jenderal.
gubernur jenderal dalam melaksanakan tugasnya dilakukan atas nama raja.
gubernur jenderal dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan pada
ketentuan IS dan petunjuk raja.
2.
3.
4.
Pelaku proses politik hukum adalah alat pemerintahan dalam arti luas,
yakni alat pemerintahan dalam bidang legislatif, alat pemerintahan dalam
bidang yudikatif.
Ius Constituendum
Pengertian
a.
b.
1.
2.
b.
c.
bentuk penetapan hukum atau ketentuan hukum itu sesuai dengan bentuk
yang ditetapkan peraturan yang menjadi dasar penetapan hukum.
d.
isi dan tujuan penetapan hukum atau ketentuan hukum itu sesuai dengan
isi dan tujuan yang ditetapkan peraturan yang menjadi dasar penetapan
hukum tersebut.
peraturan-peraturan
yang
di
lahirkan
alam
yakni
adanya
keikutsertaan alam dalam mengatur tingkah laku manusia. Dan hukum alam
tersebut merupakan ungkapan dari kehendak tuhan.
Pada abad ke-18 Blackstone (seorang penganut hukum alam dari
inggris) menuliskan penjelasan mengenai hukum alam, bahwa: hukum,
dalam pengertiannya yang umum dan komprehensif, menunjuk kepada
suatu peraturan tentang perilaku; dan di gunakan dengan tanpa bulu kepada
semua jenis perilaku, apakah yang bernyawa atau tidak bernyawa, rasional
atau irasional( hukum gerak, gravitasi, optik, atau mekanika, dan juga
hukum-hukum alam dan bangsa). Dan hukum tentang perilaku yang di
perintahkan oleh yang lebih tinggi, dan yang lebih rendah terikat untuk
mematuhinya. Jadi ketika yang maha tinggi menciptakan alam semesta, dan
menciptakan zat dari tiada. Dia mencamkan prinsip-prinsip tertentu kepada
zat tersebut, dari padanya zat ini tidak pernah dapat menyimpang dan
tanpanya zat ini akan berhenti keberadaanya. Dan ketika dia memasukkan
zat tersebut kedalam gerak, dia menetapkan hukum-hukm gerak tertentu,
terhadap hukum gerak mana semua benda yang dapat bergerak harus dapat
menyesuaikan. Dengan demikian ini adalah signifikan umum dari hukum,
suatu peraturan tentang perilaku yang diperintahkan oleh Zat yang Maha
Tinggi: dan ciptaan-ciptaan yang tidak memiliki kekuasaan untuk berfikir dan
berkehendak itu, hukum-hukum seperti itu harus di patuhi tanpa kecuali,
selama ciptaan-ciptaan itu hidup. Di dalam pengertiannya yang lebih
terbatas,
dan
menjadi
mempertimbangkannya,
urusan
menunjuk
kita
kepada
sekarang
ini
peraturan-peraturan,
untuk
bukan
manusia
mutlak
bergantung
pada
penciptanya atas segala hal, maka dia perlu dalam segala hal mematuhi
dianggap sebagai sumber kekuatan akal yang berasal dari Tuhan. Misalnya
hal ini diketemukan dalam 10 Perintah Tuhan.
Sekuralisasi
dari
Hukum
Alam
(Natural
Law)
kemudian
datang
belakangan pada masa Thomas Hobbes dan Grotius. Ahli-ahli filsafat abad
ke-17 ini pada umumnya menolak konsepsi bahwa Tuhan adalah sumber
tertinggi dari hukum, mereka berpendapat Hukum Alam (Natural Law) itu
mengindikasikan bahwa tindakan manusia itu datang dari kesepakatan
mereka atau ketidak sepakatan mereka, berdasarkan akal atau kebutuhan
moral, dan akibatnya perbuatan itu dilarang atau diperintahkan oleh Tuhan.
Menghubungkannya dengan sikap modern terhadap Hukum Alam yang
memusatkan perhatian kepada aspek spesifik tertentu tentang isinya, Hard
berpendapat isi minimum dari Hukum Alam adalah core of good sence
(perasaan yang baik). Hard berpendapat Hukum Alam bisa diketemukan
melalui akal, dan apa hubungannya dengan hukum manusia dan moralitas.
Dalam hubungan ini, pertanyaan mengenai bagaimana manusia hidup
bersama, harus kita asumsikan bahwa keinginan mereka, dalam garis
besarnya adalah untuk hidup. Pada abad ke-18 terjadi perdebatan antara
Blackstone dan Bentham yang mempengaruhi Teori Hukum (Legal Theory).
Blackstone adalah penganut Hukum Alam dari Inggris, sebaliknya Bentham
adalah pengkritik Hukum Alam. Menurut Blackstone hukum itu adalah rule of
action, aturan untuk berbuat yang diterapkan secara tidak diskriminatif
kepada semua macam tindakan apakah animate or inanimate, rasional atau
tidak rasional. Rule of action dilakukan oleh yang superior di mana yang
inferior terikat untuk menaatinya. Hukum dari alam menurut Blackstone
adalah kehendak dari Penciptanya (Maker).
Hukum Positif
Hukum positif merupakan dasar bagi konsep keadilan sosial yang
mencoba untuk menumbangkan hukum alam dan menciptakan kesetaraan
buatan melalui peraturan atau kekuatan. Ini bertentangan dengan esensi
dari sifat manusia. Dengan kata lain, hukum yang diciptakan oleh laki-laki
selalu sekunder hukum alam yang berasal dari kodrat manusia itu sendiri.
Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang pada
saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan
ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan.. Tiap-tiap bangsa
memiliki hukumnya sendiri, seperti terhadap bahasa dikenal tata bahasa,
demikian juga terhadap hukum dikenal juga tata hukum. Tiap-tiap bangsa
mempunyai tata hukumnya sendiri. Hukum merupakan positivasi nilai moral
yang berkaitan dengan kebenaran, keadilan, kesamaan derajat, kebebasan,
tanggung jawab, dan hati nurani manusia. Hukum sebagai positivasi nilai
moral adalah legitimasi karena adil bagi semua orang.
Sejarah hukum positif di Indonesia
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (NederlandschIndie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak
terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundangundangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan
setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah
Nusantara
Pada saat baru lahir ditahun 1945, negara bayi bernama Indonesia
mengunifikasi serta mengkodifikasi hukum positif buatan Belanda yang
diberlakukan bagi masyarakat di Hindia Belanda yang terdiri dari berbagai
etnik saat itu bangsa Eropa, bangsa Cina, dan bangsa Timur Jauh bukan
Cina yaitu bangsa Arab dan India serta masyarakat pribumi/inlander bangsa
VOC
(Verenige
Oost
Indische
Companie),
yang
merupakan
waris
dalam
garis
lurus
menurut
undang-undang,
yang
yang
di
haruskan
terjadi
ialah
ketiga
anak
tersebut
harus
atau
wajib
di
taati.
peraturan
ini,
jika
kedua
belah
pihak
pihak
dapat
membuat
persetujuan
atau
perjanjian
tersebut.
misalnya
dengan
memberikan
pedoman
bagaimana
penegakannya,
atau
tersebut.
Hukum
substantif
mendefinisikan
hubungan
hukum
melaksanakan
dan
mempertahankan
hukum
material
atau
Hukum
Acara
b.
peraturan
peraturan
peraturan
peraturan
undang-undang
undang-undang
undang-undang
undang-undang
hak
hak
hak
hak
merek perdagangan
oktroi/hak menemukan di bidang industry
cipta
ikatan perkreditan
Hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada perundangundangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu
Hukum kebiasaan.
Kesimpulan
Maka keduanya adalah komplementer yang saling mengisi. Ini berarti pula
bahwa hukum substantif adalah hukum materil, sedangkan hukum ajektif
adalah hukum formil.