SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
i
ii
iii
iv
MOTTO
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
1. Bapak dan Ibu tersayang, Shobar, S.Pd.I. dan Sholikah yang senantiasa
2. Saudara kandungku kedua kakakku Muh. Arif Usman, S.Pt. dan Budi Dwi
Cahyono, S.Pt. atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini S1 Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dalam penulisan
skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan, oleh
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Islam
telah membimbing saya dari semester awal sampai saat ini, yang sudah
dukungan.
vii
5. Bapak Dr. Wahyudhiana, M.M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
6. Segenap dosen dan civitas akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
7. Kedua orang tua, Bapak Shobar, S.Pd.I. dan Ibu Sholikah yang selalu
8. Kedua kakakku, Muh. Arif Usman, S.Pt. dan Budi Dwi Cahyono, S.Pt. yang
9. Ibu Tevi Tri Wahyuni, S.Pd. selaku Kepala Sekolah RA Perwanida Kadipaten
penelitian.
penelitian.
12. Teman-temanku kos Makmur Siti Nur Kholipah, Lisna Lulu’ Annikmah, Dwi
Aprilia Hasanah, Dyah Ayu Dwi Jayanti, Diah Artiana Putri, Wachidatus
viii
13. Kawan-kawan seperjuangan PIAUD angkatan 2014, teman-teman KKN
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
Besar harapan penulis semoga amal baik tersebut diterima Allah SWT.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
MOTTO ...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
x
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua.......................................................11
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................73
B. Saran ...........................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
ABSTRAK
Wulandari, Ika Tri. 2019. Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan
Kemandirian Anak Kelompok B di RA Perwanida Kadipaten Kecamatan
Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen
Pembimbing: Dr. Wahyudhiana, M.M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam
mengembangkan kemandirian anak kelompok B di RA Perwanida Kadipaten
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Pertanyaan
yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mengembangkan kemandirian pada anak kelompok B
di RA Perwanida Kadipaten Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari informan yaitu orang tua dan guru siswa kelompok B
RA Perwanida Kadipaten, dan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok
B RA Perwanida Kadipaten. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan
menerangkan apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian.
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik
dan triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang
tua siswa kelompok B di RA Perwanida Kadipaten Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali adalah pola asuh demokratis dan pola asuh otoriter. Pola asuh
demokratis yaitu ditunjukkan dengan hasil wawancara bahwa orang tua memberi
kebebasan kepada anak, akan tetapi orang tua tetap mengawasi dan mengontrol
anak. Pola asuh otoriter yaitu ditunjukkan dengan hasil wawancara bahwa orang
tua menuntut anak untuk harus menuruti semua peraturan yang telah dibuat.
Sedangkan kemandirian siswa kelompok B di RA Perwanida Kadipaten sudah
berkembang dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian bahwa
anak sudah mampu untuk melakukan keperluannya sendiri. Yaitu anak sudah
mampu untuk mandi, memakai baju, memakai sepatu, makan, dan ke toilet sendiri
tanpa harus ditunggu. Tidak hanya itu, anak juga mampu untuk mengatur waktu
sendiri tanpa harus diingatkan oleh orang tua. Anak mampu untuk mengatur
waktu untuk tidur siang, dan waktu untuk belajar. Dalam mengembangkan
kemandirian anak juga terdapat faktor yang mempengaruhi. Menurut hasil
penelitian faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak adalah
faktor pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
tanggung jawab yang besar dalam mengasuh dan mendidik anak agar menjadi
penerus yang berguna bagi keluarga serta berguna bagi bangsa dan negara.
Generasi yang baik, dapat dilihat dari perilaku dan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan anak. Maka dari itu, pola asuh orang tua sangat dibutuhkan anak
Menurut Fadlillah (2012: 19), anak usia dini ialah kelompok anak yang
kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa, dan
perkembangan anak.
Jadi, dapat dipahami anak usia dini ialah anak yang berkisar antara usia
0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa
1
Keluarga adalah pendidik pertama bagi anak, terutama orang tua.
Karena dari dalam keluargalah semuanya dimulai. Khususnya cara orang tua
dalam mengasuh anak. Jika pola asuh yang diterapkan orang tua salah, maka
akan berakibat fatal bagi kehidupan anak selanjutnya. Pola asuh orang tua
pada anak usia dini. Akan tetapi kebanyakan dari orang tua melarang anak
untuk bertanya hal yang mungkin membuat anak penasaran. Orang tua juga
melarang anak untuk melakukan kegiatan ini dan itu. Perlu diketahui bahwa
hal tersebut akan membuat anak merasa terkekang dan anak merasa tidak
percaya diri ketika akan melakukan kegiatan yang anak sukai. Semua itu akan
Menurut Fadlillah dan Khorida (2013: 195), mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orang lain. Banyak yang
dimanja dan dilarang mengerjakan ini dan itu. Sedangkan menurut Kanisius
(2006: 45-47), anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir
dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif,
kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain dan tampak spontan.
itu, orang tua perlu melatih kemandirian anak sejak dini. Orang tua harus
2
fasilitator bagi perkembangannya. Zaman yang serba modern seperti ini, segala
sesuatu diciptakan serba instan. Misalnya, bila anak menginginkan sesuatu dan
menunjukkan sikap marah, putus asa dan lain-lain. Anak juga serba
berkecukupan dalam hal sarana dan prasarana atau segala fasilitas yang
diberikan oleh orang tuanya. Apabila orang tua sibuk dengan urusan mereka
masing-masing, maka anak bisa jadi dinomorduakan. Bahkan tidak sedikit juga
anak yang kesehariannya hidup dengan pengasuhnya karena orang tua mereka
Hal tersebut membuat anak merasa bebas untuk meminta apapun karena
akan dituruti oleh pengasuhnya ataupun oleh orang tuanya jika mereka
menunjukkan sikap kecewa atau marah, apa bila keinginan mereka tidak
terpenuhi, dengan begitu anak menjadi tidak mandiri, anak kurang percaya diri
dihadapan orang banyak, anak kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebaya
disekolah maupun dirumah dan anak menjadi bergantung kepada orang lain.
