Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN – ALIRAN HUKUM

Berbicara kedudukan undang –undang hakim


dan hukum maka terdapat beberapa aliran
hukum, secara umum digolongkan menjadi 5
aliran :
1. Aliran Legisme
2. Aliran Begriffsjurisprudenz
3. Aliran Freirechtsschule/ Freire Rechtslehre
4. Aliran Rechtvinding
5. Aliran Soziologische Rechtsschule
6. Aliran Open System Van Het Rechts ( Sistem
Hukum Terbuka )
1. Aliran Legisme
Aliran ini berpendapat bahwa :
a) Bahwa satu- satunya sumber hukum adalah undang-
undang
b) Bahwa diluar undang – undang tidak ada hukum
Aliran ini menganggap bahwa semua hukum
terdapat dalam undang –undang. yang berarti hukum
identik dengan undang-undang, sehingga hakim
dalam melakukan tugasnya terikat pada undang –
undang, dalam melakukan pekerjaannya harus
sesuai dengan undang – undang.
Aliran ini berkeyakinan bahwa persoalan sosial akan
dapat diselesaikan dengan undang –undang.
Pengikut aliran legisme ini adalah Dr. Freiderich (
Jerman ) dan Van Swinderen ( Belanda )
2. Aliran Begriffsjurisprudenz
Pada pertengahan abad ke – 19, lahirlah aliran yang
dipelopori oleh Rudolf Von Jhering ( 1818-1890),
yang menekankan pada sistematik hukum.
ciri khas dari aliran ini adalah bahwa hukum dilihat
sebagai satu kesatuan sistem tertutup yang mencakup
segala –galanya yang mengatur semua perbuatan
sosial.
Aliran ini lebih memberikan kebebasan kepada hakim
daripada aliran legisme. Hakim tidak perlu terikat
pada isi undang – undang, tetapi dapat mengambil
argumentasinya dari peraturan – peraturan hukum
yang tersirat dalam undang – undang.
3. Aliran Freirechtsschule
Aliran ini bertolak belakang dari aliran legisme.
Lahirannya aliran ini justru karena melihat
kekurangan-kekurangannya aliran legisme yang
ternyata tak dapat memenuhi kebutuhan dan tidak
dapat mengatasi persoalan – persoalan baru.
Aliran ini merupakan aliran bebas yang hukumnya
tidak dibuat oleh badan legislatif, dan menyatakan
bahwa hukum terdapat diluar undang – undang.
Aliran ini beranggapan bahwa hakim bebas untuk
melakukan menurut undang – undang atau tidak. Ini
disebabkan pekerjaan hakim adalah menciptakan
hukum.
4. Aliran Rechtvinding
Tokohnya : Thomas Aquinas, Paul Scholten
Merupakan aliran diantara kedua aliran
tersebut ( Legisme dan Frechtbewegung).
aliran ini tetap berpegang pada undang –
undang, tapi tidak seketat aliran legisme,
karena hakim juga mempunyai kebebasan.
Tapi kebebasan ini tidak seperti kebebasan
freire rechtbewegung, hakim mempunyai
kebebasan yang terikat dan keterikatan yang
bebas.
Menurut aliran ini, hakim benar-benar sebagai
pencipta hukum (Judge made law), setiap keputusan
yang berdasarkan keyakinannya merupakan hukum.
Dengan demikian, yurisprudensi merupakan hal penting
yang dianggap primer, sedangkan undang – undang
merupakan hal yang sekunder.
5. Aliran Soziologische Rechtsschule
Aliran ini pada dasarnya tidak setuju dengan adanya
kebebasan bagi para pejabat hukum untuk
menyampingkan undang – undang sesuai dengan
perasaan nya. Oleh karena itu, aliran ini hendak
menahan dan menolak kemungkinan sewenang –
wenang dari hakim, sehubungan dengan adanya
freies ermessen dalam aliran rechtsschule.
Undang-undang tetap harus dihormati, memang benar
hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan
hukum, tetapi kebebasan tersebut terbatas dalam
kerangka undang – undang.
Pandangan mereka hakim hendaknya mendasarkan
putusan – putusannya pada peraturan undang –
undang, tapi tidak kurang pentingnya supaya putusan
– putusan itu dapat dipertanggungjawabkan terhadap
azas-azas keadilan, kesadaran, dan perasaan hukum
yang sedang hidup dalam masyarakat. Dan hanya
yang seperti itulah yang dapat disebut hukum yang
sebenarnya.
Pengikut aliran ini adalah A. Auburtin, G. Gurvitch,
dan J. Valkhof.
6. Aliran Open System Van Het Rechts ( Sistem
Hukum Terbuka )
Aliran ini diwakili oleh Paul Scholten, ia berpendapat :
a) Bahwa hukum itu merupakan suatu sistem.
b) Bahwa semua peraturan –peraturan itu saling
berhubungan yang satu ditetapkan oleh yang lain.
c) Bahwa peraturan – peraturan tersebut dapat disusun
secara mantik dan untuk yang bersifat khusus dapat
dicarikan aturan – aturan umumnya, sehingga
sampailah pada azas – azasnya.
Tapi tidaklah berarti bahwa dengan bekerja secara
mantik semata –mata untuk tiap –tiap hal dapat
dicarikan putusan hukumannya. Sebab disamping
pekerjaan intelek, putusan itu selalu didasarkan pada
penilaian yang menciptakan sesuatu yang baru.
Sistem hukum adalah suatu susunan atau tatanan yang
diatur.
Sistem hukum itu memang benar bersifat logis, tetapi
karena sifatnya sendiri, dia tidak tertutup, tidak beku,
sebab memerlukan putusan – putusan atau penetapan
– penetapan, yang selalu akan menambah luasnya
sistem tersebut. Oleh karena itu, tepat untuk
dikatakan sistem terbuka.
Sistem hukum itu adalah dinamis, bukan saja karena
pembentukkan baru secara sadar oleh badan
perundang – undangan, tetapi juga karena
pelaksanaannya di dalam masyarakat. Pelaksanaan itu
selalu disertai penilaian baik sambil membuat
konstruksi – konstruksi hukum atau penafsiran
terhadap undang –undang itu.
Dalam hubungan ini tidak boleh kita pandang bahwa
badan perundang – undangan pekerjaannya membentuk
hukum dan hakim hanya mempertahankannya semata –
mata, atau bahwa badan perundang – undangan adalah
tegas, sedangkan hakim adalah terikat.
Lebih tepat untuk dirumuskan bahwa pada bagian
perundang – undangan adalah kebebasan yang lebih
primair, sedangkan pada hakim adalah keadaan
terikat yang lebih primair itu. Dan badan perundang –
undangan dalam membentuk hukum yang baru itu
terikat untuk menemukan kontinuitas dengan yang
lama, sedangkan hakim dalam mempertahankan
hukum itu, turut menambahkan sesuatu yang baru
seraya mendapatkan hubungan pada yang telah ada.
Kesimpulan

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan


bahwa di dalam tiap – tiap aliran itu terdapat
sesuatu yang dapat dibenarkan serta dapat
diambil manfaatnya serta sistem hukum
terbukalah yang meletakkan persoalan undang
– undang.

Anda mungkin juga menyukai