Anda di halaman 1dari 24

karakteristik anak didik

Menurut bahasa karakter adalah tabiat atau kebiasaan, sedangkan dalam istilah lain karakter dimaknai sebagai sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Ada kesamaan antara karakter dengan akhlaq sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa adanya pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran yang menjadi kebiasaan. Akhlak dapat dipahami sebagai suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian yang memunculkan suatu yang dengan spontan dan mudah yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Dalam hal ini karakter anak didik dapat terbentuk terutama pada usia tiga-sepuluh tahun sehingga peran orang tua (keluarga) sangat dominan, lingkungan sekolah sebagai tempat proses transfer of knowlegde dan transfer of value harus ada ruang untuk komunikasi antara orang tua dan pendidik. Karakter anak didik adalah pikiran yang ada didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang ahirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilaku perjalanan selaras dengan hukum alam dan sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Pada prinsipnya anak didik segala perilakunya masih labil yang dapat dibentuk sesuai dengan norma yang berlaku, karakter anak didik lebih cenderung meniru pada apa ia lihat. Sikap labil anak didik tersebut termanifestasikan pada perilaku : a. dengan tenang paling Senang lama sekitar 30 bermain menit. b. Senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak dapat duduk c. Senang bekerja dalam kelompok. Pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. d. Senang merasakan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak sekolah dasar memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsepkonsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak,

penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dari karakter anak tersebut menjadi penting untuk diketahui oleh orang-orang disekelilingnya (mendidik), peran keluarga dan sekolah sangat menentukan karakteristik anak. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter anak didik ada dua yaitu faktor internal yang merupakan pembawaan si anak, dan faktor eksternal adalah pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Setiap manusia memiliki fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik dibina secara intensif melalui berbagai metode. Sebagaimana dengan adanya ayat Al-Qur'an surat an Nahl ayat 78

http://www.facebook.com/topic.php?uid=113827114092&topic=9347

Visi Pembelajaran ilhamad.blogspot.com/2010/02/visi-pembelajaran.html Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi lebih manusiawi (being humanize) sehingga disebut dewasa dan mandiri. Itulah visi atau tujuan dari proses pembelajaran. Perbedaan antara kanak-kanak dengan orang dewasa dapat diringkas dalam satu kata : kemampuan. Kemampuan ini umumnya dikaitkan dengan sedikitnya tiga hal berikut : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kanak-kanak memiliki pengetahuan yang amat terbatas hampir dalam segala hal, baik tentang dirinya, orang lain, alam semesta, apalagi tentang Sang Khalik. Kanak-kanak juga belum mampu menentukan sikap, apakah harus positif atau negatif, kritis atau menerima, terhadap hampir semua hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dalam hal keterampilan pun sama saja, entah itu yang bersifat teknispertukangan maupun nonteknis pertukangan (komunikasi, kepemimpinan, manajemen dan human skills lainnya). Jadi pertumbuhan seorang kanak-kanak menjadi manusia dewasa sesungguhnya ditandai dengan perkembangan kemampuan-nya. Ia menjadi semakin mampu, semakin berdaya, dan semakin merdeka dari hal-hal yang di luar dirinya. Seorang kanak-kanak dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Ia dapat karena ia memiliki potensi dalam dirinya. Potensi itu tidak diberikan oleh siapa-siapa. Potensi itu diberikan oleh Sang Pencipta kepada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Dan potensi itu diberikan untuk diaktualisasikan, dinyatakan, diberdayakan, dimerdekakan, dijadikan actual, dikembangkan, diasah terus-menerus dan pada gilirannya kelak dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemberi. Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri dan menolak pendiktean atau pemaksaan kehendak dari apa pun yang berada di luar diri. Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakin mampu menyatakan, mengaktualisasikan, mengeluarkan potensi-potensi yang dipercayakan (dititipkan) Sang Pencipta. Bertumbuh menjadi dewasa dan

mandiri berarti semakin menjadi diri sendiri dan menjauhkan kecenderungan suka meniru dan sekadar ikut-ikutan. Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakin mengenal diri, semakin jujur dengan diri sendiri, semakin otentik dan menjadi semakin unik tak terbandingkan. Proses pembelajaran seorang anak manusia memungkinkan dirinya mengalami berbagai keajaiban. Ia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu. Dan transformasi diri secara ajaib itu seharusnya terus (atau dapat) terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar. IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN http://massofa.wordpress.com/2008/04/10/implikasi-karakteristik-peserta-didik-terhadappenyelenggaraan-pendidikan/

Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar 1. Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. 2. Menurut Havighurst tugas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut: 1. menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik, 2. membina hidup sehat, 3. belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, 4. belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin 5. belajar membaca, menulis, dan menghitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat, 6. memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, 7. mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai 8. mencapai kemandirian pribadi.

Tugas perkembangan tersebut menurut guru untuk: 9. menciptkaan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik, 10. melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang, 11. mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep; serta 12. melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya. 1. Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Program wajib belajar ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan bagi setiap anak yang berusia 7 15 tahun untuk memperoleh pendidikan serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia hingga mencapai minimal kelas 3 SLTP. 2. Jenis penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swasta, SD Kecil, SD Pamong, SD Luar Biasa baik negeri maupun swasta, SD Terpadu, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) baik negeri maupun swasta.

Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut. 1. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.. 2. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder. 3. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing. 4. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. 5. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

6. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan. 7. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. 8. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu. 9. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas. Karakteristik tersebut menuntut guru untuk: 1. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi; 2. Menyalurkan hobi dan minat siswa melalui kegiatan-kegiatan yang positif; 3. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil; 4. Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa; 5. Menjadi teladan atau contoh, serta 6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab. Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi rumpun SLTP (SLTP negeri dan swasta, Madrasah Tsanawiyah (Mts) negeri dan swasta, SMP Kecil, dan SLTP Terbuka), SLTP Luar Biasa (Sekolah Luar Biasa dan SLTP Terpadu), dan Pendidikan Luar Sekolah (Paket B, Ujian Persamaan SLTP, Diniyah Wustho, dan Pondok Pesantren). Satuan pendidikan pada tingkat SLTA meliputi Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah negeri dan swasta, serta Pondok Pesantren. Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi rumpun SLTP (SLTP negeri dan swasta, Madrasah Tsanawiyah (Mts) negeri dan swasta, SMP Kecil, dan SLTP Terbuka), SLTP Luar Biasa (Sekolah Luar Biasa dan SLTP Terpadu), dan Pendidikan Luar Sekolah (Paket B, Ujian Persamaan SLTP, Diniyah Wustho, dan Pondok Pesantren). Satuan pendidikan pada tingkat SLTA meliputi Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah negeri dan swasta, serta Pondok Pesantren. Pendidikan Bagi Orang Dewasa Penurunan kemampuan fisik menuntut penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan berbagai media yang mampu memperkuat kelemahan fisik orang dewasa. Menurut Knowles, dalam merancang kegiatan pembelajaran bagi orang dewasa hendaknya memperhatikan:

1. Konsep diri, 2. Pengalaman, 3. Kesiapan untuk belajar, dan 4. Orientasi kegiatan belajar orang dewasa. Dengan memperhatikan perbedaan orang dewasa dengan anak-anak, pembelajaran yang cocok bagi orang dewasa adalah pembelajaran yang menerapkan: 1. Metode penemuan sendiri (discovery method), 2. Belajar pemecahan masalah, dan 3. Belajar konsep. Di samping ketiga model belajar tersebut, model pendidikan yang tepat bagi orang dewasa adalah model pendidikan yang memadukan antara pendidikan formal dengan pendidikan luar sekolah. Ciri khas pendidikan orang dewasa adalah fleksibel dalam pelaksanaannya. Masalah-Masalah Belajar http://www.unjabisnis.net/2011/04/masalah-masalah-belajar.html Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa. Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. A. 1. Faktro Internal Ciri Khas/Karekteristik Siswa

Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar. 2. Sikap Terhadap Belajar

Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketiak memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar. 3. Motivasi Belajar

Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan. 4. Konsentrasi Belajar

Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru. 5. Mengelolah Bahan Ajar

Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis. 6. Menggali Hasil Belajar

Bagi guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran. 7. Rasa Percaya Diri

Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses

belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. 8. Kebiasaan Belajar

Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. a) b) c) d) e) Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai : belajar tidak teratur daya tahan rendah belajar hanya menjelang ulangan atau ujian tidak memiliki catatan yang lengkap sering datang terlambat, dan lain-lain

Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh. B. 1. Faktor-faktor Eksternal Belajar Faktor Guru

Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok. Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka. 2. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)

Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.

Pada sisi lain lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar. 3. Kurikulum Sekolah

Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu : (a) (b) (c) (d) 4. tujuan yang akan dicapai berubah isi pendidikan berubah kegiatan belajar mengajar berubah evaluasi belajar Sarana dan Prasarana

Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan. C. Mengenal dan Mengatasi Belajar Siswa

Agar bimbingan dapat lebih terarah dalam upaya menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut : a. Indentifikasi

Adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan :

1. Data dokumentasi hasil belajar mereka 2. Menganalisis absensi siswa di dalam kelas 3. Mengadakan wawancara dengan siswa 4. Tes untuk memberi data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi

b.

Diagnosis

Adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa halhal sebagai berikut : Keputusan mengenai hasil kesulitan belajar siswa Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar c. Prognosis

Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. d. Terapi

Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain : Bimbingan belajar kelompok Bimbingan belajar individu Pengajaran remedial Pemberian bimbingan pribadi Alih tangan kasus

e.

Tindak Lanjut

Adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK Karakteristik Peserta Didik Usia Taman Kanak-kanak Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 4-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).

Perkembangan Fisik Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh maka memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan ekplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya. Pertumbuhan otaknya pada usia lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia enam tahun. Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan myelinization (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu pada usia ini banya juga perubahan fisiologis lainnya, seperti pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup. Kekurangan gizi (malnutrisi) dapat mengakibatkan kecatatan tubuh dan kelemahan mental. Mereka kurang memiliki kemampuan atau kesiapan mental dan fisik. Perkembangan fisik akan ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. Bimbingan guru taman kanak-kanak itu berkaitan dengan pengembangan aspek-aspek berikut: 1. Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya. 2. Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh. 3. Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata, atau tingginya tetapi, semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama. 4. Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya. 5. Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik berawal dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian. 6. Pemahaman akan pentingnya tidur dan juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan. 7. Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh/meraba). 8. Memahami keterbatasan fisik seperti lelah, sakit dan melemah. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode Preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau Symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol. Dapat juga dikatakan sebagai semiotic function, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa. Meskipun berpikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berpikir periode sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami keterbatasan. Keterbatasan yang menandai atau yang menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah sebagai berikut : 1. Egosentrisme 2. Kaku dalam berpikir (Rigidity of thought) 3. Semilogikal reasoning Secara ringkas perkembangan intelektual masa prasekolah : 1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol 2. Berpikir masih dibatasi oleh persepsinya. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus kepada satu atribut/dimensi terhadap satu objek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka masih memusat. 3. Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel.cara berpikirnya terfokus pada keadaan awal atau akhir dari suatu transformasi,bukan kepada transformasi itu sendiri yang mengantarai keadaan tersebut. 4. Anak sudah mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atau dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran. Perkembangan Emosional Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Bersama dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakui harga diri anak maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala/menentang atau menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.

Guru di taman kanak-kanak seyogyanya memberikan bimbingan kepada mereka agar mereka dapat mengembangkan hal-hal berikut : 1. Kemampuan untuk mengenal, menerima dan berbicara perasaan-perasannya. 2. Menyadari bahwa ada hubunan antara emosi dengan tingkah laku sosial. 3. Kemampuan untuk menyalurkan kegiatannya tanpa menganggu perasaan orang lain. 4. Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak usi apra sekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut : Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan 1. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna. 2. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan. 3. Anak banyak menanyakan nama dan tempat : apa dimana dan darimana. 4. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran. Masa kekempat (1,2-6,0) yang bercirikan 1. Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. 2. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat melalui pertanyaan : kapan, kemana,mengapa dan bagaimana Berbagai peluang yang diberikan oleh orang tua/guru kepada anak untuk membantu perkembangan bahasa anak diantaranya yaitu : 1. Bertutur kata yang baik dengan anak 2. Mau mendengarkan pembicaraan anak 3. Menjawab pertanyaan anak 4. Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana 5. Di taman kanak-kanak, anda diiasakan untuk bertanya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi. Perkembangan Bermain

Usia pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain. Yang dimaksud bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak yaitu : 1. Permainan fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat 2. Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda 3. Permainan reseptif atau apresiatif, seperti melihat gambar 4. Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat gunung pasir 5. Permainan prestasi, seperti sepak bola Secara psikologis dan paedagogis bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi ana diantaranya : 1. Anak memperoleh perasan senang, puas, bangga, atau berkatarsis (peredan ketegangan) 2. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan kooperatif (mau bekerja sama) 3. Anak dapat mengembangkan daya fantasi atau kreatifitas 4. Anak dapat mengenal aturan atau norma yang berlaku dalam kelompok serta belajar untuk menaatinya. 5. Anak dapat memahami bahwa baik dirinya maupun orang lain sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. 6. Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleran terhadap orang lain. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar Perkembangan Intelektual Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung). Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak,maka sekolah dalamhal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru, membuat karangan, menyusun laporan. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikirandan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilainilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu : 1. Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak Dengan dibekali pelajaran bahasa di sekolah, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk : 1. Berkomunikasi dengan orang lain 2. Menyatakan isi hatinya 3. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya 4. Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat) 5. Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dan keyakinannya. Perkembangan Sosial Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugastugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab. Perkembangan Emosi

Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain : 1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan 2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri 3. Memberikan nilai secara objektif 4. Menghargai hasil karya peserta didik Perkembangan Emosional Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Perkembangan Penghayatan Keagamaan Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagaiberikut Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian 1. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagunganNya. 2. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral. 3. Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan : 1. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar 2. Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga 3. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb. 4. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan. Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja Remaja sering disebut dengan istilah puberteit danadolescentia. Puberteit (Belanda), puberty (Ingris), pubertas (Latin) yang artinya tumbuh rambut di daerah pusic daerah kemaluan. Adolescentia dari bahasa latin adalah masa muda. Pengertian Remaja Remaja menurut hukum Menurut undang-undang perkawinan usia minimal untuk suatu perkawinan untuk putri 16 tahun dan untuk putra 19 tahun. Dalam imu-ilmu sosial usia antara 16 sampai 22 tahun disejajarkan dengan pengertian remaja. Remaja ditinjau dari pertumbuhan fisik Dari sudut fisik remaja dikenal sebagai suatu tahap dimana alat kelamin mencapai kematangan. Pematangan fisik berjalan 2 tahun dimulai saat haid pertama pada wanita dan sejak mimpi basah (polusio) pada laki-laki masa dua tahun ini dinamakan masa pubertas, datangnya masa pubertas tiap individu tidak sama. Remaja menurut WHO Menurut WHO remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mengalami : 1. Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder saat mereka mencapai kematangan seksual. 2. Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.

3. Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. Remaja ditinjau dari faktor sosial sosial psikologis Masa remaja adalah suatu perkembangan yang ditandai adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran (pengetahuan,perasaan) manusia belum tersusun rapi sehingga belum berfungsi maksimal. Negentropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran tersusun dengan baik, artinya pengetahuan satu berhubungan dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan berhubungan dengan sikap, perasaan. Remaja menurut masyarakat Indonesia Batasan remaja Indonesia adalah usia 11 tahun sampai 24 tahun dan belum menikah dengan alasan : 1. Usia 11 tahun umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder 2. Menurut agama dan adat usia 12 tahun anak sudah akil balik. 3. Pada usia tersebut ulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan misalnya : 4. Tercapainya identitas diri 5. Fase genital 6. Tercapainya puncak perkembangan kognitif 7. Pada usia 24 tahun masih banyak anak yang belum mandiri, masih menggantungkan pada orang tua Karakteristik Remaja 1. Perkembangan fisik Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mengalami kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa

dalam semua bagiannya. Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Perkembangan kognitif (Intelektual) Ditinjau dari perkembanga kognitif menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Keating merumuskan lima pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut : 1. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi dan dapat membedakan yang nyata dan konkret dengan abstrak dan mungkin. 2. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah. 3. Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengekplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya. 4. Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien dan tidak efisien. Dengan demikian, introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari. 5. Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir. Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembanga kemampuan berpikir remaja. Upaya yang dapat dilakukan seperti : 1. Penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan atau mengujicobakan suatu materi 2. Melakukan dialog, diskusi dengan siswa tentang masalah-masalah sosial atau berbagai aspek kehidupan seperti agama, etika pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya minuman keras dan obat-obatan terlarang. Perkembangan Emosi Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan

dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembanga emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan tempramental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Mencapai kematang emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Perkembangan sosial Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap conformity, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Perkembangan moral Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsepkonsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Menurut Adam dan Guallatta terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua. 2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnyadaripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal

mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal. 3. Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk diskusi secara demokratis dan terbuka mengenai berbagai isu dan (b) orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif. Perkembangan kepribadian Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat-sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan niali-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan (confusion). Karakteristik Peserta Didik Usia Taman Dewasa Secara psikologis kedewasaan diwarnai dengan aktualisasi diri yaitu menunjukkan semua kemampua yang dimiliki dalam rangka mandiri, bisa mencari nafkah sendiri, dapat menentukan kehidupan sendiri, ingin merdeka. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai dan apabila organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu bereproduksi. Pada umumnya psikolog menetapkan seseorang dikatakn telah dewasa sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar 40-45 sampai sekitar 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar 65 tahun sampai meninggal. Perkembangan Fisik Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Kesehatan Badan

Awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerakgerak reflek mereka sangat cepat. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode ini penuruna keadaa fisik juga terjadi. Sejak usia sekitar 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Perkembangan Sensori Pada awal masa dewasa penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran belum begitu kelihatan. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada usia setengah baya mengalami kesulitan dalam melihat objek-objek yang dekat. Perkembangan Otak Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural (neural connection), khususnya bagi orang-orang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas demikian pada tahun selanjutnya. Perkembangan Kognitif Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut mengarah pada peningkatan potensi. Kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan. Perkembangan Memori Sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.

Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubaha-perubahan dalam kehidupan orang tua. Untuk dapat mencegah kemunduran memori jangka panjang sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan kekuatan memori mereka maka dapat dilakukan latihan menggunakan bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua. Perkembangan Intelegensi Sejumlah peneliti berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi umum. David Wechsler menyimpulkan bahwa kemunduran bahwa kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia antara 18-25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Perkembangan Psikososial Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas. http://enikekawati.student.fkip.uns.ac.id/2010/06/24/karakteristik-peserta-didik/ PENGERTIAN BAHAN AJAR (MATERI PEMBELAJARAN) Posted on Maret 2, 2007 by Admin Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lenganlengannya). Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan jika..maka., misalnya Jika logam dipanasi maka akan memuai, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb. Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini. Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/02/pengertian-bahan-ajar-materi-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai