Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan bagian dari keluarga dan juga masyarakat, individu yang berada pada
suatu rentang tumbuh kembang anak yang berusia 3-6 tahun, pada usia ini perhatian
dan bimbingan dari orang tua dan orang disekitarnya sangat dibutuhkan. Saat usia
prasekolah ini anak memiliki perkembangan biologis, psikologis, kognitif, moral
spritual, dan sosial serta emosi yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak
selanjutnya (Rekawati, Nursalam & Sri, 2013). Anak usia prasekolah belum masuk
suatu lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar (SD), biasanya anak usia
prasekolah tetap berada dirumah atau mengikuti kegiatan diluar rumah seperti :
kelompok bermain, taman kanak-kanak serta taman penitipan anak (Nurmalitasari,
2015).

Berdasarkan data badan Statistik Amerika Serikat jumlah penduduk dunia mencapai
7,53 miliar jiwa dan jumlah anak usia prasekolah sekitar 8,7% dari total populasi
tersebut. Jumlah anak prasekolah di Indonesia mencapai 24 juta jiwa, dan di propinsi
Riau berjumlah 583.450 jiwa (Kemenkes RI 2017). Penduduk usia prasekolah di
Pekanbaru berjumlah 106.749 jiwa (BPS, 2017), dari data tersebut bisa dilihat
banyaknya generasi-generasi penerus yang diharapkan mampu menjadi pemimpin serta
menjadi individu yang mempunyai moral dan perilaku yang baik.

Perkembangan anak tidak selamanya berjalan dengan baik, namun sering teradapat
kendala dalam menyelesaikan tugas perkembangan anak di usia prasekolah sehingga
menyebabkan timbulnya masalah pada usia remaja seperti antisosial, agresif, serta
melakukan tindakan-tindakan kriminal (Hull & Johnston, 2008). Anak mampu
mencapai kompetensi sosial dengan baik sehingga dapat membantu anak dalam
interaksi sosial dengan tetap menjaga hubungan positif dengan orang lain dalam
berbagai situasi (Musyarofah, 2017). kematangan anak dalam bersosialisasi sangat
besar peranannya, terutama dalam pertemanan anak, kesiapan anak untuk sekolah dan
keberhasilan akademik anak (Anggereini, 2012).

Masalah sosial yang sering muncul pada anak usia prasekolah yaitu perilaku takut yang
berlebihan seperti takut akan perpisahan, takut dengan orang baru dan perilaku menarik

1
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2

diri yang digambarkan anak seperti tidak mau bersosialisasi, menyendiri, tidak mau
bermain dengan anak lainnya, sibuk dengan mainanya sendiri. Perilaku tersebut bisa
disebabkan dari faktor lingkungan yang kurang mendorong serta memberi stimulasi
anak untuk bersosialisasi, agar perilaku tersebut tidak dialami anak perlunya orang tua
serta lingkungan dalam mempertimbangkan serta memberikan kasih sayang dan
perhatian yang lebih pada anak, meluangkan waktu untuk anak, menjadi pendengar
yang baik, melibatkan diri dalam aktivitas anak, menjaga sikap terhadap anak (Ashary.
Rahamma & Fatimah, 2015). Masalah sosial pada anak seperti Maladjustment yaitu
penyesuain diri dengan lingkungan baru juga sering terjadi serta anak yang merasa puas
terhadap tingkah lakunya namun lingkungan sosial tidak bisa menerima, misalnya anak
yang mempunyai perilaku bossy, sok kuasa, anak tersebut merasa tidak salah namun
lingkungan sekitar merasa terganggu dengan perilakunya tersebut (Tirtayani, Asril &
Wirya, 2014).

Berdasarkan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Khomairah (2012) didapatkan


permasalahan pada tingkat sosial anak usia prasekolah yaitu 60,5% rendah, untuk
komponen otonomi 52,6%, komponen responsif 42,1%, sedangkan komponen empati
31,6%, motorik 50%, dan regulasi emosi didapatkan 92,1% level tinggi. Hariani (2015)
melakukan penelitian tentang perkembangan sosial anak usia prasekolah dalam ketidak
mampuan dalam bersosialisasi dengan orang lain atau teman sebayanya didapatkan
38,18%. Tingkat emosi anak pada perilaku emosional sebanyak 49,09%, dari segi
perilaku agresif didapatkan sebanyak 58,18%. Pencapaian perkembangan sosial anak
bertujuan agar kelak anak menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau
akhlak mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perkembangan emosional juga sangat penting bagi individu karena manusia memiliki
kebutuhan untuk mempertahankan diri, membuat keputusan, menciptakan batasan,
komunikasi serta menciptakan rasa kesatuan antara anak dan orang tua serta orang lain
yang berada dilingkungan (Tirtayani, Asril & Wirya, 2014). Masalah emosi yang sering
muncul pada anak usia prasekolah adalah agresivitas yang ditunjukkan anak dengan
berperilaku marah-marah yang disebabkan anak kurang disiplin baik dirumah maupun
dilingkungan pendidikan dan pada saat ditegur karena kurang baik dalam penyampaian

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


3

sehingga anak merasa tersinggung dan menyebabkan anak menjadi lebih marah, kurang
menyukai sesuatu atau anak belum beradaptasi disuatu lingkungan. Anak juga sering
menunjukkan rasa malu-malu yang disebabkan karena pembawaan namun jika anak
sudah saling kenal meraka akan bermain serta bersenda gurau dengan teman sebayanya
(Ashary, Rahamma & Fatimah, 2015). Pertengkaran juga sering terjadi pada anak
seperti perselisihan yang mengandung kemarahan, mengejek dan menggeretak
merupakan serangan lisan terhadap orang lain serta menggeretak yaitu serangan fisik
terhadap temannya dengan tujuan untuk melampiaskan dendamnya (Tirtayani, Asril &
Wirya, 2014).

Al-Khudri, Heleni, Sean (2016) melakukan penelitian tentang tingkat emosi anak usia
prasekolah dengan hasil yaitu anak mampu mengontrol emosinya dengan baik 30%,
mengontrol emosinya dalam ketegori sedang 20%, dan anak yang tidak bisa mengontrol
emosinya 50%. Kematangan emosi anak yang baik akan berdampak baik seperti tidak
cepat terganggu rangsangan emosionalnya, baik itu dari dalam maupun dari luar
sehingga individu mampu bertindak dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi,
sebaliknya kematangan emosi yang rendah menyebabkan individu memiliki resiko
melakukan kenakalan dan melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah
(Fajarini, Khaerani, 2014.)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat membantu proses perkembangan sosial dan
emosi anak menjadi lebih baik, pada hakikatnya PAUD merupakan pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan serta perkembangan anak
secara menyeluruh, ditinjau dari aspek umur anak, meliputi perkembangan moral
keagamaan, motorik, kognitif dan sosial-emosional (Aghnaita, 2017). Guru sangat
berperan dalam membina anak serta teman sebaya yang berada dilingkungan pendidikan
juga saling mempengaruhi serta saling mendukung dalam perkembangan sosial dan
emsoi (Jahja, 2011).

PAUD sekota Pekanbaru berjumlah 295, sebagian anak pada usia 3 tahun sudah
mengikuti PAUD hingga masuk Taman Kanak-kanak sebelum masuk sekolah dasar.
Beberapa anak tidak mengikuti PAUD dan hanya mengikuti TK saja, ada beberapa
faktor yang menyebabkan orang tua tidak mengikut sertakan anaknya ke PAUD seperti
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai program pendidikan anak usia dini,

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


4

kurang percaya terhadap pengawasan dari tenaga penidikan anak usia dini, rendahnya
motivasi dan pengetahuan orang tua terhadap pendidikan usia dini, lemahnya
kemampuan ekonomi orang tua, serta tenaga pendidik PAUD kurang (Nurwianti, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurhabibah, Ahmad &
Madiyah (2016) bahwa perkembangan sosial dan emosi anak yang mengikuti PAUD
sudah baik dan sesuai harapan orang tua.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2019 di TK
Negeri 3 Pembina kota Pekanbaru, di salah satu kelas TK dengan jumlah anak 16
murid, 5 orang mengikuti PAUD terlebih dahulu. Hasil observasi didapatkan bahwa 8
orang anak mampu bersosialisasi dengan baik dan mengontrol emosinya terlihat pada
anak saat berinteraksi dengan orang baru, menjawab pertanyaan guru, mengikuti
pembelajaran serta permainan didalam kelas serta saling bergantian dalam bermain. 3
anak terlihat lebih fokus dengan permainannya tetapi mau menjawab pertanyaan dari
orang baru atau teman lainnya, 2 orang anak lebih agresif dalam menjawab pertanyaan
guru dan terlihat lebih aktif dibanding teman lainnya. 1 anak tidak mau berbagi mainan
dengan teman lainnya dan mengunggkapkan emosinya dengan cara menangis serta 1
anak lainnya lebih suka merebut mainan temannya tanpa meminta izin atau meminjam
terlebih dahulu. 1 anak yang memiliki pribadi pendiam tidak memperdulikan orang
baru, lebih fokus dengan diri sendiri dan anak berperilaku menyerang ketika keinginan
nya tidak dituruti oleh teman nya dengan cara memukul.

Hasil wawancara dengan wali kelas mengatakan bahwa proses sosial anak perempuan
yang baru masuk TK sedikit sulit dalam berpisah dari orang tuanya serta proses
bersosialisasi didalam kelas lama, berbeda dengan anak laki-laki yang cepat beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Wali kelas juga menambahkan bahwa anak yang sudah
melewati PAUD lebih baik dalam bersosialosasi namun ada beberapa anak yang kurang
menerima orang baru serta susah dalam mengikuti perintah guru serta berperilaku
menyerang ketika keinginan tidak terpenuhi.

Berdasarakan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian


tentang “perbandingan sosial dan emosi anak usia prasekolah yang mengikuti dan tidak
mengikuti pendidikan anak usia dini”.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


5

1.2 Rumusan Masalah


Anak usia prasekolah sangat membutuhkan perhatian dan dukungan untuk menstimulasi
perkembangan sosial dan emosi anak, selain dukungan keluarga dukungan dari lembaga
pendidikan anak usia dini juga dapat membantu perkembangan sosial dan emosi anak
menjadi lebih baik, namun tidak semua anak usia prasekolah mengikuti pendidikan
anak usia dini, dikarenakan banyak orang tua yang berfikir anaknya teralalu muda untuk
mengikuti pendidikan dan orang tua merasa bahwa dengan memberikan didikan
dilingkungan keluarga itu sudah cukup untuk membantu perkembangan sosial dan
emosi anak, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat “apakah terdapat perbedaan
perkembangan sosial dan emosi anak yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan
anak usia dini”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu melihat perbandingan perkembangan sosial dan
emosi anak yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan anak usia dini
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik responden, meliputi jenis kelamin anak, usia anak, jumlah
saudara dan perkerjaan orang tua.
2. Mengetahui perkembangan sosial anak usia prasekolah yang mengikuti pendidikan
anak usia dini.
3. Mengetahui perkembangan emosi anak usia prasekolah yang mengikuti pendidikan
anak usia dini.
4. Mengetahui perkembangan sosial anak usia prasekolah yang tidak mengikuti
pendidikan anak usia dini.
5. Mengetahui perkembangan emosi anak usia prasekolah yang tidak mengikuti
pendidikan anak usia dini.
6. Perbandingan perkembangan sosial anak yang mengikuti dan tidak mengikuti
pendidikan anak usia dini.
7. Perbandingan emosi anak yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan anak usia
dini.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


6

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Bagi peneliti
Menambah pengetahun bagi penulis dalam melakukan penelitian serta menambah
pengetahuan tentang perbandingan sosialisasi dan emosi terhadap anak yang tidak atau
mendapatkan pendidikan anak usia dini.
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi, informasi dan data dasar bagi institusi,
serta sebagai acuan guna meningkatkan peran serta institusi pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan keinginan orang tua untuk mengikut sertakan anak nya melakukan
pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan upaya promotif.
1.4.3 Bagi Ilmu keperawatan
Penelitian ini memberikan kontribusi berupa informasi terkait perbedaan
perkembangan sosial emosi anak usia prasekolah yang mengikuti dan tidak mengikuti
PAUD.
1.4.4 Bagi tempat peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai
perkembangan sosial dan emosi anak, serta memotivasi tenaga pendidik dalam
memberikan pelayanan dan kerja sama orang tua dalam meningkatkan tumbuh kembang
anak dengan baik.
1.4.5 Bagi orang tua
Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi masukan untuk orang tua agar lebih
mengetahui bahwa pentingnya dalam menstimulasi tumbuh kembang anak, anak
mengikuti pendidikan anak usia dini akan membantu proses tumbuh kembang anak
menjadi lebih baik.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai