Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKHLAK DAN IHSAN

DOSEN PEMBIMBING
Umi Hani, S.Ag., M.Pd.

DISUSUN OLEH
Shinta Dewi
NPM 19500059

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI


FAKULTAS STUDI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim.
Assalamualaikum.wr.wb.
Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur saya kepada tuhan semesta alam Allah SWT karena
rahmat dan karunianya saya diberi kesehatan dan anugrah yang paling terbesar yaitu akal yang sehat
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tak lupa juga shalawat dan salam saya ucapkan kepada
baginda besar nabi Muhamad SAW.
Makalah ini berjudul “Akhlak dan Ihsan” dimana pada Makalah ini saya akan menjelaskan hal yang
berkaitan mengenai akhlak, ihsan, iman, dan etika serta hubungannya dengan pendidikan islam. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tak lepas dari kekurangan dan kesalahan, makalah ini masih banyak kekurangan lagi untuk menuju
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangatlah saya harapkan karena tanpa adanya kritik
dan saran itu sangat sulit bagi saya untuk mengkoreksi dan melengkapi kekurangan dan kesalahan
tersebut agar menjadi lebih baik dan pelajaran bagi saya kedepannya. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum.wr.wb

Banjarbaru,15 September 2019

Shinta dewi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

BAB II ISI
A. Pengertian Akhlak dan Ihsan
B. Akhlak, Ihsan, dan Etika
C. Nilai dan Norma
D. Hubungan Akhlak, Iman, dan Ihsan

BAB III PENITUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kata akhlak adalah budi pekerti, tata krama, sopan santun, moral
dan etic.
Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah sebagai
berikut : akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan
suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji
menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan
tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk.
Berbuat baik (ihsan) itu ada dau macam: berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik kepada
sesama. Berbuat ihsan dalam beribadah kepada sang khaliq adalah dengan cara beribadah kepada-
Nya seakang sedang melihat-Nya, jika dia tidak bisa beribadah kepada-Nya seakan sedang melihat-
Nya maka (tingkatan dibawahnya adalah) beribadah kepada-Nya dengan merasa bahwa Allah sedang
melihatnya.Ihsan adalah hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya
dan jika kamu melihatnya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Bukhari, Baihaqi, Ibnu
Khuzainah, Ibnu Hibban, Imam Ahmad, dan Abu Hanifah) Dengan demikian, ihsan di sini adalah
kesungguhan dalam menegakkan hak-hak Allah dan berbuat baik berkenaan dengan hak-hak sesama
manusia
BAB II
ISI

A. Pengertian Akhlak dan Ihsan


Secara bahasa, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkahlaku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
(pencipta), makhluk (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata di atas
mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia). Dengan kata lain, tata perilaku terhadap orang lain
dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki bila perilaku tersebut didasarkan kepada
kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian ini, akhlak bukan saja tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antar-sesama, tetapi juga hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan
dengan alam semesta.
Secara istilah, akhlak memiliki beberapa definisi. Salah satunya, definisi Imam al-Ghazali,
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” Jadi, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang muncul secara spontan bila diperlukan, bersifat konstan, tidak
temporer, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, dan tidak memerlukan
dorongan dari luar.
Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam
terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya,
dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa
sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Ihsan ialah melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati karena menyadari bahwa Allah selalu
melihatnya, hingga ia merasakan berhadapan langsung dengan Allah dan bahkan ia melihat Allah SWT.
dengan hati nurani. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.
Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ibadah apabila dia tidak merasa melihat dengan
tuhannya. Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat
tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan al-Ihsan dalam segala masalah, oleh karena itu jika kalian
berperang harus dengan satria, dan jika menyembelih binatang pun harus dengan cara yang baik (tidak
sadis)”.
Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di Rahimahullah menjelaskan bahwa ihsan mencakup dua macam,yakni
ihsan dalam beribadah kepada Allah dan ihsan dalam menunaikan hak sesama makhluk. Ihsan dalam
beribadah kepada Allah maknanya beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya atau merasa
diawasi oleh-Nya.
Sedangkan ihsan dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hak-hak mereka.
Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu:
a. Wajib
Yang hukumnya wajib, misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil dalam bermuamalah.
b. Sunnah
Yang hukumnya sunnah, misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang melebihi batas kadar
kewajiban seseorang.
Salah satu bentuk ihsan yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek
kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya

B. Akhlak, Ihsan, dan Etika


a.Akhlak
Akhlak Baik (Al-Hamidah)
1. Jujur (Ash-Shidqu)
adalah suatu tingkah laku yang didorong oleh keinginan (niat) yang baik dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya maupun oranglain.

2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)


adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya dengan cara yang terpuji.

3. Malu (Al-Haya')
adalah akhlak (perangai) seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk dan
tercela,sehingga mampu menghalangi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat serta dapat
mencegah seseorang untuk melalaikan hak orang lain.

4. Rendah hati (At-Tawadlu')Washiyatul mushtofa


adalah sifat pribadi yang bijak oleh seseoarang yang dapat memposisikan dirinya sederajat dengan
orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

5. Murah hati (Al-Hilmu)


adalah suka (mudah) memberi kepada sesama tanpa merasa pamrih atau sekadar pamer.

6. Sabar (Ash-Shobr)
adalah menahan atau mengekang segala sesuatu yang menimpa diri kita(hawa nafsu).

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah
SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah
Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok
manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga,
sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)".
"Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi,
kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun
tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru,:"Di
manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia,
jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan
dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian
?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa
yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada
Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam
syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/
Juz III/ Hal. 140)

Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)


1. Mencuri/mengambil bukan haknya
2. Iri hati
3. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)
4. Membunuh
5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)

b. Ihsan

Macam Macam Berbuat Ihsan

1. Ihsan kepada Allah swt.

Yaitu berlaku ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah baik dalam bentuk ibadah khusus yang
disebut ibadah mahdah (murni) seperti salat, puasa dan sejenisnya. ataupun ibadah umum yang disebut
dengan gairu mahda (Ibadah sosial) seperti belajar-mengajar, berdagang, makan,tidur, dan semua
perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang ihsan di
atas, ihsan kepada allah mengandung dua tingkatan berikut ini.

a beribadah kepada Allah seakan akan melihatnya

keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Doa menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.

b. beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah melihatnya.

Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong
dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.

Kedua jenis ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam
beribadah kepada Allah swt. jauh dari motif riya'.

2. Ihsan kepada sesama makhluk ciptaan Allah swt.

dalam Q.s al-Qassash/28:77 Allah berfirman :


"... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang
yang berbuat kerusakan."
Dari berbagai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (ihsan) kepada sesama makhluk Allah swt. meliputi
seluruh alam raya ciptaan-Nya. lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut :

a. Ihsan kepada kedua Orang tua

Allah berfirman : " Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S Al-Isra'/17:23-24)

Dalam sebuah hadis riwayat at-tirmizi dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda (artinya):
"Keridaan Allah berada pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan Orang
tua" (HR at-Tirmizi).

Berbuat baik kepada orang tua ialah dengan cara mengasihi, memelihara dan menjaga mereka dengan
sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah
Swt. mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian
penuh dan belas kasihan. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak anak ketika masih
lemah. Selain itu, orangtua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. jika demikian,
apakah tidak semestinya orang tua mendapat perlakuan yang baik pula sebagai imbalan dari budi
baiknya yang tulus itu? sedangkan Allah Swt telah menegaskan dalam firman-Nya: "Tidak ada balasan
untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)"(Q.S Ar-Rahman/55:60)

b. Ihsan kepada kerabat karib

menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka, bahkan Allah
menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah
berfirman : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi
dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (Q.S Muhammad/47:22).

Silaturahmi merupakan kunci menapat keridaan Allah sebab paling utama terputusnya hubungan
seorang hamba dengan tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi .dalam hadis qudsi,
allah berfirman :" Aku adalah Allah, aku adala Rahman, dan aku telah menciptakan rahim yang Kuberi
nama bagian dari nama-Ku, Maka, barang siapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula
baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubanganKu dengannya" (H.R at-
tirmizi)

c. Ihsan kepada Anak Yatim.

Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak haknya. Banyak
ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda Rasulullah
saw : "Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini... (seraya
menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya). " (H.R al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi)

d. Ihsan kepada fakir miskin.

Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah dengan memberi bantuan kepada mereka terutama pada saat
mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda, "Orang orang yang menolong janda dan orang miskin,
seperti orang yang berjuang di jalan Allah" (HR Muslim dari Abu Hurairah)
RELATED:Gangguan Gangguan pada sistem Ekskresi Manusia

e. Ihsan kepada Tetangga.


Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat
rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.

Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah
atau kampus, perjalan, ma'had, dan sebagainya. mereka semua masuk kedalam kategori tetangga.
Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua
hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga
hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan, sebagai kerabat.

Rasulullah saw bersabda: "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat
bertanya: "Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Seseorang yang tidak
aman tetangganya dari gangguannya." (H.R at-Tabrani)

f. Ihsan kepada tamu

Ihsan kepada tamu secara umum adalah dengan menghormati dam menjamunya. Rasulullah saw
bersabda: " Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya" (HR.
Jamaah, kecuali Nasa'i)

Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam
perjalanan jauh). cara berbuat ihsan terhadap ibnu sabil dengan memenuhi ke butuhannya. menjaga
hartanya. memelihara kehormatannya, menunjuki jalan jika ia meminta.

g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja

kepada karyawan atau orang orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu,
tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum keringat mereka
kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya.
Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai profesi mereka.

h. Ihsan kepada semama manusia

Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari kiamat, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam " (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam
pergaulan, menyuruh kepada yang mar'ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia
tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak hak mereka, dan tidak menggangu mereka
dengan tidak melakukan hal hal dapat mengusik serta melukai mereka.

i Ihsan kepada Binatang.

Berbuat Ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia
sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksa jika ia bekerja, dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. bahkan pada saat menyembelih hendaklah dengan menyembelihnya
dengan cara yang baik, tidak menyiksanya serta menggunakan pisau yang tajam.

"... Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan
menyenangkan hewan sembelihannya" (HR. Muslim)

j. ihsan kepada Alam sekitar


Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. untuk kepentingan kelestarian hidup
alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan secara bertanggungjawab, Allah berbifrman : "....
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat
kerusakan" (Q.S al- Qasas/28:77)

c. Etika

Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya
atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak
(moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia.

Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda
sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.

Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme.

1. Obyektivisme

Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan
itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan
disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan
kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk
berbuat begitu.

2. Subyektivisme

Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau
pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat,
atau bisa saja subyek Tuhan.

B. Etika Dibagi Atas Dua Macam

1. Etika deskriptif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

2. Etika Normatif

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak
sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari hari.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan
kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:

1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa

3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.

4.Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.

5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai
orang baik di dalam masyarakat

D. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari

1. Etika bergaul dengan orang lain

a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.

b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka,
masing-masing menurut apa yang sepantasnya.

c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai
dengan kemampuan akal mereka..

2. Etika bertamu

a) Untuk orang yang mengundang:

– Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir.

– Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan.

– Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan
kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.

b) Bagi tamu:

– Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya,
karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.

– Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.

– Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari
itu.
3. Etika di jalan

a. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat
kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.

b. Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

c. Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk
surga.

4. Etika makan dan minum


a. Berupaya untuk mencari makanan yang halal.

b Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan
untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.

c Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali
mencelanya.

5. Etika berbicara

a. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..

c. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.

d. Menghindari perkataan jorok (keji).

6. Etika bertetangga

a. Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.

b. Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari
sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah
miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya..

d. Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.

7. Etika pergaulan suami istri

a. Merayu istri dan bercanda dengannya di saat santai berduaan.

b. Meletakkan tangan di kepala istri dan mendo`akannya.

c. Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua raka`at bersama, karena hal tersebut dinukil
dari kaum salaf.

8. Etika menjenguk orang sakit

a) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):

– Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan
hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.

– Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan.


– Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah SWT

C.Nilai dan Norma


NILAI
Contohnya :
1. Bekerja dengan Ikhlas karena Allah SWT.
2. Disiplin, dan Sungguh-Sungguh dalam Bekerja
3. Selalu berusaha memelihara hubungan baik dengan tetangga
4. Yakin bahwa Allah SWT. Melihat apa yang kita lakukan
5.Berdoa dan tawakal kepada Allah SWT
6.Menjalankan segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA

NORMA
Contohnya :
1.Rajin beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
2.Berdoa sebelum melakukan aktivitas
3.Mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama

D. Hubungan Akhlak, Iman, dam Ihsan


Ada hubungan yang erat antara akhlak dan iman dalam islam dan hubungan diantara keduanya
harus diketahui oleh setiap muslim. Hubungan antara iman dan akhlak antara lain sebagai berikut :

 Akhlak menyempurnakan Iman


Iman dan akhlak adalah dua hal yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Seseorang belum dikatakan
benar-benar beriman jika ia belum memiliki akhlak yang baik misalnya saja jika seseorang yang
beriman dan banyak beribadah namun ia sering menyakiti hati orang lain atau bersikap sombong
maupun ujub dan berbuat buruk maka imannya belum dikatakan sempurna sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut ini
‫سنه ْم إي َمانا المؤمِ نِينَ أ ْك َمل‬
َ ْ‫خلقا أح‬
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaknya.”
(HR Tirmidzi)
Dalam hadits lainnya juga disebutkan bahwa siapapun muslim yang beriman kepada Allah
SWT dan apa yang tercantum dalam rukun iman haruslah memiliki akhlak yang baik. Rasul bersabda
‫وم باهلل يؤْ مِ ن َكانَ َم ْن‬ ِ ‫اآلخر َوال َي‬
ِ ، َ‫اره يؤْ ِذ فَل‬ ِ ‫ اآلخِ ِر َوال َي‬، ‫ض ْيفَه فَ ْلي ْك ِر ْم‬
َ ‫ َج‬، ‫وم باهللِ يؤْ مِ ن َكانَ َو َم ْن‬ َ ، ‫وم باهللِ يؤْ مِ ن َكانَ َو َم ْن‬
ِ ‫اآلخِ ِر َوال َي‬
، ‫علَي ِه متَّفَق )) ِل َيسْكتْ أ َ ْو َخيْرا فَ ْل َيق ْل‬
َ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti
tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik
atau diam.” (Muttafaq ‘alaih)

 Iman mendorong ihsan


Seseorang yang beriman juga akan selalu berdoa agar ia tetap diberi kesabaran dan agar selalu bisa
istiqomah dalam kebenaran atau dengan kata lain agar selalu bisa menjaga akhlaknya. Denagn kata lain
iman akan membuat seseorang sennatiasa ada dalam jalan islam dan berperilaku baik atau yang dikenal
dengan istilah ihsan. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT berikut (baca cara agar tetap
istiqomah dijalan Allah)
َ‫اس زيِن‬ ِ َّ‫ت حب لِلن‬ َ ِ‫ير َو ْالبَنِينَ الن‬
َّ ‫ساءِ مِ نَ ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ ِ ِ‫ط َرةِ َو ْالقَنَاط‬
َ ‫ب مِ نَ ْالمقَ ْن‬ َّ ‫س َّو َم ِة َو ْال َخ ْي ِل َو ْال ِف‬
ِ ‫ض ِة الذَّ َه‬ َ ‫ث َو ْاْل َ ْنعَ ِام ْالم‬
ِ ‫ْال َحيَاةِ َمت َاع ذَلِكَ َو ْال َح ْر‬
ْ‫ّللا الدنيَا‬ ْ
َّ ‫ب حسْن ِعندَه َو‬ ْ
ِ ‫( ال َمآ‬14) ‫فِي َها خَا ِلدِينَ ْاْل َ ْن َهار تَحْ تِ َها مِ ْن تَجْ ِري َجنَّات َربِ ِه ْم ِعندَ اتقَ ْوا ِللذِينَ ذلِك ْم مِ ْن بِ َخيْر أؤنَبِئك ْم ق ْل‬
َ َ َّ َّ ْ
‫ط َّه َرة َوأ َ ْز َواج‬
َ ‫ّللاِ مِ نَ َو ِرض َْوان م‬ َّ ‫ّللا‬
َّ ‫صير َو‬ ِ َ‫( بِ ْال ِع َبا ِد ب‬15) َ‫اب َوقِنَا ذنو َبنَا َلنَا فَا ْغف ِْر َءا َمنَّا ِإنَّنَا َربَّنَا يَقولونَ الَّذِين‬
َ َ‫عذ‬ ِ َّ‫( الن‬16) َ‫صابِ ِرين‬
َ ‫ار‬ َّ ‫ال‬
َّ ‫ار َو ْالم ْست َ ْغف ِِرينَ َو ْالم ْن ِفقِينَ َو ْالقَانِتِينَ َوال‬
َ‫صا ِدقِين‬ ِ ‫ح‬ َ ‫س‬
ْ َ ْ
‫اْل‬‫ب‬
ِ (17)
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). Katakanlah: “Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang
disucikan serta keridhaan Allah dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang
yang berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami
dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur”. (QS. Âli
‘Imrân/3: 14-17).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia
Ihsan merupakan puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu,
semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah
tidak ada yang lebih mulia daripada yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan
dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai hal ini, sebelum Allah
swt. mengambil ruh ini dari raga kita.

DAFTAR PUSTAKA

http://yohanalissogara.blogspot.com/2015/03/moral-etika-norma-nilai-dan-akhlak.html
file:///C:/Users/User/Downloads/15570-Article%20Text-30817-7-10-20180517.pdf
https://www.academia.edu/29263033/Implementasi_Nilai-Nilai_Akhlak_Dalam_Islam
https://imammalik11.wordpress.com/2013/11/11/etika-moral-dan-akhlak-dalam-islam/
http://loria19.blogspot.com/2014/05/hubungan-akhlak-dengan-iman-dan-ihsan.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+PAI+UNY+-
+BAB+10.+Konsep+Akhlak+Islam.pdf
http://www.islamaktual.net/2017/03/ihsan-dan-akhlak-mulia.html
https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dengan-iman-dan-ihsan
http://mybooksanddreams.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-macam-macam-berbuat-ihsan.html

Anda mungkin juga menyukai