Oleh :
Radian Adi Nugraha
0806342983
Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424
Kodya Depok
2008
SEMESTER I
Kuliah 1
a. Menjelaskan perbedaan ruang lingkup Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Hukum Indonesia
b. Menjelaskan berbagai pengertian hukum (ada sekitar 9 artian hukum yang
dikenal)
c. Menjelaskan pengertian disiplin hukum dan ruang lingkupnya
• 9 pengertian hukum :
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan
Yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran
2. Hukum sebagai disiplin
Yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi
3. Hukum sebagai kaedah
Yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang pantas atau
diharapkan
4. Hukum sebagai tata hukum
Yakni struktur dan proses perangkat kaedah-kaedah hukum yang berlaku pada
suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis
5. Hukum sebagai petugas
Yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan
penegakan hukum (“law-enforcement officer”)
6. Hukum sebagai keputusan penguasa
Yakni hasil proses diskresi yang menyangkut
7. Hukum sebagai proses pemerintahan
Yakni proses hubungan timbal-balik antara unsur-unsur pokok dari sistem
kenegaraan
8. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur
Yaitu perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan
untuk mencapai kedamaian
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai
Yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan
buruk
Tambahan :
• Pengertian kaedah
- Kaedah adalah patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk berperilakuan
atau bersikap tindak dalam hidup.
- Apabila ditinjau bentuk hakekatnya, maka kaedah merupakan perumusan
suatu pandangan (“ordeel”) mengenai perikelakuan atau sikap tindak, misalnya
siapa meminjam harus mengembalikan.
- Sebagai patokan untuk berperikelakuan atau bersikap tindak, maka kaedah
berbeda dengan dalil alam yang merupakan perumusan pandangan mengenai
kejadian alamiah, misalnya panas menyebabkan benda mengembang. Inti
perbedaannya adalah, bahwa terhadap kaedah ada kemungkinan penyimpangan,
sedangkan dalam hal dalil alam penyimpangan dianggap mustahil.
• Apakah keadah itu datang dari luar atau juga dari dalam diri manusia?
- Ada yang menganggap bahwa kaedah itu datangnya dari dalam diri
manusia, misalnya dari Tuhan Yang Maha Esa
- Ada pula yang beranggapan bahwa kaedah datangnya dari manusia
manusia sendiri yaitu melalui pikiran dan perasaannya sendiri.
- Ditinjau dari kenyataan kehidupan maka sumbernya adalah hasrat untuk
hidup pantas (sayogya; “behoorlijk”)
Kuliah 2
a. Menjelaskan pengertian sistem hukum dan bagian-bagiannya
b. Menerangkan klasifikasi dan perbedaan sistem hukum yang dikenal
4. Pembidangan
berdasarkan fungsinya, hukum dibedakan atas sebagai berikut :
a. Hukum Materiil
yaitu hukum yg mengatur hubungan antar anggota masyarakat yg berlaku
umum ttg apa yg dilarang dan apa yg boleh dilakukan.
b. Hukum Formil
hukum yg mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan
hukum materiil.
5. Pembidangan
Hukum berdasarkan hubungan yg diaturnya dibedakan atas dua jenis, sbb:
a. Hukum Objektif
yaitu hukum yg mengatur hubungan antara dua orang atau lebih yg berlaku
umum.
b. Hukum Subjektif
yaitu kewenangan atau hak yg diperoleh seseorang berdasarkan apa yg diatur
oleh hukum objektif, disatu pihak menimbulkan hak, di pihak lain
menimbulkan kewajiban.
6. Pembidangan
berdasarkan sumbernya, dibedakan atas dua jenis hukum berikut :
a. Sumber hukum materiil,
yaitu sumber yg menentukan isi suatu peraturan hukum
b. Sumber hukum formil,
yaitu sumber hukum yg menentukan bentuk dari suatu peraturan hukum.
7. Pembidangan
Hukum berdasarkan waktu berlakunya dibedakan atas dua jenis yaitu :
a. Ius Constitutum (hukum positif)
yaitu hukum yg berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu.
b. Ius Constituendum
yaitu hukum yg dicita-citakan untuk diberlakukan atau hukum yg akan
ditetapkan kemudian.
8. Pembidangan
Hukum berdasarkan tempat berlakunya.
a. Hukum Nasional
yaitu Hukum yg berlaku dalam batas wilayah suatu negara
b. Hukum Internasional
yaitu hukum yg mengatur bagaimana hubungan antar negara dan berlakunya
tidak dibatasi oleh wilayah suatu negara. Hukum Internasional berlaku secara
universal, baik secara keseluruhan maupun terhadap negara-negara yg
mengikatkan dirinya pada suatu perjanjian internasional.
9. Pembidangan
Hukum berdasarkan luas berlakunya, hukum dibedakan menjadi :
a. Hukum Umum
yaitu hukum yg berlaku bagi setiap orang dalam masyarakat tanpa
membedakan jenis kelamin, warga negara, agama, suku, dan jabatan
seseorang.
b. Hukum Khusus
Hukum yg berlakunya hanya bagi segolongan orang-orang tertentu.
• Hukum adat
- Hukum adat tidak dapat disejajarkan dengan klasifikasi hukum yang lain
seperti hukum tata Negara, hukum administrasi dan sebagainya. Hukum adat tidak
merupakan lapangan hukum tersendiri karena meliputi lapangan-lapangan hukum
yang telah disebutkan.
- Hukum adat terdiri dari 3 unsur :
1. Hukum yang tidak tertulis
Hidup dalam masyarakat dan tampak pada perilaku masyarakat sehari-hari
serta direalisir dalam tindakan-tindakan para fungsionaris hukum.
2. Unsur keagamaan
Unsur-unsur keagamaan itu baik Islam, Katolik, Kristen maupun Hindu
3. Ketentuan legislatif atau statutair
Misalnya awig-awig, pranatan desa, dan sebagainya.
- Sistematik hukum adat adalah seperti berikut :
1. Hukum tentang orang
2. Perkawinan
3. Kekerabatan
4. Waris
5. Perhutangan
6. Hukum atas tanah
7. Transaksi atas tanah
8. Hukum yang berhbungan dengan tanah
9. Yayasan daluwarsa dan delik
Tambahan :
B. Obyek Hukum
o Adalah segala sesuatu yang
bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu
hubungan hukum.
o Objek Hukum berupa benda atau
barang ataupun hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.
o Dapat dibedakan antara lain :
- Benda berwujud dan tidak berwujud
- Benda bergerak dan tidak bergerak
D. Peristiwa Hukum
o Adalah “semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat yang mempunyai akibat hukum. Contoh ; Perkawinan, Jual beli,
dsb.
o Peristiwa hukum dibedakan menjadi :
1. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum, yaitu suatu
peristiwa hukum yang terjadi akibat perbuatan hukum, contohnya
pembuatan wasiat, hibah.
2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau
peristiwa hukum lainnya, yaitu peristiwa hukum yang terjadi dalam
masyarakat yg bukan merupakan akibat dari perbuatan subjek hukum.
Misalnya, kelahiran, kematian.
E. Perbuatan Hukum
o Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan atau tindakan subjek hukum yg
mempunyai akibat hukum, dan akibat hukum itu memang dikehendaki oleh
subyek hukum. Misalnya Sewa menyewa, jual-beli, hibah, nikah, dsb.
o Perbuatan Hukum terdiri atas dua jenis, yaitu :
1. Perbuatan hukum bersegi satu, yaitu perbuatan hukum yg
dilakukan oleh satu pihak saja, misalnya pemberian wasiat, pengakuan
anak, dsb.
2. Perbuatan hukum bersegi dua, yaitu perbuatan hukum yg
dilakukan oleh dua pihak atau lebih, misalnya perjanjian.
F. Akibat Hukum
o Adalah akibat yg diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau
perbuatan dari subjek hukum. Ada tiga jenis akibat hukum, yaitu :
o Akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, lenyapnya suatu keadaan
hukum tertentu. Misalnya: Usia 21 tahun melahirkan suatu keadaan hukum
baru dari tidak cakap bertindak menjadi cakap bertindak. Atau Orang dewasa
yg dibawah pengampuan, melenyapkan kecakapan dalam tindakan hukum.
o Akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu
hubungan hukum tertentu. Misalnya : sejak Kreditur dan debitur melakukan
akad kredit, maka melahirkan hubungan hukum baru, yaitu utang-piutang.
Atau Sejak pembeli melunasi harga suatu barang, dan penjual menyerahkan
barang tersebut, maka berubahlah atau lenyaplah hubungan hukum jual beli
diantara mereka.
o Akibat hukum berupa sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum.
Sanksi dari suatu akibat hukum berdasarkan pada lapangan hukum, dibedakan
menjadi :
1. Sanksi Hukum di bidang hukum publik, diatur dalam pasal 10
KUHP, yg berupa Hukuman Pokok dan Hukuman Tambahan.
2. Sanksi Hukum di bidang hukum privat, terdiri atas :
a. Melakukan Perbuatan Melawan Hukum
(onrechtmatigedaad), diatur dalam pasal 1365 KUHPer, adalah suatu
perbuatan seseorang yg mengakibatkan kerugian terhadap yg
sebelumnya tidak diperjanjikan, sehingga ia diwajibkan mengganti
kerugian.
b. Melakukan Wanprestasi, diatur dalam pasal 1366 KUHPer,
yaitu akibat kelalaian seseorang tidak melaksanakan kewajibannya
tepat pada waktunya, atau tidak dilakukan secara layak sesuai
perjanjian, sehingga ia dapat dituntut memenuhi kewajibannya
bersama keuntungan yg dpt diperoleh atas lewatnya batas waktu.
Kuliah 3
a. Menjelaskan tugas hukum
b. Menjelaskan tujuan hukum menurut beberapa teori
c. Menjelaskan hubungan hukum dengan kekuasaan
• Tugas hukum
- Tujuan kaedah hukum, yakni kedamaian antar pribadi.
Kedamaian tersebut meliputi 2 hal, yaitu :
1. Ketertiban ektern antar pribadi
2. Ketenangan intern pribadi
- Kedua hal tersebut ada hubungannya dengan tugas kaedah-kaedah hukum
yang bersifat dwi-tunggal yang merupakan sepasang nilai yang tidak jarang
bersitegang, yaitu :
1. Memberikan kepastian dalam hukum (“certainty”; “zekerheid”)
2. Memberikan kesebandingan dalam hukum (“equity”;
“billijkheid”; “evenredigheid”)
- Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, kecuali yang telah disinggung
di atas, masih ada dua pasang lagi, yakni :
1. Nilai kepentingan rohaniah / keakhlakan (spiritualisem) dan nilai
kepentingan jasmaniah / kebendaan (materialisem)
2. Nilai kebaruan (inovatisem) dan nilai kelanggengan (konservatisem)
- Hubungan antara tujuan kaedah dengan tugasnya adalah, pemberian
kepastian hukum tertuju kepada ketertiban, dan pemberian kesebandingan hukum
tertuju pada ketenangan atau ketenteraman.
- Artinya, kehidupan bersama dapat tertib hanya jika ada kepastian dalam
hubungan sesama manusia. Dan pribadi akan tenang jikalau dapat menerima apa
yang sebanding dengan segala perikelakuan atau sikap tindaknya.
3. Teori campuran
- Mochtar Kusumaatmadja
Tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan
ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat
manusia yang teratur. Di samping ketertiban tujuan lain dari hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut
masyarakat dan zamannya.
- Purnadi dan Soerjono Soekanto
Tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban
ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.
- Van Apeldoorn
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
- Soebekti
Hukum itu mengabdi kepada tujuan Negara, yaitu mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Dalam mengabdi kepada
tujuan Negara itu dengan menyelenggarakan keadilan dan ketertiban.
• Rule of Law
- Dari bunyi kata-katanya rule of law berarti pengaturan oleh hukum. Jadi
yang mengatur adalah hukum, hukumlah yang memerintahkan atau berkuasa. Ini
berarti supremasi hukum. Memang rule of law biasanya secara singkat diartikan
sebagai “governance not by man but by law”. Perlu diingat bahwa hukum adalah
perlindungan kepentingan manusia, hukum adalah untuk manusia, sehingga
“governance not by man but by law” tidak boleh diartikan bahwa manusianya
pasif sama sekali dan menjadi budak hukum.
- Selznick mengatakan bahwa hukumlah yang berkuasa. Pengekangan
kekuasaan oleh hukum merupakan unsur esensial dan tiada kekuasaan yang kebal
terhadap kecaman.
- Pengertian rule of law ini timbul pada tahun 1955 yaitu pada waktu
diadakan Kongres Internasional pertama yang disponsori oleh International
Comission of Jurists yang diadakan di Atena dan dihadiri oleh sarjana hukum dari
48 negara.
- Konsep rule of law ini pertama kali dikembangkan dalam Kongres di
Delhi pada tahun 1959 yang diselenggarakan oleh International Commission of
Jurists yang diikuti oleh 185 orang hakim, sarjana hukum dan dosen hukum dari
53 negara.
- Rule of law menurut Dicey mengandung 3 unsur :
1. Hak asasi manusia dijamin lewat undang-undang.
2. Persamaan kedudukan di muka hukum (equality before the law)
3. Supremasi aturan-aturan hukum dan tidak ada kesewenang-
wenangan tanpa aturan yang jelas.
- Pengertian Anglo Saks rule of law di Eropa Kontinental disebut dengan
Negara hukum (rechtstaat : Emanual Kant dan Julius Stahl).
Negara Hukum menurut Emanual Kant dan Julius Stahl mengandung 4 unsur :
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia.
2. Adanya pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid
van bestuur)
4. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.
Kuliah 4
a. Menjelaskan pengertian das sollen dan das sein dalam hukum
b. Menjelaskan hubungan antara hukum dengan nilai-nilai
c. Menjelaskan asas hukum
• Sifat instrumental asas hukum ialah bahwa asas hukum mengakui adanya
kemungkinan-kemungkinan, yang berarti memungkinkan adanya penyimpangan-
penyimpangan, sehingga membuat sistem hukum itu luwes.
• P.Scholten menyatakan bahwa ada 5 asas hukum umum, 4 asas pertama ada di
setiap sistem hukum, yaitu :
1. Asas kepribadian
Dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu. Asas
kepribadian itu menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia, bahwa manusia
adalah subyek hukum, penyandang hak dan kewajiban.
2. Asas persekutuan
Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah persatuan, kesatuan dan cinta
kasih, keutuhan masyarakat.
3. Asas kesamaan
Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang harus
diperlakukan sama. Yang adil ialah apabila setiap orang memperoleh hak yang
sama. Perkara yang sama (sejenis) harus diputus sama (serupa) pula : similia
similibus. Keadilan merupakan realisasi asas kesamaan ini.
4. Asas kewibawaan
Sedangkan asas kewibawaan memperkirakan adanya ketidaksamaan.
5. Asas pemisahan antara baik dan buruk
Tambahan :
• Sanksi
- Lazimnya yang dianggap merupakan beda yang menonjol antara kaedah
hukum dengan kaedah sosial lainnya ialah sanksinya. Sanksi terhadap
pelanggaran kaedah hukum dapat dipaksaan, dapat dilaksanakan di luar kemauan
yang bersangkutan, bersifat memaksa. Kalau dikatakan bahwa sanksi pada kaedah
hukum itu bersifat memaksa atau menekan ini tidak berarti bahwa sanksi terhadap
pelanggaran kaedah sosial lainnya sama sekali tidak bersifat memaksa atau
menekan. Dalam lingkungan tertentu dalam kehidupan bersama sanksi
pelanggaran kaedah sopan santun, walaupun dikatakan hanya berupa peringatan
atau teguran saja, akan dirasakan sebagai tekanan atau paksaan juga. Orang akan
merasa tidak tenang kalau melanggarnya.
- Sanksi itu baru dikenakan apabila terjadi pelanggaran kaedah hukum.
Kalau tidak terjadi pelanggaran kaedah hukum maka sanksi tidak diterapkan. Jadi
sanksi hanyalah merupakan akibat dan tidak merupakan ciri hakiki hukum.
- Tidak setiap kaedah hukum disertai dengan sanksi. Kaedah hukum ini
disebut lex imperfecta.
Contoh :
Ketentuan yang tercantum dalam pasal 298, yaitu bahwa seorang
anak berapapun umurnya wajib menghormati dan menyegani orang
tuanya. Ketentuan ini tidak ada sanksinya.
- Tidak semua pelanggaran kaedah dapat dipaksakan sanksinya. Beberapa
kewajiban tidak dapat dituntut pemenuhannya menurut hukum secara paksa. Ini
terjadi misalnya dengan kewajiban yang berhubungan dengan apa yang
dinamakan perikatan alamiah (obligation naturalis, natuurlijke verbintenis).
o Perikatan pada umumnya :
hubungan hukum dalam hukum harta kekayaan yang menimbulkan hak bagi
pihak yang satu atas suatu prestasi dari pihak yang lain sedang, pihak yang
lain wajib melakukan prestasi untuk pihak lainnya.
o Perikatan perdata :
Perikatan yang mempunyai akibat hukum, yang apabila tidak dipenuhi dapat
diajukan ke pengadilan.
o Perikatan alamiah :
Perikatan yang tidak mempunyai akibat hukum. Perikatan yang boleh
dikatakan tidak sempurna, yang tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya
menurut hukum.
Contoh :
Kewajiban yang timbul dari perjanjian mengenai permainan dan pertaruhan, yang
lebih dikenal dengan perjudian. Tidaklah mungkin untuk menagih hutang yang
timbul dari permainan dan pertaruhan. Siapa yang secara sukarela melunasi
hutang semacam itu tidak dapat menuntut kembali apa yang telah dibayarkan itu.
Membayar hutang yang timbul dalam permainan dan pertaruhan itu dianggap
sebagai memenuhi perikatan alamiah.
Kuliah 5
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan kaedah-kaedah kepercayaan, kesusilaan,
sopan santun, dan hukum
b. Menjelaskan perbedaan dan hubungan antara kaedah hukum dengan kaedah-
kaedah lainnya
• Tabel kaedah-kaedah
Kaedah Kaedah Kaedah Sopan Kaedah
kepercayaan Kesusilaan Santun Hukum
Umat manusia, Pembuatnya yang konkrit,
Tujuan penyempurnaan manusia, ketertiban masyarakat,
jangan sampai manusia jahat. jangan sampai ada korban
Isi Ditujukan kepada sikap batin Ditujukan kepada sikap lahir
Asal Usul Dari Tuhan Dari diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa
Dari Dari
masyarakat masyarakat
Sanksi Dari Tuhan Dari diri sendiri secara tidak secara resmi
resmi
Membebani
kewajiban dan
memberi hak
Daya Kerja Membebani kewajiban (bersifat
normatif dan
atributif)
• Kaedah kesusilaan
Berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi manusia. Sebagai pendukung kaedah kesusilaan adalah hati nurani individu
dan bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Kaedah ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi
mencegah kegelisahan diri sendiri.
• Kaedah hukum
Melindungi lebih lanjut kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapat
perlindungan dari ketiga kaedah lainnya dan melindungi kepentingan-kepentingan
manusia yang belum mendapat perlindungan dari ketiga kaedah tadi.
• Terdapat 2 macam aspek hidup yaitu :
- Hidup pribadi
- Hidup antar pribadi (“transpersonal” atau “Interpersonal”)
Kuliah 6
a. Menjelaskan isi dan sifat kaedah hukum
b. Menjelaskan perumusan kaedah hukum
c. Menjelaskan esensialia kaedah hukum
• Apabila ditinjau dari sudut isinya, maka dapatlah dikenal adanya tiga macam
kaedah hukum, yaitu :
1. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan (“gebod”)
Contoh :
a. Bidang hukum tantra, misalnya pasal 22 ayat 1, 2,
dan 3 Undang-Undang Dasar 1945, yang isinya adalah sebagai berikut :
1) Dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang.
2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.
b. Bidang hukum perdata, misalnya
Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
yaitu bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
sebaik-baiknya.
Pasal 1 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 yang menentukan bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang berbahagia dan kekal
berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Kuliah 7
a. Menjelaskan penyimpangan kaedah hukum
b. Menjelaskan keberlakuan kaedah hukum
• Yang dimaksudkan dengan hal berlakunya kaedah hukum atau kelakuan kaedah
hukum adalah apa yang disebut “geltung” dalam bahasa Jerman, atau “gelding”
didalam bahasa Belanda.
• Didalam teori-teori hukum pada umumnya dibedakan antara tiga macam kelakuan
atau hal berlakunya kaedah hukum (meninjau pada sasaran kaedah hukum), yaitu :
1. Kelakuan atau hal berlakunya secara yuridis, yang mengenai hal
ini dapat dijumpai anggapan-anggapan sebagai berikut :
a. Hans Kelsen yang menyatakan bahwa kaedah
hukum mempunyai kelakuan yuridis, apabila penentuannya berdasarkan
kaedah yang lebih tinggi tingkatnya, ini berhubungan dengan teori
“Stufenbau” dari Kelsen. Dalam hal ini perlu diperhatikan, apa yang
dimaksudkan dengan efektivitas kaedah hukum yang dibedakannya dengan
hal berlakunya kaedah hukum, oleh karena efektivitas merupakan fakta.
b. W. Zevenbergen menyatakan bahwa suatu kaedah
hukum mempunyai kelakuan yuridis, jikalaku kaedah tersebut terbentuk
menurut cara yang telah ditetapkan. Misalnya, Undang-Undang di Indonesia
dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5 ayat 1)
c. Logemann menyatakan bahwa secara yurudis
kaedah hukum mengingat, apabila menunjukkan hubungan keharusan antara
suatu kondisi dan akibatnya.
d. Gustav Radbruch mengemukakan pendapat bahwa
“in searching for the ground of validity, the juridical doctrine of validity at
some point necessarily encounters the factuality of an authoritative will that
cannot be further derived anywhere. It will derive the validity of a legal rule
from other legal rules, that of a statute from the constitution. But the
constitution itself can and must be taken by such a purely juridical doctrine of
validity for a causa sui (=cause of itself). It may well explain the validity of a
legal rule in relation to other legal rules, but never the validity of the highest
legal rules, the fundamental laws, and hence never the validity of the legal
order as a whole.”
• Ajaran (dari Logemann) yang juga membedakan kelakuan (dalam arti lingkup
laku) kaedah hukum, yaitu ajaran yang disebut “gebiedsleer”. Inti teori atau ajaran ini
menyatakan, bahwa lingkup laku kaedah hukum adalah : “keadaan / bidang dalam
mana kaedah berlaku” dan dibedakan antara empat bidang (mengungkapkan landasan
daripada kaedah hukum), yaitu :
1. “Ruimtegebied” atau lingkup laku wilayah
yang mengenai ruang terjadinya peristiwa yang diberi batas-batas atau dibatasi
oleh kaedah hukum
2. “Personengebied” atau lingkup laku
pribadi yang menunjukkan siapa (=pribadi kodrati) atau apa (=peran, pribadi
hukum) yang oleh kaedah hukum dipatoki peranannya.
3. “Tijdsgebied” atau lingkup laku masa
yang berhubungan dengan jangka waktu bilamana suatu peristiwa tertentu (akan,
masih atau tidak lagi) diatur oleh kaedah hukum.
4. “Zaaksgebied” (G.J. Resink) atau lingkup
laku ihwal, ialah yang bersangkutan dengan hal apa saja yang menjadi obyek
kaedah hukum.
Kuliah 8
UTS