Anda di halaman 1dari 139

RELEVANSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN TRADISIONAL

DALAM ERA MODERNISASI


(Studi pada PondokPesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul
Desa Maron, Kecamatan Loano, KabupatenPurworejoTahun 2019)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Ani Sovia

23010150006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2019

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫َو َم َْنَج اَهََد فإنَم َايَج اِهَُد لَن ْفِس ََََِهإناللَهلغنٌّي‬


‫َع نالَعالِم يََن‬

“dan Barangsiapa yang berjuang, Maka Sesungguhnya perjuangan itu adalah


untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (Qs. Al-Ankabut :6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibuku terkasih Suripmi dan bapakku Tukiman yang telah membesarkanku dan

mendidikku dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan. Serta senantiasa

mencurahkan doa yang tiada henti, memberi semangat, nasihat dan motivasi

dalam kehidupanku.

2. Bapak Agus Santoso dan Ibu Titik Isitiqomah beserta keluarga besar yang

telah membantu, memfasilitasi dan mendukung studiku.

3. Abah Abdul Haq dan Ibu yang telah memberi jalan, membimbing, serta

memberikan doa.

4. Kakakku Anggit Nugroho dan adikkuMuhammad Nur Shodiq tersayang yang

selalu mendoakan dan memberikan semangat.

vi
5. Sahabat terbaikku Mbak Erna, Zubet dan Ryda yang selalu mengerti aku,

selalu memberikan semangat, membuatku tersenyum dan memberikan

motivasi dan inspirasi kepadaku.

6. Sahabat sejatiku Indah, Sarwi dan Muji yang selalu memberikan semangat,

doa, dan motivasi dari SMP hingga sekarang.

7. Teman-teman seperjuanganku progdi PAI angkatan 2015 yang telah

memberikan semangat dan berbagai informasi sehingga skripsi ini bisa

terselesaikkan.

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan nikmat, rahmat, karunia, serta hidayahNya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “RELEVANSI SISTEM
PENDIDIKAN PESANTREN TRADISIONAL DALAM ERA MODERNISASI
(Studi pada Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan
Loano, KabupatenPurworejoTahun 2019)”. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantupenulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag selaku rektor IAIN Salatiga yang selalu

memberi semangat dan inspirasi

2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Agselaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberi arahan

dan bimbingan selama saya menjadi mahasiswa.

vii
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Siselaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Bapak Guntur Cahyono, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan dukungan yang sangat berguna bagi

keberhasilan studi saya.

5. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan ketekunan, kesabaran dan bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini.

6. Segenap dosen dan sivitas akademik Institut Agama Islam Negeri Salatiga

yang telah mencurahkan ilmunnya kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak KHR Abdul Hakim Chamid dan Ibu Nyai Hj. Chusana Aniqselaku

pengasuh Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul yang telah memberikan

izin dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

8. Segenap pengurusPondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul yang telah

membimbing dan memberikan informasi kepada penulis dalam melakukan

penelitian.

9. Segenap santri Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul yang telah

memberikan informasi kepada penulis dalam melakukan penelitian.

10. Teman seperjuangan PAI-A yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

11. Teman-teman PPL MTs Al-Manar yang telah memberikan pengalaman

berharga.

12. Teman-teman KKN Posko 160 Desa Cacaban Lor yang selalu saling

mendukung dan saling mendoakan.

viii
13. Sahabat-sahabati Rayon Tarbiyah MAD 2015 yang telah memberikan

pengalaman berharga dan menginspirasi.

14. Rekan-rekanita PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Kaligesing yang telah

mendoakan dan menyemangati.

ix
x
ABSTRAK

Sovia, Ani. 2019.Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional Dalam Era


Modernisasi (Studi Pada Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa
Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo Tahun 2019). Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.
Kata Kunci: Relevansi, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional, Era
Modern.
Pendirian pondok pesantren pada dasarnya adalah karena tuntutan dari
kebutuhan manusia akan nilai-nilai keislaman, pada era modern saat ini pondok
pesantren mulai mengadakan pembaharuan dengan memasukkan sistem
pembelajaran klasikal atau formal dengan tetap menitik beratkan pada
pendidikan agama.Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
Bagaimana relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era
modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron,
Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo? Apa faktor pendukung sistem
pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi di Pondok Pesantren
Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo?
Dan Apa faktor penghambat sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era
modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron,
Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi sistem pendidikan
pesantren putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten
Purworejo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi. Selanjutnya analisis data dalam penelitian ini lebih difokuskan
selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data
selama dilapangan menggunakan analisis deskripif. Aktifitas dalam analisis
datanya yaitu : reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Hasil penelitian Pondok pesantren putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron,
Kecamatan Loano, Kabupaten PurworejoSistem penedidikan yang digunakan
masih relevan dengan era modern saat ini hal ini dibuktikan dengan kurikulum
yang digunakan di Pondok Pesantren Putri Riyadllotul „Uquul dalam
perkembangannya di samping mempertahan sistem ketradisionalannya, juga
mengelola sistem pendidikan klasikal atau formal. Faktor pendukung sesperti
penerapan sistem pendidikan yang sama antara santri terpadu dan santri non
terpadu, sistem pembelajaran yang sudah terjadwal dengan baik, hubungan baik
anatara asatidz dengan santri, fokus pada pembelajaran. Faktor penghambat,
antara lain Wali santri yang masih memanjakan anakanya, kurangnya kesadaran
santri, kurangnya informasi dari luar pondok.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iv

xi
DEKLARASI KEASLIAN TULISAN........................................................ v
MOTTO......................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR................................................................................................. viii
ABSTRAK..................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRANBAB 1 PENDAHULUAN ................................................ xv

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Fokus Penelitian ............................................................................... 11
C. Tujuan Penenlitian............................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 12
E. Penegasan Istilah............................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan....................................................................... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.................................................................................. 19
1. Pengertian Sistem Pendidikan..................................................... 20
2. Sistem Pendidikan Pesantren..................................................... 24
3. Pondok Pesantren........................................................................ 25 a.
Pengertian Pondok Pesantren................................................ 25 b. Sejarah dan
Perkembangan Pondok Pesantren..................... 28 c. Unsur Pondok
Pesantren....................................................... 30 d. Ciri-Ciri Pondok
Pesantren................................................... 32 e. Metode Pembelajaran dalam
Pondok Pesantren
Tradisional............................................................................ 33
4. Era Modernisasi.......................................................................... 35 a.
Pengertian Modernisasi......................................................... 35 b. Aspek
Modernisasi................................................................ 38 c. Pengaruh Modernisasi
Terhadap Sistem Pendidikan
Pesantren Tradisional............................................................ 38
B. Kajian Penelitian Terdahulu........................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 43
B. Lokasi dan Subyek Penelitian........................................................... 44

xii
C. Sumber dan Jenis Data...................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 45
E. Analisis Data..................................................................................... 47
F. Pengecekan Keabsahan Data............................................................ 49
G. Tahap-Tahap Penelitian.................................................................... 50
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data............................................................................................
52
1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pondok Pesantren Putri
Riyadlotul „Uquul....................................................................... 52
B. Analisis Data... .... ...................................................................................
70
1. Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional
dalam Era Modernisasi di Pondok Pesantren Putri
Riyadlotul „Uquul........................................................................ 71
2. Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional
dalam Era Modernisasi di Pondok Pesantren

Riyadlotul „Uquul....................................................................... 83 a. Penerapan


Sistem Pendidikan Yang Sama Antara

Santri Terpadu dan Santri Non Terpadu............................... 84 b. Sistem


Pembelajaran Yang Sudah Terjadwal

Dengan Baik.......................................................................... 84 c. Hubungan Baik


Anatara Asatidz dengan Santri...................... 85 d. Fokus Pada
Pembelajaran................................................ ... 85
3. Faktor Penghambat Sistem Pendidikan Pesantren Putri Tradisional dalam Era

Modernisasi di Pondok Pesantren

Riyadlotul „Uquul..................................................................... 86 a.

Wali Santri Yang Masih Memanjakan Anakanya............... 86

b. Kurangnya Kesadaran Santri................................................ 87

c. Kurangnya Informasi dari Luar Pondok............................... 88

xiii
BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan.......................................................................... 89

b. Saran.......................................................................................

93 DAFTAR

PUSTAK ... ............................................................................... . 94

LAMPIRAN-LAMPIRA

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Hasil Wawancara .......................................................................
97
2. Lampiran Dokumentasi .............................................................................. 110
3. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 115
4. Lampiran Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 116
5. Lampiran Surat Pembimbing Skripsi ......................................................... 117
6. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian .................................................... 118
7. Lampiran Daftar Nilai SKK ....................................................................... 120
8. Lampiran Daftar Riwayat Hidup ................................................................ 123

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu

agama Islam. Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan

pesantren. Istilah pondok, berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang

berati rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren

Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam

lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak

dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Santri

atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok

pesantren (Nasir,2005:80).

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama

di Indonesia.Pondok pesantren merupakan “bapak” dari pendidikan Islam

di Indonesia didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal

ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya bahwa sesungguhnya pesantren

dilahirkan atas kesadaran dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan

mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama dan

da‟i (Amin,1996:8).
2

Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di

Indonesia memiliki presepsi plural. Pesantren bisa dipandang sebagai

lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang

paling populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami

konjungtur dan romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai

tantangan internal maupun eksternal. Pondok pesantren sekarang ini

tampaknya perlu dibaca sebagai warisan sekaligus kekayaan kebudayaan

intelektual Nusantara. Lebih dari itu, dalam sejumlah aspek tertentu,

pesantren juga harus dipahami sebagai benteng pertahanan kebudayaan itu

sendiri karena peran sejarah yang dimainkannya (Hayim, 2003:10).

Pesantren terdiri dari lima elemen pokok, yaitu ; kyai, santri,

masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kelima elmen tersebut

merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan lembaga

pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk

lain. Seklaipun elmen ini saling menunjang eksisitensi sebuah pesantren,

tetapi kyai memainkan peran yang begitu sentral dalam dunia pesantren

(Yasmadi,2002:63).

Dari segi sikap terhadap tradisi pesantren dibedakan kepada jenis

pesantren salaf dan khalaf. Jenis salaf merupakan jenis pesantren yang

tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti

pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran pengetahuan umum tidak

diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian sistem

madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan seperti yang


3

dilakukan di lembaga-lembaga pengajaran bentuk lama. Dalam bentuk

inilah yang menggunakan sistem sorogan dan weton. Pesantren khalaf

tampaknya menerima hal-hal baru yang dinilai baik di samping tetap

mempertahankan tradisi-tradisi lama yang baik. Pesantren sejenis ini

mengajarkan pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal dan

membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren

(Dahri,2007:24).

Ditilik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai

sistem pendidikan Islam tradisional telah berkembang pesat di seluruh

Indonesia. Diantara sekian banyak pesantren yang ada di Indonesia

sebagain besar adalah pesantren tradisional atau yang sering disebut juga

dengan pesantren salaf yang sampai saat ini masih bertahan terutama di

pulau Jawa. Pada pesantren tradisional ini mengajarkan pengajaran

kitabkitab klasik meliputi tauhid, tafsir, hadis, fiqh, tasawuf, bahasa arab

(nahwu, sharaf, balaghah, tajwid, mantiq), dan akhlak sebagai inti

pendidikanya, penerapan sistem madrasah untuk memudahkan sistem

sorogan dan weton yang dipakai dalam lembag-lembaga pengajian bentuk

lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum,santri tinggal

dan belajar bersama kiai, kurikulum tergantung kiai dan pengajaran secara

individual. Umumnya keilmuan Islam yang digali lebih bersifat pragmatis

dan sederhana (Riyadi,2012:21).

Diasumsikan bahwa sistem pendidikan pesantren merupakan

perpaduan dari dua budaya, yaitu budaya Jawa dan dunia Islam. kontak

budaya antara Islam dan Jawa diikuti dengan penyerapan elemn-elmen


4

budaya Islam ke dalam masyarakat Jawa

(Asrohah,2004:42).Perkembangan dan kemajuan masyarakat Islam

Nusantara tidak mungkin terpisahkan dari peranan yang dimainkan

pesantren. Oleh sebab itu, adanya pesantren sebagai lembaga pendidikan

yang mengakar kuat dari budaya Indonesia patut untuk dipertahankan.

Sebagai pusat pendidikan, maka sistem pembelajaran di pesantren

mengandalkan pada kegiatan fisik dan non-fisik. Pada aspek fisik berupa

pondok atau dikenal dengan asrama/pondok santri. Sedangkan unsur

nonfisik berupa kurikulum/materi pembelajaran yaitu kitab kuning.

Pesantren sebagai basis pendidikan Islam tradisonal dipandang telah

mampu menggeakkan masyarakat dalam melakukan pembinaan

lingkungan dan perubahan masyarakat. Pendidikan pesantren dijuluki

sebagai lembaga tradisional sebab lembaga pendidikan ini dikembangkan

dari tradisi yang sangat kuat di lingkungan masyarakat Indonesia. Bahkan

pesantren merupakan salah satu simbol budaya pendidikan asli Indonesia

dan sistem pendidikan yang dikembangkan di pesantren memang berakar

pada tradisi pendidikan keagamaan, di mana aktivitas pendidikannya

semata-mata difokuskan pada kajian kitab-kitab klasik yang mengarah

pada tafa-quh fi al-din, yakni pendalaman pengalan, perluasan

pengetahuan, dan penguasaan khazanah ajaran Islam (Umar,2015:15).

Dalam sistem pendidikan pesantren tidak hanya berfungsi sebagai

lembaga pendidikan, tetapi lebih dari itu lembaga pendidikan pesantren

dapat berfungsi sebagai lembaga soaial keagamaan dan penyiaran agama

Islam. dengan fungsi tersebut, maka pendidikan pesantren sebagai


5

lembaga pendidikan non-formal yang secara khusus mengajarkan agama

yang sangat kuat dan bersumber dari hasil pemikiran para ulama salaf.

Posisi pesantren dalam lingkungan masyarakat menjadi sangat setrategis,

sehingga lembaga pendidikan pesantren mendapat julukan sebagai pusat

pendidikan Islam.

Di masa ini, sistem pendidikan di pesantren tidak didasarkan pada

kurikulum yang digunakan secara luas, tetapi diserahkan pada persesuaian

yang elastis antar kehendak kiai dan santrinya secara individual. Dengan

demikian santri telah dilibatlkan dalam penentuan kebijakan pemililhan

materi pelajaran yang akan disampaikan kiai kepada santrinya. Oleh

karena itu, sistem pendidikan pesantren belum memiliki kesamaan dasar di

luar penggunaan buku-buku wajib (kutub al-muqarrarah). Keragaman ini

terjadi karena perbedaan sistem pendidikanya.

Pada bagian lain, “secara tradisional sistem pendidikan yang

diterapkan di pesantren memilahkan secara tegas aspek pengembanangan

intelektual dan sapek pembinaan kepribadian” (Arifin,1993:40). Sistem

pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembinaan kepribadian

daripada pengembangan intelektual, sehingga daya kritis, tradisi kritik,

semangat meneliti, dan kepedulian menawarkan sebuah konsep keilmuan

tidak muncul dari pesantren. Dewasa ini pesantren menghadapi tantangan

pembangunan, kemajuan, pembaharuan serta tantangan keterbukaan

globalisasi. pesantren tidak bisa mengelak dari tanggung jawab merespon

tantangan itu, karena santri yang telah selesai belajar dari pesantren kelak
6

akan terjuan langsung di masayarakat dengan segala perubahan sosial yang

sangat cepat.

Ketika ditinjau secara agak mendalam antara dunia pesantren

dengan panggung dunia global abad ke XX, sebenarnya terjadi

kesenjangan atau “gap”. Di satu sisi, dunia global saat sekarang ini masih

didominasi oleh pola budaya Barat dan sedang diatur mengikuti pola-pola

itu. Sedang di sisi lain pesantren-pesantren kita, disebabkan faktor-faktor

historinya, belum sepenuhnya menguasai pola budaya itu (yang sering

dikatakan sebagai pola budaya “modern”), sehingga kurang memiliki

kemampuan dalam mengimbangi dan menguasai kehidupan dunia global.

Bahkan, untuk memberikan responsi saja sudah mengalami kesulitan

(Madjid,1997:5)

Nilai-nilai modern sebagai snow balling efek industrialisasi, mulai

mempengaruhi nilai-nilai budaya pesantren (Mastuhu, 1994:

260).Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional yang

bertahan dengan konsentrasi keilmuan tradisional saat sekarang sedang

mengahadapi dua pilihan dilematis. Menurut Nurcholish Madjid,

sebagaimana yang dikutip oleh mastuhu dalam bukunya, pesantren harus

mengambil sikap apakah akan tetap mempertahankan tradisinya, yang

mungkin dapat menjaga nilai-nilai agamanya seperti keadaan sekarang,

ataukah mengikuti perkembangan dengan resiko kehilangan asetnya.

Tantangan dunia modern dan persoalan santri dalam

mengembangkan khasanah pendidikan pesantren yaitu mengkaji kitabkitab

kuning yang terbentur budaya dengan metode sekolah formal serta


7

bagaimana pesantren dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya dalam

membagi revolusi pendidikan dan tekhnologi yang mempengaruhi

pendidikan, baik pendidikan pesantren serta pendidikan formal. Hal ini

disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Di

tengah kemajuan ilmu teknologi yang menjadi motor bergeraknya

modernisasi, belakangan ini banyak pihak yang meragukan eksistensi

pendidikan pesantren terutama pada pesantren tradisional. keraguan itu

dilatarbelakangi oleh kecenderungan pesantren tradisional untuk bersikap

menutup diri dari perubahan yang ada di sekelilingnya dan sikap kolot

dalam merespon upaya modernisasi.

Meski banyak kelemahan yang dimiliki oleh pesantren, sebagian

besar di antaranya masih tetap mendapatkan tempat di hati masyarakat

muslim Indonesia. Terlebih lagi pesantren yang memiliki figur

kharismatik, mampu menjaga kualitas keilmuannya, berkonsentrasi penuh

terhadap perkembangan kelimuan santri, dan mampu membangun

komunikasi yang baik dengan komunitas sosial dan pemerintahan

(Roqib,2009:151). Selain menjaga keilmuan para santri, diharapakan

dengan adanya komunikasi yang baik anatara pesantren dengan komunitas

sosial dan pemerintahan dapat menjadi sarana bagi pesantren tradisional

untuk terus berkemabang di tengah-tengah masyarakat.

