Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

PEMBERIAN OBAT SECARA INFUS


Tanggal Percobaan: Senin, 7 November 2022

Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas A2 (Senin 08.00 - 10.50)

Alifia Ayuningtyas 2006484873

Anggraeni Putri Sukma I. 2006483656

Angelique Valentia W. 2006523804

Michael Vin 2006528010

Siti Rahmadhani Puteri H. 2006524744

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2022
I. Judul Praktikum
Pemberian Obat Secara Infus

II. Tujuan Praktikum


Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan persamaan
farmakokinetik untuk pemberian infus secara IV.

III. Tinjauan Pustaka


Obat dapat diadministrasikan kepada pasien melalui berbagai rute
administrasi, salah satu diantaranya adalah secara parenteral melalui infus intravena.
Pada pemberian obat melalui infus intravena, obat akan langsung masuk ke dalam
sistemik dan memberikan efek terapi yang lebih cepat dibandingkan dengan
pemberian obat secara oral. Larutan obat intravena diberikan melalui infus pada vena
ke dalam plasma secara perlahan dengan kecepatan konstan.
Pemberian obat melalui rute ini memiliki keuntungan utama dalam hal
mengontrol konsentrasi obat plasma agar sesuai dengan kebutuhan individu pasien
sehingga cocok untuk obat dengan jendela terapi sempit. Hal tersebut disebabkan oleh
konsentrasi efektif obat dalam plasma yang dapat dipertahankan secara stabil
sehingga dapat mengurangi fluktuasi antara konsentrasi obat plasma minimum dan
maksimum. Kurva konsentrasi obat dalam plasma berbanding waktu dari obat yang
diberikan secara infus IV adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kurva konsentrasi obat terhadap waktu pada pemberian infus IV

Farmakokinetika obat yang diberikan secara infus intravena mengikuti


kinetika orde nol dan keluar dari tubuh mengikuti kinetika orde satu. Pada keadaan
tunak, laju obat yang meninggalkan tubuh sama dengan laju infus yang masuk ke
dalam tubuh sehingga tidak terdapat perubahan jumlah obat, sedangkan saat infus IV
dihentikan konsentrasi obat akan menurun. Dalam memperoleh keadaan tunak,
konsentrasi obat yang diperlukan untuk mencapai aktivitas terapeutik adalah 95% dan
dapat dicapai dalam waktu 4,32 kali waktu paruh obat.

Gambar 2. Waktu paruh untuk mencapai persentase Css


Hal yang menjadi tantangan dalam pemberian obat secara infus adalah
lambatnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan tunak sehingga
dibutuhkan loading dose atau dosis muatan (DL) untuk mempercepat tercapainya
konsentrasi yang diinginkan. Berikut adalah persamaan untuk menentukan dosis
muatan yang diperlukan.
𝑅
𝐷𝐿 = 𝑘
= 𝐶𝑠𝑠. 𝑉𝐷

Selain itu, konsentrasi keadaan tunak dapat diperoleh melalui persamaan berikut.
𝑅 𝑅
𝐶𝑠𝑠 = 𝑉𝐷.𝑘
= 𝐶𝑙

Css : Konsentrasi keadaan tunak (μg/ml)


DL : Dosis muatan (mg)
VD : Volume distribusi (L)
R : Laju infus (mg/jam)
k : Konstanta eliminasi (/jam)
Cl : Klirens total (L/jam)
t : Waktu (jam)
Gambar 3. Pengaruh penambahan dosis muatan terhadap waktu tercapainya Css

IV. Metode
A. Alat dan Bahan
a. Alat
Berikut merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini:

No Alat Gambar

1 Alat simulasi model


kompartemen

2 Magnetic stirrer (pengaduk


magnetik)
3 Buret 50 mL

4 Standard dan statif

5 Stopwatch

6 Pipet volume 5,0 mL


7 Labu takar

8 Beaker glass

9 Tabung reaksi dan rak

10 Buret 10 mL
11 Pipet tetes

12 Gelas ukur

13 Spektrofotometer UV Vis

14 Kuvet

15 Bola hisap / pipet filler


16 Botol semprot

Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Praktikum Pemberian Obat Secara Infus

b. Bahan
1. Aquades
2. KMnO4

B. Prosedur Pelaksanaan
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Larutan standar KMnO4 dibuat hingga konsentrasi 100 ppm
dari larutan induk KMnO4 dengan konsentrasi 5000 ppm.
2. Larutan KMnO4 dilakukan pengenceran hingga diperoleh
konsentrasi 8 konsentrasi yang berbeda, yaitu 5; 10; 20; 30; 40;
50; 60; dan 70 ppm.
3. Panjang gelombang yang ditentukan yaitu 526 nm
4. Serapan diukur segera pada panjang gelombang maksimum 526
nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan blanko
aquades.
5. Kurva kalibrasi dibuat menggunakan data serapan dan
konsentrasi.
b. Simulasi Model Pemberian Obat Secara Infus
1. Aquades sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam gelas piala
sebagai volume distribusi dan putar pengaduk magnetik
(magnetic stirrer) dalam plasma.
2. Kran buret dan kran gelas piala dibuka sehingga tercapai
kesetimbangan kecepatan aliran sebesar + 20 mL/menit.
3. KMnO4 sebanyak 200 mg ditimbang secara seksama dan
dilarutkan dalam aquades, lalu diencerkan sampai 100.0 mL
agar diperoleh konsentrasi 2000 ppm.
4. Larutan KMnO4 dimasukkan ke dalam buret yang berfungsi
sebagai reservoir larutan infus.
5. Kran buret larutan infus dibuka dan dijaga agar kecepatan
alirannya 10 tetes/menit, dan atur laju aliran buret yang
berfungsi sebagai reservoir berisi aquades. Jumlah cairan yang
masuk dari kedua buret diusahakan sama dengan jumlah cairan
yang keluar dari keran gelas piala.
6. Aliran larutan infus dari buret dihentikan pada menit ke-45
setelah pemberian infus.
7. Sebanyak 5.0 mL sampel plasma dipipet dari gelas piala pada
menit ke-5, 10, 15, t1/2, 20, 25, 30, 45, 50, dan 60 setelah
pemberian infus.
8. Kadar KMnO4 dari setiap sampel ditentukan dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
526 nm. Aquades digunakan sebagai blanko.
9. Kurva Cp vs t diplot pada kertas semilog.
10. Parameter farmakokinetika meliputi volume distribusi (Vd),
laju infus (R), konstanta eliminasi (k), klirens (Cl), waktu paruh
(t1/2), konsentrasi tunak (Css), dan Cp pada t1/2 dihitung.
11. Kadar C90 dihitung berdasarkan data dan dibandingkan dengan
hasil analisis sampel.

V. Hasil Pengamatan
A. Data Kurva Kalibrasi

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

5 0,030

10 0.074

20 0,282

30 0,352
40 0,456

50 0,570

60 0,724

70 0,781
Tabel 2. Data kurva kalibrasi larutan standar 𝐾𝑀𝑛𝑂4 yang diukur pada λ =

526 nm
B. Pemberian Larutan 𝐾𝑀𝑛𝑂4 secara Infus IV

Larutan induk sampel 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 2000 ppm = 2000 μg/mL

Laju infus 𝐾𝑀𝑛𝑂4 (R) = 10 tetes/menit.

1 mL = 20 tetes, maka 10 tetes/menit = 0,5 mL/menit.


Setelah 45 menit, pemberian infus dihentikan.

Laju infus (R) = 10 tetes/menit = 0,5 mL/menit


= 0,5 mL/menit x 2000 μg/mL
= 1000 μg/mL = 1 mg/menit
C. Sampel Plasma

Waktu (menit) Absorbansi (A)

5 0,156

10 0,315

15 0,421

t ½ (17,325) 0,469

20 0,473

25 0,591

30 0,722

45 0,778

50 0,717

60 0,551
Tabel 3. Data serapan sampel darah setelah waktu tertentu diukur pada λ =
526 nm
VI. Perhitungan
A. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

5 0,030

10 0.074

20 0,282

30 0,352

40 0,456

50 0,570

60 0,724

70 0,781
Tabel 4. Data kurva kalibrasi larutan standar 𝐾𝑀𝑛𝑂4 yang diukur pada λ =

526 nm

Gambar 4. Kurva kalibrasi larutan standar 𝐾𝑀𝑛𝑂4

Berdasarkan tabel di atas diperoleh:


a = -0,0099
b = 0,0117
r = 0,9938
y = 0,0117x - 0,0099
B. Simulasi Model Pemberian Infus Sampel Plasma

Waktu (menit) Absorbansi (A) Cp Analisis (μg/mL)

5 0,156 9,373

10 0,315 27,769

15 0,421 36,829

t ½ (17,325) 0,469 40,932

20 0,473 41,274

25 0,591 51,359

30 0,722 62,556

45 0,778 67,342

50 0,717 62,128

60 0,551 47,940

Tabel 5. Data harga konsentrasi plasma berdasarkan harga serapan sampel


plasma pada waktu tertentu dengan pengambilan 5,0 mL
Harga Cp (x) dengan satuan μg/mL diperoleh dengan substitusi harga
absorbansi A (y) ke persamaan regresi linear y = 0,0117x - 0,0099.
1. Cp pada Absorbansi = 0,156
y = 0,0117x - 0,0099
0,156 = 0,0117x - 0,0099
x = 9,373
2. Cp pada Absorbansi = 0,315
y = 0,0117x - 0,0099
0,315 = 0,0117x - 0,0099
x = 27,769
3. Cp pada Absorbansi = 0,421
y = 0,0117x - 0,0099
0,421 = 0,0117x - 0,0099
x = 36,829
4. Cp pada Absorbansi = 0,469
y = 0,0117x - 0,0099
0,469 = 0,0117x - 0,0099
x = 40,932
5. Cp pada Absorbansi = 0,473
y = 0,0117x - 0,0099
0,473 = 0,0117x - 0,0099
x = 41,274
6. Cp pada Absorbansi = 0,591
y = 0,0117x - 0,0099
0,591 = 0,0117x - 0,0099
x = 51,359
7. Cp pada Absorbansi = 0,722
y = 0,0117x - 0,0099
0,722 = 0,0117x - 0,0099
x = 62,556
8. Cp pada Absorbansi = 0,778
y = 0,0117x - 0,0099
0,778 = 0,0117x - 0,0099
x = 67,342
9. Cp pada Absorbansi = 0,717
y = 0,0117x - 0,0099
0,717 = 0,0117x - 0,0099
x = 62,128
10. Cp pada Absorbansi = 0,551
y = 0,0117x - 0,0099
0,551 = 0,0117x - 0,0099
x = 47,940
● Perhitungan Analisis Data Sampel Plasma
1. Volume Distribusi (Vd) = 500 mL
2. Laju Infus (R) = 10 tetes/menit = 0,5 mL/menit
= 0,5 mL/menit x 2000 μg/mL
= 1000 μg/mL = 1 mg/menit
𝑙𝑛 𝐶1 − 𝑙𝑛 𝐶2
3. K eliminasi (k) = 𝑡2−𝑡1

𝑙𝑛(67,342)−𝑙𝑛(47,940)
= 60 − 45

= 0,023/menit
4. Klirens (Cl) = Vd x k
= 500 mL x 0,023/menit
= 11,5 mL/menit
0,693
5. Waktu Paruh (t ½ ) = 𝑘

0,693
= 0,023/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 30,130 menit
𝑅
6. Konsentrasi Tunak (Css) = 𝑉𝑑 𝑥 𝑘

1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 500 𝑚𝐿 𝑥 0,023/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 0,087 mg/mL = 87 μg/mL


−𝑘𝑡
7. Cp pada t ½ = Css x (1 - 𝑒 )
−0,023 𝑥 30,130
= 0,087 mg/mL x (1 - 𝑒 )
= 0,043 mg/mL = 43 μg/mL
● Perhitungan Teoritis
1. Volume distribusi (Vd) = 500 mL
2. Kecepatan aliran infus = 10 tetes/menit
= 0.5 mL/menit
3. R = 1 mg/menit
4. Kliner total (Cl) = 20 mL/menit
𝐶𝑙
5. k eliminasi = 𝑉𝐷

20 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 500 𝑚𝐿
= 0,04/menit
0,693
6. Waktu paruh (t1/2) = 𝑘

0,693
= 0,04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 17,325 menit
𝑅
7. Css = 𝐶𝑙

1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 20 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,05 mg/mL = 50 μg/mL
𝑅
8. Loading dose (DL) = 𝑘
1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,04 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 25 mg

● Perhitungan Cp teoritis
Perhitungan Cp pada menit ke-5 hingga menit ke-45 menggunakan rumus:
𝑅 −𝑘𝑡
Cp = 𝑉𝑑 𝑥 𝑘
(1 − 𝑒 )

1. Cp pada menit ke-5


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×5
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 9,063 μg/mL

2. Cp pada menit ke-10


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×10
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 16,484 μg/mL

3. Cp pada menit ke-15


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×15
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 22,559 μg/mL

4. Cp pada menit ke-17,325


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×17,325
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 24,996 μg/mL

5. Cp pada menit ke-20


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×20
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 27,534 μg/mL

6. Cp pada menit ke-25


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×25
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 31,606 μg/mL
7. Cp pada menit ke-30
1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×30
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 34,940 μg/mL

8. Cp pada menit ke-45


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×45
Cp = 500 𝑚𝐿 𝑥 0.04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )

Cp = 41,735 μg/mL

Perhitungan Cp pada menit ke-50 hingga menit ke-60 menggunakan rumus:


𝑅 −𝑘𝑏 −𝑘(𝑡−𝑏)
Cp = 𝑉𝑑 𝑥 𝑘
(1 − 𝑒 )(𝑒 )

9. Cp pada menit ke-50


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×45 −0,04(50−45)
Cp = 500 𝑚𝐿 × 0,04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )(𝑒 )

Cp = 34,170 μg/mL

10. Cp pada menit ke-60


1 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −0,04×45 −0,04(60−45)
Cp = 500 𝑚𝐿 × 0,04/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(1 − 𝑒 )(𝑒 )

Cp = 22,905 μg/mL
Gambar 5. Kurva Konsentrasi Plasma Hasil Perhitungan Analisis dan Teoritis

C. Perbandingan Hasil Analisis dan Teoritis

Waktu (menit) Absorbansi (A) Cp Analisis Cp Teoritis


(μg/mL) (μg/mL)

Konsentrasi dalam Plasma Seiring Waktu Pemberian Infus

5 0,156 9,373 9,063

10 0,315 27,769 16,484

15 0,421 36,829 22,559


t ½ (17,325) 0,469 40,932 24,996

20 0,473 41,274 27,534

25 0,591 51,359 31.606

30 0,722 62,556 34.940

45 0,778 67,342 41,735

Konsentrasi dalam Plasma Setelah Infus Dihentikan

50 0,717 62,128 34,170

60 0,551 47,940 22,905

Tabel 6. Perbandingan konsentrasi plasma yang diperoleh secara analisis dan


teoritis

Parameter Analisis Teoritis

Vd (mL) 500 500

Css (μg/mL) 87 50

Cp pada t ½ 43 24,996

k (/menit) 0,023 0,04

Cl (mL/menit) 11,5 20

t ½ (menit) 30,130 17,325

Tabel 7. Perbandingan hasil perhitungan secara analisis dengan hasil teoritis


untuk sampel plasma

VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan simulasi pemberian obat secara infus intravena
(IV). Infus merupakan pemberian obat secara terus-menerus dan konstan dalam waktu
yang relatif lama dengan pemberian yang perlahan. Keuntungan utama pemberian
obat dengan infus IV adalah memungkinkan pengendalian yang tepat dari konsentrasi
obat dalam plasma yang cocok dengan kebutuhan pasien, dapat digunakan untuk obat
dengan indeks terapeutik yang sempit, dan infus intravena mempertahankan
konsentrasi obat efektif dalam plasma yang tetap dengan menghilangkan fluktuasi
yang lebar.
Pada praktikum simulasi obat secara infus ini menggunakan alat yang mirip
dengan alat model simulasi satu kompartemen dengan penambahan buret sebagai
reservoir larutan infus. Pada percobaan ini, digunakan KMnO4 sebagai obat yang
diberikan. Pemberian obat dilakukan dengan meneteskan 2000 ppm KMnO4 melalui
buret reservoir larutan infus dengan kecepatan aliran 10 tetes/menit. Sama seperti
praktikum-praktikum sebelumnya, dilakukan pengaturan pada keran klirens dan buret
reservoir air dibuat agar konstan setiap waktu. Pemberian infus dilakukan selama 45
menit dan diberhentikan pada menit ke-45. Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15,
t1/2, 20, 25, 30, 45, 50, dan 60.
Sebelum dilakukan pengambilan dan pengukuran sampel, terlebih dahulu
dilakukan pembuatan kurva kalibrasi larutan KMnO4. Prosedur ini penting untuk
menentukan kadar KMnO4 dari sampel dengan cara memasukkan data serapan
sampel yang diperoleh ke persamaan kurva kalibrasi. Dilakukan pengukuran
absorbansi larutan standar KMnO4 pada berbagai konsentrasi menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm. Hasil absorbansi yang didapat di
plot sehingga didapatkan kurva kalibrasi dan persamaan regresi linear, yaitu y =
0,0117 x - 0,0099.
Setelah pembuatan kurva kalibrasi, dilakukan pengukuran absorbansi sampel
pada menit ke 5, 10, 15, t1/2, 20, 25, 30, 45, 50, dan 60. Selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan-perhitungan parameter farmakokinetika yang dapat dihitung secara
analisis dari data hasil percobaan dan perhitungan teoritis. Parameter farmakokinetika
yang dapat dihitung secara analisis adalah konsentrasi plasma (Cp), konstanta
eliminasi (k), waktu paruh (𝑡1/2), klirens (Cl), konsentrasi pada waktu paruh (C pada

𝑡1/2), dan konsentrasi tunak atau steady state (Css). Berdasarkan perhitungan analisis

didapatkan nilai k sebesar 0,023/menit, waktu paruh 30,130 menit, klirens 11,5
mL/menit, dan konsentrasi pada keadaan tunak (Css) sebesar 87 μg/mL.
Pada perhitungan teoritis, parameter farmakokinetika yang dapat dihitung
berdasarkan data volume distribusi, klirens total, dan kecepatan aliran infus antara
lain konsentrasi plasma (Cp), konstanta eliminasi (k), waktu paruh (𝑡1/2), konsentrasi
pada waktu paruh (C pada 𝑡1/2), dan konsentrasi tunak atau steady state (Css).

Berdasarkan perhitungan didapatkan k sebesar 0,04/menit, waktu paruh 17,325 menit,


dan konsentrasi pada keadaan tunak (Css) sebesar 50 μg/mL. Konsentrasi plasma
pada saat infus masih diberikan dan setelah infus dihentikan dihitung menggunakan
rumus yang berbeda. Pada menit ke-5 hingga ke-45, konsentrasi plasma dihitung
𝑅 −𝑘𝑡
dengan menggunakan rumus Cp = 𝑉𝑑 𝑥 𝑘
(1 − 𝑒 ), sedangkan setelah infus

dihentikan, yaitu pada menit ke-50 dan 60, menggunakan rumus Cp =


𝑅 −𝑘𝑏 −𝑘(𝑡−𝑏)
𝑉𝑑 𝑥 𝑘
(1 − 𝑒 )(𝑒 ).

Setelah didapatkan konsentrasi plasma dari perhitungan analisis dan teoritis,


dilakukan plotting kurva Cp vs t. Dari hasil plot, dapat diamati bahwa konsentrasi
obat puncak terjadi pada menit ke-45, yaitu tepat saat infus dihentikan. Selanjutnya,
konsentrasi obat akan mengalami penurunan setelah menit ke-45. Hal ini sesuai
karena pada menit-menit tersebut infus sudah tidak lagi diberikan yang akan
menyebabkan penurunan konsentrasi plasma. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada
percobaan ini kadar tunak belum tercapai karena infus dihentikan pada menit ke-45.
Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi obat dalam darah pada menit tersebut adalah
67,342 μg/mL secara perhitungan analisis dan 41,735 μg/mL secara perhitungan
teoritis. Sedangkan hasil perhitungan konsentrasi tunak yang sebenarnya didapatkan
87 μg/mL secara analisis dan 50 μg/mL secara teoritis. Selain itu, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai 95% Css dapat dihitung dengan 4,322 kali t1/2, yaitu
sekitar 75 menit secara teoritis dan 130 menit secara analisis. Adanya penambahan
waktu mungkin akan meningkatkan kadar hingga mencapai kadar tunak atau steady
state. Salah satu cara untuk mempercepat pencapaian kadar steady state adalah
dengan pemberian dosis muatan (𝐷𝐿). Secara teoritis, jumlah dosis muatan yang dapat

diberikan untuk mempercepat kadar steady state adalah 25 mg.


Dari hasil perhitungan konsentrasi obat dalam plasma secara teoritis dan
analisis terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Bukti diperkuat dengan
pengamatan terhadap hasil plotting Cp berdasarkan perhitungan analisis dan teoritis
dimana terdapat jarak cukup jauh di antara dua kurva. Perbedaan perhitungan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti laju alir yang keluar dan masuk ke dalam
ke gelas piala tidak konstan; KMnO4 adalah senyawa yang mudah teroksidasi di
udara sehingga dapat mengurangi kadar KMnO4 dalam larutan; ketidaktelitian
praktikan dalam mengatur penetesan KMnO4 karena kelompok kami tidak
menggunakan buret melainkan menggunakan penetesan manual; dan pengaturan laju
aliran klirens serta laju alir pada buret reservoir air.

VIII. Kesimpulan
a. Persamaan Kurva Kalibrasi
● y = 0,0117x - 0,0099
● r = 0,9938
Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
analisis dan teoritis sebagai berikut.
b. Perbandingan Perhitungan Konsentrasi Obat di dalam Plasma (Cp)
Secara Analisis dan Teoritis

Waktu (menit) Absorbansi (A) Cp Analisis Cp Teoritis


(μg/mL) (μg/mL)

Konsentrasi dalam Plasma Seiring Waktu Pemberian Infus

5 0,156 9,373 9,063

10 0,315 27,769 16,484

15 0,421 36,829 22,559

t ½ (17,325) 0,469 40,932 24,996

20 0,473 41,274 27,534

25 0,591 51,359 31.606

30 0,722 62,556 34.940

45 0,778 67,342 41,735

Konsentrasi dalam Plasma Setelah Infus Dihentikan

50 0,717 62,128 34,170

60 0,551 47,940 22,905


Tabel 8. Perbandingan konsentrasi plasma yang diperoleh secara analisis dan
teoritis

c. Perbandingan Perhitungan Parameter Farmakokinetika Secara Analisis


dan Teoritis

Parameter Analisis Teoritis

Vd (mL) 500 500

Css (μg/mL) 87 50

Cp pada t ½ 43 24,996

k (/menit) 0,023 0,04

Cl (mL/menit) 11,5 20

t ½ (menit) 30,130 17,325

Tabel 9. Perbandingan hasil perhitungan secara analisis dengan hasil teoritis


untuk sampel plasma
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Santi, Atika W. Puspitasari, Larasati A.K. (2022). Penuntun Praktikum
Farmakokinetika. Depok: Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.

Shargel, Leon; Yu, A. B. C. (2016). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics (7th


ed.). New York: McGraw Hill Education.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai