TENTANG
PERKEMBANGAN MORAL DAN JENIS-JENIS HAK ANAK
(MODUL 3)
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK DI SD
DOSEN PENGAMPU CHAIRLIANA M.PD
DISUSUN OLEH:
MYLIANA EKA PURWANTI (857360382)
POPON SOLIHAT (857356003)
DEWI ANGGRAINI (857365138)
EUIS PARIDAH (857363736)
SYIFA LUTFIA FAUDZIAH (857360479)
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PGSD AKPMM
SALUT KOTA WISATA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah "Perkembangan moral dan Jenis Hak Anak"
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Pendidikan Anak di SD pada program S1 PGSD Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Terbuka (FKIP - UT). yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami jauh dari sempurna.Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
A. Latar Belakang
Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan suatu proses pendidikan yang paling penting
dalam perkembangan siswa. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar adalah sumber pendidikan
dasar bagi anak untuk memperoleh ilmu setelah mereka dididik orang tua di dalam rumah,
dan memasuki Taman Kanak-kanak yaitu lingkungan bermain dan belajar diluar rumah. Di
Sekolah Dasar ini lah mereka akan mendapat bimbingan, ilmu pengetahuan baru, dan
pendidikan formal dari seorang guru. Sekolah Dasar dikatakan penting karena sifat dan
karakter dasar siswa yang mudah menerima dan memproses informasi sejak dini. Hal ini yang
membuat pendidikan di Sekolah Dasar sangat menentukan keberhasilan siswa di sekolah
lanjutan agar mampu bersaing di era globalisasi seperti saat ini
Semoga perkembangan moral dan sosial anak usia SD menuju lebih baik. Secara lebih
khusus Anda diharapkan dapat menjelaskan arti perilaku moral, arti disiplin, cara
menanamkan disiplin, peran hukuman dan penghargaan, arti agama, arti sosialisasi dan
bagaimana pengaruh kelompok sebaya, arti peran gender anak SD, stereotype terhadap
perkembangan sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1. Perkembangan moral anak
2. Jenis-jenis hak anak
a. Peran hukum,
Perkembangan Moral dan Aturan dalam Elemen pertama yang penting dalam
belajar menjadi individu yang bermoral adalah belajar apa yang diharapkan
kelompok. Dalam setiap kelompok sosial beberapa perilaku dapat dianggap benar
atau salah karena berkaitan dengan kesejahteraan anggota kelompoknya. Ketika
masa kanak-kanak. anak tidak terlalu dituntut untuk tunduk nado hukum dan
kebiasaan sebagaimana yang diharapkan pada anak yang lebih besar.
Setelah memasuki usia sekolah, anak mulai diajarkan sedikit demi sedikit
hukum yang berlaku di lingkungannya, misalnya menunjukkan sopan santun pada
orang yang lebih tua, membantu mereka yang cacat. Di sekolah mereka belajar dan
patuh pada aturan sekolah, begitu pula dalam bermain dengan teman sebaya. Secara
perlahan, anak belajar aturan yang dibentuk oleh berbagai kelompok yang berbeda,
seperti di rumah, sekolah, dan lingkungan rumah/tetangga. Hal ini membentuk dasar
dari pengetahuan mengenai apa yang diharapkan oleh kelompok yang berbeda.
Mereka juga belajar bahwa mereka diharapkan untuk taat pada aturan dan jika
melanggar akan mendapat hukuman atau kurangnya penerimaan sosial. Dengan
demikian, aturan merupakan pedoman bagi perilaku anak dan sebagai sumber dari
motivasi untuk taat pada harapan Sosial sebagaimana hukum dan adat kebiasaan bagi
para remaja dan orang dewasa.
3. Pengertian Disiplin
Kita semua mungkin Anda pun sebagai guru menyadari pentingnya disiplin dalam
perkembangan dan penanaman moral anak. Konsep umum dari disiplin disamakan dengan
hukuman. Konsep ini menyatakan bahwa disiplin digunakan jika anak melanggar aturan-
aturan yang ditetapkan oleh orang tua, guru ataupun orang dewasa lainnya. Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral yang diterima oleh
masyarakatnya. Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan
kelompok sosialnya. Walaupun demikian, ada orang tua yang takut bahwa dengan
menerapkan disiplin akan menimbulkan masalah dalam hubungan dengan anak-anaknya.
Oleh karena itu, ada konsep yang bertentangan tentang disiplin itu sendiri. Konsep yang
memandang disiplin sebagai konsep negatif, berarti sama dengan hukuman. Sedangkan
konsep positif sama dengan adanya pendidikan, bimbingan dalam menetapkan disiplin diri
dan kontrol diri.
Disiplin adalah penting bagi perkembangan anak karena berisi hal-hal yang
diperlukan anak. Disiplin akan menambah kebahagiaan, penyesuaian sosial dan pribadi
mereka. Beberapa kebutuhan anak yang dapat dipenuhi melalui disiplin adalah berikut ini.
a. Disiplin membuat anak-anak mempunyai perasaarn aman tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan.
b. Anak belajar mengapa pola perilaku tertentu diterima dan mengapa pola perilaku lain
tidak diterima.
c. Melalui disiplin anak-anak dibantu untuk hidup sesuai dengan norma- norma sosial.
Anak-anak belajar berperilaku dengan cara tertentu yang dapat memperoleh pujian, di mana
anak-anak mengartikan sebagai dicintai-diterima. Hal ini mendorong anak untuk mengulang
perilaku yang baik. Anak-anak pun akan mengembangkan kata hati untuk membuat
keputusan dan pengendalian dari perilakunya.
Di samping itu, hal-hal yang penting dari disiplin untuk anak usia SD adalah (Hurlock,
1980) berikut ini.
Hak Anak merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan
cakupan hak yang paling komprehensif. Ada 54 pasal dalam KHA, dan hingga saat ini KHA
dianggap sebagai satu-satunya konvensi dibidang HAM yang mencakup baik hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya sekaligus (Konvensi Hak Anak – Sahabat Remaja PKBI DIY
dan UNICEF). Walaupun KHA terdiri dari banyak pasal yang menyatakan hak-hak anak,
tetapi harus diiingat bahwa KHA merupakan kesatuan yang tidak dapat dipecah-
strukturnya, pecah dan bahwa pasal-pasalnya saling tergantung.
Bagian Satu
Racian Dua (Pasal 42 - 45) : hak-hak sipil dan politik maupun
Bagian Tiga (pasal 46- 54): mengatur masalah pemberlakuan Konvensi.: berisi
konteks KHA;
Ketiga, kategorisasi yang sudah sangat dikenal, yang dibuat berdasar cakupan hak
yang terkandung dalam KHA, yaitu berikut ini.
1. Hak atas kelangsungan hidup (survival): mencakup hak atas tingkes kehidupan yang
layak dan atas pelayanan kesehatan.
2. Hak untuk berkembang (development): mencakup hak atas pendidikan informasi, waktu
luang, kegiatan seni dan budaya, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama,
serta hak anak cacat atas pelayanan. perlakuan dan pendidikan khusus.
3. Hak untuk perlindungan (protection): mencakup perlindungan dari segala bentuk
eksploitasi, perlakuan kejam, perlakuan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana.
4. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation): meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta hak ikut serta dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut dirinya.
Ada 4 prinsip-prinsip umum yang sangat penting dalam KHA, yaitu berikut:
Prinsip pertama, nondiskriminasi. Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam
KHA harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apa pun (Pasal 2). Komisi
Hak Asasi Manusia mengusulkan bahwa istilah diskriminasi harus dipahami sebagai berarti
"setiap perbedaan, eksklusif, pembatasan atau pilihan yang didasarkan pada ras, warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau lainnya, property, status kelahiran atau
lainnya, dan yang mempunyai tujuan atau akibat menihilkan atau merusak penghargaan,
kenikmatan atau penerapan oleh semua orang, atas dasar kesamaan, semua hak-hak dan
kebebasan (dalam Inmplementation Handbook for the Convention on The Rights of the
Child).
Prinsip kedua, yang terbaik bagi anak (in the best interest of the child). Dalam Segala
tindakan yang berkaitan dengan anak, yang harus menjadi pertimbangan utama adalah yang
terbaik bagi anak. Pasal3 menekankan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat
dan pribadi harus memastikan bahwa akibat dari tindakan-tindakan mereka terhadap anak,
dalam usaha untuk memastikan bahwa yang terbaik bagi anak menjadi pertimbangan utama,
memberi prioritas lebih dahulu pada anak nembangun masyarakat yang bersahabat dengan
anak.
Prinsip Ketiga, hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan (child's right to life,
maximum survival and development). Pasal 6 menjamin hak fundamental anak untuk
kehidupan sebagai prinsip hak asasi manusia yang universal dalam instrumen lain),
kelangsungan hidup dan perkembangan semaksimum mungkin, (respect for the views)
Prinsip keempat, penghargaan terhadap pendapat
Pasal 12 meminta Negara untuk menjamin bahwa setiap anak yang telah mampu
membentuk pendapat, mempunyai hak untuk menyatakan pandangannya secara bebas dalam
segala hal yang mempengaruhi kehidupannya. Pendapat anak harus dipertimbangkan sesuai
dengan usia
dan kematangannya. Hak-hak anak yang dinyatakan dalam 2 Ayat dalam Pasal 12 tidak
dengan sendirinya berarti bahwa anak mempunyai hak untuk menentukan sendiri (self-
determination), tetapi anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan anak
yang berkembang dalam pengambilan keputusan haruslah dihormati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok
sosialnya. Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tata karma atau kebiasaan. Perilaku
moral dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dałam bertingkah laku, di mana
anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh
masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal menyesuaikan pada
harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial. perilaku
yang unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya.
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral anak karena
dapat memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat, memberikan
motivasi melalui apa yang diterima dan tidak diterima kelompok. Jika anak tidak
berinteraksi dengan lingkungannya, anak tidak akan tahu tingkah laku apa yang akan
diterina. Interaksi sosial pertama yang dialami anak adalah melalui kehidupan di lingkungan
keluarganya. anak belajar dari keluarganya mengenai apa yang dianggap baik dan buruk
oleh mereka.
Menanamkan aturan-aturan dan disiplin melalui hukuman dan penghargaan
tampaknya tidak dapat diabaikan. Dengan hukuman, anak belajar mengapa ia dihukum dan
anak akan lebih memahami mengapa perbuatan yang dilakukan itu salah. Adanya hukuman
membuat anak tidak akan mengulangi perilaku yang salah tersebut sehingga anak belajar
tentang baik buruk perilakunya. Pemberian hukuman pun hendaknya segera, konsisten dan
konstruktif dengan alasan yang jelas.
Hak Anak merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan
cakupan hak yang paling komprehensif. Ada 54 pasal dalam KHA, dan hingga saat ini KHA
dianggap sebagai satu-satunya konvensi dibidang HAM yang mencakup baik hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya sekaligus (Konvensi Hak Anak – Sahabat Remaja PKBI DIY
dan UNICEF).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, besar harapan kami agar para pembaca dan pemangku
kepentingan dapat menjadikan acuan pada makalah ini sebagai bahan pembelajaran, oleh
karenanya kami juga berharap kepada semua pihak agar dapat memberikan masukan, kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna untuk perbaikan penyusunan makalah kami
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Taufiq Agus, Dkk. (2017) Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan. Penerbit Universitas
Terbuka