Anda di halaman 1dari 19

PENGUJIAN DISOLUSI TERHADAP TABLET

GLYCEROL GUAIAKOLAT”

I.             Tujuan
 Melakukan uji disolusi terhadap tablet glycerol guaiacolat

Alat dan Bahan


a.      Alat
1.      Alat Spektrofotometri
2.      Alat Uji disolusi
3.      Beaker glass
4.      Botol vial
5.      Kuvet
6.      Pipet tetes
7.      Syringe

b.      Bahan
1.      Aquadest
2.      Baku pembanding Glycerol Guaiakolat
3.      Tablet Glycerol Guaiakolat
4. Larutan HCl 0,1 N

V.           Prosedur
Pembuatan larutan baku
Baku glycerol guaiacolat sebanyak 222 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 100 ml
air. Kemudian dibuat pengenceran bertingkat yaitu 70ppm, 60ppm, 50ppm, 40ppm, dan 30ppm.
Setelah itu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.
Lalu dibuat kurva baku dari hasil pengukuran.

Uji  Disolusi
Perlakuan pertama adalah dicari panjang gelombang serapan maksimum untuk baku
pembanding Glyceril Gualakoat. Langkah selanjutnya adalah tablet dicelupkan ke dalam
medium aquadest sampai ke dasar yang terdapat dalam labu sebanyak 900mL, suhu
dipertahankan pada 37.5oC, motor diatur pada kecepatan konstan 50 rpm. Kemudian cairan
sample sebanyak 5 mL diambil pada selang waktu menit ke 5, menit ke 15 , menit ke 25, menit
ke 35, dan menit ke 45 untuk menentukan jumlah obat dalam cairan itu. Kemudian diencerkan 1
mL dari setiap cuplikan menjadi 10 mL dengan medium dan tentukan absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum yang didapat pada percobaan. Untuk menentukan kadar obat
maka digunakan alat spektrophotometri dengan mengukur tingkat absorbansi-nya.

VI.        Data Pengamatan
1.      Pembuatan Kurva Kalibrasi
Tabel 1. Hasil pengukuran absorbansi larutan baku
No Konsentrasi Absorbansi rata-rata

1 30 ppm 0,311233

2 40 ppm 0,39670

3 50 ppm 0,495567

4 60 ppm 0,583667

5 70 ppm 0,66740

Kurva Kalibrasi konsentrasi (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y)


Persamaannya yang y=bx + a
a = 0.008993 b = 0.04126 r = 0.999
Jadi Persamaan garis linearnya : à y = 0.008993x + 0.04126

Kurva Kalibrasi konsentrasi (sumbu x) dan absorbansi (sumbu y)


0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
2.      Pengukuran absorbansi 3 tablet hasil disolusi dengan interval waktu 5, 15, 25, 35, 45 menit
Tabel 2.1 Hasil pengukuran absorbansi tablet ke-1
Menit ke- A1 A2 A3 A rata-rata

5 0.277 0.2764 0.2763 0.2766

15 0.5118 0.5122 0.5123 0.5121

25 0.4875 0.4875 0.4877 0.4876

35 0.51 0.5076 0.5062 0.5079

45 0.4592 0.4593 0.4595 0.4593

Tabel 2.2 Hasil pengukuran absorbansi tablet ke-2


Menit ke- A1 A2 A3 A rata-rata

5 0.3893 0.3897 0.3891 0.3894

15 0.4657 0.4653 0.4654 0.4655

25 0.4729 0.4723 0.4728 0.4727

35 0.4498 0.4497 0.45 0.4498

45 0.4779 0.4768 0.4761 0.4769

Tabel 2.3 Hasil pengukuran absorbansi tablet ke-3


Menit ke- A1 A2 A3 A rata-rata

5 0.3475 0.3479 0.3484 0.3479

15 0.4392 0.44 0.4398 0.4397

25 0.4994 0.5001 0.5005 0.5

35 0.5189 0.5184 0.5181 0.5187


45 0.4934 0.4931 0.4929 0.4931

FP Kadar Kadar Jumlah Total Terdisolusi %


Waktu Absorb Koreksi
No (ml) sampel (μg/ml) (mg) koreksi (mg) disolusi
(menit) an (mg)
(μg/ml) (mg)
5 0.2766 10 2.617 261.6 237.71 237.710 2.3771
1 x10-2 0 0 0
15 0.5121 10 5.236x 523.6 471,02 20 491,240 4.9124
2 10-2 0 0.028
25 0.4876 10 4.963x 496.3 446.67 40 486.670 4.8667
3 10-2 0 0.083
35 0.5079 10 5.189x 518.9 467.01 60 527.010 5.2701
4 10-2 0 0.139
45 0.4593 10 4.648x 464.8 418.32 80 498.320 4.98320
5 10-2 0 0.194
Tabel Uji disolusi tablet 1
 A rata-rata yang dimasukkan). dibawah ini hitungan buat table diatas

 Persamaan regresi y = 0.008993x + 0.04126

Tablet 1.

 Serapan (Absorbansi rata-rata) menit ke-5 = 0.2766

0.2766 = 0.008993x + 0.04126

X = 26.1692 µg/mL

X = 2.617 x10-2 mg/mL

 Serapan (Absorbansi rata-rata) menit ke-15 = 0.5121

0.5121 = 0.008993x + 0.04126

X = 52.3562 µg/mL

X = 5.236x10-2 mg/mL

 Serapan (Absorbansi rata-rata) menit ke-25 = 0.4876

0.4876 = 0.008993x + 0.04126


X = 49.6319 µg/mL

X = 4.963x10-2 mg/mL

 Serapan (Absorbansi rata-rata) menit ke-35 = 0.5079

0.5079 = 0.008993x + 0.04126

X = 51.8892 µg/mL

X = 5.189x10-2 mg/mL

 Serapan (Absorbansi rata-rata) menit ke-35 = 0.4593

0.4593 = 0.008993x + 0.04126

X = 46.4850 µg/mL

X = 4.648x10-2 mg/mL
Kadar = kadar sampel x faktor pengenceran ( factor pengencaran adalah 10).

 Tabel 1

1. Waktu 5

= 2.617x10-2 mg/mL x 10 ml

= 2.617x10-1 mg/mL

= 261.7 µg/ml
2. Waktu 15

= 5.236x10-2 mg/mL x 10 ml

= 5.236x10-1 mg/mL

= 523.6 µg/ml
3. Waktu 25

= 4.963x10-2mg/mL x 10 ml

= 4.963x10-1 mg/mL

= 496.3 µg/ml
4. Waktu 35

= 5.189x10-2 mg/mL x 10 ml
= 5.189x10-1 mg/mL

= 518.9 µg/ml
5. Waktu 45

= 4.648x10-2 mg/mL x 10 ml

= 4.648x10-1 mg/mL

= 464.8 µg/ml
Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)

 Waktu 5 = 261.7 µg/ml x 900 ml = 237.710

 Waktu 15 = 523.6 µg/ml x 900 ml = 471,240

 Waktu 25 = 496.3 µg/ml x 900 ml = 446.670

 Waktu 35 = 518.9 µg/ml x 900 ml = 467.010

 Waktu 45 = 464.8 µg/ml x 900 ml = 418.320

Faktor koreksi = volume sampling (5mL)/medium disolusi (900 mL) x jumlah sample

mmenit sebelumnya

 Waktu 5 = 5/900 x 0 = 0

 Waktu 15 = 5/900 x 5 = 0.028

 Waktu 25 = 5/900 x 15 = 0.083

 Waktu 35 = 5/900 x 25 = 0.139

 Waktu 45 = 5/900 x 35 = 0.194

Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya (mg) + factor koreksi (mg) pada

waktu t 

 waktu 5 faktor koreksi adalah dianggap 0 bearti total koreksi adalah 0 karna tidak ada

sampling sebelumnya. .

 kalo waktu 15 bearti = factor koreksi waktu 5 + factor koreksi waktu 15 = 20

 kalo waktu 25 = factor koreksi waktu 15+ factor koreksi waktu 25 = 40

 kalo waktu 35 = factor koreksi waktu 25 + factor koreksi waktu 35 = 60


 kalo waktu 45= factor koreksi waktu 35+ factor koreksi waktu 45 = 80

Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi 

 Waktu 5 = 237.710 + 0 = 237.710

 Waktu 15 = 471,240 + 20 = 491,240

 Waktu 25 = 446.670 + 40 = 486.670

 Waktu 35 = 467.010 + 60 = 527.010

 Waktu 45 = 418.320 + 80 = 498.320

Persen disolusi ; jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat (Anggap 1 tablet gliseril

guaiacolat mengandung 100 mg) *100%

 Waktu 5 = 237.710/100 = 2.3771

 Waktu 15 = 491.240/100 = 4.9124

 Waktu 25 = 486.670/100 = 4.8667

 Waktu 35 = 527.010/100 = 5.2701

 Waktu 45 = 498.320/100 = 4.9832

Tabel Tabel Uji disolusi tablet 2


FP Kadar Kadar Jumlah Total Terdisolusi %
Waktu Absorb Koreksi
No sampel (μg/ml) (mg) koreksi (mg) disolusi
(menit) an (mg)
(μg/ml) (mg)
5 0.3894 10 3,871 x 387,1 348.390 0 0 348.390 3.483,9
1
10-2

15 0.4655 10 4,717 x 471,7 424.530 1.9355 1.9355 424.531 4.245,3


2
10-2
25 0.4727 10 4,797 x 479,7 431.730 2.358,5 4294 436.024 4.360,2
3
10-2
35 0.4498 10 4,542 x 454,2 408.780 2.398,5 4757 413.537 4.135,37
4
10-2
45 0.4769 10 4.844 x 484,4 435.960 2.271 4669.5 413.449,5 4.134,495
5
10-2
MENIT KE-5
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-5 = 0.3894
y = 0.008993x + 0.04126
0.3894 = 0.008993x + 0.04126
0.3894 - 0.04126 = 0.008993x
0,34814 = 0.008993x
0,34814/0.008993 = x
38,71 µg/mL = x
3,871 x 10-2 mg/ml = x

2. Kadar (kadar sampel x faktor pengenceran)


3,871 x 10-2 mg/ml x 10 ml = 3,871 x 10-1 mg/ml = 387,1 µg/ml

3. Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)


387,1 µg/ml X 900 ml = 348.390 mg

4. Koreksi = volume sampling/medium disolusi x jumlah sample menit sebelumnya


5/900x = 0

5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
0+0=0

6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
348.390 + 0 = 348.390

7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat


348.390/100 = 3.483,9

MENIT KE-15
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-15 = 0.4655
y = 0.008993x + 0.04126
0.4655 = 0.008993x + 0.04126
0.4655 - 0.04126 = 0.008993x
0,42424 = 0.008993x
0,42424/0.008993 = x
47,17 µg/mL = x
4,717 x 10-2 mg/ml = x

2. Kadar (kadar sampel x faktor pengenceran)


4,717 x 10-2 mg/ml x 10 ml = 4,717 x 10-1 mg/ml = 471,7 µg/ml
3. Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)
471,7 µg/ml X 900 ml = 424.530 mg

4. Koreksi = volume sampling/medium disolusi x jumlah sample menit sebelumnya


5/900x348.390 = 1.9355

5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
0 + 1.9355 = 1.9355

6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
424.530 +1.9355 = 424.531

7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat


424.531/100 = 4.245,3

MENIT KE-25
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-25 = 0.4727
y = 0.008993x + 0.04126
0.4727= 0.008993x + 0.04126
0.4727- 0.04126 = 0.008993x
0,43144= 0.008993x
0,43144/0.008993 = x
47,97 µg/mL = x
4,797 x 10-2 mg/ml = x

2. Kadar (kadar sampel x faktor pengenceran)


4,797 x 10-2 mg/ml x 10 ml = 4,797 x 10-1 mg/ml = 479,7 µg/ml

3. Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)


479,7 µg/ml X 900 ml = 431.730 mg

4. Koreksi = volume sampling/medium disolusi x jumlah sample menit sebelumnya


5/900x424.530 = 2.358,5

5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
1.935,5+ 2.358,5 = 4294

6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
431.730 + 4294 = 436.024

7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat


436.024/100 = 4.360,2

MENIT KE-35
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-35 = 0.4498
y = 0.008993x + 0.04126
0.4498= 0.008993x + 0.04126
0.4498- 0.04126 = 0.008993x
0,40854= 0.008993x
0,40854/0.008993 = x
45,42 µg/mL = x
4,542 x 10-2 mg/ml = x

2. Kadar (kadar sampel x faktor pengenceran)


4,542 x 10-2 mg/ml x 10 ml = 4,542 x 10-1 mg/ml = 454,2 µg/ml

3. Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)


454,2 µg/ml X 900 ml = 408.780 mg

4. Koreksi = volume sampling/medium disolusi x jumlah sample menit sebelumnya


5/900x431.730 = 2.398.5

5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada waktu t
2.358,5+ 2.398,5 = 4757

6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
408.780 + 4757 = 413.537
7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat
413.537/100 = 4.135,37

MENIT KE-45
1. Serapan ( Absorbansi rata-rata) menit ke-45 = 0.4769
y = 0.008993x + 0.04126
0.4769= 0.008993x + 0.04126
0.4769- 0.04126 = 0.008993x
0.43564= 0.008993x
0.43564/0.008993 = x
48.44 µg/mL = x
4.844 x 10-2 mg/ml = x

2. Kadar (kadar sampel x faktor pengenceran)


4,844 x 10-2 mg/ml x 10 ml = 4,844 x 10-1 mg/ml = 484,4 µg/ml

3. Jumlah kadar = kadar (µg/ml ) x medium disolusi (L)


484,4 µg/ml X 900 ml = 435.960 mg

4. Koreksi = volume sampling/medium disolusi x jumlah sample menit sebelumnya


5/900x408.780 = 2.271

5. Total koreksi = factor koreksi pada sampling sebelumnya + factor koreksi pada
waktu t
2.398,5 + 2.271= 4669.5

6. Jumlah obat terdisolusi total = jumlah obat yang terdisolusi (mg) + total koreksi
408.780 + 4669.5 = 413.449,5

7. Persen disolusi = jumlah obat yang terdisolusi/kandungan obat


413.449,5/100 = 4.134,495

FP Kadar Kadar Jumlah Terdisolusi %


(Fak sampel (μg/ml) (mg) (mg) disolusi
tor (μg/ml) Total
Waktu Absorb Koreksi
No peng koreksi
(menit) an (mg)
ence (mg)
ran)
(ml)
1 5 0.3479 10 34,097 340,97 306,87 0 340,976
6 6 8,4 1704,8 3,40976
8
15 0.4397 10 44,305 443,00 398,70 2215,0 2215,0 2658,03
2 5 5 4,5 25 25 26,5803
25 0,5 10 51,010 510,10 459,09 2550,5 4765,5 5275,667 52,7566
3 7 7 6,3 35 6 7
35 0,5184 10 53,056 530,56 477,51 2652,8 5203,3 5733,943 57,3394
4 8 8 1,2 4 75 3
45 0,4931 10 50,243 502,43 452.19 2512,1 5165,0 5667,45 56,6745
5 5 5 1,5 75 15
Tabel Uji disolusi tablet 3

BUAT Kurva laju disolusi tablet glycerol guaiacolat (% terdisolusi di sumbu y dan
waktu di sumbu x)

Chart Title
600,000

500,000

400,000

300,000

200,000

100,000

0
5 15 25 35 45

Tablet 1 Tabel 2 Tablet 3


VII.     Perhitungan
1. Pembuatan larutan HCL 0,1 N

Analisis pembuatan larutan standar HCl 0,1 N

Diketahui :

V HCl = 1 ml

k = 1,19 g/ml

L = 37%

Ditanya : X = ?

Jawab :

X = (3,65 ×1 ml)/(10 ×1,19 ×37%)

= (3,65 )/(11,9 ×0,37)

= 0,83 ml

Cara membuat Larutan HCl 1 N dalam 1000 ml

Larutan HCl di botol umumnya memiliki konsentrasi 37%.

Berat jenis = 1,19 g/ml

Berat Molekul = 36,5 g/mol

Langkah Pertama kita mencari Konsentrasi ( Normalitas ) HCl pekat, rumusnya :

N=( ( 10x%xberat jenis)xvalensi)/BM

N=( ( 10x37%x1,19)x1)/36,5

N=12,06 N
Maka Perhitungan pembuatan larutan asam khlorida ( HCl ) 1 N sebanyak 1000 ml
adalah sebagai berikut :

Dengan menggunakan rumus pengenceran N1xV1=N2xV2

N1=12,06 N

N2=1 N

V1=…?

V2= 1000 ml

N1.V1=N2.V2

12,06.V1=1.1000

V1=1000.1/12,06

V1=83 ml

Jadi asam khorida pekat yang dibutuhkan sebanyak 83 ml.

Sehingga cara pembuatan asam khlorida ( HCl ) 1 N sebanyak 1000 ml adalah :

• Isi Labu takar ukuran 1 liter dengan aquades sebanyak 250 ml, lalu tambahkan 83
ml asam khlorida pekat secara perlahan.

• Kocok sebentar kemudian tambahkan aquades sampai 1000 ml atau sampai tanda
batas pada labu takar.

• Pada pengenceran asam pekat selalu labu takar diisi aquades terlebih dahulu
untuk menghindari perubahan panas yang spontan yang bisa menghasilkan letupan.

Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam air, adalah
cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam usus. Dalam skala
industri, HCl biasanya diproduksi dengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim ke industri
pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32~34%. Pembatasan konsentrasi
HCl ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan kesulitan
ketika penyimpanan. Lalu apa sajakah kegunaan HCl di kehidupan kita sehari-hari?
Nah, berikut ini adalah beberapa bidang yang memanfaatkan HCl, baik pada skala
industri maupun skala rumah tangga.

 Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat atau
kerak besi oksida dari besi atau baja.

 Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk pembuatan
plastik polyvinyl chloride atau PVC.

 HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan
polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan air.

 Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air limbah cair
industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.

 HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation (cation
exchange resin).

 Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa
dalam sebuah larutan.

 Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih porselen.

 HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada makanan.

 Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit.

 Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut dengan aqua
regia, adalah campuran untuk melarutkan emas.

 Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida diantaranya adalah pada proses


produksi baterai, kembang api dan lampu blitz kamera

2. Cara pembuatan larutan standar

. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl

1. Gelas ukur kosong ditimbang dan kemudian dicatat beratnya.

2. Larutan HCl pekat diambil 4,15 mL dengan pipet tetes, dimasukkan ke dalam gelas
ukur yang telah ditimbang. Dilakukan dalam lemari asam.
3. Labu takar 100 mL yang kosong ditimbang, dicatat beratnya. diisi labu takar
tersebut ± 20-25 mL akuades.

4. Perlahan-lahan, dimasukkan HCl pekat yang telah diambil ke dalam labu takar.

5. Ke dalam labu takar ditambahkan akuades hingga tanda batas. Ditutup labu takar
dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Ditimbang berat labu takar yang
telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai Larutan
A.

6. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Dipindahkan 20 mL larutan


HCl yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru

7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan
HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.

B. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi

a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah

1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali


dengan larutan NaOH yang akan digunakan.

2. Buret diisi dengan larutan NaOH.

3. Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada
meniskus bawah larutan.

4. Dipindahkan 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan


menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Ditambahkan indikator metil merah ke
dalam larutan tersebut. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di
dalam buret hingga terjadi perubahan warna.

5. Dihentikan titrasi, begitu terjadi perubahan warna konstan.

6. Dibaca volume akhir NaOH yang tersisa di dalam buret. Dihitung volume NaOH
yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam
buret.

7. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein

1. Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (Larutan B)


dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator fenoftalein.
2. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan
indikator metil merah dan dengan menggunakan fenoftalein sebagai indikator.

C. Pembuatan Larutan NaOH

1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan
neraca analitik.

2. Begitu penimbangan selesai dilakukan, dipindahkan NaOH dari gelas arloji ke


dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat.

3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna

4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL.

5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Ditutup labu takar,
kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut
sebagai Larutan C.

6. Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 mL larutan C ke


dalam labu takar 100 mL yang baru.

7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Larutan yang
diperoleh disebut Larutan D.

D. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi

a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran

1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali


dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.

2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M.

3. Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala
meniskus bawah larutan.

4. Dipindahkan 10 mL larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam erlenmeyer dengan


menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

5. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.

6. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.
7. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan.

8. Dibaca volume akhir HCl yang tersisa dalam buret. Dihitung volume HCl yang
diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl dalam buret.

9. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b. Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai Titran

1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH
yang telah dibuat (Larutan D).

2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D).

3. Dipindahkan 10 mL larutan HCL 0,1 M ke dalam erlenmeyer dengan


menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.

5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna.

6. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan.

7. Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut.

8. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

9. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M
sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.

3. Cara membuat pengenceran larutan standar

KURVA STANDAR dan LARUTANSTANDAR

Kurva Standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standart yang
masih dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi : Biasanya
digunakan untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil
pengukuran sehingga konsetrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui
kurva standart
Kurva standart menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan ( sumbu-x) dengan
absorbansi larutan (sumbu-y). Dari kurva standart akan dihasilkan suatu persamaan
yang diregresilinierkan , yaitu persamaan y = mx + c, dengan m : kemiringan garis,
dan c: konstanta

LARUTAN STANDAR Larutan standar merupakan suatu larutan yang telah


diketahui konsentrasinya. Fungsi: digunakan pada analisis volumetrik

Kurva Standard dan Larutan StandarPada umumnya, Kurva standard danLarutan


standard digunakan dalamStandarisasi dan Kalibrasi pada alatataupun larutan dalam
analisis kimia.

METODE ADISI STANDARD• Digunakan untuk analit dalam matriks yang


kompleks, yg mengakibatkan terjadinya interferensi dalam respon instrumen (RI). 
Contoh: darah, sedimen, serum, dll.• Sering disebut juga metode SPIKING.•
Metode:1. Siapkan beberapa aliquot identik, Vx, dari sampel.2. Tambahkan sejumlah
volume tertentu secara bervariasi, Vs, larutan baku yang telah diketahui
konsentrasinya, cs, pada tiap aliquot.3. Encerkan (add-kan) masing2 larutan hingga
volume tertentu, Vt4. Ukurlah dengan instrumen untuk mendapatkan respon
instrumen, Hitung konsentrasi sampel, cx, dengan persamaan berikut: S =sinyal atau
respon instrumen k = konstanta proporsionalitas Vs = volume standard yg
ditambahkan cs = konsentrasi standard Vx = volume aliquot sampel cx = konsentrasi
sample Vt = volume total pengenceran

Plot respon instrumen (S) vs volume standard(Vs)

Untuk menghitung Konsentrasi Sampel,gunakan kombinasi rumus :

Contoh: Metode Adisi StandardArsenik in suatu sampel biologi ditetapkan dengan


metode .10 mL aliquot sample dipipet ke dalam 5 buah labu takar 100mL. Variasi
volume dari standard 22.1 ppm ditambahkan kedalam 4 labu takar, masing2
diencerkan hingga batas.Absorbansi masing2 larutan ditentukan. Hitunglah
Konsentrasisampel Penggunaan Adisi Standard untukmenghitung konsentrasi
sampel1) Buat 2 larutan yg mengandung aliquot sampel yg sama, tambahkan standar
pada salah satu larutan. Encerkan hingga batas (100 mL)2) Ukurlah respon
instrumennya (absorbansi) pada kedua larutan.3) Hitung konsentrasi sampel dengan
persamaan berikut:

Dimana: S1 = respon instrumen sampel S2 = respon instrumen sampel + spike

Anda mungkin juga menyukai