a,b,c
Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang
bahwa ketidakmampuan anak autis tersebut dan juga memiliki kaitan dalam aspek
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk kesehatan. Sedangkan, berpakaian dengan
hidup mandiri. baik juga akan menjadikan seseorang akan
Mengembangkan kemandirian pada lebih memiliki kepercayaan pada dirinya
anak autis bertujuan agar anak dapat sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa
melakukan sendiri aktivitas dalam kegiatan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bergantung dengan orang sehari-hari secara mandiri sangat diperlukan
lain dan dengan begitu anak akan lebih bagi semua orang.
memiliki rasa percaya diri. Selain itu, anak Wiyani (2013) mengatakan bahwa
autis juga akan memiliki kebiasaan yang baik dalam pembentukan kemandirian anak
dan tertib saat melakukan aktivitas dalam diperlukan stimulasi dan dorongan agar anak
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Anak senantiasa bereksplorasi sehingga terbentuk
autis yang memiliki kemandirian yang baik rasa tanggung jawab anak. Disinilah peran
akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan orang tua sangat penting dan
lingkungan sekitarnya dan akan mampu dibutuhkandalam proses pembentukan dan
menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang pengembangan kemandirian anak.
menurutnya dapat membahayakan dirinya. Adanya peran orang tua akan
Senada dengan hasil studi pendahuluan menimbulkan sebuah usaha dalam diri anak
yang dilakukan peneliti terhadap partisipan agar mampu menggunakan setiap kemampuan
yang terlibat dalam penelitian ini yaitu orang diri anak sehingga anak akan memahami apa
tua anak autisyang mengatakan bahwa yang dapat dikerjakan olehnya dan bagaimana
kemandirian bagi anak autis cukup melakukan melaksanakan tugas-tugas baik disekolah
hal-hal sederhana dalam aktivitas sehari-hari maupun memenuhi kebutuhan hidup sehari-
seperti dapat melakukan kegiatan mandi, hari.
berpakaian, makan, dan lain sebagainya Selain itu, orang tua juga berperan
dengan bantuan yang sangat sedikit. Di dalam membentuk kebiasaan dalam
tuturkan oleh orang tua siswa T bahwa kehidupan anak. Pembentukan kebiasaan
menurut mereka tujuan dari membiasakan adalah pengembangan keterampilan untuk
anak autis melakukan aktivitas sehari-hari menggerakkan sesuatu atau melakukan
secara mandiri agar anak autis dapat survive sesuatu seperti kegiatan sehari-hari yaitu cara
di kehidupan masyarakat yang lebih luas. membersihkan diri, cara berpakaian, dan lain-
Menurut Bumin, et al (2015), lain. Dengan kebiasaan tersebut, seseorang
kemampuan merawat diri sendiri juga akan menciptakan sikap tertentu yang
meliputi mandi, berpakaian, kebersihan diri, terbentuk pada diri anak dan kebiasaan
makan, berjalan, dan saat menggunakan kursi tersebut lambat laun akan berkembang,
roda dapat berpindah dari tempat tidur ke menjadi lebih kuat dan akhirnya menjadi
kursi roda, dan sebaliknya, serta dapat terkait dengan kepribadiannya (Framanta,
mengontrol buang air kecil dan besar. Setelah 2020).
masa bayi selesai, bayi mulai makan dengan Dalam penelitian yang dilakukan oleh
peralatan makan dan tidak menumpahkan Sholihah (2016) menyimpulkan bahwa faktor
makanannya, bayi mulai berpakaian dan yang menghambat perkembangan
membuka pakaian, mereka dapat mandi kemandirian anak autis khususnya dalam
dengan urutan yang benar dan mereka dapat kegiatan mandi salah satunya adalah
menyisir rambut tanpa bantuan (Hurlock, kurangnya dukungan dari keluarga anak autis
1980). karena selalu melayani serta memanjakan
Kegiatan mandi ditujukan sebagai anak saat di rumah. Selain itu, menurut guru
bentuk kegiatan seseorang dalam merawat diri yang mengajar siswa autis tersebut
4 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….
rumah bagi anak-anak dalam berbagai aspek dengan mengkomunikasikan mengenai hal-hal
keterampilan dan perilaku mereka sehingga yang terjadi pada anaknya dengan pengasuh.
anak-anak dapat belajar hal-hal baik di rumah. Menurut Lolitha (2020) ada beberapa
Dalam mengembangkan kemandirian hal yang harus dilakukan oleh orang tua dan
anak autis peran orang tua sebagai contoh pengasuh untuk berkomunikasi. Yang
sangat dibutuhkan. Contoh yang diberikan pertama, yaitu keterbukaan. Komunikasi
berulang-ulang oleh orang tua akan antara orang tua dan pengasuh harus saling
menimbulkan pengaruh positif pada anak terbuka dalam mengasuh anak. Apa pun yang
seperti anak akan lebih cepat dalam belajar terjadi pada anak hari itu, pengasuh
mandiri. Selain itu, pemberian contoh juga harusmenyampaikan kepada orang tua agar
merupakan langkah utama dalam melatih orang tua tahu apa yang terjadi pada anak
kemandirian anak autis karena pemberian mereka setiap hari.
contoh secara langsung akan menimbulkan Kedua, empati yaitu sikap empatik yang
rasa tertarik dalam diri anak untuk meniru apa ada antara orang tua dan pengasuh terdiri dari
yang sedang dilakukan oleh orang tuanya saling mengetahui perasaan masing-masing.
maupun orang yang berada disekitarnya. Misalnya, jika orang tua harus menjemput
Dengan melakukan empat peran anak mereka dari pengasuh pada malam hari
penting tersebut akan menimbulkan pengaruh karena urusan yang belum selesai, pengasuh
positif terhadap perkembangan kemandirian harus tetap setia untuk menjaga anak dan
anak autis. Namun banyak faktor yang selama menunggu penjemputan tanpa merasa
ini timbul dan menghambat orang tua untuk terganggu karena mereka harus bekerja
melakukan perannya dalam mengembangkan lembur untuk menjaga anak.
kemandirian anak autis. Yang ketiga, yaitu sikap saling
Salah satu faktor yang menghambat mendukung. Saling mendukung dari orang tua
adalah kurangnya waktu kebersamaan yang dan pengasuh dalam menjaga dan mengasuh
dimiliki oleh orang tua dan anak. Kurangnya anak merupakan salah satu cara komunikasi
waktu yang diberikan oleh orang tua yang yang baik. Misalnya, orang tua memberikan
bekerja terhadap anaknya akan menghambat dukungan berupa dorongan pada pengasuh
mereka dalam melakukan peran-perannya untuk mengasuh anaknya yang mungkin anak
secara langsung. bersikap terlalu aktif yang membuat pengasuh
Adanya hambatan tersebut dapat diatasi kewalahan.
dengan adanya seorang pengasuh yang Keempat, sikap positif. Komunikasi
disiapkan oleh orang tua untuk antara orang tua dan pengasuh tercipta dengan
menggantikkan perannya ketika mereka sikap positif antara kedua belah pihak.
sedang bekerja diluar rumah. Namun dengan Dengan sikap positif, orang tua yang
adanya seorang pengasuh tersebut tidak menitipkan anaknya kepada pengasuh akan
berarti peran orang tua telah digantikan memiliki rasa percaya diri dalam pengasuhan
sepenuhnya. Pengasuh merupakan seseorang pengasuhan terhadap anaknya dan akan
yang mengisi peran orang tua di saat mereka membuat orang tua lebih nyaman dalam
tidak dapat mengisi peran-perannya karena menjalankan aktivitasnya.
hambatan seperti bekerja tersebut. Namun, Dan yang kelima, yaitu kesetaraan.
tidak dapat dipungkiri bahwa pengasuh dapat Melalui komunikasi yang tercipta akan
dikatakan sebagai orang tua kedua bagi anak menimbulkan munculnya kesetaraan. Orang
asuhnya. Dengan adanya pengasuh, orang tua tua tidak memandang pengasuh sebagai orang
juga dapat mengatasi absen-absennya untuk yang hanya mengasuh anaknya melainkan
melakukan peran-perannya secara langsung menganggap pengasuh sebagai orang tua
kedua bagi anak-anaknya.Dengan adanya
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 7
cara-cara berkomunikasi yang baik dan harus mampu untuk melakukan kegiatan
intensif antara pengasuh dan orang tua mandi secara mandiri tanpa bantuan orang
diharapkan akan terciptanya keselarasan di lain. Anak autis juga harus memiliki
antara mereka untuk memberikan kemampuan dalam berpakaian secara mandiri
pembelajaran mengenai kemandirian yang karena ketika anak autis tumbuh besar mereka
sejalan. Adanya pengasuh tidak pula tidak akan selamanya dibatu dalam
menjadikan orang tua terlepas dari melakukan setiap kegiatan seperti berpakaian.
kewajibannya untuk merawat, menjaga, serta Mariyanti (2012) mengatakan bahwa
mendidik anak-anaknya. Orang tua harus Standar kemandirian anak autis secara lebih
melakukan tindak lanjut yang selaras dengan rinci, yaitu saat mandi, anak autis sudah bisa
apa yang sudah dilakukan oleh pengasuh agar menyikat gigi, menggosok seluruh tubuh
tidak menimbulkan rasa kebingungan dalam dengan sabun, menggunakan sampo, dll.
diri anak autis dan juga agar perkembangan Sedangkan kriteria kemandirian dalam
anak autis lebih masimal. kegiatan berpakaian adalah melepas pakaian,
Selanjutnya, kemandirian bagi anak mengenakan pakaian, membuka kancing dan
autis sendiri menurut menurut Mariyanti mengikatnya, serta mampu meletakkan
(2012), adalah kemandirian bagi anak-anak pakaian kotor pada tempat yang telah
berarti bahwa anak dapat membantu dirinya disiapkan.
sendiri dengan kegiatan rutin sehari-hari
seperti makan, minum, mandi, ke toilet,
berpakaian dan membuka baju, memakai dan
melepas kaus kaki, dan lain sebagainya.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran yang diajukan dalam penelitian
Kesimpulan
ini yaitu orang tua diharapkan dapat
Berdasarkan paparan data, temuan meluangkan waktu yang lebih dan di isi
penelitian, dan pembahasan yang sudah dengan kegiatan yang berguna bagi
ditampilkan sebelumnya, maka dapat ditarik perkembangan anak. Komunikasi antara orang
kesimpulan bahwa peran orang tua sangat tua dan pengasuh harus terjalin dengan baik
dibutuhkan oleh anak autis untuk agar perkembangan kemandirian pada anak
mengembangkan kemandiriannya. Peran yang autis dapat berjalan dengan baik.
dimaksud yaitu orang tua sebagai pendidik
Adinda Ekky Pratiwi, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Autis. 9
[1] American Psychiatric Association. (2013). [12] Ilahi, Mohammad Takdir. (2013).
Diagnostic And Statistical Manual of Pendidikan Inklusif Konsep dan
Mental Disorder Edition “DSM-5”. Aplikasi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Washinton DC: American Psychiatric
Publishing. [13] Lofland, John & Lyn. H. Lofland. (1984).
Analyzing Social Settings. California:
[2] Apsari, Y. E. (2015). Peran Orang Tua Wadsworth Publishing Company.
Dalam Mengembangkan Activity of Daily
Living Anak Autis Kelas IV SD di SLB Citra [14] Lolitha, Y. (2020). Peran Komunikasi
Mulia Mandiri. Yogyakarta: UNY. Antarpribadi Orangtua Dan Pengasuh
Terhadap Pertumbuhan Anak Balita
[3] Anurraga, H., H. (2019). Peran Orangtua Ditempat Penitipan Anak Iruka Jalan Jamin
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Ginting KM 8,5 Medan. Jurnal Social
Peserta Didik Usia 6-12 Tahun (Studi pada Opinion: Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 5
Program Home Visit di Homeschooling (1).
Sekolah Dolan Malang. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan 7 (3). [15] Mariyanti, S. (2012). Gambaran
Kemandirian Anak Penyandang Autisme.
[4] Asmanita, M. (2019). Peran Orang Tua Psikologi, 10(2).
Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia
Dini di Desa Tanjung Berugo Kecamatan [16] Papalia, D. E., Feldman Duskin, R., &
Lembah Masurai Kabupaten Merangin. Martorell, G. (2015). Perkembangan
Jambi: Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Manusia. 1–486.
[5] Bektiningsih, K. (2009). Program Terapi [17] Rizkyani, F., Adriany, V., & Syaodih, E.
Anak Autis Di Slb Negeri Semarang. (2020). Kemandirian Anak Usia Dini
Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Menurut Pandangan Guru Dan Orang Tua.
Pembelajaran, 39(2), 115501. Edukid, 16(2), 121–129.
https://doi.org/10.21831/jk.v39i2.96. https://doi.org/10.17509/edukid.v16i2.1980
5.
[6] Bumin, G., Huri, M., Salar, S., & Kayihan,
H. (2015). Occupatiobal Therapy in [18] Sari, D. R., & Rosyidah, A. Z. (2019).
Autism. Canada: Intech. Peran Orang Tua Pada Kemandirian Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan: Early
[7] Dominica. (2012). Living with Autism: Childhood. Vol 3 (1).
Solutions for Independent Living. Online.
(http://dailylivingskills.com/articles/specific- [19] Sholihah, U. (2016). Pembelajaran Bina
diagnoses-and-conditions/living-with-autism, Diri Mandi Pada Anak Autis di SLB
(diakses tanggal 7 Desember 2020). Autisma Dian Amanah Yogyakarta.
Yogyakarta: UNY.
[8] Efendi, Mohammad. (2017). Psikopedagogik
Anak Berkebutuhan Khusus. Malang:
Universitas Negeri Malang.
10 JPPPLB, VOLUME …. , NOMOR …. , TAHUN…….