Analisis Lafaz (innamâ) menggunakan hashr
1
Kebahasaan idhafi. Al-hashr juga mempunyai makna
23
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 184
24
Thâhir ibnu Âsyûr, Tafsîr at-Tahîir wa at-Tanwîr, jilid 6, h. 181
108
25
Muhammad 'Ali ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an, (Kairo: Dâr as-Salâm, 1997), h. 513
26
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
113
27
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
28
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
29
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
30
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
31
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
114
32
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514
33
Lilik Ummu Kaltsum dan Abd. Moqsith Ghazali, TafsirAyat-Ayat Ahkam,
(Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. Ke-1, h. 84
115
37
Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî, Jami' at-Bayan an Ta'wil Ayi Al-
Qur'an, Jilid. 4, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Ilmiyah, 1999), h. 552
38
Berbuat kerusakan di muka bumi maksudnya di sini adalah menebar teror,
katakutan, dan kegelisahan di jalan dengan membawa senjata, baik disertai dengan
pembunuhan dan pengambilan harta maupun tidak. Lihat Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-
Munir, (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu'ashir, 1991), Jilid 5, h. 166
39
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 5, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu'ashir,
1991), h. 163
117
40
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 514-
515
41
Dalam hal ini imam boleh memberikan alternatif dalam empat hal, yaitu: boleh
mengambil hukuman potong tangan dan kaki bersilangan dan membunuh, boleh mengambil
hukuman potong tangan dan kaki bersilangan dan menyalib, boleh menyalib saja tanpa
potong tangan dan kaki, dan boleh mengambil hukuman bunuh saja, sesuai ketentuan
kemaslahatan. (Dalam Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an, h. 519)
42
Bunuh atau salib harus dipadukan dengan potong tangan jika kejahatannya itu
berupa pembunuhan dan merampas harta, sedang bunuh itu sendiri adalah hukuman bagi
pembunuhan dan potong tangan adalah hukuman bagi perampasan harta. (Dalam Ash-
Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 519)
43
Bahkan menurut Ibnu `Abbâs setiap kata "au" (atau) dalam Al-Qur'an
mempunyai pengertian khiyar (memilih). (Dalam Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-
Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 519)
44
Barangsiapa yang membunuh dan merampas harta orang, dibunuh dan disalib.
Jika hanya merampas, cukup dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan. Dan
barangsiapa yang menakut-nakuti orang yang sedang berlalu lalang tetapi tidak membunuh
dan tidak merampas harta orang, maka ia diasingkan dari tempat tinggalnya.
118
45
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 519
46
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 516
47
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 517
119
48
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 515
49
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 515
50
Klasifikasi tradisional membagi maqâshid menjadi tiga tingkatan keniscayaan
(levels of necessity), yaitu keniscayaan (dharuriyyah), kebutuan (hajjiyah), dan kelengkapan
(tahsiniyyah). Dharuriyyah terbagi menjadi perlindungan agama (hifdz ad-dîn), perlindungan
jiwa-raga (hifdz an-nafs), perlindungan harta (hifdz al-mâl), perlindungan akal (hifdz `aql),
dan perlindungan keturunan (hifdz an-nasl). Beberapa pakar ushûl fiqh menambahkan
perlindungan kehormatan (hifdz `irdh) di samping kelima keniscayaan yang terkenal di atas.
(Dalam Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam melalui Maqâshid asy-Syarî`ah, terj.
Rasyidin dan Ali Abd el-Mun`im, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), Cet. Ke-1, h.34)
51
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 515
52
Nasywân Abduh Khâlid al-Mukhâlafî dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "at-Tafsîr
al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", jurnal Qur'anika Vol. 5 No. 2 Desember
2013, h. 133
120
53
Washfî Âsyûr Abû Zaid, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-Karîm",
Al-Jazair, Kuliah Ushûl ad-Dîn 4-5 Desember 2003, h. 7
54
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 524
55
M. Subhan, dkk, Tafsir Maqâshidî: Kajian Tematik Maqâshid asy-Syari'ah,
(Kediri, Lirboyo Press, 2013), h. 2-3
121
d. Kontekstualisasi Makna
56
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 525
57
Ash-Shâbûnî, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, h. 515
58
As`ad, "at-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", h. 572
122
Langkah-Langkah
Penafsiran Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-
No Penafsiran
Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an
Maqâshidî
"Yuharibûna Allah wa Rasulahu"
adalah menganiaya dan merampas
harta benda kekasih-kekasih Allah dan
kekasih-kekasih Rasulullah Saw..
