GLYCEROL GUAIAKOLAT”
I. Tujuan
Melakukan uji disolusi terhadap tablet glycerol guaiacolat
b. Bahan
1. Aquadest
2. Baku pembanding Glycerol Guaiakolat
3. Tablet Glycerol Guaiakolat
4. Larutan HCl 0,1 N
V. Prosedur
Pembuatan larutan baku
Baku glycerol guaiacolat sebanyak 222 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 100 ml
air. Kemudian dibuat pengenceran bertingkat yaitu 70ppm, 60ppm, 50ppm, 40ppm, dan 30ppm.
Setelah itu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.
Lalu dibuat kurva baku dari hasil pengukuran.
Uji Disolusi
Perlakuan pertama adalah dicari panjang gelombang serapan maksimum untuk baku
pembanding Glyceril Gualakoat. Langkah selanjutnya adalah tablet dicelupkan ke dalam
medium aquadest sampai ke dasar yang terdapat dalam labu sebanyak 900mL, suhu
dipertahankan pada 37.5oC, motor diatur pada kecepatan konstan 50 rpm. Kemudian cairan
sample sebanyak 5 mL diambil pada selang waktu menit ke 5, menit ke 15 , menit ke 25, menit
ke 35, dan menit ke 45 untuk menentukan jumlah obat dalam cairan itu. Kemudian diencerkan 1
mL dari setiap cuplikan menjadi 10 mL dengan medium dan tentukan absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum yang didapat pada percobaan. Untuk menentukan kadar obat
maka digunakan alat spektrophotometri dengan mengukur tingkat absorbansi-nya.
VI. Data Pengamatan
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Tabel 1. Hasil pengukuran absorbansi larutan baku
No Konsentrasi Absorbansi rata-rata
1 30 ppm 0,311233
2 40 ppm 0,39670
3 50 ppm 0,495567
4 60 ppm 0,583667
5 70 ppm 0,66740
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
2. Pengukuran absorbansi 3 tablet hasil disolusi dengan interval waktu 5, 15, 25, 35, 45 menit
Tabel 2.1 Hasil pengukuran absorbansi tablet ke-1
Menit ke- A1 A2 A3 A rata-rata
Tablet 1.
X = 26.1692 µg/mL
X = 52.3562 µg/mL
X = 5.236x10-2 mg/mL
X = 4.963x10-2 mg/mL
X = 51.8892 µg/mL
X = 5.189x10-2 mg/mL
X = 46.4850 µg/mL
X = 4.648x10-2 mg/mL
Kadar = kadar sampel x faktor pengenceran ( factor pengencaran adalah 10).
Tabel 1
1. Waktu 5
= 2.617x10-2 mg/mL x 10 ml
= 2.617x10-1 mg/mL
= 261.7 µg/ml
2. Waktu 15
= 5.236x10-2 mg/mL x 10 ml
= 5.236x10-1 mg/mL
= 523.6 µg/ml
3. Waktu 25
= 4.963x10-2mg/mL x 10 ml
= 4.963x10-1 mg/mL
= 496.3 µg/ml
4. Waktu 35
= 5.189x10-2 mg/mL x 10 ml
= 5.189x10-1 mg/mL
= 518.9 µg/ml
5. Waktu 45
= 4.648x10-2 mg/mL x 10 ml
= 4.648x10-1 mg/mL
= 464.8 µg/ml
Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)
Faktor koreksi = volume sampling (5mL)/medium disolusi (900 mL) x jumlah sample
mmenit sebelumnya
Waktu 5 = 5/900 x 0 = 0
Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya (mg) + factor koreksi (mg) pada
waktu t
waktu 5 faktor koreksi adalah dianggap 0 bearti total koreksi adalah 0 karna tidak ada
sampling sebelumnya. .
Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
Persen disolusi ; jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat (Anggap 1 tablet gliseril
5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
0+0=0
6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
348.390 + 0 = 348.390
MENIT KE-15
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-15 = 0.4655
y = 0.008993x + 0.04126
0.4655 = 0.008993x + 0.04126
0.4655 - 0.04126 = 0.008993x
0,42424 = 0.008993x
0,42424/0.008993 = x
47,17 µg/mL = x
4,717 x 10-2 mg/ml = x
5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
0 + 1.9355 = 1.9355
6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
424.530 +1.9355 = 424.531
MENIT KE-25
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-25 = 0.4727
y = 0.008993x + 0.04126
0.4727= 0.008993x + 0.04126
0.4727- 0.04126 = 0.008993x
0,43144= 0.008993x
0,43144/0.008993 = x
47,97 µg/mL = x
4,797 x 10-2 mg/ml = x
5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
1.935,5+ 2.358,5 = 4294
6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
431.730 + 4294 = 436.024
MENIT KE-35
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-35 = 0.4498
y = 0.008993x + 0.04126
0.4498= 0.008993x + 0.04126
0.4498- 0.04126 = 0.008993x
0,40854= 0.008993x
0,40854/0.008993 = x
45,42 µg/mL = x
4,542 x 10-2 mg/ml = x
5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
2.358,5+ 2.398,5 = 4757
6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
408.780 + 4757 = 413.537
7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat
413.537/100 = 4.135,37
MENIT KE-45
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-45 = 0.4769
y = 0.008993x + 0.04126
0.4769= 0.008993x + 0.04126
0.4769- 0.04126 = 0.008993x
0.43564= 0.008993x
0.43564/0.008993 = x
48.44 µg/mL = x
4.844 x 10-2 mg/ml = x
5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada
waktu t
2.398,5 + 2.271= 4669.5
6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
408.780 + 4669.5 = 413.449,5
BUAT Kurva laju disolusi tablet glycerol guaiacolat (% terdisolusi di sumbu y dan
waktu di sumbu x)
Chart Title
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
5 15 25 35 45
Diketahui :
V HCl = 1 ml
k = 1,19 g/ml
L = 37%
Ditanya : X = ?
Jawab :
= 0,83 ml
N=( ( 10x37%x1,19)x1)/36,5
N=12,06 N
Maka Perhitungan pembuatan larutan asam khlorida ( HCl ) 1 N sebanyak 1000 ml
adalah sebagai berikut :
N1=12,06 N
N2=1 N
V1=…?
V2= 1000 ml
N1.V1=N2.V2
12,06.V1=1.1000
V1=1000.1/12,06
V1=83 ml
• Isi Labu takar ukuran 1 liter dengan aquades sebanyak 250 ml, lalu tambahkan 83
ml asam khlorida pekat secara perlahan.
• Kocok sebentar kemudian tambahkan aquades sampai 1000 ml atau sampai tanda
batas pada labu takar.
• Pada pengenceran asam pekat selalu labu takar diisi aquades terlebih dahulu
untuk menghindari perubahan panas yang spontan yang bisa menghasilkan letupan.
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam air, adalah
cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam usus. Dalam skala
industri, HCl biasanya diproduksi dengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim ke industri
pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32~34%. Pembatasan konsentrasi
HCl ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan kesulitan
ketika penyimpanan. Lalu apa sajakah kegunaan HCl di kehidupan kita sehari-hari?
Nah, berikut ini adalah beberapa bidang yang memanfaatkan HCl, baik pada skala
industri maupun skala rumah tangga.
Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat atau
kerak besi oksida dari besi atau baja.
Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk pembuatan
plastik polyvinyl chloride atau PVC.
HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan
polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan air.
Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air limbah cair
industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.
HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation (cation
exchange resin).
Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa
dalam sebuah larutan.
Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih porselen.
HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada makanan.
Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit.
Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut dengan aqua
regia, adalah campuran untuk melarutkan emas.
2. Larutan HCl pekat diambil 4,15 mL dengan pipet tetes, dimasukkan ke dalam gelas
ukur yang telah ditimbang. Dilakukan dalam lemari asam.
3. Labu takar 100 mL yang kosong ditimbang, dicatat beratnya. diisi labu takar
tersebut ± 20-25 mL akuades.
4. Perlahan-lahan, dimasukkan HCl pekat yang telah diambil ke dalam labu takar.
5. Ke dalam labu takar ditambahkan akuades hingga tanda batas. Ditutup labu takar
dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Ditimbang berat labu takar yang
telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai Larutan
A.
7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan
HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.
3. Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada
meniskus bawah larutan.
6. Dibaca volume akhir NaOH yang tersisa di dalam buret. Dihitung volume NaOH
yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam
buret.
1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan
neraca analitik.
5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Ditutup labu takar,
kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut
sebagai Larutan C.
7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Larutan yang
diperoleh disebut Larutan D.
3. Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala
meniskus bawah larutan.
6. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.
7. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan.
8. Dibaca volume akhir HCl yang tersisa dalam buret. Dihitung volume HCl yang
diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl dalam buret.
1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH
yang telah dibuat (Larutan D).
5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna.
7. Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut.
9. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M
sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.
Kurva Standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standart yang
masih dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi : Biasanya
digunakan untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil
pengukuran sehingga konsetrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui
kurva standart
Kurva standart menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan ( sumbu-x) dengan
absorbansi larutan (sumbu-y). Dari kurva standart akan dihasilkan suatu persamaan
yang diregresilinierkan , yaitu persamaan y = mx + c, dengan m : kemiringan garis,
dan c: konstanta