Pada realitas lainya, perkembangan pesantren dimasa depan sangat

ditentukan oleh kemampuanya mengantisipasi kesulitan, tantangan dan

dilema yang selama ini menyelimutinya (Ismail,t.t.:60). ada banyak hal

yang perlu di kembangkan atau di benahi dalam lembaga pesantren


8

tradisional untuk menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan. Salah

satunya yang harus di perhatikan adalah sistem pendidikan yang ada dalam

pesantren tersebut.

Kompetisi yang dapat dilakukan oleh pesantren ialah dengan turut

pula ambil bagian, memposisikan diri dan membuktikan sebagai lembaga

yang juga mampu mengakomodasi tuntutan di era globalisasi, yaitu

menciptakan manusia yang tidak hanya bertakwa tapi juga berilmu,

memiliki SDM tinggi plusberakhlak karimah. Penciptaan out putseperti

itulah membuat pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang lebih

besar dalam mengawal bangsa Indonesia dalam menghadapi era

globalisasi (Hasyim,2003:61). Meskipun tetap mempertahankan sistem

pendidikan dengan tradisi lama, pesantren diharap mampu menyesuaikan

diri dengan modernitas yang berkembang dimasyarakat.

Dhofier (1986: 176) menegaskan bahwa karir lembaga-lembaga

pesantren di Jawa pada saat ini sedang mengalami perubahan-perubahan

yang fundamental dan juga turut pula memainkan peran dalam proses

transformasi kehidupan modern di Indonesia. Dengan demikian ada

kemungkinan bahwa pesantren tradisional memiliki relevansi dengan

keadaan modern pada saat ini.

Perkembangan dunia telah melahirkan suatu kemajuan zaman yang

modern. Perubahan-perubahan yang mendasar pada setruktur budaya

masyarakat dan kemajuan IPTEK yang semakin pesat mengharuskan

adanya upaya kontekstualisasi bangunan-bangunan budaya masyarakat

dengan dinamika modernisasi, tak terkecuali dengan sistem pendidikan


9

pesantren tradisional. karena itu, sistem pesantren tradisional harus

melakukan upaya-upaya konstruktif agar tetap relevan dan mampu

bertahan.

Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul merupakan Pondok

pesantren khusus putriyang berdiripadatahun 2007 terletakdi

DesaMaronKecamatanLoanoKabupatenPurworejo, didirikan dan di asuh

oleh KHR Abdul Hakim Chamid dan Ibu Nyai Hj. Chusana Aniq. Pondok

Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul didirikan di bawah naungan yayasan

Nuril Anwar yang sudah berdiri sejak tahun 1997 dan dulunya merupakan

unit dari Pondok Pesantren Al-Anwar danmerupakan salah satu Pondok

Pesantren tertua di Purworejo. Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

didirikan sebagai lembaga pendidikan non formal

disampingitukeinginanuntukmelahirkankaderpemimpinumat yang

beriman, bertaqwadan berpengetahuanala thoriqoti ahlussunah wal

jama‟ah, juga merupakan salah satu, fiqh, tasawuf, bahasa arab, mantiq

dan akhlak dengan menggunakan sistem sorogan dan pondok pesantren

tradisional khusus putri yang masih menggunakan sistem pendidika

pesantren klasik dalam pembelajaranya mengkaji kitab-kitab klasik tauhid,

tafsir, hadis weton. Kiai sebagai pusat dari segala aspek penentu sistem

pendidikan di pesantren selain itu kiai juga sebagai pengasuh dan pemilik

dari pondok pesantren.

Pendidikan di Pondok Pesantren ini tetap mempertahankan sistem

pendidikan klasik dengan segala tantangan zaman modern yang saat ini

berkembang di masyarakat. Kesadaran dan peran kiai serta santri dalam


10

pondok pesantren tradisional ini sangat menentukan keberlanjutan

lembaga pendidikan ini agar sistem pendidikan yang digunakan tetap dapat

diterapkan dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka

penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang sisitem pendidikan

yang ada di pondok pesantren dengan judul “RELEVANSI SISTEM

PENDIDIKAN PESANTREN TRADISIONAL DALAM ERA

MODERNISASI (Studi Pada Pondok PesantrenPutri Riyadlotul

‘UquulDesa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo Tahun

2019)”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki

beberapa permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron,

Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo?

2. Apa faktor pendukung sistem pendidikan pesantren tradisional dalam

era modernisasi di Pondok PesantrenPutri Riyadlotul „Uquul Desa

Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo?

3. Apa faktor penghambat sistem pendidikan pesantren tradisional dalam

era modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa

Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo?


11

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dari skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi diPondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

3. Untuk mengetahui faktor pengambat pendukung sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi di Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten

Purworejo.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangsih dalam upaya memberikan informasi ilmiah

terkait relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi.

b. Mengembangkan wawasan keilmuan dalam pendidikan khususnya

relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi.
12

c. Memberikan sumbangsih untuk peningkatan kualitas pendidikan

dan sumberdaya manusia, khususnya yang berkaitan dengan

relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca

Memberi pengetahuan tentang relevansi sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi dan menjadikan

pembaca mengetahui bagaimana proses pembelajaran terkait

dengan sistem pendidikan yang digunakan.

b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam

memberikan pengetahuan serta upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan memberikan sumbangsih pemikiran atau ide

terhadap penyelenggaraan pendidikan di pesantren dalam era

modernisasi.

c. Bagi penulis

Menambah pengetahuan serta mendapat ilmu yang

bermanfaat dalam bidang relevansi sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi.


13

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekurang jelasan serta kesalah pahaman

penafsiran judul di atas maka ada beberapa hal mengenai istilah-istilah

pada judul tersebut yang perlu perlu diketahui maksudnya

1. Relevansi

Relevansi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mempunyai arti “kaitan/hubungan” (Departemen Pendidikan

dan Kebudayan, 2002: 248). Sedangkan yang dimaksud

relevansi dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara sistem

pendidikan pesantren tradisional dengan era modernisasi saat

ini.

2. Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”,

yang mempunyai arti bagian-bagian yang terhimpun atau

komponen yang saling kberhubungan secara teratur dan

merupakan suatu keseluruhan. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahsa Indonesai sistem diartikan seperangkat unsur yang

secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk satu

totalitas. Hal senada pun terdapat pada kamus umum Bahasa

Indonesia yang mengartikan sistem adalah sekelompok bagian

yang bekerja bersama-sama untuk melakukan

sesuatu.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar


14

peserta didik aktif mengembangkan potensi dalam dirinya

(Usman,2010:30).

Melihat dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwa

pendidikan adalah suatu sistem, hal ini terlihat pada pendidikan

yang mempunyai komponen-komponen seperti pada ciri-ciri

suatu sistem, sehingga pendidikan tidak dapat terlepas dengan

suatu sistem.

Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri,

dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat

tinggal para santri (Mulkhan,1994:1).

Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan

sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengnan pesantren,

pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti hotel,

asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana

(Hasbullah,1996:138).

Pondok pesantren salaf adalah pesantren yang masih

mepertahankan sistem pendidikan yang khas pondok pesantren,

baik kurikulum maupun metode pendidikannya. Bahan ajar

meliputi ilmu-ilmu Agama Islam dengan menggunakan

kitabkitab klasik berbahasa Arab sesuai dengan tingkat

penjenjangannya. Pembelajaran di pondok pesantren dapat

diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan cara

klasikal. Jenis pesantren ini pun dapat meningkat dengan

membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum model


15

pondok pesantren yang bersangkutan, yaitu disusun sendiri

berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren.

Penjenjangan diberikan dengan cara memberikan kitab

pegangan yang lebih tinggi dengan funun (bidang ilmu) yang

sama setelah suatu kitab selesai dipelajari. Para santri dapat

tinggal di dalam asrama yang disendiakan di lingkungan

pondok pesantren, dapat juga tinggal di luar lingkungan pondok

pesantren (santri kalong) (Suparta, 2009: 86).

Sistem pendidikan di pesantren teradisional atau yang

sering disebut dengan pesantren salaf adalah jenis pesantren

yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam

klasik sebagai inti pendidikanya. Di pesantren ini pengajaran

kitab-kitab umum tidak diberikan. Tradisi masa lalu sangat

dipertahankan. Pemakaian sistem madrasah hanya untuk

memudahkan sistem sorogan seperti yang dilakukan di

lembaga-lembaga pengajaran bentuk lama. Pada umumnya

kurikulum pengajaran di pesantren tradisional tergantung

kepada para kyai pengasuh pondoknya. Metode utama sistem

pengajaran di lingkukngan pesantren tradisional adalah

bandongan dan wetonan.

Yang dimaksud dengan sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam penelitian ini adalah sistem pendidikan

pesantren tradisional di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul


16

„Uquul di Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten

Purworejo yankni mencakup beberapa unsur pendidikan

pesantren yaitu: kyai, santri, pengurus, masjid, pondok,

kurikulum, kitab, cara mengajar dan sarana prasarana lainya

yang ada di pondok pesantren tersebut.

3. Era Modernisasi

Dalam KBBI modernisasi memiliki arti

modernisasi/mo.der. ni.sa.si/modenisasi/n proses pergeseran

sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat

hidup sesuai dengan tuntutan masa kini; pemoderenan:

penemuan listrik mempercepat -- dalam kehidupan;

Kata modernisasi berasal dari dua suku kata yaitu

modern yang berarti mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi

modernisasi adalah proses pemutakhiran (Somantri, 2004: 9).

Era modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan

masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau

dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat

yang modern (Elly, 2011: 34).

Era modernisasi merupakan simbol kemajuan suatu

peradaban di era globalisasi yang memiliki karakteristik

tersendiri. Era modenisasi dapat mempengaruhi sendi

kehidupan manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar,


17

baik dalam sistem politik, ekonomi, sosial, budaya maupun

pendidikan.

Yang dimaksud era modernisasi dalam penelitian ini adalah

perubahan-perubahan pada masyarakat yang berkemajuan

dalam segala bidang baik dalam bidang politik, ekonomi,

sosial, budaya maupun pendidikan untuk dapat hidup sesuai

dengan tuntutan masa kini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui pembahasan skripsi ini dengan baik, maka

penulis sampaikan sistematiika penulisan sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II, merupakan bab yang membahas tentang kajian teoritis

yang memaparkan tentang konsep terkait judul.

Bab III, merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian

lapangan yang meliputi gambaran umum tentang objek penelitian dan

penyajian data.

Bab IV, merupakan bab yang membahas tentang analisis terkait

relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi,

fator pendukung dan penghambat relevansi sistem pendidikan pesantren

dalam era modernisasi.

Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


18
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Sistem Pendidikan

Sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja

sama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Kata sistem

dalam pengertian awam memiliki makna: cara, kiat, metode,

strategi, taktik, dan siasat. Kata sistem ini berasal dari bahasa

yunani yang artinya berdiri bersama (stand together) (Ngalimun,

2017: 1).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah

suatu cara atau metode yang digunakna untuk menapai suatu tujuan

tertentu. Hal ini merupakan pengertian sistem secara umum,

terpisah dari pengertian pendidikan.Menurut Kompi (2017:

15)Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa

(pendidik) dalam menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri

peserta didik agar menjadi manusia yang paripurna sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sistem pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkat

unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu, dan

melengkapi satu sama lain menuju tercapinya tujuan pendidikan

yang telah menjadi cita-cita bersama para pelakunya.

19
20

Kerjasama tersebut didasari, dijiwai, digerakkan, dan diarahkan

oleh nilai-nilai yang luhur. Unsur-unsurnya meliputi organik (para

pelaku) dan anorganik (dana, sarana, dan alat-alat pendidikan

lainnya) (Mastuhu, 1994: 6).

Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

sistem pendidikan adalah suatu strategi atau metode yang

digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

dirinya.Serta keseluruhan dari unsur-unsur atau

komponenkomponen pendidikan yang saling berkaitan dan

mempengaruhi anatar satu sama lain dalam satu kesatuan yakni

unsur manusia sebagai subjek pendidikan dan unsur non manusia

seperti sarana prasarana, tujuan pendidikan, materi pendidikan,

metode, dan evaluasi pendidikan.

2. Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia,

pesantren memiliki ciri khas dalam menjalankan sistem

pendidikannya. Sistem pendidikan Islam yang dilaksanakan di

pondok pesantren memiliki karakteristik tertentu dibandingkan

dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan pada

umumnya.

Sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur

(subsistem) yang semuanya memiliki kaitan fungsional, tak

terpisahkan untuk mewujudkan tujuan yang diterapkan.


21

Masingmasing unsur memiliki fungsi tertentu, yang tidak bisa

diabaikan sama sekali. Kekurangan satu unsur saja akan menjadi

kendala bagi proses pendidikan dan langsung berpengaruh pada

pencapaian tujuan. Sistem pendidikan yang dikembangkan

pesantren dalam banyak hal merupakan hasil adaptasi dari pola-

pola pendidikan yang telah ada di kalangan masyarakat Hindu-

Budha sebelumnya.

Proses adaptasi sistem pendidikan pesantren itulah yang

menguatkan penilaian selama ini bahwa pendidikan pesantren

disebut sistem pendidikan produk Indonesia. Sebagai sistem

pendidikan asli Indonesia, pesantren mampu berkembang dan

banyak menawarkan alternatif pendidikan Islam selain pendidikan

formal yang ada di sekolah yang sudah di langsung oleh

pemerintah baik dari segi kurikulum yang digunakan maupun

materi-materi yang dipelajari. Sedangkan itu sistem pendidikan

yang ada di pesantren sangat jauh berbeda dengan banyak faktor

keunikan tersendiri.

Selain itu, ada faktor-faktor lainnya yang menyebabkan

pesantren menjadi alternatif secara lebih rinci sebagai berikkut:

1) Keberadaan system pondoknya, pendidik


dapatmelakuakan tuntutan dan pengawasan secara
langsung.

2) Keakraban hubungan santri dan kyai sehingga dia bisa

memberikan pengetahuan yang hidup


22

3) Pesantren ternyata telah mampu mencetak orang-orang

yang dapat memasuki semua lapangan pekerjaan yang

bersifat bebas

4) Kesederhanan kyai yang memimpin pesantren, tetapi

penuh dengan kesenangan dan kegembiraan dalam

memberi penerangan pada bangsa kita yanng miskin

5) Pesantren merupakan sistem pendidikan yang murah

biayanya untuk menyebarkan kecerdasan bangsa

(Sholeh, 1997: 56).

Pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan

kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu

kawasan bersama guru, kyai dan senior mereka. Oleh karena itu,

hubungan yanng terjalin antar santri-guru-kyai dalam proses

pendidikan berjalan intensif, tidak sekadar hubungan formal

ustadz-santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan pendidikan

berlangsung sepanjang hari dari pagi hingga malam hari. Sistem

pendidikan ini membawa banyak keuntungan, yang pertama

pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir

setiap saat terhadap perilaku santri baik dalam hal pengembangan

intelektualnya maupun kepribadainya. Keuntungan yang kedua

adalah adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi

dapat meperkokoh pengetahuan yang diterima santri. Keuntungan

ketiga adalah adanya proses pembiasaan akibat interaksi setiap hari

baik antar sesama santri, santri dengan ustadz maupun santri


23

dengan kyai. Keuntungan keempat adalah adanya integrasi antara

proses pembelajaran dengan kehidupan sehar-hari. Dalam sistem

pendidikan ini fungsi keteladanan menjadi sangat dominan. Para

kyai menjadi teladan bagi santri-santrinya.

Sebagai lembaga pendidikan Islam, tampak jelas bahwa

prinsip-prinsip pendidikan di pesantren bersifat teoritis. Orientasi

pendidikan pesantren memusat pada sikap taqarrub‟(mendekatkan

diri kepada Allah dengan keteguhan dan ketaatan beribadah serta

melaksanakan doktrin-doktrin agama secara ketat) dan sikap

„tahassun‟(melaksanakan amal-amal saleh, baik kesalehan

invidual maupun kesalehan sosial, dan perilaku yang etis serta

bermanfaat) (Hasan, 1996: 38).

Jika pendidikan nasional berorientasi pada antroposentris,

maka sistem pendidikan pesantren lebih berorientasi pada

teosentris. Ditinjau dari awal mula berdirinya pesantren memang

tidak dimaksudkan untuk melebur dalam sistem pendidikan

nasional. Pesantren seringkali dinilai sebagai sistem pendidikan

yang “isolasionis” terpisah dari “aliran utama” pendidikan

nasional. Sistem pendidikan pesantren dengan demikian sangat

bergantung pada selera kyainya. Keahlian dan pengalaman kyai

tentu saja turut mewarnai sistem pendidikan pesantren yang

diasuhnya. Tidak sedikit sepesialis keilmuan yang dimiliki kyainya.

Pilihan ini masih dalam batas kewajaran atau keniscayaan, yang


24

menarik justru sikap independen kyai dalam menentukan corak

sistem pendidikan pesantrennya.

Sistem pendidikan pesantren masih belum memiliki

kesamaan dasar di luar penggunaan buku-buku wajib (kutub

almuqarrah). Keragaman ini timbul karena ketidaksamaan dalam

sistem pendidikannya; ada pesantren yang hanya menggunakan

sistem pendidikan madrasah secara klasikal, dan ada pula pesantren

yang menggabungkan sistem pengajian dan sistem madrasah secara

non klasikal. Pada sistem madrasah non klasikal ini, materi

pelajaran diberikan secara berurutan dari kitab-kitab lama yang

sudah umum dipakai dalam pengajian. Maka tidak mungkin ada

penyatuan kurikulum pesantren selama masih ada perbedaan-

perbedaan cukup besar dalam sistem pendidikan yang dianut.

Secara tradisional sistem pendidikan yang diterapkan di

pantren memilih secara tegas aspek pengembangan intelektual dan

aspek pembinaan kepribadian (Arifin,1993: 40). Sistem pendidikan

pesantren lebih mengutamakan pembinaan kepribadian daripada

pengembangan intelektual, sehingga daya kritis, tradisi kritik,

semangat meneliti, dan kepedulian menawarkan sebuah konsep

keilmuan tidak muncul di pesantren. Dengan kata lain, perhatian

pesantren lebih tertuju pada pendidikan daripada pengajaran,

padahal kedua hal itu seharusnya diintegrasikan menjadi satu

kesatuan yang utuh dan harmonis.


25

Jadi, sistem pendidikan pesantren tradisional merupakan

sistem yang sederhana dengan keunikan dan ciri khas yang dimiliki

pesantren tersebut dalam keseluruhan komponen-komponen

pendidikan pesantren yang meliputi; kyai, santri, sarana dan

prasarana yang ada di pesantren, dan pengajaran kitab-kitab Islam

klasik termasuk materi dan metode yang digunakan yang saling

berkaitan serta berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan

pendidikan pesantren tradisional.

3. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pesantren berasal dari kata santri “pe-santri-an” atau tempat

santri. Dengan kata lain, istilah pesantren berasal dari kata santri,

dengan awalan “pe” di depan dan akhir “an” berati tempat tinggal

para santri. Sebagian pakar mengatakan bahwa istilah pesantren

bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan berasa dari bahasa India

(Mutohar, 2003: 169).

Pesantren terbentuk atas pengaruh India, Arab, dan tradisi Indonesia.

Ketiga tempat tersebut merupakan arus utama dalam

mempengaruhi terbentuknya sistem pendidikan pesantren. Arab

sebagai tempat kelahiran Islam mengilhami segala bentuk

pengajaran dan pendidikan Islam. Banyak dari ulama Indonesia

yang pergi ke Arab untuk belajar agama setelah kembali ke

Indonesia kemudian mereka mendirikan pesantren. India sebagai


26

kawasan asal usul pendirian pesantren pendirian pesantren pertama

dan minimal menjadi daerah transit para penyebar Islam masa

awal. Sedang Indonesia yang pada awal kehadiran pesantren masih

didominasi Hindu-Budha dijadikan pertimbangan dalam

membangun sistem pendidikan pesantren sebagai bentuk akulturasi

atau kontak budaya.

Pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar

agama Islam. Sehingga dengan demikian pesantren mempunyai

arti tempat berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang

mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam

Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu

agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup

keseharian (Nata, 2007: 2)

Sebelum tahun 60-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Jawa dan

Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok berasal

dari pengertian asrama-asrama santri yanga disebut pondok atau

tempat tingga sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu,

kata “pondok” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu “Funduq” yang

berati hotel atau asrama(Dhofier, 1983: 18).

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan

pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok

pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna

yang sama. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari

dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.


27

Pesantren, sekurangnya berarti tempat para santri menjalani

hidup dan belajar selama masa tertentu di bawah bimbingan kiai.

Dari sisi usia, pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di negeri

ini. Pesantren sebagai tempat hidup dan belajar para santri seperti

tersebut di atas, bukan hanya lembaga pendidikan tertua di negeri

seribu pulau ini, tetapi juga merupakan saksi sejarah tentang

berbagai perkembangan Indonesia sebagai bangsa di tengah

pergaulan dunia yang semakin terbuka (Hasyim, 2003: 4).

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan

nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan

makna kesilaman, tetapi juga mengandung makna keaslian

Indonesia (indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini

sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha

(Madjid, 1997: 3).

Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren adalah tempat para santri untuk hidup dan belajar

mendalami ajaran agama Islam. Selain itu pondok pesantren

merupakan lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional dan

merupakan yang tertua di Indonesia.

b. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren

pesantren sebagai bagian intrinsik dari mayoritas muslim Indonesia

dapat ditelusuri dari aspek historis pesantren yang keberadaannya

relatif cukup lama. Penelitian tentang pesantren menyebutkan,


28

pesantren sudah hadir di bumi nusantara ini seiring dengan

penyebaran Islam di bumi pertiwi ini. Ada yang menyebutkan

pesantren sudah muncul sejak abad akhir abad ke-14 atau awal ke-15,

didirikan pertama kali oleh Maulana Malik

Ibrahim yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Sunan

Ampel. Namun, berdasarkan data yang lebih dapat

dipertanggungjawabkan, pesantren dalam pengertiannya yang

sesungguhnya tumbuh-kembang sejak akhir abad ke-18. Dalam hal

ini, Tegalsari dianggap sebagai pesantren tertua (Riyadi Dkk, 2012:

4).

Terlepas dari kapan pertama kali munculnhya, pesantren dianggap

sebagai lembaga pendidikan Islam Indonesia pertama yang

indigenous. Sebagai misal, pendidikan yang dikembangkan sangat

mengapresiasi, tetapi sekaligus mampu mengkritisi budaya lokal

yang berkembang di masyarakat luas.

Secara terminologis pendidikan pesantren dilihat dari segi bentuk dan

sistemnya berasal dari India. Sebelum proses penyebaran Islam di

Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk

pendidikan dan pengajaran agama Hindu di

Jawa. Setelah Islam masuk di Jawa, sistem tersebut kemudian

diambil alih oleh Islam (Strenbink, 1994: 133).

Pengambil alihan sistem pendidikan tersebut kemudian berkembang

menjadi sistem pendidikan pesantren yang terus tumbuh dan

berkembang di Jawa khususnya di daerah-daerah pedesaan. Sampai


29

saat ini pembangunan pesantren lebih banyak di daerah pedesaan.

Pesantren merupakan produk sejarah yang telah berdialog dengan

zamannya masing-masing yang memiliki karakteristik berlainan

baik menyangkut sosio-kultural, sosioekonomi maupun sosio-

religius. Antara pesantren dengan masyarakat sekitar, khususnya

masyarakat desa telah terjalin interaksi yang harmonis, bahkan

keterlibatan mereka cukup besar dalam mendirikan pesantren.

Sejak awal kelahirannya pesantren tumbuh, berkembang di

pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman sangat

kental dengan karakteristik Indonesia dan memiliki nilai-nilai

stretegis dalam pengembangan masyarakat Indonesia. Yang paling

tampak dari peran pesantren di masa lalu adalah dalam h al

menggerakkan, memimpin dan melakukan perjuangan mengusir

penjajah. Pada masa sekarang juga amat jelas ketika pemerintah

mensosialisasikan programnya dengan melalui pemimpinpemimpin

pesantren. Pada masa-masa mendatang agaknya peran pesantren

amat besar (Tafsir, 2001: 192).

Saat ini pesantren telah berkembang pesat baik secara kualitas maupun

kuantitas di desa-desa maupun di kota. Dengan segala tantangan

zaman yang ada saat ini, pesantren masih menunjukkan

eksistensinya sebagai lembaga pendidikan Islam dan terus

meningkatkan kualitas pendidikannya. Pesantren diharapkan dapat

tetap mempertahankan ciri khasnya namun juga mampu

menyesuaikan dengan berkembangan ilmu teknologi dan


30

pengetahuan yang juga semakin maju.

c. Unsur Pondok Pesantren

Untuk mendirikan pondok pesantren diperlukan beberapa

unsur agar dapat mendukung berjalannya proses belajar mengajar,

menurut Zamakhsyari Dofier yang dikutip unsur-unsur pesantren

ada 5, yaitu: pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik

dan kyai (Nata, 2007:27).

a) Pondok

Pondok adalah tempat tinggal para santri. Adanya pondok sebagai

tempat tinggal bersama para santri sangat bermanfaat untuk

menjaga santri dari pengaruh buruk dari luar.

b) Masjid

Masjid sebagai tempat melaksanakan aktivitas keagamaan

seperti sholat berjamaah ataupun dapat digunkan juga sebagai

tempat belajar untuk materi kajian tertentu, misal pengajian

akbar atau training perawatan, memandikan dan mensholatkan

jenazah.

c) Santri

Santri adalah orang-orang yang menuntut ilmu di pondok

pesantren, biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu:

1. Santri mukim, dimana santri yang berasal dari jauh dan

menetap di pondok pesantren.

2. Santri kalong, adalah santri yang biasanya dari daerah

sekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak


31

menetap di pondok pesantren. Mereka pulang kerumah

setiap selesai mengikuti pelajaran di pondok pesantrend)

d) Pengajaran kitab-kitab klasik

Kitab-kitab klasik merupakan buku yang digunakan sebagai

pegangan dalam pembelajaran di pesantren dan merupakan

bahan kajian dalam pembelajaran sehari-hari. Kitab klasik ini

lebih dikenal dengan kitab kuning.

e) Kyai

Keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah

pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas

kyai memperlihatkan peran yang sangat otoriter disebabkan

karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin,

dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren.

d. Ciri-ciri Pondok Pesantren

Ciri-ciri pondok pesantren dibagi menjadi dua, yaitu ciriciri

khusus dan ciri- ciri umum.

a) Ciri-ciri khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang

dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis

Arab, morfologi Arab, hukum Islam, sistem yurisprudensi

Islam, hadist, tafsir al-Qur‟an, teologi Islam, tasawuf, tarikh,

dan retorika. Literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab

klasik yang disebut dengan istilah “kitab kuning” (Mujib, 2010:

346).
32

Kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat

digolongkan kepada 8 kelompok; nahwu/saraf, fiqih, ushul

fikih, hadist, tafsir, tauhid, tasawuf, etika, dan cabang-cabang

ilmu lainnya seperti tarikh dan balaghah (Daulay, 2009: 64).

b) Ciri-ciri umum pondok pesantren

1. Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan

kyai. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal dalam

satu pondok.

2. Tunduknya santri pada kyai. Para santri menganggap bahwa

menentang kyai selain dianggap kurang sopan juga

bertentangan dengan ajaran agama.

3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam

kehidupan pesantren.

4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan ketara di

pesantren. Hal ini disebabkan santri menyuci pakaiannya

senidiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri dan bahkan

tidak sedikit dari mereka yang memasak makanannya

sendiri.

5. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat

mewarnai pergaulan di pesantren.

6. Disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok

pesantren.

7. Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia dilakukan


33

melalui kebiasaan puasa sunah, zikir, i‟tikaf, sholat tahajud

atau bentuk meneladani kyai atau ustad yang menonjolkan

sikap zuhud(tidak terpikat dengan kenikmatan dunia).

8. Pemberian ijazah dengan mencantumkan nama yang

diberikan kepada santri yang lulus dalam menempuh proses

belajar mengajar di pondok pesantren, hal ini menanadakan

restu kyai atau ustad untuk mengajarkan ilmu yang telah

diperolehnya (Masyud, 2003).

e. Metode Pembelajaran dalam Pondok Pesantren Tradisional

Pondok pesantren tradisional atau yang lebih dikenal dengan

pesantren salaf masih tetap memepertahankan pengajaran kitab-

kitab klasikal sebagai inti pendidikannya dengan metode

pembelajaran weton dan sorogan.Metode weton adalah pengajian

yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri baik dalam menentukan

tempat, waktu, maupun lebih-lebih lagi kitabnya. Metode yang ada

didalamnya terdapat seorang kyai yang sedang membaca suatu

kitab dalam waktu tertentu. Sedangakan santrinya membawa kitab

yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kyai

kemudia menuliskan kembali yang disampaikan kyai pada kitab

yang dibwanya. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar

mengajar kolektif. Sedangkan metode soroganadalah pengajian

yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa santri

kepada kyainya untuk diajarkan kitab tertentu (Madjid, 1997: 28).

Metode yang ada di dalamnya adalah santri men sorog –kan


34

(mengajuakan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di

hadapannya, kesalahan dalam membaca kitab tersebut langsung

dibenarkan oleh kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses

belajar mengajar individual.

Selain weton dan sorogan, dalam pesantren tradisional juga dikenal

beberapa metodologi pengajaran sebgai berikut :

a) Hafalan (tahfizh). Sebagai sebuah metode pengajaran, hafalan

pada umumnya diterpakan pada mata pelajaran nadham (syair),

bukan natsar (prosa) itupun terbatas bada ilmu kaidah bahasa

Arab.

b) Musyawarah. Sebagai sebuah metode, musyawarah merupakan

aspek dari proses belajar dan mengajar di pesantren salafiyah

yang menjadi tradisi, khususnya bagi santri-santri yang

mengikuti sistem klasikal.

c) Bahtsul Masa‟il. Merupakan pertemuan ilmiah untuk membahas

masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah, dan

permasalahanpermasalahan lainnya.

d) Fathul Kutub. Merupakan kegiatan latihan membaca kitab

(terutama kitab klasik) yang pada umumnya ditegaskan pada

santri senior di pondok pesantren (Haedari, 2004: 17).

4. Era Modernisasi

a. Pengertian Modernisasi

Kata modern dalam bahas Indonesia selalu dipakai dengan kata

modern, modernisasi, modernisme. Modernism dalam masyarakat


35

barat mengandung arti, pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk

merubah faham-faham, adat istiadat institusi-institusi alama dan

sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan

oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Kata

modern berasal dari kata modo yang berarti barusan. Bisa juga

diartikan sikap dan cara berfikir, serta tindakan sesuai dengan

tuntutan zaman, sedangkan modernisasi diartikan sebagai proses

pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk

bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini (Dahri, 2007: 151).

Pengertian modernisasi dalam pandangan Abdurrahman Wahid

(2001: 38) sebenarnya terkandung dalam dinamisasi yaitu penggalakan kembali

nilai-nilai hidup positif yang sudah ada, mencakup nilai-nilai lama dan nilai baru

yang dianggap lebih sempurna. Maksudnya modernisasi dapat dikatakan

perubahan ke arah penyempurnaan keadaan dengan menggunakan sikap hidup dan

peralatan yang ada sebagai dasar.

Perubahan ke arah penyempurnaan keadaan dengan

menggunakan sikap hidup ini bisa berasal dari pikiran, aliran, atau

gerakan yang dapat berdampak pada kemajuan ilmu pengetahuan

dan tekhnologi modern seperti yang terjadi pada masyarakat barat.

Menurut Nasution (1982:11) “Modernisasi dalam masyarakat

barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk

merubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan

sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang


36

ditimbulkan oleh perubahan dan keadaan, terutama oleh kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Selain modernisasi yang dianggap terjadi pada perubahan

modern pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, pada

kenyataannya pendidikan dianggap sebagai

prasyarat bagi masyarakat untuk menjalankan

program untuk mencapai

modernisasi.

Modernisasi menurut Azra (2001: 31) adalah bahwa istilah

modernisasi identik dengan “pembangunan” (development), yaitu

proses multi dimensional yang kompleks. Menurutnya, modernisasi

haruslah sesuai dengan angka modernitas. Dalam konteks ini

pendidikan dianggap sebagai prasyarat dan kondisi yang mutlak

bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan

modernisasi atau perubahan.

Dengan pendidikan yang ada pada masyarakat untuk

menjalankan program dan mencapai modernisasi maka akan terjadi

perubahan-perubahan yang berkaitan dengan cara berfikir, gaya

hidup dan tekhnologi.

Modernitas adalah capaian yang diproduksi oleh perubahan dari

hal-hal berbau tradisional menuju situasi atau kondisi modern.

Pada dasarnya, modernitas mengandalkan adanya proses

modernisasi. Secara garis besar perubahan dalam proses

modernisasi dapat dilihat dalam dua segi, yaitu perubahan yang


37

berkaitan dengan tata nilai atau norma-norma ideal (cara berfikir)

dan perubahan yang bersifat materi atau yang menyangkut sesuatu

yang kasat mata (mode gaya hidup dan teknologi) (Muzadi, 1999:

144).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa modernisasi merupakan

transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau

meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat seperti

kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

b. Aspek Modernisasi

Pada dasarnya semua bangsa dan masyarakat di dunia ini

senantiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan

dan arah perubahannya berbeda-beda antara masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain. Proses modernisasi itu sangat luas,

hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan masalahnya karena

terjadinya modernisasi dipengaruhi oleh banyak aspek, antara lain

aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek politik, dan

masih banyak lagi.

c. Pengaruh Modernisasi Terhadap Sistem Pendidikan Pesantren

Tradisional

Bagi pesantren tradisional mempertahankan trsdisi menjadi

ciri utamanya. Pesantren ini cenderung tidak terpengaruh oleh

perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan


38

teknologi, khususnya dalam pengembangan kurikulum, pesantren

ini tetap mempertahankan kurikulum keisalaman, bahkan tidak

memasukkan ilmu-ilmu umum dalam proses belajar mengajar.

Pesantren salaf lebih mengutamakan lulusan yang ahli dalam

bidang ilmu agama saja, sehingga menjadi tempat reproduksi

ulama yang palling sukses.

B. Kajian Peneitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil objek

penelitian di Pondok Pesantren, penelitian pertama adalah penelitian

skripsi yang dilakukan oleh Marini Rizkiani, Program Studi Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Islam

Raden Intan Lampung, 2018. Berjudul “Relevansi Sistem Pendidikan

Pesantren dalam Era Modern (Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahul

Huda Kotabumi, Lampung Utara”.

Hasil penelitian ini adalah pondok pesantren Miftahul Huda, telah

mengalami perkembangan dengan harapan tetap dapat mempertahankan

ciri khasnya. Bentuk konkrit dari relevansi sistem pendidikan pesantren

dalam era moden yaitu pondok pesantren Miftahul Huda memadukan dua

kurikulum pendidikan yaitu sistem pendidikan klasik dengan sistem

pendidikan modern yang mampu diterima oleh santri, metode

pembelajaran pondok pesantren Miftahul Huda sudah menggunakan


39

metode baru dalam pengajaran klasikal atau formal, sarana dan prasarana

yang memadai untuk menjalankan pendidikan modern saat ini.

Penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang

penulis lakukan yaitu membahas hubungan sistem pendidikan pesantren

dalam era modern. Namun perbedaannya terletak pada isi penelitian,

dimana penulis membahas tentang relevansi sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisas, sedangkan penelitian diatas memebahas

tentang relevansi sistem pendidikan pesantren dalam era modern. Sehingga

dari penelitian diatas dapat menguatkan satu sama lain. Selain itu beberapa

perbedaan di atas membuktikan bahwa penelitian dalam skripsi ini murni

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang belum pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya.

Penelitian kedua merupakan penelitian skripsi yang dilakukan oleh

Mufid Ali, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,

IAIN Purwokerto, 2011. Berjudul “Sistem Pendidikan Pesantren Menurut

Nurcholis Madjid”.

Hasil penelitian ini adalah ada beberapa elmen dalam sistem

pendidikan pesantren salaf yang perlu ada penyesuaian dan pengembangan

dengan realitas kehidupan masa globalisasi seperti sekarang. Elmen-elmen

tersebut meliputi kyai, santri, masjid, dan pengajaran kitab-kitab klasik.