Fasadan merupakan masdar dari al-
fasad (kerusakan). Maksud dari
membuat kerusakan di bumi adalah
ancaman di jalan, pembunuhan,
melukai, dan merampas harta benda.
Yuqattalû bermakna mubâlaghah,
1.
Analisis sehingga yang dimaksud dibunuh di
Kebahasaan sini adalah dengan sebenar-benar
pembunuhan, tidak ada belas kasihan
sama sekali dan tidak ada
pengampunan dari wali korban.
Yushallabû juga mengandung makna
mubâlaghah. Penyaliban adalah
mengikat di atas papan yang
ditegakkan dengan dilentangkan kedua
tangannya, sampai mati, dan terkadang
melukainya dengan tombak agar
mempercepat kematiannya.
123
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya
Ibnu `Âsyûr mempunyai tiga poin utama, yaitu:
Pertama, hirâbah ditafsirkan Ibnu `Âsyûr sebagai suatu tindakan
membunuh dengan menggunakan senjata dengan tujuan untuk
merampas harta, yang mana hal tersebut termasuk memerangi
syariat dan sengaja melanggar hukum-hukum Allah dan Rasul-
Nya.
Kedua, hukuman bagi pelaku hirâbah adalah pilihan salah satu
dari bunuh, salib, potong tangan dan kaki secara bersilangan, atau
dibuang ke daerah lain.
Ketiga, pertobatan muhârib sebelum tertangkap bisa
menggugurkan had hirâbah, namun tidak dapat menggugurkan
hal-hal yang berhubungan dengan hak manusia, seperti harta dan
darah.
Sedangkan ash-Shâbûnî menafsirkan ayat hirâbah dengan makna
yang lebih umum, yaitu:
Pertama, hirâbah tidak terbatas pada tindakan dengan membawa
senjata dan merampas harta, akan tetapi segala tindakan yang
mengganggu dan merusak baik itu hanya menakut-nakuti ataupun
tindakan yang lebih besar dari pada perampokan dan
pembunuhan.
Kedua, mengenai hukuman hirâbah, ash-Shâbûnî hanya
memaparkan beberapa pendapat ulama tanpa mentarjihnya.
Menurut Mujâhid, adh-Dhahâk, an-Nakha`î, dan mazhab Maliki,
129
130
Al-Aridl, Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet. II, 1994.
Al-Dâruquthni, Abû al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdî bin
Mas`ûd bin an-Nu`mân bin Dînâr bin Abdullah al-Baghdâdî, Sunan
al-Dâruquthnî, Jilid III, Bairut: Dâr al-Fikr, 1994.
Al-Khurasâni, Abû Abd ar-Rahmân Ahmad ibn Syu'aib ibn Ali, Sunan an-
Nasâ'i, Jilid.IV, Kairo: Dâr al-Hadis, Cet. I, 1999.
Al-Mukhâlafî, Nasywân Abduh Khâlid dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-
Tafsîr al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", dalam
jurnal Qur'anika Vol. 5 No. 2 Desember 2013.
Alim, Hifdzil, dkk, Jihad NU Melawan Korupsi, Jakarta: Lakpesdam PBNU,
Cet. III, 2017.
An-Nasâ'i, Ahmad bin Syu'aib Abdurrahman. Ensiklopedia Hadis 7; Sunan
an-Nasâ'i, terj. M. Khairul Huda, dkk, Jakarta: al-Mahira, Cet.I,
2013.
Anas, Muhammad, "Studi Komparatif Maqâshid Al-Qur'an Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazâli dan Rasyîd Ridhâ", Skripsi,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Tidak diterbitkan
(t.d).
As`ad, `Ali Muhammad, "at-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm",
dalam jurnal Islâmiyah al-Ma'rifah Vol. 23 No. 89 Musim Panas
2017.
Ash-Shâbûnî, Muhammad `Ali, Rawâ'i al-Bayân Tafsîr Âyâh al-Ahkâm min
Al-Qur'an, terj: Saleh Mahfoed, Jilid I, Bandung: PT. al-Ma'arif,
1994.
_______, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, Kairo:
Dâr as-Salâm, 1997.
133
134
139