Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):46-51

Agustus 2016

PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK DARI KELUARGA YANG BERCERAI


DI KECAMATAN ULIM KABUPATEN PIDIE JAYA

Muliana1), Anizar Ahmad 2), Yuhasriati 3)

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia
Email: Muliana_9@yahoo.com

Abstract: The family is the first educational place for children. Positive and negative
education provided by the family will have an impact on children’s development. The aims of
this study were to find out the children behaviors from divorced families in Ulim, the district
of Pidie Jaya. This study used descriptive qualitative method. The data collection was done
by observation and interviews. The behavior exhibited by children can be both physical
violence and verbal. The physical violence of children would be throwing and slamming
when their desires were not fulfilled. In other way, the verbal violence committed by children
were threatening his friend, speaking harshly, and mocking. The bad behaviors occur as a
result of lacking love from their parents. The parents expected can establish a better
communication with the children, give them perfect love, responsible, assisting children, and
give an explanation about what was happening inside the family and should not divorce so
that the children's development will not be hampered.

Abstrak: Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Baik dan buruk
pendidikan yang diberikan oleh keluarga akan berdampak kepada perkembangan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku anak dari keluarga yang bercerai di
Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan
penelitian menunjukkan bahwa anak dari keluarga yang bercerai perkembangan perilakunya
cenderung kurang baik disebabkan oleh kurang mendapat kasih sayang dari kedua
orangtuanya. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak, yaitu berupa kekerasan fisik dan verbal.
Kekerasan fisik yang dilakukan anak seperti melempar dan membanting ketika keinginan
tidak terpenuhi. Selain itu, kekerasan verbal yang dilakukan oleh anak seperti mengancam
temannya, berkata kasar, dan mengejek temannya. Perilaku tersebut dapat terjadi disebabkan
oleh orang tua yang kurang memberikan kasih terhadap anak-anaknya.

Kata Kunci: perkembangan perilaku anak, keluarga yang bercerai

Keluarga merupakan unit terkecil yang kehidupan keluarga itu mengandung fungsi
terdiri dari ayah dan ibu, di samping itu untuk memenuhi dan menyalurkan
keluarga juga merupakan tempat kebutuhan emosional para anggotanya di
pendidikan pertama bagi anak, di samping juga memberikan kesempatan
mana baik dan buruk pendidikan yang pensosialisasian para anggotanya
diberikan oleh orang tua akan berpengaruh khususnya anak-anak”.
kepada perkembangan anak Anak merupakan makhluk yang
selanjutnya, salah s atunya sangat mulia yang telah Allah ciptakan.
perkembangan yang harus Sehingga para orang tua harus
diperhatikan adalah perkembangan sosial memperlakukan anak -anaknya
emosional anak. Hal ini sesuai yang seistimewa mungkin. Tanpa
dikatakan oleh Soelaeman (1994), “dalam kekurangan apapun, termasuk dalam

47
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):46-51
Agustus 2016

pemenuhan perkembangan sosial layak dari orang tua. Seperti yang


emosional anak. Anak usia 0-6 tahun dikatakan oleh Musbikin (2008),
umpama seperti kertas putih tanpa goresan perceraian yang memisahkan antara ayah
tinta, namun apabila dinodai dengan tinta dan ibu apapun penyebabnya akan
yang mengarah kepada kebaikan, anak memberi dampak yang buruk bagi anak,
akan menjadi pribadi yang baik. Begitu perceraian membuat anak kehilangan salah
juga sebaliknya. Pada usia ini anak meniru satu dari orang tuanya. Sehingga anak
semua hal yang dilihat di sekitarnya. Jika membutuhkan waktu yang lebih banyak
anak melihat sisi kehidupan yang suram lagi untuk dapat menyesuaikan diri dengan
dari keluarga yang berantakan maka tidak keadaan yang berbeda”. Hal ini jelas dapat
menutup kemungkinan anak akan menjadi menghambat perkembangan perilaku anak.
pribadi yang tidak baik. Perceraian orang tua tidak hanya
Pada penelitian ini sosial memberi dampak buruk bagi fisik anak,
emosional yang dimaksud oleh peneliti akan tetapi juga berdampak buruk bagi
khususnya perkembangan perilaku anak. jiwa anak. Berbagai masalah tentang
Perilaku anak merupakan hal yang sangat keluarga yang dapat berpengaruh pada
penting dikembangkan sejak usia dini perilaku anak. Hal ini disebabkan karena
karena berhubungan dengan pribadi anak orang tua yang mempertahankan egonya
dalam hal mengelola emosinya sendiri dan masing-masing sehingga mereka tidak
cara anak bersosialisasi dengan orang di mendapat jalan keluar dari masalah
sekitarnya, dalam hal ini keluarga yang mereka dan para orang tua lebih memilih
berperan penting tentang perkembangan bercerai.
perilaku anak. Para orang tua yang melakukan
Keluarga yang utuh lebih mudah perceraian tidak memberikan pendidikan
memenuhi dan menyalurkan kebutuhan yang layak bagi anak-anaknya. Orang tua
anak, karena anak mempunyai ayah dan yang selalu disibukkan dengan
ibu yang dapat bekerja sama dalam hal memikirkan perasaan mereka sendiri
menyalurkan perilaku anak. Hal tersebut dibanding perasaan anak-anak, lama-
akan berbeda dengan anak yang tidak kelamaan akan menghambat
mempunyai keluarga yang utuh. Namun, perkembangan dan pertumbuhan anak.
pada kenyataannya banyak orang tua yang Tujuan penelitian ini adalah untuk
tidak memahami anak, tidak mengetahui perkembangan perilaku anak
memperhatikan perasaan anak. Banyak orang dari keluarga yang bercerai di Kecamatan
tua yang mengesampingkan perasaan anak Ulim Kabupaten Pidie Jaya.
demi mementingkan perasaan mereka
sendiri. Hal tersebut yang membuat anak METODE
menjadi pribadi yang tidak baik. Anak Penelitian ini menggunakan
dihadapkan dengan masalah dari orang metode deskriptif kualitatif, yaitu
tuanya sehingga membuat anak memahami fenomena tentang apa yang
kebingungan memilih dan memilah siapa dialami oleh subjek penelitian misalnya
yang benar dan siapa yang salah di antara perilaku, persepsi, tindakan, dll., secara
ayah dan ibunya. Pada akhirnya anak lelah holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
dan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
Keluarga yang tidak utuh konteks khusus yang alamiah dan dengan
disebabkan oleh perceraian orang tua yang memanfaatkan berbagai metode alamiah
memisahkan anak dari salah satu orang (Moleong, 2007:6). Untuk memperoleh
tuanya, sehingga anak tidak bisa data seakurat mungkin tentang
mendapatkan kasih sayang dari kedua perkembangan perilaku anak dari keluarga
orang tuanya, perceraian membuat anak yang bercerai di Kecamatan Ulim
cenderung mendapat perlakuan yang tidak Kabupaten Pidie Jaya, penulis

48
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):46-51
Agustus 2016

mengadakan penelitian di rumah masing- dalam keluarga, orang tua menganggap


masing subjek dan di tempat subjek anak tidak perlu mengetahui tentang
bermain di lingkungan sekitarnya. Teknik kondisi keluarga.
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode observasi dan Pembahasan
wawancara. Observasi dilakukan lima kali Berdasarkan hasil observasi dan
secara bergiliran pada masing-masing wawancara yang peneliti lakukan dengan
subjek dan setelah proses observasi selesai informan di lapangan, peneliti menemukan
peneliti melakukan wawancara hanya berbagai informasi dan kejadian-kejadian
dengan orang tua subjek. Analisis data yang menyangkut permasalahan tentang
menggunakan model Miles dan Huberman bagaimana perkembangan perilaku anak
(Imam, 2013:210) yaitu reduksi data, dari keluarga yang bercerai. Informasi
paparan data, dan penarikan kesimpulan yang peneliti peroleh merupakan informasi
dan verifikasi. aktual yang langsung peneliti peroleh
melalui wawancara dengan beberapa
HASIL DAN PEMBAHASAN responden yang dekat dengan subjek
Hasil penelitian. Sebagaimana yang telah
Perkembangan Perilaku Anak dari peneliti temukan di lapangan yang bahwa
Keluarga yang Bercerai subjek I, II, III, IV, dan V masih belum
Berdasarkan hasil observasi dan stabil emosinya, sosialnya masih harus
wawancara yang dilakukan perilaku yang diperbaiki dan perilakunya masih belum
sering ditunjukkan oleh kelima subjek stabil.
cenderung mengarah ke negatif seperti Berdasarkan penelitian yang
anak tidak dapat mengendalikan diri pada telah peneliti lakukan, ditemukan jenis dan
saat marah, sering marah-marah tidak bentuk perilaku yang sering dilakukan oleh
jelas, pemalu yang berlebihan, kekerasan anak yang menjadi subjek dalam penelitian
verbal dan fisik. Kekerasan verbal yaitu Kabupaten Pidie Jaya Kecamatan Ulim
memaki, mengejek, berkata kasar dan yaitu membanting, melempar, dan
mengancam temannya. Kemudian mengejek. Hal tersebut menjadi sebuah
kekerasan fisik yaitu seperti melempar dan masalah bagi perkembangan anak.
membanting ketika keinginan mereka tidak Berdasarkan hasil penelitian yang
terpenuhi. Anak-anak masih ada yang mau sudah peneliti lakukan, perilaku anak pada
menang sendiri, sulit berbagi dengan kesehariannya masih cenderung kurang
temannya pada saat sedang bermain baik, subjek belum mampu mengatur
bersama. dirinya sendiri, ekspresi emosi dan
Peran orang tua terhadap perilaku anak perilaku yang berlebihan. Anak
Peran orang tua subjek terhadap dihadapkan dengan masalah perceraian
perilaku yang sering dilakukan oleh anak orang tuanya yang tanpa disadari
ada sebagian orang tua menasehati anak berpengaruh pada perilakunya. Anak-anak
ketika berperilaku yang salah dan ada juga seharusnya mendapatkan kasih sayang dari
yang tidak menasihati ketika anak keluarganya, mendapat perlakuan yang
berperilaku tidak baik. Pada dasarnya selayaknya, karena cinta dan kasih sayang
hanya mengingatkan anak untuk tidak dari kedua orang tua sangat perlu untuk
berperilaku tidak baik, kurangnya perkembangan dan tumbuh kembang anak.
perhatian, komunikasi tidak terjalin Apabila anak tidak mendapatkan sesuai
dengan baik, orang tua tidak melakukan yang dibutuhkan anak maka anak akan
tindakan atau pendekatan khusus dengan merasakan dampak negatifnya. Hal ini
anak-anaknya. Orang tua tidak memahami sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
anak dan tidak ada penjelasan dari orang Dariyo (2008:169) “anak-anak yang
tua tentang apa yang sedang terjadi di ditinggalkan orang tuanya yang bercerai

49
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):46-51
Agustus 2016

juga merasakan dampak negatif. Mereka 2008:244) menyatakan bahwa: “Anak-


mengalami kebingungan harus ikut siapa. anak korban perceraian, meskipun bisa
Mereka tidak dapat melakukan proses hidup bahagia di masa dewasanya, tetap
identifikasi pada orang tua. Akibatnya, terkenang pengalaman buruk itu
tidak ada contoh positif yang harus ditiru. (perceraian orang tuanya) sepanjang
Secara tidak langsung, mereka mempunyai hidupnya. Anak sebagai silence victim,
pandangan yang negatif (buruk) terhadap meskipun tumbuh sebagai orang dewasa
pernikahan”. Namun, yang jelas perceraian berbahagia dan bisa menyesuaikan diri
orang tua akan mendatangkan perasaan dengan baik, cenderung mempunyai
traumatis bagi anak. Orang tua yang masalah perilaku di masa kanak-kanak dan
menentukan baik dan buruknya perilaku remajanya, dibandingkan anak-anak dari
anaknya. keluarga yang utuh”.
Anak-anak tidak terpenuhi Perceraian orang tua membuat
kebutuhan dan perkembangannya sehingga anak kehilangan akan cinta dan kasih
perilaku anak tidak stabil. Keluarga yang sayang dari kedua orang tuanya. Sehingga
tidak utuh membuat permasalahan dalam anak merasa malu, marah, kasar,
diri anak, anak akan terasa tertekan dengan pembangkang dan sebagainya, padahal
keadaan rumahnya yang tidak harmonis. untuk usia ini anak sudah mampu
Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf mengendalikan emosi, memahami orang
(2004) “Perceraian orang tua adalah lain, tanggung jawab, bermain dengan
keadaan keluarga yang tidak harmonis, teman sebaya, dan bekerja sama dengan
tidak stabil atau berantakan”. Dengan orang lain. Sebagaimana yang
keadaan yang demikian membuat perilaku dikemukakan oleh Yusuf (2009:202)
anak tidak stabil. Anak akan “Anak yang hubungan keluarganya penuh
melampiaskan kemarahannya kepada siapa konflik, tegang dan perselisihan, serta
saja ketika keinginannya tidak terpenuhi. orang tua kurang memberikan kasih
Seperti halnya yang terjadi pada lima sayang, maka remaja akan mengalami
subjek pada saat marah, subjek kegagalan dalam mencapai identitasnya
melampiaskan kepada teman orang lain. secara matang, akan mengalami
Emosi seseorang digambarkan dalam kebingungan, konflik atau frustasi”. Hal
bentuk perilaku seperti yang dikemukakan ini terjadi tanpa mereka sadari yang bahwa
oleh Soefandi (2009:46) “Emosi adalah apa yang dilakukan itu tidak benar,
perasaan yang banyak berpengaruh merugikan diri sendiri dan orang lain.
terhadap perilaku”. Berawal dari emosi Persoalan-persoalan yang terjadi di
sehingga menjadi bentuk-bentuk perilaku rumahnya akan menjadi contoh bagi anak-
yang sering atau yang menjadi kebiasaan anak, jelas bahwa perceraian sangat
yang dilakukan oleh setiap orang, baik mengganggu perkembangan anak. Peran
perilaku baik maupun buruk. orang tua begitu penting dalam kehidupan
Anak yang mempunyai masalah anak, karena orang tua yang pertama sekali
di dalam keluarganya biasanya akan dilihat oleh anak. Sebagian besar waktu
mengenang apa saja yang dia lihat. anak dihabiskan di rumah. Baik dan buruk
Walaupun anak tersebut mencoba pengasuhan yang didapat oleh anak akan
melupakan. Namun, itu tidak akan berdampak kepada anak.
membuat anak tersebut melupakan Berdasarkan penelitian yang telah
semuanya, akan tetapi akan terus dilakukan, perceraian orang tua dapat
terkenang dan tersimpan di dalam memori memberikan pengaruh yang tidak baik
otaknya sampai ia dewasa. Seperti halnya bagi anak-anak, Karena keluarga yang
Judith Wallerstein dalam bukunya Second bermasalah memberi dampak negatif
Chances: Men, Women and Children a kepada anak seperti mengabaikan
Decade After Duvorce (Musbikin, kebutuhan dan perkembangan anak, tidak

50
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1):46-51
Agustus 2016

terjalin komunikasi yang baik dengan anak yang kurang memberikan kasih sayang
dan tidak ada penjelasan kepada anak terhadap anak-anaknya.
tentang apa yang sedang terjadi di dalam
keluarga. Sehingga anak melihat Saran
kerusakan yang terjadi di lingkungan Saran yang disampaikan anatara lain; (1)
keluarganya yang memberi tekanan Diharapkan komunikasi dengan anak harus
tersendiri bagi anak, anak akan mengingat terjalin dengan baik walaupun keluarga
sampai ia dewasa tentang peristiwa buruk keluarga sudah tidak utuh lagi (2)
dalam keluarganya, sehingga mengganggu Diharapkan kebutuhan anak dapat
perilakunya yang digambarkan dalam terpenuhi dengan baik dari ayah dan ibu
bentuk perilaku-perilaku yang walaupunsudah berpisah (3) Dapat
cenderung kurang baik, seperti emosi dan memberi penjelasan kepada anak tentang
perilaku yang tidak terkontrol, tidak dapat apapun kondisi keluarga (4) Diharapkan
bersosialisasi dengan orang sekitar, bahkan bagi peneliti selanjutnya untuk mencari
menutup diri dari lingkungan sekitar dan teori dan metode yang lebih spesifik
menjadi pribadi yang pemalu. Anak-anak tentang perkembangan perilaku anak dari
sering marah-marah ketika keinginan tidak keluarga yang bercerai dan tentunya pada
terpenuhi, mengejek teman, berkata kasar, tempat yang berbeda.
melempar dan membanting barang. Hal
tersebut jelas bahwa sangat DAFTAR RUJUKAN
mengganggu perkembangan dan Dariyo, Agoes. 2008. Psikologi
pertumbuhan anak ke depannya. Perkembangan Dewasa Muda.
Jakarta : Grasindo
KESIMPULAN DAN SARAN Imam, Gunawan. 2013. Metode Penelitian
Kesimpulan Kualitatif Teori dan Praktik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jakarta: Bumi Aksara.
diambil kesimpulan bahwa anak yang Musbikin, Imam. 2008. Mengatasi Anak-
berasal dari keluarga yang bercerai di anak Bermasalah. Yogyakarta:
Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Mitra Pustaka.
perkembangan Perilaku anak cenderung Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian
kurang baik disebabkan oleh kurang Kualitatif. Bandung: PT Remaja
mendapat kasih sayang dari kedua orang Rosdakarya.
tuanya. Perilaku yang ditunjukkan oleh Soelaeman. 1994. Pendidikan dalam
anak, yaitu berupa kekerasan fisik dan Keluarga. Bandung: CV Alfabeta
verbal. Kekerasan fisik yang dilakukan Soefandi, Indra dan Ahmad Pramudya.
anak seperti melempar dan 2009. Strategi Mengembangkan
membanting ketika keinginan tidak Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta:
terpenuhi. Selain itu, kekerasan verbal Bee Media Indonesia.
yang dilakukan oleh anak seperti Yusuf, Syamsu (2004) Psikologi
mengancam temannya, berkata kasar, dan Perkembangan Anak dan Remaja.
mengejek temannya. Perilaku tersebut Bandung: Remaja Rosda Karya.
dapat terjadi disebabkan oleh orang tua

51

Anda mungkin juga menyukai