Anda di halaman 1dari 10

PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN

KEMANDIRIAN ANAK AUTIS

Adinda Ekky Pratiwia, Abdul Hudab, Eka Pramono Adic

a,b,c
Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang

E-mail: adinda.ekky.1701546@students.um.ac.id. - 085967150466

Abstrak: Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan


ketidakmampuan menjalin suatu hubungan sosial dengan orang-orang lain disekitarnya. Anak
autis juga memiliki gangguan pada fungsi eksekutifnya. Hal ini menyebabkan terhambatnya
kemampuan dalam mengalihkan atensi dari satu kegiatan ke kegiatan lain, serta kemampuan
berinisiatif mengerjakan suatu hal. Dengan adanya gangguan tersebut menyebabkan anak autis
sulit untuk melakukan sesuatu secara mandiri sehingga peran orang tua dalam mengembangkan
kemandirian terhadap anak autis sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
(1) Peran orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak autis, (2) faktor yang menghambat
orang tua dalam melakukan perannya, dan (3) mendeskripsikan tingkat kemandirian anak autis
kelas 1 SDLB Autis Laboratorium UM. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa peran orang tua dalam mengembangkan kemandirian anak autis meliputi orang tua sebagai
pendidik, pendukung, fasilitator, dan pemberi contoh. Peran-peran tersebut sudah dilakukan oleh
orang tua dengan baik meskipun belum cukup maksimal. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang
menghambat yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki karena adanya pekerjaan. Selanjutnya,
tingkat kemandirian pada siswa T menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari
masing-masing 10 aspek pada kegiatan mandi dan berpakaian terlihat ada 4 aspek dalam kegiatan
mandi dan 8 aspek pada kegiatan berpakaian yang siswa T sudah dapat melakukannya secara
mandiri.

Kata kunci: Peran orang tua, Kemandirian, Autis

peran orang tua atau keluarga dengan


Perkembangan adalah suatu pola yang perkembangan kemandirian seorang anak
berubah-ubah yang diawali pada saat konsepsi dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
(pembuahan) dan akan berkelanjutan selama Dengan adanya peran keluarga akan
rentang kehidupan. Papalia et al., (2015) menjadikan anak pribadi yang lebih mandiri
menyebutkan bahwa perkembangan manusia karena proses untuk mengembangkan
adalah ilmu yang menelaah tentang pola kemandirian anak juga sangat dipengaruhi
sebuah transformasi dan kestabilan selama oleh orang tua (Geofanny, 2016).
tempo kehidupan manusia. Perkembangan Orang tua adalah ibu dan ayah yang
memiliki sifat yang adaptif, yang artinya mempunyai peran besar dalam kehidupan
perkembangan akan terjadi pada seseorang anak-anaknya. Mereka merupakan orang yang
untuk menghadapi keadaan-keadaan di dalam paling utama yang memiliki tanggung jawab
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, besar terhadap seluruh anggota keluarga.
perkembangan juga memiliki sifat yang Widayati dalam Apsari (2015) mengatakan
runtut, artinya perkembangan bersifat bahwa peran keluarga (orang tua) adalah
berkelanjutan dan runtut. menumbuhkan rasa percaya diri serta
Keluarga juga memiliki peranan utama kemandirian pada anak. Orang tua
pada proses tumbuh kembang anaknya. memberikan dukungan penuh pada anak, agar
Terdapat hubungan yang sangat besar antara anak tidak merasa ragu dan dapat
2 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….

mengembangkan kemandirian dan rasa menyebabkan mereka memerlukan layanan


percaya dirinya secara maksimal. khusus yang intensif. Jenis-jenis disabilitas
Untuk mencapai kemandirian dalam yang dimiliki ABK antara lain Tunentra,
hidup bermasyarakat, maka orang tua Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa,
berperan besar pada setiap tahap tumbuh Tunalaras, Tunaganda, CIBI/Gifted, serta
kembang untuk membantu disetiap prosesnya Autis.
(Apsari, 2015). Menurut Wardhani, et al dalam Efendi
Anak akan meraih sebuah kemandirian (2017) mengatakan bahwa menurut definisi,
jika orang tua melakukan usaha-usaha melalui kata autisme memiliki arti gangguan
berbagai kegiatan yang dapat mendukung perkembangan otak yang dapat dilihat dengan
perkembangan kemandirian anak (Asmanita, adanya masalah pada emosi, komunikasi,
2019). Adanya interaksi yang baik antara hubungan sosial, kurangnya imajinasi dan
orang tua, anggota keluarga serta anak akan kemampuan bermain, serta menunjukkan
memudahkan anak untuk mendapatkan perilaku yang berulang.
sentuhan pembiasaan yang baik. Namun, Autisme adalah gangguan
masih banyak orang tua yang tidak memahami perkembangan yang muncul pada
peran ini (Apsari, 2015). Wijayani (2013) awalkehidupan seorang anak. Hal ini ditandai
menyebutkan bahwa peran orang tua serta dengan ketidakmampuan untuk menjalin
model mengasuh anak yang diberikan kepada hubungan sosial dengan orang lain di
anak akan berpengaruh pada pembentukan sekitarnya. Gangguan yang sering muncul
kepribadian mandiri seorang anak. pada anak autis antara lain gangguan
Susanto (2016) mengatakan bahwa komunikasi, gangguan interaksi sosial, pola
kemandirian anak masih sedikit atau perilaku restriktif, dan stereotip.
sederhana, sesuai dengan perkembangannya. (Bektiningsih, 2009).
Menurut Mariyanti (2012) kemandirian bagi Bumin, et al (2015) mengatakan bahwa
anak-anak berarti bahwa anak dapat anak autis biasanya lebih sulit melakukan
membantu dirinya sendiri dengan kegiatan bentuk-bentuk kemandirian dalam aktivitas
rutin sehari-hari seperti minum, makan, ke sehari-hari. Apalagi dikatakan bahwa
toilet, mandi, memakai dan melepas pakaian berpakaian, makan dan kebersihan diri secara
dan lain sebagainya. Kebiasaan sehari-hari mandiri masih membutuhkan pengawasan
yang sudah dilakukan sendiri oleh anak tanpa yang lebih agar anak merasa aman dalam
meminta bantuan juga merupakan melakukan aktivitasnya. Hal ini disebabkan
kemandirian (Rizkyani et al., 2020). gangguan fungsi eksekutif pada anak autis.
Semua manusia akan mengalami Gangguan fungsi eksekutif membuat anak
perkembangan dalam kehidupannya serta autis sulit untuk merencanakan, mengatur, dan
diharapkan untuk dapat hidup secara mandiri, beradaptasi dengan perubahan (APA, 2013).
namun ada beberapa yang terlahir dengan Menurut Sidjaja (2015), kemampuan
gangguan perkembangannya yang fungsi eksekutif pada anak autis mengalami
menghambat kemampuannya dalam hambatan dan menyulitkan mereka untuk
melakukan kegiatan sehari-hari, yang memecahkan masalah, membuat suatu
selanjutnya di sebut dengan Anak rencana, menghambat kemampuan untuk
Berkebutuhan Khusus di singkat dengan mengalihkan perhatian dari satu aktivitas ke
ABK. aktivitas lainnya, dan menghambat
Ilahi (2013:138) menjelaskan bahwa kemampuan untuk berinisiatif melakukan
anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak sesuatu. Oleh karena itu anak autis sulit untuk
yang mempunyai kebutuhan khusus dan melakukan sesuatu secara mandiri. Hal
bersifat temporer dan tetap yang kemudian tersebut dikatakan oleh Dominica (2012),
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 3

bahwa ketidakmampuan anak autis tersebut dan juga memiliki kaitan dalam aspek
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk kesehatan. Sedangkan, berpakaian dengan
hidup mandiri. baik juga akan menjadikan seseorang akan
Mengembangkan kemandirian pada lebih memiliki kepercayaan pada dirinya
anak autis bertujuan agar anak dapat sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa
melakukan sendiri aktivitas dalam kegiatan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bergantung dengan orang sehari-hari secara mandiri sangat diperlukan
lain dan dengan begitu anak akan lebih bagi semua orang.
memiliki rasa percaya diri. Selain itu, anak Wiyani (2013) mengatakan bahwa
autis juga akan memiliki kebiasaan yang baik dalam pembentukan kemandirian anak
dan tertib saat melakukan aktivitas dalam diperlukan stimulasi dan dorongan agar anak
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Anak senantiasa bereksplorasi sehingga terbentuk
autis yang memiliki kemandirian yang baik rasa tanggung jawab anak. Disinilah peran
akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan orang tua sangat penting dan
lingkungan sekitarnya dan akan mampu dibutuhkandalam proses pembentukan dan
menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang pengembangan kemandirian anak.
menurutnya dapat membahayakan dirinya. Adanya peran orang tua akan
Senada dengan hasil studi pendahuluan menimbulkan sebuah usaha dalam diri anak
yang dilakukan peneliti terhadap partisipan agar mampu menggunakan setiap kemampuan
yang terlibat dalam penelitian ini yaitu orang diri anak sehingga anak akan memahami apa
tua anak autisyang mengatakan bahwa yang dapat dikerjakan olehnya dan bagaimana
kemandirian bagi anak autis cukup melakukan melaksanakan tugas-tugas baik disekolah
hal-hal sederhana dalam aktivitas sehari-hari maupun memenuhi kebutuhan hidup sehari-
seperti dapat melakukan kegiatan mandi, hari.
berpakaian, makan, dan lain sebagainya Selain itu, orang tua juga berperan
dengan bantuan yang sangat sedikit. Di dalam membentuk kebiasaan dalam
tuturkan oleh orang tua siswa T bahwa kehidupan anak. Pembentukan kebiasaan
menurut mereka tujuan dari membiasakan adalah pengembangan keterampilan untuk
anak autis melakukan aktivitas sehari-hari menggerakkan sesuatu atau melakukan
secara mandiri agar anak autis dapat survive sesuatu seperti kegiatan sehari-hari yaitu cara
di kehidupan masyarakat yang lebih luas. membersihkan diri, cara berpakaian, dan lain-
Menurut Bumin, et al (2015), lain. Dengan kebiasaan tersebut, seseorang
kemampuan merawat diri sendiri juga akan menciptakan sikap tertentu yang
meliputi mandi, berpakaian, kebersihan diri, terbentuk pada diri anak dan kebiasaan
makan, berjalan, dan saat menggunakan kursi tersebut lambat laun akan berkembang,
roda dapat berpindah dari tempat tidur ke menjadi lebih kuat dan akhirnya menjadi
kursi roda, dan sebaliknya, serta dapat terkait dengan kepribadiannya (Framanta,
mengontrol buang air kecil dan besar. Setelah 2020).
masa bayi selesai, bayi mulai makan dengan Dalam penelitian yang dilakukan oleh
peralatan makan dan tidak menumpahkan Sholihah (2016) menyimpulkan bahwa faktor
makanannya, bayi mulai berpakaian dan yang menghambat perkembangan
membuka pakaian, mereka dapat mandi kemandirian anak autis khususnya dalam
dengan urutan yang benar dan mereka dapat kegiatan mandi salah satunya adalah
menyisir rambut tanpa bantuan (Hurlock, kurangnya dukungan dari keluarga anak autis
1980). karena selalu melayani serta memanjakan
Kegiatan mandi ditujukan sebagai anak saat di rumah. Selain itu, menurut guru
bentuk kegiatan seseorang dalam merawat diri yang mengajar siswa autis tersebut
4 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….

mengatakan bahwa keterampilan dalam adalah data tambahan, seperti dokumen.


melakukan kegiatan sehari-hari bagi anak Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
autis harus dilakukan secara kontinyu dan sumber data primer yang diperoleh dari hasil
konsisten serta ditekankan pada pembiasaan wawancara dan observasi, serta sumber data
agar anak dapat melakukan kegiatan sehari- sekunder yang diperoleh dari data yang
hari secara mandiri kedepannya. dirujuk dari jurnal, artikel, serta penelitian.
Bedasarkan uraian masalah yang telah Teknik pengumpulan data
di paparkan diatas, dapat diketahui bahwa menggunakan wawancara terstruktur,
peran orang tua dalam perkembangan observasi, dan dokumentasi. Langkah-langkah
kemandirian anak autis sangat penting. Oleh menganalisis data yang digunakan dalam
karena itu, peneliti merasa termotivasi dan penelitian ini meliputi pengumpulan data,
tertarik untuk meneliti mengenai peran orang reduksi data, penyajian data, dan penarikan
tua dalam mengembangkan kemandirian anak kesimpulan. Teknik pengecekan
autis dengan mengambil judul penelitian keabsahandata menggunakan triangulasi
“Peran Orang Tua dalam Mengembangkan teknik dan triangulasi sumber. Sugiyono
Kemandirian Anak Autis.” (2012: 83) menyatakan bahwa triangulasi
adalah teknik pengumpulan data yang
METODE menggunakan berbagai teknik dan sumber
yang digunakan yang kemudian digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan untuk memverifikasi kebenarannya dengan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. membandingkan data yang diperoleh dari
Menurut Sugiyono (2018: 9), penelitian sumber lain.
kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti keadaan alam, dengan peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai alat utamanya. Tujuan menggunakan
pendekatan dan jenis penelitian ini yaitu untuk Hasil
menghasilkan data penelitian berupa
gambaran, gejala, dan fenomena secara Hasil penelitian ini menunjukkan
deskriptif mengenai peran orang tua dalam bahwa peran orang tua sangat dibutuhkan oleh
mengembangkan kemandirian anak autis kelas anak autis untuk mengembangkan
1 SDLB Autis Laboatorium UM. kemandiriannya. Peran yang dimaksud yaitu
Kehadiran peneliti di lapangan dalam orang tua sebagai pendidik yang memberikan
sebuah penelitian kualitatif adalah suatu latihan serta kesempatan kepada anak autis
keharusan, karena peneliti mengumpulkan dalam kegiatan mandi dan berpakaian, orang
data yang mereka butuhkan dengan sendiri tua sebagai pendukung di kegiatan mandi dan
melalui sebuah observasi maupun wawancara berpakaian, orang tua sebagai fasilitator untuk
dengan para informan. perkembangan anak, serta orang tua sebagai
Subyek penelitian terdiri dari tiga orang contoh bagi anak autis dalam kegiatan mandi
yang merupakan ayah, ibu, serta pengasuh dan berpakaian. Namun ada faktor yang
dari siswa T. Lokasi dalam penelitian ini menghambat orang tua dalam melakukan
dilaksanakan di dua tempat, yaitu sekolah perannya untuk mengembangkan kemandirian
siswa T yang bertempat di SLB Autis anak autis yaitu keterbatasan waktu yang
Laboratorium UM dan dirumah siswa T yang dimiliki orang tua dengan anaknya karena
bertempat di Kota Malang. adanya pekerjaan yang dilakukannya diluar
Menurut Lofland dan Lofland (1984: rumah. Hal ini menyebabkan komunikasi
47), sumber data utama penelitian kualitatif yang terjalin antara anak dengan orang tua
adalah kata-kata dan tindakan, dan selebihnya tidak dapat berjalan baik. Oleh karena itu
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 5

dengan keterbatasan waktu tersebut yang untuk mendukung anak-anak mereka.


menyebabkan orang tua tidak maksimal dalam Dukungan yang diberikan orang tua kepada
melakukan peran yang seharusnya dilakukan anaknya akan berdampak positif bagi
secara langsung. Selanjutnya, tingkat perkembangan kemandiriannya. Mendukung
kemandirian pada siswa T menunjukkan hasil setiap bentuk pekerjaan mandiri yang
yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari dilakukan anak-anak adalah kunci dalam
masing-masing 10 aspek pada kegiatan mandi menciptakan rasa percaya diri anak-anak.
dan berpakaian terlihat ada 4 aspek dalam Ada dan tidak adanya pemberian
kegiatan mandi dan 8 aspek pada kegiatan dukungan pun menciptakan pengaruh yang
berpakaian yang siswa T sudah dapat berbeda terhadap anak. Dengan adanya
melakukannya secara mandiri. dukungan yang diberikan oleh orang tua serta
orang-orang yang berada disekitarnya akan
Pembahasan membuat anak lebih merasa percaya diri
untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan
Peran orang tua dalam mengembangkan sebaliknya jika dukungan yang diberikan
kemandirian anak autis sangat dibutuhkan kurang maka akan membuat anak memiliki
karena orang tua memiliki peran utama dalam rasa khawatir dan takut untuk melakukan
mendidik anak, mengasuh anak, membesarkan sesuatu secara mandiri.
serta mendidik anak (Apsari, 2015). Dalam Ketiga, yaitu orang tua sebagai
mengembangkan kemandirian anak autis, fasilitator. Peran orang tua sebagai fasilitator
orang tua memiliki beberapa peran. merupakan hal yang penting dalam
Pertama, yaitu orang tua sebagai mengembangkan kemandirian anak autis.
pendidik. Orang tua merupakan seseorang Asmanita (2019) fasilitas merupakan salah
yang memiliki tanggung jawab besar satu cara untuk mendukung proses belajar
mendidik anak. Orang tua juga merupakan anak. Semakin banyak fasilitas yang diberikan
orang yang bertanggung jawab atas orang tua, semakin besar kemungkinan anak
perkembangan dan kemajuan yang terjadi akan berhasil. Dalam hal ini fasilitas yang
pada anaknya. diberikan anak adalah fasilitas yang dapat
Dalam pendidikan anak, orang tua mendukung perkembangan kemandiriannya.
memiliki peran dalam pembentukan dasar- Bentuk fasilitas yang dimaksud dapat dalam
dasar dalam kecakapan hidup. Dalam hal berbagai macam.
mengembangkan kemandirian anak autis, Menurut Anurraga (2018), pemberian
peran orang tua sebagai pendidik yang fasilitas untuk kegiatan belajar anak dapat
khususnya memberikan latihan dan mempengaruhi motivasi belajar anak. Dalam
kesempatan merupakan faktor yang sangat memberikan fasilitas kepada anak, hendaknya
penting. Hal tersebut menurut Sari, dkk orang tua memberikannya sesuai dengan
(2019), orang tua hendaknya memberikan kebutuhan anak agar fasilitas yang diberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan memiliki nilai positif bagi perkembangan
segala sesuatu secara mandiri tanpa merasa kemandiriannya.
cemas dan menunjukkan sikap positif agar Keempat, yaitu orang tua sebagai
tercipta rasa percaya diri yang baik pada anak. contoh. Menurut Sari, dkk (2019), orang tua
Kedua, yaitu orang tua sebagai merupakan sosok yang mudah ditiru oleh
pendukung. Menurut Asmanita (2019), anak anak. Apsari (2015) menjelaskan peran orang
akan mulai berkembang melalui proses-proses tua sebagai contoh atau model adalah orang
yang terjadi di lingkungannya. Lingkungan tua akan selalu menjadi figur terpenting yang
pertama dan terdekat bagi anak adalah dilihat anak. Dengan cara ini orang tua harus
keluarga. Orang tua adalah pribadi yang layak menjadi contoh dan teladan yang baik di
6 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….

rumah bagi anak-anak dalam berbagai aspek dengan mengkomunikasikan mengenai hal-hal
keterampilan dan perilaku mereka sehingga yang terjadi pada anaknya dengan pengasuh.
anak-anak dapat belajar hal-hal baik di rumah. Menurut Lolitha (2020) ada beberapa
Dalam mengembangkan kemandirian hal yang harus dilakukan oleh orang tua dan
anak autis peran orang tua sebagai contoh pengasuh untuk berkomunikasi. Yang
sangat dibutuhkan. Contoh yang diberikan pertama, yaitu keterbukaan. Komunikasi
berulang-ulang oleh orang tua akan antara orang tua dan pengasuh harus saling
menimbulkan pengaruh positif pada anak terbuka dalam mengasuh anak. Apa pun yang
seperti anak akan lebih cepat dalam belajar terjadi pada anak hari itu, pengasuh
mandiri. Selain itu, pemberian contoh juga harusmenyampaikan kepada orang tua agar
merupakan langkah utama dalam melatih orang tua tahu apa yang terjadi pada anak
kemandirian anak autis karena pemberian mereka setiap hari.
contoh secara langsung akan menimbulkan Kedua, empati yaitu sikap empatik yang
rasa tertarik dalam diri anak untuk meniru apa ada antara orang tua dan pengasuh terdiri dari
yang sedang dilakukan oleh orang tuanya saling mengetahui perasaan masing-masing.
maupun orang yang berada disekitarnya. Misalnya, jika orang tua harus menjemput
Dengan melakukan empat peran anak mereka dari pengasuh pada malam hari
penting tersebut akan menimbulkan pengaruh karena urusan yang belum selesai, pengasuh
positif terhadap perkembangan kemandirian harus tetap setia untuk menjaga anak dan
anak autis. Namun banyak faktor yang selama menunggu penjemputan tanpa merasa
ini timbul dan menghambat orang tua untuk terganggu karena mereka harus bekerja
melakukan perannya dalam mengembangkan lembur untuk menjaga anak.
kemandirian anak autis. Yang ketiga, yaitu sikap saling
Salah satu faktor yang menghambat mendukung. Saling mendukung dari orang tua
adalah kurangnya waktu kebersamaan yang dan pengasuh dalam menjaga dan mengasuh
dimiliki oleh orang tua dan anak. Kurangnya anak merupakan salah satu cara komunikasi
waktu yang diberikan oleh orang tua yang yang baik. Misalnya, orang tua memberikan
bekerja terhadap anaknya akan menghambat dukungan berupa dorongan pada pengasuh
mereka dalam melakukan peran-perannya untuk mengasuh anaknya yang mungkin anak
secara langsung. bersikap terlalu aktif yang membuat pengasuh
Adanya hambatan tersebut dapat diatasi kewalahan.
dengan adanya seorang pengasuh yang Keempat, sikap positif. Komunikasi
disiapkan oleh orang tua untuk antara orang tua dan pengasuh tercipta dengan
menggantikkan perannya ketika mereka sikap positif antara kedua belah pihak.
sedang bekerja diluar rumah. Namun dengan Dengan sikap positif, orang tua yang
adanya seorang pengasuh tersebut tidak menitipkan anaknya kepada pengasuh akan
berarti peran orang tua telah digantikan memiliki rasa percaya diri dalam pengasuhan
sepenuhnya. Pengasuh merupakan seseorang pengasuhan terhadap anaknya dan akan
yang mengisi peran orang tua di saat mereka membuat orang tua lebih nyaman dalam
tidak dapat mengisi peran-perannya karena menjalankan aktivitasnya.
hambatan seperti bekerja tersebut. Namun, Dan yang kelima, yaitu kesetaraan.
tidak dapat dipungkiri bahwa pengasuh dapat Melalui komunikasi yang tercipta akan
dikatakan sebagai orang tua kedua bagi anak menimbulkan munculnya kesetaraan. Orang
asuhnya. Dengan adanya pengasuh, orang tua tua tidak memandang pengasuh sebagai orang
juga dapat mengatasi absen-absennya untuk yang hanya mengasuh anaknya melainkan
melakukan peran-perannya secara langsung menganggap pengasuh sebagai orang tua
kedua bagi anak-anaknya.Dengan adanya
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 7

cara-cara berkomunikasi yang baik dan harus mampu untuk melakukan kegiatan
intensif antara pengasuh dan orang tua mandi secara mandiri tanpa bantuan orang
diharapkan akan terciptanya keselarasan di lain. Anak autis juga harus memiliki
antara mereka untuk memberikan kemampuan dalam berpakaian secara mandiri
pembelajaran mengenai kemandirian yang karena ketika anak autis tumbuh besar mereka
sejalan. Adanya pengasuh tidak pula tidak akan selamanya dibatu dalam
menjadikan orang tua terlepas dari melakukan setiap kegiatan seperti berpakaian.
kewajibannya untuk merawat, menjaga, serta Mariyanti (2012) mengatakan bahwa
mendidik anak-anaknya. Orang tua harus Standar kemandirian anak autis secara lebih
melakukan tindak lanjut yang selaras dengan rinci, yaitu saat mandi, anak autis sudah bisa
apa yang sudah dilakukan oleh pengasuh agar menyikat gigi, menggosok seluruh tubuh
tidak menimbulkan rasa kebingungan dalam dengan sabun, menggunakan sampo, dll.
diri anak autis dan juga agar perkembangan Sedangkan kriteria kemandirian dalam
anak autis lebih masimal. kegiatan berpakaian adalah melepas pakaian,
Selanjutnya, kemandirian bagi anak mengenakan pakaian, membuka kancing dan
autis sendiri menurut menurut Mariyanti mengikatnya, serta mampu meletakkan
(2012), adalah kemandirian bagi anak-anak pakaian kotor pada tempat yang telah
berarti bahwa anak dapat membantu dirinya disiapkan.
sendiri dengan kegiatan rutin sehari-hari
seperti makan, minum, mandi, ke toilet,
berpakaian dan membuka baju, memakai dan
melepas kaus kaki, dan lain sebagainya.

Gambar 2. Observasi kemampuan Siswa T dalam


memakai pakaian.

Menurut Bumin, et al (2015), anak autis


Gambar 1. Observasi kemampuan Siswa T dalam
biasanya lebih sulit melakukan bentuk-bentuk
mengeringkan rambut dan badan menggunakan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
handuk Apalagi dikatakan bahwa berpakaian, makan
dan kebersihan diri secara mandiri masih
Kemampuan untuk mandi secara membutuhkan pengawasan yang lebih agar
mandiri harus dimiliki orang setiap manusia anak merasa aman dalam melakukan
tidak terkecuali anak autis karena mandi aktivitasnya. Oleh karena itu anak autis
merupakan suatu kebutuhan dasar manusia membutuhkan sebuah pembiasaan untuk
untuk merawat tubuh. Mandi merupakan suatu mengembangkan kemandiriannya.
kegiatan yang privasi sehingga setiap orang
8 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….

Efendi (2017) mengatakan prinsip yang memberikan latihan serta kesempatan


konsistensi sangat dibutuhkan dalam kepada anak autis dalam kegiatan mandi dan
memberikan pendidikan kepada anak autis. berpakaian, orang tua sebagai pendukung di
Orang tua dari anak autis juga perlu kegiatan mandi dan berpakaian, orang tua
membekali anaknya dengan pembelajaran sebagai fasilitator untuk perkembangan anak,
yang terus menerus agar perkembangannya serta orang tua sebagai contoh bagi anak autis
berlangsung dengan baik dan sesuai. dalam kegiatan mandi dan berpakaian.
Namun, masih ada orang tua yang terhambat
dalam melakukan perannya untuk
mengembangkan kemandirian anak autis.
Faktor yang menghambat orang tua
dalam melakukan perannya untuk
mengembangkan kemandirian anak autis.
adalah kurangnya waktu yang dimiliki oleh
orang tua karena adanya pekerjaan. Orang tua
yang yang sama-sama bekerja diluar rumah
akan memiliki waktu yang lebih singkat
bersama anaknya. Hal ini menyebabkan
komunikasi yang terjalin antara orang tua dan
anak tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh
karena itu dengan keterbatasan waktu yang
Gambar 3. Observasi kemampuan Siswa T dalam dimiliki menyebabkan orang tua tidak
menggosok gigi.
maksimal dalam melakukan peran yang
seharusnya dilakukan secara langsung.
Pembiasaan-pembiasan tersebut bagi
Selanjutnya, kemandirian bagi anak
anak autis merupakan hal yang penting untuk
autis tarafnya masih sederhana. Kemandirian
mengambangkan kemandiriannya. Dengan
yang dimaksud disini adalah anak autis
pembiasaan yang diberikan oleh orang tua dan
mampu melakukan kegiatan sehari-hari
orang-orang disekitarnya akan mempercepat
seperti melakukan aktivitas mandi dan
perkembangan mereka dalam kemandirian.
berpakaian dengan sendiri. Tingkat
Keterampilan dalam melakukan kegiatan
kemandirian anak autis akan berkembang
sehari-hari bagi anak autis harus dilakukan
lebih cepat dan baik bila anak autis diberikan
secara kontinyu dan konsisten serta
pembiasan-pembiasaan secara berkelanjutan
ditekankan pada pembiasaan agar anak dapat
agar kedepannya anak autis dapat melakukan
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
segala sesuatu secara mandiri.
kedepannya.

Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran yang diajukan dalam penelitian
Kesimpulan
ini yaitu orang tua diharapkan dapat
Berdasarkan paparan data, temuan meluangkan waktu yang lebih dan di isi
penelitian, dan pembahasan yang sudah dengan kegiatan yang berguna bagi
ditampilkan sebelumnya, maka dapat ditarik perkembangan anak. Komunikasi antara orang
kesimpulan bahwa peran orang tua sangat tua dan pengasuh harus terjalin dengan baik
dibutuhkan oleh anak autis untuk agar perkembangan kemandirian pada anak
mengembangkan kemandiriannya. Peran yang autis dapat berjalan dengan baik.
dimaksud yaitu orang tua sebagai pendidik
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 9

Dan bagi peneliti selanjutnya [9] Framanta, G. (2020). Pengaruh


diharapkan dapat melakukan penelitian Lingkungan Keluarga Terhadap
Kepribadian Anak. JPdK, 1(2), 62–63.
pengembangan mengenai peran orang tua
untuk mengembangkan kemandirian anak [10] Geofanny, R. (2016). Perbedaan
autis. Dengan begitu penelitian mengenai hal Kemandirian Anak Usia Dini Ditinjau Dari
Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja (Di
tersebut akan semakin banyak dan dapat Kecamatan Samarinda Kota).
dijadikan referensi-referensi mengenai peran- Ejournal.Psikologi.Fisip-Unmul.Ac.Id,
peran orang tua dalam mengembangkan 4(4), 711–721.
kemandirian anak autis.
[11] Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
DAFTAR RUJUKAN Erlangga.

[1] American Psychiatric Association. (2013). [12] Ilahi, Mohammad Takdir. (2013).
Diagnostic And Statistical Manual of Pendidikan Inklusif Konsep dan
Mental Disorder Edition “DSM-5”. Aplikasi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Washinton DC: American Psychiatric
Publishing. [13] Lofland, John & Lyn. H. Lofland. (1984).
Analyzing Social Settings. California:
[2] Apsari, Y. E. (2015). Peran Orang Tua Wadsworth Publishing Company.
Dalam Mengembangkan Activity of Daily
Living Anak Autis Kelas IV SD di SLB Citra [14] Lolitha, Y. (2020). Peran Komunikasi
Mulia Mandiri. Yogyakarta: UNY. Antarpribadi Orangtua Dan Pengasuh
Terhadap Pertumbuhan Anak Balita
[3] Anurraga, H., H. (2019). Peran Orangtua Ditempat Penitipan Anak Iruka Jalan Jamin
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Ginting KM 8,5 Medan. Jurnal Social
Peserta Didik Usia 6-12 Tahun (Studi pada Opinion: Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 5
Program Home Visit di Homeschooling (1).
Sekolah Dolan Malang. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan 7 (3). [15] Mariyanti, S. (2012). Gambaran
Kemandirian Anak Penyandang Autisme.
[4] Asmanita, M. (2019). Peran Orang Tua Psikologi, 10(2).
Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia
Dini di Desa Tanjung Berugo Kecamatan [16] Papalia, D. E., Feldman Duskin, R., &
Lembah Masurai Kabupaten Merangin. Martorell, G. (2015). Perkembangan
Jambi: Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Manusia. 1–486.

[5] Bektiningsih, K. (2009). Program Terapi [17] Rizkyani, F., Adriany, V., & Syaodih, E.
Anak Autis Di Slb Negeri Semarang. (2020). Kemandirian Anak Usia Dini
Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Menurut Pandangan Guru Dan Orang Tua.
Pembelajaran, 39(2), 115501. Edukid, 16(2), 121–129.
https://doi.org/10.21831/jk.v39i2.96. https://doi.org/10.17509/edukid.v16i2.1980
5.
[6] Bumin, G., Huri, M., Salar, S., & Kayihan,
H. (2015). Occupatiobal Therapy in [18] Sari, D. R., & Rosyidah, A. Z. (2019).
Autism. Canada: Intech. Peran Orang Tua Pada Kemandirian Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan: Early
[7] Dominica. (2012). Living with Autism: Childhood. Vol 3 (1).
Solutions for Independent Living. Online.
(http://dailylivingskills.com/articles/specific- [19] Sholihah, U. (2016). Pembelajaran Bina
diagnoses-and-conditions/living-with-autism, Diri Mandi Pada Anak Autis di SLB
(diakses tanggal 7 Desember 2020). Autisma Dian Amanah Yogyakarta.
Yogyakarta: UNY.
[8] Efendi, Mohammad. (2017). Psikopedagogik
Anak Berkebutuhan Khusus. Malang:
Universitas Negeri Malang.
10 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….

[20] Sidjaja, F. F. (2015). Assesment and


diagnosis of autis in developing countries:
The Indonesian adaptation of autism
detection in early childhood (ADEC).
Queensland: University of Queensland
Australia.

[21] Sugiyono. (2018). Metode Penelitian


Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

[22] Susanto, A. (2016). Pendidikan Anak Usia


Dini. Jakarta: Bumi Aksara.

[23] Wijayani, N. A. (2013). Bina Karakter


Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Anda mungkin juga menyukai