Anda di halaman 1dari 140

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN NILAI KARAKTER SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA PADA PESERTA DIDIK

DI MI AL-QUR’AN JABALKAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Disusun oleh:

TRI EKA SAPUTRI


NIM. 12205183226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2022
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN NILAI KARAKTER SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA PADA PESERTA DIDIK

DI MI AL-QUR’AN JABALKAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh:

TRI EKA SAPUTRI

NIM. 12205183226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

ii
iii
MOTTO

: ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫عن جابر قال‬

‫ وخير الناس أنفعهم للناس‬،‫ وال يؤلف‬، ‫ وال خير فيمن ال يألف‬، ‫المؤمن يألف ويؤلف‬

Artinya: Dari Jabir, Ia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda,’Orang beriman itu


bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah.
Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”

(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di


dalam Shahih Al-Jaami‟ Al-Shaghir wa Ziyadatuhu no:3289)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman Islamiyah ini.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan, dengan segala kekurangan dan


keterbatasan yang dimiliki penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, skripsi ini
penulis persembahkan kepada:

1. Orang tua tercinta Alm. Bapak Subani dan Ibu Sunarti, kakak – kakakku
yang di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Tangerang yang tiada henti
memberikan do’a, limpahan kasih sayang serta dukungan yang berupa
motivasi-motivasi yang menjadi penguat saya dalam mencari ilmu.
Semoga saya dapat menjadi anak yang berbakti dan dapat membanggakan
kedua orang tua.
2. Bapak H. Muh Nurul Huda. M. A. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing saya dengan penuh kesabaran sehingga saya
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
3. Bapak, Ibu guru dan dosen yang selama ini mendidik dan memberikan
ilmu pengetahuan kepada saya sehingga dapat bermanfaat bagi
kehidupan saya.
4. Bapak dan Ibu guru MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung
yang sudah bersedia memberikan bantuan kepada saya untuk proses
penelitian saya.
5. Untuk motivator terbaik saya Much. Chamaludin Kamil, terimakasih
sudah menjaga dan membantu segala kesulitan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Untuk sahabat sekaligus saudara saya Evi Diastutik, Indah Wahyu
Masruroh dan Bahrudin Yusuf yang senantiasa memotivasi saya.

vii
7. Untuk Sukmawati, Intan Ayu, Lutvika Sari yang sudah membantu saya
ketika saya sakit, dan rela meminjamkan leptopnya demi terselesaikannya
skripsi ini.
8. Untuk teman-teman yang telah ada dalam perjalanan perkuliahan saya dan
memberikan banyak pengalaman. Teman-teman PGMI C, teman-teman
KKN dan teman-teman magang di MI Bendiljati Wetan.
9. Untuk keluarga besar UKM Teater Pro-Test, dan PMII Rayon Al-Ghozali,,
Keluarga Prima Media dan kepada mereka yang tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu, terimakasih atas do’a, motivasi, semangat dan dukungan
yang sudah diberikan kepada saya.
10. Untuk almamater tercinta Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Nilai
Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Pada Peserta Didik Di MI Al-
Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung”

Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan


kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi suri tauladan kepada kita
melalui ajaran islam.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari atas kemampuan yang


dimiliki, dimana penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, kesulitan
serta kesalahan yang datang dari dalam maupun dari luar penulis. Akan tetapi
penulis mengucapkan rasa syukur berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak
yang akhirnmya hambatan, keuslitas dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini
dapat terlewati. Sehingga dengan ini penulis menyampaikan terimakaish yang
sebanyak- banyaknya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Mafthukin, M. Ag, Selaku Rektor Universitas Islam


Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd. I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Bapak Dr. Adi Wijayanto, M. Pd, Selaku Koorprodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
4. Bapak H. Muh. Nurul Huda. M. A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

ix
5. Bapak Lutfi Khoiron, S.Pd. selaku Kepala MI Al-Qur’an Jabalkat
Sumbergempol Tulungagung yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
6. Semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan dan ilmu mereka diterima Allah
SWT dan tercatat sebagai amal jariyah. Diharapkan adanya saran kan kritik yang
bersifat konstruktif demi perbaikan. Akhir kata, besar harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan mendapat ridha Allah Swt.

Tulungagung, 25 November 2022

Penulis

Tri Eka Saputri

NIM. 12205183226

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... ii


Lembar Persetujuan ...................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian ...................................................................................... v
Motto .............................................................................................................. vi
Halaman Persembahan ................................................................................. vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Daftar Isi ......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .............................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................ xv
Abstrak ........................................................................................................... xvi
Abstract .......................................................................................................... xvii
‫ م لخص‬......................................................................................................... .......xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian .................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 9
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 10
F. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori ........................................................................................... 17
1. Peran Guru .......................................................................................... 17
2. Nilai Karakter....................................................................................... 24
3. Pembelajaran Bahasa Jawa .................................................................. 32
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 37
C. Paradigma Penelitian .................................................................................. 44

xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .................................................................................. 46
B. Kehadiran Penelitian ................................................................................... 47
C. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 48
D. Sumber Data................................................................................................ 49
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 50
F. Teknik Analisis Data................................................................................... 53
G. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................................... 56
H. Tahap– Tahap Penelitian............................................................................. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................................. 61
B. Temuan Penelitian ...................................................................................... 76
BAB V PEMBAHASAN
A. Peran Guru sebagai Demonstrator dalam Meningkatkan Nilai Karakter Siswa
melalui Pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol
Tulungagung ............................................................................................... 79
B. Peran Guru sebagai Motivator dalam Meningkatkan Nilai Karakter Siswa
melalui Pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol
Tulungagung ............................................................................................... 85
C. Peran Guru sebagai Evaluator dalam Meningkatkan Nilai Karakter Siswa
melalui Pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol
Tulungagung ............................................................................................... 91
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 97
B. Saran ........................................................................................................... 99
Daftar Pustaka ............................................................................................... 101

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ................................ 43


Tabel 2.2 Paradigma Penelitian .......................................................................... 45

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Guru memberi contoh saat upacara bendera ................................... 65


Gambar 4.2 Guru menjelaskan dengan metode ceramah .................................... 66
Gambar 4.3 diskusi siswa .................................................................................. 66
Gambar 4.4 siswa memberikan salam kepada guru ........................................... 70
Gambar 4.5 map gantung prestasi milik siswa.................................................... 71
Gambar 4.6 siswa dihukum didepan kelas ......................................................... 72
Gambar 4.7 contoh soal bahasa jawa kelas 5 ..................................................... 75
Gambar 4.8 guru mengajari siswa membaca ...................................................... 76

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil MI Alquran Jabalkat Sambijajar ......................................... 108


Lampiran 2 Pedoman Observasi ...................................................................... 112
Lampiran 3 Pedoman Observasi ...................................................................... 113
Lampiran 4 Dokumentasi Foto ......................................................................... 115
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 117
Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian ........................................................ 118
Lampiran 7 Form Konsultasi Bimbingan Skripsi ............................................ 119
Lampiran 8 Laporan Selesai Bimbingan Skripsi ............................................. 121
Lampiran 9 Biodata Penulis ............................................................................. 122

xv
ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Nilai Karakter Siswa
Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Pada Peserta Didik Di MI Al-Qur’an Jabalkat
Sumbergempol Tulungagung” di tulis oleh Tri Eka Saputri,
NIM.12205183226, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Pembimbing H. Muh. Nurul Huda. M.A.
Kata Kunci: Peran Guru, Nilai Karakter, dan Bahasa Jawa
Penelitian ini dilatar belakangi oleh lunturnya nilai karakter pada siswa di
jaman yang modern ini. Sehingga banyak anak yang kurang memiliki sikap sopan
santun kepada teman sebaya maupun yang lebih tua. Guru dalam pembelajaran
berperan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Dalam hal ini, seorang guru juga dituntut untuk selalu
membentuk karakter melalui pembelajaran bahasa Jawa, dalam rangka mampu
memberikan dampak positif pada peserta didik terhadap perkembangan
emosional, spiritual, dan kepribadian.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan terkait fokus
penelitian yaitu: 1)Bagaimana peran guru sebagai demonstator dalam
meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-
Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung, 2)Bagaimana peran guru sebagai
motivator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa
Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung, 3)Bagaimana peran
guru sebagai evaluator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui
pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol
Tulungagung.
Untuk dapat mencapai tujuan diatas, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian study kasus yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan kejadian sesuai kenyataan dilapangan. Sumber data yaitu
data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data menggunakan observasi,
wawancara semi tersetruktur dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu
pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penyajian hasil temuan.

Berdasarkan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peran guru


sebagai demonstator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui
pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat yaitu sebagai pemberi
metode belajar yang tepat, pengelola pembelajaran secara efektif dan efesien,
pembimbing serta panutan siswa dalam berperilaku. 2) Peran guru sebagai
motivator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa
Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat yaitu sebagai pemberi motivasi kepada siswa,
pemerjelas tujuan pembelajaran, dan pembangkit minat belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa jawa. 3) Peran guru sebagai evaluator dalam meningkatkan
nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat
yaitu sebagai perumus tujuan diadakannya evaluasi, pelaksana evaluasi, dan
pengamat dalam evalusi pembelajaran.

xvi
ABSTRACT

The thesis entitled "The Role of the Teacher in Improving Students' Character
Values Through Learning Javanese for Students at MI Al-Qur'an Jabalkat
Sumbergempol Tulungagung" was written by Tri Eka Saputri,
NIM.12205183226, Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Study Program.
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung. Advisor H. Muh. Nurul Huda. M.A.
Keywords: Teacher's Role, Character Values, and Javanese Language
This research is motivated by the fading character values of students in
this modern era. So many children lack courtesy towards peers and older ones.
Teachers in learning play the role of educating, teaching, guiding, directing,
training, assessing, and evaluating students. In this case, a teacher is also required
to always form character through learning Javanese, to be able to have a positive
impact on students towards emotional, spiritual, and personality development.
This study aims to answer questions related to the research focus, namely:
1) What is the role of the teacher as a demonstrator in increasing student character
values through learning Javanese at MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol
Tulungagung, 2) What is the role of the teacher as a motivator in increasing
student character values through learning Javanese at MI Al-Qur'an Jabalkat
Sumbergempol Tulungagung, 3) What is the role of the teacher as an evaluator in
increasing student character values through learning Javanese at MI Al-Qur'an
Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.
To be able to achieve the above objectives, researchers used a qualitative
approach with the type of case study research, namely research conducted to
describe events according to the reality in the field. Data sources are primary and
secondary data. Data collection techniques using observation, semi-structured
interviews, and documentation. Data analysis techniques namely data collection,
data condensation, data presentation, and presentation of findings.
Based on the results of the research analysis, it shows that: 1) The role of
the teacher as a demonstrator in increasing student character values through
learning Javanese at MI Al-Qur'an Jabalkat is as a provider of appropriate learning
methods, effective and efficient learning managers, mentors, and role models for
students in behaving. 2) The role of the teacher as a motivator in increasing
student character values through learning Javanese at MI Al-Qur'an Jabalkat is as
a motivator for students, clarifying learning objectives, and generating student
interest in learning Javanese. 3) The role of the teacher as an evaluator in
increasing student character values through learning Javanese at MI Al-Qur'an
Jabalkat is as a formulator of the purpose of conducting evaluations, executor of
evaluations, and observer in learning evaluations.

xvii
‫ملخص‬
‫البحث العلمي حتت عنوان " دور املتعلمني يف تنمية قيم شخصية الطالب من خالل تعلم اللغة اجلاوية‬
‫لدى الطالب يف املدرسة اإلبتدا ئية القرآن جبل كات سومرب غيمبول تولوعاغونج" قد كتبتها تري إيكا سابوتري‪،‬‬
‫رقم التسجيل ‪ ،١٢٢٣٨١٥٣٢٢١‬قسم تربية املعلم للمدرسة اإلبتدائية‪ ،‬كلية الرتبية و التعليم‪ ،‬جامعة السيد علي‬
‫رمحة اهلل اإلسالمية احلكومية بتولوعاغونج‪ .‬املشرف احلاج حممد نور اهلدى املاجستري‪.‬‬
‫الكلمات المفتاحية ‪ :‬دور املعلم‪ ،‬و قيم الشخصية‪ ،‬و اللغة اجلاوية‬
‫ىذا البحث مدفوع بنقاص قيم الشخصية لدى الطالب يف العصر احلديث‪.‬حبيث العديد من‬
‫األطفاليفتقرون آدارىم إىل أقراهنم وكبار السن‪.‬يدور املعلمون يف التعلم ىي تعليم الطالب وتدريبهم وتشريفهم‬
‫دائما من خالل تعلم‬
‫وتوجيههم وتدريبهم وتقييمهم‪.‬يف ىذه احلالة ‪ ،‬يُطلب املعلم أن يتكون شخصية الطالب ً‬
‫قادرا على إحداث تأثري إجيايب من أجل التنمية العاطفية والروحية والشخصية‪.‬‬
‫اللغة اجلاوية ‪ ،‬حىت يكون ً‬
‫األىداف يف ىذا البحث ىي‪ )١ :‬لوصف دور املعلم كمدرس يف تنمية قيم شخصية الطالب من‬
‫خالل تعلم اللغة اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات سومرب غيمبول تولوعاغونج‪ )٢ .‬لوصف دور‬
‫املعلم كمحفز يف تنمية قيم شخصية الطالب من خالل تعلم اللغة اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات‬
‫مقوم يف تنمية قيم شخصية الطالب من خالل تعلم اللغة‬
‫سومرب غيمبول تولوعاغونج‪ )٣ .‬لوصف دور املعلم ك ّ‬
‫اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات سومرب غيمبول تولوعاغونج‪.‬‬
‫هنجا نوعيًا مع نوع حبث دراسة احلالة ‪ ،‬أي البحث‬‫لتحقيق األىداف املذكورة ‪ ،‬استخدمت الباحثة ً‬
‫الذي يتم إجراؤه لوصف األحداث وف ًقا للواقع يف اجملال‪.‬مصادر البيانات ىي بيانات أولية وثانوية‪.‬تقنيات مجع‬
‫البيانات باستخدام املالحظة واملقابالت شبو املنظمة والتوثيق‪.‬تقنيات حتليل البيانات ىي مجع البيانات وتكثيف‬
‫البيانات وعرض البيانات وعرض النتائج‪.‬‬
‫وبناء على نتائج حتليل البحث يتبني أن ‪ )١ ،‬دور املعلم كمدرس يف تنمية قيم شخصية الطالب من‬
‫خالل تعلم اللغة اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات ىوكمكسب أساليب التعلم املناسبة ومدير التعلم‬
‫النفاذ والفعال واملوجو والنماذج حيتذى هبا للطالب يف السلوك‪ )٢ .‬دور املعلم كمحفز يف تنمية قيم شخصية‬
‫الطالب من خالل تعلم اللغة اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات ىو كمكسب حفز الطالب ‪،‬‬
‫مقوم يف تنمية قيم شخصية‬
‫وموضح أىداف التعلم ‪ ،‬ومنشط اىتمام الطالب بتعلم اللغة اجلاوية‪ )٣ .‬دور املعلم ك ّ‬
‫الطالب من خالل تعلم اللغة اجلاوية يف املدرسة اإلبتدائية القرآن جبل كات ىو كمكون الغرض من إجراء‬
‫التقييمات وتنفيذ التقييمات واملراقب يف تقييمات التعلم‪.‬‬

‫‪xviii‬‬
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Saat ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang ditunjukkan oleh

pelajar-pelajar Indonesia, seperti: terlambat sekolah, membolos pada jam

pelajaran, tidak mengerjakan PR, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya

inovasi dan motivasi yang dapat mencegah terjadinya perbuatan-perbuatan

tersebut. Salah satunya adalah melalui pembentukan karakter disiplin sejak

dini. Guru merupakan sosok idola bagi anak didik. Keberadaannya sebagai

jantung pendidikan tidak bisa dipungkiri. Baik atau buruknya pendidikan

tergantung pada gurunya.

Adapun fungsi guru yaitu tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga

sebagai pengajar, pembimbing, penasihat, pembaru, model, dan teladan,

pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, dan pembangkit pandangan. Dalam

konteks pendidikan karakter, peran guru sangat penting sebagai sosok yang

diidolakan, serta menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Sikap dan perilaku

guru akan sangat membekas dalam diri seorang siswa, sehingga karakter,

ucapan, kepribadian guru menjadi cermin siswa. Guru dan anak didik adalah

dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Di

mana guru di situ ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya, di

mana ada anak didik di situ ada guru yang ingin memberikan binaan dan

bimbingan kepada anak didiknya.

1
2

Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan

seiring tapi tidak setujuan.1 Keberadaan guru sebagai salah satu komponen

dalam sistem pendidikan sangat mempengaruhi hasil proses belajar mengajar

di sekolah dan memiliki relasi yang sangat dekat dengan peserta didiknya

yaitu kewibawaan. Guru menduduki posisi penting dalam berhasil atau

tidaknya pendidikan karakter di sekolah. Karena pendidikan karakter

sesungguhnya mempunyai esensi yang sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Dengan guru yang patut untuk dijadikan teladan,

pendidikan karakter akan mudah dibangun dalam sebuah lembaga pendidikan

atau sekolah.2

Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat

Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan

karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu

ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.Dari berbagai peristiwa saat ini,

banyak memprihatinkan seperti tawuran, penyalahgunaan narkotika, kebut-

kebutan dijalan, dan kenakalan-kenakalan lainnya. Dalam hal ini, dunia

pendidikan turut bertanggung jawab karena menghasilkan lulusan-lulusan

yang dari segi akademis sangat bangus, namun tidak dari segi karakter

Tentunya kita menjadi sadar betapa pentingnya pendidikan karakter

ditanamkan sejak dini, tutur mantan menteri pendidikan nasional, Prof. Yahya

1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 2
2
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2013), hlm. 37
3

Muhaimin dalam sarasehan nasional pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang diselenggarakan kopertis VI di Hotel Patra Jasa, Kamis

(15/4/2010). Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mampu

melakukan tindak kekerasan yang sebelumnya mungkin belum pernah

terbayangkan. Hal itu karena globalisasi telah membawa kita “penuhanan”

materi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan

tradisi kebudayaan masyarakat.3

Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa contoh telah lunturnya

karakter bangsa Indonesia. Sekarang ini bangsa Indonesia tidak hanya

mengalami krisis dalam bidang materil tetapi juga krisis dalam bidang moril.

Dahulu bangsa Indonesia terkenal dengan sikapnya yang ramah, saling

membantu, peduli terhadap lingkungan namun sekarang karakter baik itu

sudah mulai luntur dan berubah menjadi sikap yang kurang terpuji,

mementingkan diri sendiri, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat,

yang muda tidak menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

Lunturnya karakter bangsa Indonesia yang baik tersebut karena

penanaman karakter yang kurang kuat sehingga mudah untuk di tumbangkan

dan terpengaruh oleh karakter yang kurang baik. Penanaman karakter yang

baik harus dimulai dari usia dini agar setelah anak dewasa prilaku yang baik

itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu usaha untuk membangun

karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang

menyesatkan dan menjerumuskan.

3
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.4
4

Penanaman karakter dimulai dari lingkungan keluarga, kerabat, sekolah

dan lingkungan masyarakat. Lingkungan rumah dan keluarga sebagai

lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter yang pertama dan utama

harus lebih diberdayakan dan haal tersebut merupakan tugas orang tua

sebagai penanam pertama karakter anaknya. Keluarga adalah sekolah untuk

kasih sayang, tempat belajar yang penuh dengan cinta, janganlah orang tua

menanamkan keluarga sebagai tempat untuk bertengkar dengan pasangannya

karena dengan hal itu sangatlah berakibat buruk pada perkembangan karakter

anak yang akan menganggap berkeluarga adalah hal yang sangat

menyengsarakan kelak jika anak tersebut sudah dewasa. Pembentukan

karakter melalui sekolah juga harus diperhatikan di sekolah pendidikan tidak

semata-mata tentang mata pelajaran yang hanya mementingkan diperolehnya

kognitif tetapi juga harus diperhatikan bagaimana penanaman moral, nilai-

nilai estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.

Penomena sekarang ini para anak didik khususnya di SD/ MI mereka

kurang mempunyai rasa hormat kepada gurunya, mereka menganggap guru

itu hanyalah sebagai teman maka dengan hal itu mereka tak perlu untuk

dihargai dan dihormati. Maka dengan hal itu perlu adanya jalan keluar untuk

masalah ini agar para peserta didik memiliki karakter yang baik dan

menghargai guru, menyanyangi teman sebagaimana seharusnya. Kualitas

pendidikan tidak hanya bisa dinilai dari kemampuan kognitifnya tetapi juga

para peserta didik dapat memiliki karakter yang baik dan positif yang kuat.
5

Karena visi pembangunan karakter bangsa sejatinya telah secara

eksplisit dinyatakan di dalam kebijakan pendidikan nasional. Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. 4

Mulai tahun 2009, Kementerian Pendidikan Nasional secara serius

memberikan porsi yang lebih besar untuk meningkatkan mutu pendidikan,

termasuk didalamnya mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan. Berkaitan

dengan hasil pendidikan, peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara jelas merumuskan

kompetensi lulusan yang harus dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan,

termasuk pendidikan pada semua jenjang.

Berkaitan dengan pendidikan karakter beberapa hal yang termaktub

dalam permendiknas No 23 tahun 2006 diantaranya: (1) Mengamalkan ajaran

agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; (2)

Menunjukkan sikap percaya diri; (3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang

berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (4) Menghargai keberagaman

agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup

nasional.5

Seharusnya siswa itu patuh dan taat kepada guru, serta hormat

kepadanya sudah semestinya dapat diterapkan di tengah-tengah proses belajar


4
Suyanto, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 8.
5
Ibid, hlm. 12.
6

mengajar di sekolah. Bahkan ketika terjadi pertemuan antara siswa dengan

guru di luar jam sekolah. Hal ini adalah bentuk ketawadhu‟an siswa terhadap

orang yang telah berjasa mentransferkan kemampuannya. Dengan

diterapkannya hal ini maka siswa tidak hanya cerdas dan sisi intelektual saja,

tetapi juga matang di sisi emosionalnya.

Menurut rohinah. dalam buku (mengembangkan karakter anak secara

efektif di sekolah dan rumah) bahwa dalam pendidikan karakter, terdapat

enam nilai etika utama (core ethical values) seperti yang tertuang dalam

deklarasi aspek yaitu meliputi), (1) dapat dipercaya (trustworthy) seperti sifat

jujur (honesty) dan integritas (integrity), (2) memperlakukan orang lain

dengan hormat (treats people with respect), (3) bertanggung jawab

(responsible), (4) adil (fair), (5) kasih sayang (caring), dan (6) warga Negara

yang baik (good citizen).6

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan

hasil berapa hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar

adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

tingkah lakunya.

Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari

proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being

attained). Kendala atau kesulitan dalam pelaksanaan yang dihadapi guru


6
Rohinah. M. Noor, Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan
Rumah, (Jakarta: Pedagogia, 2012), hlm. 35
7

maupun peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran Bahasa Jawa

masih saja terjadi, sebagai hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada

tanggal 19 November 2021 pada siswa di MI Jabalkat. Kendala tersebut

adalah masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM (70).

Sedangkan kesulitan tersebut adalah siswa kurang fokus dalam

mengikuti pembelajaran. Untuk mendapatkan suatu hasil belajar optimal,

banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar-mengajar. Sebagai contoh

bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media

yang digunakan dan lain-lain. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya dengan

memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi agar diperoleh

peningkatan hasil belajar peserta didik khususnya pelajaran Bahasa Jawa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian terfokus pada

usaha-usaha yang ditempuh oleh guru kelas di MI Jabalkat dalam

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Jawa.

Dengan latar belakang tersebut peneliti menimpulkan judul yang di

ambil dalam penelitian ini yang berjudul “Peran Guru Dalam Meningkatkan

Nilai Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Pada Peserta Didik

Di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, fokus penelitian

yang akan dikaji adalah peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa

melalui pembelajaran Bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur'an


8

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Dari fokus tersebut dapat dijabarkan

dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru sebagai demonstrator dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung?

2. Bagaimana peran guru sebagai motivator dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung?

3. Bagaimana peran guru sebagai evaluator dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan peran guru sebagai demonstator dalam

meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di

MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

2. Untuk mendeskripsikan peran guru sebagai motivator dalam meningkatkan

nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.


9

3. Untuk mendeskripsikan peran guru sebagai evaluator dalam

meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di

MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

D. Kegunaan penelitian

Berdasarkan tujuan peneliti diatas, maka hasil dari penelitian ini

diharapkan bisa memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun

secara praktis. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan sesuai dengan

masalah yang diangkat diatas adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah MI Al-Qur’an Jabalkat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pijakan ataupun pertimbangan

dalam meningkatkan nilai karakter siswa khususnya melalui

pembelajaran bahasa Jawa pada lembaga pendidikan MI Al-Qur’an

Jabalkat.

2. Bagi Guru MI Al-Qur’an Jabalkat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evalusai atau referensi

oleh tenaga pendidik yang ada di MI Al-Qur’an Jabalkat. Sehingga dapat

meminimalisir hambatan dalam meningkatkan nilai karakter siswa pada

pembelajaran bahasa Jawa dimasa yang akan datang.

3. Bagi Orang tua Siswa MI Al-Qur’an Jabalkat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

mengembangkan dan mendukung anaknya untuk menanamkan nilai


10

karakter serta unggah-ungguh, baik di sekolah maupun ketika berada di

rumah.

4. Bagi Peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai petunjuk atau

arahan, acuan serta bahan pertimbangan bagi peneliti atau instansi yang

mengadakan pengkajian lanjut yang relevan dan sesuai dengan hasil

kajian yang lebih mendalam dan komprehensif yang terkait tentang

pembelajaran pendidikan karakter.

E. Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini memuat beberapa istilah-istilah yang dipandang

penting untuk dijelaskan agar memiliki pemahaman yang sama mengenai

konsep yang dimaksud secara konseptual dan operasional, yaitu:

1. Penegasan Konseptual

a. Peran Guru

Peran guru merupakan keseluruhan tingkah laku yang harus

dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik atau guru memiliki

peran penting sebagai penentu keberhasilan kependidikan, sebab seorang

guru adalah kunci utama terhadap keberhasilan pendidikan.7

Peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan


7
Uyoh Sadulloh, Pendagogik (Ilmu Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 128
11

dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya. 8

b. Nilai Karakter

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai

tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain.9 Sementara dalam kamus

sosiologi, karakter diartikan sebagai ciri khusus dari struktur dasar

kepribadian seseorang (karakter; watak).10

Menurut Suyadi, dalam persepsi Kemendiknas terdapat 18 nilai

karakter yang tertuang dalam buku pengembangan pendidikan dan

budaya dan karakter bangsa yang disusun kementerian pendidikan

nasional melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum

diantaranya:11

1) Religious, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

melasanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk

dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

(aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006),
hlm. 4
9
Ira M. Lapindus, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hlm. 445
10
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), hlm. 74.
11
Suyadi, Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: Mentari Pustaka,
2012), hlm. 24-26.
12

2) Jujur, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,

mengatakan yang benar dan melakukan yang benar) sehingga

menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat

dipercaya.

3) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan dan tata tertib yang berlaku.

4) Komunikasi, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun

sehingga tercipta kerjasama sesara kolaboratif dengan baik.

5) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkannya.

6) Tanggung jawab, yakni sikap dan prilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan

diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

c. Pembelajaran Bahasa Jawa

Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan pengembangan dan

penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi

pencapaian tujuan yang lebih spesifik. Begitu pula yang terjadi pada

pembelajaran Bahasa Jawa didalamnya terintegrasi nilai – nilai karakter


13

sopan santun dalam berbahasa. Nilai – nilai karakter yang di integrasikan

perlu dicantumkan kedalam silabus. Pendidik harus bisa memastikan

bahwa pembelajaran dalam kelas telah memberikan dampak instruksional

dan atau pengiring pembentukan karakter pada anak. Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Jawa sebagai sumber pendidikan karakter setidaknya

harus dibawa pada tiga fungsi pokok bahasa, yaitu sebagai alat

komunikasi, edukasi, dan kultural. Karna Bahasa Jawa memberikan

tuntunan moral dan ketuhanan untuk hidup bermakna dan mendambakan

kelepasan jiwa dalam kesempurnaan.12

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan

secara khusus di lingkungan etnis Jawa dan digunakan sebagai bahasa

pergaulan untuk berinteraksi sosial. Pemerintah daerah provinsi Jawa

Timur turut serta membuat undang-undang untuk melindungi keberadaan

bahasa Jawa sebagai warisan budaya. Peraturan Gubernur Jawa Timur

mengatur tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa sebagai

Muatan Lokal Wajib di Provinsi Jawa Timur, tepatnya terdapat pada

Pergub No. 19 Tahun 2014.13

2. Penegasan Oprasional

Berdasarkan penegasan konseptual yang sudah dipaparkan diatas

maka pembahasan mengenai “Peran Guru Dalam Meningkatkan Nilai

12
Puja Raharja, Kebudayaan Jawa Perpaduan dengan Islam, (Yogyakarta: IPI, 1995),
hlm. 195
13
Pergub No.19 Tahun 2014
14

Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Pada Peserta Didik Di

MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung” yang akan

mendeskripsikan bagaimana: (1) Peran guru sebagai demonstator dalam

meningkatkan nilai karakter siswa pada peserta didik di MI Al- Qur’an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung, (2) Peran guru sebagai motivator

dalam meningkatkan nilai karakter siswa pada peserta didik di MI Al-

Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung, (3) Peran guru sebagai

evaluator dalam meningkatkan nilai karakter siswa pada peserta didik di

MI Al- Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

Penelitian ini terfokus pada guru mata pelajaran bahasa Jawa di

kelas V MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Terdapat

dua kelas linier yaitu kelas V-A dan kelas V-B.

Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan nilai – nilai karakter siswa dan pembelajaran bahasa jawa

tetap berkembang dengan hasil yang maksimal

F. Sistematika Penulisan

Peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis, agar

pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, serta sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Adapun secara sistematika penulisan yang akan

disusun nantinya yaitu meliputi:


15

1. Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, moto, persembahan, kata pengantar,

daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak.

2. Bagian Inti

Pada bagian inti ini memuat uraian sebagai berikut:

Bab I: pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, keguanaan penelitian,

penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II: Kajian pustaka, pada bab ini diuraikan tentang kajian fokus,

penelitian terdahulu, dan paradigm penelitian.

Bab III: Metode penelitian, pada bab ini diuraikan tentang rancangan

penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data penelitian,

tekniknpengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan

dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV: Hasil Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang deskripsi data,

temuan penelitian dan analisis data.

Bab V: Pembahasan

Bab VI: Penutup, pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan, dan saran.
16

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir ini memuat uraian tentang daftar rujukan, lampiran

- lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat hidup.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Peran Guru

a. Pengertian Peran Guru

Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena

guru adalah orang yang langsung berinteraksi dengan anak didik,

memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus

bersemangat dalam belajar, berkarya, dan berprestasi.14

Peran guru merupakan keseluruhan tingkah laku yang harus

dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, pendidik atau guru memiliki

peran penting sebagai penentu keberhasilan kependidikan, sebab

seorang guru adalah kunci utama terhadap keberhasilan pendidikan.15

Peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan

dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa

yang menjadi tujuannya.16

14
Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm. 58
15
Uyoh Sadulloh, Pendagogik (Ilmu Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 128
16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006),
hlm. 4

17
18

Keberadaan guru sebagai salah satu komponen pendidikan, tidak

hanya sebagai tenaga pengajar saja melainkan juga sebagai pendidik,

artinya guru tidak hanya memberikan konsep berfikir melainkan juga

harus dapat menumbuhnkan prakarsa motivasi, dan aktualisasi pada

diri peserta didik kearah pencampaian tujuan pendidikan nasional yang

telah ditetapkan.17

Peran guru dalam proses pendidikan sangatlah penting, karena

dalam hal ini guru harus bertanggung jawab penuh untuk

melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan. seperti yang

diungkapkan Mulyasa bahwa :

“Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya

secara optimal. Minat, bakat kemampuan, dan potensi-potensi yang

dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal

tampa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan

peserta didik secara individual, karena anatara satu peserta didik

dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.”18

Adapun menurut Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai

komunikator, sahabat, pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing

17
Nunu Ahmad, Pendidikan Agama di Indonesia, (Jakarta: Puslibat Pendidikan Agama
dan Keagamaan, 2010), hlm. 283
18
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 35
19

dan pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai - nilai, orang

yang menguasai bahan yang diajarkan.19

Banyak sekali peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik,

atau siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai guru. Diantaranya

seperti yang diuraikan dibawah ini:

1) Peran guru sebagai motivator

Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik

agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi,

guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak

didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat

guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi

edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan

sebagainya. motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan

memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar

memberikan penguatan dan sebagianya, juga dapat memberikan

motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan

guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena

menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran

sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi

diri.20

19
Sadirman, A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 143
20
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hlm. 43
20

Guru harus dapat memberikan minat belajar kepada para peserta

didik sehingga semangat belajar mereka tetap tinggi. Ada empat hal

yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi ini yaitu: 21

a) Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

b) Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat

dilakukan pada akhir pengajaran.

c) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang akan dicapai sehingga

dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik di

kemudian hari.

d) Membentuk kebiasaan belajar yang baik

2) Peran guru sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas

yang memungkinkan kemudahaan kegiatan belajar anak didik.

Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas

yang engap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang

kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena

itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga

akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.22

3) Peran guru sebagai pembimbing

Peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang

telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus

lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk


21
Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan Pembaharuan dan
Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya). hlm. 107
22
Ibid, hlm. 45
21

membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik

menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi

semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi,

bagaimana pun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat

anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).23

4) Peran guru sebagai demonstator

Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk menunjukkan

kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti

dan memahami setiap pesan yang disampaikan.24

Guru sebagai demonstrator, guru mempertunjukkan kepada siswa

segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan

memahami setiap pesan yang disampaikan dalam arti guru harus

menunjukkan sifat-sifat terpuji agar menjadi teladan bagi setiap siswa

dan guru dapat mengatur strategi pembelajaran yang efektif.25

5) Peran guru sebagai evaluator

Sebagai Evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Yang mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan

23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik......................hlm. 48
24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. V;
Jakarta: PT Kencana, 2006), hlm. 25
25
Suyanto, Menjadi Guru Profesional (Jakarta: Erlangga, 2013), 34-35.
22

siswa dalam menyerap materi dan untuk menentukan keberhasilan

guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan .26

Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai

dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun penilai

program pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki

pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagaimana

memahami penilaian hasil belajar. Sebagai perancang dan pelaksana

program pembelajaran, dia memerlukan baikan tentang efektifitas

programnya agar bias menentukan apakah program yang direncanakan

dapat dilaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Perlu diingat bahwa

penilaian bukan merupakan tujuan, melainkan alat untuk mencapai

tujuan.27

b. Peran guru dalam proses pembelajaran

Peran guru yang paling mendalam, proses pembelajaran yang

merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya

terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen

tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga katagori yaitu : guru, isis

materi pelajaran, dan siswa. Peran guru dalam proses pembelajaran

yang dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam menjalankan tugas

ialah sebagai berikut:

26
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), hlm. 192
27
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Cet. VIII; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 41
23

1) Merencanakan pembelajaran Perencanaan yang dibuat merupakan

antisipasi dan pikiran tentang apa yang akan dilakukan dalam

pembelajaran sehingga tercipta situasi yang mungkin terjadinya

proses belajar yang dapat mengatur siswa mencapai tujuan.