Maka dari itu menumbuhkan kemandirian anak sejak usia dini sangatlah
penting, karena dengan begitu akan mengantarkan anak menjadi pribadi yang
mandiri, anak tidak manja dan anak tidak bergantung pada orang lain.
Mereka juga sangat senang sekali jika mendapat reward atau hadiah setelah
dianggap oleh kebanyakan orang tua bahwa anak terlalu banyak tanya,
3
hiperaktif dan tidak bisa diam. Akan tetapi perlu disadari bahwa jika anak
menunjukkan sikap tersebut, justru sebagai orang tua harus bangga dan senang
tinggi. Dan itu akan melatih anak untuk berani bertanya, berani bersosialisasi
dengan teman disekolah atau dilingkungan rumah serta membuat anak untuk
anak menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Jika
harus sadar hal ini sejak semula. Ini berarti orang tua tidak bisa memaksa anak
anak tidak mampu untuk menyesuaikan diri secara sehat pada setiap tahap
perkembangan anak, maka dari itu sangat penting untuk disikapi bersama-sama
oleh orang tua dan guru dengan memberikan contoh perilaku yang
4
masalah yang sedang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain terutama
orang tua, serta pola asuh yang baik sesuai dengan anak usia dini.
dengan baik. Yaitu dengan melihat anak belum mampu menyelesaikan sendiri
tugas yang diberikan guru dan anak juga belum mampu melakukan sendiri
kegiatan yang dikehendaki tanpa meminta bantuan dari teman maupun guru.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara awal peneliti di
bahwa masih terdapat anak yang belum mandiri anak pada saat mandi masih
dibantu orang tua, anak pada saat makan masih disuapi orang tuanya, anak
pada saat memakai pakaian masih dibantu orang tuanya, anak memakai sepatu
masih dibantu orang tuanya, anak masih ditunggu pada saat ke toilet.
Keberadaan jasa pengasuh anak yang menjadikan orang tua lebih leluasa
bekerja tanpa perlu meluangkan waktu untuk melatih kemandirian pada anak.
belakang tersebut, maka layak untuk dikaji lebih lanjut dalam sebuah penelitian
5
B. Rumusan Masalah
masalah sebagai berikut: “Bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua
C. Tujuan Penelitian
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
6
b. Bagi Guru
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi interprestasi yang keliru serta salah paham didalam
memahami suatu kata atau kalimat, maka perlu penulis jelaskan judul
penelitian diatas.
Pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mengasuh, merawat
dan membimbing anak untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri
sejak usia dini hingga dapat diterapkan kelak anak menjadi dewasa agar
anak tidak bergantung pada orang lain dan dapat bertanggung jawab atas
sendiri.
Terdapat tiga pola asuh yang dilakukan orang tua pada anaknya,
yaitu:
7
2. Kemandirian Anak Usia Dini
mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orang
dengan mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Bila anak
seseorang yang tidak bergantung pada orang lain. Khususnya pada anak usia
dini yaitu sikap seorang anak yang bisa melakukan suatu kegiatan tanpa ada
campur tangan atau bantuan dari orang lain terutama kedua orang tuanya
F. Sistematika Penulisan
membagi dalam beberapa bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi
8
ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai
maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola asuh orang tua
dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan mengenai pola
asuh orang tua terhadap kemandirian anak, yaitu teori tentang pengertian pola
asuh orang tua, jenis-jenis pola asuh orang tua, dan faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua. Selain itu juga akan diuraikan tentang pengertian
kemandirian anak usia dini, cara untuk mengembangkan kemandirian anak usia
yang digunakan dalam pengambilan data, lokasi dan waktu penelitian, sumber
data.
dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di
9
tentang pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak kelompok B RA
terdahulu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain itu
dengan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia dini.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk
merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa
11
digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Keluarga yang harmonis,
rukun dan damai akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter
asuh orang tua, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
adalah cara orang tua dalam mengasuh, merawat dan membimbing anak
untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri sejak usia dini hingga
dapat diterapkan kelak anak menjadi dewasa agar anak tidak bergantung
pada orang lain dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta
orang tua dalam mendidik anak yang tertuang dalam Firman Allah SWT
َ ُارة
علَ ْي َها ُ َّارا َوقُىدُ َها الن
َ اس َو ْال ِح َج َ ُيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُىا قُىا أ َ ْنف
ً َس ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن
keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
12
Ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa keluarga adalah tempat
pendidikan pertama dan utama bagi anak. Maka dari itu sudah mejadi
membimbing anak dan istrinya untuk menjadi pribadi yang baik. Dapat
untuk mandiri sejak usia dini. Karena dengan mengajari anak untuk
mandiri sejak dini, maka anak akan terlatih untuk dapat mengerjakan
tiga jenis pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya,
yaitu:
Pola asuh otoriter ini ciri utamanya adalah orang tua membuat
otoriter, yaitu:
13
Menurut Subini (2013: 144-147), bahwa tipe pola asuh otoriter
kewajiban
demokratis, yaitu:
14
Menurut Djamarah (2018: 61), bahwa tipe pola asuh
a) Bertanggung jawab
h) Komunikasi lancar
i) berjiwa besar
Kelebihan pola asuh permisif ini anak bisa menentukan apa yang
15
e) Kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang,
sungguh-sungguh
maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu
pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif.
