Anda di halaman 1dari 170

METODE MUROJA’AH TAHFIDZUL QUR’AN MENGGUNAKAN

MODEL SIMAAN ESTAFET AYAT DI PONDOK PESANTREN


TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
ATI’ LIKAI TANJUA
23010160095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020

i
ii
METODE MUROJA’AH TAHFIDZUL QUR’AN MENGGUNAKAN
MODEL SIMAAN ESTAFET AYAT DI PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
ATI’ LIKAI TANJUA
23010160095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020

iii
iv
v
vi
MOTTO

ِ َّ‫اس أ َ ْنفَعُ ُه ْم ِللن‬


‫اس‬ ِ َّ‫ُخ ْي ُر الن‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu saya beliau bapak Paryudi dan Ibu Alfijah yang senantiasa

mendoakan, merawat, mendidik, selalu memotivasi serta kasih sayang yang

begitu dalam sehingga do’a selalu mengiringi langkah penulis. Berkat

kesabaran dan ketulusan beliau dalam membimbing serta ketulusannya

dalam mendoakan anak-anaknya. Semoga dengan amal dan jerih payah

beliau tercatat sebagai amal sholih yang mendapatkan ridho Allah swt.

Semoga senantiasa diberikan kebahagiaan, keberuntungan, kesehatan, umur

panjang, rezeki yang barokah, dan kebaikan dunia akhirat.

2. Adekku tersayang Himmatul Azizah yang selalu memberikan semangat dan

dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Keluarga besarku yang ikut andil dalam memberikan semangat dan telah

mendo’akan dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Bapak K.R. Farid Sulaiman Zuhdi, Bapak K.R. Imam Sunani dan Bu Nyai

Lena Nur Farida selaku pengasuh Pondok Pesantren Nahjatul Munadhirin.

Seluruh dzuriyah Pondok Pesantren Nahjatul Munadhirin yang tidak bisa

saya sebut satu persatu.

5. Bapak K.H. Zoemri RWS (Alm) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku pengasuh

PPTI Al-Falah serta Ning Siti Nur Halimah yang senantiasa selalu

membimbing dan mendo’akan seluruh santrinya.

viii
6. Bapak ibu guru mulai dari SD N Harjobinangun, SMP N 34 Purworejo, dan

MAN Purworejo yang senantiasa mengajarkan berbagai ilmu dan sudah

mengantarkan sampai jenjang ini.

7. Seluruh keluarga besar PPTI Al-Falah Salatiga, teman-teman Aksara 2016

seluruhnya tanpa terkecuali dan sahabat-sahabatku (Dihliz Zunaim, Oktavia

Santriani, Anisah, Aisah, Shofiatul Mustafidah) yang sama-sama berjuang

dalam meraih kesuksesan, serta seluruh pengurus putri PPTI Al-Falah, serta

adik-adik angkatan PPTI Al-Falah yang turut memberikan semangat bagi

penulis.

8. Teman-teman seperjuangan seluruh FTIK khusunya PAI, teman-teman PPL

dan KKN angkatan 2016

9. Teman-teman hufadz pada umumnya khususnya kamar ndalem 2, kamar

C16, kamar C20 mbk eki, mbk ida, mbak ulya, uul, mbak iza, azizah, anita,

shinta, nendi, fikri, kiki, mira, teh iim, teh ade, mbk apip, asih, alsa, himah,

zuhri, maulida, mbk mufida, mbak fan yang telah memberikan berbagai

motivasi dan dukungan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Teman-teman alumni MAN Purworejo khususnya jurusan keagamaan 2,

dan alumni PPNM (atus,lutfi,uswah,cici,atiqul,chusnul)

11. Teman-teman di rumah mbak ela, dek anisa, mbak muna, mbak ambar, dek

vina, evi.

12. Teman-teman PC IPNU-IPPNU Salatiga

13. Teman-teman pengurus perpustakaan PPTI Al-Falah Salatiga

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan

taufiq-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripi ini. Sholawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw.

yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Semoga kita semua

diberi tetap Iman, Islam, Ihsan, Istiqomah dalam beribadah kepada Allah

swt.Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

memperoleh Sarjana Pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Metode

Muroja’ah Tahfidzul Qur’an Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat Di Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2020”. Penulisan skripsi ini

tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Dengan penuh

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawi., M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur., M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua Prodi PAI FTIK IAIN Salatiga.

4. Bapak Heru Saputra, S.Pd.I., M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik

5. Bapak Dr. Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah

berkenan secara ikhlas, santun dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan

pikiran dan tenanganya dalam memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat

berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikan

skripsi ini.

x
6. eluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangka waktunya untuk

menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi

Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.

7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi PAI IAIN Salatiga

yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan dan

pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

8. Segenap pengasuh pondok dan putri dari pengasuh serta mbak-mbak hufadz,

dan non hufadz yang telah bersedia memberikan informasi, data-data, dan

nasehat-nasehatnya sehingga mempermudah menyelesikan skripsi ini.

9. Orang tua saya, sahabat seperjuangan dan semua pihak yang ikut serta

membantu, motivasi, dan selalu memberikan semangat supaya cepat dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dengan penuh rasa hormat dan ta’dzim penulis mengucapkan Jazakumullahu

ahsanal jaza’ syukran katsian.Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi masih

banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik yang

membangun.Semoga penyusunan skripsi ini dapat dijadikan manfaat bagi pembaca

dan bagi peneliti pada khususnya.

Salatiga, 25 Juli 2020

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN BERLOGO ....................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................7
E. Definisi Oprasional ...............................................................................8
F. Sistematika Penelitian .........................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .....................................................................................12
1. Pengertian Pondok Pesantren dan Karakteristiknya .......................12
2. Metode Pembelajaran yang Digunakan di Pesantren......................14
3. Macam-macam Pondok Pesantren..................................................15
4. Pondok Pesantren dan Tahfidzul Qur’an.........................................17
5. Tahfidzul Qur’an.............................................................................19
6. Dasar dan Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Qur’an............................23
7. Metode Tahfidz...............................................................................25

xii
8. Metode Muroja’ah......................................................................27
9. Metode Muroja’ah Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat.31
B. Kajian Pustaka Terdahulu................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................36
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................36
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................37
D. Sumber Data ........................................................................................37
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................38
F. Teknik Analisis Data ...........................................................................39
G. Pengecekan Keabsahan Data ...............................................................41
H. Tahap-Tahap Penelitian....................................................................... 43
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data .......................................................................................45
B. Analisis Data ........................................................................................76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................81
B. Saran ....................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA …………………….……………………………..……….85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………….….87

xiii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana PPTI Al-Falah ..............................................50

2. Tabel 4.2 Struktur Kepengurusan PPTI Al-Falah ............................................52

3. Tabel 4.3 Data Ustadz dan Ustadzah PPTI Al-Falah .......................................56

4. Tabel 4.4 Kegiatan Harian ...............................................................................59

5. Tabel 4.5 Kegiatan Mingguan ..........................................................................61

6. Tabel 4.6 Kegiatan Tahunan ...........................................................................62

7. Tabel 4.7 Daftar Nama Informan .....................................................................63

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing .....................................88

2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ..................................................................89

3. Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ..........................90

4. Lampiran 4 Surat lembar Konsultasi Pembimbing ......................................91

5. Lampiran 5 Daftar Nilai SKK ......................................................................93

6. Lampiran 6 Daftar Pedoman Wawancara ....................................................97

7. Lampiran 7 Catatan Hasil Wawancara .......................................................104

8. Lampiran 8 Pedoman Observasi ................................................................146

9. Lampiran 9 Catatan Hasil Observasi ..........................................................147

10. Lampiran Dokumentasi..............................................................................151

11. Lampiran Daftar Riwayat Hidup...............................................................156

xv
ABSTRAK

Tanjua, Ati’ Likai. 2020. Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an Menggunakan


Model Simaan Estafet Ayat Di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-
Falah Salatiga Tahun 2020. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dr. Achmad Maimun, M.Ag.
Kata Kunci : Metode Muroja’ah; Tahfidzul Qur’an; Simaan Estafet Ayat

Tujuan penelitian dalam skripsi ini yaitu: (1) Untuk mengetahui


implementasi metode muroja’ah dengan menggunakan sistem simaan estafet ayat
di PPTI Al-Falah Salatiga. (2)Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam penggunaan metode muroja’ah dengan menggunakan sistem simaan estafet
ayat di PPTI Al-Falah Salatiga.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian meliputi sumber primer
dan sekunder. Sumber primer yaitu pengamatan dan wawancara. Sumber data
primer adalah pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga, putri dari pengasuh, santri hufadz,
dan santri non hufadz. Sementara sumber sekunder merupakan dokumen di lokasi
penelitian yang dapat menunjang penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan mengadakan wawancara, participant observasition, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan simaan estafet ayat
di PPTI Al-Falah Salatiga dilakukan subuh di maqom. Simaan estafet dipimpin oleh
Ning Siti Nur Halimah atau yang mewakili jika berhalangan hadir. Simaan estafet
dibuka oleh Ning Alim dengan membaca al-fatihah terlebih dahulu, kemudia urutan
dari Ning Alim untuk mengaji perhalaman secara bil-hifdzi (hafalan) secara
bergantian dari orang per orang yang disimak secara langsung oleh santri non
hufadz dengan sistem mengulang hafalan yang berlalu. Simaan estafet sebanyak 2
juz, karena tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Pengaruh tajwid dalam
simaan estafet sangat berpengaruh sehingga santri hufadz dan non hufadz akan
terbiasa membaca sesuai dengan tajwid yang benar. Pengaruh simaan estafet bagi
santri hufadz untuk memotivasi semangat muroja’ah sedangkan untuk yang non
hufadz sebagai ajang untuk mengoreksi bacaan, dan memotivasi untuk senang dan
terbiasa dengan al-Qur’an. Yang membuat atau mengadakan simaan estafet ayat di
PPTI Al-Falah adalah Ning Siti Nur Halimah, beliau tabarukan dengan pondok
Brabo karena dulu beliau mondok disana. (2) Faktor yang mendukung dalam
kegiatan simaan estafet ayat adalah bersungguh-sungguh dalam niat, adanya
program yang sudah diwajibkan, semangat santri hufadz dalam mengikuti simaan,
perhatian para santri. Faktor yang menghambat dalam simaan estafet ayat yaitu
tidak adanya kesiapan dari santri, malas, duduknya belum bisa tertata rapi untuk
yang santri hufadz, kurang perhatian para santri biasanya mengantuk.

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah cahaya penerang, obat penyakit, nasihat dan

peringatan, janji serta ancaman. Semua keagungan dan keistimewaan Al-

Qur’an bisa dipetik oleh umat manusia manakala telah melakukan interaksi

yang benar dengan Al-Qur’an. Keenam langkah tersebut yaitu at-tashdiq

wal iman (mempercayai dan mengimani), at-tilawah (membaca), at-

tadabbur wat tafahhum (merenungkan dan berusaha memahami

maknanya), at-tathbiq wal ‘amal (mempraktekkan dan mengamalkan), at-

ta’lim (mengajarkan kepada orang lain), dan at-tahfizh (menghafalkan)

(Abu Ammar dan Abu Fatiah,2018:54)

Keistimewaan terbesar Al-Qur’an adalah menjadi salah satu kitab

suci yang dihafalkan oleh orang-orang di penjuru dunia. Tak ada satupun

kitab suci yang dihafal mulai dari surat, kalimat, huruf bahkan sampai

harakatnya selain Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang terjaga

bahasanya bahkan telah dijamin oleh Allah akan selalu dijaga dan

dipelihara.

ِ ‫اِنَّان َْح ُن ن ََّز ْلنَا‬


ُ ‫الذ ْك َر َواِنَّا لَهُ لَح ِف‬
‫۝‬۹ َ‫ظ ْون‬

“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan

sesungguhnya kami benar-benar menjaganya”. (Q.S. Al-Hijr:9)

1
Menghafal Al-Qur’an bisa dilakukan oleh semua orang tanpa

terkecuali, tanpa terikat dengan jenis kelamin, usia, kecerdasan, maupun

daerah. Banyak yang hafal Al-Qur’an berasal dari luar Arab (Ahmad Salim

Badwilan, 2010: 8)

Menghafal Al-Qur’an bukan masalah kecerdasannya saja,

melainkan istiqomahnya dalam menghafal dan mengulang hafalan yang

ada, serta niat yang ada di dalam hati. Jika kita istiqomah dalam muroja’ah

hafalan dan menjauhi maksiat maka hafalan akan terjaga.

Di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Tradisi

menghafal Al-Qur’an sudah dilakukan di Indonesia di berbagai daerah,

karena di Indonesia sudah banyak Pondok Pesantren. Pondok Pesantren

memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi santri di seluruh Indonesia.

Sesungguhnya, menghafal Al-Qur’an adalah proyek seumur hidup,

sedangkan kita tidak mengetahui sampai berapa umur kita. Maka dari itu,

proyek ini harus diselesaikan dengan tekad, penuh kegigihan, dan semangat

untuk berlomba-lomba. (Amjad Qasim, 2009: 16).

Sebagaimana firman Allah SWT :

ِ َ‫َوفِ ى ذَ ِل ََ فَ ْل يَ َ نَ ا ف‬

ُ ِ‫ا ْل ُم َنَاف‬
‫۝‬٦‫س ْو َن‬

“..Dan untuk demikian itulah, hendaknya orang-orang saling

berlomba.” (Al-Muthaffifin [83:26]

2
Maka dari itu, berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan untuk

mencapai keberhasilan dan menggapai derajat yang tinggi.

Barangsiapa yang ingin dimuliakan Allah dalam menghafal Al-

Qur’an, maka harus diniatkan untuk mencari keridhaan Allah semata, tanpa

bertujuan lainnya, seperti mencari keuntungan material dan immaterial

(Ahmad Salim Badwilan, 2010: 22)

Jadi, menghafal Al-Qur’an diniatkan hanya untuk Allah, bukan

untuk yang lain, seperti untuk mendapat pujian, atau mencari keuntungan-

keuntungan. Jika kita mendapat sesuatu kejutan yang baik berarti itu karena

barakah Al-Qur’an.

Diutamakan untuk mengulang hafalan dengan penghafal lain,

karena dalam hal itu terkandung banyak kebaikan, disatu sisi untuk

membantu memperkuat hafalan dan disisi lain untuk memperbaiki hafalan

yang salah. Ketekunan mengkaji secara bersama-sama akan mempermudah

pengulangan secara berkesinambungan (Ahmad Salim Badwildan,

2010:26)

‫۝‬۵٣...‫ضدَ َك ِبأ َ ِخي َْك‬ َ ‫قا َ َل‬


ُ َ‫سن‬
َ ُّ‫شد‬
ُ ‫ع‬

“Allah berfirman: ‘Kami akan membantumu dengan

saudaramu.....” (Q.S. Al-Qashah [28]: 35)

Ketika seseorang sudah hafal Al-Qur’an, dia harus menjaga kalam

Allah. Menjaga lebih sulit daripada menghafalkan. Akan tetapi semua itu

kembali kepada diri masing-masing orang. Harus bisa melawan rasa malas

3
yang ada dan mempunyai jadwal maupun target untuk muroja’ah atau

mengulang hafalan yang sudah didapat. Terkadang ketika seseorang

muroja’ah sendiri tanpa disimak orang lain, kelihatannya sudah benar, tetapi

kenyataannya ketika disimak orang lain berbeda lagi. Seseorang yang hafidz

maupun hafidzoh harus mempunyai tiga prinsip agar hafalannya terjaga

yaitu tadarus Al-Qur’an, disimak orang lain, dan juga nyimak orang lain.

Jika ketiga- tiganya berjalan secara istiqomah hafalannya akan lancar

dengan sendirinya. Kendalanya biasanya seseorang ketika disimak orang

yang banyak itu kurang percaya diri, sehingga ketika disimak bisa kacau

atau banyak salahnya. Maka dari itu, kegitaan simaan dengan orang banyak

pelu diadakan agar melatih mental seseorang ketika besok sudah tidak

dipondok kalau sudah muqim dirumah.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia, ciri khas pondok pesantren yang menonjol yaitu metode yang

bersifat tradisional. Di pondok pesantren yang menonjol juga adalah akhlak

atau tata krama.

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga merupakan

lembaga pendidikan Islam, yang mana di PPTI Al-Falah lebih cenderung ke

kajian kitabnya. Di PPTI Al-Falah juga ada program tahfizdz, program

tahfidz menjadi terlihat sudah tampak lumayan maju atau ada perubahan

baru, kurang lebih 2 tahun yang lalu. Kegiatan-kegiatan berjalan dan juga

terpantau. Mulai maju ketika dipegang oleh Ning Siti Nur Halimah dan

beliaulah yang mengadakan program simaan estafet ayat.

4
Kegiatan metode muroja’ah menggunakan model simaan estafet

ayat pada hari sabtu juga berjalan yang diikuti oleh santri Tahfidz PPTI Al-

Falah Salatiga. Metode simaan digunakan sebagai metode menghafal Al-

Qur’an biasanya berkumpul minimal dua orang ataupun juga bisa lebih yang

salah satu diantara mereka ada yang membaca Al-Qur’an (tanpa melihat

teks ayat) sementara yang lainnya mendengar serta menyimak. Pendengar

sangat bermanfaat atau berperan penting dalam metode simaan, karena

pendengar mengoreksi bacaan orang yang sedang disimak tersebut. Akan

tetapi kini semenjak tahun ajaran baru, kegiatan tersebut tidak hanya diikuti

oleh santri Tahfidz , tetapi juga diikuti santri lain yang tidak ikut program

Tahfidz, yaitu dari kelas 1 sampai IV Ula kurang lebih sebanyak 100 santri

(santri putra maupun santri putri).

Kegiatan simaan estafet ayat dilakukan di maqom pondok setelah

jamaah Subuh. Dalam satu kali simaan estafet itu sebanyak 2 juz. Kegiatan

tersebut dipimpin oleh Ning Halimah. Dikalangan pondok pesantren yang

lain, metode seperti itu memang ada, tetapi pelaksanaannya bukan tiap

minggu sekali, melainkan jika ada acara besar, misal saja ketika ada acara

khaul, baru diadakan kegiatan simaan estafet ayat. Dalam simaan estafet

memang percaya diri itu perlu, karena disimak orang banyak sehingga kalau

tidak lancar, pastinya akan malu. Dengan rasa malu karena banyak salahnya,

maka seseorang tersebut akan berusaha untuk lebih baik lagi, misal akan

menambah waktu untuk muroja’ah, sehingga pada saat kegiataan simaan

sudah lancar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melatih mental santri,

5
besok ketika dirumah mengikuti acara simaan lalu disimak orang banyak

itu sudah biasa.

Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai

pembelajaran Tahfizhul Qur’an dengan menggunakan metode muroja’ah

menggunakan sistem simaan estafet ayat yang telah diterapkan di pondok

pesantren melalui skripsi dengan judul “METODE MUROJA’AH

TAHFIDZUL QUR’AN MENGGUNAKAN MODEL SIMAAN ESTAFET

AYAT DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH

SALATIGA TAHUN 2020 ”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, pokok permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana model simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah di PPTI

Al-Falah Salatiga?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan metode

muroja’ah dengan menggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al-

Falah Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi metode muroja’ah dengan

menggunakan sistem simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga.

6
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

penggunaan metode muroja’ah dengan menggunakan sistem simaan

estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi beberapa manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

menambah khasanah terutama dalam ilmu pendidikan agama Islam

terutama dibidang Tahfizhul Qur’an dalam metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet.

b. Memberikan informasi baru bagi masyarakat luas (pembaca) tentang

metode muroja’ah menggunakan sistem simaan estafet, sehingga

dapat dijadikan rujukan bagi pondok pesantren yang berbasis

Tahfizhul Qur’an.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga :

1.) Untuk mengetahui sejauh mana implementasi metode muroja’ah

menggunakan sistem simaan estafet ayat di PPTI AL-Falah

Salatiga

2.) Untuk mengetahui hambatan-hambatan menggunakan metode

muroja’ah menggunakan sistem simaan estafet ayat, sehingga

nanti dicari solusi terbaiknya.

7
b. Bagi Masyarakat Luas

Dapat mengetahui bagaimana pentingnya metode muroja’ah

menggunakan sistem simaan estafet bagi para penghafal Al-Qur’an

untuk menjaga hafalannya, dan mempunyai hafalan yang berkualitas.

E. Definisi Operasional

1. Metode Muroja’ah

Menurut KBBI metode yaitu cara teratur yang dilakukan untuk mel

aksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki.

Secara bahasa muroja’ah berasal dari bahasa Arab roja’a yarji’u

yang berarti kembali. Sedangakan secara istilah muroja’ah adalah

mengulang kembali atau mengingat kembali sesuatu yang telah

dihafalkannya (Alpiyanto, 2013: 184)

Jadi metode muroja’ah adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengulang kembali hafalan yang dimiliki bagi hafidz dan hafidzoh.

2. Sistem Simaan Estafet

Sistem simaan estafet ayat yaitu seseorang membacakan hafalan Al-

Qur’an, sementara banyak orang yang yang mendengarkannya,

sekaligus mengecek bacaan jika terjadi kesalahan dalam tajwid maupun

makhorijul huruf. Estafet dilakukan secara bergantian atau berurutan

sesuai urutannya.

8
3. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah (PPTI Al-Falah Salatiga)

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan

nasional. Lembaga pesantren sudah ada sejak zaman Hindu-Budha.

Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga yang

sudah ada (Nurcholis Majid, 1997: 17)

Menurut Siti (116-117) Kata pondok (kamar, gubug, rumah kecil)

dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan pada

kesederhanaan bangunan. Sedangkan kata pesantren yang berarti

lingkungan yang mewadahi komunitas kiai atau ustadz beserta santri

atau murid di suatu tempat berbentuk asrama.

Jadi pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis

Islam dimana pondok pesantren berciri khas tradisional, walaupun

sekarang sudah ada pondok pesantren yang modern juga. Dalam pondok

pesantren memiliki unsur-unsur agar lembaga tersebut dapat berjalan

yaitu di dalam pondok pesantren harus ada kyai atau guru, murid atau

santri, masjid maupun aula atau asrama yang dapat digunakan sebagai

sentra kegiatan. Diantara ketiganya saling berkaitan satu sama lainnya.

Di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah terdiri dari santri

putra dan santri putri, tetapi dalam penelitian ini fokus pada santri putri

saja. Untuk santri hufadz putra masih 2 jadi narasumber penelitian ini

diambil dari santri putri, santri hufadz putri sekitar 40. Ada kendala

ketika narasumber diambil dari yang putra yaitu santri putra kurang

9
berkenan untuk diwawancarai, lebih antusias yang santri putri. Selain

itu pendiri pondok sudah meninggal yaitu Bapak K.H. M. Zoemri RWS

atau suami dari Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri.

