Anda di halaman 1dari 12

PEDAGOGI: JurnalAnakUsiaDinidanPendidikanAnakUsiaDini

Volume 6 Nomor 2 Agustus 2020


P-ISSN: 2599-0438; E-ISSN: 2599-042X

PENGARUH POLA ASUH PERMISIF TERHADAP


KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI

‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah


Pascasarjana PAUD, UNY
azizahmuthi36@gmail.com, p ujiyanti@uny.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh
permisif terhadap kemandirian anak usia dini. Penelitian ini termasuk pada
kategori penelitian kualitatif (field research). Kemudian jika ditinjau dari
segi sifatnya maka penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus yaitu metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seseorang secara lengkap dan mendalam dengan tujuan
memahami individualitas dengan baik dan membantunya dalam
perkembangan selanjutnya. Dengan demikian tentunya penulis
mendeskripsikan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan dan tanpa
adanya penyimpangan data, sehingga semua data yang diteliti sesuai
dengan fakta-fakta sebenarnya. Hasil penelitian adalah Pola asuh permisif
tidak selalu menghasilkan kemandirian anak yang kurang baik apabila
diimbangi dengan lingkungan yang baik. Kemandirian sendiri juga dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Apabila faktor lingkungan baik, serta
orangtua dapat menerapkan perilaku yang baik pula agar dicontoh oleh
anaknya, maka kemandirian bisa berhasil diterapkan dalam segala aspek
pola asuh. Jadi, pola asuh permisif tidak sepenuhnya memberikan dampak
kemandirian anak yang kurang. Akan tetapi faktor lingkungan juga perlu
diperhatikan.

Kata Kunci: Pola asuh, Permisif Indulgent, Kemandirian Anak Usia


Dini

Abstract
The purpose of this study was to determine the permissive
parenting style of early childhood independence. This research belongs to
the category of qualitative research (field research). Then when viewed
from the aspect of its nature, this research includes qualitative research
with a case study method that is a method to study the state and
development of a person in a complete and in-depth with the aim of
understanding individuality well and helping it in further development.
Thus of course the author describes as it is happening in the field and
without any data deviations, so that all the data examined are in accordance
with the actual facts. The results of the study are permissive parenting
indulgents do not always result in the lack of independence of children.
Independence itself can also be influenced by environmental factors. If
environmental factors are good, and parents can apply good behavior so
that their children can emulate, then independence can be successfully

81
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

applied in all aspects of parenting. So, permissive parenting does not fully
impact the lack of independence of children. However, environmental
factors also need to be considered.

Keywords: Parenting, Permissive Indulgent, Independence of Early


Childhood

PENDAHULUAN permasalahan dalam keluarga


Di Indonesia pengasuhan anak (Hauck, 1993).
dalam keluarga mengalami pergeseran, Permasalahan keluarga
sehingga menimbulkan dampak ini akan berdampak langsung
permasalahan. Keluarga sebagai unit pada permasalahan anak. Salah
terkecil dalam masyarakat memegang satu permasalahan anak akibat
peranan penting dalam upaya permasalahan keluarga adalah
meningkatkan kesejahteraan anak yang berkonflik dengan
masyarakat yang lebih lanjut hukum (Braza, 2013).
diharapkan mengurangi timbulnya Berdasarkan data bersumber dari
masalah-masalah sosial Ditjen Lembaga
(kajianpustaka). Karena itu keluarga Pemasyarakatan, Kementerian
sebagai lembaga pertama dalam Hukum dan HAM RI, bahwa
kehidupan anak akan memberikan pola jumlah anak yang berada di
dan corak bagi konsep diri anak yang lembaga penahanan dan lembaga
berbeda-beda sesuai dengan pemasyarakatan pada tahun 2011
perkembangannya (Helmawati, 2014). berjumlah 6.141, tahun 2012
Pengalaman interaksi dalam keluarga berjumlah 5.226 dan tahun 2013
akan menentukan pola tingkah laku berjumlah 4.953 (Ditjenpas,
anak terhadap orang lain dalam 2014). Laporan Pendataan Pusat
masyarakat (Fonta, 2020). Sebagai Data dan Informasi Kementerian
contoh adalah tuntutan pekerjaan orang Sosial RI menunjukkan bahwa,
tua yang sangat sibuk mengakibatkan faktor kemiskinan menempati
perhatian terhadap anak menjadi urutan tertinggi yaitu 29,35
kurang dan orang tua cenderung persen disusul oleh faktor
memberikan anak gadget untuk lingkungan sebanyak 18.07
menghiburnya, namun ada dampak dari persen, salah didik sebesar 11, 3
penggunaan gadget. Walaupun satu persen, keluarga tidak harmonis
rumah, bapak, ibu dan anak sangat sebesar 8,9 persen dan minimnya
kurang dalam berkomunikasi karena pendidikan agama hanya 7,28
masing-masing sibuk dengan persen (Pusdatin, 2008).
gadgetnya (Wartanews). Kesalahan
interaksi dalam keluarga yang Dari permasalahan yang
dikarenakan kurang optimalnya telah dikemukakan, penulis
anggota keluarga dalam melaksanakan merasa tertarik untuk meneliti
peran dan fungsinya masing-masing dan menelaah lebih lanjut
dapat menimbulkan berbagai mengenai Pola Asuh Permisif
terhadap kemandirian anak usia

82
Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap
Kemandirian Anak Usia Dini

dini. Penulis tertarik pada tema tersebut bertindak sesuai dengan


karena terdapat salah satu dari anggota keinginan anaknya (Levine,
keluarga penulis yang menerapkan 2014). Sekiranya orangtua
pola asuh dan bagaimana pengaruhnya membuat sebuah peraturan
terhadap kemandirian anak itu sendiri. tertentu namun anak-anaknya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk tidak menyetuji atau tidak
mengetahui pengaruh dari pola asuh mematuhinya, maka orangtua
permisif terhadap kemandirian anak. cenderung akan bersikap
mengalah dan akan mengikuti
Pola Asuh Permisif
kemauan anak-anaknya (Pratt,
Maccoby & Martin dalam 2004). Orang tua yang seperti
Santrock (2002) menjelaskan demikian umumnya membiarkan
Permissive sebagai suatu gya anaknya untuk menentukan
pengasuhan dimana orang tua sangat tingkah lakunya sendiri, mereka
terlibat dalam kehidupan anak-anak tidak menggunakan kekuasaan
mereka dengan menetapkan sedikit atau wewenangnya sebagai
batas atau kendali terhadap mereka. orangtua dengan tegas saat
Pengasuhan yang permissive mengasuh dan membesarkan
diasosiasikan dengan inkompetensi anaknya (Olson dkk, 2011).
social anak, khususnya kurangnya
Pola Asuh Permisif ditandai
kendali diri (Berns, 2011). Orangtua
dengan cara orang tua mendidik
membiarkan anak-anak mereka
anak yang cenderung bebas,
melakukan apa saja yang mereka
anak dianggap sebagai orang
inginkan, dan akibatknya ialah anak-
dewasa atau muda, ia diberikan
anak tidak pernah belajar
kelonggaran seluas-luasnya
mengendalikan perilaku mereka
untuk melakukan apa saja yang
sendiri dan selalu mengharapkan
dikehendaki. Pola asuh ini
kemauan mereka dituruti (Bester,
memberikan pengawasan yang
2015). Pada anak kemudian hari akan
sangat longgar (Brooks, 2011).
mengalami kesulitan mengendalikan
Memberikan kesempatan pada
perilaku mereka (McGregor, 2017).
anaknya untuk melakukan
Pola asuh ini mengutamakan
sesuatu tanpa pengawasan yang
kebebasan, dan anak diberikan
sukup darinya (Fonta, 2020).
kebebasan penuh untuk
Namun orang tua tipe ini
mengungkapkan keinginan dan
biasanya bersifat hangat,
kemauannya dalam memilih (Ko,
sehingga seringkali disukai anak.
2019). Orangtua akan selalu memantau
segala keinginan dan kemauan yang Pada pola asuh permisif,
dipilih anak. Pada dasarnya orangtua bila anak dapat mengatur seluruh
dalam pola ini akan menuruti kehendak pemikiran, sikap, dan tidakannya
anak dan kerangka pemikiran dengan baik, kemungkinan
melandasi pandangan orangtua yang kebebasan yang diberikan oleh
memandang bahwa setiap manusia orang tua dapat dipergunakan
dilahirkan sudah memiliki kebutuhan untuk mengembangkan
dasar pribadi yang menuntut untuk kreativitas dan bakatnya,
dipenuhi (dalam Santrock, 2002). sehingga ia bisa menjadi
Orang tua akan memberikan kebebasan individu yang dewasa, inisiatif,
penuh kepada anak-anaknya untuk dan kreatif (Chemagosi, 2016).

83
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

Namun kenyataannya banyak anak 7. Kontrol diri. (Havighurst.


yang malah menyalahgunakan 1972; Agus, Ds. 2009)
kebebasan tersebut, sehingga anak Kemandirian anak usia dini
cenderung melakukan tidakan- dapat dilihat dari pembiasaan
tindakan yang melanggar nilai perilaku dan kemampuan anak
(Papalia, 2015) dalam kemampuan fisik, percaya
Menurut Maccoby & Mcloby ada diri, bertanggung jawab, disiplin,
beberapa faktor yang mempengaruhi pandai bergaul, mau berbagi,
pola asuh orang tua yaitu: mengendalikan emosi (Diane,
2013). Kemandirian anak taman
1. Sosial ekonomi.
kanak-kanak indikatornya
2. Pendidikan.
adalah pembiasaan yang terdiri
3. Nilai-nilai agama yang dianut orang
dari kemampuan fisik, percaya
tua.
diri, tanggung jawab, disiplin,
4. Kepribadian.
pandai bergaul, mau berbagi,
5. Jumlah anak.
mengendalikan emosi (Brewer,
Kemandirian Anak Usia Dini 2013)
Anak yang mandiri mempunyai Kemandirian anak usia dini
kecenderungan memecahkan masalah dapat dilihat dari setidaknya
dari pada berkutat dalam kekhawatiran tujuh indikator yaitu sebagai
bila terlibat maslaah. Anak yang berikut (Juliane, 2018):
mandiri tidak takut dalam mengambil 1. Kemampuan fisik.
resiko karena sudah 2. Percaya diri.
mempertimbangkan hasil sebelum 3. Bertanggung jawab.
berbuat. Anak percaya terhadap 4. Disiplin
penilaian sendiri, sehingga tidak 5. Pandai bergaul.
sedikit-sedikit bertanya ataupun 6. Saling berbagi.
meminta bantuan. Anak mempunyai 7. Mengendalikan emosi.
kontrol yang lebih baik terhadap Adapun faktor-faktor yang
kehidupannya (Crawford, 2017). mempengaruhi kemandirian
Kemandirian dibagi ke dalam lima a. Faktor internal
komponen (Helmawati, 2014) yaitu: 1. Faktor peran jenis
1. Bebas. kelamin.(Buliung, 2017).
2. Progresif. 2. Faktor kecerdasan atau
3. Inisiatif intelegensi. (Sharmin,
4. Terkendali dari dalam 2020).
5. Kemantapan diri (harga diri dan 3. Faktor perkembangan
percaya diri). (Scheiner, 2019).
Aspek-aspek kemandirian anak dapat b. Faktor eksternal
dikategorikan sebagai berikut (Aziz, 1. Faktor pola asuh
2015): (Buliung, 2017).
1. Kebebasan. 2. Faktor social budaya
2. Inisiatif. (Scheiner, 2019).
3. Percaya diri.
4. Tanggung jawab. METODE
5. Ketegasan diri. Jika dilihat dari sumber
6. Pengambilan keputusan. data (data penelitian kualitatif

84
Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap
Kemandirian Anak Usia Dini

berbentuk teks, foto, cerita, gambar, Metode interview yang


artifacts dan data disini bukan berupa akan dilakukan penulis yaitu
angka hitung-hitungan) (Raco, 2010) mengajukan pertanyaan kepada
bahwa penelitian ini termasuk pada informan berdasarkan pedoman
kategori penelitian kualitatif (field interview tertulis yang sudah
research) (Joko, 1991). Kemudian jika disiapkan sebelumnya secara
ditinjau dari segi sifatnya maka lengkap dan cermat, dengan
penelitian ini termasuk penelitian keadaan suasana yang tidak
kualitatif dengan metode studi kasus formal. Pada sat melakukan
yaitu metode untuk mempelajari pengambilan data interview
keadaan dan perkembangan seseorang penulis menggunakan alat bantu
secara lengkap dan mendalam dengan perekam handphone Oppo A38
tujuan memahami individualitas yang didalamnya sudah support
dengan baik dan membantunya dalam dengan aplikasi kamera dan
perkembangan selanjutnya (Basrowi, perekam suara, hal ini untuk
2008). Dengan demikian tentunya mengantisipasi jika dikemudian
penulis mendeskripsikan sebagaimana hari penulis lupa dengan hasil
adanya yang terjadi di lapangan dan interviewnya. Adapun jenis
tanpa adanya penyimpangan data, wawancara yang digunakan oleh
sehingga semua data yang diteliti sesuai penulis adalah wawancara
dengan fakta-fakta sebenarnya. semistruktur. Karena penulis
Subjek penelitian adalah menganggap dengan wawancara
sumber data penelitian dimana data itu semistruktur pelaksanaan
diperoleh (Suharsi, 1991) yang dalam penelitian akan terkesan lebih
penelitian ini yaitu responden tersebut bebas dan nyaman bagi subjek
merupakan sebuah keluarga yang yang merupakan keluarga
berada di lingkungan peneliti. peneliti.
Mengingat ada pertimbangan waktu, Jenis dokumentasi yang
tenaga dan dana yang terbatas. digunakan yaitu dengan media
Sedangkan yang dimaksud objek dalam photografi yang berguna untuk
penelitian ini adalah bentuk pola asuh melengkapi data yang diperoleh
permisif terhadap perkembangan anak dari hasil observasi ataupun
usia dini. Teknik pengumpulan data wawancara sebagai bukti atas
yang digunakan penulis yaitu melalui kevaliditasan data.
teknik observasi, wawancara, Penelitian ini
dokumentasi, dan analisis data. menggunakan analisis kualitatif,
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara data yang telah
observasi, penulis mengamati orang tua dihimpun kemudian disusun
dalam mengasuh anak-anaknya, secara sistematis,
melalui proses interaksi orang tua dan diinterpretasikan, dan dianalisis
anak. Observasi dilakukan dari anak sehingga dapat menjelaskan
baru lahir hingga sekarang berusia 5 pengertian dan pemahaman
tahun. Hal ini dikarenakan subjek tentang gejala yang diteliti. Ada 3
adalah salah satu keluarga dari peneliti. komponen analisis data yang
Pengamatan ini bertujuan untuk digunakan untuk melakukan
memperkuat data yang diperoleh dari analisis tersebut, yaitu: (1)
hasil wawancara. reduksi data merupakan proses
penyeleksian, pemfokusan

85
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

perhatian pada penyederhanaan juga pegiat agama (ustadz,


pengabstarakan dan pentransformasian ustadzah, maupun ibu-ibu/bapak-
data kasar yang dihasilkan dari bapak yang ikut pengajian).
lapangan. Proses ini dilakukan selama Mayoritas agama yang dianut di
penelitian berlangsung dampai laporan lingkungan anak adalah islam.
akhir tersusun dengan lengkap. (2) Selain itu, rumah tersebut dekat
Penyajian data penelitian merupakan dengan masjid, lapangan sepak
sekumpulan informasi tersusun yang bola dan juga sekolah.
memungkinkan untuk menarik Anak berjenis kelamin laki-
kesimpulan dan pengambilan tindakan, laki dan berusia 5 tahun serta
sehingga penulis akan mudah dalam bersekolah di TK Swasta Islam.
memahami yang sedang terjadi dan apa Anak memiliki kakak laki-laki
yang harus dilakukan. (3) Penarikan yang sekarang duduk di bangku
kesimpulan dari permulaan SMP kelas 7. Pendidikan terakhir
pengumpulan data. Pada tahap ini orangtua anak adalah SMA.
penulis harus mengerti apa arti dari hal- Pekerjaan ayah adalah swasta,
hal yang ditelitinya, dengan cara sedangkan ibu adalah ibu rumah
pencatatan peraturan, pola-pola, tangga. Saat ini anak tinggal
pernyataan konfigurasi yang mapan dan bersama ibu dan kakaknya,
arahan sebab-akibat sehingga sedangkan ayahnya bekerja di
memudahkan dalam pengambilan luar kota. Ayah anak pulang
kesimpulan. Maka dari itu makna- sebulan sekali atau 2 minggu
makna yang muncul dari data harus sekali.
selalu diuji agar kevaliditasannya Hasil dari observasi dari
terjamin anak lahir hingga usia sekarang
Dari ketiga analisis data diatas (5 tahun) dan juga berdasarkan
dapat disimpulkan yaitu setelah adanya wawancara dari orangtua dan
proses pencarian dan proses orang terdekat anak (tetangga,
pengumpulan data-data penelitian dari nenek, kakak) maka dapat
hasil wawancara, dokumentasi dan diinterpretasikan sebagai berikut:
observasi yang diperoleh, penulis mulai Orangtua menerapkan pola
mengklasifikasikan data-data menurut asuh permisif karena orang tua
kategori masing-masing, hal ini ingin memberikan kebebasan
dilakukan bertujuan untuk kepada anak. Orangtua percaya
menghasilkan berbagai jawaban dari penuh kepada anak untuk
permasalahan dan juga untuk melakukan apapun yang
memperoleh kesimpulan yang bersifat diinginkan anak. Pola asuh yang
umum ke khusus. dilakukan orangtua berlangsung
secara natural dan tidak dibuat-
HASIL DAN PEMBAHASAN buat, sehingga anak mampu
Hasil memahami maksud dari
Anak tinggal bersama orangtuanya keinginan orang tua melalui
di Kelurahan Banyuanyar Kecamatan kebiasaan dan ajaran yang
Banjarsari Kota Surakarta. Rumah diberikan kepada anak. Selain
tempat tinggal anak berkawasan di itu, ketika orangtua memberikan
kampung yang pekerjaan rata-rata kebebasan kepada anak, orangtua
tetangganya adalah seorang pendidik juga menerapkan perilaku yang
(guru, dosen, kepala sekolah, dsb) dan

86
Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap
Kemandirian Anak Usia Dini

baik berharap si anak dapat mencontoh sendiri tanpa arahan, cebok


berilaku tersebut. sehabis buang air kecil/besar, dan
Kondisi kemandirian anak dapat menyisir rambut, mandi sendiri
digambarkan sebagai berikut: Anak (dari menyalakan shower,
mampu sikat gigi sendiri meski belum membuka keran, mengguyur
sempurna. Pada usia 2,5 tahun, anak tubuh, bersabun/bersampo dan
mampu memegang sikat gigi sendiri, membilas tubuh serta
dan sedikit arahan dari ibunya cara rambutnya), mengambil
menggosok gigi akan tetapi diakhir sesi makanan dan makan sendiri
gosok gigi, ibu akan menggosok (misalnya menyendok makanan
giginya dengan sempurna. Dan pada yang tersedia dipiring, bisa
usia 5 tahun anak mampu menggosok mengambil nasi dan lauk yang
gigi sendiri meski belum sempurna tersaji dimeja) menyiapkan dan
karena anak belum bisa mengeluarkan membereskan peralatan sendiri
pasta gigi sesuai takaran yang (membereskan buku dan
seharusnya. peralatan yang harus dibawa ke
Anak mampu buka-pakai baju sekolah, dan meletakkan sepatu
kaus dan celana berkaret, memakai di rak). Anak tersebut bisa
sepatu berperekat. Akan tetapi anak melakukan itu semua dengan
masih sedikit mengalami kendala sendiri tanpa bantuan orang
dalam hal ini. Anak masih hilang dewasa.
keseimbangan ketika menggunakan Ketika anak melakukan
celana dengan berdiri dan anak masih kegiatan diluar rumah, tak jarang
sedikit mengalami kendala tetangga menegur anak ketika
menggunakan sepatu ketika anak duduk anak melakukan kesalahan atau
dilantai. melakukan hal-hal yang
Anak mampu mandi sendiri berbahaya seperti bermain
dengan arahan, buang air kecil di toilet, sepeda dengan terlalu cepat
mencuci tangan tanpa dibantu, maupun berlari sambil bercanda
menuang air tanpa tumpah dan minum dengan temannya. Anak juga
sendiri dari gelas tanpa gagang maupun selalu melakukan sholat jama’ah
cangkir bergagang, membereskan di masjid dan mengikuti TPA
mainan usai bermain. Walaupun dengan teman-temannya.
kadang masih dibantu ibu ketika mandi
seperti ketika keramas akan tetapi Pembahasan
untuk keselurahan anak mampu Pola asuh permisif
melakukan hal tersebut sendiri. Anak merupakan sebuah gaya
mulai melakukan hal-hal tersebut pengasuhan ketika orang tua
ketika berusia 3 tahun. Anak juga sangat terlibat dengan anakanak
mampu menggunakan pisau untuk mereka, namun hanya
memotong makanan. Hal ini terbukti memberikan sedikit tuntutan atau
ketika anak membantu ibunya kendali terhadap mereka. Orang
memasak didapur. Anak mampu tua seperti ini membiarkan anak-
memotong kentang, tempe dan wortel anak mereka melakukan apa
dengan sendiri. yang mereka inginkan. Hasilnya
Anak mampu membuka pakai baju adalah bahwa anak-anak tidak
berkancing depan, buka tutup celana pernah belajar untuk
beresleting, menalikan sepatu, mandi mengendalikan perilaku mereka

87
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

sendiri dan selalu mengharapkan untuk permintaan dari anaknya tersebut


mendapatkan keinginan mereka. karena jika permintaan dari
Beberapa orang tua sengaja anaknya tidak dituruti, maka
membesarkan anak-anak mereka akibat yang ditimbulkan ialah
dengan cara ini karena mereka percaya anak akan menjadi rewel, marah,
kombinasi dari keterlibatan hangat dan ataupun menangis. Orangtua
beberapa batasan akan menghasilkan lebih memilih menuruti
anak yang kreatif dan percaya diri. keinginan anaknya dari pada
Namun, anak-anak yang orang tuanya anaknya menjadi rewel dan akan
permisif jarang belajar untuk membuat orangtua terutama ibu
menghormati orang lain dan mengalami kerepotan.
kesulitan mengendalikan perilaku Ibu mengajarkan
mereka. kemandiriran pada anak dengan
Orangtua anak pada penelitian ini cara memberikan kebebasan pada
terutama ibu dikarenakan ayah bekerja anak untuk memilih dan
diluar kota maka ibu sang anak melakukan kegiatan atau hal-hal
cenderung memberikan kebebasan yang disukai oleh anaknya,
pada anak dan hanya memberikan karena dengan begitu anak akan
sedikit tuntutan atau kendali terhadap mempunyai rasa berani dan yakin
anaknya. Anak diberikan kebebasan pada dirinya sendiri dengan
penuh dalam melakukan setiap kegiatan keputusan yang telah diambil.
yang diinginkannya, anak tidak dididik Selain itu, ibu mengajarkan
dan diasuh dengan menerapkan kemandiriran pada anak dengan
peraturan-peraturan tertentu untuk cara sering diajak komunikasi
melatihnya menjadi disiplin dan dan memberikan kesempatan
bertanggung jawab. Kebebasan yang pada anak untuk mengutarakan
diberikan subjek penelitian terhadap pendapat dan keinginannya, serta
anaknya dapat berupa: anak bebas selalu mendukung kegiatan yang
bermain tanpa adanya batasan waktu, dilakukan anak.
anak dibebaskan menonton tv atau Berdasarkan hasil
main game sesuka hatinya. Orangtua wawancara dan pengamatan
memberikan kebesasan pada anaknya dengan subjek penelitian
dengan alasan agar anak selalu merasa mengungkapkan bahwa anaknya
bahagia walaupun suaminya sibuk merupakan anak yang percaya
bekerja. Ibu tidak ingin mengasuh diri terbukti dari anaknya sangat
anaknya dengan dengan cara bersikap mudah dalam bersosialisasi
kasar atau memaksakan kehendaknya dengan tidak adanya peraturan-
untuk dituruti oleh anaknya. Beliau peraturan yang mengekang, serta
takut jika nantinya anaknya akan anak juga dianggap mudah dalam
menjadi tertekan dan merasa kurang mengungkapkan pendapatnya
disayangi oleh kedua orang tuanya. karena subjek penelitian selalu
Orangtua cenderung bersikap memberikan kebebasan pada
memanjakan anaknya dengan cara kedua anaknya untuk
menuruti semua permintaan dan mengungkapkan keinginannya.
keinginan anaknya selama masih dalam Selain itu anaknya merupakan
batas kewajaran. Setiap anaknya anak yang disiplin terbukti
meminta sesuatu, orangtua selalu dengan selalu taat dan tepat
berusaha untuk mengabulkan waktu dalam beribadah,

88
Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap
Kemandirian Anak Usia Dini

berangkat sekolah, dan pulang sekolah. terkendali, tidak patuh, dan


Berdasarkan penelitian yang sudah tingkah laku agresif di luar
dilakukan oleh beberapa peneliti lingkungan keluarga. Namun bila
terdahulu, pengasuhan dengan tipe anak mampu menggunakan
permisif memberikan sumbangan kebebasan tersebut secara
terhadap kemandirian anak walauapun bertanggung jawab, maka anak
tidak sebesar tipe pengasuhan akan menjadi seorang yang
demokrasi maupun autoritatif. Anak mandiri, kreatif, inisiatif dan
dengan pengasuhan tipe demokrasi mampu mewujudkan
akan memiliki tingkat kemandirian aktualisasinya.
yang lebih tinggi dibandingan dengan
anak tipe pola asuh permisif. SIMPULAN
Menurut penelitian yang dilakukan Pola asuh permisif tidak
Kuatiah Sunarti (2016) bahwa pola selalu menghasilkan kemandirian
asuh permisif menempati urutan ketiga anak yang kurang baik, hanya
setelah pola asuh positif dan demokratis saja anak memiliki hambatan
(otoritative) dalam memandirikan anak. kemandirian yang lebih tinggi
Orang tua ketika berkomunikasi, dibandingkan dengan anak
berinteraksi atau bertransaksi dengan dengan pengasuhan positif dan
anak, selalu memberikan kebebasan demokratis. Kemandirian sendiri
pada anak, kurang menuntut tanggung juga dapat dipengaruhi oleh
jawab, melakukan pembiaran, sangat faktor lingkungan. Apabila faktor
lemah dalam melaksanakan disiplin, lingkungan baik, serta orangtua
dan kurang tegas dalam menerapkan dapat menerapkan perilaku yang
peraturan-peraturan. Perilaku orang tua baik pula agar dicontoh oleh
seperti ini menurut Santrock (2009), anaknya, maka kemandirian bisa
Gordon (2000), menjadikan berhasil diterapkan dalam segala
kepribadian anak tidak berkembang aspek pola asuh. Jadi, pola asuh
baik, termasuk menghambat permisif tidak sepenuhnya
kemandirian anak, akan tetapi bukan memberikan dampak
mematikan kemandirian anak. kemandirian anak yang kurang.
Berdasarkan penelitian yang Akan tetapi faktor lingkungan
dilakukan oleh Ayu Winda dan Adijanti juga perlu diperhatikan.
(2013) di Denpasar menerangkan Diharapkan orangtua dapat
bahwa gambaran pola asuh orangtua memberikan perhatian dan kasih
pada penelitian yang menerapkan tipe sayang sepenuhnya kepada anak.
pola asuh permisif sebanyak 15,6%. Kualitas dan kuantitas pertemuan
Pola asuh permisif menghasilkan anak antar anggota keluarga perlu
dengan kemandirian tinggi sebanyak ditingkatkan dengan tujuan untuk
5,4%, kemandirian sedang 92,9% dan membangun keutuhan hubungan
kemandirian rendah dengan persentase orangtua dan anak. Yang harus
1,8%. Pada pola asuh permisif jika dilakukan adalah memberi
dikaitkan dengan teori Baumrind kesempatan pada anak untuk
(dalam Santrock, 2009) pola asuh ini belajar mengembangkan diri dan
yang cenderung memberikan terus memotivasinya serta
kebebasan pada anak akan menjadikan memantau kegiatannya dan tetap
anak lebih agresif, suka menurutkan berusaha memahami perasaan
kata hatinya, anak-anak menjadi tidak anak.

89
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

Health & Place Volume


DAFTAR PUSTAKA 45, May 2017, Pages 131-
Aziz, Safrudin. (2015). Pendidikan 139
keluarga. Yogyakarta: Gava Devito, Joseph A. (1997).
Media.. Komunikasi antar
Basrowi. (2008). Memahami Penelitian manusia. (Terjemahan
Kualitatif. Jakarta: Rineka Maulana Agus). Jakarta:
Karya. Professional Books.
Berns, R. A. (2011). Child family, Djamarah, S.B. (2014). Pola
school, community Asuh Orang Tua dan
socialization, and support. Komunikasi dalam
USA. Cengage Learning. Keluarga. Jakarta: PT
Bester, Suzanne., Marlize Malan-Van Rineka Cipta.
Rooyen. (2015). Emotional E.E. Maccoby, & J. A. Martin,
Development, Effects of “Socialization in the
Parenting and Family Structure context of the family:
on. International Encyclopedia Parent– child
of the Social & Behavioral interaction”. In P. H.
Sciences, 2nd edition, Volume 7 Mussen & E. M.
Braza, Paloma., dkk. (2013). Negative Hetherington (Eds.),
Maternal and Paternal Parenting Handbook of child
Styles as Predictors of psychology: Vol. 4.
Children’s Behavioral Socialization,
Problems: Moderating Effects personality, and social
of the Child’s Sex. J Child Fam development, 4th ed.
Stud (New York: Wiley,
Brooks, J. (2011). The process of 1983), pp. 1-101
parenting. (Terjemahan Rahmat Fonta, Sarah., Maria Cancianb ,
Fajar). Yogyakarta: Pustaka Lawrence M. Bergerc ,
Pelajar. Anna DiGiovanni.
Chemagosi, Mary Jebii., Dr. Benson (2020). Patterns of
Charles Odongo , Dr. Peter J.O. intergenerational child
Aloka. (2016). Influence of protective services
parenting style on involvement involvement. Child
in the education of public Abuse & Neglect.
preschool learners in Nandi Gordon. (2000). Parent Effective
Central Sub County, Nandi Traing: The Proven
County, Kenya. International Program For Raising
Journal of Education and Responsible Children.
Research Vol. 4 No. 1 January New York: Random
2016 House Inc.
Crawford, S.B., S.K.Bennetts, dkk. Hardy, Malcom dan Heyes,
(2017). Worries, ‘weirdos’, Steve, Terjemah
neighborhoods and knowing Soenardji. (1986).
people: a qualitative study with Pengantar Psikologi.
children and parents regarding Jakarta: Erlangga.
children's independent mobility. Hauck, Paul. (1993). Psikologi
Populer (Mendidik Anak

90
Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap
Kemandirian Anak Usia Dini

Dengan Berhasil). Jakarta: adversity. Creativity and


Arcan. the Performing Artist
Helmawati. (2014). Pendidikan N.Buliung, Ron., Kristian
keluarga. Bandung: PT Remaja Larsen, Guy Faulkner,
Rosdakarya. Timothy Ross. (2017).
Hughes, Sheryl O., Thomas G. Power , Children’s independent
Yan Liu, Carla Sharp, Theresa mobility in the City of
A. Nicklas. (2015). Parent Toronto, Canada. Travel
emotional distress and feeding Behaviour and Society
styles in low-income families. Volume 9, October 2017,
The role of parent depression Pages 58-69
and parenting stress. Appetite Papalia, D. E., Old., S. W., &
92 (2015) 337–342 Feldman, R. D. 2008.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Human Development:
Perkembangan anak (Ed.6, Psikologi Perkembangan.
buku 2). (Terjemahan Meitasari Edisi Kesmbilan. Jakarta:
Tjandrasa). Jakarta: Erlangga. Kencana.
(Edisi asli diterbitkan tahun Papalia, D. E., Olds, S. W.,
1978 oleh McGraw-Hill Feldman, R. D. (2015).
Companies, Inc. New York). Menyelami
Juliane, Stark., Julia Frühwirth, Florian perkembangan manusia
Aschauer. (2018). Exploring (Ed.12). (Terjemahan
independent and active mobility Fitriana Wuri Herarti).
in primary school children in Jakarta: Salemba
Vienna. Journal of Transport Humanika. (Edisi asli
Geography Volume 68, April diterbitkan tahun 2014
2018, Pages 31-41 oleh McGraw-Hill
Ko, Ariel., Paul L. Hewitta, Daniel Companies, Inc. New
Coxb, Gordon L. Flettc, Chang York)
Chena. (2019). Adverse Pratt, M. W., Skoe, E .E., Arnold,
parenting and perfectionism: A M. L. 2004. Care
test of the mediating effects of reasoning development
attachment anxiety, attachment and family socialization
avoidance, and perceived patterns in later
defectiveness. Personality and adolescence: A
Individual Differences longitudinal analysis.
Levine, L. E. & Munsch, J. (2014). International Journal of
Child Development: An Active Behavioral Development,
Learning Approach. Canada: 28 (2), 139–147.
SAGE Publication, Inc. Santrock, J. W. 2007. Child
Maccoby, E.E. and Mc Loby. (2000). Development. Edisi
Contemporary Research On Kesebelas Jilid 1
Parenting: The Case For Nature Terjemahan Mila
And Nurture. Journal Of Rahmawati dan Anna
American Psychologist, 55 (2), Kuswanti. Jakarta:
218-232. Penerbit Erlangga
McGregor, Ewan. (2017). Attachment, Santrock. (2007). Perkembangan
parenting, and childhood anak (Ed.11, buku 1).

91
‘Azizah Muthi’ Nuryatmawati, Pujiyanti Fauziah

(Terjemahan Mila Rachmawati


& Anna Kuswanti). Jakarta:
Erlangga. (Edisi asli diterbitkan
tahun 2007 oleh McGraw-Hill
Companies, Inc. New York)
Scheiner, Joachim., Oliver Huber,
Stefan Lohmüller. (2019).
Children's independent travel to
and from primary school:
Evidence from a suburban town
in Germany. Transportation
Research Part A: Policy and
Practice Volume 120, February
2019, Pages 116-131
Sharmin, Samia., Md.Kamruzzaman,
Md Mazharul Haque. (2020).
The impact of topological
properties of built environment
on children independent
mobility: A comparative study
between discretionary vs.
nondiscretionary trips in Dhaka.
Journal of Transport Geography
Volume 83, February 2020,
102660
www.kajianpustaka.com/2013/04/pola
-asuh-orang-tua.html#, Di akses
20 November 2019
www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga
/Anak/Permisif-vs-Otoriter-
Lebih-Baik-Mana, Di akses 20
November 2019
http://www.wartanews.com/lifestyle/8
c9c3c48-a243-e59c-8925-
7992bc01e130/nih-dampak-negatif-
pola-asuh-otoriter, Di akses 20
November 2019

92

Anda mungkin juga menyukai