dengan kaku dan keras. Semua pendapat orang tua harus dianggap benar
oleh anak. Semua perintah orang tua harus dituruti oleh anak. Bahkan
jika anak tidak menuruti perintah orang tua maka akan mendapat
hukuman. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu adanya hukuman fisik bila anak
16
tidak patuh, pengasuhan yang kaku, dominan orang tua, anak tidak diakui
memilih apa yang dikehendaki, tetapi tetap dalam kontrol orang tua.
Anak diberi kesempatan untuk berpendapat dan orang tua mau untuk
dipenuhi oleh orang tua. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu orang tua
17
tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan
anak-anaknya.
2) Keyakinan
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan
merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan
18
pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang tua yang
anak.
d) Jenis Kelamin
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,
kelas atas.
h) Usia Anak
i) Temperamen
19
beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan
j) Kemampuan Anak
perkembangannya.
k) Situasi
dengan mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Bila anak
kata mandiri artinya berdiri sendiri. Dalam melakukan apa saja untuk
20
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung
sangat penting. Dengan mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah
diperoleh anak secara tidak langsung akan tertanam pada diri seorang
dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya
usia dini dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak usia dini adalah
21
orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Anak bisa memilih dan
memilah apa yang menurutnya baik atau buruk bagi dirinya sendiri. Serta
anak juga berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas apa yang
pada orang lain yaitu dengan cara bertanya secara terus menerus.
22
Contoh lain adalah dalam hal mandi dan berpakaian. Banyak
Alasannya, khawatir jika anak mandi sendiri tidak bersih dan hanya
merasa kesal jika tingkah laku anak berlebihan dan tidak bisa
dikendalikan.
23
pendidik untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam
satu life skill yang perlu dimiliki. Pada dasarnya setiap anak dilahirkan
dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya dan faktor lingkungan lainnya
Artinya, orang tua tidak boleh melupakan bahwa seorang anak bukanlah
perkembangannya.
24
Jika kelangsungan kematangan diawali dari sebuah
ketergantungan, maka orang tua harus sadar hal ini sejak semula. Ini
berarti orang tua tidak bisa memaksa anak mandiri sebelum waktunya.
hidupnya.
aktivitas dan kreativitas anak, berarti secara tidak langsung orang tua
1) Aspek Intelektual
25
2) Aspek Sosial
aktif.
3) Aspek Emosi
sendiri.
4) Aspek Ekonomi
sendiri.
26
2) tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik
orang lain.
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu
a) Faktor Emosi
b) Faktor Intelektual
27
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar
dalam keluarga, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan
pekerjaan.
a) Lingkungan
mempelajari lingkungan.
b) Karakteristik Sosial
c) Stimulus
Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan lebih
stimulasi.
d) Pola Asuh
28
e) Cinta dan Kasih Sayang
mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang
karena orang tua dapat menerima informasi dari luar terutama cara
g) Status Pekerjaan
perkembangan usianya.
dijumpai pada orang tua yang sibuk bekerja. Rasa bersalah karena
29
kurangnya waktu bersama anak dikompensasikan dengan usaha melayani
semua kebutuhan anak, baik oleh dirinya sendiri atau pun penugasan
pada pembantu.
Yang paling penting adalah orang tua harus dapat menghargai anak dan
tidak terlalu mengendalikan anak. Berikut ini beberapa cara yang dapat
sendiri, seperti belajar memakai atau melepas baju sendiri. Anak perlu
menjadi aktivitas yang menyenangkan anak. Dalam hal ini orang tua
penting. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri anak untuk
30
mengembangkan skillnya sehingga lebih percaya diri. Beberapa hal yang
sendiri.
membuat kesalahan.
31
g) Latihlah anak untuk bersosialisasi, sehingga anak belajar
h) Untuk anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus
menyapu dan lain-lain. Hal ini sebenarnya bisa dimulai ketika anak
orang tua.
kemandirian, sehingga berikan menu yang sehat pada anak dan ajak
32
2) Hal-Hal yang Seharusnya Tidak Dilakukan Orang Tua dalam
a) Jika anak ingin mencoba hal baru, orang tua tidak perlu menunggui
sehingga anak justru akan merasa gagal dan menjadi tidak percaya
d) Jangan hanya berfokus pada hasil, tetapi hargai setiap usaha anak.
e) Jangan pernah melabel anak dengan istilah bodoh atau kalimat lain
tepat. Latihan yang terlalu awal justru akan membuat anak akan merasa
tidak aman dan menjadi tertekan. Namun, apabila terlambat maka orang
33
tua akan kesulitan mengubah sifat ketergantungan anak terhadap orang
tua.
B. Kajian Pustaka
atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari
ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan
1. Skripsi yang ditulis oleh Banawati Nur Hidayah, fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Surakarta 2017 yang berjudul “Pola
yaitu dengan cara orang tua memotivasi dan melatih anak untuk melakukan
anak ialah pola asuh demokratis, karena pola asuh demokratis sendiri
merupakan pola asuh yang memberikan dorongan, dan arahan kepada anak
34
2. Skripsi yang ditulis oleh Ipah Saripah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
dipengaruhi oleh pola asuh demokratis. (1) dasar orang tua melakukan pola
sebagai pendidik, pengasuh, panutan dan sebagai teman bagi anak. (2)
sendiri dan menalikan tali sepatu sendiri, dan lain sebagainnya (4) faktor
orang tua.
3. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ditulis oleh Kustinah Sunarty,
35
penelitiannya menunjukkan jenis pola asuh yang digunakan orang tua dapat
4. Skripsi yang ditulis oleh Ma’fiyatun Insiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua Arman dan Bona adalah pola asuh autoritatif. Dalam
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
suatu cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
berikut:
secara langsung dengan subjek yang diteliti serta dapat mengamati sejak awal
sampai akhir proses penelitian. Fakta atau data itulah yang nantinya diberi
makna sesuai dengan teori-teori dengan fokus masalah yang diteliti. Penelitian
37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
C. Sumber Data
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Jadi, dalam penelitian data yang terkumpul terdiri dari data
1. Data Primer
tentang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anak didik dan
38
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Adapun sumber data langsung
2. Data Sekunder
1. Metode Observasi
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
203).
39
Penelitian ini, observasi dilakukan dengan mengamati secara
2. Metode Wawancara
pedoman yang telah dibuat, setiap responden diberi pertanyaan yang sama
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam
3. Metode Dokumentasi
40
Penelitian ini, dokumentasi dilakukan oleh peneliti guna
mengumpulkan data. Data tersebut ialah berbentuk foto dari kegiatan yang
Tabel 3.1
Dokumen yang Diperlukan
NO. Jenis Pengumpulan Data
E. Analisis Data
data. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:
335), analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data meliputi data reduction, data display, dan data conclusion
drawing/verification.
41
1. Data Reduction (Reduksi Data)
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
diperlukan.
apa yang telah dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini, peneliti
3. Conclusing Drawing/Verification
ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
42
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena seperti telah ditemukan bahwa masalah dan rumusan
sebagai berikut:
Pengumpulan
data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan
kesimpulan
bagian yang sangat penting untuk mengetahui kebenaran data dan hasil
triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih
43
konsisten sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggung
jawabkan.
jawabkan maka diperhatikan pengecekan data apakah data yang disajikan valid
atau tidak, maka diperlukan teknik atau kevalidan data. Untuk memeriksa
data yang telah ada. Penelitian ini, menggunakan dua macam triangulasi yaitu:
1. Triangulasi Teknik
Observasi partisipatif
Sumber
data sama
Wawncara mendalam
Dokumentasi
44
2. Triangulasi Sumber
Wawancara
B
mendalam
45
BAB IV
A. Paparan Data
Fakta yang akan diuraikan dalam bab ini merupakan fakta yang
rinci, uraian fakta yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Timur Kantor Balai Desa Kadipaten kurang lebih satu kilometer dari
46
Oleh karena itu RA Perwanida Kadipaten berada ditengah-tengah
Desa Kadipaten.
b. Profil Sekolah
47
Tabel 4.1
Data Tenaga Pendidik RA Perwanida Kadipaten
Pendidikan
No Nama Jabatan Status
Terakhir
Tevi Tri Kepala
1. S1 PAUD GTY
Wahyuni, S. Pd. Sekolah
Fikri Novianti Guru
2. SLTA GTY
Salim Kelompok A
Guru
3. Kistyarini SLTA GTY
Kelompok B
Tabel 4.2
Data Siswa RA Perwanida Kadipaten
No Kelompok L P Jumlah
1. Kelompok A 7 4 11
2. Kelompok B 5 13 18
JUMLAH 29
Tabel 4.3
Data Siswa dan Wali Siswa Kelompok B RA Perwanida Kadipaten
48
16. Zahra Rejeki Bp. Sriyanto Gempol Bajing RT 21/03
17. Raditia Vicky Alfaro Bp. Tomy Maulana Mojosawit RT 06/01
18. Dimas Revian Yudistira Bp. Sriyanto Mojosawit RT 06/01
e. Visi
f. Misi
Efektif, Menyenangkan).
g. Tujuan
pembelajaran.
pendidikan.
49
tua dari siswa kelompok B. Berikut hasil wawancara kepada informan SA,
Boyolali, mengenai pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak, dapat
bahwa: “Ada peraturan. Anak harus diatur, tapi masih tetap saya beri
kebebasan, begitu”.
50
Hasil wawancara dengan AM orang tua dari siswa HAAK yang
semua”.
bahwa:
dikontrol”.
menyatakan bahwa:
51
“Saya beri kebebasan. Misalnya sedang main, ya tidak saya
larang atau saya cari-cari suruh pulang begitu. Nanti anaknya
pulang sendiri, sudah bisa mengatur sendiri. Oh, ini sudah
waktunya pulang begitu. Jadi saya bebaskan anak saya, tapi tetap
saya kontrol. Soalnya ibunya ngajar, jadi sama saya kalau di
rumah. Jadi supaya tidak tertekan begitu, kasihan kalau terlalu
dilarang-larang atau dikekang-kekang”.
bahwa: “Tidak saya turuti semua, kalau bisa ya dikasih. Kalau tidak ya
tidak dikasih”.
bahwa:
“Ya tidak selalu dituruti. misalnya minta apa, nanti dulu, ya tidak
bisa. Ngeyel, nangis anaknya. Ya kalau ada ya dikasih, kalau
tidak ya dibiarkan sampai dia diam sendiri begitu. Jadi biar
belajar. Jadi tidak selalu dituruti. Tapi ya tidak sampai dipukul
paling ya dimarahi”.
52
Hasil wawancara dengan AM orang tua wali dari siswa HAAK
jangan selalu dituruti. Nanti malah jadi manja, tidak bisa mandiri”.
beragam. Ada sebagian anak yang sudah bisa mandiri dan ada juga yang
mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain.
Namun ada juga sebagian anak yang belum mandiri. Yaitu, anak belum
mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang
lain.
anak, tidak semua anak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru
tanpa bantuan dari orang lain. Anak yang sudah mampu mengerjakan tugas
yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain berjumlah 15 anak. Ada
juga anak yang belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru
tanpa bantuan dari orang lain, yaitu berjumlah 3 anak. Hal tersebut
dibuktikan dengan anak tersebut menunggu bantuan dari teman atau guru
53
untuk membantu menyelesaikannya dan selalu bertanya secara terus
“Bertanya. beranya terus, kalau belum bisa sendiri, sampai dia tahu
begitu”.
54
Hasil wawancara dengan AM orang tua dari HAAK yang ditemui
“Kadang ya tanya ibu. Tapi anak saya itu apa-apa sendiri dulu
begitu. Kalau sudah tidak bisa baru bertanya. Karena anaknya itu
mandiri kok. Pintar dia”.
bahwa:
bahwa:
“Belum bisa mengontrol mbak. Apa-apa kalau tidak bisa saja dia marah”.
menyatakan bahwa:
menyatakan bahwa:
Orang Lain
bahwa:
bahwa:
56
Hasil wawancara dengan Y orang tua dari siswa ZR yang ditemui
“Belum bisa mbak. Apa-apa semuanya minta tolong. Anaknya itu suka
marah-marah mbak”.
Hasil wawancara dengan TS orang tua wali dari siswa HAA yang
bahwa:
“Minta tolong misal pakai sepatu kaos kaki minta tolong. Mandi
bisa kadang kadang kaos kakinya yang belum mbak. Bisa sendiri
ke toilet. Cebok aja sudah bisa sendiri mbak. Soalnya sudah saya
ajari dari TK A, kan takutnya kalau disekolah mbak. Ya walaupun
ada guru, kan ya kasihan sama gurunya. Jadi anak ya tetap harus
diajari”.
B. Analisis Data
yaitu dengan informan orang tua dari siswa kelompok B. Maka penulis dapat
menganalisis hal-hal apa saja yang terkait dengan pola asuh orang tua dalam
57
Kemudian setelah penulis melakukan wawancara dengan informan,
Sedangkan menurut Wibowo (2013: 75-76), pola asuh atau parenting style
adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter
pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh
tua tetap memberikan kontrol dan pengawasan, dengan tujuan agar anak
Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti bahwa pola asuh
58
a. Pola Asuh Demokratis
asuh demokratis yaitu pola asuh orang tua yang ditandai dengan orang
menentukan masa depannya. Jadi, pola asuh demokratis adalah orang tua
diberi kebebasan untuk memilih apa yang dikehendaki, tetapi tetap dalam
kontrol orang tua. Anak diberi kesempatan untuk berpendapat dan orang
akan tetapi orang tua tetap memberi pengawasan dan kontrol terhadap
anak, orang tua dalam menerapkan peraturan pada anak, dan kontrol
tetapi anak tetap dalam pengawasan dari orang tua. Dalam pengawasan
orang tua memberikan aturan-aturan yang harus anak taati, jika anak
keinginan anak.
59
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua
berikut:
60
Hasil wawancara dengan AM orang tua dari siswa HAAK yang
menyatakan bahwa:
“Tidak ada sih mbak. Karena anaknya itu sudah terbiasa teratur.
Jadi saya tidak membuat peraturan khusus pada anak begitu tidak
mbak”.
pernyataan berikut:
yang menyatakan bahwa: “Tidak saya turuti semua, kalau bisa ya diberi.
anak jangan selalu dituruti. Nanti jadi manja, tidak bisa mandiri”.
menerapkan pola asuh kepada anaknya dengan tipe pola asuh demokratis,
61
yaitu dengan memberi kebebasan pada anak. Akan tetapi tetap
yang telah orang tua buat, SA, TS, dan AM tidak memarahi anak, dan
asuh otoriter ini ciri utamanya adalah orang tua membuat hampir semua
bertanya apalagi membantah. Jadi, Pola asuh otoriter adalah orang tua
yang mendidik anaknya dengan kaku dan keras. Semua pendapat orang
tua harus dianggap benar oleh anak. Semua perintah orang tua harus
menyatakan bahwa:
62
Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang
yang menyatakan bahwa: “Tidak saya bebaskan. Saya atur. Harus nurut”.
berikut:
bahwa:
yang menyatakan bahwa: “Saya atur. Misalnya jam segini harus tidur, ya
menyatakan bahwa:
63
tidak selalu dituruti. Tapi ya tidak sampai dipukul paling ya
dimarahi”.
yang menyatakan bahwa: “Tidak semua dituruti. Tidak usah, sudah besar
begitu”.
TB orang tua dari siswa NNA mendidik dan menerapkan pola asuh
kepada anaknya dengan tipe pola asuh otorier, yaitu dengan menuntut
anaknya untuk menuruti semua peraturan yang telah dibuat maupun yang
dikehendaki dari orang tua. Jika anak tidak menurutinya, Y orang tua dari
siswa ZR dan TB orang tua dari siswa NNA memarahi anak, dan tidak
dipaparkan diatas, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa kelompok
anak. Akan tetapi orang tua tetap mengawasi, mengontrol, dan membimbing
anak. Tetapi, ada juga orang tua siswa kelas B RA Perwanida Kadipaten
yang menerapkan pola asuh otoriter. Yaitu, dengan orang tua menuntut anak
untuk menuruti semua peraturan yang telah dibuat oleh orang tua. Dan jika
dari pola asuh orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini
adalah adanya perubahan tingkah laku anak agar anak menjadi mandiri,
dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
Anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat
untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif,
kemampuan yang dimiliki anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang
65
tuanya. Orang tua harus memiliki kepekaan terhadap setiap proses
tetapi anak tidak mampu untuk menyesuaikan diri secara sehat pada setiap
Maka dari itu sebagai orang tua jangan terlalu membatasi aktivitas
kreativitas anak, berarti secara tidak langsung orang tua telah menghambat
menyatakan bahwa: “Tanya mbak. Tanya terus kalau tidak bisa. Sampai dia
66
Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang
menyatakan bahwa:
bahwa:
menyatakan bahwa:
“Ya kadang tanya Ibunya. Tapi anak saya itu apa-apa berusaha
sendiri dulu begitu mbak. Kalau sudah tidak bisa baru bertanya.
Karena anaknya itu mandiri kok mbak. Pintar dia”.
bahwa:
Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui
bahwa:
“Tidak. Dulu waktu belum sekolah belum bisa. Tapi sekarang sudah
sekolah sudah dinasihati secara halus, sudah bisa mengontrol
emosinya”.
sendiri emosinya”.
Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui
bahwa: “Kadang masih belum bisa. Kalau sama kakaknya suka berantem,
menyatakan bahwa:
68
sudah punya adik juga, jadi saya ajarkan untuk mengalah sama
adiknya gitu”.
berikut:
Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui
bahwa: “Ya kalau mengatur waktu belum bisa mbak, tapi kalau melakukan
Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui
bahwa:
bahwa:
“Belum bisa mengatur waktu mbak. Kalau apa-apa saja dia itu
ngeyel kok, jadi kalau mengatur waktu ya harus diingatkan dulu
mbak”.
Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui
bahwa:
69
Semangatnya kalau yang ngaji itu, kalau jam 3 sore itu pasti sudah
mandi sendiri tanpa disuruh”.
menyatakan bahwa:
Hasil wawancara dengan SA orang tua dari siswa AFF yang ditemui
bahwa:
“Kalau mandi mau sendiri, sudah bisa. Tapi kadang sama ibunya,
soalnya agak manja. Jadi belum semua bisa sendiri. Manja banget.
Kalau ke kamar mandi masih dengan ibu. Tapi kalau cebok itu sudah
bisa. Tapi minta ditunggu, tapi saya hanya mengarahkan saja. Takut,
jadi karena takut dia begitu”.
Hasil wawancara dengan TB orang tua dari siswa NNA yang ditemui
bahwa:
70
Hasil wawancara dengan Y orang tua dari siswa ZR yang ditemui
Hasil wawancara dengan TS orang tua dari siswa HAA yang ditemui
bahwa:
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti dan telah
mandiri yaitu, ZR dan NNA. Hal tersebut dibuktikan bahwa dengan pola
bantuan dari orang lain, dan belum mampu untuk mengatur waktu serta
71
tersebut dibuktikan, dari 18 siswa kelompok B RA Perwanida Kadipaten,
siswa yang sudah mandiri yaitu, siswa yang sudah mampu menyelesaikan
tugas yang diberikan guru tanpa bantuan dari orang lain berjumlah 15 anak.
Sedangkan siswa yang belum mandiri yaitu, siswa yang belum mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tanpa bantuan dari orang lain
berjumlah 3 anak.
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tanpa bantuan dari
orang lain, disebabkan karena orang tua dari ketiga siswa tersebut bekerja,
dan anak tersebut sehari-hari di rumah hanya dengan neneknya. Jadi, hal
Dari hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti
dan telah dipaparkan dan dianalisis diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak
Boyolali, yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh otoriter. Sedangkan
dengan baik.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Boyolali. Maka dapat disimpulkan bahwa orang tua mengasuh anak dalam
1. Pola asuh demokratis, yaitu. Orang tua memberi kebebasan akan tetapi tetap
2. Pola asuh otoriter, yaitu orang tua terlalu melarang dan mengekang anak
dengan menuntut anak untuk menuruti semua peraturan yang telah dibuat
B. Saran
pertama dan utama bagi anak untuk belajar. Maka orang tua hendaknya
73
dengan baik sesuai dengan masa perkembangan anak. Anak juga dapat
orang lain. Oleh karena itu hendaklah orang tua menerapkan pola asuh yang
2. Kepada Masyarakat
anak. Yaitu dengan menanamkan kemandirian anak sejak usia dini. Karena
dengan menanamkan kemandirian pada anak sejak dini akan membuat anak
menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain terutama bergantung
3. Kepada Pembaca
dini.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, Rabiatul. 2017. Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap
Pendidikan Anak (Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong
Kabupaten Balangan). Pendidikan Kewarganegaraan. 7(1): 36-37.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2018. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam
Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Panduan untuk
Pendidik, Mahasiswa & Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini Tinjauan
Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fadlillah, Muhammad, dan Lilif Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini Konsep & Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.
Hasan, Maimunah. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.
Hidayah, Banawati Nur. 2017. Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan
Kemandirian Anak Usia Dini di Dukuh Branglor Mancasan Baki
Sukoharjo Tahun 2017. Skripsi. Surakarta: Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini IAIN Surakarta.
Hurlock, E.B. 1999. Chlid Development Jilid II, terjemahan Tjandrasa, Jakarta:
Erlangga.
https://www.fiqihmuslim.com/2017/08/ayat/al-quran-tentangpendidikan.html
diakses pada tanggal 29 Januari 2019 Pukul 11:46
Jannah, Miftakhul. 2013. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (Usia 4-6
Tahun) di Taman Kanak-Kanak Assalam Surabaya. Perkembangan
Kemandirian. 1(3).
Kanisius. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka
Familia.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Poerwadarminto, WJS. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prayitno, Amti Erman. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saripah, Ipah. 2014. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian
Anak Usia Dini melalui Pola Asuh Demokratis di Lingkungan Keluarga.
Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC. 1995
Subini, Nini. 2013. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta:
Javalitera.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarty, Kustiah. 2016. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Anak.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2(3): 152-160.
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter Usia Dini Strategi Membangun
Karakter di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
CATATAN LAPANGAN
sekolah.
Tanya Jawab
Person
Pola Asuh Kemandirian
Peneliti Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengasuh anak?
Informan “Ya diawasi, dibimbing, dikontrol”.
Peneliti Dalam mengasuh anak, apakah
Bapak/Ibu membuat peraturan
sendiri?
Informan “Kalau jam-jam tertentu tuh harus
dirumah. Koyo bedhug dzuhur
harus dirumah. Enggak boleh main
ngoten niku”. [kalau jam-jam
tertentu harus di rumah. Seperti
waktu dzuhur harus di rumah.
Tidak boleh main seperti itu].
Peneliti Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika
anak tidak menuruti peraturan yang
telah Bapak/Ibu buat? (Misal:
memarahi, menghukum).
Informan “Dimarahi. Kalau terlalu sampe
melakukan hal yang bener-bener
keterlaluan ya dipukul atau dicubit.
Tapi nek mboten kelewatan nggih
mboten. Yo jennenge bocah aktif
kan yo pripun to”. [dimarahi. Kalau
terlalu sampai melakukan hal yang
benar-benar keterlaluan ya dipukul
atau dicubit. Tapi kalau tidak
kelewatan ya tidak. Ya namanya
anak kecil aktif ya gimana ya].
Peneliti Apakah kekuasaan penuh ada pada
Bapak/Ibu? Atau ada kerjasama
Bapak/Ibu dengan anak?
Informan “Bapak e agak ngekang, sebenere
yg ngekang bapak e, ojo nduk-jo
nduk, sebenere pengene jadi
bocahe ki kadang suka wedi
ngono”.[Bapaknya mengekang.
Sebenarnya yang mengekang
bapaknya mbak. Jadi anaknya itu
kadang takut].
Peneliti Apakah Bapak/Ibu memberi
kebebasan pada anak?
Informan “Ya diberi kebebasan. Yang
penting enggak sampek di luar
kawasan rumah, maksudte koyo
enggak terlau bebas tapi yo tetep
diawasi gitu mbak. Kalau minta
sesuatu ya harus. Sakniki yo sakniki
ngoten. Bocahe mboten saget nek
entar dulu-entar dulu gitu. Ya
enggak selalu dituruti. Umpamanya
nyuwun niki bentar dulu, nggih
mboten saget. Ya kalau ada ya
dikasih, kalau enggak ya ben sak
dieme dia gitu. Jadi biar belajar.
Jadi enggak selalu diturutin. Tapi
ya ndak sampek dipukul paling ya
dimarahi”. [ya diberi kebebasan.
Yang penting tidak sampai diluar
kawasan rumah. Maksudnya seperti
tidak terlalu bebas tapi ya tetap
diawasi begitu mbak. Kalau minta
sesuatu ya harus. Sekarang ya
sekarang. Anaknya tidak bisa kalau
nanti-nanti. Ya tidak selalu dituruti.
Misalnya minta ini, nanti dulu, ya
tidak bisa. Ya kalau ada ya diberi.
Kalau tidak ya biar diam sendiri dia
kalau nangis. Jadi biar belajar, tidak
selalu dituruti. Tapi ya tidak sampai
dipukul, paling ya dimarahi].
Peneliti Apakah Bapak/Ibu selalu menuruti
permintaan anak?
Informan “Ya enggak selalu dituruti.
Misalnya minta ini, bentar dulu, ya
tidak mau. Ya kalau ada ya dikasih,
kalau enggak ya biar sak dieme dia
gitu. Jadi biar belajar. Jadi enggak
selalu diturutin. Tapi ya ndak
sampek dipukul paling ya
dimarahi”.
Peneliti Apakah anak sudah bisa
mengontrol emosi?
Informan “Teriak-teriak anaknya. Emosian”.
Peneliti Jika anak mengalami kesulitan
dalam melakukan suatu kegiatan,
apakah anak selalu meminta
bantuan Bapak/Ibu atau mencoba
untuk menyelesaikannya sendiri?
Informan “Ya, selalu tanya minta tolong”.
Peneliti Apakah anak sudah bisa melakukan
keperluannya sendiri? Misalnya:
memakai baju sendiri, memakai
sepatu sendiri, bisa mandi sendiri,
makan tidak disuapi, ke toilet tidak
diantar atau ditunggu.
Informan “Belum bisa mbak”.
Peneliti Apakah anak sudah bisa mengatur
waktu sendiri? Misal, mengatur
waktu untuk tidur siang, waktu
untuk makan, waktu untuk belajar,
dan waktu untuk bermain.
Informan “Belum bisa mbak”.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Tutik Sunarti (TS)
Orang tua dari siswa : Hasna Aufa Akhsanti (HAA)
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Desember 2018
Tempat : RA Perwanida Kadipaten
Tanya Jawab
Person
Pola Asuh Kemandirian
Peneliti Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengasuh anak?
Informan “nggih diatur mbak. Nggih
dibilangin, nggak usah dimarahin,
dialus”. [Ya diatur mbak, diberi tahu
secara halus, tidak usah dimarahi].
Peneliti Dalam mengasuh anak, apakah
Bapak/Ibu membuat peraturan
sendiri?
Informan “Tidak ada sih mbak”.
Peneliti Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika
anak tidak menuruti peraturan yang
telah Bapak/Ibu buat? (Misal:
Informan memarahi, menghukum).
“Enggak ada sih mbak”.
Peneliti Apakah kekuasaan penuh ada pada
Bapak/Ibu? Atau ada kerjasama
Bapak/Ibu dengan anak?
Informan “Ya saya beri kebebasan mbak.
Misalnya pas main yaa enggak tak
larang atau tak cari-cari suruh
pulang gitu mbak. Nanti anaknya
pulang sendiri, sudah bisa mengatur
sendiri. Oh, ini sudah waktunya
pulang gitu. Jadi saya bebaskan anak
saya mbak, tapi tetap saya kontrol.
Soale kan ibuk e ngajar kan mbak,
jadi sama saya kalau di rumah itu.
Jadi biar nggak tertekan ngoten
mbak, mesakke nek terlalu dilarang-
larang atau dikekang-kekang mbak”.
Peneliti Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengontrol anak?
Informan “Ya saya beri kebebasan mbak.
Misalnya waktu main ya enggak saya
larang atau saya cari-cari suruh
pulang gitu mbak. Nanti anaknya
pulang sendiri, sudah bisa mengatur
sendiri. Oh, ini sudah waktunya
pulang gitu. Jadi saya bebaskan anak
saya mbak, tapi tetap saya kontrol.
Soalnya ibunya ngajar mbak, jadi
sama saya kalau di rumah itu. Jadi
biar tidak tertekan begitu mbak,
kasihan kalau terlalu dilarang-larang
atau dikekang-kekang mbak”.
Peneliti Apakah Bapak/Ibu memberi
kebebasan pada anak?
Informan “Ya saya beri kebebasan mbak, tapi
tetap saya kontrol. Soalnya Jadi biar
tidak tertekan begitu mbak, kasihan
kalau terlalu dilarang-larang atau
dikekang-kekang mbak”.
Peneliti Apakah Bapak/Ibu selalu menuruti
permintaan anak?
Informan “Nggih kadang dituruti kadang
nggih mboten, kalau mendidik anak
kan jangan selalu dituruti yaa mbak,
nanti nek manja malah mboten saget
mandiri”. [ya kadang dituruti kadang
ya tidak. Kalau mendidik anak
jangan selalu dituruti ya mbak. Nanti
malah jadi manja malah tidak bisa
mandiri].
Peneliti Apakah anak sudah bisa
mengontrol emosi?
Informan “Sudah bisa mbak, soanya sudah
saya biasakan. Karena juga sudah
punya adik, jadi dibiasakan untuk
mengalah dengan adiknya, begiu
mbak”.
Peneliti Jika anak mengalami kesulitan
dalam melakukan suatu kegiatan,
apakah anak selalu meminta
bantuan Bapak/Ibu atau mencoba
untuk menyelesaikannya sendiri?
Informan “Nggih tanya ibuk. Kadang nggih
tanya ibuk. Tapi anak saya tuh apa-
apa sendiri dulu gitu mbak, nek
mpun mboten saget lagek tanglet.
Wong anak e itu mandiri og mbak.
Pinter dia”. [ya tanya Ibu. Kadang
ya tanya Ibu, tapi anak saya tuh
apa-apa sendiri dulu begitu mbak.
Kalau sudah tidak bisa baru
bertanya. Anaknya itu mandiri kok
mbak. Pintar dia].
Peneliti Apakah anak sudah bisa melakukan
keperluannya sendiri? Misalnya:
memakai baju sendiri, memakai
sepatu sendiri, bisa mandi sendiri,
makan tidak disuapi, ke toilet tidak
diantar atau ditunggu.
Informan “Sendiri mbak, sudah bisa sendiri”.
Peneliti Apakah anak sudah bisa mengatur
waktu sendiri? Misal, mengatur
waktu untuk tidur siang, waktu
untuk makan, waktu untuk belajar,
dan waktu untuk bermain.
Informan “Ya sudah bisa. Pemikirannya
sudah dewasa, maksudnya gini
mbak, dewasanya itu dalam arti
sudah bisa mengerti begitu mbak,
jadi nurut anaknya, karena sudah
saya biasakan mbak. Karena ya
sudah punya adik juga, jadi saya
ajarkan untuk mengalah dengan
adiknya begitu. Jadi dia sudah
terbiasa apa-apa sudah harus bisa
sendiri karena sudah besar begitu
mbak. Jadi mandirinya itu bukan
karena paksaan begitu mbak”.
DOKUMENTASI
Kab. Boyolali
4. No. HP : 085865593169
6. Riwayat Pendidikan :