2) Melaksanakan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran berpegang

pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun situasi yang

dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran mempunyai

pengaruh besar terhadap proses pembelajaran, oleh karena itu guru

sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi sehingga

dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan

situasi yang dihadapi.

3) Mengevaluasi pembelajaran Evaluasi merupakan umpan balik

sebagai dasar memperbaiki sistem pembelajaran, pelaksanaan

evaluasi harus berikap continue, setiap kali dilaksanakan proses

pembelajaran harus di evaluasi. Oleh karena itu agar evaluasi

memberikan manfaat yang besar terhadap sistem pembelajaran

hendaknya dilaksanakan setiap kali selesai proses pembelajaran.

4) Memberikan umpan balik Menurut Stone dan Nielson, umpan balik

mempunyai fungsi membantu siswa memelihara minat dan antusias

siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Upaya memberikan

umpan balik harus dilakukan secara terus-menerus dengan


24

demikian minat dan antusias siswa dalam belajar selalu

terpelihara.28

2. Nilai Karakter

a. Pengertian Nilai Karakter

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter diartikan

sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.29

Sementara dalam kamus sosiologi, karakter diartikan sebagai ciri

khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang (karakter;

watak).30

Karakter menurut Mulyasa, karakter merupakan sifat alami

seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang

diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur,

bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai

karakter mulia lainnya. Lebih lanjut ia menyatakan, istilah

karakter berkaitan erat dengan personality (kepribadian),

seseorang sehingga ia disebut orang yang berkarakter (a person

of character). Ditinjau dalam pemikiran Islam, karakter

berkaitan dengan iman dan ihsan.31

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)

28
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2013), hlm. 21-22
29
Ira M. Lapindus, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm.
445
30
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), hlm. 74.
31
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 3-4
25

merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus

digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di

Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan

nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia

Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan

pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional

menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa.32

Karakter sering dihubungkan dengan moral, Larry dan

Darcia menjelaskan tentang karakter moral. Karakter moral

terdiri dari kebajikan yang dibedakan menjadi dua yaitu

kebajikan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kebajikan tingkat

rendah meliputi sifat terpuji seperti empati, kasih sayang,

keadilan, kejujuran, kedermawanan, ketekunan, dan sebagainya.

Dan kebajikan tingkat tinggi memiliki generalitas yang lebih

32
Said Hamid Hasan, dkk, Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa (Jakarta:
Kemendiknas Balitbang Puskur, 2010), hlm.2
26

besar, yang meliputi tekad (kontrol diri) dan integritas yang

mengacu pada konsistensi diri internal.33

Adapun yang telah dipaparkan oleh Thomas Lickona untuk

memberikan suatu cara berpikir tentang karakter yang tepat bagi

pendidikan nilai. Menurut beliau karakter yang baik adalah

terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang

baik, dan melakukan hal yang baik- kebiasaaan dalam cara

berfikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.

Pengertian kebiasaan menurut Witherington dalam kutipan

Djaali adalah “an acquired way of acting wich is persistent,

uniform, and fairly automatic”, kebiasaan merupakan cara

bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang,

yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.34

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter

di Indonesia diidentifikasi berasal dari 4 sumber. Diantaranya

yaitu agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional

dalam UU RI no 20 tahun 2003. Berdasarkan sumber tersebut

maka secara keseluruhan teridentifikasi sejumlah nilai untuk

pendidikan karakter ada 18 nilai yaitu jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

33
Larry P. Nucci, et. al., Handbook Pendidikan Moral dan Karakter, terj. Imam Baehaqie,
et. al., (Bandung: Penerbit Nusa Media,2014), hlm.50
34
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 128
27

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, dan religius. 35

Berikut ini 18 nilai karakter versi Kemendiknas

sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum:36

1) Religius

Kepatuhan dan ketaatan dalam memahami dan

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, termasuk dalam

hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, serta hidup rukun dan berdampingan dengan

pemeluk agama lain.

2) Jujur

Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan dan perbuatan (megetahui apa yang

benar, mengatakan apa yang benar, dan melakukan apa yang

benar) sehingga menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

35
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Implementasinya secara
Terpadu di Lingkungan keluarga, sekolah Perguruan Tinggi dan Masyarakat), (Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 39-42
36
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Karakter Budaya dan
Karater Bangsa, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasioanal, 2010), hlm. 8.
28

3) Toleransi

Sikap dan perilaku menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan hal-hal lain yang berbeda dengan

dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di

tengah perbedaan tersebut.

4) Disiplin

Kebiasaan dan tindakan yang menunjukan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang

berlaku.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya secara sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan berbagaitugas, permasalahan,

pekerjaan dan lain - lain dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif

Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selau

menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang

lebih baik dari sebelumnya.

7) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun pesoalan.

Dalam hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara


29

kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan

tanggung jawab kepada orang lain.

8) Menghargai prestasi

Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui

kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat

berprestasi yang lebih tinggi.

9) Rasa ingin tahu

Cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan rasa

penasaran dan keingintahuan terhadap segala sesuatu sehinga

selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan

meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10) Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11) Cinta tanah air

Sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,

peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya sehingga tidak

mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan

bangsa sendiri.

12) Menghargai prestasi


30

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui serta menghormati orang lain.

13) Bersahabat/ komunikatif

Sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui

komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama secara

kolaboratif dengan baik.

14) Cinta damai

Sikap dan tindakan yang mencerminkan suasana damai,

aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam

komunitas atau masyarakat tertentu.

15) Gemar membaca

Kebiasaaan menyediakan waktusecara khususdengan tanpa

paksaan untuk membaca berbagai bacaan untuk memperoleh

informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya

yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi.


31

17) Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya baik yang berkaitan dengan diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara,

dan Tuhan Yang Maha Esa.

b. Prinsip Penanaman Nilai – Nilai Karakter

Menurut Lickona, Schaps dan Lewis bahwa pendidikan

karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut:37

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis

karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya

mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang yang menghargai semua pserta didik,

37
E. Schaps, T. Lickona. dan C. Lewis, CEP‟s Eleven Principles of Effective character
Education. Character Education Partnership, (Washington: DC, 2003) hlm.87-88
32

membangun karakter mereka dan membantu mmereka

untuk meraih sukses.

7) Mengusahakan tumbuhanya motovasi diri pada peserta

didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas

moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan

karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan

luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai

mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan menifestasi karakter positif dalam

kehidupan peserta didik.

3. Pembelajaran Bahasa Jawa

a. Definisi Pembelajaran Bahasa Jawa

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai

sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual

seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui

pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan,

aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi

dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar


33

yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan

pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.38

Pada jenjang pendidikan dasar, yang dalam hal ini di

Madrasah Ibtidaiyah (MI), mata pelajaran Bahasa Jawa termasuk

dalam kurikulum Muatan Lokal. Kurikulum Muatan Lokal ialah

program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan

dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan

daerah dan wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu.

Lingkup isi/jenis Muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, Bahasa

inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat

istiadat dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan

alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang

bersangkutan.39 Dengan demikian, kurikulum Muatan Lokal

disusun untuk mewujudkan pelestarian dan pengembangan serta

memberikan keterampilan bagi peserta didik sebagai pewaris

budaya nenek moyang yang bernilai tinggi.

Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan pengembangan dan

penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk

memfasilitasi pencapaian tujuan yang lebih spesifik. Begitu pula

yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Jawa didalamnya

terintegrasi nilai – nilai karakter sopan santun dalam berbahasa.

38
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 85
39
Mulyana, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm 33
34

Nilai – nilai karakter yang di integrasikan perlu dicantumkan

kedalam silabus. Pendidik harus bisa memastikan bahwa

pembelajaran dalam kelas telah memberikan dampak instruksional

dan atau pengiring pembentukan karakter pada anak. Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Jawa sebagai sumber pendidikan karakter

setidaknya harus dibawa pada tiga fungsi pokok bahasa, yaitu

sebagai alat komunikasi, edukasi, dan kultural. Karna Bahasa Jawa

memberikan tuntunan moral dan ketuhanan untuk hidup bermakna

dan mendambakan kelepasan jiwa dalam kesempurnaan.40

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang

digunakan secara khusus di lingkungan etnis Jawa dan digunakan

sebagai bahasa pergaulan untuk berinteraksi sosial. Pemerintah

daerah provinsi Jawa Timur turut serta membuat undang-undang

untuk melindungi keberadaan bahasa Jawa sebagai warisan

budaya. Peraturan Gubernur Jawa Timur mengatur tentang

pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal

Wajib di Provinsi Jawa Timur, tepatnya terdapat pada Pergub No.

19 Tahun 2014.41

Pembelajaran Pendidikan Bahasa Jawa mengajarkan siswa

untuk mengenal adanya unggah-ungguh basa yang merupakan

bentuk kesantunan dalam berbicara sesuai dengan kaidah tingkat

tutur Bahasa Jawa. Kesantunan berbahasa Jawa, yang terbalut


40
Puja Raharja, Kebudayaan Jawa Perpaduan dengan Islam, (Yogyakarta: IPI, 1995),
hlm. 195
41
Pergub No.19 Tahun 2014
35

dalam kaidah unggah-ungguh mengajarkan supaya penutur

menghormati lawan tuturnya. Pola kesantunan untuk menghormati

lawan bicara dapat terlihat dari pemilihan kata yang digunakan

dalam kalimat yang ujarkan. Pemilihan kata harus tidak

meninggalkan pola kesantunan, sebab dalam budaya Jawa,

kesopanan akan terlihat pada pengucapan dan perilaku. Hal ini

merupakan bentuk peranan yang harus dikelola oleh sekolah

dengan memberikan fasilitas dan iklim pembelajaran yang

menyenangkan untuk mengasah ketrampilan berbahasa siswa.

Adanya pembelajaran Bahasa Jawa diharapkan dapat mencetak

generasi Jawa yang mampu mempraktikkan kemampuan berbahasa

sesuai dengan kaidah kebahasaan yang sekaligus dapat

menampilkan kepribadian masyarakat Jawa. 42

Salah satu kompetensi yang perlu dikembangkan dalam

Bahasa Jawa adalah keterampilan berbicara. Apabila siswa dapat

terampil berbicara bahasa Jawa, siswa tersebut akan mempunyai

budi pekerti dan sopan santun. Hal ini karena dalam bahasa Jawa

terdapat terdapat tingakatan-tingkatan bahasa atau undha usuk

basa. Undha usuk basa di zaman modern dibedakan menjadi dua,

yakni ngoko dan krama. Bahasa ngoko terdiri atas ngoko alus dan

ngoko lugu, serta basa krama terdiri atas krama limrah (lugu) dan

krama alus. Penjelasan mengenai keterampilan berbicara tersebut

42
Sudjarwadi, Strategi Pembelajaran Bahasa Jawa Bagi Anak-Anak. Makalah
(Semarang: Kongres Bahasa jawa IV, 2010), hlm.10
36

juga sama dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa

yakni siswa dituntut untuk bisa menerapkan berbagai ragam bahasa

Jawa secara baik dan benar. Baik dan benar dalam hal ini yakni

siswa berbicara dengan siapa, dimana, dan pada posisi bagaimana.

Misalnya sedang bicara dengan anak kecil, teman sebaya, orang

tua, guru, orang yang lebih dihormati, dan lain-lain tentulah

menggunakan ragam bahasa yang berbeda-beda.43

Permasalahan mengenai mata pelajaran bahasa Jawa yang

tidak dapat berkembang dapat diketahui dari minimnya siswa yang

tidak tepat dalam menggunakan bahasa Jawa. Adanya tingkat tutur

dalam bahasa Jawa mengakibatkan siswa kesulitan dalam

berbahasa Jawa yang baik. Siswa-siswi di sekolah sulit mengenali

tingkat tutur bahasa dalam bahasa Jawa sehingga keterampilan

berbicara bahasa Jawa menjadi sangat rendah. Banyak siswa yang

terbolak-balik dalam penggunaan bahasa Jawa. Kata-kata krama

inggil yang seharusnya untuk orang lain yang diajak berbicara

justru digunakan untuk dirinya sendiri dan juga sebaliknya. Di sisi

lain, banyak yang beranggapan bahwa bahasa Jawa itu sulit karena

terdapat beragaram kosa kata. Terlebih lagi dengan adanya

tingkatan dalam berbahasa membuat orang awam menilai bahwa

bahasa Jawa membeda-bedakan strata sosial. Padahal tujuan dari

43
Haryana Harjawiyana dan Th. Supriya, Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawa,
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 18-19
37

unggah-ungguh basa termasuk di bukan itu, namun hanya untuk

menghormati orang lain yang diajak berbicara.44

b. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Jawa

Sebagai salah satu bahasa daerah yang berkembang di

Indonesia, bahasa Jawa mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Sebagai lambang kebanggaan daerah

2) Lambang identitas daerah

45
3) Alat berhubungan di dalam keluarga masyarakat daerah.

c. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Jawa

Mata pelajaran Bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Berkomunikasi secara efektif dan sesuai dengan etika dan

budaya Jawa baik secara lisan maupun tertulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Jawa sebagia

bahasa daerah yang mendukung Bahasa Indonesia.

3) Memahami bahasa Jawa dan menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.


44
Ibid, hlm.25
45
Mulyana, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm 233
38

6) Menghargai dan mengembangkan sastra Jawa sebagai

khazanah budaya Jawa.46

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dicantumkan oleh peneliti digunakan

sebagai bembanding antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sedang dilakukan, beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian

yang sedang di diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hanif Fauzul Riza, yang berjudul

“Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Pada

Siswa Kelas IV MI Ma’arif Giriloyo I Wukirsari Imogiri Bantul”.

Jenis penelitian lapangan (field research) dan termasuk penelitian

bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, interview serta dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan; (a) Proses pembelajaran bahasa Jawa sudah

memasukkan delapan belas nilai karakter dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. (b) Nilai – nilai karakter yang terdapat dalam

Pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV MI Ma’arif Giriloyo 1 merupakan

nilai yang mengacu pada pedoman pelaksanaan pendidikan karakter

dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah dirumuskan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa. (c) Nilai –

46
DINAS PENDIDIKAN, Kurikulum Bahasa Jawa SMP/MTS Review 2008, (Semarang:
Dinas Pendidikan, 2009), hlm. 7
39

nilai karakter telah diwujudkan dalam berperilaku siswa di lingkungan

madrasah seperti: karakter Religius dalam membaca do’a, Asma‟ul

Husna dan membaca Jus „Amma, karakter jujur ketika siswa

mencocokkan soal dan menemukan uang.47

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Oktaviana, yang berjudul “Peran

Guru Dalam Membentuk Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa

Jawa Pada Kelas V Di SD Tarbiyatul Islam Kertosari Ponorogo

Tahun Pelajaran 2019/2020”. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data

dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Peran guru sebagai motivator

dalam membentuk karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa

pada kelas V yaitu guru sebagai pemerjelas tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai, guru sebagai pembangkit minat siswa, guru pemberi

motivasi kepada siswa, guru pemberi motivasi belajar berupa

nasihat dan saling berbagi pengalaman dengan siswa. (2) Peran

guru sebagai demonstrator dalam membentuk karakter siswa melalui

pembelajaran bahasa Jawa pada kelas V, yaitu. guru sebagai

pemberi metode belajar yang tepat, guru sebagai pengelola

pembelajaran secara efektif dan efisien, guru sebagai pembimbing

dalam membekali keterampilan pada siswa, guru sebagai penunjuk

kepada siswa dengan adanya segala sesuatu. (3) Peran guru sebagai
47
Nur Hanif Fauzul Riza, Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa
Pada Siswa Kelas IV MI Ma‟arif Giriloyo I Wukirsari Imogiri Bantul”, (Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,2016)
40

inovator atau pembaharu dalam membentuk karakter siswa melalui

pembelajaran bahasa Jawa kelas V yaitu. guru sebagai pembentuk

karakter siswa melalui penerapan strategi belajar yang tepat, guru

sebagai pendorong siswa dalam menggunakan bantuan teknologi

dalam proses belajar siswa, guru sebagai penolong siswa dalam

menemukan jati dirinya, guru sebagai pengembang daya pikir siswa

melalui model pembelajaran yang kreatif.48

3. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Nur Khasanah yang berjudul

“Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas IV

Di MI Ma’arif NU 02 Karanganyar Kabupaten Purbalingga”. Jenis

penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif

analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter

melalui pembelajaran bahasa jawa kelas IV di MI Ma’arif NU 02

Kalijaran Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga dilakukan

melalui tiga tahap pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.Tahap perencanaan dilakukan dengan pengintegrasian nilai-

nilai pendidikan karakter dalam RPP. Tahap pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dari pembukaan, inti,

dan penutup pembelajaran dengan nilai karakter religius, disiplin,

jujur, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab dan komunikatif.

48
Dwi Oktaviana, “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter melalui Pembelajaran
Bahasa Jawa pada Kelas V di SD Tarbiyatul Islam, Kertosari, Ponorogo Tahun Pelajaran
2019/2020”, (Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,2020)
41

Sedangkan tahap evaluasi pendidikan karakter dilakukan

menggunakan teknik tes dan non tes dengan penilaian authentic atau

pemgamatan lembar kerja siswa, pengetahuan dan kerja sama.49

4. Penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ayu Meilina yang berjudul

“Peran Guru PAI dalam Membentuk Kesantunan Berbahasa Siswa

melalui Pembiasan Bahasa Jawa Krama di MA Nurul Mujtahidin

Mlarak Ponorogo”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi

wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitiannya

menemukan bahwa: (1) kesantunan berbahasa siswa di MA Nurul

Mujtahidin Mlarak Ponorogo menunjukkan sikap yang santun,

baik dari segi bahasa maupun perilaku. Seperti tidak

meninggikan suara ketika berbicara dengan guru, sedikit

membungkukkan badan saat berbicara dengan guru dan menyapa

guru ketika bertemu guru. (2) bentuk peran guru PAI dalam

membentuk kesantunan berbahasa siswa melalui bahasa jawa krama

di MA Nurul Mujtahidin Mlarak Ponorogo dengan cara memberikan

contoh atau peneladanan dan melalukan pembiasaan kepada siswa

untuk menggunakan bahasa jawa krama. (3) implikasi bahasa jawa

krama terhadap kesantunan berbahasa siswa di MA Nurul Mujtahidin

Mlarak Ponorogo siswa tahu akan tata krama, menghormati gurunya,

memperhatikan unggah-ungguh ketika berbicara, mempunyai sikap


49
Laela Nur Khsanah, “Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas
IV Di MI Ma’arif NU 02 Karanganyar Kabupaten Purbalingga”, (Prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, IAIN Purwokerto,2020)
42

santun saat berkomunikasi, berbicara tidak menggunakan suara yang

keras, dan menjaga sopan santun.50

5. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Dwiyanti Hartina, yang

berjudul “Upaya Pembentukan Karakter Sopan Santun Siswa Dalam

Pembelajaran Bahasa Jawa Di Kelas IV MI Ma’arif NU 02

Tamansari Karangmoncol Purbalingga”. Jenis penelitian lapangan

yang bersifat kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi, wawancara serta dokumentasi,

sedangkan dalam menganalisis data menggunakan teknik reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari

penelitian ini yaitu (1) Sebagai mata pelajaran muatan lokal di Jawa

tengah, bahasa Jawa dapat menjadi salah satu media dalam

membentuk karakter siswa karena bahasa Jawa memuat pelajaran

unggah-ungguh, melatih siswa untuk berbicara dengan bahasa yang

baik dan benar, serta melestarikan bahasa lokal.(2) Upaya yang

dilakukan guru kelas IV MI Ma‟arif NU 02 Tamansari antara lain

sebagai berikut: (a) Guru menjelaskan materi pembelajaran bahasa

Jawa yang di dalamnya memuat unggah-ungguh basa untuk

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. (b) Guru menerjemahkan

kosakata yang belum diketahui siswa, mencontohkan bahasa sesuai

unggah-ungguh ketika berbicara baik dengan teman sebaya, orang tua

50
Rizka Ayu Meilina,“Peran Guru PAI dalam Membentuk Kesantunan Berbahasa Siswa
melalui Pembiasan Bahasa Jawa Krama di MA Nurul Mujtahidin Mlarak Ponorogo”, (Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo, 2021)
43

maupun yang lebih muda. (c) Guru melatih siswa untuk disiplin

ketika mengikuti pembelajaran, hal itu dapat diketahui ketika

siswa tidak memperhatikan pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung diberi sanksi berupa teguran. Hal tersebut bertujuan

untuk menanamkan karakter sopan dengan cara mendengarkan

orang lain yang sedang berbicara.51

Table 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Nama
No Judul Persamaan Perbedaan Keterangan
Peneliti
1 Nur Hanif “Pembentukan Karakter Sama – sama  Lokasi Penelitian Kualitatif
Fauzul Riza Melalui Pembelajaran membahas  Penelitin lebih
(2006) Bahasa Jawa Pada Siswa terkait fokus pada
Kelas IV MI Ma’arif pembelajaran Pembentukan
Giriloyo I Wukirsari Imogiri bahasa Jawa karakter pada
Bantul”. siswa
2 Dwi “Peran Guru Dalam Sama – sama  Lokasi Penelitian Kualitatif
Oktaviana Membentuk Karakter membahas  Penelitian lebih
(2020) Melalui Pembelajaran terkait peran fokus pada
Bahasa Jawa Pada Kelas V guru, dan pembentukan
Di Sd Tarbiyatul Islam Pembelajaran karakter
Kertosari Ponorogo Tahun bahasa Jawa
Pelajaran 2019/2020”
3 Laela Nur “Pendidikan Karakter Melalui Sama – sama  Lokasi Kualitatif
Khasanah Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas membahas penelitian
(2020) IV Di MI Ma’arif NU 02
Karanganyar Kabupaten
pendidikan  Peneliti lebih
Purbalingga” karakter, dan membatasi jenjang
pembelajaran kelas
bahasa Jawa
4 Rizka Ayu “Peran Guru PAI dalam Sama – sama  Lokasi Kualitatif
Meilina Membentuk Kesantunan membahas peran penelitian
(2021) Berbahasa Siswa melalui guru  Jenjang
Pembiasan Bahasa Jawa pendidikan
Krama di MA Nurul  Pembiasaan
Mujtahidin Mlarak bahasa Jawa

51
Pratiwi Dwiyanti Hartina, “Upaya Pembentukan Karakter Sopan Santun Siswa Dalam
Pembelajaran Bahasa Jawa Di Kelas IV MI Ma‟arif NU 02 Tamansari Karangmoncol
Purbalingga”,(Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,IAIN Purwokerto, 2021)
44

Ponorogo”
5 Pratiwi “Upaya Pembentukan Sama – sama  Lokasi Kualitatif
Dwiyanti Karakter Sopan Santun membahas penelitian
Hartina Siswa Dalam Pembelajaran pembelajaran  Membahas
(2021) Bahasa Jawa Di Kelas IV bahasa Jawa pembentukan
MI Ma’arif NU 02 karakter
Tamansari Karangmoncol
Purbalingga”

C. Paradigma Penelitian

Paradigma Penelitian disebut juga dengan kerangka berfikir.

Kerangka berfikir merupakan serangkaian konsep dan kejelasan hubungan

antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan

pustaka, dengan meninjau teori yang disusun. Digunakan sebagai dasar

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diangkat agar peneliti mudah

dalam melakukan penelitian.52

Paradigma penelitian menurut Sugiyono, merupakan pola pikir

yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti sekaligus

mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab

melalui penelitian. Teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis dan

teknik analisis dan statistik yang akan digunakan.53

52
Husain, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 3
53
Sugiyono, Metodologi Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2007), hlm. 6
45

Tabel 2.2 Paradigma Penelitian

Peran Guru

Meningkatkan Nilai
Karakter Siswa Melalui
Pembelajaran Bahasa
Jawa

Peran Guru Sebagai Peran Guru Sebagai Peran Guru Sebagai


Demostator Dalam Motivator Dalam Evaluator Dalam
Meningkatkan Nilai Meningkatkan Nilai Meningkatkan Nilai
Kaarakter Siswa Melalui Kaarakter Siswa Melalui Kaarakter Siswa Melalui
Pembelajaran Bahasa Pembelajaran Bahasa Pembelajaran Bahasa
Jawa Jawa Jawa

Tercapainya Peran Guru


Dalam Meningkatkan
Karakter Siswa
BAB III

METODE PENELITAN

A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses penyelidikan secara ilmiah

melalui sebuah pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, dan

penyimpulan data berdasarkan suatu pendekatan, metode, teknik tertentu

sebagai upaya menjawab suatu permasalahan yang diteliti.54

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana

penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah

dengan tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi dan peneliti sebagai

instrument kunci.55 Dikatakan penelitian kualitatif karena peneliti dalam

mendeskripsikan sebuah fenomena atau kejadian yang sedang diteliti

secara terperinci dan detail. Dengan demikian penelitian kulaitatif adalah

penelitian yang menghasilkan data berupa deskripsi secara terperinci dan

bukan berupa angka-angka. Penelitian kualitatif akan menjelaskan lebih

detail terkait judul yang diambil yaitu peran guru dalam meningkatkan

nilai karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada peserta

didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

54
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2
55
Albi Anggito & Johan Setiawan, Penelitian Kualitatif, (Sukabumi : CV Jejak, 2018),
hlm 7

46
47

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian studi kasus. Jenis

penelitian studi kasus yaitu mendeskripsikan suatu latar belakang suatu

obyek atau peristiwa secara rinci dan mendalam.56

Dengan demikian penelitian ini akan mendiskripsikan fenomena-

fenomena atau kejadian sesuai dengan rumusan masalah yang sudah

dijelaskan secara terperinci sesuai dengan kenyataan lapangan.

Jadi dalam penelitian ini akan meneliti secara terperinci

menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis studi kasus. Sehingga akan

memaparkan hasil penelitian dalam bentuk deskripsi rinci dan sesuai

dengan keadaan yang ada dilapangan.

B. Kehadiran Penelitian

Kehadiran penelitian dilapangan merupakan suatu mutlak karena

peneliti bertindak sebagai instrument penelitian sekaligus pengumpulan

data.57 Kehadiran penelitian dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan

karena digunakna sebagai pengumpulan data yang diperlukan serta perlunya

diadakan pengecekan keabsahan data yang diperoleh. Karena dalam

penelitian kulaitatif peneliti mencari data dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung ke lokasi ataupun sumber data yang lain dengan teliti dan

rinci.

56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penetian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), hlm. 119
57
Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat : CV
Jejak, 2018), hlm.75
48

Penelitian ini akan memperoleh data dengan cara wawancara dan

observasi serta peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Maka dari itu

peneliti harus teliti dan hati-hati dalam mengambil data yang diperlukan

karena harus sesuai dengan kenyataan dan dapat dipertanggungjawabkan atas

data yang telah didapatkan.

Dalam penelitian tentang peran guru dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada peserta didik di MI

Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Peneliti memposisikan diri

sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Sehingga peneliti terjun

langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara terang-

terangan. Lebih tepatnya kehadiran peneliti diketahui pihak MI Al-Qur’an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung sebagai peneliti yang sedang mencari

data guna menyelesaikan penelitiannya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan ilmu pendidikan sehingga peneliti

mengambil lokasi penelitian di sebuah lembaga pendidikan yaitu MI Al-

Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Alasan peneliti memilih MI

Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung sebagai lokasi penelitian

dikarenakan peneliti sudah melakukan praktik mengajar yang disebut magang

sebagai salah satu persyaratan kelulusan. Dengan demikian sedikit banyak

peneliti mengetahui keadaan yang sedang dialami saat ini.


49

Sekolah terletak di Desa Sambijajar Kecamatan Sumbergempol

Kabupaten Tulungagung. Letak sekolah tidak jauh dari jalan raya, kondisi

sekolah cukup baik dan sarana prasarana juga cukup lengkap. Sumberdaya

guru cukup memadai karena terlihat masih banyak guru yang berusia muda.

Kondisi tersebut dirasa sesuai denngan penelitian yang akan dilakukan

peneliti. Sehingga objek yang diambil peneliti yaitu MI Al-Qur’an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data yang diteiti. Sumber data merupakan subjek dari

mana data tersebut diperoleh.58 Dalam penelitian ini sumber data atau data

yang diperoleh bersumber dari dua kategori yaitu primer dan sekunder

sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang

yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut.59 Yang dimaksud

data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diambil oleh peneliti

terkait peran guru sebagai demonstrator, motivator dan evaluator dalam

meningkatkan nilai – nilai karakter melalui pembelajaran bahasa Jawa

melalui pengamatan dan wawancara kepada guru bahasa Jawa dan kepala

sekolah di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.


58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penrlitian: Suatu Pendekatan Praktikum, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2020), hlm. 172
59
Ibid, hlm. 54
50

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan

oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut.60 Data ini bersifat

menunjang dan melengkapi data primer dapat berupa sejarah berdirinya

MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung dan dokumen-

dokumen lainnya yang mendukung terhadap data primer.

Dengan demikian peneliti secara langsung mengambil data yang

diperlukan dengan cara terjun ke lokasi untuk mengumpulkan data

sebanyak mungkin yang berkaitan dengan peran guru dalam

meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa

pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung

dan nantinya akan dipilah sesuai dengan kebutuhan penelitian juga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan penentu dalam proses pengambilan

data. Karena teknik pengumpulan data merupakan cara yag dipilih oleh

peneliti dalam mengambil data dilapangan. Dengan teknik ini data akan

didapat untuk diolah, dengan demikian dalam penelitian ini peneliti dalam

memperoleh data mengenai peran guru dalam meningkatkan nilai karakter

siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung menggunakan beberapa teknik yaitu:

1. Observasi

60
Ibid, hlm. 54-55
51

Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.61

Prinsip umum dalam melakukan observasi adalah pengamat tidak

memberikan perlakuan tertentu kepada subjek yang diamati, melainkan

membiarkan subjek yang sedang diamati berucap dan bertindak sama

persis sesuai dengan kehidupan mereka dalam keseharian.62

Jadi observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

dalam mencari data dengan terjun langsung ke lokasi guna melakukan

mengamatan dengan memanfaatkan seluruh indra yang ada dalam diri.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terkait dengan peran

guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa terutama terkait peran guru sebagai demonstator, motivator,

dan evaluator yang dilakukan didalam maupun diluar kelas pada peserta

didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung guna

memenuhi data yang diperlukan.

2. Wawancara Semi Tersetruktur

Wawancara adalah komunikasi anatar dua pihak atau lebih yang

bisa dilakukan dengan tatap muka di mana salah satu pihak berperan

sebagai interviewer dan pihak lainnya berperan sebagai interviewee

61
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 63
62
Amir Syamsudin, Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk
Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Anak, Volume III,
Edisi 1, Juni 2014, hlm. 404
52

dengan tujuan tetentu.63 Jenis wawancara ada tiga yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semi tersetruktur dan wawancara tidak tersetruktur.

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunkaan wawancara

semi tersetruktur. Dimana interviewee memepersiapkan daftar pertanyaan

yang akan diajukan kepada interviewer, akan tetapi urutan pengajuan

pertanyaan – pertanyaan bersifat fleksibel karena bergantung pada arah

pembicaraan.64

Dengan demikian peneliti menyiapkan daftar pertanyaan terkait

peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa terutama terkait peran guru sebagai demonstator, motivator,

dan evaluator yang dilakukan didalam maupun diluar kelas pada peserta

didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Peneliti

memilih wawancara semi terstruktur dikarenakan agar mendapat informasi

lebih mendalam terkait hal yang dibutuhkan. Mulai dari guru, siswa dan

kepala sekolah yang ada di MI Al – Qur’an Jabalkat Sumbergempol

Tulungagung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau orang lain tentang subjek.65

63
R.A. Fadhallah, Wawancara, (Jakarta Timur: UNJ Press, 2021), hlm 2
64
Ibid, hlm. 8
65
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (CV Jejak:
Sukabumi, 2018), hlm. 153
53

Menurut sugiyono dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar

atau karya-karya monumental dari seseorang. Sedangkan menurut

Arikunto dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan, transkip, buku, surta kabar, jurnal, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan lain sebagaianya.66

Dengan demikian peneliti mengumpulkan data dari dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan peran guru dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada peserta didik di MI

Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung atau aktivitas yang

pernah terjadi di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

Dokumentasi ini sebagai pelengkap dari observasi dan wawancara

yang sudah dilakukan peneliti dalam memperoleh informasi. Dengan ini

peneliti dapat menambah informasi terkait peran guru dalam meningkatkan

nilai karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada peserta didik

di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir analisis data adalah upaya mencari dan menata

secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasuss yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Kegiatan analisis data

66
Suci Arischa, Analisis Beban Kerja Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Ligkungan
Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, Vol. 6: Edisi 1 Januari – Juni 2019, hlm.8
54

menyatu dengan aktivitas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan

penyimpulan hasil temuan.67

Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas maka teknik analisis data

ada empat tahapan diantaranya yaitu:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lapangan berkaitan dengan teknik pengambilan

data dan juga sumber serta jenis data . Sumber data dalam penelitian

kulaitataif setidaknya mencakup kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen atau sumber data tertulis, foto, dan

statistik.68

Jadi pengumpulan data dilapangan sangat penting dan harus mencari

sebanyak mungkin dan sedetail mungkin. Yang nantinya akan digunakan

sebagai laporan yang akan dilaporkan sesuai dengan penelitian yang sudah

dilakukan. Data yang dikumpulkan dilapangan merupakan data yang

sesuai kenyataan sehingga bisa dibuktikan kebenaranya.

2. Kondensasi Data

Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,

menyederhanakan, mengabstraksikan , dan menstransformasikan data

yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan lapangan secara tertulis,

transkip wawancara, dokumen-dokumen dan materi empiris.69

67
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33 januari-Juni 2018, hlm. 84-85
68
Ibid, hlm. 85-86
69
Alfi Haris Wanto, Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Publik Berbasis Konsep Smart City, Vol. 2, No. 1, November Tahun 2017, hlm. 42
55

Dalam hal ini kondensasi data dilakukan sampai proses pengumpulan

data berakhir. Data yang dikondensasi berasal dari observasi, wawancara

dan dokumentasi yang dilakukan peneliti. Dari data yang diperoleh

kemudian data dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan yaitu mengenai

peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol

Tulungagung.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesismpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks

naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan dan bagan.70

Jadi setelah dari proses reduksi data yang menghasilkan data sudah

tersusun secara sistematis, selanjutnya akan dilanjutkan kepada tahap

penyajian data dimana data dikelompokkan sesuai dengan fokus penleitian

yang sudah ditentukan di awal.

Data yang diperoleh peneliti berupa uraian terkait informasi peran

guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol

Tulungagung dan dalam tahap penyajian data ini akan disajikan dalam

bentuk tulisan yang sudah disusun sesuai dengan fokus penelitian dan

sesuai sistematika yang sudah ditentukan.

70
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Vol. 17 No. 33 januari-Juni 2018, hlm. 94
56

4. Penyimpulan Hasil Temuan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus

selama berada dilapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola,

penjelasan-penjelsan, konfigurasi – konfiguras yang mungkin, alur sebab

akibat dan populasi.71

Dalam tahap penyimpulan hasil temuan ini akan menjawab fokus

penelitian yang sudah ditentukan atau bahkan tidak. Karena kesimpulan

awal dapat berubah ketika tidak ada bukti yang valid dan sebaliknya jika

ada bukti yang valid akan menjadi sebuah penemuan baru.

Dengan demikian dalam sebuah penelitian tidak menjamin

kesimpulan awal dan akhir sama karena masih ada proses pencarian bukti

– bukti pendukung agar menguatkan hasil temuan yang dilakukan peneliti.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian kualittaif disebut

dengan pemerikasaan keabsahan data. Formulasi keabsahan data menyangkut

kriteria derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Dari keempat

kriteria tersebut pendekatan kualitatif memiliki delapan teknik pemeriksaan

data, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,

71
Ibid, hlm. 94
57

pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negative pengecekan

anggota dan uraian rinci.72

Dalam penelitian ini dari delapan teknik pengujian peneliti mengambil dua

teknik yaitu:

1. Perpanjang keikutsertaan atau perpanjang kehadiran

Keterlibatan peneliti dalam mengumpulkan data tidak bisa hanya

dalam waktu yang singkat, oleh karenanya perlu waktu yang lama agar

mendapat informasi yang dapat dipercaya. Dengan demikian peneliti

melakuakn penelitian yag cukup lama demi mendapatkan kebenaran

datta dari guru, siswa dan kepala sekolah yang ada di MI Al- Qur’an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada.73

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti menguji data dari berbagai sumber

informan yang akan diambil datanya. Triangulasi sumber dapat

mempertajam daya, data dapat dipercaya jika dilakukan dengan

72
Sumasno Hadi, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,
Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Nomor 1 Juni 2016, hlm 75
73
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 324
58

cara mengecek data yang diperoleh selama perisetan melalui

beberapa sumber.74

Jadi triangulasi sumber akan memperoleh data yang dapat

dipercaya ketika data diperoleh bukan hanya satu sumber

melainkan beberapa sumber atau informan.

b. Trianggulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji daya dapat

dipercaya sebuah data yang dilakukan dengan cara mencari tahu

dan mencari kebenaran data terhadap sumber yang sama melalui

teknik yang berbeda.75

Triangulasi teknik juga akan mendapatkan data yang dapat

dipercaya atau valid ketika data tersebut diperoleh menggunakan

beberapa teknik contoh dengan wawancara, observasi dan

dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu membahas mengenai waktu yang turut

mempengaruhi daya dapat dipercaya data. Misalnya, data yang

dikumpulkan di pagi hari dengan teknik wawancara dimana saat itu

narasumber masih segar dan belum banyak masalah.76

74
Andarusni Alfansyur dan Mariyani, Seni Mengelola Data: Penerapan TRiangulasi
Teknik, Sumber dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial, Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Sejarah Vol. 5, No. 2, December 2020, hlm.149
75
Andarusni Alfansyur dan Mariyani, Seni Mengelola Data: Penerapan TRiangulasi
Teknik, Sumber dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial, Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Sejarah Vol. 5, No. 2, December 2020, hlm.149
76
Andarusni Alfansyur dan Mariyani, Seni Mengelola Data: Penerapan TRiangulasi
Teknik, Sumber dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial, Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Sejarah Vol. 5, No. 2, December 2020, hlm.149
59

Dalam triangulasi waktu data akan dikatakan valid ketika

dalam waktu yang berbeda (pagi, siang , sore maupun malam) data

yang didapatkan hasilnya tetap sama tidak ada yang berubah.

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan triangulasi sumber.

Jadi dalam pengecekan keabsahan data menggunakan tiga sumber dalam

memeperoleh data yaitu melalaui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Dengan tiga sumber yang dipilih akan menghasilkan data yang valid dan

dapat dipercaya dalam menunjnag penelitian yang dilakukan peneliti.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh

peneliti sehingga menghasilkan sebuah penelitian yang baik yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan penyiapan rancangan penelitian

(proposal penelitian), memilih lokasi penelitian sesuai dengan judul yang

dipilih, mengurus perizinan kepada MI Al – Qur’an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung sebagai tempat penelitian dilakukan,

melakukan penjajakan lapangan sebagai bentuk penyesuaian diri dengan

tempat yang akan dijadikan penelitian, serta menyiapkan perlengkapan

yang akan digunakan selama penelitian berlangsung.

2. Tahap Pekerjaan Lapangana

Pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting. Dimana

peneliti setelah memeperoleh izin memasuki MI Al – Qur’an Jabalkat


60

Sumbergempol Tulungagung segera memepersiapkan diri untuk mencari

informasi sebanyak mungkin. Dalam proses pencarian informasi atau data

peneliti harus menjaga hubungna baik dengan informan yang ada dalam

lingkungan tersebut agar berjalan lancar hingga data yang diperlukan

cukup atau batas waktu yang diberikan sudah habis. Sehingga peneliti

bisa memperoleh data terkait peran guru dalam meningkatkan nilai

karakter siswa pada peserta didik di MI Al – Qur’an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung dengan jelas dan terperinci.

3. Tahap Analaisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh mellalui hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian dipilah sesuai dengan

fokus penelitian yang sudah ditentukan. Setelah itu dilakukan pengecekan

keabsahan data dengan cara mengecek sumber data agar bisa dipercaya

dan data tersebut diyakini kebenarannya sehingga bisa ditulis sebagai

laporan.

4. Tahap Penulisan laporan

Pada tahap ini merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti.

Data yang dikumpulkan dipilah-pilah, diolah, disusun, disimpulkan dan

diverifikasi. Kemudian data dapat disajikan dalam bentuk penulisan

laporan peneitian yang berbentuk sekripsi. Dalam penyusunannya sesuai

dengan pedoman kepenulisan ilmiah yang sudah ditentukan oleh Fakultas

Tarbiah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Paparan data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik data pokok berkaitan dengan Peran Guru dalam Meningkatkan

Nilai Karakter Siswa pada peserta didik di MI Alquran Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung. Paparan data tersebut diperoleh dari sumber

data yang telah peneliti lakukan melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Dalam hal ini, tidak ada kendala yang berarti dialami oleh

peneliti untuk menggali informasi. Setelah peneliti melakukan penelitian di

MI Alquran Jabalkat dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi

maka dapat dipaparkan sebagai berikut:

Peneliti datang pertama kali di MI Alquran Jabalkat yang berada di

Desa Sambijajar pada hari Senin, 1 Agustus 2022 pukul 09.00 WIB. Peneliti

memberikan surat izin penelitian kepada salah satu guru piket yang berada

diruang TU. Guru tersebut mengatakan bahwa bapak kepala sekolah sedang

ada tugas diluar sekolah sehingga meminta peneliti untuk kembali lagi besok,

atau menghubungi terlebih dahulu bapak kepala sekolah agar bisa membuat

janji untuk bertemu.

Hari Kamis tanggal 4 Agustus 2022 setibanya di lokasi penelitian,

peneliti diarahkan oleh salah satu Ibu guru di MI Alquran Jabalkat untuk

langsung masuk ke ruang Bapak Kepala Sekolah. Diruang tersebut peneliti

disambut baik oleh Bapak Lutfi Khoiron, S.Pd. selaku Kepala Sekolah di MI

61
62

Alquran Jabalkat serta para Bapak Ibu guru yang berada diruang Bapak

Kepala Sekolah. Peneliti tiba di lokasi penelitian pukul 09.15 WIB,

sebelumnya peneliti sudah membuat janji dengan Bapak Lutfi Khoiron, S.Pd.

pukul 09.30 WIB. Di lokasi penelitian, peneliti mengutarakan niat serta

meminta izin untuk melakukan penelitian yang akan dilakukan di MI Alquran

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung. Bapak Lutfi Khoiron, S.Pd.

memberikan izin serta mengatakan bahwasannya dari pihak sekolah

menerima dengan senang hati terkait penelitian yang akan dilakukan. Peneliti

juga mengutarakan bahwasannya di dalam proses penelitian Bapak Lutfi

Khoiron, S.Pd. juga ikut andil dalam proses penelitian, dimana beliau menjadi

salah satu sumber data berupa wawancara. Peneliti juga mengutarakan bahwa

dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti terkait peran guru dalam

meningkatkan nilai karakter siswa khususnya melalui pembelajaran bahasa

Jawa pada kelas V. Pada saat itu bapak Kepala Sekolah mengiyakan

serta siap untuk melakukan wawancara dengan peneliti, disamping itu Bapak

Kepala Sekolah juga memberikan saran serta memberi rekomendasi terkait

hal – hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada waktu

bersamaan, beliau juga mempersilahkan peneliti untuk melakukan kegiatan

observasi dilingkungan sekolah dan melakukan wawancara serta pengamatan

terhadap Guru Bahasa Jawa kelas V yang dijadikan data dalam penelitian.

Kegiatan observasi tersebut dapat dilakukan jika sudah selesai melakukan

wawancara dengan beliau. Pada saat pertama kali melakukan wawancara

dengan beliau, peneliti berkonsultasi terkait alur dan proses penelitian yang
63

akan dilakukan peneliti, beliau juga memberi arahan untuk melakukan

konsultasi dengan Ibu Waka Kurikulum yaitu Ibu Filzatun Nafsi, M.Pd. agar

mempermudah proses penelitian. Pada saat melakukan wawancara dengan

Ibu Waka Kurikulum, beliau merespon baik serta memberi saran terkait

sumber data dalam penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, Ibu Waka

kurikulum memberi saran untuk melakukan penelitian pada guru bahasa jawa

sekaligus guru kelas pada kelas V di MI Alquran Jabalkat. Untuk kelas V

terdapat dua kelas yaitu kelas V-A dan V-B. Keputusan tersebut disesuaikan

dengan fokus penelitian yang diambil oleh peneliti yang berkaitan dengan

peran guru sebagai demonstrator, motivator dan evaluator. Ibu Filzatun Nafsi,

M.Pd. menganggap lebih mudah meneliti pada kelas atas, karena pada kelas

atas nilai- nilai karakter itu sudah terbentuk tinggal mengembangkan dan

meningkatkan saja, dan guru kelas V pun sudah menghafal bagaimana

perilaku siswa – siswanya karena mereka menjadi guru kelas sekaligus wali

kelas pada masing – masing kelas tersebut. Ibu Filzatun Nafsi, M. Pd. pun

memberitahu untuk kelas V-A guru kelasnya adalah Bapak Muhsin, S.Pd. dan

untuk kelas V-B guru kelasnya adalah Ibu Shely Yusrina, S.Pd.

Pada hari Senin, 8 Agustus 2022 peneliti datang ke MI Alquran

Jabalkat untuk menemui Bapak Muhsin, S.Pd. dan melakukan observasi,

wawancara serta dokumentasi dengan beliau.

Pada hari Jum’at, 12 Agustus peneliti kembali datang ke MI

Alquran Jabalkat untuk menemui Ibu Shely Yusrina, S.Pd., kebetulan pada

hari itu di kelas V-B ada mata pelajaran bahasa Jawa, peneliti diajak Ibu
64

Shely Yusrina, S.Pd. untuk ikut masuk ke ruang kelas agar bisa mengamati

secara langsung proses pembelajaran. Usai mengikuti proses pembelajaran

peneliti mewawancarai Ibu Shely Yusrina, S.Pd..

Meninjaklanjuti hal tersebut, maka berikut ini merupakan paparan

data dari hasil kegiatan wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah, Bapak

Muhsin, S.Pd. sebagai guru kelas V-A dan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. sebagai

guru kelas V-B di MI Alquran Jabalkat Sumbergempol Tulungagung.

1. Peran guru sebagai demonstrator dalam meningkatkan nilai karakter

siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung

Sebagai demonstrator seorang guru sebaiknya senantiasa

menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya, serta

senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya

dalam hal ilmu yang dimilikinnya karena hal ini akan sangat menentukan

hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Guru sebagai demonstrator berperan dalam upaya membentuk

karakter peserta didik. Seorang guru menunjukkan kepada siswa segala

sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap

pesan yang disampaikan. Selain itu, guru harus menunjukkan sikap-sikap

yang terpuji dan guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar

setiap materi pelajaran dapat dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
65

Seperti halnya yang ada pada kerata basa (akronim) yaitu guru,

digugu lan ditiru (orang yang dipercaya dan diikuti), bukan hanya

bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya,

melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan

karakter.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Lufti Khoiron, S.Pd. sebagai

berikut:

“Guru itu merupakan sosok ideal bagi setiap siswa, biasanya apa
yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswanya. Dan selain itu
jadi guru juga harus pandai dalam mengatur strategi pembelajaran
yang efektif, agar siswa tidak bosan”77

Gambar 4.1 Guru memberi contoh saat upacara bendera78

Agar pembelajaran dapat terjadi secara efektif dan efesien maka

diperlukan adanya metode – metode dalam pembelajaran, khususnya

pada mata pelajaran bahasa Jawa. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak

Muhsin, S.Pd. sebagai berikut:

“Dalam mengajar mata pelajaran bahasa Jawa, saya menggunakan


metode belajar seperti menggunakan metode ceramah, pemecahan

77
Wawancara dengan Bapak Lutfi Khoiron, S.Pd. pada hari Kamis tanggal 4 Agustus
2022 pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah MI Alquran Jabalkat Sumbergempol Tulungagung
78
Observasi tanggal 8 agustus pukul 07.00
66

masalah dan tanya jawab, dengan tujuan siswa mudah mencerna


materi pelajaran yang saya ajarkan”79

Gambar 4.2 Guru menjelaskan dengan metode ceramah80

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Ibu Shely Yusrina,

S.Pd., sebagai guru bahasa Jawa kelas V-B, sebagai berikut:

“Untuk metode belajar dalam pembelajaran bahasa Jawa saya


menggunakan metode diskusi kemudian peserta didik presentasi
dengan bimbingan guru dan membiasakan semua siswa untuk
memakai bahasa krama pada saat presentasi seperti yang
dicontohkan oleh guru.”81

Gambar 4.3 Guru melakukan diskusi dengan siswa sebelum pulang


sekolah82

79
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.30, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
80
Dokumtasi dengan Bapak Muhsin S. Pd. pada tanggal 12 agustus 2022
81
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
pukul 08.45, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
82
Dokumentasi di kelas Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada tanggal 18 agustus 2022
67

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat guru sudah

selesai memberikan contoh (demonstrasi) kepada siswa, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Kemudian, guru

menerangkan materi pelajaran dengan metode ceramah. Namun, banyak

anak yang belum terlalu memahami materi yang dijelaskan oleh guru,

sehingga banyak siswa yang bertanya. Terkadang, siswa tidak selalu

memahami materi melalui pembelajaran yang dilakukan guru. Misalnya,

melalui metode ceramah, ternyata banyak siswa yang masih ramai dan

berbicara sendiri tidak memperhatikan guru.83

Metode belajar yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran

ada bermacam-macam. Oleh karena itu,setiap guru menerapkan metode

belajar kepada siswa dilakukan dengan cara yang berbeda-beda dengan

tujuan untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Seperti

yang dipaparkan oleh Bapak Muhsin, S.Pd., guru bahasa Jawa kelas V-A

berikut ini:

“Dalam penggunaan metode belajar yang saya terapkan dalam


pembelajaran bahasa jawa tersebut menurut saya belum
sepenuhnya efektif serta efisien, terkadang juga saya kasih metode
belajar dengan permainan biar peserta didik semangat dan tidak
bosan selama kegiatan belajar mengajar.” 84

Hal tersebut juga diperkuat oleh Ibu Shely Yusrina, S.Pd., guru

bahasa Jawa kelas V-B berikut:

83
Observasi di ruang kelas V-B pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
84
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.35, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
68

“Dalam materi bahasa Jawa rata-rata ada unsur tata bahasa


sehingga dengan metode tersebut siswa secara pelan-pelan paham
akan tata bahasa dan kosakata bahasa jawa, yang asing mereka
dengar dan baca.”85

Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dikelas itu suatu

proses yang kompleks, kegiatan harus direncanakan dengan matang dan

dikemas dengan menarik agar para peserta didik tertarik belajar. Selain

itu, kegiatan pembelajaran yang efektif dipengaruhi oleh tanggapan atau

respon peserta didik terhadap pembelajaran. Ada kalanya, kegiatan

pembelajaran berjalan tidak sesuai dengan rencana karena respon peserta

didik yang kurang positif. Oleh karena itu, seorang guru harus

mempunyai cara untuk memberikan respon terhadap peserta didik bagi

yang berpartisipasi maupun tidak.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Muhsin, S.Pd., guru

bahasa Jawa kelas V-A sebagai berikut:

“Jika dalam pembelajaran bahasa jawa yaitu menurut saya cocok


dengan menggunakan metode diskusi dan presentasi di depan
kelas. Jadi semua wajib berpartisipasi saling membantu antar satu
dengan yang lainnya dan secara bergantian maju didepan kelas.
Dalam hal ini lebih memunculkan kerjasama.”86

2. Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Nilai Karakter

Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung

85
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
pukul 09.00, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
86
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.45, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
69

Guru sebagai motivator dalam pembelajaran bahasa Jawa sudah

berperan membimbing siswa dalam pembelajaran dengan penuh antusias

dan siswa sudah mendapat dorongan serta semangat dalam belajar. Dalam

hal ini, siswa juga belajar sungguh – sungguh karena adanya semangat

dan motivasi dari guru untuk memahami dan memanfaatkan potensi yang

ada pada dirinya.87

Motivasi dalam pembelajaran itu sangat penting dan harus ada

sebelum pembelajaran dimulai karena untuk meningkatkan

pengembangan belajar siswa dan juga membantu membangkitkan siswa

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, usaha untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang

mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya

sendiri dan menggunakan interaksi antar pribadi dengan teman dan guru

untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau intelektual dan

kemampuan sosial. Seperti pernyataan dari Ibu Shely Yusrina, S.Pd., guru

bahasa Jawa berikut:

“Sebelum saya menyampaikan materi pelajaran, saya selalu


mengusahakan menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan setelah itu memberikan motivasi kepada siswa, saling
berbagi pengalaman supaya siswa semangat dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dan mampu mencapai tujuan belajar
yang diinginkan.”88

87
Observasi di ruang kelas V-A pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
88
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
pukul 09.10, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
70

Gambar 4.4 siswa memberikan salam kepada guru sebelum


pembelajaran dimulai89

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Muhsin,

S.Pd., guru bahasa Jawa kelas V-A berikut:

“Motivasi pada awal pembelajaran perlu dilakukan dalam upaya


memancing perhatian siswa supaya semua memperhatikan ketika
mengikuti pembelajaran berlangsung dan dalam upaya
membangkitkan minat siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar”.90

Sebelum awal pembelajaran bahasa Jawa di kelas V di MI Alquran

Jabalkat dimulai, guru sudah memberikan motivasi kepada siswa dengan

bahasa Jawa seperti kata – kata semangat dalam bahasa Jawa dengan

tujuan agar anak juga sedikit demi sedikit mengetahui arti dari motivasi

yang diberikan oleh guru tersebut. Selain itu, sebelum pembelajaran

dimulai, guru menanyakan kabar dengan menggunakan bahasa krama

alus seperti “Sugeng enjing Bocah-bocah?” dan siswa menjawab

“Sugeng enjing Bu guru” lalu guru menjawab “Pripun kabare dinten

menika?” siswa menjawab “Sae Bu guru”. Ketika absensi, guru

menanyakan lagi “Sinten mawon ingkang mboten mlebet dinten menika?”

89
Observasi pada tanggal 18 Agustus 2022, pukul 07.30
90
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.50, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
71

Hal tersebut merupakan salah satu cara guru bahasa jawa untuk

menyiapkan siswa dalam upaya meningkatkan nilai karakter pada saat

pembelajaran bahasa jawa.91

Salah satu upaya guru sebagai motivator untuk meningkatkan

minat belajar siswa adalah dengan memberikan hadiah. Ibu Shely

Yusrina, S.Pd. menyatakan bahwa:

“Dalam proses belajar, saya juga memberikan hadiah kepada


peserta didik. Hadiah saya berikan kepada peserta didik yang aktif
dalam proses belajar, seperti mampu menjawab pertanyaan ketika
diadakannya kuis, atau kepada kelompok yang menang saat
diadakannya cerdas cermat antar kelompok. Hadiah yang saya
berikan sederhana yaitu berupa nilai/catatan yang saya catat
kemudian dimasukkan ke dalam map gantung prestasi, dan ada
pula jajanan sederhana seperti permen, coklat, dan jajanan ringan
lainnya”.92

Gambar 4.5 map gantung prestasi milik siswa 93

Hal ini diungkapkan oleh Bapak Muhsin, S.Pd., guru bahasa Jawa

kelas V-A, sebagai berikut:

“Bagi yang berpartisipasi dalam pembelajaran saya memberikan


reward berupa nilai, sedangkan yang tidak aktif saya berikan

91
Observasi di ruang kelas V-B pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
92
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
pukul 09.15, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
93
Observasi pada tanggal 12 Agustus 2022
72

motivasi serta teguran dan pastinya nilainya juga akan lebih


rendah.”94

Selain memberi hadiah guru juga berhak memberi hukuman.

Hukuman dalam proses pembelajaran diterapkan dengan tujuan agar

peserta didik semakin membaik ke depannya, baik segi prestasi belajar

maupun karakter. Hukuman tidak hanya bersifat kekerasan namun ada

juga hukuman yang sifatnya memberikan motivasi. Untuk itu dalam

proses pembelajaran guru harus mampu memilih hukuman yang sifatnya

adalah motivasi.

Gambar 4.6 siswa dihukum didepan kelas karna tidak mengerjakan

tugas95

Ibu Shely Yusrina, S.Pd. menyatakan bahwa:

“peran guru sebagai motivator dalam meningkatkan nilai karakter


serta minat belajar siswa salah satunya adalah dengan memberikan
hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang tidak
mengumpulkan PR pada waktunya, tidak disiplin, dan tidak
menyelesaikan tugas dengan baik secara individu maupun
kelompok. Hukuman yang biasa dilakukan tergantung pada materi,
jika materi Bahasa Jawa, maka saya akan menyuruh siswa menulis
sebanyak satu atau dua lembar. Jika PR belum selesai, maka saya

94
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.55, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
95
Dokumentasi pada tanggal 12 Agustus pukul 10.00
73

akan menyuruh siswa menyelesaikan PR di depan kelas, atau jika


ada siswa yang tidak disiplin seperti datang terlambat, maka saya
akan menyuruh anak tersebut mengutip sampah yang berserakkan
disekitar kelas”.96

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Muhsin, S.Pd. beliau

menyatakan bahwa:

“hukuman merupakan pintu alternatif sebagai pintu korektif agar


kepribadian atau karakter yang tidak diinginkan dapat segera
dihilangkan. Hukuman yang dilakukan tentunya yang bersifat
positif dan tidak mengandung kekerasan”.97

3. Peran Guru Sebagai Evaluator Dalam Meningkatkan Nilai Karakter

Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung

Salah satu tugas utama guru sebagai salah satu aktor utama dalam

pelaksanaan proses pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi. Dalam

prosesnya evaluasi harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, sehingga

dapat memberikan informasi yang akurat berkenaan dengan hasil belajar

siswa. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan oleh guru untuk

memperoleh informasi penting yang akan menjadi rujukan untuk tindak

lanjut kedepannya siswa dalam pembelajaran.

Langkah awal guru dalam perencanaan evaluasi adalah

merumuskan tujuan diadakannya evaluasi. Langkah ini penting karena

akan menjadi penuntun bagi guru untuk menentukan teknik evaluasi yang

relevan.
96
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus 2022
pukul 09.18, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
97
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 09.45, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
74

Penentuan tujuan evaluasi penting dilakukan, karena hal ini akan

memudahkan guru dalam menyusun instrumen yang akan di gunakan

guru dalam melaksanakan evaluasi sebagaimana yang diungkapkan oleh

bapak Muhsin, S.Pd. sebagai berikut:

“Menentukan tujuan evaluasi penting karena akan memudahkan


guru dalam menyusun instrumen yang akan di gunakan dalam
melaksanakan evaluasi.Misalnya, untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam aspek kognitif (pengetahuan). Setelah
menentukan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana siswa menguasai pelajaran dari sisi
kognitif, maka guru dapat dengan mudah menentukan jenis
evaluasi yang tepat yaitu jenis evaluasi formatif. Sehingga hasil
yang ingin dicapai dapat diperoleh. Tujuan evaluasi yang lain
misalnya untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menerima
pelajaran yang disajikan guru, khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Jawa, maka jenis evaluasi yang tepat di gunakan guru
adalah jenis evaluasi diagnostik”.98

Dalam pelaksanaan evaluasi guru menggunakan 2 tehnik, yaitu

tehnik tes maupun nontes yang berbeda antara satu dengan yang lainya,

sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing – masing.

Pada tingkat sekolah dasar guru sering menggunakan tehnik tes

tertulis. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif dan tes subjektif.

Kelebihan tes tertulis dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam

tempat yang terpisah dalam waktu yang sama. Dalam tes tulis, peserta

didik relative memiliki kebebasan untuk menjawab soal.

Pembahasan tentang tes objektif disampaikan bapak Muhsin, S.Pd.

sebagai berikut:

98
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 10.00, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
75

“Tes objektif terdiri dari bentuk soal jawaban singkat, bentuk soal
menjodohkan jawaban, dan bentuk soal pilihan ganda. Masing-
masing bentuk soal memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri –
sendiri. Yang paling sering digunakan adalah soal pilihan ganda.
Apalagi untuk tingkat sekolah dasar seperti ini ya mbak. Kelebihan
dari pilihan ganda yaitu materi yang diujikan dapat mencakup
sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan,
jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat
dengan menggunakan kunci jawaban dan jawaban untuk setiap
pertanyaan sudah pasti benar atau salahnya sehingga penilaiannya
bersifat objektif”. 99

Gambar 4.7 contoh soal bahasa jawa kelas 5100


Penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik bisa dilakukan

dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dengan dilakukan

pengamatan atau observasi.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Shely Yusrina, S.Pd.

sebagai berikut:

“Kepala sekolah dan jajarannya memang memberikan instruksi


kepada para guru di MI Al-quran Jabalkat ini untuk melakukan
pendekatan khusus kepada para siswa yang memiliki masalah

99
Wawancara dengan Bapak Muhsin, S.Pd. pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2022
pukul 10.00, di depan ruang kelas V-A MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
100
Dokumentasi tanggal 8 agustus pukul 10.15
76

dalam hal pembelajaran terutama para siswa yang hasil belajarnya


rendah dari sisi afektif (sikap). Salah satu upaya yang kami lakukan
adalah dengan wawancara langsung kepada siswa dan orang tua
dari siswa bersangkutan untuk menanyakan beberapa hal untuk
mendapatkan jawaban mengapa siswa tersebut mengalami
kesulitan belajar. Menilik pada background orangtua para siswa
yang mayoritas adalah masyarakat pedesaan yang lebih cocok
dimintai informasi melalui wawancara langsung. 101

Gambar 4.8 guru mengajari siswa membaca102

Pelaksanaan evaluasi di setiap akhir pembelajaran, akan

memberikan peluang untuk guru agar mendapatkan feed back (umpan

balik) dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan hal ini

pula guru akan dengan mudah untuk menentukan tindak lanjut apa yang

tepat untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan dalam proses

pembelajaran.

B. Temuan Penelitian

1. Peran guru sebagai demonstrator dalam meningkatkan nilai

karakter siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-

Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung

101
Wawancara dengan Ibu Shely Yusrina, S.Pd. pada hari Jum’at tanggal 12 Agustus
2022 pukul 09.18, di ruang kelas V-B MI Alquran Jabalkat Sumbergemol Tulungagung
102
Observasi pada tanggal 10 Agustus 2022
77

a. Guru sudah menggunakan metode belajar pada saat KBM

(kegiatan belajar mengajar).

b. Guru dalam menggunakan metode ceramah, ketika

menerangkan materi pelajaran masih banyak siswa yang belum

paham.

c. Selain menggunakan metode ceramah, guru juga menggunakan

metode diskusi

d. Skill guru yang mungkin masih harus belajar juga tentang seluk

beluk sastra jawa.

e. Guru sudah mampu menunjukkan sikap-sikap terpuji kepada

siswa, karena apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan

bagi setiap peserta didik.

2. Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Nilai

Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-

Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung

a. Guru memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Guru mampu membangkitkan minat belajar siswa dalam

pembelajaran bahasa jawa.

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menggunakan

bahasa krama alus dalam upaya meningkatkan nilai karakter

pada siswa.
78

d. Guru memberikan motivasi belajar berupa nasihat dan saling

berbagi pengalaman dengan siswa.

e. Guru memberi hadiah kepada siswa agar siswa semangat

belajar.

f. Guru memberikan hukuman sebagi motivasi siswa dalam

mengerjakan tugas atau PR.

3. Peran Guru Sebagai Evaluator Dalam Meningkatkan Nilai

Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-

Qur'an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung

a. Guru merumuskan tujuan diadakannya evaluasi.

b. Guru melaksanakan evaluasi dengan tes tertulis dan non

tertulis.

c. Tes tertulis dalam evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal

– soal yang diberikan guru.

d. Tes non-tertulis dengan cara pengamatan atau observasi pada

siswa.

e. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan –

kekurangan dalam proses pembelajan selanjutnya.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Peran Guru Sebagai Demonstrator Dalam Meningkatkan Nilai

Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-Qur'an

Jabalkat Sumbergempol Tulungagung

Peran guru dalam proses pembelajaran dikatakan sangat penting

karena seorang guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswanya dalam

sekolah. Kehadiran serta tingkah laku seorang guru dapat memberikan

sebuah pelayanan bagi siswa. Karena seperti ungkapan bahasa Jawa bahwa

guru itu digugu lan ditiru.103

Guru sebagai demonstrator dalam upaya meningkatkan nilai

karakter siswa itu ialah seorang guru yang menunjukkan kepada siswa

segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami

setiap pesan yang disampaikan. Selain itu, guru harus menunjukkan sikap

– sikap yang terpuji dan guru harus dapat menunjukkan bagaimana

caranya agar setiap materi pelajaran dapat dipahami dan dihayati oleh

setiap siswa.

Proses pembelajaran dikelas itu suatu proses yang kompleks,

kegiatan harus direncanakan dengan matang dan dikemas dengan menarik

dan efesien agar para peserta didik tertarik serta semangat dalam kegiatan

belajar mengajar. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang efektif

103
E. Nurzaman, dkk, Profesi Keguruan, (Pamulang : UNPAM Press, Cet. 1, 2019), hal.
12

79
80

dipengaruhi oleh tanggapan atau respon peserta didik terhadap

pembelajaran.

Dalam hal ini, peran guru sebagai demonstrator dalam

pembelajaran yang dikemukakan oleh Moon, yaitu guru mempertunjukkan

kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan

memahami setiap pesan yang disampaikan dalam arti guru harus

menunjukkan sifat-sifat terpuji agar menjadi teladan bagi setiap siswa dan

guru dapat mengatur strategi pembelajaran yang efektif.104

Seorang guru harus mempunyai metode atau cara dalam mengajar.

Ada beberapa metode belajar yang digunakan oleh guru. Dalam

pembelajaran bahasa Jawa kelas V di MI Al-qur’an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung, guru menyajikan materi pelajaran dengan

beberapa metode belajar, tujuannya yaitu untuk mengembangkan

kemampuan siswa secara individu, sehingga mampu menyelesaikan

masalahnya dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan suasana

menyenangkan sehingga materi pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh

siswa. Misalnya, dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemecahan

masalah. Oleh sebab itu, setiap guru menerapkan metode belajar kepada

siswa dengan cara yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mencapai

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Jawa

berlangsung, seorang guru bahasa Jawa sudah memiliki cara untuk

104
Suyanto, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal.34-35.
81

membangun serta meningkatkan partisipasi aktif siswa agar meningkatnya

nilai karakter pada diri siswa dengan menggunakan metode belajar. Pada

saat itu, guru menggunakan metode dolanan bareng, yaitu tebak kata.

Siswa berpasangan kemudian salah satu siswa memakai earphone atau

headset Handphone sambil mendengarkan musik dan yang satu

mengucapkan kata-kata yang sudah disiapkan oleh guru. Kemudian, untuk

siswa yang memakai headset diminta untuk menebak kata-kata yang

diucapkan dengan bahasa krama alus, jadi mereka antusias dan saling

berinteraktif siswa satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peran guru sebagai

demonstrator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui

pembelajaran bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung, sebagaimana seperti yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya yaitu sebagai berikut:

1. Guru sudah menggunakan metode belajar pada saat KBM (kegiatan

belajar mengajar)

Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi yang

begitu pesat perkembangannya, belum mampu menggantikan peran

dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau mengubah fungsinya,

itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik

memiliki berbagi sumber belajar di rumahnya 105. Oleh karena itu

dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) peran guru sangat

105
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung PT Rosda Karya, 2005), hal. 38
82

berpengaruh di dalamnya, dalam pemilihan metode belajar pun guru

harus tepat. Karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat

pemahaman dan hasil belajar siswa. Tidak semua siswa dapat

memahami dan mengerti materi yang dia dapat dari internet, apalagi

untuk siswa setingkat sekolah dasar. Proses pembelajaran yang baik

dan benar nantinya akan membentuk karakter siswa sesuai apa yang

diharapkan pendidik.

2. Guru menggunakan metode ceramah, ketika menerangkan materi

pelajaran masih banyak siswa yang belum paham.

Setiap metode mengajar pasti memiliki kekurangan dan kelebihan

tersendiri, tetapi yang terpenting sebagai seorang guru adalah metode

mengajar manapun yang akan digunakan harus jelas dahulu tujuan

yang akan dicapai, bahan yang akan diajarkan, serta jenis kegiatan

belajar siswa yang diinginkan.

Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan pengajaran

melalui penerangan dan penuturan lisan oleh guru kepada siswa

tentang suatu topik materi. Dalam ceramahnya guru dapat

menggunakan alat bantu/alat peraga seperti gambar, peta, benda,

barang tiruan dan lain-lain. Peran siswa dalam metode ceramah adalah

mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok-pokok penting

yang dikemukakan oleh guru.106

106
Mu’awanah, Strategi Pembelajaran Cet 1 (Kediri: Stain Kediri Press, 2011), hal. 27
83

Metode ceramah adalah salah satu metode yang tepat digunakan

untuk pelajaran bahasa, khususnya bahasa Jawa. Karena dalam bahasa

Jawa banyak ejaan yang penulisan dan bunyinya itu tidak sama, seperti

huruf “a” yang dibaca “o” pada kata “apa” yang pelafalannya menjadi

“opo”.

3. Selain menggunakan metode ceramah, guru juga menggunakan metode

diskusi.

Untuk mencegah kejenuhan siswa maka guru hendaknya kreatif

dalam memilih metode pembelajaran, salah satunya dengan

menggunakan metode diskusi.

Metode diskusi juga dapat diartikan kegiatan tukar menukar

informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur.

Diskusi berbeda dengan debat yang lebih kepada adu argumen,

pendapat sendiri dan paham. Diskusi juga berbeda dengan ceramah

yang lebih kepada hanya melibatkan pengarahan guru. Diskusi

mengandung nilai demokartis dengan memberikan kesempatan kepada

semua siswa untuk mengeluarkan dan mengembangkan ide.107

Dari metode tersebut guru dapat meningkatkan nilai karakter siswa

yaitu antara lain nilai kerjasama, kejujuran, kepemimpinan, toleransi,

dan komunikatif.

4. Skill guru yang mungkin masih harus belajar juga tentang seluk beluk

sastra jawa.

107
Jumanta, Hamdayana, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 102
84

Bahasa Jawa menjadi salah satu mata pelajaran yang tergolong

sulit dipahami. Sering kita jumpai banyak anak yang kurang mampu

memahami bahasa jawa, hal ini dikarenakan guru kurang menguasai

materi yang diajarkan. Terutama oleh guru – guru baru, mereka lebih

menguasai bahasa inggis dibanding bahasa jawa. Sedangkan bahasa

Jawa merupakan bahasa keseharian di lingkungan kita yang perlu

dipelajari dan dilestarikan.

Ada beberapa materi yang sering kali guru merasa kesulitan dalam

menyampaikannya, seperti materi aksara Jawa, tembang, tembung,

dan lain sebagainya. Oleh karena itu guru dituntut untuk terus belajar

dan memahami seluk beluk sastra jawa agar mereka bisa memahamkan

siswanya.

5. Guru sudah mampu menunjukkan sikap-sikap terpuji kepada siswa,

karena apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi setiap peserta

didik.

Karakteristik pendidik sangat mempengaruhi keberhasilan

pengembangan peserta didik. Kepribadian yang mantap dari seorang

pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik,

sehingga pendidik menjadi sosok yang patut untuk ditaati segala

nasehat, ucapan dan perintahnya, dan patut untuk dicontoh sikap dan

perilakunya, dengan kata lain guru pantas untuk “digugu” dan “ditiru”.

Dalam Islam, guru digolongkan sebagai orang-orang yang

beruntung di dunia dan di akhirat. Sebab, mereka merupakan sosok


85

pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari

keburukan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ali

Imran ayat 104 yang artinya:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan

mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung.”

Hal ini lah yang perlu kita pahami dan terapkan sebagai seorang

pendidik, yaitu mengarahkan perkembangan kemampuan dasar yang

dimiliki peserta didik agar mereka memiliki pola hidup yang

dibutuhkan manusia, dalam bidang keduniawian berupa bidang fisik

(material) dan mental (spiritual) yang harmonis atau dalam istilah lain

“insan kamil”.

B. Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Nilai Karakter

Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung

Dalam proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar mengajar

(KMB) tidak bisa lepas dari keberadaan guru. Tanpa guru, pembelajaran

akan sulit dilakukan. Guru berperan menyampaikan ilmu-ilmu yang

dimiliki kepada muridnya. Dari guru, murid diajarkan membaca, menulis

dan berhitung. Dan dari guru pula, murid mendapatkan pengetahuan baru

dan pendidikan berkarakter.


86

Sebagai motivator guru harus bisa memberikan dorongan dan dapat

membangun semangat peserta didiknya untuk giat dalam belajar. Dalam

proses pemberian motivasi seorang guru harus mengetahui latar belakang

yang terjadi pada peserta didiknya. 108

Motivasi dalam pembelajaran itu sangat penting dan harus ada

sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini guna untuk meningkatkan belajar

siswa dan juga membantu siswa untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin, siswa perlu

didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan

interaksi antarpribadi dengan teman dan guru, untuk mengembangkan

kemampuan kognitif, intelektual serta kemampuan sosial siswa.

Hal tersebut sebagaima diungkapkan oleh Prey Katz,

menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat

memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan

dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta

nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.109

Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dalam meningkatkan

nilai karakter siswa kelas V dalam pembelajaran bahasa Jawa, guru sudah

mampu membimbing siswa dengan penuh antusias dan siswa sudah

108
Imam Wahyudi, Mengejar Profesionalisme Guru, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012),
hal. 21
109
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009),hal. 33
87

mendapat dorongan serta semangat dalam belajar. Hal ini, bisa dilihat dari

semua siswa kelas V sudah belajar dengan sungguh-sungguh karena

semangat dan motivasi dari guru bahasa Jawa, untuk memahami dan

memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya.

Peran guru sebagai motivator dalam pembelajaran diungkapkan

oleh Moon, yaitu guru hendaknya mendorong anak didik agar bergairah

dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat

menganalisis motif – motif yang melatarbelakangi anak didik malas

belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Jadi, motivasi dapat efektif

apabila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.110

Sebelum awal pembelajaran bahasa Jawa di MI Al-Qur’an Jabalkat

Sambijajar Tulungagung dimulai, guru sudah memberikan motivasi

kepada siswa dengan menggunakan bahasa Jawa seperti kata-kata

semangat belajar kepada siswa dengan berbahasa Jawa, upaya ini

dilakukan agar siswa lebih mengetahui kata-kata bahasa Jawa yang jarang

mereka ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peran guru sebagai

motivator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sambijajar

Tulungagung sebagai berikut:

1. Guru memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

110
Suyanto, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal.34-35
88

Sebagai seorang guru, hendaknya kita memiliki kejelasan dalam

tujuan proses pembelajaran. Sehingga nantinya siswa atau peserta

didik bisa mengerti akan arah proses pembelajaran yang sedang

mereka lakukan. Dari pemahaman tersebut, peserta didik dapat merasa

semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran dan juga peserta

didik akan mudah memahami materi pembelajaran yang tengah

dilakukan.

Maka dari itu, untuk membuat peserta didik paham tujuan dari

proses pembelajaran yang akan mereka lakukan, sudah semestinya

guru menjelaskan terlebih dahulu di awal terkait tujuan pembelajaran

yang akan dilakukan itu seperti apa, sehingga nantinya siswa atau

peserta didik akan mengerti dan paham yang kemudian mampu untuk

merasa bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Guru mampu membangkitkan minat belajar siswa dalam pembelajaran

bahasa jawa.

Sebagai motivator guru seharusnya memiliki kemampuan dalam

meningkatkan minat belajar siswa. Pada dasarnya siswa akan

memiliki semangat dalam belajar apabila memiliki minat pada apa

yang mereka pelajari, sehingga peran guru sebagai motivator di sini

adalah meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari materi

pada pelajaran tersebut.


89

Menurut Safari, ada beberapa indikator minat belajar yaitu

perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian, dan keterlibatan

siswa111

Indikator – indikator ini perlu diperhatikan, apalagi siswa telah

mengalami pembelajaran secara daring yang mengakibatkan minat

belajar siswa turun. Terutama pada pembelajaran bahasa Jawa, karena

banyak siswa yang beranggapan bahwa bahasa Jawa adalah mata

pelajaran yang sulit.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menggunakan

bahasa krama alus dalam upaya meningkatkan nilai karakter pada

siswa.

Penggunaan bahasa krama alus dalam memberi motivasi bertujuan

agar siswa mengenal dan mengerti bahasa krama alus. Bahasa krama

alus dalam masyarakat saat ini sudah mulai memudar, karena banyak

orang tua yang mengajarkan bahasa keseharian anak dengan bahasa

indonesia. Selain itu bahasa krama alus lebih memiliki nilai sopan

santun tinggi dibanding bahasa indonesia.

4. Guru memberikan motivasi belajar berupa nasihat dan saling berbagi

pengalaman dengan siswa.

Nasihat guru sangat penting sebagai pemicu dalam meningkatkan

nilai karakter siswa, salah satu contohnya yaitu dengan bercerita

tentang pengalaman seorang guru maupun pengalaman siswa. Hal ini

111
Safari, Indikator Minat Belajar, (Rhineka Cipta, 2003), hal. 60
90

dapat mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain serta

melatih komunikasi siswa dengan guru maupun sesama teman.

5. Guru memberi hadiah kepada siswa agar siswa semangat belajar.

Menurut Wina Sanjaya memberi hadiah untuk siswa yang

berprestasi adalah suatu bentuk apresiasi untuk memacu semangat

mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang

belum mendapatkan akan termotivasi untuk mengejar temannya yang

berprestasi.112

Dalam pemberian hadian guru tidak harus memberi hadiah yang

mewah, hal kecil pun bisa menjadi hadiah seperti pujian, dan tepuk

tangan.

Dengan pemberian hadian siswa akan merasa dihargai atas prestasi

yang mereka peroleh. Selain itu siswa juga akan termotivasi dan

semangat dalam pembelajaran.

6. Guru memberikan hukuman sebagi motivasi siswa dalam

mengerjakan tugas atau PR.

Hukuman tidak melulu tertuju pada hal negatif dan fisik. Karena

untuk saat ini hukuman fisik merupakan bentuk pelanggaran dalam

HAM.

Menurut Wina Sanjaya hukuman ini diberikan kepada siswa yang

berbuat kesalahan saat pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan

112
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 29-31
91

harapan agar siswa tersebut mau untuk merubah diri dan memacu

motivasi belajarnya. 113

Selain hukuman, feedback atau komentar juga diperlukan untuk

memotivasi siswa. Memberikan feedback atau komentar pada peserta

didik ini berkaitan dengan hasil kinerja yang ia lakukan, peserta didik

akan memiliki tumpuan atau tujuan dalam melakukan perbaikan atau

perkembangan terhadap hasil kerja yang ia lakukan. Dengan catatan,

guru memberikan komentar yang membangun siswa bukan malah

menjatuhkan semangat siswa atau peserta didik. Sehingga siswa atau

peserta didik kehilangan semangatnya dalam melakukan proses

pembelajaran.

C. Peran Guru Sebagai Evaluator Dalam Meningkatkan Nilai Karakter

Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa Di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung

Sebagai Evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang keberhasilan dalam meningkatan nilai karakter yang

telah dilakukan. Yang mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan

keberhasilan siswa dalam menyerap materi. sebagai evaluator guru

melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran. Penilaian dilakukan

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau

113
Ibid.
92

tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau tidak, apakah

metode yang digunakan sudah tepat, dan apakah media yang dipakai sudah

mendukung jalannya proses pembelajaran.

Dalam buku yang berjudul menjadi guru professional, E. Mulyasa

menyebutkan bahwa selain mengajar, guru juga bertugas sebagai

evaluator. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau

proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru

juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar

peserta didik, menunjuk kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara

individual, kelompok, maupun secara klasikal.114

Guru melakukan evaluasi anak melalui komunikasi dengan orang

tua, hal-hal yang berhubungan dengan karakter peserta didik yang kurang

baik maka peserta didik akan ditindak lanjuti dalam program mentoring,

rapat rutin untuk membahas metode ataupun kurikulum yang berkaitan

dengan pendidikan karakter, guru mengawasi proses pembelajaran hingga

akhir, dan juga dengan cara guru menuliskan catatan perilaku peserta didik

dan tindak lanjut yang dilakukan dalam buku jurnal guru.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peran guru sebagai

motivator dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran

bahasa Jawa pada peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sambijajar

Tulungagung sebagai berikut:

a. Guru merumuskan tujuan diadakannya evaluasi.

114
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional(Cet. VIII; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 61.
93

Dalam buku “Evaluasi Pembelajaran” ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam perencanaan evaluasi salah satunya yaitu

menentukan tujuan evaluasi, dalam melaksanakan evaluasi kita tentu

mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Tujuan evaluasi jangan

terlalu umum, karena tidak dapat menuntun kita dalam menyusun

soal.115

Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa,

evaluasi memegang peranan yang sangat penting. Sebab melalui

evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarnya sudah

memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak

diberikan program pembelajaran baru, atau justru sebaliknya siswa

belum dapat mencapai standar minimal nilai sehingga mereka perlu

diberikan program remidial. Sering guru beranggapan bahwa evaluasi

sama dengan melakukan tes, artinya guru telah melakukan evaluasi

manakala ia telah melaksanakan tes. Hal ini tentu kurang tepat, sebab

evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau makna

tertentu pada sesuatu yang dievaluasi.

b. Guru melaksanakan evaluasi dengan tes tertulis dan non tertulis.

Dalam pelaksanaan evaluasi tidak lepas dengan yang namanya tes,

entah itu tes tertulis maupun non tertulis, hal ini sering digunakan

sebagai pengukuran dalam sebuah evaluasi.

115
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Cet. II; Jakarta: Diktis Kemenag RI, 2012),
hal.88
94

Pengukuran dalam bidang pendidikan atau proses belajar mengajar

adalah kegiatan pengukuran yang diarahkan untuk melihat potensi

atau kemampuan, baik kemampuan dasar maupun kemampuan

sebagai hasil belajar (achievement) yang dimilki oleh seseorang.

Untuk melakukan pengujian ini diperlukan berbagai cara diantaranya

adalah dengan tes dan non tes.116

c. Tes tertulis dalam evaluasi dengan cara siswa mengerjakan soal – soal

yang diberikan guru.

Dalam evaluasi tes tertulis adalah cara yang sering digunakan

untuk menentukan keberhasilan dari proses pembelajaran. Tes tertulis

digumakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Tes tulis

merupakan suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban

secara tertulis.

Kelemahan yang sering terjadi sehubungan dengan pelaksanaan

evaluasi selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan siswa

terbatas pada hasil tes yang biasa dilakukan secara tertulis, akibatnya

sasaran pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk

mengisi soal-soal yang ada dalam sebuah tes.

d. Tes non-tertulis dengan cara pengamatan atau observasi pada siswa.

Dalam dunia pendidikan teknik non tes yang sering digunakan

adalah pengamatan (observasi), dan terkadang seorang guru juga

menggunakan wawancara. Seperti yang dilaksanakan oleh guru- guru

116
Sitti Mania, Pengantar Evaluasi Pengajaran (Makassar: Alauddin University Press,
2012), hal.3
95

di MI Al-Qur’an Jabalkat, dalam observasi mereka melakukan

wawancara dengan peserta didik dan orang tua. Hal ini dilakukan

guna mendapatkan hasil secara maksimal. Agar para guru dapat

melakukakan perbaikan dalam proses belajar mengajar untuk

kedepannya.

Hasil dari satu proses pembelajaran tidak hanya mencakup aspek

kognitif, tapi juga aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari

proses pembelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan

dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan

teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes

perbuatan. Sedangkan hasil belajar berupa perubahan sikap hanya

dapat diukur dengan teknik non-tes. Instrumen evaluasi jenis non-tes

dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk

dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif,

seperti sikap, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis

instrumen evaluasi jenis non-tes adalah observasi, wawancara, skala

sikap, dan lain-lain.

Sesekali guru juga perlu berkunjung ke rumah siswa yang sedang

membutuhkan perhatian terutama kepada siswa yang bermasalah di

sekolah,barangkali perlu diterapkan sehingga terjalin komunikasi

terbuka antara guru dengan siswanya, sehingga guru bisa memahami

karakteristik siswa dan siswapun mau terbuka kepada gurunya.


96

e. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan

dalam proses pembelajan selanjutnya

Seorang guru yang merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan

pengajarannya, maka ia harus mengevaluasi pengajarannya itu agar ia

mengetahui perubahan apa yang seharusnya diadakan.117

Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah

atau khusunya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung

jawab atas hasilnya. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara

para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat

tertentu, seperti pada akhir materi, pertengahan, dan/atau akhir suatu

program pengajaran. Penyimpangan- penyimpangan dalam

mengevaluasi pun dapat terjadi apabila guru tersebut memanipulasi

hasil belajar siswanya.118

Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui

hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud

adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll.

Pentingnya diketahui hasil ini karena dengan hasil inilah dapat

menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh

mana proses pembelajaran yang dia lakukan dapat mengembangkan

potensi peserta didik. Agar terbentuk manusia yang berbudaya dan

beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban.

117
Ina Magdalena, dkk, PENTINGNYA EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN DAN
AKIBAT MEMANIPULASINYA, vol.2, Jurnal Pendidikan dan Sains, 2020, hal.248
118
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya,(Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hal. 2
BAB VI

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada fokus penelitian, paparan data, dan temuan

penelitian tentang peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa kelas

V pada pembelajaran bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat Sumbergempol

Tulungagung, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran guru sebagai demonstrator dalam meningkatkan nilai karakter

siswa melalui pembelajaran Bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung ditunjukkan dengan mendorong peserta

didik untuk melakukan hal-hal yang positif. Peran guru dalam

mendemonstrasiakan pembelajaran bahasa jawa yang dikembangkan

sudah sangat baik. Dimana guru telah mampu memunculkan nilai

karakter, yaitu disiplin, tata krama, mandiri, selain itu juga guru

membuat rencana perangkat pembelajan dan mengarahkan pembelajaan

agar sesuai dengan rencana yang telah dibuat, yang mana proses

pembelajaran di kelas sangatlah kompleks , guru haruslah kreatif dan

inovatif dalam mendemostrasikannya, hasil yang saya dapatkan peran

guru sangatlah baik dalam mendemosnstrasikan pembelajaran bahasa

jawa dengan melihat karakter- karakter anak.

97
98

2. Peran Guru sebagai motivator dalam meningkatkan nilai karakter siswa

melalui pembelajaran bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung ,peran guru dalam memotivasi siswa

adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan

pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan

guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak. Tidak bisa

dipungkiri bahwa semangat belajar siswa satu dengan yang lainnya

berbeda, untuk itulah penting bagi guru untuk selalu senantiasa

meningkatkan nilai karakter siswa agar peserta didik senantiasa

memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang berkarakter,

serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Proses pembelajaran

akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh

karena itu guru perlu memotivasi siswa secara optimal

3. Peran guru sebagai evaluator dalam meningkatkan nilai karakter siswa

melalui pembelajaran bahasa Jawa di MI Al-Qur'an Jabalkat

Sumbergempol Tulungagung memiliki peranan penting bukan hanya

pada hasil belajar peserta didik namun dari segi meningkatkan nilai

karakter siswa. Dan adapun guru sebagai evaluator adalah membuat

tujuan proses pembelajaran, aplikasi proses pembelajaran, mengevaluasi

proses pembelajaran, dan memberikan solusi disetiap permasalahan pada

pembelajaran. Guru dalam menjalankan perannya sebagai evaluator dan

implikasinya terhadap peningkatan nilai karakter siswa tentu harus

bekerja lebih efektif karena berkaitan dengan karakter dan teknik


99

pengajaran terhadap siswa, dan evaluasi terhadap kurikulum yang

digunakan, evaluasi terhadap metode yang digunakan, evaluasi terhadap

alat peraga yang digunakan, serta evaluasi perangkat pembelajaran yang

digunakan pada proses pembelajaran.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran guru dalam

meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Jawa pada

peserta didik di MI Al-Qur’an Jabalkat Sumbergempol Tulungagung,

dengan mengharapkan terjadi hal yang lebih baik kedepannya penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Madrasah MI Al- Qur’an Jabalkat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

berinovasi dalam mengikuti arah pendidikan yang sesuai dengan

perkembangan zaman serta dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik sehingga dapat menciptakan

pendidikan yang lebih baik untuk kedepannya. Selain itu penelitian ini

juga diharapkan sebagai acuan kepala madrasah untuk dapat terus

bertanggung jawab dan selalu memberikan pendampingan untuk para

guru- guru dalam mengambil setiap keputusan yang berkaitan dengan

peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa melalui

pembelajaran bahasa jawa.

2. Bagi Guru MI Al- Qur’an Jabalkat Sumbergempol


100

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan serta keterampilan seorang guru untuk dapat

menghadapi kondisi apapun yang dimiliki setiap siswa dalam dunia

pendidikan. Guru diharapkan selalu menjalin hubungan baik atau

melakukan kerjasama dari beberapa pihak seperti orang tua dari siswa

karena dukungan dari orang tua memiliki peran yang sangat penting

dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu guru diharapkan mampu

menjalankan peran yang telah disebutkan pada kesimpulan tadi untuk

menjadikannya contoh terhadap berjalannya proses pembelajaran agar

dapat terlaksana pendidikan yang efektif dan efisien.

3. Bagi Siswa MI Al- Qur’an Jabalkat Sumbergempol

Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih semangat

dan lebih rajin dalam belajar baik secara daring maupun luring. Dan

perlu diingat ilmu yang tinggi akan terlihat rendah tanpa adanya akhlak

dan budi pekerti yang baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya

dapat menambah ilmu pengetahuan dan kajian pustaka pada penelitian

dengan judul peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa

melalui pembelajaran bahasa jawa dan diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

yang serupa sehingga dapat dijelaskan secara mendalam dan dapat

dijadikan menjadi sebuah rujukan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nunu. 2010. Pendidikan Agama di Indonesia. Jakarta: Puslibat

Pendidikan Agama dan Keagamaan

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi : CV Jejak

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Diktis Kemenag RI

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2020. Prosedur Penetian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Arischa, Suci. Analisis Beban Kerja Bidang Pengelolaan Sampah Dinas

Ligkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru, Vol. 6: Edisi 1(2019):8

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2009. Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan

Pendidikan Profesional. Yogjakarta: Diva Press

Asra, dan Sumiati. 2013. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia.

Yogyakarta: Ar-Ruz Media

C. Lewis, dan E. Schaps, T. Lickona. 2003. CEP‟s Eleven Principles of Effective

character Education. Character Education Partnership. Washington: DC

DINAS PENDIDIKAN. 2009. Kurikulum Bahasa Jawa SMP/MTS Review 2008.

Semarang: Dinas Pendidikan

Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta

101
E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Cet. VIII. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

E. Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fadhallah, R.A.. 2021. Wawancara. Jakarta Timur: UNJ Press

Hadi, Sumasno. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,

Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, No.1(2016):75

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Hamdayana, Jumanta. 2017. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hartina, Pratiwi Dwiyanti. 2021.“Upaya Pembentukan Karakter Sopan Santun

Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Di Kelas IV MI Ma’arif NU 02

Tamansari Karangmoncol Purbalingga”. Purwokerto:IAIN Purwokerto

Hasan, Said Hamid dkk,. 2010. Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa.

Jakarta: Kemendiknas Balitbang Puskur

Husain. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Ina Magdalena, dkk. “PENTINGNYA EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

DAN AKIBAT MEMANIPULASINYA”, Jurnal Pendidikan dan Sains, vol.2

(2020):248

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Karakter

Budaya dan Karater Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasioanal

102
Khsanah, Laela Nur. 2020. “Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa

Jawa Kelas IV Di MI Ma’arif NU 02 Karanganyar Kabupaten Purbalingga”.

Purwokerto: IAIN Purwokerto

Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Implementasinya

secara Terpadu di Lingkungan keluarga, sekolah Perguruan Tinggi dan

Masyarakat). Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Lapindus, Ira M. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

M. Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara

Mania, Sitti. 2012. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Makassar: Alauddin

University Press

Mariyani, dan Andarusni Alfansyur. “Seni Mengelola Data: Penerapan

Triangulasi Teknik, Sumber dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial”.

Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Sejarah,Vol. 5, No. 2,

(2020):149

Meilina, Rizka Ayu. 2021. “Peran Guru PAI dalam Membentuk Kesantunan

Berbahasa Siswa melalui Pembiasan Bahasa Jawa Krama di MA Nurul

Mujtahidin Mlarak Ponorogo”. Ponorogo:Institut Agama Islam Negeri

Ponorogo

Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mu’awanah. 2011. Strategi Pembelajaran Cet 1. Kediri: Stain Kediri Press

103
Mulyana. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka

Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung PT Rosda Karya

Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana

Noor, Rohinah. M.. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di

Sekolah dan Rumah. Jakarta: Pedagogia

Nucci, Larry P. et. al.. 2014. Handbook Pendidikan Moral dan Karakter, terj.

Imam Baehaqie, et. al.. Bandung: Penerbit Nusa Media

Oktaviana, Dwi. 2020. “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter melalui

Pembelajaran Bahasa Jawa pada Kelas V di SD Tarbiyatul Islam, Kertosari,

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020”. Ponorogo: Institut Agama Islam

Negeri Ponorogo

Pergub No.19 Tahun 2014

Pergub No.19 Tahun 2014

Raharja, Puja. 1995. Kebudayaan Jawa Perpaduan dengan Islam. Yogyakarta:

IPI

Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif. Vol. 17 No. 33 januari-Juni

Riza, Nur Hanif Fauzul. 2016. “Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran

Bahasa Jawa Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Giriloyo I Wukirsari Imogiri

Bantul”. Surakarta: IAIN Surakarta

104
Sadirman, A.M. 2014. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Sadulloh, Uyoh. 2014. Pendagogik (Ilmu Pendidikan). Bandung: Alfabeta

Safari. 2003. Indikator Minat Belajar. Rhineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjarwadi. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa Jawa Bagi Anak-Anak.

Semarang: Kongres Bahasa jawa IV

Sugiyono. 2007. Metodologi Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Suyadi. 2012. Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta: Mentari

Pustaka

Suyanto. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: Rineka Cipta

Suyanto. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga

Syamsudin, Amir. “Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk

Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan

Anak, Vol. III, Edisi 1 (2014):404

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras

Th. Supriya, dan Haryana Harjawiyana. 2001. Marsudi Unggah-Ungguh Basa

Jawa. Yogyakarta: Kanisius

Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda

Karya

105
Wanto, Alfi Haris. “Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Publik Berbasis Konsep Smart City”. Vol. 2, No. 1,

November (2017):42

106
LAMPIRAN - LAMPIRAN

107
Lampiran 1 Profil MI Alquran Jabalkat Sambijajar

PROFIL LEMBAGA

1. No. Statistik Madrasah : 111235040105

2. Nama Madrasah : MI Al- Quran Jabalkat

3. Alamat

a) Desa : Sambijajar

b) Kecamatan : Sumbergempol

c) Kabupaten : Tulungagung

d) Kode Pos : 66291

4. Nama Kepala Madrasah : Lutfi Khoiron

5. Lokasi Madrasah : Sambijajar Sumbergempol Tulungagaung

6. Madrasah Berdiri : 19 Agustus 2014

7. SK / Ijin Operasional : 111235040050

8. Kepemilikan Tanan : Milik Yayasan Jabalkat

a) a. Surat Kepemilikan Tanah : Wakaf

b) b. Luas Tanah : 2.202 m²

9. Nama Lembaga Penyelenggara : Yayasan Al-Quran Jabalkat

a) Jalan : Sambijajar, Sumbergempol,Tulungagung

108
b) Kode : 66291

c) Desa : Sambijajar

d) Kecamatan : Sumbergempol

e) Kabupaten : Tulungagung

f) Propinsi : Jawa Timur

g) Nomor Telepon :-

h) No. Akte Pendirian Yayasan : 37 Tanggal 11 Oktober 1990

10. Visi dan Misi

a. Visi :

Hafidz Dan Berakhlaq Mulia Serta Unggul Dalam Prestasi

b. Misi:

a) Tercapainya anak usia 6-12 tahun (SD/MI) yang hafidz Al-Quran

(bil ghaib).

b) Cakap, cerdas, terampil dalam membaca al-Quran sesuai kaidah

tajwid

c) Memiliki kecakapan, knowledge, psikomotorik, dan nilai yang

profesional di bidang ilmu pengetahuan.

d) Taat beribadah, jujur, sopan santu berbudaya serta bermartabat.

11. Tujuan Madrasah

109
a. Memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh.

b. Berperilaku jujur, sopan dan hormat.

c. Mampu membaca Al-Qur'an dengan fasih dan menghafalnya

d. Berprestasi dalam bidang akademik

e. Terbiasa beribadah yaumiyah dengan baik.

12. Letak Madrasah Ibtidaiyah Alquran Jabalkat Sambijajar Sumbergempol

Tulungagung berlokasi di:

a) Sebelah utara : Perumahan penduduk

b) Sebelah selatan : Jalan umum pedesaan

c) Sebelah timur : Perumahan Penduduk

d) Sebelah barat : Perumahan penduduk

13. Struktur Organisasi

a) Ketua Yayasan Ponpes Jabalkat : Nurhuda

b) Kepala MI Alquran Jabalkat : Lutfi Khoiron, S. Pd

c) Sekretaris : Azizah Nur Ma'rifah, S. Pd

d) Bendahara : Miftahurrohmah, S. Pd

e) Kabid Pendidikan : Nariyah, S. Pd. I

f) Kabid Kesiswaan : Dewi lathifatut tazkiyah S.Pd

g) Kabid Ubudiyah : M. Nurcholis, S. Pd

h) Kabid Tahfidz : Miswanuddin, S. Pd. M. Ag.

i) Kabid Kesenian :Lailatul Qoni'ah, S. Pd

110
j) Kabid Olahraga : Rizky Pengestu, S. Pd

k) Kabid PerpBapakakaan : Filza Nafsi, M. Pd

111
Lampiran 2 Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

1. Keadaan dan letak geografis MI Al-Quran Jabalkat.

2. Sarana dan prasarana di MI Al-Quran Jabalkat.

3. Peran guru dalam meningkatkan nilai karakter siswa.

112
Lampiran 3 Pedoman Observasi

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA MADRASAH

1. Bagaimanakah implementasi visi, misi, dan tujuan MI Al-Qur'an Jabalkat


dalam membentuk karakter?

2. Kurikulum apa yang digunakan di MI Al- Qur'an Jabalkat ?

3. Apakah di MI Al-Qur'an Jabalkat telah menerapkan nilai karakter pada


setiap mata pelajaran?

4. Apa yang melatar belakangi madrasah tentang perlunya meningkatkan


nilai - nilai karakter dalam proses pembelajaran?

5. Siapa saja yang berperan dalam meningkatkan nilai karakter ke dalam


mata pelajaan? Bagaimana prosesnya?

6. Bagai manakah peran guru bahasa jawa dalam meningkatkan nilai


karakter?

7. Apakah kepala madarasah ikut berperan dalam meningkatkan nilai


karakter dimadrasah?
8. Berikan contoh kegiatan di madrasah yang merupakan hasil dari
penerapan nilai karakter yang diberikan kepala madrasah maupun guru?

9. Apakah nilai karakter yang ditanamkan sudah berjalan dengan baik?

10. Bagaimana upaya kepala madrasah agar nilai-nilai karakter yang


diterapkan dapat berjalan dengan baik?

PEDOMAN WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN BAHASA JAWA

1. Menurut ibu apa esensi dari bahasa Jawa itu sendiri dan seberapa penting
kah bahasa Jawa dimasukkan dalam sebuah mata pelajaran?

2. Bagaimana peran bahasa Jawa dalam penanaman nilai karakter siswa?

113
3. Sebelum mengajar apakah ibu selalu membuat perencanaan mengajar
seperti (prota) dan (promes) serta persiapan mengajar lainya seperti
silabus dan RPP?

4. Apa tujuan meningkatkan nilai karakter dalam mata pelajaran bahasa


Jawa?
5. Bagaimana cara anda memotivasi siswa dalam meningkatkan nilai
karakter siswa pada pembelajaran bahasa jawa?
6. Apakah dalam mengajar bahasa Jawa ibu menggunakan metode dan
strategi tertentu?
7. Apa saja metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
jawa?
8. Apakah metode dan strategi yang ibu gunakan sudah dapat menumbuhkan
nilai-nilai karakter pada siswa?
9. Nilai karakter apa saja yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Jawa?
10. Bagaimana peran ibu dalam menjelaskan/ mendemostrasikan materi
dalam pembelajaran bahasa jawa, ?
11. Bagaimana respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar? Apakah siswa
aktif?
12. Bagaimana perubahan karakter pada siswa setelah mengikuti
pembelajaran bahasa Jawa? Dan apa saja contohnya?
13. Apakah fasilitas dan media pembelajaran bahasa Jawa memadai?
14. Apakah dalam mengajar ibu menggunakan media pembelajaran? Jika ada
apa saja contohnya?
15. Apakah hal tersebut mendukung dalam menanamkan nilai karakter pada
siswa?
16. Bagaimana guru melakukan evaluasi pembelajaran bahasa Jawa?
17. Bagaimana cara mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran bahasa
Jawa dalam menanamkan nilai karakter siswa?

114
Lampiran 4 Dokumentasi Foto

Papan nama lembaga Gedung MI Al-Qur’an Jabalkat

Mushola MI Al-Qur’an Jabalkat Guru ketika memberi contoh saat

upacara

Guru ketika mengajari siswa Guru ketika menjelaskan materi

membaca

115
Map gantung prestasi siswa Siswa ketika memberi salam ke guru

116
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

117
Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian

118
Lampiran 7 Form Konsultasi Bimbingan Skripsi

119
120
Lampiran 8 Laporan Selesai Bimbingan Skripsi

121
Lampiran 9 Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

Nama : Tri Eka Saputri


NIM : 12205183226
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
TTL : Purworejo, 16 Desember 1998
Alamat : Ds. Sumberdodol, RT.05 RW.03 Kec. Panekan, Kab. Magetan
Email : zhaekha16@gmail.com
No. HP : 088805335017

Latar Belakang Pendidikan :


1. TK Bina Anaprasa : 2004-2005
2. SDN Tapak 2 : 2005-2011
3. MTsN Panekan : 2011-2014
4. MA Al- Mujaddadiyah : 2014-2017
5. UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung : 2018 – sekarang

122

Anda mungkin juga menyukai