Kyai sebagai pilar utama pesantren harus memiliki sikap legitimateserta

skill dalam memimpin sebuah pesantren, sehingga dapat memenej seluruh

persoalan yang ada dalam pesantren. Santri juga harus menjaga kesehatan
40

serta membedakan anatara pakaian untuk belajar, untuk tidur, dan untuk

keluar pondok, sehingga tidak dipandang sebagai sosok yang tidak dapat

menyesuaikan dengan lingkungan. Pondok atau asrama sebagai tempat

tinggal santri perlu diperhatikan serta diberikan fasilitas yang cukup sesuai

dengan kebutuhan santri zaman sekarang. Masjid sebagai tempat pokok

dalam kegiatan di pesantren harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

kenyamanan dalam kegiatan beljar mengajar kitab-kitab klasik atau

kegiatan yang lainnya.

Penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian yang

penulis lakuakan yaitu memebahas tentang sistem pendidikan pesantren.

Namun perbedaannya terletak pada isi penelitian, di mana penulis

membahas reelevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi, sedangkan penelitian di atas membahas tentang fokus sistem

pendidikan pesantren menurut Nurcholis Madjid saja. Sehingga dari

penelitian di atas dapat menguatkan satu sama lain. Selain itu beberapa

perbedaan di atas membuktikan bahwa penelitian dalam skripsi ini murni

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang belum pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Nia Indah Purnamasari,

ELBANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Volume 6, Nomor 2,

Juli-Desember 2016, Sekolah Tinggi Agama Islam YPBWI Surabaya,

email: iendha.nyax@gmail.com.Berjudul “Konstruksi Sistem Pendidikan

Pesantren Tradisional di Era Global: Paradoks dan Relevansi”


41

Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pesantren

tradisional hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam melalui kitab

kuning sebagai inti kurikulmnya. Pesantren tradisional masih dapat

menjadi patron pendidikan, karena mampu memberikan pemenuhan

terhadap kebutuhan spiritual masyarakat. Di era global, pesantren masih

relevan untuk tetap dipertahankan dengan harus tetap menjaga

eksistensinya dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang melingkupinya

tanpa meninggalakan ciri khas kepesantrenan yang dimilikinya. Upaya

tersebut dengan cara pesantren mengenali keseluruhan

komponenkomponen pembentuknya secara baik, lalu mengembangkannya

secara modern sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kapan

pesantren berada. Adaptasi di sini mencakup semua segi dan aspek

kepesantrenan tanpa harus meninggalkan ciri-ciri khas kepesantrenan.

Dengan upaya tersebut, diharapkan pesantren tidak akan ketinggalan

zaman dan selalu relevan dengan kebutuhan zaman.

Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang

penulis lakukan yaitu membahas tentang kesesuaian sistem pendidikan

pesantren tradisional dengan keadaan saat ini. Namun perbedaannya

terletak pada subtansi peneliti, dimana penulis membahas tentang relevansi

sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi sedangkan

penelitian di atas membahas tentang konstruksi sistem pendidikan

pesantren tradisional di era global: paradoks dan relevansi. Sehingga dari

penelitian di atas dapat menguatkan satu sama lain. Selain itu beberapa
42

perbedaan di atas membuktikan bahwa penelitian dalam skripsi ini murni

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang belum

pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian studi kasus

yaitu “penelitian yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu,

kelompok, lembaga atau masyarakat” (Nata, 2002: 127).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu

mendiskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gamabar dan

bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan,

dokumen dan sebagainya kemudian diseskripsikan sehingga dapat

memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas (Sudarto, 1997:

66).

Alasan memilih jenis penelitian ini adalah, peneliti berupaya

menggali data berupapandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau

asli dan data hasil pengamatan di lapangan terkait “Relevansi Sistem

Pendidikan Pesantren Tradisional Dalam Era Modernisasi (Studi Pada

Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan

Loano, Kabupaten Purworejo)”.


44

43

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Peneliti melakaukan penelitian di Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

Sedang subyek atau sasaran penelitiannya adalah pengasuh pondok

pesantren, pengurus pondok pesantren, asatidz dan santri pondok

pesantren. Guna untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang

diharapkan dalam penelitian, serta untuk membuktikan data yang akan

dijadikan referensi tersendiri bagi peneliti, hal ini dilakukan supaya

memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara kepada narasumber

yang benar.

C. Sumber dan Jenis Data

Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang

berhubungan dengan relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi di Pondok PesantrenPutri Riyadlotul „Uquul Desa

Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Secara umum, data yang

dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber

data pertama. Hal ini dikatakan data primer karena diperoleh dan

dikumpulkan dari sumber data pertama. Data primer yang menyangkut

wawancara mendalam berkaitan dengan informasi kunci yaitu dari orang

yang dianggap tahu tentang relevansi sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi. Sedang data primer yang menyangkut


45

observasi secara langsung di lapangan yaitu mengikuti kegiatan apa yang

dilakukan oleh pondok pesantren dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun

dalam bentuk dokumen-dokumen berupa catatan, laporan, foto-foto atau

yang lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknikn pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Observasi atau disebut dengan pengamatan meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002: 107)

Menurut Lexy J Moleong (2009: 174) observasi atau

pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus

pada kejadian, gejalanya sesuatu. Dengan melakukan pengamatan

terhadap gejala yang akan diteliti kemudian dijadikan bahan untuk

mengumpulkan data yang lebih mendalam.

Metode obsevasi ini digunakan untuk mengamati secara

langsung terhadap proses/atau keadaan objek yang diteliti

mengenai relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam

era modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa

Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

2. Metode Wawancara
46

Menurut Lexy J. Moleong (2009: 186) wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang berlangsung antara dua

pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan

terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan).

Metode wawancara ini digunakan untuk menggali

informasi tentang relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

Informasi disini mencakup pengasuh pondok pesantren, pengurus

pondok pesantren, dan santri pondok pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam

wawancara ini adalah:

a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan wawancara secara

garis besar.

b. Peneliti mewawancarai informan mulai dari pertanyaan

yang deskriptif, struktural dan kontras.

c. Peneliti mengakhiri wawancara dengan memberikan

kesempatan bagi informan untuk menyampaikan hal-hal

yang kiranya dipandang penting.

3. Metode Dokumentasi

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 240),


47

“Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang

dibuat oleh manusia”.

Menrut Lexy J. Moleong (2009: 216) dokumentasi adalah

setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena

adanya permintaan dari peneliti.

Dokumentasi adalah segala bahan tertulis atau film.

Dokumentasi digunakan untuk melihat gambaran fenomena yang

diteliti dan memperoleh data-data pendukung berdasarkan catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan foto atau vidio.

Metode dokumentasi ini digunakan guna mengumpulkan

data yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah berupa dokumen

dan buku-buku serta kumpulan dari beberapa pengamatan secara

langsung di lokasi penelitian yakni berupa foto-foto terkait dengan

relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa

Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara

sistematis catatan yang dicari melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman tentang objek dan

menyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Azwar, 2005: 95).


Analisis data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilih-milih menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensistensiskannya mencari dan menemukan pola,


48

menemukan apa yang penting yang dapat dipelajari dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).

Menurut Lexy J. Moleong (2009: 247-257) menjelaskan

langkahlangkah analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan abstraksi yaitu usaha

membuat rangkuman data dari peneliti yang tersedia dari

berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan

dokumen sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok penting dari

fokus penelitian.

2. Penyusunan Satuan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan hal-hal pokok

yaitu ditemukan kemudian menggolongkannya kedalam

pola,unit, tema atau kategori, sehingga tema uutama dapat

diketahui dengan mudah kemudian diberi makna sesua materi

penelitian.

3. Kategorisasi

Pada tahap ini dilakukan pengkategorian dari tema

utama yang telah diterjemahkan, dengan cara pengelompokan

tema-tema utama berdasarkan keterkaitan antara satu tema

dengan tema yang lain.

Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan secara sistematis mengenai relevansi sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam rera modernisasi serta mendeskripsikan faktor


49

pendukung dan faktor penghambat dalam relevansi sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan trianguliasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Moleong,

2009: 330).

Menurut Lexy J. Moleong (2009: 331) terdapat pembagian

triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi

waktu.

1. Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber.

2. Trangulais teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti

menggunakan observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

3. Triangulasi waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada

saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.


50

G. Tahap-Tahap Penelitian

Proses analisis data yang akan digunkaan dalam penenlitian ini

setelah data terkumpul adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca

Dalam proses membaca ini, penulis sekaligus mengkaji

secara mutlak dan mendalam apakah memang ada relevansi

sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi

di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Desa Maron,

Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

2. Menafsirkan

Dalam proses ini, setelah dikaji kemudian data

ditafsirkan. Setelah itu disesuaikan dengan teori yang terkait

dengan masalah relevansi sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi di Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten

Purworejo.

3. Menyimpulkan
Sebagai langkah terakhir adalah

menyimpulakan seluruh hasil dari penafsiran. Kegiatan

menyimpulkan ini diharapkan dapat menghasilkan kebenaran

obyektif dari pemecahan masalah yang dirumuskan.


51
BAB IV

PAPARAN DAN ANALISI DATA

A. Paparan Data

1. Gamabaran Umum Obyek Penelitian Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul ‘Uquul

a. Letak Geografis Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Pondok Pesantren Riyadlotul Uquul terletak di Dusun

Maron, Desa Maron, RT 02 RW 01, Kecamatan Loano, Kabupaten

Purworejo. Desa dimana pondok pesantren ini memiliki wilayah

yang cukup luas. Karenanya, Desa Maron dibagi menjadi lima

dusun dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Batas-batas

wilayah dari Desa Maron disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah Desa Maron


Timur Desa Kalikalong
Selatan Desa Loano
Barat Desa Jetis
Utara Desa Kebongunung

Maron adalah desa di kecamatan Loano, Purworejo, Jawa

Tengah, Indonesia. Terletak di sebelah utara kota Purworejo, Maron

merupakan daerah yang sangat strategis karena dilalui oleh jalur

transportasi utama dari arah Purwokerto menuju Semarang dan

jalur utama dari Purworejo ke Wonosobo.


53

52

Desa Maron sendiri merupakan daerah yang cukup

potensial apabila dipandang dari segi ekonomi, sebab lain warga

tergantung pada pertanian padi, sumber penghasilan yang tak kalah

diandalkan ialah dari hasil perikanan. Layanan masyarakat yang di

sediakan di desa maron meliputi Puskesmas dengan fasilitas rawat

inap dan rawat jalan, tersedianya pasar yang dikunjungi masyarakat

luas setiap hari rabu dan hari sabtu, Perbankkan ada Bank BRI,

BMT, Mikad Al Khidmah, Apotik, satuan pendidikan dari Paud,

TK, SD, MI, SLTP dan SLTA.

Pondok Pesantren Riyadlotul Uquul yang didirikan oleh

KHR.Abdul Chakim Chamid beserta istri. menjadi tempat yang

strategis, karena kondisi wilayah yang tidak telampau ramai. Jarak

yang cukup terjangkau dari pusat Kota Purworejo sebagai pusat

pendidikan formal pun turut memepengaruhi fluktuasi jumlah

santri yang ingin mempelajari ilmu agama. Oleh karena itu,

mayoritas santri yang menetap di Pondok Pesantren Riyadlotul

Uquul adalah mereka yang masih berstatus pelajar dari seluruh

pelosok nusantara.

b. Profil Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Nama Pondok Pesantren : PONDOK PESANTREN PUTRI

RIYADLOTUL „UQUUL

Pengasuh : KHR Abdul Chakim Ch. dan


54

IbuNyaiHj. ChusanaAniq
Alamat : Jl Wonosobo Hm 04
: Desa/Kelurahan : Maron
: Kecamatan : Loano
: Nomor Telpon/ HP : Purworejo
Nama Yayasan (jika ada) : Perkumpulan Pondok Pesantren
Putri Riyadlotul „Uquul
Akta Notaris Yayasan :-
Nomor Statistik (jika ada) : 510033060115
Tahun Berdiri : 19 Maret 2014
Tempat kegiatan : Masjid/Musholla/Gedung
sendiri/Rumah Pribadi)*
Kepemilikan Tanah : Hak Milik Lembaga / Hak
Pakai/Wakaf)*
a. Luas Tanah Hak Milik
2
: 460 m
b. Luas Tanah Hak Pakai
:-
c. Luas Tanah Wakaf : -
Status Bagunan : Hak Milik Lembaga / Hak Pakai)*
Luas Seluruh Bagunan : 920 m2
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 02.781.888.9-531.000

c. Visi dan Misi Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

1.) Visi

Visi dariPondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

“BernuansaIslami, ungguldalamprestasi,

menjunjungtinggitradisi, santundalambersikap,

diminatimasyarakatdanmeraihkemuliaanhidupdalamkebahagiaa

nmasa depan” .

2.) Misi

Adapun misi yang diemban oleh Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul yaitu:

a) Membina santri berdasarkan keimanan dan ketakwaan.

b) Mewujudkan tercapainya peningkatan mutu pendidikan.


55

c) Mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Iptek

dan Kebudayaan.

d) Membinaan akhlak dan budi pekerti.

e) Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.

f) Menyebar semangat demokrasi secara inovatif.

g) Mengantarkan santri menggapaiprestasi.

h) Membangkitkan daya juang bagi kemuliaan hidup dan

kebahagiaan masa depan.

d. Tujuan

Tujuan Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul adalah

melahirkan kader pemimpin umat yang beriman, bertaqwa dan

berpengetahuan ala thoriqoti ahlussunah wal jama‟ah.

Para santri dalam hal ini ditekankan penuh untuk senantiasa

beriman kepada Allah, menjaga sopan santun serta tidak

meninggalkan amalan-amalan yang telah didapat.

e. Lembaga-lembaga yang ada di Pondok Pesantrten Putri


Riyadlotul ‘Uquul
Beberapa lembaga di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul
„Uquul adalah sebagai
berikut:

1) Tata Usaha (TU) Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Lembaga ini merupakan lenbaga yang mengurusi terkait


dengan tata administrasi yang ada di Pondok PesantrenPutri
Riyadlotul „Uquul, seperti:
a) Membantu menyelesaikan permasalahan administrasi
56

b) pendataan santri di pondok pesantren

c) Mengatur dan mengontrol sirkulasi keuangan pondok

pesantren

d) Mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran pondok

pesantren

e) Mengontrol santri pondok pesantren yang


belum

menyelesaikan kewajiban administrasi

f) Mencatat dan mengevaluasi santri yang bermasalah

g) Rekapitulasi transaksi harian, mingguan maupun bulanan

h) Koordinasi dengan lembaga-lembaga yang ada di pondok

pesnatren

i) Melayani tamu, dll.

2) Madrasah IslamiyyahSalafiyahRiyadlotul ‘Uquul (MISRIU)

Pada umumnya, pesantren tidak akan lepas dari kegiatan

belajar mengajar (KBM). Proses KBM di Pondok Pesantren

PutriRiyadlotul „Uquuldikelola oleh lembaga yang bernama

MISRIU. Lembaga ini fokus pada proses kelancaran KBM di

pesantren. Metode yang digunakan oleh MISRIU dalam

menjalankan KBM yaitu dengan metode dasar pada umumnya

digunakan di pesantren, yaitu 1) Bandongan, 2) Sorogan dan 3)

Musyawarah.

Dalam satu tahun pelajaran kegiatan KBM terbagi menjadi

2 periode, yaitu semester ganjil dan genap. Dalam KBM juga


57

terbagi menjadi 5 tingkat yang pembelajarannya meliputi kajian

Fiqh, Nahwu, Sorof, Tarikh, Tauhid, Bahasa Arab dan Tajwid.

Untuk mengevaluasi hasil pembelajaran dan menentukan

kenaikan kelas, diadakan ujian yang dilaksanakan setiap akhir

semester.

Adapun kurikulum dari Madrasah Islamiyyah Salafiyah

Riyadlotul „Uquul (MISRIU)adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kurikulum MISRIU


KAJIAN KITAB
Nahwu Alfiyah Ibnu Malik, „Imrithi,
Jurumiyyah, Syabrowi
Fiqih Masa‟ilutTa‟lim, Taqrib, Sulam Taufiq,
RiyadlulBadi‟ah, SafinatunNaja,
MabadiFiqh Juz 1-4.
Tasawuf KhulasotutTasonif, Adab Sulukil
Murid, Hikam, Minhajul „Arifin
Tajwid IrsyadulAthfal, HidayatusSibyan,
TuhfatulAthfal, HidayatulMustafid
Akhlaq Mathlab, TambihulMuta‟allim,
TaysirulKholaq
Shorf I‟lal ShorfiyahLughowi,
Qowa‟idusShorfiyyah&I‟lal,
NadzomMaqshud
Tauhid Aqidatul Awam, AqidatulIslamiyah,
BahjatulQolaid, TijanDurori, Jauharotut
Tauhid
Lainnya Lu‟lu‟ Wal Marjan, Qowa‟idulI‟rob
f. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Adapun sistem yang digunakan dalam pembelajaran di

Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul berdasarkan hasil

wawancara dengan pengasuh, asatidz, pengurus dan santri adalah

sebagai berikut:
58

1) Metode Bandongan

Metode bandongan yaitu sistem dimana para santri

mendengarkan atau menyimak penjelasan dari Kyai atau Guru.

Dalam metode ini, biasanya para santri ngabsahi kitab kuning

yang dibacakan oleh guru. Selain itu, para santri juga membuat

catatan dari apa yang sudah dijelaskan oleh Kyai/Guru.

Metode bandongan adalah sistem yang sudah umum

digunakan oleh pesantren-pesantren salaf atau tradisional. Jadi,

metodebandongan adalah sistem tertua di pondok pesantren.

Materi yang diajarkan dengan metode bandongan adalah

biasanya tentang nahwu/sharaf, tauhid, fiqih, dan hadits.

2) Metode Sorogan

Sistem sorogan adalah metode dimana santri

menyodorkan materi kepada guru untuk disimak. Biasanya

dalam metode sorogan ini tidak hanya sorogan Al-Qur‟an saja,

tetapi juga sorogan kitab-kitab. Dalam metode ini, biasanya

santri bergilir satu-satu dalam menyodorkan Al-Quran atau

kitab. Sorogan Al-Qur‟an, biasanya santri membaca Al-Qur‟an

satu halaman atau lebih, lalu guru menyimaknya apakah

makhrojul hurufnya sudah tepat atau belum. Sedangkan ketika

sorogan kitab, biasanya guru membacakan. Kitab yang gundul

itu, kemudian nanti beberapa santri ditunjuk untuk

menyodorkam kitab yang sama itu.

Metode sorogan adalah merupakan metode yang


59

berbasis modern karena tujuan dari metode sorogan adalah agar

santri itu dapat lebih mengenali gurunya, begitupun sebaliknya.

Sistem sorogan membawa banyak manfaat karena dengan

adanya metode sorogan, santri menjadi giat dalam memahami

dan mengkaji Al-Qur‟an dan kitab-kitab kuning.

3) Data Akademis

Berikut adalah tabel-tabel data akademis Pondok

Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul :

Tabel 4.3 Perkembangan Santri Tiga Tahun Terakhir


Tahun Jenis kelamin Kelompok umur Keteran
Jumlah
Pendidikan Laki-laki Perempuan Anak-anak Dewasa gan
2016 180 0 180 5 175 -
2017 250 0 250 0 250 -
2019 322 0 325 0 322 -

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Pengajar keseluruhan


BIDANG
NO NAMA ALAMAT
TUGAS
Ibu. Ny. Hj. Pengajar
1 MaronLoano Purworejo
HusanaAniq Nahwu
Bp. KH. Ahmad Malangrejo, Banyuurip, Pengajar
2
Taufiq Purworejo Tasowuf

Bp. Ust. Ahmad Pengajar


3 Kapulogo, Kepil, Wonosobo
Rofiq Tasowuf
Bp. Ust. Candiretno, Secang, Magelang Pengajar
4
„AbdurRo‟uf Nahwu
Bp. Ust. Banyuurip, Banyuurip,
5 Pengajar Fiqih
Anwaruddin Purworejo
6 Bp. Ust. Mu‟tiqun Kemejing, Loano, Purworejo Pengajar Fiqih
Parakan, Ngargogondo, Pengajar
7 Bp. Ust. Mufid
Magelang Tauhid
Bp. Ust. Thoif Pengajar
8 Bojasari, Kertek, Wonosobo
Santoso Nahwu
9 Bp. Ust. Mustaqim Jogotamu, Loano, Purworejo Pengajar
60

Tauhid
Bp. Ust. Pengajar
10 Samping, Kemiri, Purworejo
MinahulHuda Tauhid
Bp. Ust. Ngadirejo, Salaman, Magelang
11 Pengajar Fiqih
SyamsulHuda
Ibu. Ust. Pengajar
12 MaronLoano Purworejo
LaelaKholidah Akhlaq
Ibu. Ust. L.B. Al Adiwarno, Selomerto, Pengajar
13
Azizah Wonosobo Shorof
Ibu. Ust. Nia Nur Kali tengkek Gebang Pengajar
14
Hidayah Purworejo Tajwid
Ibu. Ust. Fatma N. Pengajar
15 Kapulogo, Kepil, Wonosobo
I Tajwid
Ibu. Ust.
16 Kemejing, Loano, Purworejo Pengajar Fiqih
RohmatulUmmah
Ibu. Ust. Pengajar
17 CandiretnoSecang Magelang
NaylaShofiyah Akhlaq
Ust. Pengajar
18 Kalisuren, Kertek, Wonosobo
AkmaliyatulI‟anah Tajwid
Teken Glagahan, Loceret, Pengajar
19 Ust. Siti Fathimah
Nganjuk Tauhid
Ust.
Ambarawa, Pringsewu, Pengajar
20 „AliyatulMukarrom
Lampung Tajwid
ah
Pengajar
21 Ust. Siti Chaizah Bener, Kepil, Wonosobo
Akhlaq
Pengajar
22 Ust. Shofiyah Sidomulyo, Ambal, Kebumen
Tauhid
Ust. Arum Sumbersari, Banyuurip, Pengajar
23
Fathihayani Purworejo Tajwid
Ust. NadzirohZulfa Adikarso, Kebumen, Kebumen Pengajar
24
K Tajwid
25 Ust. Brunorejo, Bruno, Purworejo Pengajar
RohmahChayati Tarekh
Ust.
Pengajar
26 ChalimatusSa‟diya Ponggol, Grabag, Magelang
Tarekh
h
Ust. Dewi Pengajar
27 Kalisuren, Kertek, Wonosobo
Khotimatuz Z Tarekh
Pengajar
28 Ust. Nurul Anisah Separe, Loano, Purworejo
Alqur‟an
Ust. Laily Nur Palas, Kalianda, Lampung Pengajar
29
Faizah Selatan Alqur‟an
61

Ust. Tahta Nur Pengajar


30 Lugosobo Gebang Purworejo
Hafiana Alqur‟an
Ust. KuniSa‟adatul Pengajar
31 TumenggunganSelomertoWsb
„Ulya Alqur‟an
Ust. Pengajar
32 PrasutanAmbal Kebumen
AmrinaRosyada Alqur‟an
Ust. Pengajar
33 Separe, Loano, Purworejo
JauharotunNafisah Alqur‟an
Ust. Robi‟ahUlil Waluyo Buluspesantren Pengajar
34
Hidayah Kebumen Alqur‟an
Ust.
Pengajar
35 AhdianaHidayatul Karangsari Bener Purworejo
Alqur‟an
„Aqli
Ust. Dewi Lailatul Pengajar
36 KagunganKepil Wonosobo
M Alqur‟an
Ust. Lia Pengajar
37 Suropati, Sapuran, Wonosobo
BarotutTaqiyya Alqur‟an
Ust. Pengajar
38 Gemilang, Kepil, Wonosobo
UswatulMufafiroh Alqur‟an
Ust. Chusana Nur TalunOmbo, Sapuran, Pengajar
39
Farida Wonosobo Alqur‟an
Pengajar
40 Ust. Siti Fathimah Sekartejo, Pituruh, Purworejo
Alqur‟an
Bumirejo, Mojotengah, Pengajar
41 Ust. Nur Chasanah
Wonosobo Alqur‟an

Tabel 4.5 Waktu Kegiatan Belajar Mengajar


SIFIR A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Ust. Dewi Khotimatuz Malam 20.00 -
Tarekh Zahro Sabtu 22.00
Malam 20.00 -
Syi'ir Akhlaq Ust. Laily Nur Faizah Ahad 22.00
Akhlaq/ Lgt. Arb Ust. Dewi 'Aisyah Malam 20.00 -
62

Senin 22.00
Tauhid/ Malam 20.00 -
Fasholatan Ust. Dewi 'Aisyah Selasa 22.00
Malam 20.00 -
Fiqh Ust. Robi'ah Ulil Hidayah Rabu 22.00
Malam 20.00 -
Tajwid Ust. Dewi 'Aisyah Kamis 22.00
SIFIR B

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Malam 20.00 -
Tarekh Usth. Rohmah Chayati Sabtu 22.00
Ust. Nadziroh Zulfa Malam 20.00 -
Syi'ir Akhlaq Kamaliya Ahad 22.00
Ust. Dewi Lailatul Malam 20.00 -
Akhlaq/ Lgt. Arb Mukaromah Senin 22.00
Tauhid/ Malam 20.00 -
Fasholatan Ust. Ahdiana Hidayatul Aqli Selasa 22.00
Malam 20.00 -
Fiqh Usth. Arum Fathihayani Rabu 22.00
Ust. Dewi Lailatul Malam 20.00 -
Tajwid Mukaromah Kamis 22.00
SIFIR C

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Malam 20.00 -
Tarekh Ust. Chalimatus Sa'diyah Sabtu 22.00
Malam 20.00 -
Akhlaq/ Lgt. Arb Ust. Kuni Sa'adatul Ulya Ahad 22.00
Malam 20.00 -
Syi'ir Akhlaq Ust. Kuni Sa'adatul Ulya Senin 22.00
Tauhid/ Malam 20.00 -
Fasholatan Ust. Kuni Sa'adatul Ulya Selasa 22.00
Malam 20.00 -
Fiqh Ust. Jauharotun Nafisah Rabu 22.00
Malam 20.00 -
Tajwid Ust. 'Aliyatul Mukaromah Kamis 22.00
1 Ibtida' A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


07.30 -
Mabadi Fiqh 1-2
Ibu. Ust. Fatma Nur Isnaini Sabtu 10.30
07.30 -
Khulasoh Juz 1
Usth. Siti Fathimah Ahad 10.30
63

07.30 -
„Aqidatul „Awam
Ust. Robi'ah Ulil Hidayah Senin 10.30
Ust. Robi'ah Ulil Hidayah Selasa 07.30 -
Safinatun Naja
10.30
Ust. Chalimatus Sa'diyah Rabu 07.30 -
Al Mathlab
10.30
Hidayatus Ibu. Ust. Umi Hani'ah Kamis 07.30 -
Shibyan 10.30
1 Ibtida' B

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Ust. Ahdiana Hidayatul Aqli Kamis 07.30 -
Mabadi Fiqh 1-2
10.30
Ust. Ahdiana Hidayatul Aqli Ahad 07.30 -
Khulasoh Juz 1
10.30
Ust. Nadziroh Zulfa Senin 07.30 -
„Aqidatul „Awam
Kamaliya 10.30
Usth. Siti Chaizah Selasa 07.30 -
Safinatun Naja
10.30
Ibu. Ust. Rohmatul Ummah Sabtu 07.30 -
Al Mathlab
10.30
Hidayatus Ibu. Ust. Asfirotun Rabu 07.30 -
Shibyan 10.30
1 Ibtida' C

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Ibu. Usth. Nayla Shofiyah Rabu 07.30 -
Mabadi Fiqh 1-2
10.30
Ust. Jauharotun Nafisah Senin 07.30 -
Khulasoh Juz 1
10.30
Ust. Jauharotun Nafisah Selasa 07.30 -
„Aqidatul „Awam
10.30
Usth. Siti Chaizah Ahad 07.30 -
Safinatun Naja
10.30
Ust. Chalimatus Sa'diyah Kamis 07.30 -
Al Mathlab
10.30
Hidayatus Ust. Fahmi Azizah Senin 07.30 -
Shibyan 10.30

2 Ibtida' A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Ust. Nadziroh Zulfa Malam 20.00 -
Tuhfatul Athfal
Kamaliya Senin 22.00
64

Mabadi Fiqh Juz 3 Malam 20.00 -


Ibu. Ust. Shofiyatun Ahad 22.00
Tambihul 20.00 -
Muta‟allim KH. Ahmad Taufiq Sabtu 22.00
Lu‟lu‟ wal Usth. Aliyatul Mukaromah Malam 20.00 -
Marjan Selasa 22.00
Usth. Dewi Khotimatuz Malam 20.00 -
Khulasoh Juz 2
Zahro Rabu 22.00
„Aqidatul Usth. Dewi Khotimatuz Malam 20.00 -
Islamiyyah Zahro Kamis 22.00
2 Ibtida' B

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Usth. Laily Nur Faizah Malam 20.00 -
Tuhfatul Athfal
Senin 22.00
Mabadi Fiqh Juz 3 Ibu. Ust. Shofiyatun Malam 20.00 -
Selasa 22.00
Tambihul 20.00 -
Muta‟allim KH. Ahmad Taufiq Sabtu 22.00
Lu‟lu‟ wal Ust. Arum Fathihayani Malam 20.00 -
Marjan Ahad 22.00
Usth. Laily Nur Faizah Malam 20.00 -
Khulasoh Juz 2
Rabu 22.00
„Aqidatul Ust. Arum Fathihayani Malam 20.00 -
Islamiyyah Kamis 22.00

2 Ibtida' C

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Malam 20.00 -
Tuhfatul Athfal
Ibu. Akmaliyatul I'anah Rabu 22.00
Mabadi Fiqh Juz 3 Malam 20.00 -
Usth. Siti Fatimah Ahad 22.00
Tambihul 20.00 -
Muta‟allim KH. Ahmad Taufiq Sabtu 22.00
Lu‟lu‟ wal Malam 20.00 -
Marjan Usth. Rohmah Chayati Selasa 22.00
Malam 20.00 -
Khulasoh Juz 2
Usth. Rohmah Chayati Kamis 22.00
„Aqidatul Malam 20.00 -
Islamiyyah Usth. Siti Fatimah Senin 22.00
65

3 Ibtida' A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Mabadi Fiqh Juz 4 07.30 -
Ning Sari Selasa 10.30
07.30 -
Bahjatul Qola‟id
Ibu. Ust. Nia Nur Hidayah Kamis 10.30
07.30 -
Shorof I‟lal
Ust. 'Aliyatul Mukaromah Senin 10.30
Hidayatul 07.30 -
Mustafid Ibu. Ust. Fadlilah Ahad 10.30
07.30 -
Syabrowi
Ust. 'Aliyatul Mukaromah Sabtu 10.30
07.30 -
Taysirul Kholaq
Ust. Lailatul Badriyyah A Rabu 10.30
3 Ibtida' B

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Mabadi Fiqh Juz 4 07.30 -
Ning Sari Rabu 10.30
07.30 -
Bahjatul Qola‟id
Ibu. Ust. Qorrotul A'yun Sabtu 10.30
07.30 -
Shorof I‟lal
Ibu. Usth. Laela Kholidah Senin 10.30
Hidayatul 07.30 -
Mustafid Ibu. Akmaliyatul I'anah Selasa 10.30
07.30 -
Syabrowi
Usth. Rohmah Chayati Ahad 10.30
07.30 -
Taysirul Kholaq
Ust. Lailatul Badriyyah A Kamis 10.30
1 Tsanawi A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


07.30 -
Minhajul „Arifin
Bp. Ust. Ahmad Muslih Sabtu 10.30
07.30 -
Jurumiyyah
Umi'. Ny. Hj. Husana Aniq Ahad 10.30
07.30 -
Jurumiyyah
Umi'. Ny. Hj. Husana Aniq Selasa 10.30
07.30 -
Tijan Durori
Bp. Ust. Syamsul Huda Rabu 10.30
07.30 -
Shorof I‟lal
Ning Sari Senin 10.30
Riyadlul Badi‟ah Bp. Ust. Thoif Santoso Kamis 07.30 -
66

10.30

1 Tsanawi B
AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU
07.30 -
Minhajul „Arifin
Bp. Ust. Ahmad Muslih Selasa 10.30
07.30 -
Jurumiyyah
Umi'. Ny. Hj. Husana Aniq Senin 10.30
07.30 -
Jurumiyyah
Umi'. Ny. Hj. Husana Aniq Rabu 10.30
07.30 -
Tijan Durori
Bp. Ust. Syamsul Huda Sabtu 10.30
07.30 -
Shorof I‟lal
Ning Sari Ahad 10.30
07.30 -
Riyadlul Badi‟ah
Bp. Ust. Farihin Kamis 10.30

2 Tsanawi A

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


07.30 -
Hikam
Bp. Ust. Ahmad Rofiq Sabtu 10.30
Jauhar Tauhid Juz 07.30 -
1 Bp. Ust. Thoif Santoso Selasa 10.30
07.30 -
Maqshud
Bp. Ust. Minahul Huda Ahad 10.30
Shorfiyyah 07.30 -
Lughowi Bp. Ust. Mufid Mas'ud Senin 10.30
07.30 -
Sulam Taufiq
Bp. Ust. Anwaruddin Rabu 10.30
07.30 -
„Imrithi
Bp. Ust. Mustaqim Kamis 10.30
2 Tsanawi B

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


07.30 -
Hikam
Bp. Ust. Ahmad Rofiq Senin 10.30
Jauhar Tauhid Juz 07.30 -
1 Bp. Ust. Farihin Sabtu 10.30
Maqshud Bp. Ust. Minahul Huda Selasa 07.30 -
67

10.30
Shorfiyyah 07.30 -
Lughowi Bp. Ust. Mufid Mas'ud Ahad 10.30
07.30 -
Sulam Taufiq
Bp. Ust. Anwaruddin Kamis 10.30
07.30 -
„Imrithi
Bp. Ust. Mustaqim Rabu 10.30

3 Tsanawi

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


13.00 -
Masailut Ta‟lim 1
Bp. KH. Ahmad Taufiq Sabtu siang 15.30
07.30 -
Arba‟in Nawawi
Bp. Ust. Musyaffa' Chbb Ahad 10.30
Jauhar Tauhid Juz 13.00 -
2 Bp. Ust. 'Abdur Rouf Senin siang 15.30
Adb
Sulukil/Must. 07.30 -
Hadis Bp. Ust. Musyaffa' Chbb Selasa 10.30
07.30 -
Alfiyyah Juz 1
Bp. Ust. 'Abdur Rouf Senin 10.30
07.30 -
Alfiyyah Juz 1
Bp. Ust. 'Abdur Rouf Rabu 10.30
4 Tsanawi

AL FUNUN ASATIDZ/AH HARI WAKTU


Masa‟ilut Ta‟lim 07.30 -
(2) Bp. KH. Ahmad Taufiq Senin 10.30
13.00 -
Taqrib
Bp. Ust. Jauhari Sabtu siang 15.30
13.00 -
Qowa‟idul I‟rob
Bp. Ust. Minahul Huda Ahad siang 15.30
07.30 -
Alfiyah Juz 2
Bp. Ust. Mu'tiqun Sabtu 10.30
07.30 -
Alfiyah Juz 2
Bp. Ust. Mu'tiqun Rabu 10.30
68

Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul ‘Uquul
Kegiatan
Mula Samp Kegiatan Santri Mula Sampa
Santri Non
i ai Formal i i
Formal
02.45 03.15 Persiapan 02.45 03.15 Persiapan
Mujahadah& Tahajud Mujahadah&
Tahajud
03.15 04.00 Mujahadah 03.15 04.00 Mujahadah
04.30 05.00 Jama‟ah Subuh 04.30 05.00 Jama‟ah
Subuh
05.00 06.30 NgajiQur‟an 05.00 06.30 NgajiQur‟an
06.30 07.30 Sarapan 06.30 07.30 Sarapan
&SholatDluha &SholatDluha
08.00 10.30 Madrasah / 08.00 10.30 Madrasah
Musyawaroh
11.00 12.00 Qoilullah ( Wajib tidur 11.00 12.00 Qoilullah
siang) ( Wajib tidur
siang)
12.00 12.30 Jama‟ahDzuhur 12.00 12.30 Jama‟ahDzuh
ur
13.00 16.15 Sekolah (untuk santri 13.00 14.00 Madrasah
Formal) Complek
16.30 17.00 Jama‟ah Ashar 14.15 15.00 Muqodaman
ODOJ
17.00 17.30 MujahadahWaqi‟ah& 15.20 15.40 Jama‟ah
Asma‟ulChusna Ashar
17.45 18.15 Makan Sore 15.45 16.15 MujahadahWa
&Jama‟ahMaghrib qi‟ah&Asma‟
ulChusna
18.30 19.30 Tartilan 16.15 17.00 NgajiBandong
an
19.30 20.00 Jama‟ah Isya‟ 17.45 18.15 Makan
Sore&Jama‟a
hMaghrib
20.00 22.00 Madrasah/ 18.30 19.45 Madrasah
69

Musyawaroh anak MI
22.00 23.00 Belajar Sekolah 19.45 20.00 Jama‟ah Isya‟
23.00 02.00 Istirahat malam 20.00 22.00 Musyawaroh
22.00 22.30 Belajar
22.30 02.00 Istirahat
malam

Tabel 4.7 Jadwal Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul ‘Uquul
NO WAKTU AKTIFITAS
01 Malam jum‟at Khitobah& Al barzanji
02 Jumat pagi Ziarohmakommuasis pondok
03 Jum'at Kerja Bakti
04 Kamis Pagi NadzomanKubro

Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Bulanan Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul ‘Uquul
NO WAKTU AKTIFITAS
01 Satu Bulan sekali Evaluasi hasil belajar ( TAMRINAN )
TasechanNadzoman
Legalisir

Tabel4.9 Jadwal Kegiatan Semesteran Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul ‘Uquul
NO WAKTU AKTIFITAS KET
01 Kebijakan
Bulan Robi‟ul Awal Tes semester Awal
pengurus
02 Tgl 15-30
Bulan Robi‟ul Awal Libur semester Awal Robi‟ul Awal

03 Masuk semester Tgl 1


Bulan Robi‟utsTsani
Akhir Rob‟utsTsani
04 Kebijakan
Bulan Sya‟ban Tes semester Akhir
pengurus
05 Imtichankitabah&m Kebijakan
Bulan Sya‟ban
uchafadoh pengurus
06 Libur akhir Tgl 15
Bulan Sya‟ban
semester Sya‟ban
07 Masuk semester Tgl 15
Bulan Syawal
Awal Syawal
70

Tabel 4.10 Biaya Pendidikan Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Jenis Jumlah (kondisi)


Banyaknya Ukuran rusak rusak
Baik
ringan berat
Ruang belajar 10 7m x 5m 
Ruang ibadah 1 16m x 7m 
Kantor 1 4m x 4m 
Gudang 0 0
Koperasi
Tabel 4.11 Fasilitas Ruangan

Non Terpadu Terpadu Terpadu


No Uraian
Terpadu SMP MA MI
1. Syahriah Pondok 35.000 35.000 35.000 35.000
2. Syahriah Sekolah - 75.000 150.000 -
3. Dansospen 60.000 60.000 60.000 60.000
4. Pengembangan 50.000 50.000 50.000 50.000
5. Laundry Seragam - 40.000 40.000 40.000
6. Uang Makan 165.000 165.000 165.000 195.000
Mobil Antar
7. Jemput MI - - - 80.000
8. Tabungan Santri 60.000 60.000 60.000 60.000

Jumlah 370.000 485.000 560.000 520.000

B. ANALISIS DATA

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang

mengakar pada masyarakat dan sangat dekat dengan kehidupan

masyarakat karena realita yang ada menunjukan sebagian besar pondok


71

pesantren berada di daerah pedesaan. Dengan berbagai keunikan,

kekhasan, kelebihan dan kekurangannya seiring perkembangan zaman

pesantren mulai mengalami perkembangan agar tidak tertinggal dan

mampu bersaing dengan pendidikan formal dalam era modern saat ini

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan

di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul masih relevan dalam era

modernisas, dan telah mengalami perkembangan, hal ini dapat diketahui

berdasarkan hasil analisis sebagai berikut:

1. Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren Putri Tradisionaldalam

Era Modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Dalam relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

melakukan beberapa cara atau upaya seperti yang penulis peroleh

dari observasi penulis di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul. Hasil dari observasi penulis adalah sebagai berikut:

Sebagai sistem pendidikan asli Indonesia, pesantren mampu

berkembang dan banyak menawarkan alternatif pendidikan Islam

selain pendidikan formal yang ada di sekolah yang sudah di

langsung oleh pemerintah baik dari segi kurikulum yang digunakan

maupun materi-materi yang dipelajari serta metode pembelajaran

yang digunakan di pesantren tersebut.

Sebagai pondok pesantren tradisional, Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul tetap mempertahankan sistem pendidikan klasik


72

dengan segala tantangan zaman modern yang saat ini berkembang

di masyarakat. Di Pondok Pesantren ini mengajarkan materi

keislaman seperti nahwu-saraf, fiqh, tafsir, „aqidah, taswuf, dan

hadist dalam bentuk kitab klasik sebagai pegangan utama dalam

setiap kajian yang diberikan kepada santri. Selain ikut menentukan

dan mengajarkan langsung kitab-kitab tersebut Kiai juga sebagai

pusat dari segala aspek penentu sistem pendidikan di pesantren

selain itu kiai juga sebagai pengasuh dan pemilik dari pondok

pesantren. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pengasuh Pondok

Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul Ibu Nyai Hj. Chusana Aniq:

“Di pesantren ini mengajarkan banyak kitab klasik


utamanya kitab yang berkaitan dengan nahwu-saraf, fiqh,
tafsir, „aqidah, taswuf, dan hadist.Saya dan Bapak juga ikut
mengajarkan kitab-kitab tersebut untuk kajian kitab nahwu
dan tasawuf. Untuk kitab-kitab yang lain diajarkan oleh
asatidzyang mana para asatidz ini kami ambil dari para santri
yan sudah selesai madrasahnya dan ada juga asatidz dari
alumni pondok.” (Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus
2019, pukul . 21.00 WIB).

Kitab-kitab tersebut selain diajarkan untuk memperdalam

ilmu agama juga untuk menjaga tradisi dari para ulama

terdahulu.Selain kitab-kitab klasik, di pesantren ini juga

mengajarkan tahfidz Al-Qur‟an, yang diampu langsung oleh Ibu

Nyai Hj. Chusana Aniq sebagai mana yang di ungkapkan beliau

pada pewawancara:

“Untuk pembelajaran selain kitab, di Pondok ini


juga mengajarkan tahfidz Al-Qur‟an, tetapi tidak semua
santri menghafalakan karena ini pondok salaf yanng
pembelajaran utamanya adalah kitab jadi para santri bebas
memilih untuk ikut mengahafalkan Al-Qu‟an atau tidak.
73

Untuk waktu mengajinya setiap sore sehabis sholat ashar


para santri menyetorkan hafalannya kepada
saya.”(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul .
21.00 WIB).

Dengan kurikulum keagamaan tersebut Pondok Pesantren

Putri Riyadlotul „Uquul sebagai Pondok Pesantren tradisional

menggunakan sistem kelas yang terbagi menjadi bebebrapa kelas

seseuai tingkatan kitab yang di kaji. Adanya sistem kelas

merupakan sebuah upaya modernisasi dalam sistem pendidikan

yang digunakan di Pondok Psantren Putri Riyadlotul „Uquul

sebagai salah satu cara untuk menyesuaikan sistem pendidikan

yang ada dengan keadaan zaman.

Diterapkannya sistem kelas yang bertingkat dan

ketergantungan pada ijazah formal menyebabkan santri harus tetap

tinggal di dalam satu asrama atau pesantren dalam waktu lama,

tidak seperti keadaan pesantren pada zaman dahulu dimana banyak

dan sering santri yang berkelana dari satu pesantren ke pesantren

yang lain untuk memuaskan kehausannya akan pengetahuan agama

Islam.
Dalam kaitan ini sebagaimana wawancara peneliti pada

salah satu asatidz, Ustadzah Rokhmah Khayati:

“Iya, masih ada kelas-kelas. Kalo kelasnya itu


dibagi menjadi 9, ada Sifir itu satu kelas, terus Ibtida‟ itu
tiga kelas yaitu satu Ibtida‟, dua Ibtida‟, dan tiga Ibtida‟,
terus ada tingkatan Tsanawi ada satu Tsanawi, dua Tsanawi,
dan tiga Tsanawi.”(Wawancara pada hari Selasa, 6 Agustus
2019, pukul . 16.00 WIB).
74

Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul sebagai pondok

pesantren salaf dalam pembelajarannya menggunakan sistem

pembelajaran yang tradisional. Sebagaimana konsekuensinya dari

sistem tersebut, maka metode pembelajarannya masih

mempertahankan tradisi yang lama. Metode-metode pengajaranpun

masih menggunakan metode sorogan,bandongan, dan

musyawarah. Penggunaan metode pembelajaran ini dilakukan

untuk mencari pola-pola baru yang dianggap cocok dan berdaya

ampuh untuk melahirkan santri religius yang berpegang pada

ulama kuno. Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran

di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul berdasarkan hasil

wawancara dengan pengasuh, asatidz, pengurus dan santri adalah

sebagai berikut:

a. Metode Bandongan

Sistem bandongan yaitu sistem dimana para santri

mendengarkan atau menyimak penjelasan dari Kyai atau Guru.

Dalam sistem ini, biasanya para santri ngabsahi kitab kuning

yang dibacakan oleh guru. Selain itu, para santri juga membuat

catatan dari apa yang sudah dijelaskan oleh Kyai/Guru.

Metode bandongan adalah sistem yang sudah umum

digunakan oleh pesantren-pesantren salaf atau tradisional. Jadi,

sistem bandongan adalah metode tertua di pondok pesantren.

Materi yang diajarkan dengan metode bandongan adalah

biasanya tentang nahwu/sharaf, tauhid, fiqih, dan hadits.


75

b. MetodeSorogan

Metode sorogan adalah metode dimana santri

menyodorkan materi kepada guru untuk disimak. Biasanya

dalam metode sorogan ini tidak hanya sorogan Al-Qur‟an saja,

tetapi juga sorogan kitab-kitab. Dalam metode ini, biasanya

santri bergilir satu-satu dalam menyodorkan Al-Quran atau

kitab.

Ketika sorogan Al-Qur‟an, biasanya santri membaca

Al-Qur‟an satu halaman atau lebih, lalu guru menyimaknya

apakah makhrojul hurufnya sudah tepat atau belum. Sedangkan

ketika sorogan kitab, biasanya guru membacakan kitab yang

gundul itu, kemudian nanti beberapa santri ditunjuk untuk

menyodorkan kitab yang sama itu.

c. Metode Musyawarah

Metode muasyawarah merupakan metode pembelajaran

modern. Dalam metode musyawarah ini para santri akan

membuat kelompok-kelompok kecil yang biasanya terdiri dari

lima orang atau lebih. Dalam satu kelompok tersebut para

santri akan mempresentasikan dan membahas materi pelajaran

kitab yang telah didapat sebelumnya pada saat madrasah.

Dalam musyawarah ini para santri dituntun untuk berani

menyampaikan pendapatnya masing-masing.

Perpaduan antar pembelajaran kitab klasik yang

merupakan salah satu ciri khas dari pesantren dengan metode


76

musyawarah yanng merupakan metode modern diharapkan

dapat menjadi salah satu cara untuk mengembangkan

religiusitas dan intelektualitas para santri.Seperti halnya yang

disampiakan oleh Ibu Nyai Hj. Chusana Aniq:

“Karena pondok ini masih pondok salaf jadi kami


menggunakan metode sorogan, bandongan dan
musyawarah atau disini biasa dissebut syawiran untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Metode-metode
tersebut kami gunkan selain untuk mempermudah
dalam menyampaikan materi pembelajaran juga untuk
menjaga tradisi.” (Wawancara pada hari Senin, 5
Agustus 2019, pukul . 21.00 WIB).

Dalam penerapannya metode-metode tersebut dianggap

masih efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada

santri dan para santri menggangap pembelajaran dengan metode

tersebut mudah dipahami. Hal ini disampaikan oleh salah satu

santri yaitu Mbak Ulfatul Munawaroh:

“Para asatidz di sini biasanya mengajar dengan


metode bandongan, sorogan dan ada juga syawiran atau
musyawarah. Metode tersebut bisa dipahami, karena setiap
masalah dibahas dan banyak contohnya, karena contoh juga
sangat penting seperti apikatifnya.” (Wawancara pada hari
Senin, 5 Agustus 2019, pukul . 16.00 WIB).

Dalam menyampaikan materi pembelajara kitab saat

bandongan, para asatidz di fasilitasi dengan adaya pengeras suara.

Adannya pengeras suara untuk menyesuaikan dengan keadaan

santri yang banyak agar semua dapat mendengar apa ynag

disampaikan oleh asatidz.

Hal ini disampaikan oleh Ustadzah Rokhmah Khayati:


77

“Disini untuk menunjang pembelajaran kami di fasilitasi


pengeras suara, adanya pengeras suara ini sangat membantu kami
dalam menyampaikan materi pembelajaran.” .”(Wawancara pada
hari Selasa, 6 Agustus 2019, pukul . 16.00 WIB).

Jadi, Meskipun di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul masih menggunakan kurikulum dan metode-metode

pembelajaran yang masih tradisional pada kenyataannya hal ini

masih bisa dipertahankan di zaman yang sudah modern ini dengan

penyesuaian dan penambahan materi serta metode pembelajaran.

Para santripun masih bisa menangkap apa yang diajarkan oleh para

asatidzmeskipun menggunakan metode pembelajaran

tradisional.adanya kurikulum metode tradisional dan modern yang

dgunakan sebagai salah satu cara untuk menjaga tradisi dan

mengembangkan sistem pendidikan yang ada sesuai zaman.

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren diharapkan

mampu menghadapi tantangan yang makin kompleks. Sehingga

pesantren dalam memberikan pelajaran dan pembelajaran kepada

para santri-santrinya mempunyai kecakapan yang baik dalam

bidang, aspek spiritual, moral, intelektual maupun professional.

Podok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul sebagai pondok

pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan

tradisional dalam mengahdapi era modernisasi yang ada saat masih

mamapu bertahan dan masih diminati oleh masyarakat. Meski

dinilai tertinggal pada kenyataannya pondok pesnatren ini masih

bisa menyesuaikan dengan keadaan zaman saat ini terlepas dari


78

banyaknya pesantren tradisional yang sudah berubah menjadi

pesantren semi modern maupun pesantren modern, namun

pengasuh Pondok Pesantren Riyadlotul „Uquul masih meyakini

bahwa pondok pesantren yang diasuhnya masih mampu bertahan

dengan sistem tradisional seperti saat ini, sebagaimana yang di

sampaikan oleh Ibu Nyai Hj. Chusana Aniq kepada peneliti:

“Benar mbak kami disini masih mempertahankan


sistem pendidikan salaf. Meskipun begitu Alhamdulillah
masih banyak orang tua yang memepercayakan anaknya
untuk di pondokkan di sini. Bukan apa-apa mba kami
mempertahankan sistem pondok salaf ini karena melihat di
zaman modern ini adab seorang anak terhadap orang tua
atau orang yang lebih tua itu sudah sangat memprihatinkan.
Di pondok ini karena masih pondok tradisional selain
mengajarkan ilmu agama sebisa mungkin kami juga
mengajarkan sopan santun, tata krama, bagaimana
berbicara pada orang tua atau orangh yang baru dikenal
menggunakan bahasa jawa kromo. Hal ini kami lakukan
agar kelak ketika para santri sudah kembali di masyarakat
bisa bersosialisasi dengan baik. Jadi imbang antar ilmu dan
akhlaknya tidak hanya menggungulkan ilmu tapi juga dapat
berakhlak baik.” (Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus
2019, pukul 21.00 WIB).

Jawaban serupa juga disampaikan oleh lurah Pondok

Pesantren Riyadlotul „Uquul, Mbak Shofiatun:

“Yang kita utamakan adalah adabiah, jadi kita


bagaimana caranya di era modernisasi tapi anak didik
bagaimana agar menjaga adabiah ala salafiah. Dan kita
jugamengkaji kitab-kitab yang memang mengambilnya dari
kitab salaf maksudnya kitab para ulama-ulama kuno. Kita
tidak mengambil kitab yang model baru mungkin pakenya
terjemahan pakenya latin kita ngga, pakenya kitab kuning.”
(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul 18.56
WIB).

Dengan sistem pendidikan tradisional yang masih

dipertahankan di era modernisasi ini pada kenyataannya masih


79

sesuai dengan keadaan saat ini dan para asatidz yang mengajar di

pondok pesantren ini juga tidak kesulitan dalam menerapkan sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi ini ketika

mengajar. Hal ini disampaikan oleh salah satu sasatidz, Ustadzah

Rokhmah Khayati:

“Kalo di sini yang lebih dipentingkan adabnya ya,


soalnya di sini tetap masih salaf ada jadi di sini yang paling
diutamakan yaitu adabiah. Kedisiplinan juga itu point
penting bagi kami.” (Wawancara pada hari Selasa, 6
Agustus 2019, pukul . 16.00 WIB).

Jadi, penerapan sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul ini selain sebagai upaya memeprtahankan tradisi ulama

salaf juga untuk membentuk adab dan karakter santri. Hal ini sesuai

dengan program dari pemerintah yang saat ini tentang pendidikan

karakter. Jadi ketika kelak santri kembali ke masyarakat bisa

bersosialisasi dengan baik dengan ilmu agama sebagai dasar dan

diimbagi dengan adab yang baik. Dengan begitu santri dari pondok

pesantren tradisional tidak lagi dipandang sebelah mata dalam

masyarakat modern yang saat ini mulai luntur tradisi sopan

santunnya.

Dalam merespon era modernisasi pengasuh, pengurus,

asatidz, dan santri Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan analisis data

sebagai berikut:
80

Setiap perubahan memang akan mengalami banyak

tantangan. Tetapi bagi Pengasuh Pondok PesantrenPutri Riyadlotul

„Uquul, tantangan itu harus dihadapi dan jangan sampai patah

semangat untuk berubah. Itu sebabnya pesantren yang dipimpinnya

harus terus bergerak dan berkembang menuju lembaga pendidikan

Islam yang tidak ketinggalan zaman.

Pesantren harus tampil sesuai zaman dan waktu yang ada,

mengingat institusi pendidikan Islam yang lain juga terus berbenah

menjadi yang lebih baik. Tetapi juga tidak lupa untuk

mempertahankan tradisi lama yang baik dan tidak serta merta

langsung ditinggalkan begitu saja. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Pengasuh Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „UquulIbu Nyai

Hj. Chusana Aniq:

“Perkembangan zaman memang tidak akan bisa kita


lawan, tetapi tetapi kita juga dianugerahi oleh Allah akal
dan panca indra untuk berfikir dan merealisasikan
bagaimana cara untuk mempertahankan tradisi yang sudah
ada di era modernisasi ini. Menurut saya pribadi, sistem
pendidikan tradisional yang ada di pondok ini masih
relevan di era modernisasi.” (Wawancara pada hari Senin, 5
Agustus 2019, pukul 21.00 WIB).

Di era modernisasi yang kebanyakan anak-anak sudah

sudah mengenal adanya tekhnologi seperti HP dan lain sebagainya,

sedangkan di pondok pesantren tradisional seperti Pondok

Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul ini para santri dilarang

membawa HP ke pondok namun hal ini malah menjadi hal baik


81

bagi santri dan hal yang tepat ketika anak mau mondok di pondok

salaf. Seperti respon yang diungkapkan lurah Pondok Pesantren

Putri Riyadlotul „Uquul, Mbak Shofiatun:

“Kalo menurut saya sangat baik, apalagi kalo


melihat zaman sekarang serba gadgetsangat langka sekali
anak-anak mau mondok terlebih di pondok pesantren salaf.
Karena di pondok salaf sangat memegang tradisi leluhur,
masih begitu menjunjung tradisi leluruh yakni apa menjaga
adabiah. Jadi, piliihan tepat jika di akhir zaman ini kok
memasukkan anak-anak ke pondok yang tradisional.”
(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul 18.56
WIB).

Meskipun di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul ada

santri terpadu atau santri yang masih sekolah dan santri non

terpadu atau santri yang sudah tidak sekolah namun sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi sekarang

ini masih bisa diterapkan, menurut salah satu asatidz, Ustadzah

Rokhmah Khayati memberikan respon sebagai berikut:


“Masih sesuai, itu masih bisa digunakan. Dalam
artian kan di sini ada yang terpadu sama non terpadupun itu
disama ratakan di dalam cara belajarnya.” (Wawancara
pada hari Selasa, 6 Agustus 2019, pukul . 16.00 WIB).

Untuk para santri sendiri merespon dengan baik dengan

sistem pendidikan tradisional dalam era modernisasi yang ada di

pesantren ini seperti yang disampaikan salah satu santri dalam

wawancara pada peneliti. Santri tersebut Mbak Ulfatul

Munawaroh:

“Karena saya memang sebelumnya sudah pernah


mondok di pesantren modern juga, jadi perbandingannya
itu bisa terlihat banget gitu lho. Pertama dari karena di sini
itu memang yang ditonjolkan adalah adabnya. Adab itu
82

sangat sangat ditonjolkan di sini, jadi bagaimana kita cara


belajar, bagaimana kita punya ilmu dan bisa menerapkan
yang didapat itu lebih ke pondok pesantren salaf. Terus
esensi dari bagaimana sih cari ilmu yang baik dan barokah
itu disini juga, terus bagaimana susahnya cari ilmu yang
bisa saya rasakan itu juga di sini. Selain itu kebersamaan
dan kekeluargaan itu sangat tersana di sini.” (Wawancara
pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul . 16.00 WIB).

Jadi, meskipun perubahan dan perkembangan zaman tidak

dapat dilawan namun dengan cara dan sistem pendidikannya

pondok pesantren tradisional seperti Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uquul masih bisa bertahan menjaga tradisi salaf hingga

saat ini meskipun dalam era modernisasi tetapi sistem pendidikan

pesantren tradisional masih relevan digunkan. Ada banyak cara

yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan dengan era modernisasi

salah satunya dengan sistem pendidikan yang tidak hanya

mengajarkan ilmu agama saja namun juga penguatan karakter dan

adabiah. Hal yang sangat tepat juga ketika orang tua mau

memasukkan anaknya ke pondok pesantren salaf terutama pada era

modernisasi ini.

Selain pendidikan keagamaan sebagai pendidikan inti

pesantren sebagai bekal santri untuk menjawaban dari kebutuhan

masyarakat saat ini berupa pendidikan tentang IPTEK dan

penyediaan lapangan pekerjaan Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„Uquul mengadakan pelatihan-pelatihan ketrampilan khusus

untuk, seperti pelatihan-pelatihan maupun ketrampilan yang

diselenggarakan oleh Balai Latiha Kerja Komunitas (BLKK).


83

Semua itu merupakan kontribusi dari pesantren dalam usaha

memberdayakan santri maupun masyarakat. Seperti yang

disampaikan oleh Ibu Nyai Hj. Chusana Aniq selaku Pengasuh:

“Sebagai ikhtiar kami dalam membekali santri kami


juga mengadakan pelatihan-pelatihan kopmputer.
Tempatnya di BLKK yang lokasinya ada di Tumbak
Anyar.” (Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019,
pukul 21.00 WIB).

Hal yang sama juuga disammpaikan oleh Mbak Shofiatun

selaku lurah pondok:

“Ya selain pelajaran kitab dan Qur”an dari pondok


menyediakan pelatihan komputer di BLKK. Alhamdulillah,
hal itu bisa menjadi bekal keahlian untuk para santri.” .”
(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul 18.56
WIB).

2. Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional

dalam Era Modernisasi di Pondok Pesantren Riyadlotul ‘Uquul

Ada banyak hal yang dapat mendukung dari sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi. Berdasarkan hasil

penelitian di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul dapat

dikemukakan analisis data sebagai berikut:

a. Penerapan Sistem Pendidikan Yang Sama Antara Santri

Terpadu dan Santri Non Terpadu

Penyamarataan sistem pendidikan anata santri terpadu

atau santri yang masih sekolah dan santri non terpadu atau

santri yang sudah tidak sekolah ini sangat mendukung sistem


84

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi,

dimana kitab yang dikaji sama dan metode yang digunakanpun

sama. Yang membedakan hanya kelas dalam madrasah.

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Ustadzah Rokmah

Khayati selaku asatidz:

“Ya, dalam sistem pendidikan di pesantren ini tidak


dibeda-bedakan baik itu santri terpadu maupun santri non
terpadu. Kami menerapkan metode yang sama dalam
mengajar.” (.” (Wawancara pada hari Selasa, 6 Agustus
2019, pukul . 16.00 WIB).

b. Sistem Pembelajaran Yang Sudah Terjadwal Dengan Baik

Proses pengajaran yang ada di pondok pesantren sangat

mempengaruhi dalamsistem pendidikan dalam era modernisasi.

Ketika dalam menyampaikan suatu pengajaran asatidz yang

mengajar berkompeten, waktu dan kitab yang akan dikaji sudah

ditetapkan dan tertata maka hal itu dapat memperlancar proses

belajar mengajar sehingga mendukung adanya sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi.

Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh Mbak Shofiatun

selaku lurahdi Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul:

“Kitab yang akan diajarkan dan waktu pengajaran yang

sudah ditetapkan ini dapat memperlancar proses

pembelajaran dengan begitu sistem pendidikan juga

berjalan dengan lancar.” (Wawancara pada hari Senin, 5

Agustus 2019, pukul 18.56 WIB).


85

c. Hubungan Baik Anatara Asatidz dengan Santri

Hubungan yang baik antaraasatidzdengan santri dan santri

dengan santri sangat mempengaruhi dalam mendukung sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi.

Karena dengan adanya hubungan yang baik, maka dalam

semua proses kegiatan akan sama-sama merasa nyaman.

Seperti yang sudah disampaikan oleh Mbak Shofiatun selaku

lurah di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul:

“Tentu saja mbak, hubungan baik yang terjalin


anatara para asatidz yang ada di pondok ini dengan para
santri sangat mendukung sistem pendidikan pesantren.
Karena asatidz yang ada di pondok ini di ambil dari santri
senior dan juga alumni dari pondok ini jadi para asatidz
sudah bisa memahami keadaan yang ada begitu juga
dengan santri yang sudah mengenal baik para asatidz jadi
pemebelajaran bisa berlangsung dengan nyaman sehingga
sistem pembelajaran dapat berjalan dengan baik.”
(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul 18.56
WIB).

d. Fokus Pada Pembelajaran

Salah satu faktor pendukung sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi adalah fokus dalam

pembelajran dengan pelarangan membawa HP. Hal ini sangat

mendukung sistem pendidikan dalam era modernisasi, dimana

santri dapat fokus belajar tanpa terpengaruh hal-hal yang buruk

dari luar pesantren. Seperti yang disampaikan oleh

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „UquulIbu Nyai

Hj. Chusana Aniq:


86

“Tentu saja karena ini pondok tradisional jadi santri


kami larang membawa HP. Maksud pelarangan disini baik
ya, agar santri dapat fokus mengaji.”(Wawancara pada hari
Senin, 5 Agustus 2019, pukul 21.00WIB)

3. Faktor Penghambat Sistem Pendidikan Pesantren Putri

Tradisional dalam Era Modernisasi di Pondok Pesantren

Riyadlotul ‘Uquul

Selain ada faktor yang mendukung, ada juga faktor-faktor yang

menghambat dalam sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi. Berdasarkan hasil penelitian di Pondok Pesantren Putri

Riyadlotul „Uqul dapat dikemukakan analisis data sebagai berikut:

a. Wali Santri Yang Masih Memanjakan Anakanya

Faktor yang menghambat dalam sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi adalah wali santri

yang masih memanjakan anaknya. Wali santri yang masih

awam terhadap keadaan pondok tradisional maupun kegiatan

di pondoksangat menghambat, karena ketika wali santri

tersebut mendapat aduan dari anaknya tentang keadaan ataupun

kegiatan pondok biasanya tidakakan tega terhadap anaknya lalu

memilih menjemputnya untuk pulang maka anak tidak akan

semangat dalam menuntut ilmu. Sebagaimana yang telah

dituturkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Putri Riyadlotul

„UquulIbu Nyai Hj. Chusana Aniq:

“Salah satu faktor yang menghambat menurut saya


adalah kurangnya dukungan orang tua. Terkadang anaknya
semangat mondok tapi orang tuanya karna mungkin masih
awam dengan kegiatan dan keadaan pondok jadi tidak tega
87

pada anaknya, kadang juga ada orang tua yang banyak


protes karena anaknya kegiatannya padat dan lain hal.”
(Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul
21.00WIB).

b. Kurangnya Kesadaran Santri

Faktor yang menghambat dalam sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi adalah kurangnya

kesadaran santri. Karena kurangnya kesadaran santri akan niatnya

menuntut ilmu di pesantren, akan menghambat dalam sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi . Hal ini

terlihat ketika santri harus selalu diingatkan dan selalu disuruh

dalam hal kegiatan apapun. Jadi, pengurus harus bekerja lebih

keras lagi dalam membimbing santri agar santri lebih disiplin lagi.

Sebagaimana yang sudah dituturkan oleh Mbak Shofiatun selaku

lurah di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul:

“Faktor yang menghambat adalah dari individu itu sendiri


Mbak. Misalkan santri itu malas untuk mengaji atau
melakukan kegiatan yang ada di pondok, itu akan
mempengaruhi kepribadiannya Mbak.” (Wawancara pada
hari Senin, 5 Agustus 2019, pukul 18.56 WIB).

c. Kurangnya Informasi dari Luar Pondok

Kurangnya informasi dari luar pondok pesantren juga

menjadi salah satu hal yang menghambat sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi. Kurangnya informasi

dari luar di pondok pesantren ini dikarenakan santri di pondok

pesantren ini dilarang memebawa HP sehingga mereka tidak dapat


88

mengakses berita-berita dari luar pondok pesantren, seperti yang

disampaikan oleh salah satu santri Mbak Ulfatul Munawaroh:

“Iya, saya sendiri merasa kurang informasi terbaru yang ada


di luar pondok ini. Sebenarnya baik agar kita fokus
mengaji, tetapi di sisi lain para santri terpadu juga butuh
informasi pendidikan atau yang lain untuk menambah
wawasan” (Wawancara pada hari Senin, 5 Agustus 2019,
pukul 16.00 WIB).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Relevansi sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

Sistem penedidikan yang digunakan di Pondok PesantrenPutri

Riyadlotul „Uquul masih relevan dengan era modern saat ini hal ini

dibuktikan dengankurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Putri

Riyadllotul „Uquul dalam perkembangannya di samping mempertahan

sistem ketradisionalannya, juga mengelola sistem pendidikan klasikal atau

formal. Pengembangan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan

yang terjadi di masyarakat, serta untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan

masyarakat yang semakin maju dalam bidang pendidikan. Perubahan itu

bisa bersifat memperbaharui atau bisa juga upaya untuk menyempurnakan

sistem lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat.

Perubahan dalam sistem pendidikan adalah mengubah dari sistem non

klasikal (sorogan, bandongan atau wetonan), menjadi sistem klasikal yaitu

mulai dimasukan sistem madrasah pada pondok pesantren dengan

berbagai jenjang pendidikan mulai tingkat Sifir, Ibtida‟, dan Tsanawi.

Dengan melakukan perubahan semacam itu yakni dengan

memadukan dua kurikulum dengan memasukkan sistem klasikal kedalam

pondok pesantren tentu saja akan mempengaruhi sistem pendidikannya.

Secara garis besarnya ada dua sistem pembelajaran di Pondok Pesantren


90

89

Putri Riyadlotul „Uquul yaitu: sistem pembelajaran kitab dan sistem

sekolah (madrasah) dalam sistem pembelajaran kitab menggunakan

metode bandongan, metode serogan, metode hafalan (tahfidz), sedangkan

sistem sekolah( madrasah) menggunakan seperti musyawarah atau

diskkusi.

Untuk menunjang pembelajaran, di pesantren ini menyediakan

sarana praarana pembelajaran seperti pengeras suara sebagai suatu upaya

pengembangan sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi.

Selain pendidikan keagamaan sebagai pendidikan inti pesantren

sebagai bekal santri untuk menjawaban dari kebutuhan masyarakat saat

ini berupa pendidikan tentang IPTEK dan penyediaan lapangan pekerjaan

Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul mengadakan

pelatihanpelatihan ketrampilan khusus untuk, seperti pelatihan-pelatihan

maupun ketrampilan yang diselenggarakan oleh Balai Latiha Kerja

Komunitas (BLKK).

2. Faktor pendukung sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

a. Penerapan sistem pendidikan yang sama antara santri terpadu dan

santri non terpadu

Penerapan sistem pendidikan yang sama antara santri

terpadu dan santri non terpadu di pondok pesantren Riyadlotul

„Uquul menjadi salah satu faktor pendukung sistem pendidikan


91

pesantren tradisional dalam era modernisasi karena santri dapat

mendapat hak dan kewajiban yang sama dalam belajar, yang

membedakan hanya tingkatan kelas ketka madrasah.

b. Sistem Pembelajaran yang sudah terjadwal dengan baik

Di pondok pesantren Riyadlotul „Uquul salah satu yang

mendukung sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era

modernisasi adalah asatidz yang mengajar berkompeten, waktu dan

kitab yang akan dikaji sudah ditetapkan dan tertata maka hal itu

dapat memperlancar proses belajar mengajar.

c. Hubungan Baik Anatara Asatidz dengan Santri

Terjalinnya hubungan baik antara asatidz dengan santri

menjadikan proses pembelajaran menjadi nyaman dan lancar

sehingga mendukung sistem pendidikan pesantren tradisional

dalam era modernisasi.

d. Fokus Pada Pembelajaran

Salah satu faktor pendukung sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi adalah fokus dalam pembelajran

dengan pelarangan membawa HP. Hal ini sangat mendukung

sistem pendidikan dalam era modernisasi, dimana santri dapat

fokus belajar tanpa terpengaruh hal-hal yang buruk dari luar

pesantren.
92

3. Faktor Penghambat Sistem Pendidikan Pesantren Tradisional dalam

Era Modernisasi di Pondok Pesantren Putri Riyadlotul ‘Uquul

a. Wali santri yang masih memanjakan anakanya

Wali santri yang masih awam terhadap keadaan pondok

tradisional maupun kegiatan di pondok sangat menghambat, karena

ketika wali santri tersebut mendapat aduan dari anaknya tentang

keadaan ataupun kegiatan pondok biasanya tidak akan tega terhadap

anaknya lalu memilih menjemputnya untuk pulang maka anak tidak

akan semangat dalam menuntut ilmu.

b. Kurangnya Kesadaran Santri

Kurangnnya kesadaran santri dalam menuntut ilmu ini terlihat

ketika santri harus selalu diingatkan dan selalu disuruh dalam hal

kegiatan apapun. Jadi, pengurus harus bekerja lebih keras lagi dalam

membimbing santri agar santri lebih disiplin lagi.

c. Kurangnya informasi dari luar pondok

Kurangnya informasi dari luar di pondok pesantren ini

dikarenakan santri di pondok pesantren ini dilarang memebawa HP

sehingga mereka tidak dapat mengakses berita-berita dari luar pondok

pesantren. Hal ini menyebabakan terhambatnya sistem pendidikan

pesantren tradisional dalam era modernisasi.


93

4. Saran

1.Pondok Pesantren

Diharapakan Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul senantiasa

terus bertahan untuk menjaga tradisi ulama terdahulu dalam menerapkan

sistem pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi.

Hendaknya juga lebih berbenah lagi mengenai pengembangan bidang

keterampilan dan pelatihan untuk menyalurkan dan mengembangkan

potensi yang dimiliki santri. Serta perlu lebih membuka diri lagi terhadap

masuknya pengetahuan non agama dalam kurikulumnya, dan juga

pengembangan dalam bidang menejerial sistem pendidikan dan

pengajarannya, agar dapat lebih baik dan tangguh serta siap bersaing

dengan lembaga-lembaga pendidikan lain.

2. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi

yang bermanfaat, meskipun peneliti sadar bahwa masih banyak

kekurangan pada penelitian ini.


94

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Amin, M. Masykur. 1996. NU dan Ijtihad Politik Kenegaraannya. Yogyakarta: al-
Amin Press.
Arifin,M. 1993. Kapita Selekta Pendidikan, Islam dan Umum. Jakarta: Bhumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Asrohah, Hanun. 2004. Pelembagaan Pesantren Asal Usul dan Perkembangan
Pesantren di Jawa. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Informasi
Penelitian dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI.
Azra, Azumardi. 2001. Pendidikan Islam Tradisional dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Kalimah.
Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya:
alIkhlas.
Dahri, Harpendi. 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dhofier, Zamakhsyari. 1984. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup
Kiyai. Jakarta: LP3ES.
Elly, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana.

Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
95

Hasyim, Affan. 2003. Menggagas Pesantren Masa Depan Geliat Santri untuk
Indonesia Baru. Yogyakarta: Qitras.
Ismail. t.t. Pengembangan Pesantren Tradisional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis.
Moelong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mujib, Abdul. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Grup.
Mulkhan, Abdul Munir. 1993. Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam dan Dakwah. Yogyakarta: Sipress.
Mutohar, Ahmad. Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam Dan Pesantren.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muzadi, Hasyim. 2009. Nahdlatul Ulama, di Tengah Agenda Persoalan Bangsa.
Jakarta: Logos.
Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nasution, Harun. 1982. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 2002. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Ngalimun, 2017. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Paramu Ilmu.
Riyadi, Abdul Kadir, Dkk. 2012. Bilik-Bilik Islam, Renungan Dari Lorong Kusam
Pesantren. Surabaya: Imtiyaz.
Roqib, Muh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif
di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LkiS
Soemantri, R Gumilar. 2004. Sosiologi Perkotaan. Jakarta: Pusat Penerbit
Universitas Terbuka.
Stenbrink, Karel A. 1994. Pesantren Madrasah Sekolah : Pendidikan Islam dalam
Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.
Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta.
96

Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Umar. 2015. Dinamika Sistem Pendidikan Islam & Modernisasi Pesantren.
Semarang: Fatawa Publishing.
Usman, Muh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi, Esai-Esai Pesantren.
Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.
97

Lampiran 1

Hasil Wawancara

A. Nama :Nyai Hj. Chusana Aniq

Umur :

Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren

Tanggal : Senin, 5 Agustus 2019

Waktu : 21.00 WIB


X : Apakah di pesantren ini mengajarkan materi keislaman seperti

nahwu-saraf, fiqh, „aqidah, tasawuf, dan hadis?

Y : Di pesantren ini mengajarkan banyak kitab klasik utamanya kitab

yang berkaitan dengan nahwu-saraf, fiqh, tafsir, „aqidah, taswuf,

dan hadist.Saya dan Bapak juga ikut mengajarkan kitab-kitab

tersebut untuk kajian kitab nahwu dan tasawuf. Untuk kitab-kitab

yang lain diajarkan oleh asatidzyang mana para asatidz ini kami

ambil dari para santri yan sudah selesai madrasahnya dan ada juga

asatidz dari alumni pondok.

X : Apakah ada yang diajarkan di pesantren ini selain kitab?

Y : Untuk pembelajaran selain kitab, di Pondok ini juga mengajarkan

tahfidz Al-Qur‟an, tetapi tidak semua santri menghafalakan karena

ini pondok salaf yanng pembelajaran utamanya adalah kitab jadi

para santri bebas memilih untuk ikut mengahafalkan Al-Qu‟an atau

tidak. Untuk waktu mengajinya setiap sore sehabis sholat ashar

para santri menyetorkan hafalannya kepada saya. Sebagai ikhtiar


98

kami dalam membekali santri kami juga mengadakan

pelatihanpelatihan kopmputer. Tempatnya di BLKK yang lokasinya

ada di

Tumbak Anyar.

X : Metode apa yang biasa Ibu Nyai gunakan dalam mengajar?

Y : Karena pondok ini masih pondok salaf jadi kami menggunakan

metode sorogan, bandongan dan musyawarah atau disini biasa

dissebut syawiran untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Metode-metode tersebut kami gunkan selain untuk mempermudah

dalam menyampaikan materi pembelajaran juga untuk menjaga

tradisi.

X : Apakah di pesantren ini masih mempertahankan sistem

pendidikan salaf? Mengapa?

Y : Benar mbak kami disini masih mempertahankan sistem

pendidikan salaf. Meskipun begitu Alhamdulillah masih banyak

orang tua yang memepercayakan anaknya untuk di pondokkan di

sini. Bukan apa-apa mba kami mempertahankan sistem pondok

salaf ini karena melihat di zaman modern ini adab seorang anak

terhadap orang tua atau orang yang lebih tua itu sudah sangat

memprihatinkan. Di pondok ini karena masih pondok tradisional

selain mengajarkan ilmu agama sebisa mungkin kami juga

mengajarkan sopan santun, tata krama, bagaimana berbicara pada

orang tua atau orangh yang baru dikenal menggunakan bahasa jawa

kromo. Hal ini kami lakukan agar kelak ketika para santri sudah
99

kembali di masyarakat bisa bersosialisasi dengan baik. Jadi imbang

antar ilmu dan akhlaknya tidak hanya menggungulkan ilmu tapi

juga dapat berakhlak baik.

X : Bagaimana respon anda terhadap sistem pendidikan pesantren

tradisional dalam era modernisasi?

Y : Perkembangan zaman memang tidak akan bisa kita lawan, tetapi

tetapi kita juga dianugerahi oleh Allah akal dan panca indra untuk

berfikir dan merealisasikan bagaimana cara untuk mempertahankan

tradisi yang sudah ada di era modernisasi ini. Menurut saya

pribadi, sistem pendidikan tradisional yang ada di pondok ini

masih relevan di era modernisasi.

X : Apa saja usaha yang dilakukan dalam menerapkan sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi?

Y : Tentu saja karena ini pondok tradisional jadi santri kami larang

membawa HP. Maksud pelarangan disini baik ya, agar santri dapat

fokus mengaji.

X : Menurut anda, apa faktor penghambat relevansi sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi?

Y : Salah satu faktor yang menghambat menurut saya adalah

kurangnya dukungan orang tua. Terkadang anaknya semangat

mondok tapi orang tuanya karna mungkin masih awam dengan

kegiatan dan keadaan pondok jadi tidak tega pada anaknya,

kadang juga ada orang tua yang banyak protes karena anaknya

kegiatannya padat dan lain hal.


100

B. Nama : Rokhmah Khayati

Umur : 24 tahun

Jabatan : Asatidz

Tanggal : Selasa, 6 Agustus 2019

Waktu : 16.00 WIB


X : Berapa lama anda menjadi santri di pondok pesantren ini?

Y : Sembilan tahun.

X : berapa lama anda menjadi guru di pondok pesantren ini?

Y : Sudah tiga tahun.

X : Apa saja pelajaran yang anda ajarkan di sini?

Y : Fiqih, nahwu, shorof, dan sejarah nabi Muhammad SAW.

X : Apakah di pondok peantren ini pelajaran keislaman seperti

nahwu, shorof, fiqih, tafsir, akidah, tasawuf, dan hadits?

Y : Iya, di sini mengajrakan itu semua. Seperti nahwu kita

menggunakan kitab Syabrowi, Jurumiyah, Imriti, dan Alfiyah.

Kalau shorof ada Qawaidul Shorfiyah, Qawaidul Uqawi, Qawaidul

I‟rab, dan Maqshud. Kalau fiqih ada Safinatun Najah juz 1-4,
Fathul Qarib. Kalu untuk tafsir disini ada Tafsir Jalalain. Akidah

ada Akidatul Awal, Akidatul Islamiyah. Tasawuf ada Al Hikam,

Arbain Nawawi.

X : Apakah di pondok pesantren ini masih menggunakan sistem

klasikal?
101

Y : Iya.

X : Kelasnya di bagi menjadi berapa?

Y :Iya, masih ada kelas-kelas. Kalo kelasnya itu dibagi menjadi 9,

ada Sifir itu satu kelas, terus Ibtida‟ itu tiga kelas yaitu satu Ibtida‟,

dua Ibtida‟, dan tiga Ibtida‟, terus ada tingkatan Tsanawi ada satu

Tsanawi, dua Tsanawi, dan tiga Tsanawi

X : Apakah ada pelajaran lain yang di pelajari selain dari kitab di

pesantren ini?

Y : Ada, tahfidz Al Qur‟an.

X : Materi apa yang anda ajarkan di pesantren ini?

Y : Fiqih itu kitabnya Lu‟lu‟ul Marjan. Sejarah Nabi nadhom sama

Qurashoh juz1-2. Nahwunya Syabrowi, shorof itu Qawaidul

Shorfiyah.
X : Bagaimana cara anda meembimbing para santri yang ada di

pesantren ini? Seperti yang anda ketahui bahwa di sini ada dua

macam santri, yaitu santri terpadu dan santri non terpadu.

Y : Semua di sini di sama ratakan. Kita semua di sini menggunakan

sistem madrasah, mengaji al quran semuanya di sama ratakan.

X : Metode apa yang anda gunakan dalam mengaji alquran?

Y : Sistemnya madrasah, seperti bandongan dan sorogan. Disini


102

untuk menunjang pembelajaran kami di fasilitasi pengeras suara,

adanya pengeras suara ini sangat membantu kami dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

X : Apakah masjid di pesantren ini hanya digunakan untuk sholat saja

atau digunakan untuk kegiatan yang lainnya juga?

Y : Masjid ini juga di gunakan untuk kegiatan lainnya juga, seperti

madrasah, berjanjen, dan mujahadah.

X : Apa saja usaha yang di lakukan dalam penerapan pembelajaran

tradisional di pesantren ini dalam era modernisasi?

Y : Kalo di sini yang lebih dipentingkan adabnya ya, soalnya di sini

tetap masih salaf ada jadi di sini yang paling diutamakan yaitu

adabiah. Kedisiplinan juga itu point penting bagi kami


103

X
: Bagaimana tanggapan anda mengenai penerapan pembelajaran

tradisional di pondok pesantren pada masa modernisasi ini?

Y : Masih sesuai atau masih bisa di gunakan. Dalam artian yang

terpadu dan non terpadu di sama ratakan dala belajarnya. Ya, dalam

sistem pendidikan di pesantren ini tidak dibeda-bedakan baik itu

santri terpadu maupun santri non terpadu. Kami menerapkan

metode yang sama dalam mengajar.

C. Nama : Shofiatun

Umur : 26 tahun

Jabatan : Lurah pondok

Tanggal : Senin, 5 Agustus 2019

Waktu : 18.56 WIB


X : Di pesantren ini kitab apa saja yang di kaji setiap harinya?

Y : Ada kitab fiqih, nahwu, tasawuf, akhlak dan nanti beda-beda

kitabnya sesuai dengan tingkatan kelasnya.

X : Apakah pihak pengurus ikut andil dalam pemilihan kitab yang di

kaji?

Y : Iya, bahkan semua pengurus ikut andil dalam mengajar. Dalam

artian ikut mengamalkan ilmunya dan menularkan pengetahuan

yang sudah di dapat selam belajar di sini. Kitab yang akan diajarkan
104

dan waktu pengajaran yang sudah ditetapkan ini dapat memperlancar

proses pembelajaran dengan begitu sistem pendidikan juga berjalan

dengan lancar

X : Apakah para asatidz dan santri berhubungan baik di pondok ini?

Y : Tentu saja mbak, hubungan baik yang terjalin anatara para asatidz

yang ada di pondok ini dengan para santri sangat mendukung

sistem pendidikan pesantren. Karena asatidz yang ada di pondok

ini di ambil dari santri senior dan juga alumni dari pondok ini jadi

para asatidz sudah bisa memahami keadaan yang ada begitu juga

dengan santri yang sudah mengenal baik para asatidz jadi

pemebelajaran bisa berlangsung dengan nyaman sehingga sistem

pembelajaran dapat berjalan dengan baik

X : Kegiatan apa saja yang ada di pesantren?

Y : Banyak. Mulai pukul setengah tiga sampai setengah empat kita

ada mujahadah. Kemudian dilanjut jamaah sholat shubuh dan

mengaji alquran. Setelahnya kita juga ada jamaah sholat dhuha.

Kemudian madrasah sampai pukul setengah sebelas siang. Bagi

anak terpadu ba‟da dhuhur dilanjutkan dengan sekolah, bagi anak

non terpadu mengaji bandongan. Lalu, jamaah sholat ashar, asmaul

husna, dan makan sore. Kemudian jamaah sholat maghrib,

mujahadah, tartilan, jamaah sholat isya‟, madrasah, simakan, dan

tidur.
105

X
: Apakah ada pembelajaran lain atau ketrampilan yang diberikan

kepada santri?

Y : Ya selain pelajaran kitab dan Qur‟an dari pondok menyediakan

pelatihan komputer di BLKK. Alhamdulillah, hal itu bisa menjadi

bekal keahlian untuk para santri.

X : Sarana dan prasarana apa saja yang di sediakan di pesantren?

Y : Madrasah menggunakan whiteboard dan dampar. Bagian kantor

ada komputer dan printer.

X : Apakah semua santri disini tinggal menetep di pondok?

Y : Syarat awal untuk menjadi santri harus menetap di pondok. Tetapi kami

memberikan sedikit keringanan bagi anak-anak yang dari keluarga kurang

mampu. Mereka diperbolehkan untuk tidak menetap atau tinggal di rumah

masing-masing dengan tujuan mereka tetap bisa mengaji di pondok.

X :Apa saja usaha yang di lakukan dalam menerapkan sistem

pendidikan tradisional pada era modernisasi ini?

Y : Yang kita utamakan adalah adabiyah. Jadi bagaimana caranya di

era globalisasi dan modernisasi ini anak di didik agar menjaga adab

ala salafiyah. Kita juga mengkaji kitab-kitab yang memang

mengambilnya dari salafi, maksudnya kitab dari ulama. Kita tidak

menggunakan kitab terjemahan, kita menggunakan kitab kuning.


106

X
: Bagaimana tanggapan anda mengenai sistem pendidikan

tradisional di pondok dalam era modernisasi?

Y : Menurut saya sangat baik apalagi kalau melihat jaman sekarang

serba gadget, sangat langka sekali anak-anak mau mondok, terlebih

di pondok salafi. Pondok salafi sangant memegang tradisi leluhur,

menjaga adabiyah. Jadi pilihan tepat jika memasukkan anak di

ponpes salafi.

X : Menurut anada apa faktor penghambat relevansi sistem

pendidikan pesantren tradisional dalam era modernisasi?

Y : Faktor yang menghambat adalah dari individu itu sendiri Mbak.

Misalkan santri itu malas untuk mengaji atau melakukan kegiatan yang

ada di pondok, itu akan mempengaruhi kepribadiannya Mba.

D. Nama : Ulfatul Munawaroh

Umur : 24 tahun

Jabatan : Santri

Tanggal : Senin, 5 Agustus 2019

Waktu : 16.00 WIB


X : Sudah berapa lama kamu jadi santri di sini?

Y : Berjalan tiga tahun.


: Kalau saat mengaji, biasanya para guru menggunakan metode

apa?
107

X
Y :Para asatidz di sini biasanya mengajar dengan metode bandongan,

sorogan dan ada juga syawiran atau musyawarah. Metode tersebut

bisa dipahami, karena setiap masalah dibahas dan banyak

contohnya, karena contoh juga sangat penting seperti apikatifnya.

X :Biasanya kalau menggunakan sorogan pada saat apa?

Y : Saat mengaji quran dan kitab.

X : Apakah dengan menggunakan metode bandongan


pelajaran yang

di sampaikan mudah di pahami?

Y : Iya, karena bandongan itu kan merata. Nanti juga ada


jadwal

musawarah, jadinya ketika ada yang tidak jelas bisa saling bertuka

pikiran.

X : Selain mengaji ada kegiatan apa lagi?

Y : Banyak. Mulai dari pagi seluaruh kegiatan sudah terjadwal. Kalau

pagi mengaji alquran, sholat dhuha berjamaah, madrasah dan

sekolah.

X : Sarana & prasarana apa saja yang di sediakan di pondok

pesantren?
Y : Mungkin karena banyak santri baru tempatnya masih kurang.

Tetapi saat ini masih dalam tahap pembangunan..


108

X : Apakah ada santri yang tidak tinggal disini?

Y : Ada.

X : Apa yang kamu ketahui tentang santri terpadu?

Y : Santri terpadu itu santri yang mengaji dan juga sekolah di pondok

pesantren ini. Jaidnya masih sekolah juga.

X : Apa usaha santri yang bisa dilakukan untuk memahami pelajaran

yang diajarkan?

Y : Disini banyak musyawarah. Disini ada musyawarah kubra dimana

semua murid bisa berkumpul.

X : Bagaimana tanggapan kamu mengenai pembelajaran yang sangat

padat?

Y : Rata-rata semua santri disini di buat mudah, karena seluruh

kegiatan sudah terjadwal dan juga ada sesi istirahatnya.

X : Bagaimana pendapat anda tentang sistem pendidikan tradisional

dalam era modernisasi?

Y : Karena saya memang sebelumnya sudah pernah mondok di

pesantren modern juga, jadi perbandingannya itu bisa terlihat

banget gitu lho. Pertama dari karena di sini itu memang yang
109

ditonjolkan adalah adabnya. Adab itu sangat sangat ditonjolkan di

sini, jadi bagaimana kita cara belajar, bagaimana kita punya ilmu

dan bisa menerapkan yang didapat itu lebih ke pondok pesantren

salaf. Terus esensi dari bagaimana sih cari ilmu yang baik dan

barokah itu disini juga, terus bagaimana susahnya cari ilmu yang

bisa saya rasakan itu juga di sini. Selain itu kebersamaan dan

kekeluargaan itu sangat tersana di sini.

X : Menurut anda, apa faktor penghambat sistem pendidikan

pesantren tradisional dalalm era modernisasi apalagi di pondok ini

tidak boleh membawa HP?

Y : Iya, saya sendiri merasa kurang informasi terbaru yang ada di luar

pondok ini. Sebenarnya baik agar kita fokus mengaji, tetapi di sisi

lain para santri terpadu juga butuh informasi pendidikan atau yang

lain untuk menambah wawasan.

Lampiran 2
110

Bagian depan Pondok Pesantren Putri Riyadlotul „Uquul

Wawancara bersama santri


111

Wawancara bersama asatidz

Wawancara bersama lurah/pengurus pondok


112

Kegiatam mengaji bandongan kitab

Kegiatan mengaji kitab dengan sistem madrasah


113

Kegiatan musyawarah dengan membentuk kelompok-kelompok kecil

Kegiatan mujahadah
114

Kegiatan mengaji al-Qur‟an dengan metode sorogan

Gedung BLK yang digunakan untuk pelatihan para santri

Lampiran 3
115
116

Lampiran 4
117

Lampiran 5

Lampiran 6
118
119
120

Lampiran 7
121
122
123
124

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT PENULIS


NAMA : Ani Sovia

TTL : Purworejo, 10 Maret 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Pandanrejo RT 01 RW 01, Kecamatan Kaligesing,


125

KabupatenPurworejo

Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri Pandanrejo Lulus Tahun 2009


- SMP Negeri 29 Purworejo Lulus Tahun 2012

- MAN Purworejo Lulus Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai