Anda di halaman 1dari 14

Nama : Arjuna Paksi Nugraha

NPM : B1A016176
Matkul : Sosiologi Hukum
Tugas : Resume Buku Pokok-pokok Sosiologi Hukum

POKOK-POKOK SOSIOLOGI HUKUM


PROF. DR. SOERJONO SOEKANTO, S.H., M.A

BAB 1
Pendahuluan

A. PENGANTAR

Sejak lahir didunia, manusia telah bergaul dengan manusia-manusia lain


didalam suatu wadah yang bernama masyrakat. Mula-mula dia berhubungan dengan
orangtuanya, dan semakin meningkat umumnya, semakin luas pula daya cakup
pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat tersebut. lama kelamaan dia
mulai menyadari bahwa kebudayaan dan peradapan yang dialami dan dihadapinya .
Kaidah kaidah hukum tersebut diatas ada yang berwujud sebagai peratura-
peraturan tertulis, keputusan-keputusan pengadilan maupun keputusan-keputusan
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. dari kenyatan tersebut dapatlah ditarik
suatu kesimpulan sementara, bahwa secara relatif sedikit sekali aspek-aspek
kehidupan masyarakat yang dapat dimengerti seluk beluknya secara menyeluruh
tanpa memperhatikan aspek-aspek hukumnya, hal inilah yang antara lain
menyebabkan bahwa sifat hakikat dan sistem hukumnya merupakan objek penelitian
yang tidak dapat di abaikan oleh para sosiologi yang pada khususnya memusatkan
perhatiannya pada struktur sosial , proses-proses sosial , perubahan-perubahan sosial
dan budaya dalam masyarakat-masyarakat tertentu.
Hukum secara sosiologi adalah penting, dan merupakan suatu lemabaga
kemasyarakatan ( social institution ) yang merupakan himpunan nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan pola-pola perikelakuan yang berkisar pada kebutuhan-kebutuhan pokok
masyarakat hidup. berdampingan dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya
dan saling pengaruh mempengaruhi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi.
Jadi, sosiologi hukum berkembang atas dasar suatu anggapan dasar bahwa proses
hukum berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan
masyarakat. Artinya adalah, hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami
sistem sosial terlebih dahulu dan bahwa hukum merupakan suatu proses.
B. KURANGNYA PERHATIAN PARA SOSIOLOG TERHADAP HUKUM
Apabila ditelah kenyataan didalam masyarakat bahwa hukum mengatur
hampir semua aspek kehidupan masyarakat, maka hukum seharusnya merupakan
objek penelitian dan bagian dari masyarakat yang sangat penting untuk ditelah para
sosiolog. Akan tetapi ternyata bahwa keadaan adalah sebaliknya, yakni bahwa
sosiologi telah menelantarkan salah satu bidang kemasyarkatan yang sangat penting
yakni hukum. Di indonesia tidak hanya sosiologi hukum saja yang masih agak asing,
akan tetapi bahkan sosiologi sebagai ilmu yang umum tentang masyarakat baru
memulai tradisinya yang tetap sesudah perang dunia kedua.
Walaupun perkembangan sosiologi menunjukan, bahwa ilmu tersebut meneliti
gejala-gejala yang mengandung aspek-aspek hukum seperti kejahatan yang dilakukan
oleh orang-orang dewasa maupun oleh anak-anak, persoalan-persoalan yang dihadapi
keluarga, kehidupan didaerah pusat, korupsi, dan lain sebagainya, namun pusat
perhatian terutama ditujukan terhadap unsur-unsur pole perkelakuan, ekologi,
organisasi sosioal maupun disorganisasi daripada terhadap masalah-masalah
hukumnya.
C. PERLUKAH SUATU CABANG ILMU PENGETAHUAN YANG BERDIRI
SENDIRI YANG DINAMAKAN SOSIOLOGI HUKUM .
Ilmu hukum sebagai ilmu pengetahuan yang meneliti gejala hukum dalam
masyarakat, telah berusaha berabad-abad lamanya, didalam penelitian terhadap bidang
kehidupan hukum selama berabad-abad ini, ilmu hukum telah berkembang menjadi
suatu jaringan dari berbagai spesialisasi yang dinamakan hukum perdata, hukum
pidana hukum tatanegara , hukum internasional dan seterusnya .
Sosiologi hukum diperlukan dan bukan merupakan penaman yang baru bagi
suatu imu pengetahuan yang telah lama ada. Memang, baik ilmu hukum maupun
sosiologi hukum mempunyai pusat perhatian yang sama yaitu hukum, akan tetapi
sudut pandangan kedua ilmu pengetahuan tadi juga berbeda, dan oleh karena itu hasil
yang diperoleh ke dua ilmu pengetahuan tadi juga berbeda. Hukum adalah suatu
gejala sosial-budaya yang berfungsi untuk menerapakan kaidah-kaidah dan pola-pola
perikelakuan tertentu terhadap individu-individu dalam masyarakat .
Hukum yang berlaku dalam masyarakat, dapat pula dipelajari dari sudut
sejarahnya. Dengan metode sejarah, ditelitilah perkembangan hukum dari awal
sampai kejadian himpunan kaidah-kaidah hukum tertentu. Kemudian hukum tadi
dibanding-bandingkan dengan hukum yang berlaku dimasyarakat-masyarakat lainnya,
untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan.
Ruang lingkup yang selanjutnya menyangkut hukum dan pola-pola
perikelakuan sebagai ciptaan serta wujud daripada keinginan-keinginan kelompok-
kelompok sosial. Untuk meneliti hal itu, diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai hukum sebagai suatu gejala sosial. Jadi, pada dasarnya ruang lingkup
sosiologi hukum adalah pola-pola perikelakuan dalam masyarakat, yaitu cara-cara
bertindak atau berkelakuan yang sama dari orang-orang yang hidup bersama dalam
masyarkat.
D. BEBERAPA MASALAH YANG DISOROTI SOSIOLOGI HUKUM
Apabila suatu penelitian sosiologi terhadapap hukum mungkin dilakukan
bagaimana perkembangan dan apakah persoalan-persoalan utamanya ? oleh karena
secara relatif usia sosiologi hukum masih sangat muda, belumlah tercipta lapangan
kerja yang jelas dan tertentu. Beberapa persoalan yang pada umumnya selalu
mendapat sorotan dari para ahli sosiologi hukum adalah :
1. Hukum Dan Sistem Sosial Masyarakat
Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyeluruh dari sosiologi
hukum oleh karena tak ada keraguan-keraguan lagi bahwa suuatu sistem hukum
merupakan pencerminan daripada suatu sistem sosial dimana sistem hukum tadi
merupakan bagiannya akan tetapi persoalnya tidak semua itu oleh karena perlu
diteliti dalam keadaan-keadaan apa dan dengan cara-cara yang bagaiman sistem
sosial mempengaruhi suatu sistem hukum sebagai subsistemnya.
2. Persamaan-persamaan dan Perbedaan-perbedaan Sistm-Sistem Hukum
Penelitian dibidang ini penting bagi suatu ilmu perbandingan serta untuk dapat
mengetahui apakah memang terdapat konsep-konsep yang universal. dan apakah
perbedaan-perbedaan yang ada merupakan suatu penyimpngan dari konsep-konsep
yang universal.
3. Sifat Sistem Hukum yang Dualistis
Bagi hukum substantif maupun hukum ajektif disatu pihak berisikan
ketentuan-ketentuan tentang bagaimana manusia akan dapat menjalankan serta
memperkembangkan hak-haknya mmpertahankan hak-haknya.
memperkembangkan kesamaan derajat manusia menjamin kesejahteraanya dan
setrusnya.
4. Hukum dan Kekuasaan
Ditinjau dari sudut ilmu politik, hukum merupakan suatu sarana dari elit
yang memegang kekuasaan dan sedikit banyaknya dipergunakan sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaan, atau untuk menambah serta mengembangkan.
Apabila kita berpegang pada pendapat bahwa elit dalam masyarakat yang
menyusun dan membentuk hukum, maka timbul pertanyaan, sampai sejauh
manakah terdapat persesuaian pendirian antara elit tersebut dengan orang banyak
mengenai keadilan.
5. Hukum dan Nilai-nilai Sosial Budaya
Hukum sebagai kaidah atau norma sosial, tidak terlepas dari nilai-nilai yang
berlakudalam suatu masyarakat, bahakan dapat dikatakan bahwa hukum itu
merupakan pencerminan konkretisasi daripada nilai yang pada suatu saat berlaku
dalam masyarkat.
6. Kepastian Hukum dan Kesebandingan
Kepastian hukum dan kesebandingan merupakan dua tugas pokok dari
hukum. Walaupun demikian, seringkali kedua tugas tersebut tidak dapat ditetapkan
sekaligus secara merata.

7. Peranan Hukum Sebagai Alat untuk Mengubah Masyarakat (Soerjono Soekanto,


1970:62)
Setiap masyarakat, selama hidupnya pasti pernah mengalami perubahan-
perubahan. Ada perubahan-perubahan yang tidak menarik perhatian orang, ada
yang pengaruhnya luas, ada yang terjadi dengan lambat, ada yang berjalan sanagat
cepat, adapula yang direncanakan, dan seterusnya.

E. Sosiologi Hukum dan Gunanya


Perihal perspektif dari sosiologi hukum secara umum ada dua pendapat utama,
sebagai berikut :
1. Pendapat-pendapat yang menyatakan, bahwa sosiologi hukum harus diberikan
suatu fungsi yang global. Artinya, sosiologi hukum harus menghasilkan suatu
sintesa antara hukum sebagai sarana organisasi sosial dan sebagai sarana dari
keadilan.
2. Pendapat-pendapat lain menyatakan, bahwa kegunaan sosiologi hukum justru
dalam bidang penerangan dan pengkaidahan.

F. Batas-batas Uraian Buku ini


Perlu dikemukakan, bahwa penulisan buku ini bukan dimaksudkan sebagai
suatu texk-book yang secara lengkap dan terinci menguraikan dasar-dasar dan pokok-
pokok daripada sosiologi hukum secara lengkap.
Oleh karena buku ini hanya meruapakan suatu pengantar pada pokok-pokok
sosiologi hukum, maka tidak semua persoalan hukum yang mendapat perhatian dari
para sosiologi akan diuraikan.

BAB 2
ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA
SOSIOLOGI HUKUM

Filsafat hukum sebagai bagian dari disiplin hukum telah mempunyai tradisi
yang lama, dan telah dikembangkan oleh ahli-ahli pemikiran yang tersohor, filsafat
hukum tersebut yang terutama berusaha untuk menghayati arti dan hakikat hukum, telah
banyak mengahsilkan pemikiran-pemikiran yang berguna, akan tetapi tak dapat
disangkal bahwa hasil-hasil para ahli pemikir tadi tidak semuanya dapat disangkal bahwa
hasil-hasil para ahli pemikiran tadi tidak semuanya dapat dijadikan pegangan.
A. Hasil pemikiran para ahli filsafat hukum adan ilmu hukum
Ada pelbagai faktor yang menyebabkan para ahli hukum kemudian
menerjunkan diri ke dalam bidang filsafat hukum pertama-tama dapat dikemukakan
sbagai sebab , yaitu timbulnya kebimbangan akan kebenaran dan keadilan ( dalam arti
kesebandingan ) dari hukum yang berlaku.
Disamping gejala tersebut timbul pula ketegangan antara hukum yang berlaku
dengan filsafat, hal mana disebabkan oleh karena perbedaan antara dasar-dasar dari
hukum yang berlaku, dengan pemikiran orang dibanding filsafat.
Lagi pula perlu dicatat bahwa setiap pemikiran sistematis terhadap disiplin
hukum , senantiasa berhubungan untuk menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum
sampai pada dasar-dasar filsafatnya , hasil-hasil pemikiran para ahli filsafat hukum
tersebut terhimpun dalam pelbagai mashab atau aliran antara lain sebagai berikut .
1. Mashab formalitas
Berapa ahli filsafat hukum menekankan, betapa pentingnya hubungan antara
hukum dengan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum.
2. mashab sejarah dan kebudayaan
Mazhab sejarah dan kebudayaan, mempunyai pendirian yang sangat
berlawanan dengan mazhab formalitis.
3. aliran utilitarianism
Bahwa manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagian dan mengurangi
penderitaan.
4. aliran sociological jurisprudence
Aliran sociological jurisprudence telah meninggalkan pengaruh yang
mendalam, terutama pada pemikiran hukum di Amerika Serikat.
5. aliran realisme hukum
Aliran realisme hukum dengan buah pekirannya mengembangkan pokok-
pokok pikiran yang sangat berguna bagi penelitian yang bersifat interdisipliner,
terutama dalam penelitian-penelitian yang memerlukan kerja antara ilmu hukum
dengan ilmu sosial.

B. HASIL-HASIL PEMIKIRAN PARA SOSIOLOGI


1. Emile Durkheim ( 1858-1917 )
Emile durkhem dari perancis adalah salah seorang tokoh penting yang
memperkembangkan sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik, didalam teori-
teorinya tentang masyarakat durkheim menaruh perhatian yang besar terhadap kaidah-
kaidah hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang dijumpai dalam
masyarakat ( E. Drukheim 1964;68 dan seturusnya ), hukum dirumuskan sebagai
kaidah yang bersanksi.
Didalam masyarakat akan dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum sanksi-sanksi
ya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggar kaidah-kaidah hukum
yang bersangkutan. Sanksi kaidah-kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan
kehormatan seorang warga masyarakat.
Menurut durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif yang dapat
ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada solidaritas pertama , seorang warga masyarakat secara langsung terikat
kepada masyarakat
b) Dalam hal solidaritas kedua tersebut diatas masyarakat tidak dilihat dari aspek
yang sama
c) Dari perbedaan kedua tersbut diatas timbullah perbedaan lain yang dapat dipakai
untuk menentukan karakteristik dan nama dari dua macam solidaritas diatas .

2. Max weber ( 1864-1920 )


Ajaran-ajaran max weber ( seorang jerman yang mempunyai latar belakang
pendidikan dibidang hukum ) yang memberi saham dalam perkembangan ilmu
sosiologi sangat banyak dan bersifat klasik.
Kiranya tak perlu keterangan yang panjang lebar lagi tentang ajaran-ajaran
Max Weber dibidang sosiologi hukum khususnya. Oleh karena dia memeiliki katar
belakang pendidikan dibidang hukum, maka jelas terlihat betapa luas dan
mendalamnya uraian-uraianya.

C. HUKUM ADAT DIINDONESIA DAN SOSIOLOGI HUKUM


Sebagaimana dikemukakan dalam bab 1, buku ini terutama ditujukan untuk
memperkenalkan sosiologi hukum. Hal ini bukanlah berarti bahwa sosiologi hukum
sama sekali belum dikenal di Indonesia. Namun didalam karya-karya para sarjana
hukum indonesia seringkali terselip konsep-konsep sosiologi hukum walaupun tidak
dinyatakan dengan tegas.
Tetang sistem hukum adat, Soepomo menyatakan bahwa sistem tersebut
didasarkan pada suatu kebutuhan yang berdasarkan atas kesatuan alam pikiran. Untuk
menyelami sistem tadi, maka sesorang harus menyelami dasar-dasar alam pikiran yang
hidup di dalam masyarakat Inonesia.
Ajaran-ajaran Soepomo tersbut banyak sekali mengandung pedekatan-
pendekatan sosiologi dan antropologis, walaupun mungkin hanya merupakan alat
pembantu sada bagi anakisis hukum adat.

BAB 3
STRUKTUR SOSIAL DAN HUKUM

A. PENGANTAR
Sosiologi hukum sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri merupakan ilmu
sosial, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia dengan
sesamanya, yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup, singkatnya sosiologi hukum
mempelajari masyarakat, khususnya gejala hukum dari masyarakat tersebut pada
hakikatnya masyarakat dapat telah dari dua sudut yakni sudut struktual dan sudut
dinamikanya. Segi strukual masyarakat dinamakan pula struktur sosial, yaitu
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial.

B. Kaidah-Kaidah Sosial dan Hukum


Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma, yang
pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan
tentram.
Disatu pihak, kaidah-kaidah tersebut ada yang mengatur pribadi manusia, dan
terdiri dari kaidah-kaidah kepercayaan dan kesusilaan. Kaidah kesopanan bertujuan
agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan, sedangkan kaidah hukum
bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan manusia.
Suatu pendekatan lain terhadap arti hukum dilakukan dengan menelah fungsi
yang harus dipenuhi oleh hukum E . adamson Hobel dan Karl Llewellyn menyatakan
bahwa hukum mempunyainfungsi yang penting demi keutuhan masyarakat . fungsi-
fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan hubungan antara para warga masyarakat dengan menetapkan


perikelakuan mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang .
b. Membuat alokasi wewenang (authority ) dan menentukan dengan seksama pihak-
pihak yang secara sah dapat melakukan paksaan dengan sekaligus memilih
sanksi-sanksi yang tepat dan efektif .
c. Disposisi masalh-masalah sengketa
d. Menyesuaikan pola-pola hubungan dengan prubahan-perubahan kondisi
kehidupan ( E.A.HOEBEL 1961:BAB2)

C. LEMABAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Didalam uraian-uraian dimuka telah disinggung bahwa pergaulan hidup
didalam masyarakat diatur oleh kaidah-kaidah dengan tujuan untuk mencapai suatu
tata tertib. Di dalam perkembangan selanjutya kaidah-kaidah tersebut berkelompok-
kelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan manusia seperti
misalnya kebutuhan hidup kekerabatan, kebutuhan pencarian hidup, kebutuhan akan
pendidikan dan kebutuhan untuk menyatakan rasa keindahan, kebutuhan jasmaniah
dari manusia dan lain sebagainya.

D. KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN HUKUM


Manusia, walaupun pada umumnya dilahirkan seorang diri namun dia
mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain, naluri yang dinamakan
gregariuusness. Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain yang
penting adalah reaksi tersebutlah yang menyebabkan bahwa tindakan seorang menjadi
semakin luas. Hal ini terutama disebabkan oleh karena keinginan untuk menjadi satu
dengan manusia lain yang berada diskelilingnya dan keinginan untuk menjadi satu
dengan suasana alam sekililingnya.
Dengan demikian suatu kelompok sosial mempunyai syarat-syarat sebagauii
berikut :
1. Setiap warga kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan
2. Ada hubungan timbal balik antara warga yang satu dengan warga-warga lainnya.
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh warga-warga kelompok itu,
shingga hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Ada struktur
5. Ada perangkat kaidah-kaidah.
6. Menghasilkan sistem baru.

E. LAPISAN-LAPISAN SOSIAL, KEKUASAAN, DAN HUKUM


Selama didalam masyarakat ada yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti
mempunyai suatu yang dihargainya, maka barang sesuatu tadi dapat menjadi bibit
yang menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat tersbut.
Pada umumnya manusia bercita-cita adar tak ada perbedaan kdudukan dan
peranan di dalam masyarakat. Akan tetapi, cita-cita tersebut selalu akan bertumbuk
pada kenyataan yang berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan warganya
pada tempat-tempat tertentu di dalam struktur sosial dan mendorong mereka
melaksanakan kewajibannya sebagai sebab akibat dari penempatan tersebut.

BAB 4
PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL DAN HUKUM

A. PENGANTAR
Perubahan-peubahan pada masyarakat-masyarakat didunia dewasa ini,
merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat kebagian-
kebagian lain dari dunia antara lain berkat adanya komunitas modern. Penemuan-
penemuan baru dibidang teknologi terjadinya suatu revolusi, modernisasi pendidikan
dan seterusnya yang terjadi disuatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat-masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.
Kiranya sulit untuk membayangkan, bahwa perubahan-perubahan sosial
terjadi pada salah satu lembaga kemasyarakatan tidak akan menjalar ke lembaga-
lembaga kemasyarakatan lainnya. Walaupun hal itu mungkin saja terjadi, akan tetapi,
pada umumnya suatu perubahan di bidang-bidang tertentu akan mempengaruhi bidang
lainnya.

B. BEBERAPA TEORI TENTANG HUKUM DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN


SOSIAL
Sebagaimana telah disingung didalam pembahasan teori dari max weber, salah
satu sumbangan pemikiran yang penting adalah pendapatnya atau tekanannya pada
segi rasional dari perkembangan lembaga-lembaga hukum terutama pada masyarkat-
masyarakat barat.
Suatu teori lain tentang hubungan antara hukum dengan perubahan sosial
pernah pula dikemukakan oleh Emile Durkheim yang pada pokoknya menyatakan,
bahwa hukum merupakan refleksi dari solidaritas sosial dalam masyarakat, menurut
dia, di dalam masyarkat terdapat dua macam solidaritas, yaitu yang bersifat mekanis
dan bersifat organis.
Suatu teori lain yang mengandung unsur-unsur hukum dan perubahan-
perubahan sosial adalah teori dari Sir Henry Maine. Dikatakannya bahwa
perkembangan hukum dari status ke kontrak adalah sesuai dengan perkembangan dari
masyarakat yang telah kompleks susunannya dan bersifat heterogen dimana hubungan
antara manusia lebih ditekankan pada unsur pamrih.
Suatu teori lain yang menghubungkan hukum dengan perubahan-perubahan
sosial adalah pendapat Hazairin tentang hukum adat. Didalam pidato pengukuhannya
sebagai guru besar pada tahun 1952 beliau berpendapat, bahwa secara langsung
maupun tidak langsung, seluruh lapangan hukum mempunyai hubungan dengan
kesusilaan.

C. HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL DENGAN


HUKUM
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi didalam suatu masyarakat dapat
terjadi oleh karena bermacam-macam sebab. (sebab-sebab intern) maupun dari luar
masyarakat tersebut (sebab-sebab eksteren). Sebagai sebab-sebab intern antara lain
dapat disebutkan misalnya pertambahan penduduk atau berkurangnya penduduk;
penemuan-penemuan baru; pertentangan (conflict) atau kemungkinan karena
terjadinya suatu revolusi, sebab-sebab eksteren dapat mencangkup sebab-sebab yang
berasal dari lingkungan alam fisik, pengaruh kebudayaan masyarkat lain, peperangan,
dan seterusnya.
Di dalam proses perubahan hukum pada umumnya dikenal adanya tiga badan
yang dapat mengubah hukum, yaitu badan-badan penegak hukum dan badan-badan
pelaksana hukum. Adanya badan pembentuk hukum yang khusus, adanya badan-
badan peradilan yang menegakan hukum serta badan-badan pelaksana yang
menjalankan hukum, merupakan ciri-ciri yang terdapat pada negara-negara modern.
Faktor tertinggalnya kaidah-kaidah hukum sudah menimbulkan berbagai
persosalan, persoalan-persoalan tersebut akan bertambah banyak apabila diusahakan
menyorooti kemnungkinan-kemungkinan bahwa unsur-unsur lain dalam masyarakat
tertinggal oleh hukum.

D. Hukum Sebagai Alat untuk Mengubah Masyarakat (Soerjono Soekanto 1970:62)


Hukum mungkin mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung di dalam
mendorong terjadinya perubahan sosial. Misalnya, suatu peraturan yang menentukan
sistem pendidikan tertentu bagi warga negara mempunyai pengaruh secara tidak
langsung yang sangat penting bagi erjadinya perubahan-perubahan sosial.

E. Hukum Sebagai Sarana Pengatur Perikelakuan


Sebagai sarana social enginering, hukum merupakan suatu sarana yang
ditujukan untuk mengubah perikelakuan warga masyrakat, sesuai dengan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu masalah yang dihadapi di dalam
bidang ini adalah, apabila terjadi apa yang dinamakan oleh Gunnar Myrdal sebagai
softdevelopment, di mana hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan diterapkan,
ternyata tidak efektif.

F. Batas-batas Penggunaan Hukum


Faktor-faktor yang perli diperhatikan sekali apabila hukum hendak dipakai
seagai alat mengubah masyarakat. Akan tetapi, yang lebih tinggi lagi adalah pelopor
perubahan yang ingin mengubah masyarakat dengan memakai hukum sebagai alatnya.
Hal pertama yang dilakukan adalah menghapuskan kekuatan berlakunya
aturan-aturan hukum yang telah ada, oleh karena dia ingin mulai dengan sesuatu yang
baru. Kemudian sia berusaha untuk membentuk suatu kodifiaksi hukum yang baru.
Sayang sekali bahwa dia mengalami kesulitan prinsipal, yaitu latar belakang
pendidikannya yang sangat terbatas.

BAB 5
MASYARAKAT , HUKUM DAN PENELITIAN TRHADAPNYA

A. PENGANTAR

Didalam bab-bab yang terdahulu telah banyak disinggung tentang istilah ilmu
hukum dan hukum, perbedaan antara ilmu hukum dan hukum didasarkan pada
kenyataan bahwa hikum merupakan suatu gejala sosial, dan alat yang mempunyai
kemampuan untuk mempelajari gejala tersebut secara ilmiah disebut sebagai ilmu
hukum.
Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang
tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan.sistematika berarti
urut-urutan yang tertentu daripada unsur-unsur yang merupakan suatuu kebetulan,
shingga dengan adanya sistematika tersebut akan tergambar dengan jelas apa yang
meruapakan garis besar dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

B. PENELITIAN HUKUM

Seringkali dikatakan orang bahwa penelitian hukum bukan lah merupakan


penelitian ilmiah, oleh karena hukum merupakan suatu gelaja yang bersifat normatif,
artinya hukum gtelah merupakan kaidah-kaidah yang mengatur tingkah laku manusia
didalam pergaulan hidup, sehingga sebelumnya telah ada hipotesa bahwa hukum itu
telah benar.
Pertama-tama dapat dikemukakan, bahwa penelitian dengan masalah
sebgaimana disebutkan oleh Karl Llewellyn dan E. Adamson Hoebel betujuan untuk
menyoroti kaidah-kaidah ideal yang dianggap meruapakan pencerminan dari hukum.
Tujuannya adalah untuk mengadakan sistematik atai semacam kompilasi dari kaidah-
kaidah yang telah mantap, tanpa meneliti apakah mungkin terjadi penyimpangan
terhadap kaidah-kaidah tersebut.

C. BEBERAPA PILIHAN MASALAH YANG DAPAT DITELITI

Dalam bab 1 dari buku ini secara sepintas telah disinggung tentang persoalan-
persoalan yang pada umumnya selalu mendapat sorotan dan ahli-ahli ilmu sosial
umumnya dan para sosiolog khususnya didalam sub-bab ini tidak selruhnya
persoalan-persoalan tersebut akan dikemukakan kembali secara lebih mendalam.
Terselip unsur subjectif yang tak dapat dihindari karena sifat buku ini yang
eksploratoris. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1) Kesadaran Hukum (Soerjono Soekanto & S. Hutagalung 1972)
a. Apakah kesadaran hukum masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu sejalan dengan kesadaran hukum para pejabat hukum.
b. Apakah kesadaran hukum masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu sejalan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tertulis, pada
khususnya yang menyangkut kepastian hukum dan ketertiban hukum.
c. Apakah kesadaran hukum para pejabat hukum sejalan dengan ketentuan-
ketentuan hukum tertulis.

2) Hukum dan Sistem Sosial Masyarakat


Bagaiman diakatakan pada uraian terdahulu khususnya di dalam bab 1,
maka tak ada suatu keraguan bahwa sistem hukum meruapakan pencerminan dari
sitem sosial, dimana sistem hukum tadi merupakan bagiannya.
Sistem sosial juga perlu diketahui, agar dapat digali dasar berlakunya
hukum. Hukum yang baik adalah hukum yang berlakunya atas tiga faktor, yaitu
faktor yuridis, filosofis, dan sosiologis.

3) Hukum dan Kepribadian


Penettlitian tentang hubungan antara hukum dengan keperibadian
dapat ditemukan dalam berbagai disiplin seperti psikologi, sosiologi, antropologi,
ilmu hiukum, psikiatri, dan kesejahteraan sosial. Secara umum dapat dikatakan
bahwa penelitian terhadap hubungan antara hukum dengan kepribadian dapat
dikelompokan ke dalam 3 golongan, yaitu :
a. Sebab-sebab terjadinya pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum yang
bersumber pada jiwa manusia
b. Usaha-usaha atau cara yang telah melembaga dan mendarah daging untuk
menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.
c. Hasil-hasil dari tindakan yang telah melembaga untuk menetralisasikan
akibat pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.

4) Pendidikan Hukum
Kiranya tak dapat disangkal bahwa pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam masyarakat. Tak terkecuali pendidikan umum,
sehingga dapat dikatakan, bahwa lembaga-lembaga pendidikan mempunyai
fungsi yang sangat penting untuk mempertahankan stabilitass masyarakat atau
bahkan untuk mengubah masyarakat.
Khusunya di Indonesia, pendidikan hukum diselenggarakan oleh
berbagai instansi atau lembaga. Pada taraf pendidikan menengah, misalnya ada
sekolah hakim dan jaksa, pada taraf pendidikan setengah tinggi ada berbagai
akademi, kemudian pada taraf pendidikan tinggi teradapt pula bermacam lembaga
yang sebagian menyelenggarakan pendidikan hukum dengan tekanan pada
cabang-cabang ilmu hukum tertentu dan perguruan-perguruan tinggi hukum yang
menyelenggarakan pendidikan hukum umum; yang terakhir ini biasanya diesbut
fakultas atau sekolah tinggi hukum.

5) Pengendalian Sosial (Social Control)


Di dalam percakapan sehari-hari, pengendalian sosial seringkali diberi
arti sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan,
khusunya pemerintah beserta aparaturnya.
Pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara
stabilitas dengan perubahan di dalam masyarakat
Suatu proses pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara yang pada pokoknya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan ataupun
paksaan
Paksaan lebih sering diperlukan di dalam masyarakat yang sedang
bergolak, karena di dalam keadaan seperti itu pengendalian sosial juga dapat
berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah lama yang telah goyah.

6) Masalah Keadilan (dalam arti kesebandingan)


Masalah keadailan merupakan masalah yang rumit, persoalan mana
dalat dijumpai pada setiap masyarakat, termasuk Indonesia. Hal ini terutama
disebabkan karena pada umumnya orang beranggapan bahwa hukum mempunyai
dua tugas utama yakni mencapai suatu kepastian hukum serta mencapai
kesebandingan bagi semua masyarakat.
Pada umumnya orang Indonesia mempunyai kecenderungan untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang sehalus mungkin. Suatu kompromi
lebih disukai dari ppada jatuhnya keputusan untuk menentukan siapa yang salah
dan siapa yang benar, dengan harapan untuk menyelesaikan perselisihan secara
efektif tanpa menimbulkan ketegangan sosial.

7) Hukum dan Pendapat Umum


Walaupun maksud dan tujuan pembentukan hukum dan keputusan-
keputusan hukum masing-masing lembaga legislatif dan yudikatif bkanlah
merpukan ppusat perhatian yang utama dari para sosiolog, namun di dalam
menganilisa suatu sistem pemerintahan hukum adalah penting untuk mengetahui
hubungan timbal balik antara hukum dengan pendapat umum
Penelitian terhadap hubungan timbal balik antara hukum dengan
pendapat umum banyak dilakukan di negara-negara lain, seperti misalnya di
Inggris, dan Amerika Serikat.

8) Peranan Kalangan Hukum Profesional


Menurut Rueschemeyer, jadi kalangan hukum profesional dianggap
mempunyai keahlian-keahlian khusus yang tidak dipunyai warga masyarakat
lainnya, sehingga apabila ada masalah-masalah hukum, para ahli hukum dianggap
sebagai ahli untuk mengatasinya.

9) Penegak Hukum
Penelitian terhadap penegak hukum pada hakikatnya mencakup ruang
lingkup yang luas sekali. Dikatakan luas sekali karena penegakan hukum tersebut
mencakup lembaga-lembaga yang menerapkannya, dan sego-segi administratif,
pengusutan, penahanan dan seterusnya.

10) Pengaruh Hukum Terhadap Tingkah Laku Warga Masyarakat


Efektifitas dari hukum untuk mengubah tingkah laku warga
masyarakat atau bagian masyarakat tidak sepenuhnya tergantung pada sikap-sikap
warga masyarakat yang sesuai dengan hukum, atau pada kerasnya sanksi-sanksi
yang ada untuk menerapkan hukum tersebut.

11) Penerangan Hukum


Difusi hukum bersangkut paut dengan bagaimna hukum menyebar
dalam masyarakat dan kemudian diketahui oleh warganya. Kiranya salah satu alat
difusi yang utama adalah penerapan melalui ceramah-ceramah secara berkala
ataupun tak berkala.

12) Hukum dan Kebudayaan


Seetiap kelompok sosial yang ingin menyebut dirinya sebagai
masyarakat, haruslah menghasilkan kebudayaan yang merupakan hasil karya,
rasa, dan cipta. Kebudayaan tersebut merupakan hasil dari masyarakat manusia,
sangat berguna bagi warga masyarakat tersebut, karena kebudayaan melindungi
diri manusia terhadap alam, mengatur hubungan antara manusia, dan sebagai
wadah dari segenap perassaan manusia.

13) Hukum dan Piramida Kekuasaan


Bentuk-bentuk kekuasaan pada masyarakat beraneka ragam dengan
masing-masing polanya. Pada umumnya, ada pola umum didalam masyarakat,
walapun pada dasarnya masyarakat adi mengalami perubahan-perubahan.

14) Hukum dan Keadaan Ekonomi Terbelakang


Pengertian ekonomi terbelakang secara umum dapat diartikan sebagai
suatu keadaan ekonomi dimana sebagian besar warga masyarakat kurang mampu
untuk memenuhi kebutuhan materilnya secara minimal.
Kegiatan-kegiatan ekonomis warga masyarakat, merupakan salah satu
kegiatan manusia yang bersifat fundamental. Karena itu pembentukan dan
pelaksanaan hukum terpengaruh oleh faktor-faktor ekonomis. Sebaliknya, tak ada
sistem ekonomi modern di manapun yang dapat berjalan tanpa adanya ketertiban
hukum.

15) Pola-Pola Perilakuan Jahat


Pola-pola perilakuan jahat merupakan msalah sosial yang membawa
masyarakat pada keadaan anomie, yakni keadaan kacau karena tak adanya
patokan tentang perbuatan-perbuatan apa yang baik maupun tidak baik. Para ahli
berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai perilaku yang jahat, karena
masyarakat dan kebudayaan yang memberikan kesempatan atau peluang kepada
orang untuk menjadi jahat.

Anda mungkin juga menyukai