4. Tahun 2020

Penelitian dilakukan pada tahun 2020, sehingga dalam judul

dicantumkan tahun 2020. Santri yang diwawancarai adalah sebagian

santri putri yang mukim di pondok pada tahun 2020.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan

untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi. Oleh sebab itu, skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika

berikut ini:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan

sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang berbagai teori yang menjadi landasan

teoritik penelitian, meliputi : Pondok Pesantren dan Karakteristiknya :

Pengertian pondok pesantren, materi pelajaran, metode yang digunakan

pembelajaran di pesantren, macam-macam pondok pesantren, pengertian

menghafal Al-Qur’an, dasar dan kaidah-kaidah menghafal Al-Qur’an,

10
metode muroja”ah, metode muroja’ah menggunakan sistem simaan estafet

ayat.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang : Pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis

data, ujian keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS

Bab ini berisi tentang Gambaran umum Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, letak geografis pondok pesantren,

sejarah berdirinya pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren,

struktur kepengurusan, sarana dan prasarana, keadaan ustadz, dan keadaan

santri. Paparan peneliti mengenai pelaksanaan menghafal Al-Qur’an dengan

menggunakan metode muroja’ah menggunakan model simaan estafet ayat,

faktor pendukung dan penghambat penggunan metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat. Temuan penelitian, serta analisis

hasil temuan penelitian yang terdiri dari : pelaksaan menghafal Al-Qur’an

menggunakan model simaan estafet ayat, faktor pendukung dan

penghambat metode muroja’ah menggunakan model simaan estafet ayat.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang simpulan dan saran.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pondok Pesantren dan Karakteristiknya

a. Pengertian Pondok Pesantren

Dalam bahasa Arab “Ma’had” atau pesantren adalah asrama

tempat santri atau tempat murid-murid belajar ngaji. Djaelani dalam

Abdulloh (2017:47) mengemukakan bahwa secara etimologi kata

pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti tempat

bermalam atau penginapan, ruang tidur, atau wisma sederhana

karena pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi

pelajar yang jauh dari tempat tinggalnya.

Madjid juga berpendapat “bahwa pesantren ditransfer dari

lembaga pendidikan Pra-Islam. Menurutnya, pesantren tidak hanya

identik dengan makna keislaman, tetapi juga identik dengan keaslian

Indonesia (indigenious), sebab lembaga yang serupa dengan

pesantren sudah ada sejak kekuasaan Hindu-Budha sehingga Islam

tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang

sudah ada” (Hanun Asrohah, 2004: 35).

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam dimana

para santrinya tinggal di pondok yang dipimpin oleh Kiai. Para santri

tersebut mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pada

12
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari dan yang dijunjung tinggi dalam pesantren

yaitu nilai adab atau akhlak (Kompri, 2018: 3).

Pondok pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu

agama. Akan tetapi di era 4.0 pesantren tidak hanya memberikan

ilmu agama saja. Di pondok pesantren diadakan pelatihan corel

draw dan juga editing foto agar santri tidak ketinggalan dengan

perkembangan zaman. Pada tahun 2020 sudah mulai ada pondok

pesantren yang memiliki BLK (Balai Latihan Kerja) menjahit,

memasak maupun lainnya sehingga santri yang memiliki skill

menjahit maupun memasak bisa tersalurkan. Selain itu, di pondok

pesantren juga ada UKS (Unit Kegiatan Santri) seperti Poskestren

(Pos Kesehatan Pesantren), Perpustakaan, Koppotren (Koperasi

Pondok Pesantren).

b. Materi Pelajaran

Materi Pelajaran antara pondok satu dengan yang lainnya

belum tentu sama, tidak menutup kemungkinan juga ada materi yang

sama. Di dalam Pondok Pesantren materi yang didapat pertama kali

yaitu tentang akhlakul karimah atau adab, yang sangat dijunjung

tinggi dalam pesantren. Orang yang berilmu tinggipun tidak ada

artinya jika tidak mempunyai akhlak atau adab yang tinggi.

Di pesantren dibagi beberapa kelas mengaji, santri bisa

masuk kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atau sejauh

13
mana sudah menguasai materi. Dari kelas ula sampai kelas ulya.

Materi yang didapat antara kelas ula dengan ulya berbeda. Materi

yang dikaji dalam pondok pesantren diantaranya tentang fiqih yaitu

Safinatun Najah,Fathul Qarib,Risalatul Mahid. Materi tentang ilmu

alat atau nahwu shorof yaitu Jurumiyah, Imrithi, Alfiyah

Pesantren yang dikategorikan sebagai pendidikan informal,

umumnya menggunakan kitab-kitab yang secara langsung

membahas aqidah atau keimanan, syariah (ketentuan-ketentuan

agama) dan bahasa Arab. Antara lain yaitu Al-Qur’an dan tajwid

denga tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fiqh (hukum Islam), ushul

fiqh (sistem hukum Islam), hadist dan juga bahasa Arab (Tim

Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007: 445).

2. Metode Pembelajaran yang Digunakan di Pesantren

a. Metode Sorogan

Sorogan adalah metode pembelajaran santri aktif dihadapan

seorang guru, dengan cara santri mebacakan materi ajar untuk

mendapatkan koreksi dan tashih dari guru (Ahmad Zayadi dkk: 21).

Jadi seorang santri membacakan kitab dengan metode

pemaknaan “utawa iki iku” lalu penyorog menyimak bacaan apabila

ada yang salah lalu membenarkan.

b. Metode Bandongan

Metode bandongan atau wetonan adalah sistem pengajaran

berkelompok yaitu sekelompok santri mendengarkan ustadz atau

14
kiai membacakan, menerjemahkan, dan menerangkan ayat Al-

Qur’an atau kitab berbahasa Arab. Setiap santri menyimak Al-

Qur’an dan kitab mereka sendiri dan membuat catatan, serta pada

gilirannya mendapatkan kesempatan untuk bertanya (Ahmad Zayadi

dkk: 29)

3. Macam-macam Pondok Pesantren

Menurut Abdullah Syukri Zarkasyi berpendapat “bahwa

pesantren dari sejak berdirinya hingga perkembangan saat ini,

pesantren dikategorikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu”:

a. Pesantren tradisional yang masih tetap mempertahankan tradisi-

tradisi lama, pembelajaran kitab, serta kitab-kitab maraji’nya biasa

disebut kitab kuning.

b. Pesantren semi modern yaitu pesantren yang memadukan pesantren

tradisional dengan pesantren modern. Sistem pembelajaran

disamping kurikulum pesantren tradisional dalam kajian kitab

klasik juga menggunakan kurikulum kemenag atau kemendiknas.

c. Pesantren modern yaitu pesantren yang kurikulum dan sistem

pembelajarannya sudah tersusun secara modern demikian juga

manajemennya. Selain itu juga didukung dengan IT yang memadai

dan juga lembaga bahasa asing yang memadai.

Menurut Zamarkhasyari Dhofier dalam (Erma Fatmawati, 2015:

30), secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu :

15
1) Pesantren Salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren tradisional. Sistem

madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang

dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa

mengajarkan pengajaran umum. Mempunyai ciri khas pendidikan

salaf (weton dan sorogan).

2) Pesantren Modern yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran

umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya atau

membuat tipe-tipe sekolah umum dalam lingkungan pesantren.

Pesantren modern lebih lengkap dengan lembaga pendidikannya

seperti perguruan tingi dan juga takhasus bahasa Arab dan Inggris.

Menurut Ridwan Nasir dalam (Erma Fatmawati, 2015: 30)

mengelompokkan pesantren menjadi lima :

a) Pesantren Salaf yaitu pesantren yang di dalamnya terdapat sistem

pendidikan Salaf (weton dan sorogan) dan sistem klasikal.

b) Pesantren semi berkembang yaitu pesantren yang didalamnya

terdapat sistem pendidikan Salaf (weton dan sorogan) dan sistem

madrasah swasta dengan kurikulum agama 90% dan umum 10%.

c) Pesantren berkembang yaitu pesantren seperti semi berkembang

hanya saja lebih variatif 70% agama dan 30% umum.

d) Pesantren modern yaitu seperti pesantren berkembang hanya saja

sudah lebih lengkap dengan lembaga pendidikan yang ada di

16
dalamnya sampai perguruan tinggi dan dilengkapi dengan takhasus

bahasa Arab dan Inggris.

e) Pesantren ideal yaitu pesantren sebagaimana pesantren modern,

hanya saja lembaga pedidikannya lebih lengkap terutama dalam

bidang keterampilan, yang meliputi teknik, perikanan, pertanian,

perbankan dan lain-lain. Dengan memperhatikan kualitas tanpa

menggeser ciri khas pesantren.

4. Pondok Pesantren dan Tahfidzul Qur’an

Berdasarkan fokus pembelajaran, pondok pesantren dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu: pondok pesantren umum dan

pesantren khusus. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an merupakan

sebagian kegiatan yang ada di pondok pesantren. Dari pengamat penulis,

terdapat beberapa kriteria pondok pesantren, yaitu:

a. Pondok pesantren modern yaitu pondok pesantren yang fokus

pembelajarannya berupa kitab,pelajaran umum, madrasah atau

sekolah. Pondok pesantren modern biasanya lebih menonjol dalam

hal bahasa (bahasa Arab dan bahasa Inggris). Seperti: Pondok

Ta’mirul Islam Surakarta, Pondok Modern Darussalam Gontor ,

Pondok Modern Assalam Temanggung dan Solo.

b. Pondok pesantren khusus kitab, yaitu pondok pesantren yang fokus

pembelajarannya pada kitab-kitab karya ulama terdaulu (salaf), atau

biasa dijuluki pondok salaf. Seperti: Pondok Pesantren Lirboyo

Kediri, Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, Pondok Pesantren

17
Api Tegalrejo Magelang, Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang

Rembang, Pondok Pesantren Tremas Jawa Timur, Pondok Pesantren

Tebuireng Jombang.

c. Pondok pesantren khusus Tahfidzul Qur’an, yaitu pondok pesantren

yang fokus pembelajarannya hanya pada menghafal Al-Qur’an

(Tahfidzul Qur’an). Seperti: Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu’ul

Qur’an Kudus, Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, Pondok

Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Demak, Pondok Pesantren Al-

Asy’ariyah Wonosobo, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Baitul

Abidin.

d. Pondok pesantren kitab dan Tahfidzul Qur’an, yaitu pondok

pesantren yang fokus pembelajarannya pada kitab dan juga

menghafal Al-Qur’an (Tahfidzul Qur’an) atau bahkan perpaduan

antara keduanya. Seperti: Pondok Pesantren An-Nur Maron

Purworejo, Pondok Pesantren Sirojut Thalibin Brabo Grobogan,

Pondok Pesantren Al-Hidayat Magelang.

Dari beberapa kriteriadi atas, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah termasuk kategori pondok pesantren kitab dan tahfidzul

Qur’an karena di dalamnya pondok pesantren tarbiyatul Al-Falah

fokus pembelajaran pada kitab dan tahfidzul Qur’an.

5. Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)

a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

18
Menurut Raghib “menghafal Al-Qur’an merupakan tugas

yang sangat mulia dan tanggung jawab yang sangat besar”.

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal

adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau

mendengar.” Pekerjaan apapun itu, jika diulang-ulang, pasti menjadi

hafal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah

seseorang yang sedang menghafal ayat-ayat ataupun surat-surat Al-

Qur’an baik dengan cara mendengar, membaca maupun

mengulangnya.

Menghafal Al-Qur’an adalah usaha untuk mengingat ayat-

ayat Allah tanpa melihat tulisannya dan asas tajwidnya :

1) Hukum Menghafal Al-Qur’an

Menurut Sabit (2019:15) “para ulama menegaskan bahwa

menghafal Al-Qur’an jangan sampai terputus jumlah (bilangan)

tawatu didalamnya, sehingga tidak mungkin untuk penggantian dan

pengubahan. Apabila diantara kamu sudah ada yang

melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya. Tetapi jika

tidak ada, maka berdosalah yang lainnya. Sedangkan menghafal

sebagian surat al-fatihah adalah fardlu ‘ain. Karena mengingat

bahwa tidak sah shalat seseorang tanpa membaca fatihah”.

2) Dasar Pengajaran Menghafal Al-Qur’an

19
Proses belajar mengajar Al-Qur’an agar lebih terarah harus

memiliki dasar. Diantara dasar pengajaran yang sangat kuat adalah

sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qamar ayat 17 bahwa Al-

Qur’an diturunkan secara hafalan dan diberikan kemudahan bagi

Allah bagi siapa saja yang menghafalkannya. Selanjutnya dalam

surat Al-‘Alaq ayat 1-5 bahwa pertama kalinya terjadi proses

pengajaran antara malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad. Dalam

pengajaran tersebut malaikat Jibril menyuruh Nabi untuk

membacanya. Keadaan nabi pada waktu itu belum bisa membaca,

maka malaikat Jibril mengajar Nabi agar Nabi bisa membaca dan

menghafalnya (Fithriani, 2014: 417 ).

3) Syarat Menghafal Al-Qur’an

Dalam hal ini , Fithriani (2014: 417) menyatakan bahwa

syarat yang harus dimiliki oleh calon penghafal Al-Qur’an yaitu :

a) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan

permasalahan yang mengganggunya.

b) Memiliki niat yang ikhlas

c) Memiliki keteguhan hati dan kesabaran

d) Bersikap konsisten (istiqomah)

e) Menjauhi diri dari sifat tercela ( mazmumah )

f) Mendapat izin dari orangtua

g) Mampu membaca dengan baik

4) Faktor-faktor Pendukung atau Strategi Menghafal Al-Qur’an

20
Salah satu syarat-syarat menghafal Al-Qur’an juga terdapat

beberapa hal yang dianggap penting sebagai pendukung tercapainya

tujuan menghafal Al-Qur’an. Diantara faktor-faktor yang

mendukung adalah usia calon yang masih ideal, manajemen waktu,

serta tempat menghafal yang mendukung.

Berikutnya untuk membantu mempermudah membentuk

kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka

diperlukan strategi yang baik. Strategi itu antara lain sebagai berikut:

1) Strategi pengulangan ganda

2) Tidak pernah beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang

sedang dihafal benar-benar terhafal

3) Menghafal urutan-urutan yang dihafalnya dalam satu kesatuan

jumlah setelah benar-benar hafal ayatnya

4) Menggunakan satu jenis mushaf saja

5) Memahami ayat-ayat yang dihafalnya

6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa

7) Disetorkan pada seseorang yang mampu menghafal Al-Qur’an

8) Adab menghafal Al-Qur’an

Adab menghafal Al-Qur’an dalam , Arifin (2010: 2) yaitu:

a) Adab batin yaitu dengan hati dan jiwa. Bagaimana cara hati

membesarkan kalimat Allah. Dan harus diyakini bahwa

kalam yang dibacanya adalah bukan kalam manusia,

melainkan kalam Allah.

21
b) Adab lahir yaitu

1.) Tuluskan niat (untuk ibadah). Membaca Al-Qur’an

sebaiknya dalam keadaan suci atau memiliki wudhu.

2.) Pilihlah waktu yang sesuai dan tempat yang tenang agar

dapat memusatkan pikiran dan jiwa lebih tenang.

3.) Mulailah tilawah dengan ta’awudz, kemudian basmalah

pada setiap surah selain surat at-Taubah.

4.) Membaguskan suara ketika membacanya.

5.) Hendaknya membaca sambil merenungkan dan

menghayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang

dibaca.

6.) Peliharalah Al-Qur’an dengan cara, tekun membacanya

dan mempelajarinya sehingga tidak lupa

7.) Jangan menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan

suci.

8.) Menyaringkan bacaan Al-Qur’an selagi tidak ada unsur

riya’ (pamer), atau dapat mengganggu orang yang

sedang shalat, atau orang lain yang sedang membaca Al-

Qur’an.

9.) Membaca Al-Qur’an tidak boleh dipotong-potong oleh

pembicaraan apapun, kecuali menjawab salam atau

keperluan yang mendesak.

22
10.) Dilakuan dengan khuyu’, dibaca dengan merenungkan

makna kandungan (tadabbur), dipahami isinya

(tafahhum) dan dipikirkan makna ayat-ayatnya

(tafakkur).

6. Dasar dan Kaidah-kaidah Menghafal Al-Qur’an

a. Dasar Hukum Tahfidzul Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijamin keasliaannya

oleh Allah Swt, sejak diturunkannya kepada Nabi Muhammad

melalui malaikat Jibril sampai sekarang ini, bahkan sampai hari

kemudian.

)‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرا َ ْن َو ِع ْل ُمهُ (رواهالبخار‬

Artinya: “Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar

Al-Qur’an dan mengerjakannya.” (H.R. Bukhari).

Begitulah yang disabdakan Nabi kita untuk umatnya, bahwa

yang terbaik dari kita adalah yang belajar dan mengajarkan Al-

Qur’an. Demikian itu juga sebagai bentuk usaha dakwah kita kepada

sesama muslim.

Hukum menghafal Al-Qur’an adalah Fardlu Kifayah,

sebagaimana pendapat Imam Abdul Abbas dalam kitabnya, Asy-

Syafi. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi, seluruh umat Islam akan

menanggung dosanya. Oleh karena itu menghafal Al-Qur’an

23
(Tahfidzul Qur’an) mmenjadi bagian penting dalam Islam (Arifin,

2010: 86).

Beberapa kaidah menghafal Al-Qur’an dalam, As-Sirjani

(2009: 45), yaitu :

1) Ikhlas, kaidah merupakan kaidah terpenting. Hal ini karena jika

manusia melakukaan suat u amal tanpa mengharap ridha Allah

dengan amalan itu, maka amal itu akan gugur dengan sendirinya.

Niat dalam menghafalkan Al-Qur’an harus diluruskan semata-

mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2) Tekad yang kuat, perkara yang besar seperti menghafal Al-

Qur’an tidak akan mampu dilakukan kecuali oleh orang-orang

yang memiliki tekad yang kuat, karena keinginan saja tidak

cukup tanpa diiringi kemauan yang kuat.

3) Paham akan keutamaan menghafal AlQur’an, jika telah

mengetahui nilai menghafal Al-Qur’an, maka sungguh akan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menghafal Al-

Qur’an.

4) Mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafalkan, hafal Al-

Qur’an bukanlah tujuan terakhir, namun hafalan itu mesti

diiringi dengan perbuatan yang baik. Mengamalkan Al-Qur’an

juga akan memudahkan dalam menghafal ayat yang baru.

5) Meninggalkan kemaksiatan, setiap kali orang berbuat dosa,

setiap kali pula hatinya terpengaruh buruk. Dan setiap kali

24
hatinya terpengaruh, setiap itu pula kemampuannya menghafal

Al-Qur’an menurun.

6) Berdo’a kepada Allah, memohon kepada Allah semoga Dia

menganugerahi kita kemampuan menghafal Al-Qur’an,

menjadikan niat kita ikhlas untuk-Nya semata, serta

memudahkan kita dalam mengamalkannya.

7) Pemahaman yang benar terhadap kandungan ayat yang

dihafalnya, tidak ragu lagi, orang yang memahami makna ayat-

ayat yang sedang dihafalnya, akan membuat proses

penghafalannya lebih mudah.

8) Memerhatikan kaidah-kaidah tajwid, membaguskan (tajwid)

bacaan AL-Qur’an adalah perkara yang penting bagi siapa saja

yang membacanya.

9) Membaca Al-Qur’an secara rutin, istiqomah lebih dari 1000

karomah. Diusahakan menamatkan Al-Qur’an dalam satu

minggu atau satu minggu sekali khatam.

10) Menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafal didalam

shalat, membiasakan membaca ayat-ayat yang telah dihafal

pada waktu shalat sangat membantu menguatkan hafalannya.

7. Metode Tahfidz

Menurut Sabit (2019:29) Metode tahfidz sebenarnya tidak bisa

ditentukan, karena kembali kepada individu masing-masing penghafal

25
Al-Qur’an. Namun ada beberapa metode yang lazim digunakan bagi

penghafal Al-Qur’an yaitu :

a. Metode Fahmul Mahfudz, artinya sebelum ayat-ayat dihafal,

penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat,

sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar

terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.

b. Metode Tikrarul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-

ayat yang sedang dihafal sehingga dapat dilakukan mengulang

satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat

membaacanya tanpa melihat mushfaf. Cara ini biasanya sangat

cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak

terlalu memerlukan pemikiran yang berat. Penghafal biasanya

lebih banyak terkuras suaranya.

c. Metode Kitabul Mahfudz, artinya penghafal menulis ayat yang

dihafal di sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini,

maka ayat akan tergambar didalam ingatannya.

d. Metode Isati’amul Mahfudz , artinya penghafal diperdengarkan

ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sehingga

sampai dapat mengucap sendiri tanpa melihat mushaf. Metode

ini cocok untuk tunanetra atau anak-anak. Media untuk

mendengarkan dapat menggunakan kaset.

Dalam menghafal ada beberapa metode yang sudah akrab

dikalangan penghafal Al-Qur’an yaitu :

26
1) Metode Talqin (guru membaca lalu murid menirukan dan jika

salah dibenarkan)

2) Tasmi’ (murid mendengarkan hafalannya di depan guru)

biasanya disebut setoran hafalan.

3) Muroja’ah (pengulangan hafalan) teknisnya sangat banyak, bisa

dilakukan sendiri dengan merekam atau memegang Al-Qur’an

di tangannya, bisa dengan pasangan. Muroja’ah sangat

bermanfaat untuk memperkuat hafalan.

4) Tafsir (mengkaji tafsirnya), baik sendiri maupun melalui guru.

Hal ini sangat membantu untuk menghafal atau memperkuat

hafalan, terutama jika surat tersebut dalam bentuk kisah.

5) Tajwid (perbaikan bacaan dan hukumnya)

Menurut Arifin (2010:143), “Mempraktikkan tajwid adalah

sebuah kewajiban. Barangsiapa membaca Al-Qur’an dengan tidak

bertajwid maka dia berdosa. Dan seterusnya dengan tajwid Al-

Qur’an sampai kepada kita”.

8. Metode Muroja’ah

Muroja’ah yaitu mengulang hafalan yang telah

diperdengarkan kepada guru atau kyai. Hafalan yang sudah

diperdengarkan kepada guru atau kyai yang semula sudah dihafal

dengan baik dan lancar, kadangkala masih terjadi kelupaan lagi bahkan

kadang-kadang terjadi kelupaan sama sekali. Maka dari itu, perlu

27
diadakan muroja’ah atau mengulang kembali hafalan yang telah

diperdengarkan kepada guru atau kyai.

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ia berkata. Rasulullah

saw bersabda:

َ ‫عقُ ِلها‬
ُ ‫اْلبِ ِل‬ َ َ ‫ فَ َوالَّذِي نَ ْف ُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه لَ ُه َو أ‬,‫ن‬ْ᷉ ‫تَعَا َهد ُْوا َهذَا ا ْلقُ ْرا‬
ِ ْ َ‫ش ُّد تَفَلُ ًا ِمن‬

Artinya : “Ulang-ulanglah Al-Qur’an ini. Demi Dzat yang jiwa

Muhammad berada di tangan-Nya, ia lebih cepat lepas daripada unta

dalam ikatan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mengulang

hafalan Al-Qur’an itu sangat penting, karena unta yang sudah dalam

ikatan saja bisa lepas, apalagi hafalan Al-Qur’an. Sehingga harus sering

atau rajin-rajin nderes (mengulang hafalan).

Dalam hal ini, Qasim (2012:162) menyatakan bahwa “ada

beberapa metode dalam melakukan muroja’ah dalam rangka

memantapkan hafalan atau menjaga hafalan”. Di antaranya adalah

sebagai berikut :

a. Takhmis al-Qur’an yaitu mengkhatamkan al-Qur’an setiap 5 hari

sekali. Seorang ahli ilmu berkata, “Siapa yang mengkhatamkan

muroja’ah hafalannya 5 hari, maka ia tidak lupa.”

b. Tasbi’ al-Qur’an yaitu mengkhatamkan al-Qur’an seminggu sekali.

c. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali

28
d. Mengkhususkan dan mengulang-ulang (satu juz) selama seminggu,

sambil terus melakukan muroja’ah secara umum.

e. Mengkhatamkan muroja’ah hafalan al-Qur’an setiap bulan sekali.

f. Mengkhatamkan dengan 2 metode, dan ini yang paling baik.

Pertama, dengan menggunakan metode kelima, yaitu

mengkhatamkan muroja’ah setiap bulan. Sedangkan yang kedua,

menghafal dengan metode keempat, yaitu berkosentrasi terhadap juz

tertentu.

g. Mengkhatamkan saat shalat (ketika berdiri membaca ayat atau

ketika shalat belum dan sudah dilaksanakan).

h. Konsentrasi melakukan muroja’ah terhadap 5 juz terlebih dahulu

dan mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.

Dalam hal ini, Sabit (2019:54) “yang harus kita lakukan untuk

menjaga hafalan agar tetap terjaga yaitu” :

1) Megulang-ulang dan membaca ( nderes ) secara teratur

Para wanita lebih banyak lupa pada Al-Qur’an sebab meninggalkan

salat pada saat haid dan dilarang menyentuh Al-Qur’an dan

membacanya pada saat itu. Para ulama menegaskan bahwa wanita

dalam masa haid boleh mebaca Al-Qur’an dalam hati dan

mengulangnya. Sesungguhnya penghafal Al-Qur’an kehidupannya

menjadi unggul sebab ia membacanya, baik di waktu malam

maupun siang, dalam keadaan berdiri maupun duduk bahkan

terlentang.

29
2) Membiasakan hafalan

Terkadang seorang penghafal Al-Qur’an mencapai pada titik puncak

kelupaan sehingga sangat sulit untuk mengulangi hafalannya.

Karena itu, penghafal Al-Qur’an harus membiasakan mengulangi

hafalan untuk mencegah terjadinya kelupaan hafalan

3) Mendengarkan bacaan orang lain

Mendengarkan merupakan media penyemangat paling sugestif.

Mendengarkan bacaan orang lain adalah metode yang paling tepat

dalam menghafal Al-Qur’an, disamping menalar. Ibnu Mas’ud

berkata : “Saya hafal dari lisan Rasulullah tujuh puluh surat lebih.

Ilmu modern menegaskan bahwa mendengarkan merupakan suatu

faktor yang penting dalam mengingat.

4) Mentadabburi makna

Mentadabburi makna, merenungkan, dan memahami kandungan

ayat-ayat Al-Qur’an merupakan salah satu cara untuk menjaga

hafalan. Selain itu merupakan salah satu tujuan diturunkannya Al-

Qur’an. Seperti terungkap dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 82.

)٢٨ : ‫(النساء‬....... َ‫اَفَ ََل َيتَدَب َُّر ْونَ اْلقُ ْران‬

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-

Qur’an.....”

Menurut Sabit (2019:52), “ketika menghafal Al-Qur’an terkadang

sering terjadi penghafal lupa terhadap hafalannya. Penyebab lupa ada

30
banyak, akan tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua

hal”, yaitu:

a) Kelupaan secara bertahap (fading) merupakan sebab yang jelas bagi

terjadinya kelupaan. Lupa terjadi karena terjadinya pengaruh dari

jaringan sel-sel yang semangatnya layu karena tidak diperbarui.

Sebagian orang mengatakan bahwa ini merupakan situasi kembali

kepada keadaan yang alami.

b) Terhalang ingatan. Yang paling menonjol adalah sebagai berikut:

a. Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa sehingga

melepaskan berbagai hal yang sudah dihafal.

b. Benturan yang dapat mengubah berbagai proses hafalan menjadi

hilang.

c. Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa seperti rasa takut,

sakit saraf, dan guncangan jiwa. Semuanya akan mengubah apa

yang telah dihafal oleh seseorang.

9. Metode Muroja’ah Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat

Metode Muroja’ah sendiri memiliki arti mengulang hafalan.

Sedangkan Simaan estafet yaitu simaan yang dilakukan bergantian

secara berurutan. Salah satu ada yang membaca dan yang lain menyimak

berurutan seperti itu secara terus menerus sampai yang terakhir. Semua

orang yang menyimak berhak membenarkan bacaan orang yang disimak

baik dari segi tajwid, makharijul huruf maupun yang lainnya yang sesuai

de ngan kaidah membaca Al-Qur’an.

31
Metode muroja’ah dengan model simaan estafet ayat ini juga

mirip dengan metode takrar, karena sama-sama untuk mengulang

hafalan. Perbedaannya jika metode takrar bisa dilakukan dengan dua

orang saja, yang satu menyimak yang satu disimak, sedangkan model

simaan estafet ayat yang menyimak itu banyak bisa lebih dari 50 orang.

Sehingga semakin kita sering melakukan model simaan estafet ayat

maka akan terbiasa melakukan hafalan di depan umum. Kunci

penghafal al-Qur’an yaitu sering membaca Al-Qur’an (nderes), mau

menyimak orang lain (hafidz atau hafidzhoh lain), dan mau disimak

oleh orang lain. Sudah menjadi kewajiban untuk menjaga hafalan yang

dimiliki maka seorang hafidz atau hafidzah jika kembali ke rumah

masing masing atau daerah masing-masing akan mengikuti Jam’iyyah

Mudarasatil Qur’an Lil Hafidzat. Majelis tersebut berisi banyak

Hafidzah dari daerah tersebut, sehingga ketika sudah biasa

menggunakan model simaan estafet ayat sudah terbiasa disimak oleh

orang banyak.

B. Kajian Pustaka Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu berguna sebagai pembanding antara

penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian yang sudah ada

sebelumnya. Diantara penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Skripsi yang berjudul Efektivitas Metode Muroja’ah dalam Menghafal

Al-Qur’an pada Santri Pondok Pesantren Al-I’tishom Kliwonan Grabag

32
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2017, yang ditulis oleh

Rofiqotul Munifah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan menghafal dengan

menggunakan metode muroja’ah di Pondok Pesantren Al-I’tishom

Kliwonan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang menggunakan

sistem One Day One Page (satu hari satu halaman). Setelah itu, masing-

masing santri melakukan muroja’ah baik hafaln baru maupun lama.

Selain itu, mereka melakukan muroja’ah secara berpasang-pasangan,

dan terakhir dilaksanakan ujian mengulang hafalan. Metode muroja’ah

di Pondok Pesantren Putri Al-I’tishom dinilai efektif. Karena dilihat dari

hasilnya, hafalan para santri bagus baik dari segi kelancaran, maupun

makhraj dan tajwidnya. Hal tersebut dilihat dari waktu yang ditempuh

selama proses menghafal, hasil tes muroja’ah dengan perolehan nilai A

dan B, sima’an dan uji coba hafalan oleh penulis. Faktor pendukung

pelaksanaan metode muroja’ah dalam menghafal Al-qur’an di Pondok

Pesantren Al-I’tishom diantaranya: kedisiplinan, mempunyai target

hafalan, motivasi orangtua dan guru , berdo’a agar sukses menghafal Al-

Qur’an dan adanya buku prestasi. Sedangkan faktor yang menghambat

metode muroja’ah diantaranya: ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi,

kecapekan, males,dan sakit.

2. Skripsi yang berjudul Efektivitas Murojo’ah dalam Meningkatkan

Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santriwati di Pondok Pesantren Al-

Kautsar Durenan Trenggalek Tahun 2018 yang ditulis oleh Nimas Ayu

33
Halila Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Tulungagung. Hasil

penelitian menunjukkan dua faktor yang mempengaruhi kelancaran

santriwati dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Al-Kautsar Durenan Trenggalek. Diantaranya ngaji

bersama (kalisakal) dan muroja’ah, serta kegiatan privat sebelum

sorogan dan mudarosah berkali-kali. Sedangkan kendala yang dihadapi

adalah perbedaan individu dan rasa malas untuk mengulang hafalan.

Faktor pendukung yang mempengaruhi kefasihan santriwati dalam

meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an adalah adanya

pelajaran ghorib dan metode yanbu’a. Sedangkan kendala yang

mempengaruhi kefasihan adalah perbedaan indvidu. Faktor pendukung

yang mempengaruhi penguasaan tajwid santriwati dalam kemampuan

menghafal Al-Qur’an adalah tartilan setelah magrib kemudian Famy Bi

Syauqin atau ngaji bersama satu khataman dalam seminggu, sedangkan

kendala yang dihadapi adalah kurangnya penguji secara khusus.

3. Jurnal Ilmiah yang berjudul Pelaksanaan Metode Muroja’ah Tahfidz Al-

Qur’an Di Ma’had Al-Ulya MAN Kota Batu yang ditulis oleh Faizatul

Mukholisoh, Anwar Sa’dullah, Nur Hasan. Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Universitas Islam Malang. Jurnal Pendidikan Islam Victarina

Volume 4 Nomer 3 Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan: 1)

Kemampuan tahfidz Al-Qur’an berdasarkan implementasi metode

muroja’ah di Ma’had Al-Ulya MAN Kota Batu diantaranya : (a). Dalam

pelaksanaan metode muroja’ah ini sudah banyak santri yang lancar,

34
namun ada sebagian yang masih membutuhkan bimbingan ustadzah.

(b). Santri tidak dituntut untuk memiliki lagu tertentu, tetapi boleh

memilih lagu sendiri. (c). Target yang harus santri capai dalam 3 tahun

yaitu 5 juz. 2) Proses pelaksanaan metode muroja’ah di Ma’had Al-Ulya

MAN Kota Batu diantaranya: (a). Setoran muroja’ah baru kepada

ustadzah setiap hari senin, selasa, kamis dan jum’at setelah sholat

shubuh. (b). Muroja’ah hafalan lama disetorkan kepada ustadzah

dilakukan setelah sholat isya. (c). Muroja’ah hafalan lama yang

diperdengarkan kepada teman dilakukan setelah setoran muroj’ah lama

kepada ustadzah selesai. (d). Ujian tahfidz, dilakukan setiap satu

semester sekali dimana santri harus menguji semua hafalan yang sudah

didapat secara bertahap selama satu minggu kepada ustadzah. 3).

Kendala pelaksanaan metode muroja’ah Al-Qur’an di Ma’had Al-Ulya

MAN Kota Batu diantaranya: (a) lupa sebagian atau beberapa ayat

karena kurangnya muroja’ah, (b) jenuh dan bosan ketika hafalan belum

lancar-lancar, (c) malas ketika muroja’ah hafalannya banyak, (d) waktu

yang terbatas karena banyaknya tugas sekolah.

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti metode

muroja’ah. Sedangkan perbedaannya terdapat pada model muroja’ah,

waktu dan tempat penelitian.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif,

yaitu dalam penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu

yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap

gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek

itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Sugiyono,

2016 : 10).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menafaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,

perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Dalam

penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan yaitu

pengamatan, wawancara dan pengamatan dokumen (Moleong, 2018: 5).

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangat penting.

Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data. Maka peneliti akan mengadakan

penelitian langsung melalui observasi dan wawancara dengan subjek

penelitian di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

36
C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 18 Juni

sampai 5 Juli 2020.

D. Sumber Data

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama

(wawancara) dari narasumber atau informan yang dianggap dapat

memberikan informasi yang sesuai atau relevan dengan kondisi

yang ada dilapangan. Data yang akan dicari yaitu metode muroja’ah

tahfidzul Qur’an menggunakan sistem simaan estafet ayat di PPTI

Al-Falah Salatiga. Sumber data langsung dari Pengasuh Pondok

PPTI Al-Falah, Pengasuh Tahfidz PPTI Al-Falah Salatiga, santri

Tahfidz PPTI Al-Falah Salatiga.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti dari

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder biasanya telah

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Data sekunder

digunakan untuk melengkapi atau mendukung data primer. Data

sekunder seperti struktur kepungurusan, jadwal kegiatan pondok,

tata tertib pondok , daftar nama ustadz / ustadzah dan santri serta

dokumentasi kegiatan pondok.

37
E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dalam memperoleh penelitian maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data di mana

peneliti mengadakan pengamatan baik secara langsung atau tidak

langsung dan melakukan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti (Sugiyono, 2009: 54). Metode observasi

ini untuk memperoleh data mengenai metode muroja’ah tahfidzul

Qur’an menggunakan model simaan estafet ayat. Observasi dalam

penelitian ini yaitu observasi partisipatif. Observasi partisipatif

adalah observasi yang dilakukan peneliti dengan dengan mengamati

dan berpartisipasi langsung dalam kehidupan informan yang sedang

diteliti. Objek yang diamati yaitu kegiatan simaan estafet ayat,

kondisi saat simaan estafet ayat dan fasilitas atau sarana dan

prasarana Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah.

2. Wawancara
Wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

tujuan tertentu (Maslikah, 2017: 321)

Penulis melakukan wawancara dengan narasumber atau

informan (Pengasuh Pondok PPTI Al-Falah, Pengasuh Tahfidz PPTI

38
Al-Falah Salatiga, santri Tahfidz PPTI Al-Falah Salatiga), dan santri

non tahfidz untuk mendapatkan data yang dibutuhkan tentang

bagaimana model simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah di

PPTI Al-Falah Salatiga, dan apa saja faktor pendukung dan

penghambat dalam penggunaan metode muroja’ah dengan

menggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga.

3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu metode untuk mencari data yang

terkait dengan hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar dan majalah (Arikunto, 2006: 231).

Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data

gambaran umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

sejarah berdirinya, struktur kepengurusan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi, maka selanjutnya adalah analisis data.

Analisis data ini dilakukan dengan cara kualitatif. Dalam penelitian

kualitatif difokuskan pada proses selama di lapangan dan pengumpulan

data. Narasumber dalam penelitian ini adalah pengasuh pondok, putri

dari pengasuh, santri hufadz dan santri non hufadz. Informasi kunci yang

diperoleh sari santri non hufadz adalah koreksi bacaan (tajwid), dan

semangat nderes.

39
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2017:337)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti

ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks

dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih data-

data yang pokok, menfokuskan pada hal yang penting, dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplay data, maka akan mempermudah untuk memahami

apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

40
c. Conclusion Drawing atau Verivication

Langkah selanjutnya atau langkah yang terakhir dalam

penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif bersifat konteks yang mana hasil penelitian

sesuai dengan keadaan yang diteliti. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang

sebelumnya belum ada.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan dalam penelitian data, merupakan salah satu bagian yang

terpenting untuk mengetahui kebenaran data dan hasil penelitian yang

telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam

pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten

sehingga menjadi sebuah data yang valid dan bisa dipertanggung

jawabkan.

Ada tiga macam triagulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, menurut Patton

yang dikutip dala Moleong ( 2018 : 331 ) , hal itu dapat dicapai

dengan jalan :

41
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

2. Triangulasi Metode

Menurut Patton dikutip oleh Moleong (2018: 331), terdapat dua

strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan

derajat beberapa sumber dan metode yang sama.

3. Triangulasi Teori

Menurut Linclon dan Guba yang dikutip oleh Moleong

(2018: 331) menganggap bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan Patton

berpendapat lain yaitu bahwa hal itu dapat dilakukan dengan

penjelasan banding (rival explanation).

Adapun yang digunakan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik triangulasi sumber yakni membandingkan dan

42
mempercayakan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber

yang berbeda dengan metode yang sama (wawancara).

H. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahapan penelitian metode muroja’ah menggunakan model

simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah sebagiai berikut :

1. Tahapan Sebelum ke Lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi

pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada

pembimbing dalam menyusun proposal penelitian, dilanjutkan

penyelesaian perijinan lokasi penelitian.

2. Tahapan Pekerjaan Lapangan

Melakukan penelitian secara langsung di PPTI Al-Falah Salatiga

untuk memperoleh data dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi terkait metode muroja’ah tahfidzul Qur’an

menggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al Falah Salatiga.

3. Tahapan Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan penyaringan data yang telah

diberikan obyek maupun informan dan diadakan perbaikan dari segi

bahasa maupun sistematikanya, agar dalam laporan hasil penelitian

memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi.

4. Tahapan Penulisan Data

Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian

43
makna. Selain itu, peneliti melakukan konsultasi kepada

pembimbing guna penyususnan laporan selengkapnya.

44
BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-

Falah Salatiga

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga yang

beralamat di Jalan Bima No. 2 Grogol, Dukuh, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah kode pos 50722.

Adapun batas-batasnya sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : The green hutama dan pemukiman

warga

b. Sebelah Selatan : Pemukiman warga

c. Sebelah Timur : ± 1 km SMP N 5 Salatiga

d. Sebelah Barat : Pemukiman warga

Berdasarkan hasil observasi dapat digambarkan bahwa

lokasi Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah letaknya

strategis dan bisa dijangkau oleh kendaraan umum, dekat dengan

SMP N 5 Salatiga, SD Dukuh, SMK N 1 Salatiga, SMK PGRI,

SMK N 2 Salatiga bahkan dekat juga dengan IAIN Salatiga

Kampus 2.

45
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

dibawah naungan yayasan Al-Falah, selain pondok didalamnya

juga ada SMK Al-Falah Salatiga yang berada di satu lokasi.

SMK Al-Falah Salatiga ada 2 jurusan yaitu Tata Busana dan

teknik otomotif.

b. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-

Falah Salatiga

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

berdiri pada tahun 1986 yang didirikan oleh Almukarrom KH.

M. Zoemri RWS bersama sang istri Hj. Latifah Zoemri. Pondok

pesantren ini berdiri di atas tanah milik pribadi yang mendapat

dukungan dari masyarakat sekitar dan pemerintah. Awalnya

muassis hanya menerima dan menampung santri putra dan putri

dari lingkungan sekitarnya. Seiring perkembangan zaman, PPTI

Al-Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat

yang membutuhkan pendidikan agama lebih mapan lagi. Untuk

itu, pada tahun 1990, KH. M Zoemri mendirikan Madrasah

Diniyyah dengan materi pelajaran khusus agama dengan jenjang

pendidikan 7 tahun yang meliputi jenjang tingkatan: Ula,

Wustho dan Ulya. PPTI Al-Falah memiliki letak strategis

dengan lembaga pendidikan formal, mulai dari SD, SMP, SMA

sederajat serta pendidikan tinggi (universitas).

46
Dalam rutinitas sehari-hari, kegiatan belajar mengaji

diampu langsung oleh Al-mukarromah Ibu Nyai Hj. Latifah

bersama dengan dewan asatidz. Serta demi lancarnya koordinasi

dan mekanisme organisasi santri PPTI Al-Falah Salatiga.

Dibentuk pengurus pondok dengan masa jabatan satu tahun

(dulu) sekarang masa jabatan dua tahun.

Kurikulum di PPTI Al-Falah lebih condong pada

pengajaran kitab kuning. Meskipun demikian, santri yang mau

menghafal Al-Qur’an juga diperbolehkan. Hafalan biasanya

langsung dengan Bu Nyai (untuk muroja’ah) dan dengan putri

bungsunya beliau Ning Siti Nur Halimah (untuk setoran

menambah hafalan).

Melihat keadaan santri yang mayoritas berpendidikan

formal, maka kegiatan mengaji dimulai sore hari setelah asar,

hingga pagi setelah sholat subuh. Kegiatan rutin yang dilakukan

santri Al-Falah diluar jam KBM antara lain Sholat berjamaah,

sorogan Al-Qur’an, mujahadah dan yasin tahlil, ziaroh dan

kultum. Dzibaiyah dan khitobah untuk santri putri danroan

kubro setiap ahad pagi. Seperti pondok pesantren pada

umumnya, disetiap akhir tahun pembelajaran, PPTI Al-Falah

mengadakan ziaroh kubro dan haflah akhirussanah yang

dilaksanakan bergantian setiap tahunnya.

47
Selain memuat pendidikan agama, PPTI Al-Falah juga

memberikan fasilitas untuk santri yang bertujuan

mengembangkan potensi mereka melalui beberapa wadah

ekstrakurikuler yang terdiri UPS, UKS dan juga BUMP.

c. Profil Pondok PPTI Al-Falah Salatiga

Pondok pesantren Al-Falah merupakan sebuah institusi

pendidikan keagmaan, selain pendidikan keagamaan di PPTI

Al-Falah juga disedikaan Unit Kegiatan Santri (UKS) yaitu

Koppotren (Koperasi Pondok Pesantren), Poskestren (Pos

Kesehatan Pesantren), Insantri (Inspirasi Santri), Perpustakaan,

dan ada juga BLK (Balai Latihan Kerja). Adapun secara statistik

profil pondok Al-Falah Salatiga adalah sebagai berikut :

1) Nama Pondok Pesantren :Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga

2) Alamat :

a) Dusun : Ngemplak

b) Desa : Dukuh

c) Kecamatan : Sidomukti

d) Kota : Salatiga

e) Provinsi : Jawa Tengah

f) Web :

www.pptialfalahsalatiga.com

g) Kode Pos :50722

48
3) Tahun Berdiri : 1986

4) Nama Pendiri :

a) KH. M Zoemri RWS

b) Nyai Hj. Latifah

5) Nama Pimpinan : Nyai Hj. Latifah

6) Jumlah Santri : ±435

d. Visi Misi

1) Visi

Mewujudkan PPTI Al-Falah Salatiga sebagai pencetak

sumber daya manusia profesional yang bermoral, beriman,

bertaqwa, serta sebagai pusat dakwahtul Islamiah bagi

masyarakat yang berlandasan pada asas-asas ajaran Islam.

2) Misi

a) Menyiapkan alumni yang menguasai ilmu pengetahuan

umum maupun agama yang mempunyai iman dan taqwa

berdasarkan hukum Islam.

b) Membantu tamatan yang tangguh dan kepribadian

unggul bagi pengembangan diri yang islami.

c) Menyiapkan para pengajar berbasis pesantren yang

profesional dibidang keahlian agama (Islam).

d) Mendidik, melatih, dan menyiapkan dakwahtul Islamiah.

49
e) Meningkatkan mutu pondok pesantren era globalisasi

menuju modern.

f) Sebagai sumber layanan informasi dan tempat pelatihan

dibidang keahlian agama. (Dikutip dari papan

pemberitahuan Visi dan Misi PPTI Al-Falah Salatiga)

e. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren tarbiyatul Islam

Al-Falah Salatiga Tahun 2020

Sarana dan prasarana merupakan unsur yang sangat penting,

karena sarana dan prasana dapat menunjang untuk

berlangsungnya proses belajar mengajar serta dalam kehidupan

sehari-hari di pesantren. Adapun sarana dan prasarana yang

dapat menunjang pembelajaran di PPTI Al-Falah Salatiga

Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2020

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Kantor Pengurus (Putra dan Putri) 3

2. Aula Utama 1

3. Masjid 1

4. Kamar Santri Putra 7

5. Kamar Santri Putri 20

50
6. Ruang untuk Mengaji 6

7. Papan Tulis 8

8. Meja Guru 6

9. Mading 1

10. LCD 1

11. Proyektor 1

12. Kamera 2

13. Tripot 3

14. Komputer 6

15. Printer 3

16. Dapur 1

17. Koperasi 1

18. Kamar mandi putra 9

19. Kamar mandi putri 15

20. Lokasi penjemuran putra 1

21. Lokasi penjemuran putri 3

51
22. Perpustakaan 1

23. Insantri 1

24. PSB 1

Sumber : Perlengkapan PPTI Al-Falah

f. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-falah Salatiga Tahun 2020

Untuk membantu dan mengoptimalkan kegiatan di

pesantren baik dalam pendidikan maupun dalam bidang lainnya,

maka dibentuk struktur kepengurusan pondok pesantren, yang

mana setiap orang yang sudah diberi amanah harus menjalankan

tugas dan tanggungjawabnya secara maksimal. Adapaun struktur

organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Tarbiyatu Islam Al-

Falah Salatiga Tahun dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2020

No Nama Jabatan

Putra Putri

1. Gunawan Laksono Aji, Nur Fandhilah Ketua

S.Pd.I,M.A

2. Khabib Sholihuddin Mufidatul Latifah Wakil Ketua

52
3. Achmad Muzaqi Siti Nurul Mawadati Sekertaris

4. - Fatichatin Najibah Bendahara

Pusat

5. Zein Khoirul M Nur Khakimah Bendahara

6. Royan Arifudin Nina Lestari Bendahara

Makan

7. a) Hanafi Ashar a) Ika Nur Anggita Diklat

b) M. Yasin Al- b) Aisah

Amin c) Nailul Haq Al-

c) PutraAdi Mushofa

Pratama d) Ida Laili Lutfiyah

d) Danang Setiadi e) Ummu Yulaihah

e) Assegaf Adnan f) Kumala Izzatul

A.Y Asna

f) Burhanudin

Malik

8. a) Hufron a) Fuziatul Keamanan

Faqih Ngumriah

b) M. Ghulam b) Susi Susanti

Fahrurruzam c) Sri Rahayu

c) M. Khoirul d) Eki Wijayanti

Munzilin

53
d) Fatwah e) Sri Retno Asih

Abdul Majid L

e) Alip Bagas f) Tuty Alawiyah

Subekti g) Anis Nur

f) Liko Tegar Arifah

M h) Nur Afifah

9. a) Nur Khakim a) Dika Suci Winarti Kebersihan

b) Denis Wiki P b) Nila Umniati

c) Mar’i Machasin c) Siti Izzatul

d) Imam Mutakin Ummah

d) Rifka Ayu M

e) Laelatus Sholihah

f) Naendy Deswita

g) Zakiyatul Fikriyah

10. a) Ganang Fathur - Rumah

R Tangga

b) Ahmad Haris

Susilo

c) Sukma Al-Fayet

11. a) Basit Chusnil M a) Maelal Hasanah Ketua

b) Ahmad b) Anisah Komplek

Hadziqun Nuha c) Nurul Fathonah

d) Rusda Khoirina

54
e) Amilatul Asna

f) Nita Fajriyati

12. a) Miftahul Khoiri a) Meila Sari Logistik

b) M. Akrom b) Imro’atus Shilihah

c) Dian Kurnia I

d) Iin Nur Lisnawati

e) Ani Maftukhatul

f) Ati’ Likai Tanjua

13. Andi Setiawan - Kesehatan

14. Achmad Muzaqi - Insantri

15. Oktavia Santriani - Perpustakaan

16. Rohman Amrulloh Eki Wijayanti Pengembangan

dan BUMP

Sumber : Sekertaris PPTI Al-Falah Salatiga

g. Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam

Al-Falah Salatiga Tahun 2020

Ustadz dan ustadzah merupakan unsur yang sangat penting

dalam pembelajaran, ustadz dan ustadzah membimbing dan

55
mendidik para santri. Ustadz dan ustadzah merupakan orang yang

bertanggungjawab dalam mengatur jalannya kegiatan belajar

mengajar (KBM). Ustadz dan ustadzah yang mengajar di PPTI Al-

Falah yaitu pengasuh dan putrinya, para santri yang ditunjuk

pengasuh, dan mendatangkan ustadz ustadzah dari luar pondok.

Daftar ustadz maupun ustadzah dan mata pelajaran yang diajarkan

di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2020

No Nama Mata Kajian

1. Ibu Nyai Hj. Latifah Ayuhal Walad, dan

Risalatul Makhid

2. Ning Siti Nur Halimah Al-Qur’an, Simaan, Syifaul

Jinan, dan Risalatul Quro’

3. Kyai Badarudin AH Tafsir Jalalain dan Jawahirul

Bukhari

4. Kyai Najib Tafrikhan Minhajul Qawim

5. Kyai Kholilurrohman Fatkhul Wahab, Ihya’

Ulumudin, dan Fathul

Mu’in 3-4

56
6. Kyai Nur Soim Tafsir Jalalain, Fathul Qarib,

dan Alfiah 2

7. Gus Wildan Attamimi Fathul Mu’in 1-2, As-Sorfu,

dan Al-Jurumiyah

8. Ustadz Gunawan Fathul Qarib, Alfiah 1, dan

Qowaidul I’rob,

9. Ustadz Jihan Abdillah At-Tadzhib, dan At-

Tsimarul Janiyah

10. Ustadz Rifa Jamaludin Waroqot

11. KH. Maksum Kifayatul Awam, Al Imrithi,

Arba’in Nawawi, dan

Mustolah Hadist

12. Ustadz M. Ainul Yakin Ta’limul Muta’alim,

Tankihul Qoul, dan Ayuhal

Walad

13. Ustadz M. Syarif H Sulam Taufik

14. Ustadzah Afif Tuhfatul Atfal

15. Ustadz Adi Pratama Awamil

16. Ustadz Ahmad Muhlasin Safinatun Naja

17. Ustadz Edi Romli Hujah Aswaja

18. Ustadz Hanafi Ashar Tafsirul Kholaq

19. Ustadzah Nailul Haq Nadzom Jazariyah

20. Ustadzah Evie Yuniati Alala, dan Izul Adab

57
21. Ustadzah Lailatul M Aqidatul A wam

22. Ustadzah Eki Wijayanti At Tsimarul Janiyah

23. Ustadz Solihudin,

Ustadz Miftahul Khoiri, Al-Qur’an (sorogan putra)

Ustadz Khadziqun Nuha

24. Ustadz Miftahul Khoiri Alala

25. Ustadz Nur Kholis Izul Adab

26. Ustadz A. Nur Hakim Aqidatul Awam

27. Ustadz Solihudin Risalatul Makhid

28. Ustadz Munzilin Fasholatan

29. Ustadzah Rofiqotul Syifaul Jinan, dan Risalatul

Asna Quro’

Sumber: Diklat PPTI Al-Falah Salatiga

h. Kegiatan Pembelajaran Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga Tahun 2020

Kegiatan pembelajaran di pondok wajib diikuti oleh

seluruh santri. Jika salah satu santri tidak melakukan maka akan

ada konsekuensinya (ditakzir). Adapun rincian kegiatannya

yaitu:

58
1) Kegiatan harian

Tabel 4.4

No Waktu Kegiatan

1. 03.30-04.15 Bangun tidur dan persiapan

sholat Subuh berjamaah

2. 04.30-05.00 Jamaah Subuh

3. 05.00-06.00 Setoran hafalan al-Qur’an

santri hufadz dengan Ning

Alim, selain hufadz

mengaji sesuai kelas

masing-masing

4. 06.00-07.00 Piket ndalem dan piket

dapur bagi yang piket

5. 07.00-12.00 Melakukan kegiatan

masing-masing. Misal

sekolah, kuliah, kerja

maupun yang lainnya

6. 12.00-12.30 Jamaah Dzuhur

7. 12.30-15.30 Istirahat dan melakukan

kegiatan masing-masing

59
8. 15.30-16.00 Jamaah Ashar

9. 16.00-17.00 Mengaji sesuai kelas

masing-masing

10. 17.00-17.45 Istirahat dan persiapan

sholat Magrib

11. 17.45-18.30 Jamaah Magrib

12. 18.30-19.15 Setoran muroja’ah dengan

Bu Nyai latifah bagi yang

hufadz, yang non hufadz

sorogan al-Qur’an dengan

musyawir masing-masing

13. 19.15-19.45 Jamaah Isya’

14. 19.45-20.00 Persiapan ngaji

15. 20.00-21.00 Mengaji sesuai kelas

masing-masing

16. 21.00-22.00 Bandongan Tafsir Jalalain

bagi santri hufadz dan

santri sesuai dengan

kelasnya

60
17. 22.00-23.00 Belajar, muroja’ah,

membuat hafalan maupun

yang lainnya

18. 23.00-03.00 Istirahat

19. 03.00-03.30 Qiyamul lail dan muroja’ah

maupun membuat hafalan

(bagi yang hufadz)

2) Kegiatan mingguan

Tabel 4.5

No Hari Waktu Kegiatan

1. Jum’at 05.00-06.00 Ziaroh ke

maqom

pendiri

pondok Al-

Falah

2. Sabtu 05.00-06.30 Simaan

estafet ayat

61
3) Kegiatan tahunan

Tabel 4.6

No Bulan Kegiatan

1. Setiap 3 bulan Pertemuan walisantri

sekali

2. Rabi’ul Awal Peringatan Isro’ Mi’roj

3. Ramadhan Ngaji kilat Ramadhan

4. Syawal Halal bi halal santri dan

walisantri

5. Dzulhijjah Khataman al-Qur’an,

kutub, dan ziarah

waliyullah

6. Oktober Peringatan HSN ( Hari

Santri Nasional )

i. Gambaran Informan

Berikut ini adalah gambaran informan yang membantu

dalam mengumpulkan informasi terkait metode muroja’ah

tahfidzul Qur’an model simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah

Salatiga.

62
Tabel 4.7

Daftar Nama Informan

No Nama Informan Kode Jabatan

Informan

1. Ibu Nyai Hj. Latifah LZ Pengasuh

Zoemri PPTI Al-

Falah

2. Ning Siti Nur SHN Putri dari

Halimah Al-Hafidzoh pengasuh

3. Ida Laily Lutfiyah IDL Santri hufadz

dan pengurus

4. Afidatul Uluwiyah AU Santri hufadz

5. Minarsih Mi Santri hufadz

6. Naendy Deswita ND Santri hufadz

7. Aisah Ai Santri non

hufadz

8. Anisah An Santri non

hufadz

63
2. Temuan Peneliti

Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada

pengasuh, pengurus dan santri adalah sebagai berikut:

a. Model Simaan Estafet Ayat dalam Metode Muroja’ah di

PPTI Al-Falah Salatiga

Model simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah di PPTI

Al-Falah Salatiga dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:

Menurut IDL metode muroja’ah dengan menggunakan model

simaan estafet ayat berarti sebagai berikut :

“Simaan estafet ayat yaitu simaan yang diikuti oleh para


santri hufadz dengan metode hafalan per ayat atau per
halaman yang disimak secara langsung serta bergantian
dari orang ke orang sedangkan metode muroja’ah yaitu dari
kata muroja’ah sendiri berarti kembali sama arti dengan
tikror yaitu mengulang. Sehingga metode muroja’ah yaitu
metode yang dilakukan oleh santri yang mempunyai hafalan
(hufadz) untuk kembali atau mengulang hafalannya yang
sudah berlalu atau mengulang dari awal lagi untuk
mengingat hafalan.Jadi simaan estafet yang dimana
dilakukan dengan sistem mengulang yang diikuti santri
hufadz (yang disimak) dan santri non hufadz
(penyimak).”(Hasil wawancara pada tanggal 18 Juni, pukul
14.53)
Berdasarkan hasil wawancara dengan IDL menyatakan

bahwa simaan yang diikuti oleh para santri hufadz dengan

metode hafalan per ayat atau perhalaman serta bergantian dari

orang ke orang yang disimak secara langsung oleh santri non

hufadz dengan sistem mengulang hafalan yang dimiliki atau

mengulang hafalan yang sudah berlalu untuk mengingat hafalan

yang dimiliki.

64
Pendapat IDL memiliki persamaan dengan wawancara Mi :

“Model simaan estafet ayat yaitu suatu model untuk


menghafal al-Qur’an dimana para santri hufadz membaca
Al-Qur’an dengan bil ghoib dengan didengarkan oleh santri
lainnya secara berurut atau bergatian sedangkan metode
muroja’ah yaitu metode menghafal dengan cara
pengulangan ayat-ayat yang sudah dihafal agar hafalan
yang dihafalkan tidak hilang dari ingatan.Model simaan
estafet ayat dalam metode muroja’ah yaitu suatu model
menghafal al-Qur’an yang didegarkan oleh santri dengan
cara bergatian secara urut dan sekaligus merupakan salah
satu upaya yang sekaligus digunakan santri hufadz untuk
mengulang ayat-ayat yang telah dihafal agar selalu
terjaga.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni, pada pukul
10.22 WIB)

Sebagaimana yang dipaparkan oleh An tujuan terkait

diadakannya metode muroja’ah sebagai berikut :

“Untuk kalangan yang hufadz agar hafalan tidak hilang,


sedangkan untuk kalangan non hufadz diniatkan untuk
nderes.” (Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni, pada pukul
14.28 WIB)

Begitu juga hasil wawancara dengan ND

“Upaya untuk mengingat hafalan yang sudah dihafalkan,


menjaga hafalan al-Qur’an agar tidak cepat hilang dari
ingatan.”(Hasil wawancara pada tanggal 23 Juni, pada pukul
14.06 WIB)

Selanjutnya menurut LZ mengenai tujuan metode muroja’ah

“Untuk menjaga deresan yang sudah dimiliki sehingga


semakin banyak muroja’ah, maka menjadi lancar.” (Hasil
wawancara pada tanggal 2 Juli, pada pukul 10.00 WIB)
Jadi tujuan dari metode muroja’ah adalah untuk mengingat

hafalan agar tidak hilang,tetap terjaga maka hafalan menjadi

lancar.

65
Sebagaimana yang dipaparkan oleh IDL mengenai

penguasaan tajwid dalam simaan estafet ayat

“Iya berpengaruh, sehingga santri hufadz akan terbiasa


dalam mengaji dengan tartil menggunakan penguasaan
tajwid bukan hanya saat mengaji saja yang akan disetorkan
kepada guru akan tetapi dalam segala event. Dan juga
berpengaruh dalam hal arti, karena saat salah dalam
penggunaan tajwid maka salah juga dalam hal arti serta
menjadikan santri hufadz bersikap hati-hati dalam
membaca.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni, pada
pukul 14.55 WIB)

Selanjutnya menurut SNH mengenai penguasaan tajwid

dalam simaan estafet

“Lha itu juga salah satunya penguasaan tajwid juga dari


semua segi yang memang harus dia kuasai sebagai bekal ia
untuk menghafalkan al-Qur’an dadi wis ono jadwal nek
dikita kan seminggu sekali setiap hari Sabtu lha niku berarti
lha sesuk aku simaan estafet juz iki,berarti aku kudu
persiapan,jadi ketika dia sudah tahu jadwal dia bisa lebih
well prepare,mempersiapkan dirinya, nggeh niku wau
persiapan dari segala sisi baik itu hafalannya kemudian
tajwid niku uwis ibarat wong ngaji wis mutlak memang
haknya al-Qur’an dicara secara tajwid memang harus
dibaca sesuai tajwid meliputi hukum bacaan, makharijul
huruf, tanda baca waqof dan lain sebagainya juga harus
diperhatikan.” Itu merupakan salah satu penguasaan tajwid
dari semua segi yang memang harus dia kuasai sebagai bekal
ia untuk menghafalkan al-Qur’an, jadi sudah ada jadwal
kalau dikita kan seminggu sekali setiap hari Sabtu, besok aku
simaan juz ini, berarti saya harus persiapan, jadi ketika dia
sudah tahu jadwal dia bisa lebih well prepare
mempersiapkan dirinya, yaitu tadi persiapan dari segala sisi
baik itu hafalannya kemudian tajwid itu ibarat orang ngaji
sudah mutlak memang haknya al-Qur’an dibaca secara
tajwid meliputi hukum bacaan, makahrijul huruf, tanda baca
waqof, dan lain sebagainya juga harus diperhatikan. (Hasil
wawancara pada tanggal, 3 Juli pada pukul 16.50 WIB )

Begi tu juga hasil wawancara dengan LZ

66
“Sangat berpengaruh.”(Hasil wawancara pada tanggal 2
Juli pada pukul 10.03)

Jadi penguasaan tajwid dalam simaan estafet itu sangat

berpengaruh, sehingga santri hufadz dan non hufadz akan

terbiasa membaca al-Qur’an dengan tartil dan sesuai tajwid

disegala event, tidak hanya ketika mengaji didepan guru saja.

Dan juga berpengaruh dalam hal arti, karena salah dalam tajwid

maka akan salah juga dalam arti serta menjadikan santri hufadz

dan non hufadz bersikap hati-hati dalam membaca. Dan sifatnya

wajib bagi pembaca al-Qur’an untuk memahami dan

mengamalkan ilmu tajwid.

Menurut Ai yang membuat simaan estafet ayat di PPTI Al-

Falah

“Ning Siti Nur Halimah.” (Hasil wawancara pada tanggal 27


Juni, pada pukul 12.30)

Selanjutnya menurut LZ

“Itu programnya dek alim.”(Hasil wawancara pada tanggal


2 Juli, pada pukul 10.05)

Menurut SNH mengenai yang membuat simaan estafet ayat

di PPTI Al-Falah

“Salah satu corak khas pesantren, pondok niku biasane yang


mengelola itu akan sesuai dengan apa yang dipelajari ketika
mondok riyen misale mriki kan bapak mondok teng
Tegalrejo, lha teng Tegalrejo niku khasnya yaitu tata cara
ibadahnya, wiridanya, tirakatnya maupun mujahadanya
disadur darisana mulai dari tradisi-tradisi tirakat-
tirakatnya juga diambil darisana karena Bapak dulu
mondoknya disana koyo wiridan bar sholat niku antara
pondok yang satu dengan yang lainnya berbeda karena

67
Bapak dulu mondok disana maka ada sanadnya terus koyo
tirakat tirakate mriki kan usum mujahadah usum poso
nahun, poso mutih dan lainnya yang berlaku atau biasa
Bapak atau Ibu ijazahkan adalah dulunya warisan dari
pondok Bapak dulu (Tegalrejo). Seperti halnya itu ada
kegiatan estafet juga tabarukan kalih tempat dimana dulu
saya pernah belajar disana saya mondok, lha kulo kan riyen
teng Brabo diwarahine ngoten estafet (gantian) ayat dan
niku tidak ada patokan pasti secara teori harus begini-begini
mboten, lha kita tabarukan dari segi pembelajaran dan
metode.”Salah satu corak khas pesantren, pondok itu
biasanya yang mengelola akan sesuai dengan apa yang
dipelajari ketika mondok dulu, misalnya sini kan Bapak dulu
mondok di Tegalrejo, di Tegalrejo itu khasnya tata cara
ibadahnya, wiridnya, tirakatnya maupun mujahadah disadur
darisana mulai dari tradisi-tradisi, tirakat-tirakatnya diambil
darisana karena Bapak dulu mondoknya disana. Seperti
tirakat tirakatnya sini kan mujahadah, puasa nahun, puasa
mutih dan lainnya yang berlaku atau biasa Bapak atau Ibu
ijazahkan adalah dulunya warisan dari pondok Bapak dulu
(Tegalrejo). Seperti halnya itu ada kegiatan estafet juga
tabarukan dengan tempat dimana dulu Saya pernah belajar
disana, dulu Saya di Brabo diajari estafet (gantian) ayat dan
tidak ada patokan pasti secara teori harus seperti ini, kita
tabarukan dari segi pembelajaran dan metode. (Hasil
wawancara pada tanggal 3 Juli, pukul 17.05 WIB)
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang membuat program simaan

estafet ayat di PPTI Al-Falah adalah Ning Siti Nur Halimah Al-

Hafidzoh. Beliau tabarukan dengan tempat beliau dulu mondok

di Brabo.

Menurut AU yang mengikuti simaan estafet

“Semua santri hufadz dan non hufadz ikut menyimak dalam


simaan estafet.” (Hasil wawancara paada tanggal 24 Juni,
pada pukul 14.00 WIB)

Selanjutnya menurut IDL

”Santri hufadz dan santri non hufadz (santri hufadz sebagai


orang yang melakukan simaan estafet dan santri non hufadz
sebagai penyimak).”(Hasil wawancara pada tanggal 18
Juni,pada pukul 15.10 WIB)

68
Selanjutnya menurut Ai

“Para santri hufadz dan non hufadz kelas 1 ula, 2 ula, 3 ula,
dan 1 wustho.” (Hasil wawancara pada tanggal 27 Juni, pada
pukul 12.35 WIB)
Jadi yang mengikuti simaan estafet ayat yaitu santri hufadz dan

non hufadz dari kelas 1 ula, 2 ula, 3 ula, dan 1 wustho.

Menurut Mi pengaruh kegiataan simaan estafet bagi santri

hufadz

“Pengaruhnya menambah daya ingat kekuatan otak dalam


menghafal, karena dengan adanya simaan estafet melatih
daya ingat terhadap al-Qur’an.” (Hasil wawancara pada
tanggal 22 Juni, pada pukul 10.35 WIB)

Menurut An pengaruh kegiatan simaan estafet bagi santri

non hufadz

“Bagi yang hufadz untuk memotivasi mbak-mbak dan kang-


kang hufadz untuk semangat hafalan soale kan bakal
ditamatke kan, bagi non hufadz, kalau bagi aku sendiri, aku
bisa belajar tajwid dan lebih memotivasi soale kadang nek
bareng-bareng iku semangat nderese, jadi nek aku
ngrasakke atine tambah adem hehe, seneng juga.”Bagi yang
hufadz untuk memotivasi mbak-mbak dan mas-mas hufadz
untuk semangat hafalan karena mbak-mbak dan mas-mas
hufadz yang menjadi pusat perhatian ketika simaan, bagi non
hufadz, kalau saya sendiri saya bisa belajar tajwid dan lebih
memotivasi soalnya kadang kalau bersama-sama itu
semangat nderesnya, jadi yang saya rasakan haatinya tambah
adem hehe, senang juga.(Hasil wawancara pada tanggal 25
Juni, pada pukul 14.35)

Menurut SNH alasan simaan estafet dilakukan 2 juz

“Dua juz tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak


karena mustami’ ada yang sekolah, nggh kalih ngepaske
waktune nek saget nderek sedoyo besok misalkan di lain hari
kita buat 5 juz juga bisa, lha niku sifate bebas.” Dua juz
tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak karena mustami’
ada yang sekolah, menyesuaikan waktu juga kalau bisa ikut

69
semua, besok misalkan di lain hari kita buat 5 juz juga bisa,
itu sifatnya bebas. (Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli,
pada pukul 17.10)

Selanjutnya menurut LZ

“Sudah programnya dek Alim.”(Hasil wawancara pada


tanggal 2 Juli, pada pukul 10.15)

Menurut Mi yang memimpin simaan estafet

“Ning Alim.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni, pada


pukul 10.40)

Selanjutnya menurut ND

“Ning Alim (sebagai pembimbing tahfidz) atau yang


mewakili jika Ning Alim berhalangan hadir.” (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Juni , pada pukul 14.10)
Menurut AU yang sudah menggunakan model simaan estafet

ayat

“Ada, dari berbagai pondok pastinya ada. Tetapi tidak


semua pondok dilakukan dalam setiap seminggu” (Hasil
wawancara pada tanggal 24 Juni , pada pukul 14.03 WIB)

Selanjutnya menurut IDL

“Sudah Ponpes An-Nashriyyah Brabo (Ning Alim dulunya


mondok di An-Nashriyyah” (Hasil wawancara pada tanggal
18 Juni, pada pukul 15.15 WIB)

Menurut SNH alasan dan tujuan diadakannya simaan estafet

“nek teng mriki kan coro wonge niku ditampilke kan


ngono,niku salah satunya adalah nggeh untuk menguji
keberanian dadi nanti harapannya ketika pulang insyaallah
mbak-mbak yang berasal dari pondok lha yang tahfidz kan
sangat diharapkan dimasyarakat dadi nanti mesti, mesti
mbak nek wis tekan umah mesti kon ngaji kon simaan dan
lain sebagainya lha itu adalah salah satu untuk melatih
mental bagi pembacanya atau bagai mbak-mbak atau mas-
mas hufadz tadi untuk melatih mental, jadi dia berani untuk
tampil didepan umum untuk mengaji, lha keberanian itu
tidak begitu saja anggere wani tapi ora nderes mboten,lha

70
karena didepan orang banyak kan sebisa mungkin aku kudu
iso,kudu lancar, lha itu nanti diharapkan juga menimbulkan
himmah lha iku mengko dadi semangat,owh aku sesuk
simaan estafet o aku didelok wong akeh bukan karena ingin
dilihatnya tetapi itu menjadi motivasi sendiri untuk
semangat nderes lagi untuk bisa melancarkan lagi apa yang
dihafalkan itu untuk yang pembacanya seperti itu lha untuk
para penyimak ada tujuan tersendiri dadine untuk yang
menyimak itu tujuannya untuk membiasakan dadi gen do
kulino meskipun itu yang ngajinya sudah lancar ataupun
belum lancar dengan cara menyimak koyo dadi e ajang
koreksi kepada cara ngaji masing-masing dadi nek nyimak
owh mbak hufadz jek moco owh jebul cara mocone ngene,
misalkan ada yang belum tahu caranya lha itu sebagai niku
wau e ajang nderes juga, e itu ajang untuk menumbuhkan
semangat untuk giat mengaji untuk e nemen-nemeni al-
Qur’an nggeh kagem seneng,kulino kalih al-Qur’an niku sek
paling penting, jadi kenapa yang simakan bukan hanya
untuk kalangan santri-santri yang program hufadz tapi
disimak oleh santri-santri yang non hufadz itu saling
didalam majelis itu diharapkan semuanya setiap kali ada
kegiatan itu semakin tambah kecintaan al-Qur’an, semakin
semangat untuk membaca al-Qur’an, memahami al-Qur’an,
belajar dan mengamalkan isi yang ada dalam al-Qur’an.”
Kalau disini kan ditampilkan kan seperti itu, itu salah
satunya adalah untuk menguji keberanian, jadi nanti
harapannya ketika pulang mbak-mbak yang erasal dari
pondok yang tahfidz sangat diharapkan dimasyarakat, jadi
nanti pasti, pasti mbak kalau sudah di rumah pasti disuruh
ngaji, simaan dan lain sebagainya, itu merupakan salah satu
untuk melatih mental bagi pembacanya atau bagi mbak-
mbak dan mas-mas hufadz tadi untuk melatih mental, jadi
dia berani untuk tampil didepan umum untuk mengaji,
keberanian itu tidak begitu saja hanya berani tetapi tidak
nderes, karena didepan orang banyak sebisa mungkin saya
harus bisa, harus lancar, itu diharapkan juga menimbulkan
himmah, itu nanti menjadikan semangat owh saya besok
simaan estafet owh saya besok dilihat orang banyak bukan
karena ingin dilihatnya tetapi itu menjadi motivasi sendiri
untuk semangat nderes lagi untuk bisa melancarkan lagi apa
yang dihafalkan itu untuk yang pembacanya seperti itu.
Untuk para penyimak ada tujuan tersendiri jadinya untuk
yang menyimak itu tujuannya untuk membiasakan jadi agar
terbiasa meskipun yang ngajinya sudah lancar ataupun
belum lancar dengan cara menyimak seperti jadi ajang
koreksi kepada cara ngaji masing-masing, jadi ketika nyimak

71
owh mbak hufadz sedang membaca owh ternyata
meembacanya seperti ini, misalkan ada yang belum tahu
caranya itu sebagai ajang nderes juga, e itu ajang untuk
menumbuhkan semangat untuk giat mengaji untuk e
mendalami al-Qur’an ya supaya senang, terbuasa dengan al-
Qur’an itu yang paling penting, jadi kenapa yang simakan
bukan hanya untuk kalangan santri-santri yang program
hufadz tetapi disimak oleh santri-santri yang non hufadz itu
saling didalam majelis itu diharapkan semuanya setiap kali
ada kegiatan itu semakin tambah kecintaan terhadap al-
Qur’an, semakin semangat untuk membaca al-Qur’an,
memahami al-Qur’an, belajar dan mengamalkan isi yang ada
dalam al-Qur’an. (Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli, pada
pukul 17.17)

Menurut LZ simaan estafet dilakukan pada hari

“Sabtu, karena jum’at sudah ada kegiatan yang kosong hari


sabtu. Semua hari bagus.”(Hasil wawancara pada tanggal 2
Juli , pada pukul 10.06 WIB)

Selanjutnya menurut SNH

“Sabtu.” (Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli, pada pukul


17.19 WIB)

Menurut LZ simaan estafet dilakukan

“Maqom, biar ingat mati, nanti biar samapai kepada yang


dibacakan.”(Hasil wawancara pada tanggal 2 Juli, pada
pukul 10.20 WIB)

Selanjutnya menurut SNH

“Sebenarnya tidak ada alasan khususnya, ya nopo karena


ngaji dimanapun Gusti Allah ngertos nggeh niku kersane
regeng, maqom niku nggeh mboten singup e panggenan niku
semakin sering dibuat untuk mengaji nopo melih niku ngaos
al-Qur’an.” Sebenarnya tidak ada alasan khusunya, karena
ngaji dimanapun Allah tahu ya itu supaya maqom tidak
sunyi, maqom niku juga tidak singup tempat itu semakin
sering dibuat untuk mengaji apalagi itu ngaji al-Qur’an.”
(Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli, pada pukul 17.21
WIB)

72
Menurut SNH pondok yang menggunakan model simaan

estafet ayat

“Pesantren hufadz sudah masyhur dengan kegiatan seperti


ini, tetapi belum tentu semua pondok menerapkan model
estafet.” (Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli, pada pukul
17.20 WIB)

Menurut LZ manfaat diadakannya simaan estafet ayat

“Mendengarkan atau membaca al-Qur’an pasti ada


manfaatnya. Manfaat bagi khususnya telingan kita untuk
mendengarkan, manfaat untuk lisan kita yaitu untuk
membaca, manfaat mata kita untuk melihat huruf-huruf al-
Qur’an.”(Hasil wawancara pada tanggal 2 Juli, pada pukul
10. 23 WIB)

Selanjutnya menurut AU manfaat diadakannya simaan

estafet ayat

“Agar mengetahui kesalahan dari cara membacanya,


karena dengan begitu bisa memperbaiki bacaan-bacaan
yang kurang tepat.” (Hasil wawancara pada tanggal 24 Juni,
pada pukul 14.05 WIB)

Sedangkan menurut ND

“Dengan simaan ini seorang penghafal al-Qur’an akan


diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja lengah
dalam mengucapkan huruf atau harakat.”(Hasil wawancara
pada tanggal 23 Juni, pada pukul 14.05 WIB)

Menurut Mi

“Manfaatnya hafalan semakin kuat, menjadi lebih teliti


karena dengan model disima’ kita akan mengetahui letak
kesalahan kita.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni,
pada pukul 10.45 WIB)

b. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penggunaan

Metode Muroja’ah dengan Model Simaan Estafet Ayat di

PPTI Al-Falah Salatiga

73
Faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan

metode muroja’ah dengan model simaan estafet ayat di PPTI Al-

Falah dari hasil wawancara adalah sebagai berikut :

Menurut IDL faktor pendukung dan penghambat dalaam

penggunaan metode muroja’ah dengan model simaan estafet

ayat

”Faktor pendukung yaitu semangat santri hufadz dalam


mengikuti simaan, adanya program yang sudah
dijadwalkan, adanya keinginan atau minat santri dalam
menjaga al-Qur’an adanya konsekuensi yang didapatkan
oleh santri yang tidak mengikuti simaan. Faktor penghambat
yaitu tidak adanya kesiapan dari santri, adanya libur yang
mendadak, malas.”(Hasil wawancara pada tanggal 18 Juni,
pada pukul 15.20 WIB)

Selanjutnya menurut salah satu santri non hufadz Ai

“Faktor materi : alat pengeras suara. Faktor nonmateri


:penguasaan tajwid yang benar oleh para santri yang
mengikuti. Faktor menghambat: suara membaca al-Qur’an
yang tidak jelas didengar.”(Hasil wawancara pada tanggal
27 Juni, pada pukul 12.40 WIB)
Menurut AU

“Hambatan dari metode ini belum bisa tertata rapi dari


para santri hufadz, jika dari urutan membaca perorangan,
diistiqomahkan akan lebih mudah lagi dengan bagian yang
akan dibacanya.”(Hasil wawancara pada tanggal 24 Juni,
pada pukul 14.07)

Berbeda lagi dengan pendapat Mi

“Faktor pendukung : motivasi dan dukungan dari orangtua,


adanya target yang perlu dituju, manajemen waktu, lancar
membaca al-qur’an dan tajwidnya, dan bersungguh-
sungguh dalam niat. Faktor penghambat : adanya ketidak
sabaran dalam menghafal, adanya rasa bosan dan jenuh
karena rutinitas, tidak menghindari maksiat dan keinginan

74
untuk menambah tanpa ingin memperbaiki hafalan
sebelumnya.”(Hasil wawancara pada tanggal 22 Juni, pada
pukul 10.45)

Sedangkan menurut SNH

“Faktor pendukung bukan hanya di kegiatan ini, di kegiatan


yang lain itu pun yang e ada faktor yang saling berkaitan e
opo yang salah satunya adalah perhatian para santri, jadi
para santri itu dengan adanya kegiatan simaan niku coro
gampange gatekke, nek memang dia bener-bener
memperhatikan, bener-bener menganggap itu adalah
wasilah dia untuk bisa muroja’ah lebih semangat, wadah dia
untuk melatih keberanian, terus untuk opo wadah untuk
saling mengoreksi ketika ada kesabaran itu, nggh insyaallah
nopo mawon berjalan dengan lancar, dadine e saget gatekke
saget gagas ngoten owh enten acara iki, e kulo kudu pripun,
lha niku berlaku semua kegiatan, misale ngaji terus kegiatan
yang ada di pondok bahkan sampai kepada ro’anpun nek
setiap orang niku punya kesadaran, nek semua itu akan
memberikan hal positif atau memberikan manfaat bagi dia
inssyaallah semuanya bisa berjalan dengan lancar, kecuali
nek didalam dirinya tidak ada kesadaran seperti itu terus
malah nyepelekke yoiku ora dadi, jadi per individu niku juga
harus ada e kesemangatan harus ada semangat dan
kesadaran bahwa apa yang dilaksanakan atau apa yang
diadakan di pondok ini adalah semua bertujuan untuk hal
yang baik, untuk melatih kebaikan baik untuk dirinya
maupun bagi santri-santri yang lain kesadaran itu harus
selalu ada sehingga acara nopo mawon angger setiap santri
memegang erat kesadaran itu ya insyaallah akan berjalan
dengan lancar.”Faktor pendukung bukan hanya dalam
kegiatan ini, di kegiatan yang lain itu pun ada faktor yang
saling berkaitan apa ya, salah satunya adalah perhatian para
santri, jadi para santri itu dengan adanya kegiatan simaan itu
cara mudahnya yaitu memperhatikan, benar-benar
menganggap itu wasilah dia untuk bisa muroja’ah lebih
semangat, wadah dia untuk melatih keberanian, terus wadah
untuk saling mengoreksi mengoreksi, ketika ada kesabaran
insyaallah semuanya berjalan lancar, jadi bisa
memperhatikan dan fokus owh ada acara ini, saya harus
bagaimana, itu berlaku bagi semua kegiatan, misalkan ngaji
terus kegiatan yang ada di pondok bahkan sampai kepada
kerja baktipun kalau setiap orang punya kesadaran kalau
semua itu akan memberikan hal positif atau memberikan
manfaat bagi dia insyaallah semuanya bisa berjalan dengan

75
lancar, kecuali kalau didalam dirinya tidak ada kesadaran
seperti itu, tetapi menyepelekan maka tidak jadi, jadi per
individu itu harus ada kesemangatan harus ada semangat dan
kesadaran bahwa apa yang dilaksanakan atau apa yang
diadakan di pondok ini adalah semua bertujuan untuk hal
yang baik. Untuk melatih kebaikan baik untuk dirinya
maupun bagi santri-santri yang lain kesadaran itu harus
selalu ada sehingga acara apa saja kalau setiap santri
memegang erat kesadaran itu ya insyaallah akan berjalan
dengan lancar. (Hasil wawancara pada tanggal 3 Juli, pada
pukul 17.23 WIB)

B. Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap Ibu Nyai,

putri Ibu Nyai, santri hufadz dan santri non hufadz Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, ditemukan analisis sebagai berikut :

1. Model Simaan Estafet Ayat dalam Metode Muroja’ah di PPTI

Al-Falah Salatiga

Model simaan estafet ayat menggunakan model simaan

estafet ayat yaitu simaan yang diikuti oleh para santri hufadz dengan

metode hafalan per ayat atau perhalaman serta bergantian dari orang

ke orang yang disimak secara langsung oleh santri non hufadz

dengan sistem mengulang hafalan yang dimiliki atau mengulang

hafalan yang sudah berlalu untuk mengingat hafalan yang

dimiliki.Tujuan dari metode muroja’ah adalah untuk mengingat

hafalan agar tidak hilang,tetap terjaga maka hafalan menjadi lancar.

Simaan estafet dilakukan sebanyak 2 juz (tidak terlalu sedikit dan

juga tidak terlalu banyak) karena sebagian penyimak adalah masih

duduk dibangku sekolah misal sewaktu-waktu mau 5 juz juga bisa,

76
karena sifatnya bebas. Yang pertama membaca dan memimpin

simaan estafet yaitu Ning Alim kemudian berurutan

setalahnya.Ketika Ning Alim berhalangan hadir nanti ada yang

menggantikannya yaitu mbak-mbak yang sekiranya sudah pantas

menggantikan Nin Alim dilihat dari ngajinya. Setiap orang

membaca satu halaman.

Simaan estafet ayat dilakukan pada hari Sabtu setelah

shubuh, simaan estafet ayat diikuti oleh santri hufadz dan non hufadz

(kelas 1 ula, 2 ula, 3 ula dan 1 wustho). Simaan dilakukan di maqom

alasannya karena supaya ingat kehidupan setelah di dunia (mati) dan

juga sampai kepada yang dibacakannya. Sebenarnya ngaji

dimanapun Allah itu tahu, akan tetapi ketika mengaji di maqom akan

membuat maqom tidak sepi, tidak singup apalagi untuk ngaji al-

Qur’an.

Penguasaan tajwid dari semua segi yang memang harus dia

kuasai sebagai bekal ia untuk menghafalkan al-Qur’an, jadi di PPTI

Al- Falah bagi santri hufadz ada jadwal simaan setiap Sabtu, para

santri hufadz sudah tahu jadwal kalau ada simaan maka mereka, bisa

lebih well prepare mempersiapkan dirinya, yaitu tadi persiapan dari

segala sisi baik itu hafalannya kemudian tajwid itu ibarat orang ngaji

sudah mutlak memang haknya al-Qur’an dibaca secara tajwid

meliputi hukum bacaan, makahrijul huruf, tanda baca waqof, dan

lain sebagainya juga harus diperhatikan. Jadi penguasaan tajwid

77
dalam simaan estafet itu sangat berpengaruh, sehingga santri hufadz

dan non hufadz akan terbiasa membaca al-Qur’an dengan tartil dan

sesuai tajwid disegala event, tidak hanya ketika mengaji didepan

guru saja. Dan juga berpengaruh dalam hal arti, karena salah dalam

tajwid maka akan salah juga dalam arti serta menjadikan santri

hufadz dan non hufadz bersikap hati-hati dalam membaca. Dan

sifatnya wajib bagi pembaca al-Qur’an untuk memahami dan

mengamalkan ilmu tajwid.

Bahwa yang membuat program simaan estafet ayat di PPTI

Al-Falah adalah Ning Siti Nur Halimah Al-Hafidzoh. Beliau

tabarukan dengan tempat beliau dulu mondok di Brabo. Beliau

tabarukan dari segi metode dan pembelajaran untuk yang hufadz.

Tetapi tidak ada patokan khusus secara teori bahwa simaan estafet

harus seperti ini. Kalau yang kitab tabarukan dengan pondok

Tegalrejo. Sedangkan pondok yang lain ada yang sudah menerapkan

simaan estafet ada juga yang belum. Ada yang simaan estafetnya

setial mau khaul ada juga yang ketika mau haflah. Untuk ketentuan

tiap orangnya satu lembar atau 2 lembar bahkan 1 juz tergantung

kebijakan pondok masing-masing.

Alasan dan tujuan diadakannya simaan estafet yaitu untuk

menguji keberanian. Ketika besok pulang di rumah mbak-mbak atau

mas-mas tahfidz sangat diharapakan di masyarakat dengan adanya

simaan estafet bisa melatih mental didepan orang banyak, jadi kalau

78
besok pulang di rumah sudah bisa percaya diri atau mentalnya sudah

kuat dan juga berani, karena sudah terbiasa. Keberanian itu tidak

hanya sekedar berani tetapi tidak nderes, karena didepan orang

banyak sebisa mungkin hafalannya harus lancar, dengan seperti itu

bisa menambah himmah seorang hafidz atau hafidzoh untuk lebih

semangat nderesnya.

Manfaat diadakannya simaan estafet yaitu mendengarkan

atau membaca al-Qur’an pasti ada manfaatnya. Manfaat bagi

khususnya telingan kita untuk mendengarkan, manfaat untuk lisan

kita yaitu untuk membaca, manfaat mata kita untuk melihat huruf-

huruf al-Qur’an. Selain itu simaan estafet juga bisa sebagai ajang

koreksi bacaan al-Qur’an yang membaca, jadi ketika belum sesuai

bisa diperbaiki supaya kedepannya menjadi lebih baik lagi dan

sesuai dengan kaidah yang benar.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penggunaan

Metode Muroja’ah dengan Model Simaan Estafet Ayat di

PPTI Al-Falah Salatiga

a. Faktor Pendukung dalam Penggunaan Metode Muroja’ah

dengan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

1) Bersungguh-sungguh dalam niat

Adanya niat yang teguh dan ikhlas utuk mengikuti muroja’ah

bahwa sudah menjadi tanggungjawabnya atau kewajiban

seorang hafidz atau hafidzoh yaitu menjaga hafalannya.

79
2) Adanya program yang sudah dijadwalkan

Sudah menjadi kewajiban santri untuk mengikuti apa yang

sudah menjadi program pondok, jadi tidak ada alasan untuk

tidak mengikuti kegiatan tersebut. Kecuali ada halangan

yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan.

3) Semangat santri hufadz dalam mengikuti simaan

4) Perhatian para santri

Perhatian para santri menjadi faktor pendukung dalam

simaan estafet. Ketika semua santri memperhatikan simaan

estafet dan fokus pada simaan estafet, simaan berjalan

lancar.

b. Faktor Penghambat dalam Penggunaan Metode Muroja’ah

dengan menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-

Falah Salatiga

1) Tidak adanya kesiapan dari santri. Jadi santri kurang well

prepare atau persiapan yang baik.

2) Malas. Para santri terkadang terlena dengan rasa malas,

sehingga nderes atau muroja’ahnya kurang.

3) Belum bisa tertata rapi dari para santri hufadz, jika dari

urutan membaca perorangan, diistiqomahkan akan lebih

mudah lagi dengan bagian yang akan dibacanya.

4) Kurang perhatian para santri bisa karena ngantuk, bercanda

sendiri maupun tidak fokus dengan kegiatan tersebut.

80
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan penulis tentang Metode

Muroja’ah Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah

Salatiga tahun 2020 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah yaitu simaan yang diikuti oleh para

santri hufadz dengan metode hafalan per ayat atau perhalaman secara

bergantian dari orang ke orang yang disimak secara langsung oleh santri

non hufadz dengan sistem mengulang hafalan yang dimiliki atau

mengulang hafalan yang sudah berlalu untuk mengingat hafalan yang

dimiliki. Simaan estafet dilakukan pada hari Sabtu setelah Subuh di

maqom yang dipimpin oleh Ning Siti Nur Halimah Al-Hafidhoh Simaan

sebanyak 2 juz karena tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Penguasaan tajwid dalam simaan estafet ayat sangat berpengaruh

sehingga santri hufadz dan non hufadz akan terbiasa membaca sesuai

dengan tajwid. Sedangkan pengaruh simaan estafet bagi santri hufadz

adalah untuk memotivasi semangat muroja’ah, sedangkan bagi yang

non hufadz untuk ajang mengoreksi bacaan dan memotivasi untuk

senang dan terbiasa dengan al-Qur’an. Yang membuat program simaan

estafet ayat di PPTI Al-Falah adalah Ning Siti Nur Halimah Al-

Hafidzoh. Beliau tabarukan dengan tempat beliau dulu mondok di

81
Brabo. Beliau tabarukan dari segi metode dan pembelajaran untuk yang

hufadz. Tetapi tidak ada patokan khusus secara teori bahwa simaan

estafet harus seperti ini. Alasan dan tujuan diadakannya simaan estafet

ayat ad alah untuk menguji keberanian. Jadi besok ketika pulang ke

kampung halaman suadah terbiasa melakukan simaan didepan umum.

Manfaat diadakannya simaan estafet ayat adalah manfaat bagi telinga

khususnya untuk mendengarkan, manfaat untuk lisan yaitu untuk

membaca, dan manfaat untuk mata yaitu untuk melihat ayat-ayat al-

Qur’an.

2. Faktor pendukung dan penghambat metode muroja’ah tahfidzul Qur’an

menggunakan model simaaan estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

yaitu :

a) Faktor Pendukung

1) Bersungguh-sungguh dalam niat

Adanya niat yang teguh dan ikhlas utuk mengikuti muroja’ah

bahwa sudah menjadi tanggungjawabnya atau kewajiban

seorang hafidz atau hafidzoh yaitu menjaga hafalannya.

2) Adanya program yang sudah dijadwalkan

Sudah menjadi kewajiban santri untuk mengikuti apa yang sudah

menjadi program pondok, jadi tidak ada alasan untuk tidak

mengikuti kegiatan tersebut. Kecuali ada halangan yang benar-

benar tidak bisa ditinggalkan.

3) Semangat santri hufadz dalam mengikuti simaan

82
4) Perhatian para santri

Perhatian para santri menjadi faktor pendukung dalam

simaan estafet. Ketika semua santri memperhatikan simaan

estafet dan fokus pada simaan estafet, simaan berjalan

lancar.

b) Faktor Penghambat

5) Tidak adanya kesiapan dari santri. Jadi santri kurang well

prepare atau persiapan yang baik.

6) Malas. Para santri terkadang terlena dengan rasa males,

sehingga nderes atau muroja’ahnya kurang.

7) Belum bisa tertata rapi dari para santri hufadz, jika dari

urutan membaca perorangan, diistiqomahkan akan lebih

mudah lagi dengan bagian yang akan dibacanya.

8) Kurang perhatian para santri bisa karena ngantuk, bercanda

sendiri maupun tidak fokus dengan kegiatan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Untuk Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah agar selalu

mengembangkan program-program pondok pesantren khususnya yang

tahfidz. Agar mencetak generasi yang suka dan terbiasa untuk menjaga

hafalan yang dimiliki.

83
2. Untuk santri hufadz supaya selalu semangat dan istiqomah dalam

menjaga hafalannya.

3. Peneliti berharap dengan tulisan ini dapat memperbaiki khasanah

keilmuan bagi santri PPTI Al-Falah Salatiga dan bagi para pembaca

pada umumnya.

84
DAFTAR PUSTAKA

Alfatoni, Sabit. 2019. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Semarang: Mutiara Aksara

Alpiyanto. 2013. Menjadi Juara dan Berkarakter. Bekasi: PT. Tujuh Samudra

Ammar, Abu. Dan Abu Fatiah Al-Adnani. 2018. Negeri-Negeri Penghafal Al-
Qur’an. Solo: Al-Wafi

Arifin. Dan Abu Faqih, Suhendri. 2010. Al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo

Asrohah, Hanun. 2004. Pelembagaan Pesantren: asal-usul dan perkembangan


pesantren di Jawa.Departemen Agama RI Bagian Proyek Peningkatan
Informasi penelitian dan Diklat Keagamaan

As-Sirjani, Raghib. 2009. Mukjizat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta Timur: Zikrul


Hakim (Anggota IKAPI)

Badwilan, Ahmad Salim. 2010. Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an.


Yogyakarta: Bening

Fatmawati, Erma. 2015. Profil Pesantren Mahasiwa. Bantul: LkiS Pelangi Aksara

Gade, Fithriani. 2014. Implementasi Metode Takrar Dalam Pembelajaran


Menghafal Al-Qur’an.Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA VOL XIV No 2: 413-145

Hamid, Abdulloh. 2017. Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren. Surabaya:


Imtiyaz

Kompri. 2018. Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta: Prenada


Media Group

Moleong, Lexy J. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Qosim, Amjad. 2012. Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan. Madiun: Qiblat Press

85
Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren: Transformasi Kepemimpinan
Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Lkis Pelangi Aksara

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf,


dan R&D). Bandung: Alfabeta

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT. Imtima

Zayadi, Ahmad. Buku Putih Pesantren Muadalah. Forum Komunikasi Pesantren


Muadalah

86
Lampiran 1 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

87
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

88
Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian

89
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing

90
91
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK

SATUAN KREDIT KEGIATAN


Nama : Ati’ Likai Tanjua Jurusan : PAI

NIM : 23010160095 Dosen PA : Heru Saputra,S.Pd.I., M.A.

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1. OPAK INSTITUT 2016 dengan 18-19 Peserta 3


tema “Reaktulisasi Gerakan Agustus 2016
Mahasiswa Menuju Era
Kompetisi Global”.
2. PBAK FAKULTAS 22-23 Peserta 3
TARBIYAH 2016 dengan tema Agustus 2016
“Peranan Budaya di Perguruan
Tinggi dalam Membentuk
Karakter Pendidik yang
Profesional dan Bermartabat”.

3. UPT PERPUSTAKAAN 30 Agustus Peserta 3


“LIBRARY USER 2016
EDUCATION” (Pendidikan
Perpustakaan )
4. Seminar International “ Petani 18 Peserta 10
Untuk Negeri” Sepetember
2016
5. MAPABA Rayon Tarbiyah 7-9 Oktober Peserta 3
Matori Abdul Djalil Komisariat 2016
Joko Tingkir Kota Salatiga
dengan tema “M1encetak

92
Generasi Mu’taqid yang
Berintelektual dan Berkarakter
Aswaja”.
6. Semina Nasional “ Meretas 17 Desember Peserta 8
Bullying ”
2016
7. Seminar Nasional “Peran 4 Maret 2017 Peserta 8
Pemuda dalam Mengukuhkan
NKRI”
8. Seminar Kebudayaan “Ngudi 30 Peserta 3
Kaweruh Hayuning Budaya Sepetember
Jawi” 2017
9. Seminar Nasional 4 September Peserta 8
“Menumbuhkan Semangat 2017
Berinvestasi Kaum Santri,
Menuju Kemandirian Ekonomi”
10. Peserta Kursus Karakter 21 Desember Peserta 6
Angkatan III 2017
11. Seminar Nasional “Ketrampilan 9 April 2018 Peserta 8
3Komunikasi Bagi Calon Guru”
12. Seminar Nasional “Mahasiswa 15 September Peserta 8
Millenial, IPK Sukses Organisasi 2018
No”
13. Seinar Nasional “Melayani 27 Peserta 8
Samudra Cinta Maulana Sepetember
Jalaludin Rumi” 2018
14. Seminar Nasional “Reaktulisasi 13 Oktober Peserta 8
Kesetaraan Gender di Era 2018
Millenial”

93
15. Seminar Nasional “Aktualisasi 29 Oktober Peserta 8
Peran Santri dalam Melestarikan 2018
Budaya Nasional”
16. Seminal Internasional “Getting 27 Februari Peserta 10
Opportunity To Go Abroad With 2019
Social Activity”
17. Seminar Nasional “ ‫تعليم اللغة‬ 20 April 2019 Peserta 8

‫ من التقليدية‬:‫العربية األ جيال القدمة‬


"‫الي الرقمية‬
18. Roadshow Kampanye Cegah 14 September Peserta 6
Pernikahan Anak di 5 Pesantren 2019
di Jawa Tengah
19. Program Pendampingan 3 Oktober-27 Peserta 6
Manajemen Pesantren Berbasis Oktober 2019
Gender di PPTI Al-Falah
Salatiga
20. Seminar Nasional “Eskalasi 26 Oktober Peserta 8
Mental Spiritual Aktivis Santri 2019
Nusantara”

94
95
Lampiran 6 Pedoman Wawancara

PEDOMAN W AWANCARA

METODE MUROJA’AH TAHFIDZUL QUR’AN MENGGUNAKAN

MODEL SIMAAN ESTAFET AYAT DI PONDOK PESANTREN

TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2020

No Rumusan Masalah Data Pertanyaan Narasumber /


Informan
1. Bagaimana model simaan 1. Model 1. Apa yang saudara ketahui 1.Pengasuh PPTI Al-
Falah
estafet ayat dalam metode simaan tentang model simaan 2.Putri dari pengasuh
muroja’ah di PPTI Al- estafet ayat estafet ayat ? (yang mengurusi santri
tahfidz)
Falah Salatiga ? 2. Metode 2. Apa yang saudara ketahui
muroja’ah tentang metode
muroja’ah?
3. Apa yang saudara ketahui
tentang model simaan
estafet ayat dalam metode
muroja’ah ?
4. Apa yang saudara ketahui
tentang tujuan metode
muroja’ah?
5. Menurut saudara apakah
penguasaan tajwid
berpengaruh dalam
simaan estafet ayat dalam
metode muroja’ah?
6. Siapa yang membuat
program simaan estafet?
7. Siapa saja yang mengikuti
kegiatan simaan estafet?

96
8. Pengaruh kegiataan
simaan estafet bagi santri
hufadz dan non hufadz ?
9. Simaan estafet dilakukan
sebanyak 2 juz, mengapa?
10. Siapa yang memimpin
kegiataan simaan estafet
ayat?

3. Latar 11. Apa sejarah diadakannya


belakang simaan estafet ayat ?
simaan 12. Apa alasan diadakannya
estafet simaan estafet ayat ?
4. Tujuan 13. Apa tujuan diadakannya
diadakannya simaan estafet ayat ?
simaan
estafet
5. Waktu 14. Kapan simaan estafet
diadakannya dilakukan ?
simaan
estafet ayat
6. Tempat 15. Dimana simaan estafet
diadakannya ayat dilakukan ? mengapa
simaan ?
estafet
7. Pondok 16. Apakah sudah ada yang
mana saja menggunakan metode ini
yang sudah selain PPTI Al-Falah ?
menggunaka
n metode ini

97
8. Manfaat 17. Apa manfaat diadakannya
diadakannya simaan estafet ayat ?
simaan
estafet
2. Apa faktor pendukung 1.Faktor 1. Apa saja faktor yang
dan penghambat dalam pendukung dan mendukung dalam
penggunaan metode penghambat penggunaan metode
muroja’ah dengan model dalam muroja’ah dengan model
simaan estafet ayat di penggunaan simaan estafet ayat?
PPTI Al-Falah Salatiga ? metode 2.Apa saja faktor yang
muroja’ah menghambat dalam
dengan model penggunaan metode
simaan estafet muroja’ah dengan model
ayat di PPTI Al- simaan estafet ayat?
Falah Salatiga

No Rumusan Masalah Data Pertanyaan Narasumbe


r/informan
1. Bagaimana model simaan 1.Model simaan 1. Apa yang saudara ketahui Santri
estafet ayat dalam hufadz
estafet ayat tentang model simaan
metode muroja’ah di
PPTI Al-Falah Salatiga ? 2.Metode muroja’ah estafet ayat ?
2. Apa yang saudara ketahui
tentang metode
muroja’ah?
3. Apa yang saudara ketahui
tentang model simaan
estafet ayat dalam metode
muroja’ah ?

98
4. Apa yang saudara ketahui
tentang tujuan metode
muroja’ah?
5. Menurut saudara apakah
penguasaan tajwid
berpengaruh dalam
simaan estafet ayat dalam
metode muroja’ah?
6. Siapa yang membuat
program simaan estafet?
7. Siapa saja yang mengikuti
kegiatan simaan estafet?
8. Pengaruh kegiataan
simaan estafet bagi santri
hufadz ?
9. Siapa yang memimpin
kegiataan simaan estafet
ayat?

3. Pondok mana saja 10. Apakah sudah ada yang


yang menggunakan menggunaan metode ini selain
metode ini PPTI Al-Falah Salatiga ?
4. Manfaat 11. apakah manfaat
diadakannya simaan diadakannya simaan estafet
estafet ayat ayat ?
2. Apa faktor pendukung 1.Faktor pendukung 1. Apa saja faktor yang
dan penghambat dalam
dan penghambat mendukung dalam
penggunaan metode
muroja’ah dengan model dalam penggunaan penggunaan metode
simaan estafet ayat di
metode muroja’ah muroja’ah dengan model
PPTI Al-Falah Salatiga ?
dengan model simaan simaan estafet ayat?

99
estafet ayat di PPTI 2.Apa saja faktor yang
Al-Falah Salatiga menghambat dalam
penggunaan metode
muroja’ah dengan model
simaan estafet ayat?

No Rumusan Masalah Data Pertanyaan Narasumber/


informan
1. Bagaimana model simaan 1.Model simaan 1. Apa yang saudara Santri non
estafet ayat dalam metode hufadz
estafet ayat ketahui tentang
muroja’ah di PPTI Al-
Falah Salatiga ? 2.Metode muroja’ah model simaan estafet
ayat ?
2. Apa yang saudara
ketahui tentang
metode muroja’ah?
3. Apa yang saudara
ketahui tentang
model simaan
estafet ayat dalam
metode muroja’ah ?
4. Apa yang saudara
ketahui tentang
tujuan metode
muroja’ah?
5. Menurut saudara
apakah penguasaan
tajwid berpengaruh
dalam simaan
estafet ayat dalam
metode muroja’ah?

100
6. Siapa yang
membuat program
simaan estafet?
7. Siapa saja yang
mengikuti kegiatan
simaan estafet?
8. Pengaruh kegiataan
simaan estafet bagi
santri non hufadz?
9. Siapa yang
memimpin
kegiataan simaan
estafet ayat?

3. Manfaat 10. Apakah manfaat


diadakannya simaan diadakannya simaan
estafet estafet ayat ?
2. Apa faktor pendukung 1.Faktor pendukung 1. Apa saja faktor yang
dan penghambat dalam
dan penghambat mendukung dalam
penggunaan metode
muroja’ah dengan model dalam penggunaan penggunaan metode
simaan estafet ayat di
metode muroja’ah muroja’ah dengan
PPTI Al-Falah Salatiga ?
dengan model simaan model simaan estafet
estafet ayat di PPTI ayat?
Al-Falah Salatiga 2.Apa saja faktor yang
menghambat dalam
penggunaan metode
muroja’ah dengan
model simaan estafet
ayat?

101
Lampiran 7 Catatan Hasil Wawancara

Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Kamis, 2 Juli 2020

Waktu : 09.45-10.45 WIB

Tempat : Butik Sawwa ( Milik Putri Bu Nyai )

Narasumber : Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri (Pengasuh Pondok

Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

Salatiga Tahun 2020

Prolog :

Pada hari Kamis, 2 Juli 2020 saya dan teman saya bersama Ibu Nyai pergi

ke butik dan ke toko untuk membungkus telur. Setelah selesai

membungkus telur, kemudian saya meminta izin beliau untuk melakukan

wawancara mengenai metode muroja’ah tahfidzul Qur’an menggunakaan

model simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah. Berikut ini adalah hasil

wawancaranya :

102
Peneliti : Menurut Ibu sendiri, apa yang Ibu ketahui tentang model

simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Model simaan untuk menjaga deresan yang sudah

dimiliki.”

Peneliti : Sedangkan metode muroja’ah menurut Ibu itu bagaimana ?

Narasumber : “Didalam metode muroja’ah menjadikan lancar.”

Peneliti : Tujuan metode muroja’ah itu apa ya buk ?

Narasumber : “ Untuk nderes, latihan kelancaran hafalan.”

Peneliti : Apakah penguasaan tajwid itu berpengaruh dalam simaan

estafet ayat dalam metode muroja’ah ?

Narasumber : “ Sangat berpengaruh. Sudah menjadi kewajiban pembaca

al-Qur’an untuk menguasai dan menerapkan ilmu tajwid.”

Peneliti : awalnya itu bagaimana buk kok ada simaan estafet ?

Narasumber : “ Itu programnya dek Alim, jadi dek Alim tabarukan dari

pondoknya dulu (Brabo).

Peneliti : Mengapa simaan estafet dilakukan hari Sabtu ya Buk ?

Narasumber : “ Jum’at itu sudah ada kegiatan, ya jadi sabtu toh semua

hari itu baik.”

Peneliti : Lalu mengapa dilakukan di Maqom ?

Narasumber : “Ee Biar kita ingat mati....” hehe

103
Peneliti : Tentunya dalam kegiatan tersebut pasti ada faktor yang

mendukung dalam kegiatan tersebut. Apa saja faktor

pendukung tersebut ?

Narasumber : “Teman udah dapat banyak, sehingga termotivasi untuk

selalu muroja’ah dan menambah hafalan tentunya juga

diukur sesuai dengan kemampuan otak.”

Peneliti : Selain faktor pendukung juga pasti ada faktor penghambat

dalam kegiatan tersebut. Lalu apa ya Buk, fakto yang

menghambat dalam kegiatan tersebut ?

Narasumber : “Kesibukan diri sendiri dan jika belum berkeluarga bisa

dimanfaatkan.”

Peneliti : Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari kegiatan

simaan estafet apa ya Buk ?

Narasumber : “ Manfaat untuk telinga khususnya yaitu untuk mendengar,

manfaat untuk lisan kita yaitu untuk membaca, dan manfaat

untuk mata kita yaitu untuk melihat. Tangan untuk

memegang al-Qur’an.”

Refleksi :

Dari wawancara dengan Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri peneliti dapat

menyimpulkan bahwa metode muroja’ah menggunakan model simaan

estafet ayat bertujuan untuk menjaga hafalan yang dimiliki oleh santri

104
hufadz, sehingga hafalan akan selalu diulang-ulang terus. Penguasaan

tajwid dalam kegiatan tersebut sangat berpengaruh, karena dalam

membaca al-Qur’an tentunya harus paham ilmu tajwid dan juga

mempraktikkan ketika membaca al-Qur’an. Simaan dilakukan di maqom

bertujuan agar kita ingat besok akan kembali atau akan mati semuanya

tidak kekal. Simaan dilaksanakan pada hari Sabtu habis Subuh. Dalam

kegiatan tersebut tentunya ada faktor yang mendukung dan juga ada yang

menghambat. Faktor yang mendukung simaan tersebut adalah teman

sudah dapat juz banyak sehingga akan termotivasi untuk selalu muroja’ah

dan menambah hafalan. Faktor yang menghambat adalah kesibukan diri

sendiri. Manfaat adanya kegiatan simaan estafet adalah anfaat untuk

telinga khususnya yaitu untuk mendengar, manfaat untuk lisan kita yaitu

untuk membaca, dan manfaat untuk mata kita yaitu untuk melihat. Tangan

untuk memegang al-Qur’an.

105
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Jum’at, 3 Juli 2020

Tempat : Ndalem

Waktu : 16.30-17.30 WIB

Narasumber : Ning Siti Nur Halimah Al-Hafidhoh

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat

di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari Jum’at, 2 Juli 2020 saya dan teman saya sowan ke ndalem (

rumah Ibu Nyai dan Putrinya ) yang sebelumnya saya sudah meminta izin

kepada beliau melalui whatsapp untuk sowan ke ndalem untuk bertanya

kepada beliau seputar metode muroja’ah menggunakan model simaan

estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga. Berikut hasil wawancaranya :

Peneliti : Langsung saja ya Ning, ini nanti ada beberapa pertanyaan

mengenai simaan estafet ayat. Menurut Ning Alim simaan

estafet ayat itu apa ?

106
Narasumber : “ Ya, simaan estafet ayat itu simaan yang dilakukan secara

bergilir atau bergantian yang dilakukan oleh mbak-mbak dan

mas-mas hufadz.”

Peneliti : Lalu kalau metode muroja’ah sendiri itu apa Ning ?

Narasumber : “ Metode muroja’ah itu, metode untuk mengulang-ulang

hafalan yang sudah dimiliki.”

Peneliti : “ Lha kalau metode muroja’ah menggunakan model simaan

estafet ayat itu bagaimana ?

Narasumber : “ Metode yang digunakan untuk mengulang hafalan dengan

cara bergantian atau berurutan.”

Peneliti : Lalu apa sih tujuan dari metode muroja’ah itu Ning ?

Narasumber : “ tujuaannya itu ya supaya mbak-mbak dan mas-mas

hufadz tetap terjaga hafalannya.”

Peneliti : Apakah penguasaan tajwid itu berpengaruh Ning , dalam

kegiatan simaan estafet ?

Narasumber : “Itu merupakan salah satu penguasaan tajwid dari semua

segi yang memang harus dia kuasai sebagai bekal ia untuk

menghafalkan al-Qur’an, jadi sudah ada jadwal kalau dikita

kan seminggu sekali setiap hari Sabtu, besok aku simaan juz

ini, berarti saya harus persiapan, jadi ketika dia sudah tahu

jadwal dia bisa lebih well prepare mempersiapkan dirinya,

107
yaitu tadi persiapan dari segala sisi baik itu hafalannya

kemudian tajwid itu ibarat orang ngaji sudah mutlak

memang haknya al-Qur’an dibaca secara tajwid meliputi

hukum bacaan, makahrijul huruf, tanda baca waqof, dan lain

sebagainya juga harus diperhatikan.”

Peneliti : Untuk program simaan estafet siapa yang membuat ya Ning

Narasumber : “ Salah satu corak khas pesantren, pondok itu biasanya

yang mengelola akan sesuai dengan apa yang dipelajari

ketika mondok dulu, misalnya sini kan Bapak dulu mondok

di Tegalrejo, di Tegalrejo itu khasnya tata cara ibadahnya,

wiridnya, tirakatnya maupun mujahadah disadur darisana

mulai dari tradisi-tradisi, tirakat-tirakatnya diambil darisana

karena Bapak dulu mondoknya disana. Seperti tirakat

tirakatnya sini kan mujahadah, puasa nahun, puasa mutih dan

lainnya yang berlaku atau biasa Bapak atau Ibu ijazahkan

adalah dulunya warisan dari pondok Bapak dulu (Tegalrejo).

Seperti halnya itu ada kegiatan estafet juga tabarukan dengan

tempat dimana dulu Saya pernah belajar disana, dulu Saya di

Brabo diajari estafet (gantian) ayat dan tidak ada patokan

pasti secara teori harus seperti ini, kita tabarukan dari segi

pembelajaran dan metode.”

108
Peneliti : Dalam kegiatan tersebut siapa saja yang ikut berperan,

apakah hanya santri hufadz saja atau ada yang lainnya ?

Narasumber : “ Tidak hanya santri hufadz saja yang mengikuti dalam

kegiatan tersebut, akan tetapi juga diikuti oleh yang non

hufadz sebagai penyimak.”

Peneliti : Untuk pengaruh kegiatan simaan estafet ayat bagi santri

hufadz sendiri itu apa Ning, atau juga untuk yang santri non

hufadz ?

Narasumber : “ Untuk santri hufadz sendiri supaya selalu muroja’ah,

sedangkan untuk yang non hufadz itu supaya suka dan

terbiasa dengan al-Qur’an Mbak.”

Peneliti : Untuk simaan estafet itu kan dilakukan sebabnyak 2 juz

Ning. Lha itu ada alasannya apa tidak kenapa kok 2 juz ?

Narasumber : “ Dua juz tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak

karena mustami’ ada yang sekolah, menyesuaikan waktu

juga kalau bisa ikut semua, besok misalkan di lain hari kita

buat 5 juz juga bisa, itu sifatnya bebas.”

Peneliti : Dalam kegiatan tersebut yang memimpin kan Ning Alim

sendiri. Lalu ketika Ning Alim berhalangan hadir siapa yang

menggantikan ?

Narasumber : “ Ee kalau santri yang peka, ketika gurunya tidak ada sudah

pasti menggantikannya. Yang mana y6ang menggantikan itu

109
yang dianggap mumpuni ngajinya, bukan berrati yang tua

umurnya, tetapi yang dianggap sudah pantas menggantikan

dan ngajinya sudah oke.”

Peneliti : Alasan dan tujuan Ning alim mengadakan program simaan

estafet itu apa ya Ning ?

Narasumber : “ Kalau disini kan ditampilkan kan seperti itu, itu salah

satunya adalah untuk menguji keberanian, jadi nanti

harapannya ketika pulang mbak-mbak yang erasal dari

pondok yang tahfidz sangat diharapkan dimasyarakat, jadi

nanti pasti, pasti mbak kalau sudah di rumah pasti disuruh

ngaji, simaan dan lain sebagainya, itu merupakan salah satu

untuk melatih mental bagi pembacanya atau bagi mbak-

mbak dan mas-mas hufadz tadi untuk melatih mental, jadi

dia berani untuk tampil didepan umum untuk mengaji,

keberanian itu tidak begitu saja hanya berani tetapi tidak

nderes, karena didepan orang banyak sebisa mungkin saya

harus bisa, harus lancar, itu diharapkan juga menimbulkan

himmah, itu nanti menjadikan semangat owh saya besok

simaan estafet owh saya besok dilihat orang banyak bukan

karena ingin dilihatnya tetapi itu menjadi motivasi sendiri

untuk semangat nderes lagi untuk bisa melancarkan lagi apa

yang dihafalkan itu untuk yang pembacanya seperti itu.

Untuk para penyimak ada tujuan tersendiri jadinya untuk

110
yang menyimak itu tujuannya untuk membiasakan jadi agar

terbiasa meskipun yang ngajinya sudah lancar ataupun

belum lancar dengan cara menyimak seperti jadi ajang

koreksi kepada cara ngaji masing-masing, jadi ketika nyimak

owh mbak hufadz sedang membaca owh ternyata

meembacanya seperti ini, misalkan ada yang belum tahu

caranya itu sebagai ajang nderes juga, e itu ajang untuk

menumbuhkan semangat untuk giat mengaji untuk e

mendalami al-Qur’an ya supaya senang, terbuasa dengan al-

Qur’an itu yang paling penting, jadi kenapa yang simakan

bukan hanya untuk kalangan santri-santri yang program

hufadz tetapi disimak oleh santri-santri yang non hufadz itu

saling didalam majelis itu diharapkan semuanya setiap kali

ada kegiatan itu semakin tambah kecintaan terhadap al-

Qur’an, semakin semangat untuk membaca al-Qur’an,

memahami al-Qur’an, belajar dan mengamalkan isi yang ada

dalam al-Qur’an.”

Peneliti : Untuk simaan estafet sendiri itu kapan Ning ? lalu apa

alasannya dilaksanakan pada hari itu ?

Narasumber : “ Simaan itu dilaksanakan pada hari Sabtu mbak, supaya

yang sekolah-sekolah tetap bisa ikut, karena mustami’nya

ada yang masih sekolah.”

111
Peneliti : Pelaksanaan simaan estafet dilakukan dimana ya Ning ?

lalu kenapa dilakukan di tempat tersebut ?

Narasumber : ” Sebenarnya tidak ada alasan khusunya, karena ngaji

dimanapun Allah tahu ya itu supaya maqom tidak sunyi,

maqom niku juga tidak singup tempat itu semakin sering

dibuat untuk mengaji apalagi itu ngaji al-Qur’an.”

Peneliti : Program simaan estafet ayat itu, apakah hanya Al-Falah

saja yang sudah ada, atau pondok lainnya juga sudah ada ?

Narasumber : ” Pesantren hufadz sudah masyhur dengan kegiatan seperti

ini, tetapi belum tentu semua pondok menerapkan model

estafet.”

Peneliti : Dengan adanya simaan estafet, manfaat apa saja yang yang

dapat diambil dari kegiatan tersebut Ning ?

Narasumber : “ Supaya mbak-mbak dan mas-mas senang dna terbiasa

untuk membaca al-Qur’an.”

Peneliti : Dalam setiap kegiatan tentunya ada faktor pendukung dan

penghambatnya ya Ning, untuk kegiataan simaan estafet

sendiri apa saja faktor pendukung dan penghambatnya ya

Ning ?

Narasumber : “Faktor pendukung bukan hanya dalam kegiatan ini, di

kegiatan yang lain itu pun ada faktor yang saling berkaitan

apa ya, salah satunya adalah perhatian para santri, jadi para

santri itu dengan adanya kegiatan simaan itu cara mudahnya

112
yaitu memperhatikan, benar-benar menganggap itu wasilah

dia untuk bisa muroja’ah lebih semangat, wadah dia untuk

melatih keberanian, terus wadah untuk saling mengoreksi

mengoreksi, ketika ada kesabaran insyaallah semuanya

berjalan lancar, jadi bisa memperhatikan dan fokus owh ada

acara ini, saya harus bagaimana, itu berlaku bagi semua

kegiatan, misalkan ngaji terus kegiatan yang ada di pondok

bahkan sampai kepada kerja baktipun kalau setiap orang

punya kesadaran kalau semua itu akan memberikan hal

positif atau memberikan manfaat bagi dia insyaallah

semuanya bisa berjalan dengan lancar, kecuali kalau didalam

dirinya tidak ada kesadaran seperti itu, tetapi menyepelekan

maka tidak jadi, jadi per individu itu harus ada kesemangatan

harus ada semangat dan kesadaran bahwa apa yang

dilaksanakan atau apa yang diadakan di pondok ini adalah

semua bertujuan untuk hal yang baik. Untuk melatih

kebaikan baik untuk dirinya maupun bagi santri-santri yang

lain kesadaran itu harus selalu ada sehingga acara apa saja

kalau setiap santri memegang erat kesadaran itu ya

insyaallah akan berjalan dengan lancar.

113
Refleksi :

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode

muroja’ah menggunakan model simaan estafet ayat adalah simaan yang

dilakukan secara bergiliran atau bergantian dari satu orang ke orang yang

lain, yang diikuti oleh santri hufadz dan non hufadz. Simaan estafet

dilakukan pada hari Sabtu habis Subuh di Maqom. Yang memimpin

kegiatan tersebut adalah Ning Siti Nur Halimah Al-Hafidhoh ketika beliau

berhalangan hadir maka nanti akan ada badal (pengganti) yang akan

memimpin simaan estafet ayat. Pondok tahfidz tentu tidak asing dengan

kegiatan tersebut, akan tetapi belum tentu semua pondok tahfidz

menerapkan kegiatan simaan estafet ayat. Tujuan dan alasan diadakannya

simaan estafet adalah untuk melatih keberanian santri hufadz, jadi besok

ketika pulang di rumah sudah terbiasa mengaji didepan umum, sehingga

srasa percaya diri itu sudah ada. Selain itu juga untuk menumbuhkan

semangat mengaji, senang dan terbiasa dengan al-Qur’an. Kita juga akan

tambah cinta dengan al-Qur’an.

Faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut adalah

perhatian santri, sehinga perhatian santri menjad hal yang pokok. Ketika

semua santri sadar kalau itu wadah untuk mengoreksi bacaan, wadah untul

hal yang positif dan semua santri fokus memperhatikan simaan estafet,

maka simaan estafet akan berjalan lancar. Para santri juga harus sadar

bahwa semua kegiatan pondok itu bertujuan yang baik, atau berisi hal-hal

114
yang positif. Ketika santri tidak memperhatikan kegiatan tersebut, maka hal

tersebut yang menjadi faktor penghambat dalam kegiataan simaan estafet

ayat.

115
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Kamis, 18 Juni 2020

Waktu : 14.50-16.00

Tempat : Melalui Daring ( Video Call WhatsApp )

Purworejo-Purwodadi

Narasumber : Ida Laili Lutfiyah ( Santriwati hafidzah

30 juz )

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari Rabu, 17 Juni 2020 peneliti mengirimkan pesan melalui

WhatsApp kepada Ida Laili Lutfiyah untuk meminta izin bertanya mengenai

metode muroja’ah menggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al-

Falah Salatiga. Setelah itu kami sepakat untuk melakukan video call

WhatsApp pada hari berikutnya yaitu tanggal 18 Juni 2020 pada pukul

14.45 WIB. Berikut hasil wawancaranya :

116
Peneliti : Assalamu’alaikum Mbk Ida, ini langsung saja ya hehe. Jadi

saya mau bertanya menurut mbk Ida simaan estafet itu

bagaimana sih ?

Narasumber : “ Wa’alaikumsalam jadi menurut saya simaan estafet ayat

yaitu simaan yang diikuti oleh para santri hufadz dengan

metode hafalan per ayat atau per halaman yang disimak secara

langsung serta bergantian dari orang ke orang.”

Peneliti : Menurut mbk Ida sendiri apa itu metode muroja’ah

Narasumber : “ Jadi gini ya mbak, metode muroja’ah itu dari kata muroja’ah

sendiri berarti kembali sama arti dengan tikror yaitu

mengulang. Sehingga metode muroja’ah yaitu metode yang

dilakukan oleh santri yang mempunyai hafalan (hufadz) untuk

kembali atau mengulang hafalannya yang sudah berlalu atau

mengulang dari awal lagi untuk mengingat hafalan.”

Peneliti : Kalau menurut mbk Ida, metode muroja’ah menggunakan

simaan estafet ayat itu bagaimana ya ?

Narasumber : “ Kalau menurut saya ya mbk, simaan estafet yang dimana

dilakukan dengan sistem mengulang yang diikuti santri hufadz

( yang disimak ) dan santri non hufadz ( penyimak ).”

Peneliti : Tujuan metode muroja’ah itu apa sih, kalau versi mbk Ida ?

117
Narasumber : “ Tentunya metode muroja’ah mempunyai tujuan yang

penting untuk tetap bisa mengingat hafalan yang sudah

dihafalkan oleh seseorang.”

Peneliti : Lalu apakah penguasaan tajwid itu berpengaruh dalam

simaan estafet mbk ?

Narasumber : “ Iya berpengaruh, sehingga santri hufadz akan terbiasa

dalam mengaji dengan tartil menggunakan penguasaan tajwid

bukan hanya saat mengaji saja yang akan disetorkan kepada

guru akan tetapi dalam segala event. Dan juga berpengaruh

dalam hal arti, karena saat salah dalam penggunaan tajwid

maka salah juga dalam hal arti serta menjadikan santri hufadz

bersikap hati-hati dalam membaca.”

Peneliti : Siapa yang membuat program simaan estafet ayat mbak ?

Narasumber : “ Ning Siti Nur Halimah.”

Peneliti : Siapa saja yang mengikuti simaan estafet mbak ?

Narasumber : “ Sudah, ponpes An-Nashriyyah Brabo ( Ning Alim dulunya

mondok di An-Nashriyah ).”

Peneliti : Lalu apa sih pengaruh kegiatan simaan estafet bagi santri

hufadz dan non hufadz mbak ?

Narasumber : “ Pengaruh estafet bagi santri hufadz yaitu akan terbiasa

dalam mengaji di depan umum menggunakan mikrofon,

118
menjadi disiplin dalam menghafal, dan mampu

mmeningkatkan kecintaan terhadap menjaga Al-Qur’an.”

Peneliti : Dalam suatu kegiatan pasti ada faktor pendukung dan faktor

penghambat ya mbak. Lalu apa faktor pendukung dan

penghambat dalam kegiatan tersebut.”

Narasumber : “ Faktor pendukung yaitu semangat santri hufadz dalam

mengikuti simaan, adanya program yang sudah dijadwalkan,

adanya keinginan atau minat santri dalam menjaga al-Qur’an

adanya konsekuensi yang didapatkan oleh santri yang tidak

mengikuti simaan. Faktor penghambat yaitu tidak adanya

kesiapan dari santri, adanya libur yang mendadak, malas.”

Refleksi :

Dari hasil wawancara dengan mbak Ida laili dapat disimpulkan bahwa

Simaan estafet yang dimana dilakukan dengan sistem mengulang yang

diikuti santri hufadz (yang disimak) dan santri non hufadz (penyimak). Dan

penguasaan tajwid sangat berpengaruh bagi simaan estafet, sehingga santri

hufadz maupun non hufadz akan terbiasa membaca dengan tartil dan

menggunakan penguasaan tajwid dalam segala event ketika membaca al-

Qur’an tidak hanya waktu simaan estafet. Yang mengadakan program

simaan estafet adalah Ning Siti Nur Halimah dan pondok yang sudah

menerapkan simaan estafet ayat adalah pondok An-Nashriyyah Brabo

119
(pondok Ning Alim dulu). Faktor pendukung dan penghambatnya yaitu

semangat santri hufadz dalam mengikuti simaan, adanya program yang

sudah dijadwalkan, adanya keinginan atau minat santri dalam menjaga al-

Qur’an adanya konsekuensi yang didapatkan oleh santri yang tidak

mengikuti simaan. Faktor penghambat yaitu tidak adanya kesiapan dari

santri, adanya libur yang mendadak, malas.

120
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Senin, 22 Juni 2020

Waktu : 10.45-11.45 WIB

Tempat : Melalui Daring ( Video Call WhatsApp )

Kedungjati-Purworejo

Narasumber : Minarsih ( Santri hufadz )

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari sebelumnya peneliti sudah mengerimkan pesan kepada Minaarsih

untuk melakukan wawancara tentang metode muroja’ah tahfidzul Qur’an

meggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah Salatiga, lalu

Minarsih bisa diwawancarai pada hari Senin, 18 Juni 2020 pada pukul

10.45-11.45 WIB. Berikut hasil wawancaranya :

Peneliti : Assalamu’alaikum Min. Ini langsung wawancara saja ya

hehe. Menurut kamu apa yang kamu ketahui tentang simaan

estafet ayat ?

121
Narasumber : “Wa’alaikumsalam mbak. Model simaan estafet yaitu suatu

model menghafal al-Qur’an dimana para santri hufadz

membaca Al-Qur’an dengan bil ghoib dengan didengarkan

oleh santri lainnya secara berurut atau bergatian.”

Peneliti : Menurut kamu apa itu metode muroja’ah Min ?

Narasumber : “ Metode muroja’ah yaitu metode menghafal dengan cara

pengulangan ayat-ayat yang sudah dihafal agar hafalan yang

dihafalkan tidak hilang dari ingatan.”

Peneliti : Lalu menurut kamu bagaimana metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat itu ?

Narasumber : “ Model simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah yaitu

suatu model menghafal al-Qur’an yang didegarkan oleh

santri dengan cara bergatian secara urut dan sekaligus

merupakan salah satu upaya yang sekaligus digunakan santri

hufadz untuk mengulang ayat-ayat yang telah dihafal agar

selalu terjaga.”

Peneliti : Tujuan dari metode muroja’ah menurut kamu itu apa Min

Narasumber : “ Tujuan metode muroja’ah yaitu agar ayat yang telah

dihafal tidak hilang dalam ingatan karena seseorang itu

tempatnya lupa dan menguatkan hafalan itu dalam hati

penghafal, karena semakin sering dan banyak penghafal

122
mengulang hafalan, maka semakin kuat hafalan para

penghafal.”

Peneliti : Menurut kamu apakah penguasaan tajwid berpengaruh

dalam simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Penguasaan tajwid dalam simaan estafet ayat Al-Qur’an

dalam muroja’ah sangat berpengaruh sekali karena tajwid

menjadi salah satu orientasi dalam menghafal al-Qur’an.”

Peneliti : Siapa yang membuat program simaan estafet ayat Min ?

Narasumber : “Ning Alim.”

Peneliti : Siapa saja yang mengikuti kegiatan simaan estafet ayat itu

Narasumber : “Para santri hufadz dan non hufadz.”

Peneliti : Apa si pengaruh simaan estafet ayat bagi santri hufadz dan

non hufadz?

Narasumber : ” Pengaruhya menambah daya ingat kekeuatan otak dalam

menghafal, karena dengan adanya simakan estafetan

melatiha daya ingat terhadap al-Qur’an.”

Peneliti : Siapa yang memimpin kegiatan simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Ning Alim.”

Peneliti : Selain PPTI Al-Falah Salatiga, apakah sudah ada yang

menggunakan model simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Belum tahu. Hehe “

Peneliti : Apa manfaat diadakannya simaan estafet ayat Min ?

123
Narasumber : “ Manfaatnya hafalan semakin kuat, menjadi lebih teliti

karena dengan model di sima’ kita akan mengetahui letak

kesalahannya dimana.”

Peneliti : Dalam suatu kegiatan tentunya ada faktor pendukung dan

faktor penghambat. Lalu apa faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam kegiatan simaan estafet ayat itu ?

Narasumber : “ Faktor pendukung motivasi dan dukungan dari orangtua,

adanya target yang perlu dituju, manajemen waktu, lancar

membaca al-Qur’an dan tajwidnya dan bersungguh-sungguh

dalam niat. Faktor penghambat adanya ketidak sabaran

dalam menghafal, adanya rasa bosan dan jenuh karena

rutinitas, tidak menghindari maksiat, dan keinginan untuk

menambah tanpa ingin memperbaiki hafalan sebelumnya.”

Refleksi :

Dari wawancara dengan Minarsih dapat disimpulkan bahwa Model

simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah yaitu suatu model menghafal

al-Qur’an yang didegarkan oleh santri dengan cara bergatian secara urut dan

sekaligus merupakan salah satu upaya yang sekaligus digunakan santri

hufadz untuk mengulang ayat-ayat yang telah dihafal agar selalu terjaga.

Simaan estafet diikuti oleh santri hufadz dan santri non hufadz. Kegiatan

124
tersebut dipimpin oleh Ning Alim , selain itu yang mengadakan program

tersebut adalah Ning Alim. Manfaat diadakannya simaan estafet ayat adalah

ahafalan semakin kuat, menjadi lebih teliti karena dengan model di sima’

kita akan mengetahui letak kesalahannya dimana. Sedangkan pengaruh

diadakannya simaan estafet ayat adalah menambah daya ingat kekeuatan

otak dalam menghafal, karena dengan adanya simakan estafetan melatiha

daya ingat terhadap al-Qur’an.

Faktor pendukung motivasi dan dukungan dari orangtua, adanya

target yang perlu dituju, manajemen waktu, lancar membaca al-Qur’an dan

tajwidnya dan bersungguh-sungguh dalam niat. Faktor penghambat adanya

ketidak sabaran dalam menghafal, adanya rasa bosan dan jenuh karena

rutinitas, tidak menghindari maksiat, dan keinginan untuk menambah tanpa

ingin memperbaiki hafalan sebelum.

125
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Rabu, 24 Juni 2020

Waktu : 14.07-15.10 WIB

Tempat : Melalui Daring (Video Call WhatsApp)

Purwodadi-Purworejo

Narasumber : Afidatul Uluwiyah

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari hari sebelumnya peneliti sudah mengirim pesan melalui whatsApp

kepada narasumber (Mbak Ulya) untuk mewawancarai tentang metode muroja’ah

tahfidzul Qur’an menggunakan model simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah

Salatiga lalu mbak Ulya bisanya hari Rabu, 24 Juni 2020 pukul 14.07 WIB. Berikut

ini hasil wawancaranya :

Peneliti : Assalamu’alaikum Mbak Ulya. Langsung saja ya mbak Ul

hehe. Menurut mbak Ulya model simaan estafet itu seperti

apa ?

Narasumber : “ Wa’alaikumsalam Kai. Model simaan estafet ayat

dilakukan dalam waktu seminggu sekali. Setiap hari Sabtu

126
bakda Subuh. Dilakukan dengan membaca satu halaman

setiap orangnya dan dilakukan

seterusnya secara bergilir.”

Peneliti : Lalu menurut mbk Ulya apa itu metode muroja’ah.

Narasumber : “Ee,, metode muroja’ah itu metode untuk mengulang hafalan

yang dimiliki.”

Peneliti : Menurut Mbak Ulya model simaan estafet ayat dalam metode

muroja’ah itu ?

Narasumber : “Model simaan estafet ayat dalam metode muroja’ah dengan

membaca bergilir dari setiap orang satu halaman dalam

metode muroja’ah agar dapat dengan mudah mengingatnya

hafalannya.”

Peneliti : Sedangkan tujuan dari metode muroja’ah itu apa ya Mbak ?

Narasumber : “ Supaya cara membacanya lebih benar dan tartil sesuai

dengan tajwidnya.”

Peneliti : Dalam simaan estafet ayat, apakah penguasaan tajwid itu

berpengaruh ya Mbak ?

Narasumber : “ Tajwid sangat berpengaruh dalam membaca al-Qur’an

karena dengan menggunakan tajwid agar dapat

membenarkan mana yang salah dalam membaca al-Qur’an.”

Peneliti : Siapa yang membuat simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah

Mbak ?

127
Narasumber : “ Yang membuat program simaan estafet adalah putri dari

pengasuh pondok Al-Falah.”

Peneliti : Untuk kegiatan simaan estafet ayat diikuti oleh siapa aja ya

Mbak ?

Narasumber : “ Semua santri tahfidz dan santri non tahfidz ikut menyimak

dalam estafet berlangsung.”

Peneliti : Pengaruh kegiatan simaan estafet ayat itu apa mbak ?

khususnya bagi santri hufadz dan umunya bagi santri non

hufadz

Narasumber : “ Agar santri hufadz lebih mudah dalam meningkatkan

hafalannya dan membacanya dengan benar.”

Peneliti : Siapa yang memimpin simaan estafet ayat ?

Narasumber : “Ning Alim.”

Peneliti : Apakah selain PPTI Al-Falah sudah ada yang menggunakan

model simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Ada, dari berbagai pondok pastinya ada. Tetapi tidak semua

pondok dilakukan dalam waktu seminggu sekali.”

Peneliti : Manfaat diadakannya simaan estafet ayat itu apa ya Mbak ?

Narasumber : “ Agar mengetahui kesalahan dari cara membacanya karena

dengan begitu bisa memperbaiki bacaan-bacaan yang kurang

tepat.”

128
Peneliti : Dalam kegiatan simaan estafet ayat tentunya ada faktor

pendukung dan faktor penghambat dalam kegiatan tersebut

Narasumber : “ Faktor pendukung kegiatan simaan estafet adalah santri

tahfidz semangat dalam menghafalkan begitu daya

mengingat lebih mudah. Faktor penghambatnya adalah

belum bisa tertata rapi dari urutan para santri hufadz, jika

dalam urutan membaca perorangan di istiqomahkan kan

akan lebih mudah lagi dengan bagian yang akan dibacanya.”

Refleksi:

Dari wawancara dengan Mbak Afidatul Uluwiyah maka dapat disimpulkan

bahwa simaan estafet ayat adalah model simaan yang dilakukan dalam waktu satu

minggu sekali, setiap hari sabtu habis subuh, dilakukan dengan membaca satu

halaman setiap orangnya dan dilakukan seterusnya secara bergilir. Tujuan dari

metode muroja’ah supaya cara membacanya lebih benar dan tartil sesuai dengan

tajwidnya. Untuk penguasaan tajwid sangat berpengaruh dalam membaca al-

Qur’an. Program simaan estafet dibuat oleh putri dari pengasuh PPTI Al-Falah yang

memimpin kegiatan tersebut juga putri sari pengasuh PPTI Al-Falah. Simaan estafet

ayat diikuti oleh semua santri tahfidz dan santri non tahfidz ikut menyimak dalam

simaan estafet ayat. Pengaruh adanya simaan estafet yaitu agar santri hufadz lebih

mudah dalam meningkatkan hafalannya dan membacanya dengan benar. Dari

berbagai pondok tentunya sudah ada, akan tetapi tidak semua pondok dilakukan

129
dalam waktu seminggu sekali. Hambatan dari simaan estafet ayat adalah santri

hufadz belum bisa tertata rapi, jika dalam urutan membaca dari perorangan di

istiqomahkan akan lebih mudah lagi dengan bagian yang akan dibacanya.

130
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020

Waktu : 14.05-15.10 WIB

Tempat : Melalu Daring Video Call WhatsApp

Wonosobo-Purworejo

Narasumber : Naendy Desfita (Santri Hufadz)

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari Senin, 22 Juni 2020 peneliti mengirim pesan melalui whatsApp

kepada Nendi untuk meminta izin mau wawancara dan menanyakan

waktunya kapan untuk bisa melakukan wawancara. Lalu pada tanggal 23

Juni 2020 peneliti melakukan video call dengan Nendi. Demikian hasil

wawancaranya :

Peneliti : Assalamu’alaikum Nen, ini langsung kepertanyaan saja

ya..menurut kamu apakah model simaan estafet ayat itu ?

131
Narasumber : “ Wa’alaikumsalam Mbak. Simaan estafet ayat adalah

mendengarkan hafalan yang dilakukan secara bergiliran

(estafet) dengan bacaan satu ayat- satu ayat.”

Peneliti : Menurut kamu apa itu sih metode muroja’ah ?

Narasumber : “ Metode muroja’ah itu adalah mendengarkan hafalan yang

dilakukan secara bergiliran (estafet) dengan bacaan satu

ayat- satu ayat.”

Peneliti : Apa itu metode muroja’ah menggunakan model simaan

estafet ayat menurut versimu Nen ?

Narasumber : “Untuk memastikan benarnya bacaan lafaz Al-Qur’an yang

dihafalkan saat proses menghafal, dan agar hafalan lebih

berkesan di fikiran (nyantol).”

Peneliti : Tujuan dari metode muroja’ah itu apa Nen ?

Narasumber : “Upaya untuk mengingat hafalan yang sudah dihafalkan.

menjaga hafalan Al-Qur’an agar tidak cepat hilang dari

ingatan.”

Peneliti : Ilmu tajwid itu adalah ilmu untuk membaca al-Qur’an.

Apakah penguasaan tajwid berpengaruh dalam simaan

estafet ayat ?

Narasumber : “Ya berpengaruh, karena dalam menghafal akan terpaku

pada hafal pertama/saat proses menghafal, maka sebelum

dihafal sebaiknya di tahsin kan terlebih dahulu.”

Peneliti : Siapa yang membuat program simaan estafet Nen ?

132
Narasumber : “Kurang tahu, kalo di PPTI Al FALAH si, Ning Siti Nur

Halimah, yang kemungkinan besar mengadopsi

kurikulum/cara dari pesantrennya di Brabo.”

Peneliti : Siapa saja yang mengikuti kegiatan simaan estafet ayat ?

Narasumber : “Kegiatan simaan estafet diikuti oleh seluruh santri

hufadz.”

Peneliti : Pengaruh dari adanya simaan estafet itu apa Nen ?

Narasumber : ”Menguatkan hafalan yang sudah dihafal, dan

meningkatkan greget untuk mengulang/murojaah hafalan

yang sudah dihafal.

Peneliti : Siapa yang memimpin kegiatan simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Ning Alim (sebagai pembimbing kelas tahfidz) atau yang

mewakili jika Ning alim berhalangan hadir.”

Peneliti : Selain Pondok Al-Falah apakah sudah ada pondok lain

yang menggunakan model simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Kurang tahu.”

Peneliti : Apakah manfaat dari diadakannya simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Dengan sima’an ini seorang penghafal Al-Qur’an akan

diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia

lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat.”

Peneliti : Faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan

simaan estafet ayat Nen ?

133
Narasumber : “ Faktor pendukung menunjukkan bahwa pengasuh,

pengurus dan santri non tahfidz motivasi kepada santri dalam

melaksanakan kegiatan sima’an untuk meningkatkan hafalan

Al-Qur’an, sehingga santri terus dipupuk rasa semangatnya

dalam menghafalkan.Faktor penghambatnya ada sebagian

kecil santri taḥfīẓ putri yang masih minim kesadaran akan

pentingnya me-murajaʻah dan mengikuti kegiatan sima’an

untuk lebih meningkatkan hafalan Al-Qur’an, dan

terbatasnya ruang untuk kegiatan.

Refleksi:

Dari hasil wawancara dengan Naendy maka dapat disimpulkan

bahwa simaan estafet ayat adalah mendengarkan hafalan yang dilakukan

secara bergiliran (estafet) dengan bacaan satu ayat-satu ayat. Tujuan dari

metode muroja’ah upaya untuk mengingat hafalan yang sudah dihafalkan,

menjaga hafalan al-Qur’an agar tidak cepat hilang dari ingatan. Tajwid

sangat berpengaruh dalam kegiataan simaan estafet ayat, karena dalam

menghafal akan terpaku pada hafal yang pertama atau saat proses

menghafal, maka sebelum dihafal sebaiknya ditahsin terlebih dahulu.

Program simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah dibuat oleh Ning Siti Nur

Halimah atau mengadopsi dari pesantren Brabo, yang memimpin simaan

estafet ayat adalah Ning Alim (sebagai pembimbing kelas tahfidz) atau yang

mewakili jika Ning Alim berhalangan hadir.

134
Faktor pendukung simaan estafet ayat adalah menunjukkan bahwa

pengasuh, pengurus dan santri non tahfidz motivasi kepada santri dalam

melaksanakan kegiatan sima’an untuk meningkatkan hafalan Al-Qur’an,

sehingga santri terus dipupuk rasa semangatnya dalam menghafalkan.

Faktor penghambat simaan estafet ayat adalah ada sebagian kecil santri

taḥfīẓ putri yang masih minim kesadaran akan pentingnya me-murajaʻah

dan mengikuti kegiatan sima’an untuk lebih meningkatkan hafalan Al-

Qur’an, dan terbatasnya ruang untuk kegiatan.

135
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Kamis. 25 Juni 2020

Waktu : 14.15-15.00 WIB

Tempat : Madrasah Lantai 3 PPTI Al-Falah Salatiga

Narasumber : Anisah (Santri Non Hufadz dan Pengurus

Komplek PPTI Al-Falah Salatiga)

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Qur’an

Menggunakan Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari sebelumnya peneliti terlebih dahulu meminta izin untuk

melakukan wawancara dengan Mbak Anis dan Alhamdulillah dia bersedia

untuk dijadikan narasumber. Pada hari Kamis, 25 Juni 2020 peneliti

melakukan wawancara dengan Mbak Anis berkaitan dengan metode

muroja’ah tahfidzul Qur’an menggunakan model simaan estafet ayat di

PPTI Al-Falah Salatiga. Berikut hasil wawancaranya :

Peneliti : Ini langsung saja ya Mbak Ansis, hehe.. Menurut Mbak

Anis apa itu model simaan estafet ayat ?

136
Narasumber : “ Menurut saya,membaca al-Qur’an gantian per orang.”

Peneliti : Kalau menurut versi Mbak Anis apa itu metode muroja’ah

Narasumber : “ Mengulang hafalan yang sudah dimiliki.”

Peneliti : Apa yang Mbak Anis ketahui tentang metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ tidak mudeng mbak, hehe..”

Peneliti : Mneurut Mbak Anis apa tujuan dari metode muroja’ah itu

Narasumber : “ Untuk kalangan hufadz agar hafalan tidak hilang

sedangkan untuk kalangan non hufadz diniati nderes.”

Peneliti : Kan tajwid menjadi dasar dalam membaca al-Qur’an ya

Mbak. Jadi menurut Mbak Anis apakah penguasaan tajwid

berpengaruh dalam kegiataan simaan estafet ?

Narasumber : “Ketika kita estafet mendengarkan orang lain, sehingga

bisa belajar tajwid.”

Peneliti : Siapa yang membuat program simaan estafet ya Mbak ?

Narasumber : “ Ning Alim.”

Peneliti : Siapa yang mengikuti simaan estafet ayat Mbak ?

137
Narasumber : ” Semua kalangan santri baik putra maupun putri khususnya

yang hufadz .”

Peneliti : Apa pengaruh simaan estafet ayat bagi santri non hufadz ?

Narasumber : “ Kalau bagi saya sendiri, bisa belajar tajwid sama lebih

memotivasi untuk lebih semangat nderes, dan yang saya

rasakan hatinya juga tambah adem, hehe.”

Peneliti : Apa manfaat yang kamu rasakan dengan diadakannya

simaan estafet mbak ?

Narasumber : “ Manfaat diadakan simaan bagi saya, simaan bisa belajar

tajwid terus ee lancar.”

Peneliti : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam

kegiatan simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Faktor yang mendukung peserta yang banyak menjadi

lebih semangat, sedangkan faktor yang menghambat simaan

estafet ayat adalah niat dalam hati yang salah, niat hanya

menggungurkan kewajiban, jadi tidak memperhatikan

kegiatan tersebut, selain itu juga capek, karena banyak

kegiatan sehingga saat simaan banyak yang ngantuk.”

138
Refleksi:

Dari hasil wawancara dengan Mbak Anisah dapat disimpulkan

bahwa simaan estafet ayat adalah membaca al-Qur’an gantian per orang.

Arti dari muroja’ah sendiri adalah mengulang hafalan yang sudah dimiliki,

tujuan dari metode muroja’ah adalah untuk kalangan hufadz agar hafalan

tidak hilang sedangkan untuk kalangan non hufadz diniati nderes. Yang

mengadakan program simaan estafet ayat dan yang memimpin kegiatan

tersebut adalah Ning Alim. Pengaruh dari adanya simaan estafet bagi yang

non hufadz kalau menurut saya adalah bisa belajar tajwid, dan termotivasi

untuk lebih semangat nderes lagi. Manfaat diadakannya simaan estafet ayat

adalah juga bisa belajar tajwid. Faktor yang mendukung peserta yang

banyak menjadi lebih semangat, sedangkan faktor yang menghambat

simaan estafet ayat adalah niat dalam hati yang salah, niat hanya

menggungurkan kewajiban, jadi tidak memperhatikan kegiatan tersebut,

selain itu juga capek, karena banyak kegiatan sehingga saat simaan banyak

yang ngantuk.

139
Transkip Wawancara

Hari, Tanggal : Sabtu, 27 Juni 2020

Waktu : 12.06-13.00 WIB

Tempat : Madrasah lantai 3 PPTI AL-Falah

Narasumber : Aisah (Santri Non Hufadz dan Pengurus Bagian

Diklat PPTI Al-Falah Salatiga)

Fokus : Metode Muroja’ah Tahfidzul Menggunakan

Model Simaan Estafet Ayat di PPTI Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada hari sebelumnya peneliti sudah meminta izin kepada Mbak Ais

untuk melakukan wawancara dengan judul. Lalu kita bersepakat untuk

melakukan wawancara pada hari Sabtu, 27 Juni 2020. Berikut ini hasil

wawancanya:

Peneliti : Ini langsung saja ya Mbak Ais. Menurut Mbak Ais simaan

estafet ayat itu bagaimana?

Narasumber : “ Salah satu model dalam membaca al-Qur’an secara

bersama-sama dengan bergantian (estafet) dan saling

menyimak.”

140
Peneliti : Pengertian metode muroja’ah versi Mbak Ais itu apa ?

Narasumber : “ Metode menguatkan hafalan al-Qur’an dengan cara

mengulang-ngulang hafalan yang sudah dihafal.”

Peneliti : Menurut Mbak Ais apa itu metode murojaan menggunakan

model simaan estafet ayat ?

Narasumber : “ Kalau menurut saya ya Mbak menguatkan hafalan al-

Qur’an dengan cara bergantian dan saling menyimak.”

Peneliti : Tujuan dari metode muroja’ah itu apa kalau menurut Mbak

Ais ?

Narasumber : “ Tujuaannya yaa agar tidak mudah lupa dengan hafalan al-

Qur’an yang telah dihafal.”

Peneliti : Ilmu tajwid adalah ilmu yang dipelajari dalam membaca al-

Qur’an kan ya. Kalau menuru Mbak Ais apakah penguasaan

tajwid itu berpengaruh dalam kegiatan simaan estafet ayat ?

Narasumber : “Ya, karena ketika membaca al-Qur’an harus dengan tajwid

yang benar.”

Peneliti : Siapa yang mengadakan program simaan estafet ayat di

PPTI Al-Falah Salatiga ?

Narasumber : “ Ning Siti Nur Halimah.”

Peneliti : Siapa saja yang ikut dalam kegiatan simaan estafet Mbak ?

Narasumber : “ Para santri hufadz dan non hufadz kelas 1 ula, 2 ula, 3 ula

dan 1 wustho.”

141
Peneliti : Apa pengaruh dari simaan estafet bagi santr hufadz dan non

hufadz ?

Narasumber : “Menguatkan hafalan al-Qur’an bagi snatri hufadz dan

memotivasi untuk menghafalkan al-Qur’an bagi santri non

hufadz.”

Peneliti : Siapa yang memimpin dalam kegiatan tersebut ?

Narasumber : “Yang memipin dalam kegiatan simaan estafet ayat adalah

kadang Ning Alim sendiri, kadang santri hufadz secara

bergatian.”

Peneliti : Apa si manfaat dari adanya kegiatan simaan estafet ayat

Mbak ?

Narasumber : “ Menguatkan hafalan al-Qur’an bagi santri hufadz dan

memotivasi untuk menghafalkan al-Qur’an bagi santri non

hufadz.”

Peneliti : Dalam kegiatan tersebut ada faktor pendukung dan faktor

penghambat. Apa saja faktor pendukung dan penghambat

dari kegiatan simaan estafet ayat Mbak ?

Narasumber : “ Faktor pendukung alat pengeras suara dan oenguasaan

tajwid yang benar oleh para santri yang mengikuti. Faktor

yang menghambat adalah suara membaca al-Qur’an yang

tidak jelas didengar.”

142
Refleksi:

Dari hasil wawancara dengan Mbak Aisah maka dapat disimpulkan

bahwa simaan estafet ayat adalah salah satu model dalam membaca al-

Qur’an secara bersama-sama dengan bergatian (estafet) dan saling

menyimak. Metode muroja’ah adalah metode menguatkan hafalan al-

Qur’an dengan cara mengulang-ulang hafalan yang sudah dihafal. Tujuan

dari metode muroja’ah adalah agar tidak mudah lupa dengan hafalan al-

Qur’an yang telah dihafal. Penguasaan tajwid berpengaruh dalam kegiatan

simaan estafet ayat karena dalam membaca al-Qur’an itu harus dengan

tajwid yang benar. Simaan estafet diikuti oleh santri hufadz dan non hufadz

kelas 1 ula, 2 ula, 3 ula dan 1 wustho , simaan estafet dipimpin oleh Ning

Alim sendiri, kadang juga oleh mbak hufadz secara bergantian. Yang

mengadakan program simaan estafet ayat di PPTI Al-Falah adalah Ning Siti

Nur Halimah. Manfaat adanya simaan estafet bagi santri hufadz adalah

untuk menguatkan hafalan al-qur’an, sedangkan bagi santri non hufadz

untuk memotivasi menghafalkan al-Qur’an. Faktor pendukung dalam

simaan estafet ayat adalah alat pengeras suara dan juga penguasaan tajwid

yang benar oleh para santri yang mengikuti. Sedangkan faktor yang

menghambat adalah suara membaca al-Qur’an yang tidak jelas didengar.

143
Lampiran 8 Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI METODE MUROJA’AH TAHFIDZUL QUR’AN

MENGGUNAKAN MODEL SIMAAN ESTAFET AYAT DI PONDOK

PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN

2020

No Data yang diobservasi Lokasi

1. 1. Fasilitas / sarana dan prasarana Pondok Pesantren

PPTI Al-Falah Salatiga Tarbiyatul Islam Al-

2. Kegiatan simaan estafet ayat Falah

3. Kondisi saat simaan estafet ayat

144
Lampiran 9 Catatan Hasil Observasi

Catatan Observasi

Hari, Tanggal : Jum’at, 3 Juli 2020

Waktu : 13.15-14-10 WIB

Tempat : Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

Peristiwa : Pengamatan letak geografis Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

Prolog :

Pada pukul 13.15 WIB peneliti meminta izin kepada kepada pengasuh untuk

meminta izin melakukan wawancara dan observasi. Setelah sowan beliau

peneliti langsung melakukan pengamatan mengenai letak geografis Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga, melihat sarana dan

prasarananya serta melihat sekeliling pondok.

Obersevasi :

Peneliti mengamati dan berkeliling untuk mengamati kondisi sekitar

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga. Letak geografis PPTI

Al-Falah letaknya strategis, terletak dipinggir Jalan utama Sidomukti. Letak

Pondok Al-Falah yang sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman warga

dan juga disana ada SD Dukuh yang mana ada salah satu santri yang sekolah

145
disana. Sebelah Timur berbatasan dengan SMP N 5 Salatiga, banyak santri

yang sekolah disana karena bisa ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih

100 meter. Sebelah utara berbatasan dengan The Green Hutama yang baru

dibangun. Sedangakan sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman

warga. Di depan Pondok Al-Falah dilewati oleh angkot Nomor 9, jadi lebih

mudah untuk akses ke sekolah, ke kampus maupun ke kota. Pondok Al-

Falah juga dekat dengan Kampus 2 IAIN Salatiga kurang lebih 500 meter.

Selain itu, Pondok Al-Falah juga terdapat berbagai fasilitas yang memadai

diantaranya ada aula pondok, masjid, ruang tamu, ruang asatidz, ruang

poskestren, koperasi, ruang insantri, ruang perpustakaan, ruang PSB

(Penerimaan Santri Baru), dapur, kamar mandi putra ada 9, kamar mandi

putri ada 15, kamar santri putra ada 7 dan kamar santri putri ada 20 ada

gedung BLK, ada laundry juga.

Refleksi :

Dari hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa letak geografis Pondok

Al-Falah sangat strategis. Dimana yang sebelah utara berbatasan dengan

The Green Hutama dan pemukiman warga, yang sebelah selatan berbatasan

dengan pemukiman warga, sebelah barat dengan pemukiman warga,

sebelah timur berbatasan dengan SMP N 5 Salatiga. Dan di Pondok

Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah terdapat berbagai fasilitas yang

memadai untuk menunjang kegiatan dan pembelajaran santri.

146
Catatan Observasi

Hari, Tanggal : Sabtu, 4 Juni 2020

Waktu : 05.00-06.30 WIB

Tempat : Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah

(Maqom)

Peristiwa : Pengamatan kegiatan metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat

Prolog :

Saya melakukan pengamatan dengan mengikuti kegiatan metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat di Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga.

Observasi :

Pada hari sabtu setelah subuh saya mengikuti kegiatan metode muroja’ah

menggunakan model simaan estafet ayat di Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah Salatiga di maqom. Saya duduk disamping mbak-mbak

hufadz yang lain untuk melakukan simaan estafet ayat yang akan dipimpin

oleh Ning Siti Nur Halimah. Ning Alim membacakan fatihah kemudian

membuka simaan estafet ayat, lalu Ning Alim mengaji paling awal

sebanyak satu halaman, kemudian berikutnya yang duduk disamping Ning

Alim, kemudian seterusnya seperti itu sampai habis, jika sudah habis nanti

147
kembali ke Ning Alim lagi, sampai sebanyak 2 Juz. Setelah selesai simaan

nanti ada salah satu yang memimpin tahlil dan do’a, kemudian membaca

do’a khotmil Qur’an bersama-sama.

Refleksi :

Dari hasil observasi di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam, dapat

disimpulkan bahwa bahwa metode muroja’ah menggunakan model simaan

estafet ayat dilakukan setelah subuh di maqom Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah yang diikuti oleh santri tahfidz dan santri non tahfidz,

kegiatan tersebut dipimpin oleh Ning Siti Nur Halimah sebanyak 2 juz yang

dibaca secara bergiliran dimulai dari Ning Alim dan seterusnya atau mutar

lagi sampai Ning Alim lagi, sebanyak 2 juz.

148
Lampiran 10 Dokumentasi

Wawancara dengan Ibu Nyai Latifah Zoemri

Wawancara dengan Ning Siti Nur Halimah

149
Wawancara dengan santri hufadz melalui video call whatsApp

Wawancara dengan santri hufadz melalui video call whatsApp

150
Wawancara dengan santri non hufadz

Wawancara dengan santri non hufadz

151
kegiatan simaan estafet ayat

Kegiatan simaan estafet ayat

152
Kegiatan simaan estafet ayat

Kegiatan simaan estafet ayat

153
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Ati’ Likai Tanjua

Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 20 Mei 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bendo 1 Rt 01 Rw 03, Desa Harjobinangun,

KecamatanGrabag, Kabupaten Purworejo

Riwayat Pendidikan :

1. TK Harapan Harjobinangun

2. SD N Harjobinangun, lulus tahun 2010

3. SMP N 34 Purworejo, lulus tahun 2013

4. MAN Purworejo , lulus tahun 2016

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

154

Anda mungkin juga menyukai