DOSEN PEMBIMBING
Umi Hani, S.Ag., M.Pd.
DISUSUN OLEH
Shinta Dewi
NPM 19500059
Shinta dewi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II ISI
A. Pengertian Akhlak dan Ihsan
B. Akhlak, Ihsan, dan Etika
C. Nilai dan Norma
D. Hubungan Akhlak, Iman, dan Ihsan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku dan tabi’at. Sinonim kata akhlak adalah budi pekerti, tata krama, sopan santun, moral
dan etic.
Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah sebagai
berikut : akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan
suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji
menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan
tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk.
Berbuat baik (ihsan) itu ada dau macam: berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik kepada
sesama. Berbuat ihsan dalam beribadah kepada sang khaliq adalah dengan cara beribadah kepada-
Nya seakang sedang melihat-Nya, jika dia tidak bisa beribadah kepada-Nya seakan sedang melihat-
Nya maka (tingkatan dibawahnya adalah) beribadah kepada-Nya dengan merasa bahwa Allah sedang
melihatnya.Ihsan adalah hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya
dan jika kamu melihatnya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Bukhari, Baihaqi, Ibnu
Khuzainah, Ibnu Hibban, Imam Ahmad, dan Abu Hanifah) Dengan demikian, ihsan di sini adalah
kesungguhan dalam menegakkan hak-hak Allah dan berbuat baik berkenaan dengan hak-hak sesama
manusia
BAB II
ISI
3. Malu (Al-Haya')
adalah akhlak (perangai) seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk dan
tercela,sehingga mampu menghalangi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat serta dapat
mencegah seseorang untuk melalaikan hak orang lain.
6. Sabar (Ash-Shobr)
adalah menahan atau mengekang segala sesuatu yang menimpa diri kita(hawa nafsu).
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah
SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah
Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok
manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga,
sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)".
"Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi,
kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun
tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru,:"Di
manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia,
jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan
dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian
?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa
yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada
Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam
syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/
Juz III/ Hal. 140)
b. Ihsan
Yaitu berlaku ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah baik dalam bentuk ibadah khusus yang
disebut ibadah mahdah (murni) seperti salat, puasa dan sejenisnya. ataupun ibadah umum yang disebut
dengan gairu mahda (Ibadah sosial) seperti belajar-mengajar, berdagang, makan,tidur, dan semua
perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang ihsan di
atas, ihsan kepada allah mengandung dua tingkatan berikut ini.
keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Doa menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong
dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kedua jenis ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam
beribadah kepada Allah swt. jauh dari motif riya'.
Allah berfirman : " Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S Al-Isra'/17:23-24)
Dalam sebuah hadis riwayat at-tirmizi dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda (artinya):
"Keridaan Allah berada pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan Orang
tua" (HR at-Tirmizi).
Berbuat baik kepada orang tua ialah dengan cara mengasihi, memelihara dan menjaga mereka dengan
sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah
Swt. mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian
penuh dan belas kasihan. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan anak anak ketika masih
lemah. Selain itu, orangtua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. jika demikian,
apakah tidak semestinya orang tua mendapat perlakuan yang baik pula sebagai imbalan dari budi
baiknya yang tulus itu? sedangkan Allah Swt telah menegaskan dalam firman-Nya: "Tidak ada balasan
untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)"(Q.S Ar-Rahman/55:60)
menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka, bahkan Allah
menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah
berfirman : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi
dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (Q.S Muhammad/47:22).
Silaturahmi merupakan kunci menapat keridaan Allah sebab paling utama terputusnya hubungan
seorang hamba dengan tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi .dalam hadis qudsi,
allah berfirman :" Aku adalah Allah, aku adala Rahman, dan aku telah menciptakan rahim yang Kuberi
nama bagian dari nama-Ku, Maka, barang siapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula
baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubanganKu dengannya" (H.R at-
tirmizi)
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak haknya. Banyak
ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda Rasulullah
saw : "Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini... (seraya
menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya). " (H.R al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi)
Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah dengan memberi bantuan kepada mereka terutama pada saat
mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda, "Orang orang yang menolong janda dan orang miskin,
seperti orang yang berjuang di jalan Allah" (HR Muslim dari Abu Hurairah)
RELATED:Gangguan Gangguan pada sistem Ekskresi Manusia
Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah
atau kampus, perjalan, ma'had, dan sebagainya. mereka semua masuk kedalam kategori tetangga.
Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua
hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga
hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan, sebagai kerabat.
Rasulullah saw bersabda: "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat
bertanya: "Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Seseorang yang tidak
aman tetangganya dari gangguannya." (H.R at-Tabrani)
Ihsan kepada tamu secara umum adalah dengan menghormati dam menjamunya. Rasulullah saw
bersabda: " Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya" (HR.
Jamaah, kecuali Nasa'i)
Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam
perjalanan jauh). cara berbuat ihsan terhadap ibnu sabil dengan memenuhi ke butuhannya. menjaga
hartanya. memelihara kehormatannya, menunjuki jalan jika ia meminta.
kepada karyawan atau orang orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu,
tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum keringat mereka
kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya.
Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai profesi mereka.
Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari kiamat, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam " (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam
pergaulan, menyuruh kepada yang mar'ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia
tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak hak mereka, dan tidak menggangu mereka
dengan tidak melakukan hal hal dapat mengusik serta melukai mereka.
Berbuat Ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia
sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksa jika ia bekerja, dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. bahkan pada saat menyembelih hendaklah dengan menyembelihnya
dengan cara yang baik, tidak menyiksanya serta menggunakan pisau yang tajam.
"... Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan
menyenangkan hewan sembelihannya" (HR. Muslim)
c. Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya
atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak
(moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda
sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme.
1. Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan
itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan
disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan
kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk
berbuat begitu.
2. Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau
pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat,
atau bisa saja subyek Tuhan.
1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak
sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari hari.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan
kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
C. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4.Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai
orang baik di dalam masyarakat
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka,
masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
c) Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai
dengan kemampuan akal mereka..
2. Etika bertamu
– Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir.
– Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan.
– Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan
kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
b) Bagi tamu:
– Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya,
karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.
– Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya.
– Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari
itu.
3. Etika di jalan
a. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat
kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
c. Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk
surga.
b Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan
untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
c Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali
mencelanya.
5. Etika berbicara
6. Etika bertetangga
b. Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari
sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah
miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya..
c. Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua raka`at bersama, karena hal tersebut dinukil
dari kaum salaf.
– Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan
hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.
NORMA
Contohnya :
1.Rajin beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
2.Berdoa sebelum melakukan aktivitas
3.Mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia
Ihsan merupakan puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu,
semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah
tidak ada yang lebih mulia daripada yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan
dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai hal ini, sebelum Allah
swt. mengambil ruh ini dari raga kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://yohanalissogara.blogspot.com/2015/03/moral-etika-norma-nilai-dan-akhlak.html
file:///C:/Users/User/Downloads/15570-Article%20Text-30817-7-10-20180517.pdf
https://www.academia.edu/29263033/Implementasi_Nilai-Nilai_Akhlak_Dalam_Islam
https://imammalik11.wordpress.com/2013/11/11/etika-moral-dan-akhlak-dalam-islam/
http://loria19.blogspot.com/2014/05/hubungan-akhlak-dengan-iman-dan-ihsan.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+PAI+UNY+-
+BAB+10.+Konsep+Akhlak+Islam.pdf
http://www.islamaktual.net/2017/03/ihsan-dan-akhlak-mulia.html
https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dengan-iman-dan-ihsan
http://mybooksanddreams.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-macam-macam-berbuat-ihsan.html