Anda di halaman 1dari 9

Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PERTEMUAN 5
DISIPLIN HUKUM

A. Tujuan Pembelajaran
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Disiplin Hukum.
Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan mengenai Disiplin hukum
2. Menjelaskan Kaidah Hukum
3. Mengidentifikasikan bidang-bidang Ilmu Hukum

B. Uraian Materi

1. Disiplin Hukum
a. Disiplin adalah :

Sistem ajaran mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang


dihadapi.
Disiplin dapat dibedakan antara :
1. disiplin analitis (yang menganalisis, memahami serta
menjelaskan)
2. disiplin preskriptif (yang menentukan apakah yang
seyogyanya atau seharusnya dilakukan).
Sebagai sistem ajaran, disiplin hukum merupakan sistim ajaran
yang menentukan apakah seyogyanya atau seharusnya
mapupun yang senyatanya dilakukan (deskriptif) di dalam hidup.
Disiplin Hukum mencakup: 1) ilmu-ilmu hukum, 2) politik hukum
dan 3) filsafat hukum.
Sebagai kumpulan ilmu pengetahuan, ilmu hukum mencakup:
- Ilmu tentang kaidah
- Ilmu tetang Pengertian dalam hokum
- Ilmu tentang kenyataan hukum

b. Kaidah Hukum Dan Kaidah-Kaidah


Lainnya

1. Kaidah aspek hidup pribadi terdiri dari:

 Kaidah Kepercayaan;

 Kaidah Kesusilaan.

PIH dan PTHI 23


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Kaidah aspek hidup antar pribadi terdiri


dari:

 Kaidah Kesopanan/Sopan santun;

 Kaidah Hukum

3. Kaidah Kepercayaan

- Kaidah kepercayaan ditujukan terhadap kewajiban manusia


kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri.
- Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran
kepercayaan atau agama yang diyakini sebagai perintah
Tuhan.
- Pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah ini akan
memperoleh sanksi dari Tuhan

4. Kaidah Kesusilaan
- Kaidah Kesusilaan ditujukan kepada manusia agar
mempunyai ahlak yang baik.
- Sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri,
jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir,
tetapi sikap batin manusia juga.
- Pelanggaran terhadap kaidah ini menimbulkan rasa
penyesalan dalam hati nurani, rasa malu, takut, merasa
bersalah sebagai sanksi atau reaksi terhadap pelanggaran
kaidah kesusilan.

5. Kaidah Kesopanan

- Kaidah Kesopan ditujukan kepada sikap lahir pelakunya demi


“kesedapan” hidup antar pribadi.
- Kaidah ini mementingkan yang lahir atau formal dan tidak
semata-mata sikap batin.
- Kaidah ini membebani manusia dengan kewajiban. Sanksi
diberikan oleh masyarakat dan bersifat tidak resmi.
Yang memaksakan kepada kita adalah kekuasaan di luar
kita (heteronom).

6. Kaidah Hukum

- Kaidah hukum melindungi lebih lanjut kepentingan-


kepentingan manusia yang telah memperoleh perlindungan
dari ketiga kaedah lainnya dan melindungi kepentingan-

PIH dan PTHI 24


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

kepentingan yang belum mendapat perlindungan dari ketiga


kaedah tadi.
- Kaidah hukum ditujukan pada tindakan konkrit, bukan untuk
penyempurnaan manusia, melainkan untuk ketertiban
masyarakat.
- Isi kaidah hukum ditujukan pada sikap lahir
manusia. Kaidah hukum mengutamakan perbuatan lahir,
apa yang dibatin/difikirkan tidak menjadi urusan hukum.
- Seorang tidak dapat dihukum karena apa yang ada dalam
fikiran/batinnya (cogitationis poenam nemo patitut). Pada
hakekatnya hukum itu tidak mempersoalkan sikap batin
manusia.Hukum tidak memberi pedoman tentang
bagaimana seharusnya batin manusia itu.
- Setelah terjadi suatu perbuatan lahir yang relevan bagi
hukum, kemudian hukum mencampuri sikap batin manusia
(misal, ada/tidaknya kesengajaan, perencanaan, itikad
baik).
- Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia (heteronom).
- Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman
tentang apa yang seyogya atau seharusnya dilakukan.
- Kaidah hukum berisi kenyataan normatif : (das sollen)
dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit:
(das sein).
- Dalam hukum yang penting bukanlah apa yang
terjadi, tetapi apa yang seharusnya terjadi. Perbuatan
korupsi (sein) seharusnya (sollen) dihukum.
c. hukum sebagai pengertian

Berbagai arti yang diberikan oleh masyarakat pada hukum:


1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang
disususun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang
kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap
tindak atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses
perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu
dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang
merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan
penegakan hukum (“law-enforcement officer”).

PIH dan PTHI 25


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

d. Ilmu Pengetahuan Hukum

1. Ilmu pengetahuan hukum juga mengalami perkembangan


sehingga mempunyai spesialisasi seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara, Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain
sebagainya.
2. Ilmu pengetahuan hukum mempelajari kaidah-kaidah hukum
hidup manusia, bagaimana kaidah-kaidah itu berlaku, diterima
dan ditaati di dalam masyarakat. Jadi dengan demikian hukum
diartikan sebagai kaidah (das sollen) sebagai gejala-gejala
masyarakat (das sein), kaidah-kaidah ini adalah kaidah yang
berlaku sekarang (hukum positif).

2. Bidang-Bidang Ilmu Hukum

Ilmu-ilmu hukum sebagai kumpulan dari berbagai cabang ilmu


pengetahuan antara lain meliputi..:
a. Ilmu tentang kaidah (normwisseschaft) atau (sollenwissenschaft),
yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem
kaidah-kaidah.
b. Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok
dalam hukum seperti : subyek hukum, hak dan kewajiban,
peristiwa hukum dan obyek hukum.
c. Ilmu tentang kenyataan (tatsachenwissenchaft) atau
seinwissenchaft yang menyoroti hukum sebagai sikap tindak atau
perikelakuan yang antara lain mencakup :

1. Sosiologi hukum

Suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan


analitis mempelajari hubungan timbal-balik antar hukum sebagai
gejala-gejala sosial dengan gejala sosial yang lain.
Sosiologi hukum memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
a. Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan
penjelasan terhadap praktik-praktik hukum.
b. Sosiologi hukum menguji kesahihan empiris dari suatu peraturan
atau pernyataan hukum.
c. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum.
Tingkah laku yang menaati hukum dan yang menyimpang dari
hukum sama-sama merupakan onyek pengamatan yang setaraf.

PIH dan PTHI 26


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Obyek Sosiologi hukum adalah badan-badan yang terlibat dalam


penyelenggaraan hukum seperti:
a. Pembuat UU
b. Pengadilan
c. Polisi
d. Pengacara/Advokat dll.

2. Anthropologi hukum

Suatu cabang ilmu pengetahuan yang•mempelajari pola-pola


sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat-
masyarakat sederhana, maupun masyarakat-masyarakat
yang sedang mengalami proses modernisasi.
Metode pendekatan Antropologi menurut Euber : Suatu segi
yang menonjol dari antropologi adalah pendekatan secara
menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia. Para antropolog
mempelajari tidak hanya semacam jenis manusia, tapi juga
mempelajari semua aspek dari pengalaman manusia, seperti
penulisan gambar tentang bagian dari sejarah manusia, lingkungan
hidup dan kehidupan keluarga-keluarga, pemukiman, segi ekonomi,
politik, agama, gaya kesenian dan berpakaian, bahasa dan
sebagainya.
Antropogi hukum dan sosiologi hukum memiliki persamaan yaitu
kedua-duanya ingin mengerti dan kemudian bisa menjelaskan
fenomena hukum itu dan bukannya untuk memakai peraturan-
peraturan hukum yang konkret itu untuk mengarahkan tingkah laku
manusia.

3. Psikologi hukum

Suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum


sebagai suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia
(human behaviour) maka dalam kaitannya dalam studi hukum, ia
akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku
manusia. Bidang psikologi yang bersentuhan langsung dengan
hukum adalah psikologi sosial. Contoh penerapan dalam hukum
pidana misalnya mengenai paksaan psikologis, peranan sanksi pidana
terhadap kriminalitas, dampak psikologis terhadap korban kejahatan
dan sebagainya.

PIH dan PTHI 27


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

4. Perbandingan hukum

Merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memperbandingkan


sistem-sistem hukum yang berlaku di dalam satu atau beberapa
masyarakat.
Perbandingan hukum diperlukan karena:
a. Dengan perbandingan hukum dapat diketahui jiwa serta
pandangan hidup bangsa lain termasuk hukumnya.
b. Dengan saling mengetahui hukumnya, sengketa dan kesalah
pahaman dapat dihindari.

1. Manfaat Ilmiah perbandingan hukum :


a. Dengan membanding bandingkan hukum kita dapat menemukan
adanya unsur unsur persamaan dan unsur perbedaan antara
sistem-sistem atau lembaga-lembaga yang kita bandingkan.
b. Dengan mengadakan perbandingan hukum kita juga dapat
mengungkap latar belakang dan sebab dari persamaan dan
perbedaan tersebut dan akhirnya menemukan hakikat daripada
hukum yang diperbandingkan.
c. Dengan mengetahui latar belakang dan sebab-sebab adanya
persamaan dan perbedaan tersebut kita dapat mendalami dan
lebih mengerti tentang hukum kita sendiri maupun hukum asing
2. Manfaat praktis perbandingan hukum antara lain:
a. Sebagai penunjang dalam usaha pembentukan hukum nasional
b. Sebagai faktor penting bagi usaha unifikasi
hukum
c. Untuk menemukan saling pengertian yang lebih mendalam
mengenai hukum kita sendiri

5. Sejarah hukum

Mempelajari perkembangan dan asal-usul daripada sistem


hukum suatu masyarakat tertentu, dan memperbandingkan antara
hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu.
Sejarah hukum terutama berkaitan dengan bangkitnya suatu
pemikiran dalam hukum yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861)
Bapak sejarah hukum berasal dari Jerman yang menyatakan bahwa :
Hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama-
sama dengan masyarakat.

PIH dan PTHI 28


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Sejarah hukum memiliki peranan untuk mengenali dan


memahami secara sistematis proses-proses terbentuknya hukum,
faktor-faktor yang menyebabkan dan sebagainya dan memberikan
tambahan pengetahuan yang berharga untuk memahami fenomena
hukum dalam masyarakat.
Sejarah Hukum juga memiliki peranan (Soerjono Soekanto :
1983):
a. Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas
bagi kalangan hukum.
b. Hukum sebagai kaidah merupaka patokan perikelakuan
atau sikap tindak yang sepantasnya, yang merupakan
perkembangan pengalaman manusia sejak dulu kala.
c. Sejarah hukum juga berguna dalam praktik hukum,
diperlukan untuk mengadakan penafsiran secara historikal
terhadap peraturan-peraturan tertentu.
d. Dalam bidang pendidikan hukum, sejarah hukum membantu
mahasiswa dalam memahami hukum yang dipelajarinya.
e. Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektifitas
lembaga-lembaga hukum tertentu.

6. Filsafat Hukum

Filsafat hukum mempersoalkan pertanyaan pertanyaan yang


bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan pertanyaan tentang “hakikat
hukum”, tentang “dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum”,
merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu atas
dasar yang demikian itu.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai,
yang mencakup juga penyerasian nilai-nilai, misalnya : penyerasian
antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan dengan
keahlakan, dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan
pembaharuan.

7. Politik Hukum

Politik hukum yang merupakan bagian dari disiplin hukum


adalah mencakup kegiatan kegiatan nilai-nilai dan menerapkan nilai-
nilai.
Beberapa pertanyaan yang timbul dalam studi politik hukum
adalah :
a. Tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada

PIH dan PTHI 29


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

?
b. Cara-cara apakah dan manakah yang paling baik untuk dapat
mencapai tujuan tersebut ?
c. Kapankah waktunya hukum itu perlu diubah dan cara-
cara bagaimanakah perubahan itu sebaiknya dilakukan ?
d. Dapatkah dirumuskan pola-pola yang mapan untuk mencapai
tujuan tersebut ?
Secara garis besar hubungan disiplin hukum yang di uraikan
di atas tersebut dapat di gambarkan dan di jelaskan pada Gambar 1.2
sebagai berikut ini:

Gambar 1.2 Disiplin Hukum mencakup Ilmu-ilmu hukum ( hukum


sebagai kaidah, hukum sebagai Pengertian dan hukum sebagai
Kenyataan ), Filsafat hukum, Politik hukum.

PIH dan PTHI 30


Universitas Pamulang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

C. Soal Latihan/Tugas
1. Jelaskanlah perbedaan antara kaedah kepercayaan dan kaedah
kesusilaan…..?
2. Apakah yang dimaksud dengan “hukum sebagai displin dan hukum
sebagai petugas”..........?
3. Berikan penjelasan mengenai sosiologi hukum dan psikologi hukum
............?
4. Apakah manfaat kedua ilmu tersebut dalam praktek hukum sehari-
hari .................?

D. Referensi
a. Buku-Buku/ Jurnal

Bewa Ragawino, S.H., M.SI, Hukum Tata Negara, Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung, 2007.
Daliyo, J.B., dkk, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Panduan
Mahasiswa, Jakarta: PT. Gramedia. 1989.
Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Moh. Kusnardi. SH, Harmaily Ibrahim, S.H, Pengantar Hukum Tata
Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1985.
Pudjosewojo, Kusumadi, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia,
Jakarta: Aksara Baru, 1984.
Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi ilmu
Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung: 1982.
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung:
2012.
Soeroso, R., Sh, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Syafri Syam. S.H, Hukum Tata Negara I, Fakultas Hukum Univ.
Andalas, Padang, 1986.
Tim Pengajar PIH, Sendi-Sendi Ilmu Hukum Modul Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, 2010.
Van Apeldorn, L.J, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta: 2011.

PIH dan PTHI 31

Anda mungkin juga menyukai