Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

MODEL IN VITRO FARMAKOKINETIK OBAT


SETELAH PEMBERIAN SECARA BOLUS INTRAVENA

Disusun Oleh:

PERMATASARI 191FF04053
KELAS FA2 MATRIKULASI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
PRAKTIKUM XII
MODEL IN VITRO FARMAKOKINETIK OBAT
SETELAH PEMBERIAN SECARA BOLUS INTRAVENA

I. TUJUAN
1. Memahami proses in vivo dan perkembangan kadar obat dalam darah setelah
pemberian obat secara bolus intravena.
2. Mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala semilogaritmik.
3. Mampu menentukan berbagai parameter farmakokinetik obat yang berkaitan dengan
pemberian obat secara bolus intravena.
II. PRINSIP

Berdasarkan persamaan regresi linier untuk menentukan nilai simpangan baku,


batas deteksi dan batas kuantitasi. Mengembangakan metode analisis obat dalam
sampel biologis.
III. DASAR TEORI
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan
hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari
model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan
observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari
beberapa parameter antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi
(Vd); klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari
kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh (T ½ ), serta parameter-parameter turunan.
Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat
berkenaan dengan menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Persamaan kinetika obat dalam darah pada pemberian bolus intravena dengan
satu dosis D yang mengikuti model satu kompartemen diberikan dengan persamaan:
C1 = C0 e-k.t. Dimana C1 adalah kadar obat dalam waktu t, C 0 adalah kadar obat pada
waktu 0,k atau ke adalah konstanta kecepatan eliminasi obat. Dengan menggunakan
kadar obat pada berbagai waktu, harga C0 dan k dapat dihitung dengan cara regresi
linier setelah persamaan ditransformasikan ke dalam nilai logaritmik : InC1 = InC0 –
k.t. Parameter farmakokinetik dibagi menjadi:
1) Parameter primer
Merupakan parameter yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh variabel
fisiologis, yaitu:
a. Clearance (Cl) menunjukkan berapa banyak urin yang dikeluarkan per waktu /
kemampuan mengeliminasi (satuannya: volume/waktu). Parameter ini
dipengaruhi oleh ginjal.
Rumus : Cl = Konstanta eliminasi (Ke) x Vd (Volume distribusi)
b. Volume distribusi (Vd) menggambarkan volume teoritis dimana obat
terdistribusi pada plasma darah.
Rumus: Vd = Dosis (Do) dibagi Cpo (kadar) <- hanya untuk 1 kompartemen
terbuka.
c. Tetapan Kecepatan absorbsi (Ka) dipengaruhi oleh enzim, luas permukaan, fili
dan fisiologi usus
2) Parameter sekunder, dipengaruhi oleh parameter primer
a. waktu paruh (t1/2) Jika terjadi gangguan pada ginjal yang menyebabkan
clearance terganggu maka waktu paruh juga terpengaruh
Jika Clearance naik maka t1/2 turun -> karena obat cepet dieksresi
Jika Clearance turun maka t1/2 naik -> karena obat lama dieksresi
3) Parameter turunan, parameter ini dipengaruhi oleh parameter primer, sekuinder
maupun besaran lain misalnya Area Under Curve (AUC) yang dipengaruhi
oleh Clearance. Jika fungsi eliminasi turun maka AUC akan naik dan sebaliknya.
Klirens dan Volume distribusi merupakan parameter farmakokinetika primer yang
nilainya di pengaruhi langsung oleh variabel biologis (Shargel, 2005).
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresi termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh
melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan
pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan
atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Konstanta kecepatan eliminasi merupakan salah satu parameter metabolism dan
eliminasi obat. Konstanta kecepatan eliminasi ditentukan dengan mengaplikasikan
konsep persamaan order reaksi. Dalam hal ini tubuh dianggap mengikuti model satu
kompartemen terbuka dengan asumsi bahwa:
1. Tubuh merupakan suatu system yang homogen
2. Obat masuk ke dalam sirkulasi darah, tanpa proses absorpsi
3. Distribusi obat berlangsung dengan cepat dan homogen
4. Eliminasi obat merupakan proses reaksi order pertama
Waktu paruh merupakan ukuran bagaimana obat dieliminasi dari dalam tubuh,
tidak tergantung kepada dosis, tidak tergantung kepada cara pemberian obat, spesifik
untuk setiap obat dan merupakan faktor penentuan dalam perhitungan dosis obat.
Clearance total merupakan volume obat per satuan waktu (misalnya ml/menit) yang
dikeluarkan oleh tubuh. Salah satu cara pemberian ekstravaskular yang paling sering
dilakukan untuk menghasilkan efek sistemik adalah per oral karena dapat dilakukan
oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat ataupun dokter. Berikut ini akan dibahas
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan besarnya absorpsi yang meliputi
kinetika absorpsi, ketersediaan hayati (F), hubungan antara waktu dengan konsentrasi,
analisis parameter- parameter farmakokinetika (konstanta kecepatan absorpsi, konstanta
kecepatan eliminasi, konsentrasi maksimum dan waktu yang diperlukan agar dicapai
konsentrasi maksimum) setelah obat diberikan per oral (Nasution, 2015).
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Beaker glass
2. Pipet volume
3. Pipet tetes
4. Batang pengaduk
5. Labu ukur
6. Timbangan analitik
7. Spatula
8. Yabung reaksi
9. Vortex
10. Spektrofotometri UV-Vis
b. Bahan
1. Larutan Paracetamol
2. Larutan dapar phosfat pH 7,4
3. Aquadest
V. PROSEDUR
Isi kompartemen dengan 250 mL larutan dapar phosfat pH 7,4

Buat larutan parasetamol 2500 bpj sebanyak 10 mL (pakai 1 mL sebagai obat)

Jalankan pompa peristaltik, untuk menjaga suhu kompartemen 37oC

Ambil cuplikan sebanyak 5 ml pada waktu 5, 15, 30 dan 45 menit setelah rangkaian
alat dijalankan.

Setiap kali pengambilan cuplikan tambah sejumlah dapar dengan volume yang sama
dengan volume yang diambil pada setiap cuplikan.

Tentukan kadar obat dalam cuplikan (secara spektrofotometri)

Plot data kadar obat terhadap waktu pada kertas semilogaritmik

Hitung harga Co, K, Vd, Cl dan T ½

VI. HASIL PENGAMATAN

Waktu (menit) Absorban Konsentrasi (C) ppm


5 0,6483 10,9420
15 0,5288 8,9602
30 0,3890 6,6418
45 0,3857 6,5871
Diketahui:
Dosis 2500 bpj
Persamaan regresi linier:
y = bx + a
y = 0,0603x – 0,0115
r2 = 0,88
VIII. PERHITUNGAN
1. Nilai Konsentrasi (C/x) C = y –a/ b
y = 0,0603x – 0,0115
a). Waktu 5 (abs 0,6483) c). Waktu 30 (abs 0,3890)
c = y-a /b c = y-a /b
c = 0,6483 - (-0,0115) / 0,0603 c = 0,3890 - (-0,0115) / 0,0603
c = 10,9420 ppm c = 6,6418 ppm

b). Waktu 15 (abs 0,5288) d). Waktu 45 (abs 0,3857)


c = y-a /b c = y-a /b
c = 0,5288 - (-0,0115) / 0,0603 c = 0,3857 - (-0,0115) / 0,0603
c = 8,9602 ppm c = 6,5871 ppm

2. Mencari K dan C0, dengan regresi exponensial semua titik antara waktu (t) dan
konsentrasi (C). Nilai slope/b adalah K, sedangkan nilai intermediet/A adalah
nilai C0
Regresi Exponensial
y = 11,081e-0,013x
K = 0,013/ menit
C0 = 11.081 µg/ml

3. Nilai K dan C0 dimasukkan dalam persamaan farmakokinetik

Waktu Konsentrasi (C) ppm


5 10,9420
15 8,9602
30 6,6418
45 6,5871
Persamaan Farmakokinetik
Ct = C0 . e-k.t
Ct = 11,081e-0,013t
C0 = 11.081 µg/ml
K = 0,013/ menit
Regresi exponensial antara waktu dan konsentrasi
12.0000

10.0000 f(x) = 11.08 exp( − 0.01 x )


R² = 0.88
8.0000

6.0000

4.0000

2.0000

0.0000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

4. Parameter Farmakokinetik
a) Nilai Vd (Volume Distribusi)
Dosis Obat
Vd =
C0
2500 ppm x 1mL
=
11,081
= 225,611 mL

b) Nilai Cl (Clearance)
Cl = Vd x K
Cl = 225,611 x 0,013
Cl = 2,9329483 mL/ menit

c) Nilai T ½ (Waktu Paruh)


0,693
T½=
K
0,693
=
0,013
= 53,307692 menit
5. Grafik di semilog antara waktu (t) terhadap konsentrasi (c)

Konsentrasi (c)

Waktu (t)
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami proses in vivo dan
perkembangan kadar obat dalam darah setelah pemberian obat secara bolus intravena,
memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala semilogaritmik dan
menentukan berbagai parameter farmakokinetik obat yang berkaitan dengan
pemberian obat secara bolus intravena. Farmakokinetika obat merupakan proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi,metabolism, dan ekskresi.
Farmakokinetika mempelajari perubahan konsentrasi obat perwaktu. Pada pemberian
obat secara intravena, di dalam tubuh obat tidak akan melalui proses absorpsi
melainkan langsung terdistribusi ke jaringan dan termetabolisme kemudian
diekskresikan. Injeksi intravena tidak melewati proses absorpsi karena obat langsung
masuk ke pembuluh darah dan akan langsung didistribusi ke jaringan-jaringan.

Parameter farmakokinetik yang diukur yaitu diantaranya waktu paruh (T ½),


konsentrasi obat dalam darah pada waktu tertentu (Ct) dan klirens (Cl), dan Volume
distribusi(Vd). Waktu paruh dalam plasma adalah waktu dimana konsentrasi obat
dalam plasma menurun separuhnya dari nilai seharusnya. Klirens suatu obat adalah
factor yang memprediksi laju eliminasi yang berhubungan dengan konsentrasi suatu
obat tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Volume distribusi adalah
volume yang didapatkan pada saat obat didistribusikan.

Tahap pengujian pada percobaan kali ini diawali dengan mengisi instrumen
dengan dapat larutan fosfat pH 7,4 dan sampel pada interval waktu 5, 15, 30 dan 45
menit kemudian dilakukan pengujianuji menggunakan instrument spektrofotometri UV-
Vis dan menghitung parameter-parameter farmakokinetiknya. Volume distribusi (Vd)
menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum.

Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu keseimbangan antara


ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan membuat nilai distribusi
lebih besar, atau ikatan pada protein plasma yang meningkatkan konsentrasi plasma
dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil. Perubahan-perubahan dalam ikatan
dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat mengubah volume distribusi yang
ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi plasma. Klirens suatu obat adalah
suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme
prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai suatu kompartemen
cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat terlarut didalamnya
(Shargel, 2005).
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh persamaan farmakokinetik adalah Ct =
11,081e-0,013t , nilai volume distribusi (Vd) yaitu sebesar 225,611 mL, volume distribusi
obat dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh tidak terlalu besar karena semakin
besar volume distribusi maka semakin besar konsentrasi obat di jaringan
ekstravasikular sehingga mungkin dapat terjadinya penimbunan obat. Nilai clearance
(Cl) yaitu sebesar 2,9329483 mL/menit, nilai yang diperoleh dikatakan cukup baik,
karena rentang nilai yang didapatkan tidak terlalu jauh dengan nilai Vd sehingga obat
sejauh ini dikatakan masih memenuhi syarat. Nilai waktu paruh (T ½) yang diperoleh
yaitu sebesar 53,307692 menit, nilai yang diperoleh dalam hal ini dikatakan sangat
baik, karena berdasarkan literatur waktu paruh dari parasetamol adalah berkisar 4-6
jam.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian parameter farmakokinetik dari sampel Paracetamol
pada pemberian secara bolus secara in vitro dengan Persamaan farmakokinetik Ct =
11,081e-0,013t, dan nilai yang diperoleh sebagai berikut: C0 = 11,081 µg/mL, K =
0,013/menit, Vd = 225,611 mL, Cl = 2,933 mL/menit dan T ½ = 53,308 menit.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J. M., & Devissaguet, J. Ph. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi kedua.
Airlangga University Press. Surabaya.
Gunawan, G.S. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Nasution, A. 2015. Farmakokinetika Klinis. USU Press. Medan.
Shargel, Leon., Yu, Andrew B. C., 2005. Applie Biopharmaceutical and
Pharmacokinetics fifth edition. The McGraw-Hill companies. New York.

Anda mungkin juga menyukai