Anda di halaman 1dari 4

Unsur-unsur Agama

Sebuah

agama

atau

aliran

kepercayaan

menjadi

benar

atau

dibenarkan

keberaadaannya jika memiliki 3 unsur. Ketiga unsur tersebut adalah :


1. Credo
Yakni suatu agama pastilah memiliki sistem kepercayaan yang percaya akan adanya
Tuhan. Dalam konteks ini, sebuah agama tentu tidak akan dinamakan agama jika tidak
memiliki Tuhan. Ini sesuai dengan pengertian agama dalam pembahasan di awal
tentang agama yang berarti mengikat diri kembali kepada Tuhan.
2. Ritus
Sebuah agama pasti memiliki suatu sistem ritual hubungan antara pemeluk agama
dengan Tuhan yang diyakini oleh masing-masing pemeluk agama. Ritus ini pasti ada
dan berbeda tiap-tiap agama. Dalam agama islam ritual ini bisa berupa sholat 5
waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, naik haji bagi yang mampu serta ritual-ritual
lainnya yang begitu banyak.
3. Norma
Sistem norma ini mengatur hubungan-hubungan sosial antara pemeluk agama dengan
pemeluk agama lain. Sistem norma inilah yang menciptakan kerukunan antar umat
beragama. Tidak ada satupun agama di dunia ini yang mempunyai sistem norma yang
mengajarkan untuk bermusuhan dengan orang dari pemeluk agama lain. Sistem norma
ini selalu mengajarkan kebaikan kepada para pemeluk masing-masing agama.
http://kaazima.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-jenis-dan-unsur-agama.html

EMPAT UNSUR AGAMA


Posted by Ahmad Haes on January 15, 2010 6 Comments

Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:


1.

Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib

2.

Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,

3.

Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan

4.

Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu dan masyarakat.

Dalam dnul-islm (agama Islam) keempat unsur itu terungkap melalui Hadis Jibril, yang mencakup butir-butir di
bawah ini.
1. Ajaran Allah sebagai konsep hidup
Dalam dialog tentang iman, Rasulullah menegaskan tentang masalah terpenting dari dnul-islm, yaitu adanya
interaksi antara seorang mumin dengan ajaran Allah, yang disampaikan (diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya,
dalam bentuk kitab-kitab, yang diterima rasul-rasulNya, untuk mencapai tujuan akhir (kehidupan yang baik di dunia
dan akhirat), dengan menjadikan ajaran Allah sebagai qadar (ukuran; standard; teori nilai) baik-buruk menurutNya.
Ajaran Allah yang dimaksud adalah Al-Qurn.
Al-Qurn sebagai qadr atau taqdr adalah sisi gaib (abstract level) dari dnul-islm, yang merupakan teori nilai
untuk menentukan baik buruknya segala sesuatu menurut pandangan Allah.
2. mn sebagai interaksi
Iman pada hakikatnya adalah interaksi (aksi timbal balik) antara Allah sebagai pemberi konsep hidup dengan si
mumin yang menyambut dawah (ajakan; tawaran) Allah melalui rasulNya. Selanjutnya, interaksi itu berlangsung
intensif melalui penghayatan si mumin terhadap Al-Qurn, sehingga Al-Qurn menjadi satu-satunya konsep hidup
yang tumbuh subur dalam organ kesadaran (al-qalbu) si mumin, yang selanjut meledak dan membanjir keluar
melalui indra pengucapan (al-lisnu), dan akhirnya menjelma menjadi berbagai bentuk tindakan dan kretifitas
(al-amalu). Tepat seperti dinyatakan Rasulullah, misalnya dalam hadis riwayat Ibnu Majah:
.
3. Ritus sebagai sistem lambang
Dalam dnul-islm ada sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril disebut dengan nama Al-Islm pula, yaitu:
1.

a. Syahdah sebagai sumpah setia (bayah). Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat (syahdah) adalah
sebuah upacara (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang terhadap dnul-islm, alias untuk
meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah orang sebagai anggota bun-ynul-islm (organisasi Islam).

2.

b. Shalat sebaga sarana pembatinan nilai-nilai Al-Qurn, sekaligus pembinaan jamaah/korp Islam.
Orang-orang yang menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota organisasi Islam tentu harus memahami
dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-Qurn. Hal itu dilakukan melalui shalat, yang bacaan
pokoknya adalah surat Al-Ftihan (ummul-qurn) ditambah dengan surat-surat lain yang terus dipelajarinya.

Selain itu, melalui shalat jamaah, mereka juga belajar untuk membangun sebuah jamaah atau korp yang rapi
dan kompak.
3.

c. Zakat sebagai sistem ekonomi. Zakat, mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah, pada hakikatnya
melambangkan kesediaan setiap mumin yang mampu untuk mendanai organisasi dan memperkuat jamaah.
Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi sebuah sistem yang dipercaya untuk menata kehidupan
umat (jamaah mumin plus komunitas-komunitas lain, seperti terlihat pada Piagam Madinah), maka zakat itu
pun dikembangkan menjadi sistem ekonomi masyarakat secara umum.

4.

d. Shaum Ramadhan sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan nilai-nilai AlQurn.Seluruh anggota organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental dan fisik, supaya menjadi anggotaanggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk itu.

5.

e. Haji sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan ritus yang paling istimewa
di antara kelima ritus dalam dnul-islm. Melalui hajilah umat Islam sedunia berkumpul, menjalin
persahabatan, persaudaraan, dan persatuan berdasar kesamaan iman.

4. Praktik sebagai perwujudan konsep


Dnul-islm pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada praktik (amal). Tapi supaya praktinya tidak
dilakukan sembarangan, Allah menempatkan rasulNya sebagai tokoh sentral untuk memimpin dan memberikan
contoh penerapan setiap aspek ajaran Islam, mulai dari yang bersifat individu sampai pada yang bersifat
kemasyarakatan. Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh sempurna dari individu mumin, dan masyarakat yang
dibangun beliau bersama jamaahnya juga, otomatis, merupakan bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah masyarakat
yang mewakili Al-Qurn sebagai konsepnya.
5. Ihsn sebagai sistem kendali
Seperti ditegaskan Rasulullah dalam Hadis riwayat Muslim, bahwa Allah menentukan al-ihsn(u) pada setiap
urusan, sampai pada urusan menyembelih hewan, maka bisa disimpulkan bahwa ihsan adalah sistem kendali
(kontrol) atas setiap pelaksanaan ajaran Allah.
Dengan demikian, harfiah, ihsan bisa diterjemahkan sebagai kecermatan, ketelitian, dan keseksamaan dalam
melaksanakan ajaran Allah.
Bagi kita sekarang, sikap ihsan harus diterapkan pertama-tama dalam konteks studi ajaran Allah itu sendiri, yang
mencakup musshaf Al-Qurn, kitab-kitab Hadits, plus buku-buku sejarah, dan lain-lain yang berkaitan. Studi ini
harus mengarah pada ditemukannya makna Al-Qurn yang utuh dan murni, yaitu suatu makna yang
mampu merekonstruksi pribadi-pribadi (tokoh-tokoh), jamaah, dan umat yang dulu dibangun Rasulullah bersama
para sahabat beliau. Suatu makna yang, pertama-tama, mampu menegaskan bahwa persatuan para mumin adalah
mutlak wajib, dan perpecahan mereka adalah mutlak haram!
6. Sah sebagai peluang dawah
Harfiah, sah berarti waktu, tapi waktu di sini bukanlah sembarang waktu. Dalam konteks Nabi Muhammad pada
masanya, sah yang dimaksud adalah waktu yang dibentangkan Allah sebagai wilayah dawah hingga mencapai
hasil. Tepatnya, waktu yang dimaksud adalah 13 tahun dalam Periode Makkah, dan 10 tahun dalam Periode Madinah.
Yang pertama (Periode Makkah) merupakan masa perjuangan untuk memperkenalkan konsep Allah dan
membangun jamaah. Yang kedua (Periode Madinah) adalah masa pembangunan konsep Allah itu menjadi sebuah
sistem pemerintahan.
5. Tanda-tanda sah sebagai gambaran tujuan
Melalui Hadis Jibril kita mendapat gambaran bahwa tujuan penegakan ajaran Allah pada dasarnya adalah demi
mencapai target-target:
1.

a. Lenyapnya diskriminasi kelas dan gender, yang merupakan produk feodalisme dan antek-anteknya, dan

2.

b. Lenyapnya kemiskinan struktural, yang merupakan produk kapitalisme dan antek-anteknya.

Feodalisme dan kapitalisme adalah musuh Al-Qurn pada masa Rasulullah, dan juga pada masa sekarang.
18/10/05

https://ahmadhaes.wordpress.com/2010/01/15/empat-unsur-agama/

Unsur-unsur[sunting | sunting sumber]


Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:

Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi

Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.

Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan hubungan
horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama

Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh
penganut-penganut secara pribadi.

Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Anda mungkin juga menyukai