Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“MORAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. METROYADI, SH, M.Pd

OLEH
KELOMPOK 7
DESSY RAHMAYANTI (1610125120009)
FAJAR (1610125120019)
KHAIRINIE NOUR ASHFIA (1610125120026)
NUR BAETY (1610125120025)
VENNY OKTAVIANI (1610125210068)

KELAS 3B

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, ataupun pedoman bagi pembaca
dalam memahami Moral dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 04 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Moral adalah ukuran baik buruknya seseorang , baik sebagai pribadi atau warga
masyarakat. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia
bermoral baik dan manusiawi. Meskipun moral berbeda dalam setiap individu tetapi
moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Perilaku moral berarti perilaku
yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok sosialnya. Perilaku moral
dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku , dimana
anggota masyarakat berperilaku sesuai denagn pola perilaku yang diharapkan oleh
masyarakatnya. Ketika masih anak-anak, anak tidak diharapkan untuk mengenal seluruh
tata karma dari suatu kelompok. Dalam mempelajari moral ada 4 elemen penting yaitu
peranan hukum, tata karma,peran kata hati, peran perasaan bersalah. Keempat elemen ini
penting dalam perkembangan moral seorang anak. Perkembangan moral tidak bisa
dilepaskan dari lingkungan. Ketika kecil lingkungan keluargalah yang berperan, namun
begitu memasuki aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu. Misalnya
agar disenangi teman sebaya atau orang disekelilingnya anak akan mengikuti aturan-
aturan yang diharapkan kelingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan norma?
2. Apa saja perilaku moral tersebut?
3. Bagaimana konsep perkembangan moral?
4. Apa saja tujuan penanaman moral?
5. Bagaimana perkembangan moral pada anak SD?
6. Bagaimana pengaplikasian moral dalam kehidupan sehari – hari?
7. Bagaimana pentingnya penanaman moral pada anak SD?
8. Apa hubungan nilai, norma, dan moral?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan moral.
2. Untuk mengetahui apa saja perilaku moral tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep perkembangan moral.
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan penanaman moral.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan moral pada anak SD.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian moral dalam kehidupan sehari – hari.
7. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya penanaman moral pada anak SD.
8. Untuk mengetahui apa hubungan nilai, norma, dan moral.
BAB II
PEMBAHSAN

A. Pengertian Moral
Pengertian moral, menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik buruknya seseorang,
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga Negara. Sedangkan
pendidikan moral adalah pendidikan untuk mendidik anak manusia bermoral baik dan
manusiawi. Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah
prinsip baik buruk, sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik buruk.
Dengan demikian, hakikat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang
memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan.

B. Perilaku Moral
Perilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok
sosialnya. Moral berasal dari bahsa latin: mores berarti tatakrama atau kebiasaan.
Perilaku moral dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah
laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang
diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal
menyesuaikan pada harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-
norma sosial. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari
kelompok sosialnya. Perilaku ini cenderung terlihat pada kanak-kanak.
Menurut pemikiran Lickona Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan
(compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
1. Kemampuan (compalance): Kapasitas seseorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
2. Kemauan (will): Dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikir
dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan terarah pada
tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
3. Kebiasaan (habbit): Suatu cara yang lazim yang wajar dan diulang-ulang dalam
melakukan sesuatu oleh sekelompok orang.

C. Konsep Perkembangan Moral


Pada mulainya manusia itu belum memiliki kesadaran moral, tidak memiliki moral,
tetapi mempunyai potensi moral. Moral dapat dimiliki seseorang dari hasil pergaulan dan
lingkungan, masyarakat dan orang tua. Secara keseluruhan moral yang dianut seseorang
itu dipengaruhi/dilandasi oleh nilai agama, nilai sosial budaya. Tumbuh kembangnya nila
moral berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat.
Konsep moral pada usia sekolah dasar tidak lagi sempit, seperti pada masa kanak-
kanak. Pada awal masa kanak-kanak, anak berperilaku moral dalam berbagai situasi yang
khusus saja. Anak belajar bagaimana bertindak tanpa mengetahui mengapa mereka
melakukan tindakan tertentu. Sedangkan ketika memasuki usia sekolah, mereka mulai
memperluas pengetahuannya sehingga perilaku tertentu muncul dalam situasi apa saja.
Contohnya pada awalnya anak-anak takut untuk berbohong karena takut pada orang tua,
namun setelah lebih besar mereka melakukan tindakan untuk tidak berbohong bukan
karena pada orang tuanya saja, tetapi dia juga menyadari bahwa berbohong itu
merepakan tindakan yang tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya.
Hurlock ( 1978) mengemukakan bahwa dalam perkembangan moral ada 4 elemen
yang harus diketahui, yaitu:
1. Peran hukum, kebiasaan/tata karma dan aturan dalam perkembangan moral
Merupakan suatu proses belajar tentang apa yang diharapkan kelompok. Ketika
masa kanak-kanak, anak tidak perlu dituntut untuk tunduk pada hukum dan kebiasaan
sebagaimana yang diharapkan pada anak yang lebih dewasa. Setelah memasuki usia
sekolah, anak mulai diajarkan sedikit demi sedikit hukum yang berlaku
dilingkungannya. Misalnya menunjukkan sopan santun pada orang yang lebih tua,
saling tolong menolong dll. Secara perlahan anak akan belajar aturan-aturan yang
dibentuk oleh berbagai kelompok yang berbeda seperti dirumah, sekolah, dan
lingkungannya. Mereka juga belajar bahwa mereka diharapkan untuk taat pada aturan
dan jika melanggar akan mendapat hukuman atau kurangnya penerimaan sosial.
2. Peranan kata hati dalam perkembangan moral
Kata hati merupakan control internal terhadap tingkah laku seseorang. Setiap anak
tidak hanya belajar mengenai apa yang benar dan apa yang salah, tetapi anak harus
mengunakan kata hatinya sebagai control terhadap tingkah lakunya.
3. Peranan rasa bersalah dan malu dalam perkembangan moral
Rasa bersalah merupakan alat yang penting bagi keberlangsungan hidup. Karena
hal ini memungkinkan individu untuk berperilaku sesuai denagn nilai-nilai moral
masyarakat. Jika anak tidak merasa bersalah, anak akan menjadi tidak termotivasi
untuk belajar apa yang diharapkan kelompok pada dirinya.
4. Peran interaksi sosial dalam perkembangn moral
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral anak karena
dapatt memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat. Interaksi
sosial prtama yang dialami ank adalah melalui kehidupan dilingkungan keluarga, anak
belajar dari keluarganya mengenai apa yang dianggap baik dan buruk oleh mereka.
Melalui interaksi sosial, anak tidak hanya belajar mengenai kode-kode moral, tetapi
mereka juga berkesempatan untuk mengevaluasi tingkah laku mereka.

D. Tujuan Penanaman Moral


Pada dasarnya manusia itu sendiri ingin berbuat yang terbaik, tetapi kehidupannya
yang serba maju dimana anak-anak sudah banyak terpengaruh budaya luar, sehingga
banyak anak usia sekolah yang mengalami perubahan moral. Selain itu akhir-akhir ini
terutama remaja menjadi fenomenal untuk dikaji dan dan diteliti oleh banyak kalangan
khususnya dalam persoalan moral dan perilakunya, ada perbedaan moral dan sikap yang
dimiliki oleh remaja sekarang dengan remaja pada masa dahulu. Remaja pada masa
dahulu lebih mengedepankan moral dan sikapnya dibandingkan dengan ego (nafsu),
sehingga muncul dalam pola tindaknya kesopanan dalam bergaul, menghormati orang
yang lebih tua, memiliki tutur kata yang lembut dan lain sebagainya. Tetapi sebaliknya,
remaja pada masa sekarang lebih mengedepankan egonya dari pada nilai moral dan
sikap, sehingga yang muncul adalah sikap mau menang sendiri, tidak mau disalahkan
meskipun dalam keadaan yang bersalah dan tidak mau menghormati orang lain.
Terjadinya perbedaan pola sikap dan pola tindak remaja masa sekarang dengan remaja
masa dahulu tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Dalam kehidupan bermasyarakat
arti sebuah moral amatlah sangat penting. Maka sangat perlu adanya penanaman moral
pada diri sesorang, berikut adalah tujuan dari penanaman moral:
1) Dalam kehidupan sehari-hari seorang anak dapat dikatakan bermoral apabila
dalam menjalani kehidupannya mengenal yang disebut dengan adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/norma-norma, nilai-nilai atau dapat mewujudkan tata cara
yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka mulai usia dini perlu
kita tanamkan pengisian moral kepada anak-anak agar mereka bisa menjadi
pemimpin bangsa yang bertutur sopan berakhlak mulia dan bermoral baik.
3) Dapat menjadi pribadi yang akan berhasil membangun tanah airnya untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
4) Apabila sudah ada penanaman moral sejak dini maka kita akan tumbuh dan
berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menyangkal serta
dapat membentengi diri dari pengaruh negatif/perilaku-perilaku yang kurang
baik.
5) Jika anak dibiasakan menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa
lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu dapat
menghormati sesama ataupun orang yang lebih dewasa.
6) Dapat membiasakan anak untuk terbiasa mengungkapkan rasa syukur/kagum
kepada ciptaan Tuhan.
7) Dapat mengaplikasikan sikap-sikap/perilaku yang sopan, bertata karma dan dapat
diterima dimasyarakat.

E. Perkembangan Moral pada Anak SD


Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari
dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan
khusus di sekitar pelanggaran moral. Jadi, menurut piaget relativitasme moral
menggantikan moral yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk,
sedangkan anak yang lebih sadar bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan,
dan oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau
moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari
tingkat ini oleh Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan
untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang
baik. Dalam tahap kedua, kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima
peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan
diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang
berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa
ini sehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan dengan
kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding
sebagai faktor penyebabkan meningkatnya kenakalan pada remaja. Para sosiolog
beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral.
W.G. Summer (1907), salah seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia
yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi sanksi tersendiri buat pelanggar.

F. Pengaplikasian moral dalam kehidupan sehari – hari.


Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
2. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
1. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
a. Etika Berbeda Pendapat
1) Ikhlas dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat
berbeda pendapat.
2) Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
3) Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan
Sunnah.
4) Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu
denga cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang
dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
5) Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain,
kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang.
6) Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan
fitnah.
7) Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan,
bantah membantah dan kasar menghadapi lawan.

b. Etika Bergaul dengan orang lain


1) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka
cacat.
2) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka,
lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
3) Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari
mereka diberi hak dan dihargai.
4) Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan
tanyakanlah keadaan mereka.
5) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah
kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.
6) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
7) Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari
kesalahankesalahannya dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
8) Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantah
membantah dengan mereka.

c. Etika Buang Hajat


1) Segera membuang hajat.
2) Apabila seseorang merasa akan buang air maka hendaknya bersegera
melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi agamanya dan bagi
kesehatan jasmani.
3) Menjauh dari pandangan manusia di saat buang air (hajat).
4) Menghindari tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan
tempat berteduh mereka..
5) Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu
supaya aurat tidak kelihatan.
6) Tidak membawa sesuatu yang mengandung penyebutan Allah kecuali karena
terpaksa.
7) Dilarang menghadap atau membelakangi kiblat. Adapun jika di dalam ruang
(WC) atau adanya pelindung/ penghalang yang membatasi antara si
pembuang hajat dengan kiblat, maka boleh menghadap ke arah kiblat.
8) Dilarang kencing di air yang tergenang (tidak mengalir).
9) Makruh mencuci kotoran dengan tangan kanan,
10) Dianjurkan kencing dalam keadaan duduk, tetapi boleh jika sambil berdiri.
11) Sekalipun demikian seseorang dibolehkan kencing sambil berdiri dengan
syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencingnya dan aman
dari pandangan orang lain kepadanya.
12) Makruh berbicara di saat buang hajat kecuali darurat.
13) Makruh bersuci (istijmar) dengan mengunakan tulang dan kotoran hewan.
14) Disunnatkan masuk ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar
dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya masing-masing.
15) Mencuci kedua tangan sesudah menunaikan hajat.

d. Etika Di Jalan
1) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat
berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah
dari orang lain karena takabbur.
2) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
3) Tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-
jalan manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang
dijadikan tempat mereka bernaung.
4) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
5) Beramar ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap
muslim, masing-masing sesuai kemampuannya.
6) Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada
orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta
membela orang yang teraniaya.
7) Perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan.

e. Etika Jenazah dan Ta'ziah


1) Segera merawat janazah dan mengebumikannya untuk meringankan beban
keluarganya dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka.
2) Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak
merobekrobek baju.
3) Disunatkan mengantar janazah hingga dikubur.
4) Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan.
5) Disunatkan menghibur keluarga yang berduka dan memberikan makanan
untuk mereka.
6) Disunnatkan berta`ziah kepada keluarga korban dan menyarankan mereka
untuk tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya milik
Allahlah apa yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang Dia
berikan; dan segala sesuatu disisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya.
f. Etika Makan dan Minum
1) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
2) Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat
beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan
minummu itu.
3) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor,
dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang
ada di tanganmu.
4) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan
jangan sekali-kali mencelanya.
5) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan
menyungkur.
6) Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan
perak.
7) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan
diakhiri dengan Alhamdulillah.
8) Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di
depanmu.
9) Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya.
10) Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan membuang bagian yang
kotor darinya lalu memakannya.
11) Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum.
12) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.
13) Hendaknya pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka orang-
orang yang sedang makan, namun seharusnya ia menundukkan pandangan
matanya, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaan mereka dan membuat
mereka menjadi malu.
14) Hendaknya kamu tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam
majlis ada orang yang lebih berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau
mempunyai kedudukan, karena hal tersebut bertentangan dengan etika.
15) Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang lain bisa merasa
jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan
kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan
nada-nada yang mengandung makna kotor dan menjijik-kan.
16) Jangan minum langsung dari bibir bejana.
17) Disunnatkan minum sambil duduk.

g. Etika Berbicara
1) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan.
2) Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu
keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh
semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
3) Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
4) Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar.
5) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di
fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
6) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
7) Menghindari perkataan jorok (keji).
8) Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara.
9) Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.
10) Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak
memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang
dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.
11) Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada
orang lain untuk berbicara.
12) Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan
dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan
kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
permusuhan dan pertentangan.
13) Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah
orang yang berbicara.

h. Etika Berkomunikasi Lewat Telepon


1) Ceklah dengan baik nomor telepon yang akan anda hubungi sebelum anda
menelpon agar anda tidak mengganggu orang yang sedang tidur atau
mengganggu orang yang sedang sakit atau merisaukan orang lain.
2) Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena manusia
mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu
tidur dan istirahat, waktu makan dan bekerja.
3) Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang
yang sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau
mempunyai janji dengan orang lain.
4) Hendaknya wanita tidak memperindah suara di saat ber-bicara (via telpon)
dan tidak berbicara melantur dengan laki-laki.
5) Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan
tidak melantur berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi
memperpanjang pembicaraan, memperindah suara, memperlembut dan lain
sebagainya.
6) Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan
Assalamu’alaikum, karena dia adalah orang yang datang, maka dari itu
ia harus memulai pembicaraannya dengan salam dan juga menutupnya
dengan salam.
7) Tidak memakai telpon orang lain kecuali seizin pemilik-nya, dan itupun bila
terpaksa.
8) Tidak merekam pembicaraan lawan bicara kecuali seizin darinya, apapun
bentuk pembicaraannya. Karena hal tersebut merupakan tindakan
pengkhianatan dan mengungkap rahasia orang lain, dan inilah tipu muslihat.
Dan apabila rekaman itu kamu sebarluaskan maka itu berarti lebih fatal lagi
dan merupakan penodaan terhadap amanah. Dan termasuk di dalam hal ini
juga adalah merekam pembicaraan orang lain dan apa yang terjadi di antara
mereka. Maka, ini haram hukumnya, tidak boleh dikerjakan!
9) Tidak menggunakan telepon untuk keperluan yang negatif, karena telepon
pada hakikatnya adalah nikmat dari Allah yang Dia berikan kepada kita
untuk kita gunakan demi memenuhi keperluan kita. Maka tidak selayaknya
jika kita menjadikannya sebagai bencana, menggunakannya untuk mencari-
cari kejelekan dan kesalahan orang lain dan mencemari kehormatan mereka,
dan menyeret kaum wanita ke jurang kenistaan. Ini haram hukumnya, dan
pelakunya layak dihukum.

i. Etika Bertetangga
1) Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.
2) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak
membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh
melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal
tersebut menyakiti perasaannya.
3) Hendaknya Kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita
jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan
hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang
membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan
merahasiakan aib mereka.
4) Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara
radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka
dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka.
5) Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan
seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang
munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud
menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
6) Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.
7) Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka
cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia
tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang
untuk sayang kepada kita.
8) Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan
pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang
kekeliruan dan kealpaan mereka.
9) Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.

G. Pentingnya penanaman moral pada anak SD


Pendidikan karakter dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan saat ini bangsa
Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter dalam hal
ini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, bepikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa sejumlah nilai
moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang
lain, disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena
pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab
falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan
dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan
kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya
pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama
bagi pertum¬buhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan karakter ini
sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari.
Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter
bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam
proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri
secara leluasa.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Selain itu pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-
simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter berkewajiban mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter,
serta sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang sesuai dengan moral dan
norma yang berlaku. Melalui program ini diharapkan lulusannya memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,
kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik
sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan
karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

H. Hubungan Nilai, Norma dan Moral


Nilai, Norma, dan Moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Keterkaitan
nilai, norma, dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap terpelihara di
setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia baik individu, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Agar nilai menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan
tingkah laku, maka perlu dikonkritkan lagi serta di pormulasikan menjadi lebih objektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara
konkrit, wujud yang lebih konkrit dari nilai tersebut merupakan suatu norma. Contohnya
mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Hal ini berarti adanya
pengakuan persamaan derajat hak dan kewajiban yang kemudian menimbulkan sikap
saling mencintai sesama manusia. Dengan demikian manusia saling berinteraksi dengan
berhati-hati dalam bersikap, berucap dan bertidak atau tingkah laku agar tidak
menimbulkan terganggunya orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Moral adalah istilah manusia menyebutkan kemanusia ata orang lain yang dalam
tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif dimata orang lain. Perilaku moral
berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok sosialnya.
Sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan
sosial. Perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial.
Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok
sosialnya.
Terjadinya perbedaan pola sikap dan pola tindak remaja masa sekarang dengan remaja
masa dahulu tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Dalam kehidupan bermasyarakat
arti sebuah moral amatlah sangat penting. Maka sangat perlu adanya penanaman moral
pada diri sesorang.
Pendidikan karakter dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan saat ini bangsa
Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter dalam hal
ini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, bepikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa sejumlah nilai
moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang
lain, disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai