Anda di halaman 1dari 13

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

Januari 2015, Vol. 4, No. 01, hal 87 - 99

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan


Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Nurul Aida Rr. Amanda Pasca Rini


TKPERMATASBY@yahoo.com Amanda.pasca@gmail.com
Fakultas psikologi Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstract. This study aims to contain a statement that proves the influence the play of
role methods to social skills of children. The subjects were 15 children and the
characteristics of the subjects are: a ) children aged 4-5 years ( group A ) , b )
indicates a low social skills. The study design used one group pre - test - post - test
design. Measuring instruments in this study used the Social Ability Scale from Likert
Scale adaptation ( Scale Social Ability ) . Method of analysis used Mann - Whitney /
Wilcoxon , to know descriptives Statistics for different test scores of pre - test and post -
test . The Results of Mann - Whitney / Wilcoxon inter- rater high enough ( pre - test and
post-test 86.80 154.07 . Results of Mann - Whitney / Wilcoxon shows that learning to
play of role method can improve social skills of early childhood ( p = 0.000 ).
Keywords : To play of role methods , Social skills in early childhood

Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk memuat pernyataan yang membuktikan adanya
pengaruh metode bermain peran terhadap kemampuan bersosialisasi anak. Subjek
penelitian ini adalah 15 anak dan karakteristik subjek di antaranya: a) anak usia 4-5
tahun (kelompok A), b) mengindikasikan kemampuan bersosialisasi yang rendah.
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test – post-test design. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kemampuan Bersosialisasi
adaptasi dari Skala Likert (Skala Kemampuan Bersosialisasi). Metode analisis data
yang digunakan adalah Uji Mann-Whitney/Wilcoxon, untuk mengetahui Descriptives
Statistics untuk menguji beda skor pre-test dan post-test. Hasil Uji Mann-
Whitney/Wilcoxon antar rater yang cukup tinggi (pre-test 86.80 dan post-test 154.07.
Hasil Uji Mann-Whitney/Wilcoxon menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi anak usia dini (p =
0.000).
Kata kunci: Metode bermain peran, Kemampuan bersosialisasi anak usia dini

PENDAHULUAN halus maupun kasar, konsep diri, disiplin, seni


Pada masa anak-anak awal merupakan serta nilai moral dan agama. Sekolah
masa peka pada anak, anak sensitive untuk merupakan salah satu tempat yang tepat untuk
menerima berbagai rangsangan sebagai upaya mengembangkan kemampuan yang dimiliki
untuk mengembangkan seluruh potensi dalam anak yang dibawa. sejak anak lahir. Sekolah
diri anak. Masa anak-anak awal merupakan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mendidik seseorang untuk dapat mempelajari
mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, bidang tertentu secara formal. Sementara itu, di
sosial-emosional, fisik motorik baik motorik dalam kehidupan ada berbagai lembaga
87
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

pendidikan informal untuk mendidik seseorang dengan lingkungannya disebut sosialisasi.


menjadi mandiri, berdaya guna dan berhasil. Dalam melakukan hubungan dengan orang atau
Kemampuan bersosialisasi perlu dimiliki manusia di sekitarnya atau di lingkungannya
sejak anak masih kecil sebagai suatu pondasi manusia akan mengalami yang namanya
bagi perkembangan kemampuan anak perkembangan sosial. Perkembangan sosial
berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih merupakan proses belajar menyesuaikan diri
luas. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial dengan norma-norma kelompok bekerja sama
yang diharapkan lingkungannya, dapat dan adat kebiasaan, belajar bekerja sama,
berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak saling berhubungan dan merasa bersatu dengan
terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri, orang-orang di sekitarnya.
menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya. Pada dasarnya anak usia TK memiliki
Akibatnya anak akan mengalami hambatan keinginan yang kuat untuk dapat diterima oleh
dalam perkembangan selanjutnya. kelompoknya. Anak akan terus berusaha untuk
Taman Kanak-Kanak bukan merupakan dapat bergabung dan diakui oleh kelompok
sekolah, seperti halnya Sekolah Dasar (SD) sebayanya. Bila anak itu tidak diakui oleh
yang menjadikan calistung (baca, tulis, hitung) kelompoknya, maka anak akan mencari cara
sebagai tujuan utama dalam pembelajaran, lain untuk dapat diterima dalam kelompok
tetapi merupakan tempat yang menyenangkan sebaya tersebut. Keinginan yang kuat pada
bagi anak usia Taman Kanak-Kanak. Taman anak untuk diakui menuntut sejumlah
Kanak-Kanak adalah tempat bermain sambil kemampuan sosial yang perlu dimilikinya.
belajar bagi anak-anak dan tempat yang disukai Tidak semua anak mampu menunjukkan
oleh anak- anak. Pada kenyataannya, tidak perilaku sosial seperti yang diharapkan, dan
sedikit yang lebih mementingkan kemampuan tidak semua anak mampu berinteraksi dengan
kognitif anak tanpa memperhatikan kelompoknya secara baik.
kemampuan anak yang lain. Tuntutan dari Kemampuan bersosialisasi pada anak
orangtua yang menginginkan anaknya mampu usia Taman Kanak-kanak memiliki arti
calistung mengakibatkan perkembangan anak kemampuan anak untuk mencapai perilaku
yang lain kurang mendapat perhatian. Guru dan yang sesuai dengan lingkungan sosial. Pada
orang tua lebih memperhatikan kemampuan umumnya, perkembangan sosial anak usia dini
kognitif anak, sehingga guru dan orang tua yaitu : sudah dapat mengontrol dirinya sendiri,
kurang memperhatikan perkembangan anak sudah dapat merasakan kelucuan misalnya ikut
yang lain, seperti : perkembangan sosial, tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada
bahasa, fisik baik fisik motorik halus maupun hal-hal yang lucu. Rasa takut dan cemas mulai
kasar, nilai agama dan moral, dan berkembang, dan hal ini akan berlangsung
perkembangan seni, seharusnya guru dan sampai usia 5 tahun. Keinginan untuk berdusta
orangtua menyeimbangkan antara kemampuan mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk
kognitif serta kemampuan lain yang dimiliki melakukannya. Anak sudah dapat mempelajari
anak karena setiap kemampuan yang dimiliki mana yang benar dan salah dan mampu
anak memiliki keterkaitan dengan kemampuan menenangkan diri. Pada usia ini, anak-anak
lain yang dimiliki oleh anak. mulai mengungkapkan pilihan atas anak-anak
Manusia terlahir sebagai mahluk sosial, yang akan jadikan sebagai teman bermain dan
mahluk sosial yang memerlukan kehadiran anak-anak yang tidak mereka suka menjadi
orang lain, manusia berhubungan dengan orang teman bermain. Para guru perlu mengetahui
di sekitarnya dan cara manusia berhubungan struktur hubungan sosial yang terjadi di antara

88
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

anak-anak di ruang kelas. Peran guru sangat cara penguasaan bahan pelajaran melalui
diperlukan untuk membantu anak-anak pengembangan dan penghayatan anak didik.
memahami perasaan anak-anak lain dan Bermain peran termasuk salah satu jenis
mengembangkan rasa hormat terhadap orang bermain aktif, yang diartikan sebagai
lain. pemberian atribut tertentu terhadap benda,
Proses pembelajaran di TK hendaknya situasi dan anak memerankan tokoh yang
diselenggarakan secara menyenangkan, dipilih. Perilaku yang dilakukan anak
inspiratif, menantang, memotivasi anak untuk ditampilkan dalam setiap tingkah laku yang
berpartisipasi aktif memberi kesempatan untuk nyata dan dapat diamati dan biasanya
berkreasi dan kemandirian sesuai dengan tahap melibatkan penggunaan bahasa. Anak
perkembangan fisik dan psikis anak. Oleh melakukan impersonalisasi terhadap karakter
karena itu upaya meningkatkan kemampuan yang dikaguminya atau ditakutinya baik yang
bersosialisasi anak sangat penting. Pendidikan ia temui dalam kehidupan sehari-hari maupun
merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat dari tokoh yang ia tonton di film. Misalnya
terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar peran sebagai pedagang. Anak harus mampu
merupakan proses pribadi dan juga proses berperan sebagai pedagang sebagaimana yang
sosial ketika anak berhubungan dengan anak ia lihat di sekitarnya, misalnya di pasar.
lainnya dalam membangun pengertian dan Ataupun sebagai pembeli. Melalui peran
pengetahuan bersama. Sebagai salah satu upaya sebagai pedagang, anak harus dapat
mengembangkan kemampuan bersosialisasi berinteraksi dengan orang-orang yang datang
anak TK, guru dapat menggunakan metode untuk membeli dagangannya. Sebagai
bermain peran. Dengan metode bermain peran pedagang harus mampu menawarkan
diharapkan dapat mengembangkan interaksi dagangannya sehingga pembeli tertarik untuk
sosial anak tentunya dengan menggunakan membeli dagangannya.
strategi, materi dan media yang menarik Kegiatan bermain peran jarang
sehingga mudah diikuti oleh anak, karena dilakukan di TK Permata Kecamatan Rungkut
dengan bermain peran anak akan memiliki Surabaya. Para guru biasanya hanya
kesempatan menjadi pribadi yang lain dari mengobservasi anak yang sedang bermain
dirinya, maupun tokoh yang diinginkan. peran ketika jam istirahat berlangsung, dan
Bermain peran mulai tampak sejalan tidak pernah memasukkan kegiatan bermain
dengan tumbuhnya kemampuan anak untuk peran ini dalam program pembelajaran.
berpikir simbolik. Dalam bermain peran Kalaupun ada, penerapan kegiatan bermain
bersama teman-teman sebaya akan menjadi peran di TK lebih dominan dilakukan hanya
tonggak penting dalam perkembangan sosial untuk bermain peran dengan ukuran
anak. Melalui kegiatan sosial diharapkan sifat sebenarnya, seperti anak yang memakai baju
egosentrisme anak akan semakin berkurang, dokter atau anak yang berperan sebagai guru.
dan anak secara bertahap berkembang menjadi Kegiatan bermain peran ini tampak lebih
mahluk sosial yang dapat bergaul dan efektif untuk digunakan sebagai kegiatan yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
sosialnya. Kegiatan bermain peran ditandai keterampilan berbicara, karena dengan bermain
dengan adanya interaksi dengan orang di peran melibatkan beberapa anak untuk
sekeliling anak, sehingga akhirnya anak berinteraksi dan berbicara satu sama lain.
mampu terlibat dalam kerjasama dalam Sejak anak-anak usia TK masalah-
bermain. Metode bermain peran adalah suatu masalah bersosialisasi sudah dapat

89
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

diidentifikasikan dari berbagai perilaku yang penjual, pembeli, dan sebagainya. Pada setiap
ditampakkan anak, diantaranya anak selalu peranan tersebut seorang anak harus dapat
ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat berprilaku sesuai dengan peran yang
marah, setiap keinginannya selalu harus dilakukannya. Metode bermain peran biasanya
dituruti, membangkang bahkan menarik diri menyampaikan suatu masalah sebelum
dari lingkungannya serta tidak mau bergaul memberikan pemecahan atas masalah itu.
dengan teman-temannya. Berdasarkan Anak-anak yang memainkan peran itu
observasi awal yang dilaksanakan pada awal menunjukkan apa yang akan mereka lakukan,
tahun ajaran baru bulan oktober 2014 di TK bagaimana reaksi mereka terhadap suatu
Permata Kecamatan Rungkut Surabaya, kejadian atau situasi. Ketidakmampuan anak
terutama pada anak TK kelompok A, dalam bersosialisasi akan mengakibatkan anak
ditemukan rata-rata kemampuan sosial anak menjadi pemalu, kurang rasa percaya diri, tidak
masih sangat rendah, hal ini bisa dilihat ketika mampu berkomunikasi dengan teman, dan
anak belum menunjukkan sikap mandiri dalam memiliki egoisme yang tinggi. Sehubungan
kegiatan, belum mau berbagi dan membantu dengan itu penelitian ini perlu dilakukan dan
teman, belum menunjukkan antusiasme dalam hasil penelitian ini akan memberikan informasi
melakukan permainan, belum mampu pada masyarakat dalam menyikapi anak kurang
kerjasaman dan , belum mampu mengendalikan mampu dalam bersosialisasi. Peneliti tertarik
perasaan, menghargai orang lain dan belum melakukan penelitian lebih lanjut untuk
bisa menunjukkan rasa percaya diri, hal ini mengetahui pengaruh penerapan metode
akan berpengaruh pada perkembangan bermain peran dalam meningkatkan
sosialnya. kemampuan bersosialisasi anak kelompok A di
Permasalahan-permasahan di atas, TK Permata Kecamatan Rungkut Surabaya.
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
pembelajaran yang kurang bervariasi, tahapan Anak Usia Dini
bermain anak menurut Kurniawati (2008) pada Anak usia dini adalah sosok individu
usia 2-4 tahun ditandai dengan bermain khayal yang sedang menjalani suatu proses
dan bermain pura-pura, akan tetapi tahapan perkembangan dengan pesat dan fundamental
bermain tersebut di kelompok A belum bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
berkembang dan belum terstimulus secara berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa
optimal, perkembangan anak pada usia ini ini proses pertumbuhan dan perkembangan
masih bersifat egosentris seperti berebut dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
mainan, dan ingin mendapatkan perhatian guru yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
untuk dirinya sendiri baik guru maupun teman. manusia (Nurani 2009).
Mencermati fenomena seperti di atas, Anak usia dini adalah sosok individu
maka dicoba untuk meningkatkan kemampuan yang sedang menjalani suatu proses
bersosialisasi anak melalui metode bermain perkembangan dengan pesat dan fundamental
peran sebagai upaya meningkatkan bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
kemampuan bersosialisasi anak sehingga berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa
mereka memperoleh sesuatu yang bermakna ini proses pertumbuhan dan perkembangannya
bagi anak. Bermain peran dapat dilakukan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
dalam berbagai macam peranan. Seseorang cepat dalam rentang perkembangan hidup
dapat memerankan berbagai peran dalam satu manusia (Berk, 1992). Proses pembelajaran
harinya, misalnya sebagai seorang guru, sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada

90
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

anak harus memperhatikan karakteristik setiap budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun
tahap perkembangan anak. Hurlock (1978) mengutarakan bahwa
Mentessori dalam Seldin (2004) kemampuan bersosialisasi merupakan
menyatakan bahwa pada rentang usia lahir perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai
sampai 6 tahun anak mengalami masa dengan tuntunan sosial. “Sosialisasi adalah
keemasan (the golden year) yang merupakan kemampuan bertingkah laku sesuai dengan
masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk norma, nilai atau harapan sosial”.
menerima berbagai rangsangan. Masa peka
adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik Bermain Peran
dan psikis, anak telah siap merespon stimulasi Menurut Nugraha (2006) anak senang
yang diberikan oleh lingkungan. bermain “khayalan” berakting sebagai orang
tua, meniru tokoh kartun atau menjadi bayi.
Kemampuan Bersosialisasi Kegiatan bermain peran merupakan kegiatan
Kemampuan bersosialisasi adalah bermain tahap selanjutnya setelah bermain
kemampuan perilaku anak dalam fungsional. Main peran melibatkan interaksi
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan secara verbal atau bercakap-cakap, dan
masyarakat di mana anak itu berada. interaksi dengan orang lain.
Kemampuan bersosialisasi diperoleh anak Sudirman, (2001) mengatakan metode
melalui kematangan dan kesempatan belajar bermain peran adalah cara mengajar yang
dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi dilakukan oleh guru dengan jalan menirukan
anak usia dini, kegiatan bermain menjadi tingkah laku dari sesuatu situasi sosial. Metode
fungsi sosial anak semakin berkembang. bermain peran lebih menekankan pada
Tatanan sosial yang baik dan sehat dapat keikutsertaan pada murid untuk bermain
membantu anak dalam mengembangkan sikap peran/sandiwara dalam hal menirukan masalah-
konsep diri yang positif sehingga menjadikan masalah sosial. Sedangkan Uno (2008)
perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih menguraikan proses bermain peran dapat
optimal. Hurlock (1987) mengemukakan memberikan contoh kehidupan perilaku
bahwa mulai usia 2 sampai 6 tahun anak manusia yang berguna sebagai sarana bagi
belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul anak untuk: a) menggali perasaannya, b)
dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
terutama dengan anak-anak yang umurnya berpengaruh terhadap sikap, nilai dan
sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan persepsinya, c) mengembangkan keterampilan
bekerja sama dalam kegiatan bermain. dan sikap dalam memecahkan masalah, d)
Kemampuan bersosialisasi merupakan mendalami mata pelajaran dengan berbagai
bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang macam cara.
ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi
dengan orang lain disertai dengan ketepatan HIPOTESIS
dan kecepatan sehingga memberikan Berdasarkan latar belakang persoalan
kenyamanan bagi orang yang berada serta landasan teori yang telah dipaparkan di
disekitarnya (Chaplin dalam Suhartini, 2004). atas maka, hipotesis penelitian yang diajukan
Mehibin (1999) mengatakan bahwa adalah penerapan metode bermain peran
kemampuan bersosialisasi merupakan proses effektif efektif untuk meningkatkan
pembentukan social self (pribadi dalam kemampuan bersosialisasi pada anak usia dini.
masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,

91
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

METODE dari hasil wawancara tersebut penulis


Subyek memadukan dengan teori dari Hurlock dan
Subjek penelitian adalah anak-anak TK menuangkannya dalam bentuk skala, dan
di TK Permata Kecamatan Rungkut Surabaya. dari poin-poin pernyataan angket tersebut
Penelitian pada anak TK Permata Kecamatan diharapkan mampu mengungkap sejauh
Rungkut Surabaya ini didasarkan observasi mana kemampuan sosialisasi anak-anak
yang dilakukan yang menunjukan bahwa anak berdasarkan atas pengakuan dan pernyataan
didik kurang dapat berperilaku sosial dengan dari pihak sekolah. Sedangkan isi dari
teman sebayanya. Subjek penelitian angket kemampuan sosialisasi terdiri dari
eksperimen ini adalah para anak didik TK 19 pernyataan favourable dan 21
Permata Kecamatan Rungkut Surabaya tahun pernyataan unfavourable.
pelajaran 2014-2015, dengan jumlah 15 anak. 3. Skala dan Skoring kemampuan
bersosialisasi
Variabel Penelitian dan Pengukurannnya Alat ukur kemampuan bersosialisasi
Dalam penelitian ini mencoba berupa skala yang berisikan kumpulan
membuktikan apakah metode bermain peran pertanyaan tentang aktivitas. Prosedur
dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi pengukuran skala kemampuan
anak. Metode bermain peran menjadi variabel bersosialisasi pada penelitian ini disusun
bebas atau variabel independen dalam dengan menggunakan alternative jawaban
penelitian eksperimen ini. Sedangkan yang yang telah disediakan. Alternative jawaban
menjadi variabel tergantung adalah yang digunakan sesuai dengan skala Likert.
kemampuan bersosialisasi. Jawaban yang diajukan berupa frekuensi
1. Definisi Operasional Kemampuan subyek dalam menyikapi atau melakukan
Bersosialisasi suatu kegiatan. Pernyataan favourable yaitu
Kemampuan bersosialisasi adalah pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang
suatu proses dimana seseorang memperoleh postif mengenai sikap obyek, yaitu kalimat
kemampuan sosial untuk dapat yang sifatnya mendukung atau memihak
menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial, pada sikap obyek sebagai berikut: untuk
yang diungkapkan dengan skala jawaban SL (Selalu) nilainya 5, SR (Sering)
kemampuan bersosialisasi. nilainya 4, KK (Kadang-kadang) nilainya 3,
2. Pengembangan skala Kemampuan J (Jarang) nilainya 2, TP (Tidak Pernah)
Bersosialisasi nilainya 1. Sebaliknya pernyataan yang
Pengembangan alat ukur untuk unfavourable adalah pernyataan yang berisi
mengetahui kemampuan bersosialisasi, hal-hal yang negatif mengenai sikap obyek,
disusun dalam sebuah blue print yaitu kalimat yang sifatnya tidak
berdasarkan pendapat Helms & Turner mendukung ataupun kontra terhadap sikap
(1984), dengan indikator: anak dapat obyek yang hendak diungkap. Jawaban
bekerjasama (cooperating) dengan teman, untuk alternative jawabannya SL (Selalu)
anak mampu menghargai (altruism) teman, nilainya 1, SR (Sering) nilainya 2, KK
anak mampu berbagi (sharing) kepada (Kadang-kadang) nilainya 3, J (Jarang)
teman, anak mampu membantu (helping nilainya 4 dan TP (Tidak Pernah) 5 (Azwar.
others) orang lain. Angket Kemampuan 1998).
Sosialisasi, Sebelum membuat angket
penulis mengadakan wawancara, kemudian

92
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

Desain dan Pelaksanaan Eksperimen penyusunan modul penelitian dilaksanakan


Desain penelitian yang digunakan selama satu minggu.
adalah eksperimental one group pretest- 1. Penjaringan
posttest design. Desain eksperimental ini hanya Penjaringan dan pengelompokan
menggunakan satu kelompok subjek, kelompok dilaksanakan di TK Permata yang
ini terlebih dahulu dilakukan pretest kemudian dilakukan pada tanggal 10 Nopember 2014
dilakukan posttest setelah menjalani intervensi di kelompok A. hasil dari penjaringan ini
eksperimen yaitu bermain peran. akan digunakan sebagai subyek pilihan.
Pengumpulan data dilakukan melalui Adapun jumlah anak yang mengikuti
tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penjaringan 15 anak yang mempunyai
seleksi subjek,dan tahap pelaksanaan. Tahap kemampuan bersosialisasi rendah.
Persiapannya berupa kegiatan yang dilakukan 2. Pretest dan posttest
dalam tahap persiapan ini meliputi observasi Pelaksanaan pretest dan posttest
untuk pengambilan data awal yang berkaitan tersebut dilakukan dengan cara bermian
dengan kurangnya perilaku bersosialisasi anak peran. Adapun tujuan dari pretest dan
TK, penentuan subjek penelitian, penyususnan posttest ini untuk menilai kemampuan anak
instrumen penelitian, penggandaan instrumen, sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
pembuatan media yang digunakan untuk atau tindakan 4 indikator yang terdiri dari
bermain peran, disiapkan desain modul anak dapat bekerjasama, mampu
bermain peran dan pengurusan surat ijin menghargai teman, mampu berbagi kepada
penelitian. Selanjutnya dilakukan tahap uji ahli teman, dan mampu membantu orang lain.
untuk memastikan bahwa desain buku panduan 3. Pelaksanaan perlakuan
bermain peran yang direncanakan telah sesuai Adapun bemain peran yang
untuk penelitian ini. Tahap Seleksi subjek diperkenalkan pada pelaksanaan tindakan
dilaksanakan dengan pemberian skala ada 3 permainan peran, dimana anak dapat
kemampuan bersosialisasi untuk mengetahui memilih dikelompok peran mana yang akan
kurangnya kemampuan bersosialisasi pada diperan, dengan ketentuan masing-masing
anak TK. Dimana subjek yang memiliki kelompok ada 5 anak. Hasil pengamatan
rentang nilai skala kemampuan bersosialisasi menunjukkan bahwa penerapan
sedangdan rendah akan dipilih sebagai subjek pembelajaran kemampuan bersosialisasi
eksperimen. Tahap Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan metode bermain
atau pemberian tindakan berupa kegiatan peran dapat meningkatkan semangat dan
bermain peran dengan menggunakan modul motivasi anak dalam berinteraksi dengan
bermain peran ini mencakup beberapa tahapan teman sebayanya. Hal ini terlihat pada hari
yaitu observasi dan wawancara, pelaksanaan pertama pemberikan perlakuan anak sangat
kegiatan bermain peran dan evaluasi. antusias memperhatikan tampilan yang
Sebelum pelaksanaan penelitian maka disajikan. Bahkan, sebagian besar anak
dilakukan penyusunan modul ekperimen yang memperlihatkan ketertarikannya. Terlihat
berisi skenario pelaksanaan pembelajaran seluruh anak fokus pada peran
mulai dari kegiatan pretest sampai pada dikelompokknya dan tidak terlihat ada anak
kegiatan prosttest, langkah-langkah yang melakukan aktivitas lain atau
pelaksanaan tindakan mulai dari aktivitas melakukan permainan lain.
pembuka sampai aktivitas penutup. Begitu pula Trainer yang nantinya akan
memimpin jalannya pemberian perlakuan

93
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

adalah 1 orang pengajar di TK Permata, 1 bermain peranterhadap kemampuan


komite dan 1 guru dan pakar psikologi bersosialisasi pada anak yang telah
Ubaya. Pendidikan terakhir tiga di antara diberikan selama tahapan eksperimen.
mereka adalah sarjana. Pelatihan untuk Rater melakukan pengamatan selama 9 hari
trainer dilaksanakan tanggal 25 Oktober yang dilakukan dimulai dari masuk kelas
2014, pukul 10.00 – 11.00 WIB. Peneliti hingga sekolah usai menggunakan
sebagai trainer membagikan modul, pedoman observasi. Hasil pencatatan
berceramah, dan mengadakan simulasi. observasi kemudian diskor untuk
Perlengakapan yang digunakan dalam mengetahui peningkatan kemampuan
simulasi sama dengan yang akan digunakan bersosialisasi pada anak jika dibandingkan
dalam pemberian perlakuan, namun saat dengan data pretest.
simulasi. Analisis data yang digunakan yaitu
Pretest terhadap limabelas subjek menggunakan perhitungan statistik Uji Mann-
dilakukan tanggal 17 Nopember 201 pukul Whitney terhadap gain scor. Uji Mann-Whitney
07.30 – 08.30 WIB bertempat di ruang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
Sentra Drama. Selama jalannya pretest, sebelum dan sesudah menggunakan metode
tidak jarang peneliti harus memberikan bermain peran. Gain score merupakan
motivasi atau sekedar berbincang dengan perubahan skor atau selisih antara skor pretest
subjek untuk menjaga mood subjek dan dan posttest (Azwar,2010).
mencegah subjek bosan. Hasil pretest nilai Uji gain dilakukan untuk mengetahui
akhir terendah 81 dan nilai pertinggi 97 sejauh mana peningkatan hasil belajar anak
dengan rata-rata 86.80 antara sebelum dan sesudah kegiatan
Posttest dilaksanakan pada tanggal pembelajaran dilakukan. Rumus yang
24 Nopember – 11 Desember 2014 di ruang digunakan untuk menghitung besarnya
Sentra Drama pukul 07.30 – 08.30 WIB. peningkatan (gain) hasil belajar menurut
Sama halnya dengan pretest, peneliti Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010) adalah
sebagai tester. perlakuan hanya bisa sebagai berikut :
dilakukan setiap hari Selasa, Rabu, dan Skor posttest – pretest
Kamis. <g>=
Skor maksimum – skor pretest
Teknik Analisis Data
1. Data pretest yang dilakukan untuk Uji Mann-Whitney/Wilcoxon merupakan
mengetahui muncul atau tidaknya suatu alternatif bagi uji-t. Uji Mann
perilaku anak berdasarkan pedoman Whitney/Wilcoxon merupakan uji non-
observasi. Rater melakukan pengamatan parametrik yang digunakan untuk
selama dua hari yang dilakukan dari pagi membandingkan dua mean populasi yang
ketika anak mulai masuk sekolah hingga berasal dari populasi yang sama. Uji Mann-
sekolah selesai. Hasil dari pencatatan Whitney juga digunakan untuk menguji apakah
observasi kemudian digunakan untuk dua mean populasi sama atau tidak.
menentukan subjek penelitian.
2. Data posttest dilakukan setelah tahapan HASIL
eksperimen usai, yaitu dengan cara Uji Wilcoxon dilakukan untuk menguji
pengamatan. Pengamatan yang dilakukan skor membaca permulaan pretest dan posttest
berguna untuk mengetahui efektivitas pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil

94
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

analisis dengan menggunakan Statistical 168, ada peningkatan 28 dengan nilai rata-rata
Package for Social Sciences (SPSS) Version 154.07.
12.0 untuk uji T sampel berpasangan adalah 2. Hasil analisis Mann-Whitney U Test
sebagai berikut: Tabel 3
1. Hasil Descriptives Statistics Hasil Analisa Mann-Whitney U Test
Tabel 1 Post N Meann Sum of
Hasil Data Pretest dan Postest Rank Ranks
SUBYEK PRETEST POSTEST Pre 15 8.00 120.00
1 81 153 Post 15 23.00 345.00
2 86 165 Total 30
3 85 165
4 82 164 Tabel Ranks memaparkan nilai Mean
5 88 169 Ranks dan Sum of Rank. Nilai rata pada
6 87 163 Mean Rank pada pretest adalah 8.00 dan
7 86 167 postest 23.00, sedangkan jumlah kumulatif
8 83 154 disebut Sum of Ranks pada pretest 120 dan
9 86 161 pada postest 345.00.
10 87 161 Tabel 4
11 97 156 Test Statistics
12 87 167 pre
13 90 168 Mann-Whitney U .000
14 87 169 Wilcoxon W 120.000
15 90 171 Z -4.676
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Tabel 2 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
Descriptives Statistics a. Grouping Variable: post
b. Not corrected for ties.
Perlakuan Jumlah Mi Ma Mean Std.
Subjek n. x. Terlihat bahwa pada kolom Asymp.
Deviati Sig. (2-tailed)/ asymptotic significance
on untuk uji dua sisi adalah 0,000, atau
pretest 15 81 97 86.80 3.802 probabilitas dibawah 0,05 (0,000 < 0,05).
Posttest 15 140 168 154.0 8.102
7 Maka H0 ditolak atau memang ada
Valid N 15 perbedaan penerapan metode bermain
(listwise) peran terhadap kemampuan bersosialisasi
anak usia dini. Dari output Rank, dapat kita
Hasil analisis skor kemampuan lihat bahwa nilai mean untuk anak pada
bersosialisasi menunjukkan ada peningkatan postest (140) lebih kecil daripada nilai
kemampuan bersosialisasi yang signifikan pada mean anak pada prettest (8.00 < 23.00).
subjek yang mendapat perlakuan berupa Dari Nilai uji Mann-Whitney U Test, dapat
metode bermain peran. Ditunjukkan oleh nilai kita lihat pada output “Test Statistic”
terendah pada pretest 81 dan nilai tertinggi 97, dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu
ada peningkatan 16 dengan rata-rata 86.80. - 4676 dan nilai sig.2-tailed adalah 0,000 <
Pada postest nilaiterendah 140 dan tertinggi 0,01 Karena itu hasil uji signifikan secara

95
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

statistik, dengan demikian kita dapat dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
menolak H0 dimana ada perbedaan menggunakan metode bermain peran
distribusi skor pada pretest maupun postest. Hasil yang diperoleh dari pengujian
Diterima atau ditolak kita dapat hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh
membandingkan nilai U test hitung dari penerapan metode bermain peran efektif
dibanding dengan U test table atau untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi
membandingkan nilai signifikansi dengan pada anak usia dini. Ditunjukkan dengan
nilai alfa (0,05). adanya peningkatan skor kemampuan
Berdasarkan kedua hasil tersebut bersosialisasi yang signifikan antara sebelum
menunjukkan adanya perbedaan setelah dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan
diberi perlakuan. Hasil tersebut juga metode bermain peran. Analisis data
menunjukkan adanya peningkatan skor menggunakan teknik statistik nonparametrik
kemampuan bersosialisasi pada postest Mann-Whitney Test.
yang lebih besar dibandingkan pretest, Hasil dari uji analisis di atas
sehingga dapat dikemukakan bahwa menunjukkan bahwa hipotesis yang telah
kemampuan bersosialisasi pada pretest ditulis pada bab sebelumnya ditolak, yang
setelah menggunakan metode bermain artinya ada perbedaan peningkatan yang
peran lebih tinggi dibanding postest yang signifikan pada kemampuan bersoisalisai pada
tidak mendapat perlakuan menggunakan saat setelah diberi perlakuan. Dengan demikian
metode bermain peran. dapat dikatakan bahwa penerapan metode
bermain peranefektif untuk meningkatkan
DISKUSI kemampuan bersoasialisasi pada anak usia
Kegiatan pengajaran bersosialisasi yang dini.. Dari hasil penelitian menggunakan Mann
berlangsung di TK Permata sudah dilakukan Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan
sejak tahun pertama yaitu pada kelompok A yang signifikan antara pretest dan posttest.
(nol kecil) dan akan lebih ditekankan di Taraf signifikansi yang didapat dari hasil nilai
semester I. Di tahun pertama semester pertama, Z sebesar -4,676 dan p=0,000 (p < 0,05). Hal
stimulasi untuk bersosialisasi diawali dengan ini membuktikan bahwa ada perbedaan
permainan kelompok. peningkatan skor kemampuan antara pretest
Kegiatan bermain peran ini dilakukan dan postest yang signifikan sehingga hipotesis
kurang lebih 9 kali pertemuan dalam 3 minggu, diterima. Hal ini membuktikan bahwa metode
dalam waktu satu jam pada jam pelajaran bermain peran atau dapat meningkatkan
pertama. Dapat disimpulkan bahwa pada kemampuan bersosialisasi anak.
semester pertama pengajaran bersosialisasi Mengoptimalkan tercapainya tujuan
kurang ditekankan karena guru lebih terfokus pendidikan pada anak usia dini diperlukan
pada bagaimana menciptakan suasana kelas di penggunaan metode yang tepat. Oleh karena itu
sekolah yang menyenangkan. guru perlu menyiapkan suatu metode bermain
Hasil pelaksanaan pembelajaran peran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak.
bersosialisasi dengan menggunakan metode Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode
bermain peran memperlihatkan peningkatan bermain peran ini sangat penting karena bisa
motivasi anak dalam bersosialisasi dengan berdampak signifikan terhadap cara dan proses
temannya, hal ini dapat dilihat dari pembelajaran anak selanjutnya. Hal ini berarti
kerjasamanya, mau berbagi dan menghargai penggunaan metode bermain peran yang tepat
dengan teman, serta mau saling membantu dan sesuai dengan dunia anak akan dapat

96
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

memfasilitasi perkembangan berbagai potensi yang sangat pesat. Oleh karena itu, pada saat
dan kemampuan anak secara optimal serta prasekolah, anak harus diberikan banyak
tumbuhnya sikap dan perilaku positif yang kesempatan untuk bersosialisasi dan banyak
mendukung pengembangan berbagai potensi melihat dari orang sekitar agar anak dapat
dan kemampuan anak tersebut, namun cakap dalam bersosialisasi dan agar anak tidak
sebaliknya kekeliruan dalam menggunakan takut ketika bersosialisasi dengan orang lain.
metode bermain peran dapat menghambat Pembelajaran anak melalui metode
potensi-potensi anak secara optimal dan bermain peran membuat anak semangat dalam
menumbuhkan persepsi-persepsi yang keliru belajar. Anak tidak merasa bosan karena
pada anak tentang aktivitas belajar itu sendiri. mereka merasa mereka bermain. Bermain
Adanya perbedaan kemampuan adalah dunia mereka, sehingga ketika mereka
bersosialisasi pada anak dapat dipengaruhi oleh melakukan kegiatan tersebut mereka sangat
beberapa faktor. Faktor-faktor yang menikmati dan merasa senang. Anak juga tidak
mempengaruhi kemampuan bersosialisasi banyak mengeluh ketika melakukan kegiatan
diantaranya yaitu latar belakang budaya, tersebut. Dengan metode ini diharapkan agar
inteligensi, pola hubungan keluarga, lebih membantu anak yang sebelumnya kurang
kesempatan berinteraksi dan bersosialisasi terampil dalam bersosialisasi menjadi lebih
yang baik untuk ditiru. Model yang baik yang terampil ketika mendapat perlakuan bermain
dapat ditiru dan kesempatan untuk berlatih peran.
menjadi faktor yang paling penting dalam Pemberian metode bermain peran di TK
mengembangkan perilaku yang sesuai dengan Permata Kecamatan Rungkut Surabaya
aspek kemampuan bersosialisasi. Anak yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam
diberikan stimulus bermain peran untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada
mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak. Kegiatan-kegiatan yang diberikan ketika
secara terus menerus, maka kemampuan bermain peran yaitu anak-anak diminta untuk
bersosialisasi anak akan lebih baik, terutama memperagakan suatu adegan yang telah
pada anak pra sekolah atau Taman Kanak- ditentukan sebelumnya di dalam modul. Setiap
kanak sebagai tambahan pembelajaran. adegan mempunyai tema yang berbeda-beda,
Pada usia dini memang sangat diantaranya yaitu bermain peran libur kepantai,
dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat bermain peran penjual makanan, dan bermain
membantu anak dalam bersosialisasi dengan peran kesekolah . Setiap tema yang dibuat
lingkungan barunya dan dapat bergaul dengan mempunyai tujuan yang berbeda-beda untuk
baik dengan teman-temannya. Pada masa ini mengungkap aspek-aspek pada kemampuan
anak sebaiknya dipersiapkan untuk dapat bersosialisasi.
berinteraksi dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu KESIMPULAN
anak harus diberikan metode yang sesuai untuk Penelitian tentang penerapan metode
membantu anak dalam bersosialisasi sehingga bermain peran untuk meningkatkan
dapat berinteraksi dengan baik di kemampuan bersosialisasi pada pendidikan
lingkungannya yaitu dengan memberikan anak usia dini adalah salah satu penelitian yang
metode bermain peran.Anak pada masa penting untuk diterapkan, karena keterampilan
prasekolah sangat cepat menangkap pada saat hidup yang mendasar dan perlu dilatih
belajar. Pada saat usia prasekolah, anak itu semenjak usia dini bagi setiap individu.
mengalami perkembangan dan pertumbuhan Perkembangan sosial anak ditandai oleh

97
Nurul Aida dan Rr Amanda Pasca Rini

kemampuan dalam menyesuaikan diri dan and Circle Time (BCCT) dalam
mengembangkan tingkah laku sosialnya Dimensi PAUD. Bandung: Rizqi Press.
sehingga dapat bersosialisasi dengan baik. Hal Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi.
ini pula yang mendorong dikerjakannya Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
penelitian ini. Berk,L.E, (1992). Children’s Private Speech :
An Overview Of Theory And The
SARAN Status Of Research. In R.M. Diaz &
1. Bagi Pengajar TK Permata Kecamatan L.E. Berk (Eds), Private Speech : From
Rungkut Surabaya Social Interaction To Self Regulation.
Banyak metode pembelajaran yang UK : Lawrance Erlbaum Associates
berkembang saat ini yang bisa diterapkan di Chaplin, J.P. (2004). Kamus Psikologi. Jakarta:
sebuah lembaga pendidikan untuk PT. Raja Grafindo Persada.
meningkatkan kemampuan bersosialisasi Depdikbud.1994 Kurikulum Taman Kanak-
namun kesiapan untuk menerapkan sebuah kanak. Jakarta.
metode belajar terutama metode bermain Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999.
peran harus sangat diperhatikan karena Pedoman Pembelajaran Bidang
penerapan metode belajar yang kurang Pengembangan Kognitif Pendidikan
maksimal berdampak pada hasil yang Taman Kanak-kanak
kurang optimal pada anak. Persiapan ini Hurlock, Elizabeth B. (1978). Child
th
meliputi kecakapan dari guru untuk Development. 6 Ed. Tokyo: McGraw
menerapkan metode ini dengan prosedur Hill Inc. International Student Ed.
yang sesuai. Hurlock, B. Elizabeth. (1997). Perkembangan
Anak Jil. I. Jakarta Erlangga
2. Bagi Peneliti Lain Hurlock, E.B. (2005). Perkembangan Anak Jilid
Peneliti menambah jumlah subjek 2. Alih Bahasa: Dr. Medmeitasari
penelitian, sehingga dapat melakukan Tjandrasa. Jakarta: Erlangga
penelitian dengan metode yang sama Hurlock, E.B. (2008). Perkembangan Anak Jilid
dengan menggunakan kelompok kontrol 1 Edisi Keenam Alih Bahasa: Meitasari
sebagai pembanding. Selain itu peneliti Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih.
dapat menggunakan skala perilaku Jakarta. Erlangga
bermasalah juga, sehingga bisa diketahui Helms, D. B & Turner, J.S., (1983), Exploring
peningkatan keterampilan sosial anak-anak Child Behavior, New York : Holt
usia prasekolah diikuti juga dengan Rinehartand Winston.
penurunan perilaku bermasalahnya. Kemendiknas, (2012). Kurikulum Taman
Perbaikan yang dapat dilakukan dalam hal Kanak-kanak Pedoman Pengembangan
waktu pelaksanaan, di mana sebaiknya Program Pembelajaran di TK. Jakarat
jarak antara pretest dan posttest dirancang Mehibin, S. (1995). Psikologi Belajar, Ciputra:
sedemikian rupa agar tidak berlangsung Logos Wacana Ilmu
terlalu lama. Nugraha A, (2006). Metode Pengembangan
Sosial Emosional. Jakarta. UT
DAFTAR PUSTAKA Nurani, Sujiono, Yuliani (2009). Konsep dasar
Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar bagi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Penerapan Pendekatan Beyond Centers PT Indek

98
Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi pada Pendidikan
Anak Usia Dini

Seto, Mulyadi. 2004. Bermain dan


Kreativitas, Upaya mengembangkan
Kreativitas Anak melalui Kegiatan
Bermain, Jakarta:Papas SinarSinanti
SkalaLikert,http://id.wikipedia.org/wiki/Skala
_Likert, akses 2 Nopember 2014
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa IndonesiaEdisi Kedua,
Cetakan Kesepuluh. Jakarta:
BalaiPustaka.
Undang-undang No.20 Tahun 2003. Pasal1
angka 14. Tentang Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran,
Bumi Aksara

99

Anda mungkin juga menyukai