Anda di halaman 1dari 14

ANAK DIDIK DAN KONTAK SOSIAL EDUKATIF

•Dalam dunia pendidikan/ sekolah, sekolah merupakan suatu


sarana mencapai hasil pendidikan yang diharapkan.

•Kontak sosial disebut juga pergaulan sosial antara pendidik


dan anak didik yang memungkinkan timbulnya rasa senang
dan cinta anak didik dari pendidik atau sebaliknya.

•Dalam kontak sosial, pendidik dapat melakukan observasi


terhadap anak didik secara langsung untuk memunculkan
potensi yang ada pada anak didik. Sedangkan anak didik
melalui kontak sosial tersebut dapat mengetahui secara
langsung apa yang ada pada pendidik, kecintaannya, rasa
sosialnya, dedikasinya, dan sebaliknya.

• Saling mengetahui karena kontak sosial tersebut dapat
memudahkan usaha bimbingan dan pertolongan agar
dilaksanakan sebaik-baiknya.

• Kesempatan kontak sosial wajib diadakan dan


dipergunakan sebaik-baiknya, karena kontak langsung
menimbulkan interaksi wajar antara kekuasaan pendidik
dan kekuatan anak didik. Pendidikan yang sebenarnya
itu berlaku di dalam interaksi sosial antara orang dewasa
dan anak.
• Pada masa lalu pendidik sangat berkuasa. Pendidik
menentukan segala sesuatunya, pendidik juga bersikap
otoriter, anak didik harus menurut dan menaati segala
perintah atau larangan dari pendidik. Jika anak didik tidak
menaati segala aturan atau perintah pendidik, kekerasan dan
hukuman akan digunakan pendidik untuk memaksakan
kehendaknya. Sehingga anak didik akan melaksanakannya
kemudian patuh karena rasa takut yang disertai rasa benci dan
dendam.
• Dengan pelaksanaan pendidikan yang demikian,
hubungan cinta mencintai antara pendidik dan anak didik
tidak ada. Sehingga terjadi pergaulan yang tidak wajar.
Akibatnya anak didik tertekan tidak berani mengeluarkan isi
hatinya, merasa dirinya kecil, tidak berdaya sehingga dapat
menimbulkan rasa harga diri kurang alias minder.
Seiring berkembangnya zaman, kemudian keadaan
proses pembelajaran otoriter mulai berubah. Pendidik tinggal
menuruti kehendak anak. Hal ini disebut pendidikan lunak.

Pendidik membiarkan anak didik berkembang sendiri, anak


dimanjakan, segala kesulitan yang dihadapi anak, diatasi oleh
pengasuhnya. Anak menjadi canggung. Sikap pendidik
seperti itu disebut Laissez Faire. Hal ini dapat menimbulkan
anak akan merasa canggung dalam pergaulan dan selalu
merasa kalah dalam ketangkasan dibanding anak yang lain.
• Kedua jenis jenis pergaulan keras dan lunak tersebut
tidak tepat. Seorang pendidik wajib memajukan atau
mengadakan konversi (penukaran / timbal balik/ tarik
ulur.) dari keduanya.

• Kekuasaan pendidik bukan seperti kekuasaan polisi


yang wajib menjalankannya sesuai dengan hukum
negara. Kekuasaan pendidik menimbulkan apa yang kita
kenal dengan kewibawaan.

• Pergaulan mempunyai peranan penting dalam


pembentukan pribadi anak didik. Manfaat pergaulan
adalah :
 Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan, karena
dengan pergaulan memberi pengenalan yang pertama tentang
cara menghadapi sesamanya. Melalui pergaulan itulah dapat
diterima kemudian ditirukan anak berbagai hal yang diberikan
oleh orang dewasa.

 Pergaulan merupakan sarana untuk wawasan diri. Dalam


pergaulan setiap anak mendapatkan pengalaman yang
bermacam-macam. Anak yang semula merasa satu dengan
dengan lingkungannya, lama kelamaan melepaskan diri dari
lingkungannya. Maka mulailah anak tersebut mengadakan
perbandingan antara dirinya sendiri dengan orang yang
terdapat di sekitarnya. Setiap kali pula anak bertanya, apakah
itu ada pada dirinya.
 Pergaulan menimbulkan cita-cita. Adanya keinginan untuk menjadi
dokter, polisi, presiden, ahli pidato adalah berkat adanya kekaguman
terhadap orang dewasa yang ada di sekitarnya yang dijumpainya dalam
pergaulan selanjutnya.

 Pergaulan itu memberi pengaruh secara diam-diam. Anak mempunyai


sikap mudah meniru. Apa saja yang ditemukan, dia lihat, dia dengar
dalam pergaulan apakah itu baik, atau buruk seakan-akan secara spontan
akan menirunya. Kemungkinan anak didik memperoleh pengaruh dari
pendidik, pengaruh itu diterima anak didik atas pilihannya sendiri, tidak
dengan cara paksa. Itulah sebabnya pergaulan anak itu harus terus
menerus dikontrol. Tujuan melakukan pengontrolan adalah untuk
menjaga agar anak tidak mendapatkan pengaruh yang jelek dari
pergaulannya. Pengontrolan hendaknya dilakukan dengan bijaksana
supaya tidak mendapatkan akibat sampingan yang kurang diperhitungkan.
Dapat diungkapkan bahwa pergaulan dengan proses
pendidikan terdapat pendidikan.
 Perlu memahami tentang perbedaan antara pergaulan anak
didik dengan sesama anak, dan pergaulan anak didik dengan
orang dewasa. Perbedaan tersebut karena pergaulan antara
sesama anak tidak mempunyai sumbangan bagi perkembangan
rohani anak didik. Perbedaan tersebut terletak pada pergaulan
antara sesama anak tetap biasa tidak mungkin berubah menjadi
pergaulan pendidikan. Karena anak yang satu masih belum
bertanggung jawab , sesama anak masih saling tergantung dan
anak yang satu tidak mempunyai wibawa terhadap yang lain.
Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa dan disengaja
serta bertanggung jawab untuk mendewasakan anak yang
belum dewasa berlangsung secara terus menerus.
Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan: - Usaha sadar ; berarti terjadi
situasi pendidikan dilaksanakan atas kesadaran pendidik. - Orang dewasa;
berarti pelaksanaan pendidikan haruslah orang yang sudah dewasa. Pergaulan
anak dengan anak bukan situasi pendidikan. Dengan pergaulan sehari-hari
anak merasa dibawa ke dalam kedewasaan dan itu merupakan gelaja
pendidikan. Unsur pendidikan disitu yaitu unsur yang berpengaruh terhadap
pendidikan anak. – Disengaja; berarti bahwa proses pendidikan memang
sengaja direncanakan secara matang. – Bertanggung jawab,
semua tindakan pendidik harus dipertanggung jawabkan secara moral
berdasarkan norma-norma yang berlaku. - Terus-menerus. Pendidikan
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Interaksi Sosial didasari berbagai psikologik antara lain:
1. Faktor Imitasi_____ dorongan untuk meniru orang lain.
2. Faktor Sugesti_____ dorongan bagi seseorang untuk melakukan
atau bersikap seperti apa yang diharapkan oleh pemberi sugesti.
Dalam sugesti, orang memberikan pendapat, saran, norma dan
sebagainya agar orang lain dapat menerima dan melakukan apa
yang diberikan.
3. Faktor Identifikasi _____faktor yang mendorong untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain. Orang cenderung untuk identik
dengan orang lain yang dikagumi atau orang lain yang dihormati
bernilai tinggi.
4. Faktor Simpati________Perasaan rasa tertarik kepada orang lain.
Dengan adanya simpati, maka akan terjalin saling pengertian yang
mendalam atau menimbulkan rasa sosial bagi yang simpati.
Adapun Syarat pergaulan paedagogis adalah :
1. Pergaulan antara anak dengan orang dewasa.

2. Di dalam pergaulan ada pengaruh.

3. Ada maksud dan tujuan secara sadar untuk anak ke arah


kedewasaannya.
 Manusia adalah makhluk sosial, makhluk susila dan makhluk berketuhanan
yang membedakannya dengan makhluk lain. Berdasarkan hal itu, maka
diperoleh berbagai segi aspek pendidikan antara lain:
1. Pendidikan Budi Pekerti. Tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah
mendidik anak agar dapat membedakan antara baik buruk, sopan dan tidak
sopan,sifat terfuji dan tercela.
2. Pendidikan Kecerdasan. Tujuan pendidikan kecerdasan adalah mendidik
anak agar dapat berpikir secara kritis, logis, dan kreatif. Berpikir kritis,
berarti dengan cepat anak dapat melihat hal-hal yang benar dan hal-hal yang
tidak benar. Berpikir logis, berarti dengan cepat anak menghubungkan
beberapa masalah, kemudian membandingkannya dan menarik kesimpulan.
Berpikir kreatif, berarti dari apa yang diselidiki atau dari percobaan yang
dilakukan, anak bisa menemukan hal yang dianggap baru.
3. Pendidikan Sosial. Manusia pada kenyataannya tidak dapat hidup sendiri.
Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok besar. Untuk dapat
hidup bersama dengan orang lain, seseorang harus dapat menyesuaikan diri.
Yaitu menyamakan dirinya atau menganggap dirinya sebagai orang lain.
Tujuan pendidikan sosial adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri
dalam kehidupan bersama.
 Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mendidik anak kelak
menjadi warga negara yang baik dan sempurna, berguna bagi masyarakat, dan
negara.
 Pendidikan Keindahan dan Estetika. Tujuannya tidak mendidik anak agar
menjadi seniman, tetapi berupaya agar anak mempunyai rasa keharuan
terhadap keindahan. Mempunyai selera terhadap keindahanndan selanjutnya
menghargai keindahan.
 Pendidikan Jasmani. Tujuannya bukan berupa latihan jasmani atau
memperkuat tubuh, tetapi bertujuan untuk pembentukan watak. Melalui
pendidikan jasmani, dapat dibina dan dikembangkan sifat-sifat yang baik,
seperti jujur kerja sama, bertanggung jawab.
 Pendidikan Agama.
 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Tujuan pendidikan kesejahteraan
keluarga di sekolah adalah memperdalam kesaradan anak akan perlunya hidup
rukun dan damai, sejahtera dalam ikatan keluarga dan menimbulkan minat ikut
berpartisipasi mengurus kehidupan berkeluarga. Anak –anak harus ditanamkan
sikap untuk tidak memandang rendah kepada pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga. Anak harus diubah sikapnya untuk merasa malu dan segan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga demi kesejahteraan keluarga.
 Sebagai salah satu lembaga masyarakat, untuk dapat
menjalankan tugasnya sekolah perlu memperhatikan :
1. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan
masyarakat
2. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid
untuk lebih mengenal kehidupan riil dalam masyarakat.
3. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja
dari kehidupan sekitarnya.
4. Sekolah harus selalu berinteraksi dengan kehidupan
masyarakat, sehingga kebutuhan kedua pihak akan terpenuhi.
5. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat.
Dengan cara pembaruan tata kehidupan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai