Anda di halaman 1dari 10

RESUME PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

SEMESTER GENAP 2020-2021

Difusi dan Disolusi

Hari / Jam Praktikum : Rabu/ 13:00—15:50


Tanggal Praktikum : Maret 2021
Shift :A
Asisten : 1. Mayang Kusuma Dewi
2. Rhayza Salsabila M.
3. Reza Pratama

Ellen Nathania Yunita


260110200001

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan lni mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menerangkan pengertian difusi
2. Menentukan kecepatan difusi suatu zat melalui suatu perintang (membran)
3. Menggunakan alat untuk menentukan kecepatan difusi
4. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
5. Menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu zat
6. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keepatan disolusi suatu zat.
II. Data Pengamatan dan Perhitungan
2.1 Data absorbansi Natrium diklofenak

c
Absorbansi
(g/ml)
5 0,138
10 0,431
15 0,589
20 0,798
25 0,972
30 1,285

2.2 Kurva Absorbansi Natrium Diklofenak

Perhitungan:
• Y10 = 0,1994
Y = 0,0432X - 0,0545
0,1994 = 0,0432X - 0,0545
0,2539 = 0,0432X
X10 = 5,87
• Y20 = 0,3223
Y = 0,0432x - 0,0545
0,3223 = 0,0432x - 0,0545
0,3768 = 0,0432x
X20 = 8,72
• Y30 = 0,51
Y = 0,0432x - 0,0545
0,51 = 0,0432x - 0,0545
0,5645 = 0,0432x
X30 = 13,06
• Y40 = 0,739
Y = 0,0432X - 0,0545
0,739 = 0,0432X - 0,0545
0,7935 = 0,0432X
X40 = 18,36
• Y50 = 0,983
Y = 0,0432x - 0,0545
0,983 = 0,0432x - 0,0545
1,0375 = 0,0432x
X50 = 24,01
2.3 Data Jumlah Kumulatif Zat Aktif yang Menembus per Area

Cn
Time Absorbansi Ci Q
(𝛍g/ml)

10 0,1994 5,87 0 23,06

20 0,3223 8,72 5,87 36,57

30 0,51 13,06 8,72 57,04

40 0,739 18,36 13,06 83,01


50 0,983 24,01 18,36 112,42

A = 2,545 cm2
V kompartemen reseptor = 10 ml
Volume sampling = 1 ml
2.4 Kurva Jumlah Kumulatif Zat Aktif yang Menembus per Area

Perhitungan :

Persamaan (Wuster dan Taylor)

Cn = Konsentrasi yang menembus pada saat itu


V = Volume kompartemen reseptor
∑𝑛−1
𝑖=1 𝐶𝑖 = Konsentrasi yang menembus waktu sebelumnya

S = Volume Sampling
A = luas membran

• Sigma Ci = 0
Q = ( 5,87 x 10 ) + (0 x 1 ) / 2,545
Q = 58,7 + 0 / 2,545
Q = 58,7/2,545
Q = 23,06
• Sigma Ci = 0 + 5,87 = 5,87
Q = (8,72 x 10) + (5,87 x 1) / 2,545
Q = 87,2 + 5,87 / 2,545
Q = 93,07 / 2,545
Q = 36,57
• Sigma Ci = 5,87 + 8,72= 14,59
Q = (13,06 x 10) + (14,59x1) / 2,545
Q = 130,6 + 14,59 / 2,545
Q = 145,19 / 2,545
Q = 57,04
• Sigma Ci = 14,59 + 13,06 = 27,65
Q = (18,36 x 10) + (27,65 x 1)/ 2,545
Q = (183,6 + 27,65) / 2,545
Q = 211,25/2,545
Q = 83,01
• Sigma Ci = 27,65 + 18,36 = 46,01
Q = ((24,01 x 10) + (46,01x1) / 2,545
Q = (240,1 + 46,01) / 2,545
Q = 286,11 / 2,545
Q = 112,42

III. Pembahasan

Praktikum ini dilakan untuk menentukan kecepatan difusi suatu zat melalui
suatu perintang dan menentukan kecepatan disolusi suatu zat. Difusi merupakan
perpindahan massa molekular secara acak yang disebabkan perbedaan konsentrasai
aliran molekul melelui suatu pembatas (Martin et al, 2008). Sementara disolusi
merupakan proses zat padat memasuki fasa pelarut melalui proses multistep yang
melibatkan berbagai reaksi heterogen antara fasa solut-solut dan fasa pelarut pada
antarmuka solut dan pelarut (Kurniawaan, 2013).

Namun dalam praktikum ini kelompok kami hanya akan melakukan uji difusi.
Proses difusi dapat diamati dengan perpindahan zat melalui membran polimer.
Suatu zat dapat menembus membran dengan penetrasi atau melalui gerakan
molekul. Selain disebabkan oleh perbedaan konsentrasi, perpindahan zat dapat
dipengaruhi beberapa fakator seperti bahan material diolesir dan permeabilitas
membran, ukuran molekul, kecepatan aliran, dan koefisien ultra filtrasi (Van Stone,
1983).

Difusi dapat dideskripsikan dalam Hukum Fick. Hukum Fick I menyatakan


sejumlah benda yang mengalir melalui suatu penampang melintang dari suatu
pembatas dalam satu satuan waktu dikenal sebagai aliran. Laju difusi dalam suatu
arah sebanding dengan gradien konsentrasi zat tersebut (Haryanto, 2008).
Sementara Hukum Fick II menyatakan perubahan konsentrasi terhadap waktu
dalam daerah tertentu adalah sebanding denagan perubahan dalam perbadaan
konsentrasi pada titik tersebut (Kuntari et al., 2019). Hukum Fick II digunakan
untuk menguji kecapatan perubahan konsentrasi difusan pada suatu titik dalam
suatu sistem (Martin et al., 2008).
Bahan yang akan diuji kecepatan difusinya adalah larutan Natrium Diklofenak.
Natrium diklofenak (C14H10Cl2NNaO2) merupakan garam natrium dari diklofenak,
turnan dari asam asetat benzen sebagai obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
dengan aktivitas analgestik, antipretik dan anti-inflamasi. Natrium diklofenak
termasuk dalam inhibitor non selektif reversibel dan inhibitor kompetitif
siklooksigenase (PubChem, 2021).

Natrium diklofenak memiliki indikasi sebagai terapi awal dan akut untuk
rematik yang disertai inflamasi dan degeneratif (artritis rematoid, ankylosing
spondylitis, osteoartritis dan spondilartritis), sindroma nyeri dan kolumna
vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout; dan nyeri pascabedah
(PIONAS, 2015).

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk melaukan uji difusi pada natrium
diklofenak adalah membuat larutan donor dan reseptor. Pertama-tama dibuat
larutan donor berupa larutan dapar fosfat dengan pH 7,0. Sebanyak 500 mL larutan
kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dicampurkan dengan 291 mL larutan NaOH 0,1 N.
Selanjutnya ditambahkan aquades bebas CO2 hingga didapatkan larutan tepat 1
liter. Larutan reseptor berupa larutan dapar fosfat dengan pH 7,4. Sebanyak 500 ml
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan 391 mL larutan NaOH 0,1 N.
selanjutnya ditambahkan aquades bebas CO2 hingga didapatkan larutan tepat 1 liter.
Digunakan aquades bebas CO2 karena CO2 dapat berekasi dengan NaOH sehingga
mengurangi keakuratan hasil pengujian.

Untuk mengetahui panjang gelombang maksimum larutan natrium diklofenak


dibuat larutan natrium diklofenak dengan konsentrasi 10 μg/mL di
dalam larutan dapar fosfat pH 7,4. Serapan diukur menggunakan panjang
gelombang 210—335 nm. Maka diperoleh panjang gelombang maksimurn 277 nm.

Lakukan pembuatan kurva kalibrasi. Larutan natrium diklofenak dengan


konsentrasi 50 μg/ml dibuat dalam larutan dapar fosfat dengan pH 7,4. Larutan
dipipet sebanyak 0,2; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ml kemudian dimasukkan ke
dalam labu takar 10 ml. Larutan dapar dengan pH 1,4 ditambahkan sampai tepat 10
ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 15; 20; 25 dan 30 μg/ml. Serapan
diukur pada panjang gelombang makslmum 277 nm.

Lakukan pembuatan larutan membran. Keftas Whatman No.1 direndam dengan


cairan Spangler yang dibuat dari campuran minyak kelapa 15%, asam oleat 15%,
vaselin putih l5%, kolesterol 5%, asam stearat 5%, skualen 5%, paraffin cair 10%,
asam palmiat 10%, dan minyak zaitun 20%. Seluruh bahan dileburkan diawali
dengan bahan beruuk lebur tertnggi. Kertas Whatman ditimbang, kemudian
direndam dalam cairan Sprangler selama 15 menit. Perendaman dalam cairan
Spangler bertujuan untuk melapisi kertas Whatman sehingga diperoleh membran
buatan yang menyerupai stratum korneum kulit manusia. Cairan Spangler banyak
mengandung lipid karena stratum korneum terdiri dari kurang lebih 40% protein
(pada umunya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak
dan kolesterol. Kertas diangkat dan diletakkan segera di antara dua kertas sarlng
agar cairan Sprangler terhlsap. Setelah membran buatan ditimbang untuk
mengetahui jumlah cairan yang diserap.

Lakukan pengujian kecepatan difusi larutan natrium diklofenak. Larutan lewat


jenuh dibuat dari natrium diklofenak dalam larutan dapar dengan pH 7,0. Larutan
dapar dengan pH 7,4 tanpa zat aktif disiapkan untuk digunakan sebagai larutan
reseptor. Luas permukaan difusi membran dicatat yaitu seluar 2,545 cm2. Membran
buatan diletakan di antara plastik dan karet penyangga kemudaian sambungan
dipasang antara kompartemen donor dan reseptor. Pegas yang dikaitkan pada
dinding kompartemen donor dan reseptor dipasang untuk menguatkan sambungan.
Vaselin dioleskan untuk mencegah kebocoran. Sebanyak 200 ml larutan natrium
diklofenak lewat jenuh dimasukkan ke dalam kompartemen donor dan larutan dapar
dengan pH 7,4 dimasukkan ke dalam kompartemen reseptor.

Kedua kompartemen ditututp dan diaduk dengan gerakan 140 rpm. Pengadukan
pada media reseptor sangat berperan untuk mencegah kejenuhan lapisan difusi yang
kontak dengan membran. Sel difusi dimasukkan ke dalam air 37oC karena suhu ini
menyerupai suhu normal manusia. Obat akan berdifusi dari kompartemen donor ke
dalam kompartemen reseptor.

Pengamatan dilakukan selama 2 jam. Sampel sebanyak 5 mldiambil dari


kompartemen donor pada waktu 5, 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Setiap
dilakukan pengambilan sampel, segera ganti dengan 5 ml larutan dapar pH 7,4
dengan suhu yang sama. Hal ini dlakukan bertujuan agar volume dalam
kompartemen donor tetap sama.

Serapan larutan natrium diklofenak diukur dengan menggunakan


spekrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 277 nm. Dengan
menggunakan blanko dilaukan koreksi dan dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi natrium diklofenak yang berdifusi terhadap waktu.

Setelah dilakukan pengamatan pada konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm
didapat absorbansi berturut turut sebesar 0,138 ; 0,431 ; 0,589 ; 0,798 ; 0,972 dan
1,285. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dan didapatkan persamaan kurva dengan
persamaan y = 0,0432x - 0,0545 dengan R² = 0.9899. Dari hasil dari pengujian
tersebut, dapat dibuktikan bahwa absorbansi dari suatu larutan sampel akan
semakin meningkat jika konsentrasi larutan sampel juga meningkat.

Apabila dihubungkan dengan Hukum Fick, kurva yang didapatkan sesuai


dengan pernyataan Hukum Fick II karena telah menghasilkan kurva yang beraturan
(linear) terhadap waktu.

IV. Simpulan
4.1. Dapat diterangkan pengertian difusi, yaitu proses perpindahannya molekul zat
dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
4.2. Telah diketahui bahwa konsentrasi suatu sampel mempengaruhi kecepatan
difusi, semakin kecil ukuran partikel, semakin luas permukaan, dan semakin
tipis suatu membran yang dilalui, maka akan semakin cepat partikel itu
bergerak sehingga kecepatan difusi akan semakin tinggi.
4.3. Telah diketahui prinsip kerja alat yang digunakan dalam menentukan
kecepatan difusi.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, B. 2008. Pengaruh Pemilihan Kondisi Batas, Langkah Ruang, Langkah Waktu dan
Koefisien Difusi pada Model Difusi. Jurnal APLIKA. Vol. 8.

Kuntari, Fransiska., Susatyo Pranoto, dan Adita Sutresno. 2019. Studi Proses Difusi melalui
Membran dengan Pendekatan Kompartemen. Jurnal Fisika dan Aplikasinya .Vol. 15
(2)

Kurniawan, Fajar. 2013. Manajemen Perawatan Industri : Teknik dan Aplikasi Implementasi
Total Productive Maintenance (TPM), Preventive Maintenance dan Reability Centered
Maintenance (RCM). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Martin, Alfred, James Swarbrick, dan Arthur Commarata. 2008. Farmasi Fisik Edisi 3.

National Center for Biotechnology Information. 2021. Diclofenac Sodium. Tersedia online
di: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Diclofenac-sodium [Diakses pada 23
April 2021].

PIONAS. 2015. Natrium Diklofenak. Tersedia online di:


http://pionas.pom.go.id/monografi/natrium-diklofenak [Diakses pada 23 April 2021]

Van Stone, J. 1983. Principles and Mechanics of Dialysis. London: Grune& Stralon lnc.

Anda mungkin juga menyukai