Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRATIKUM

FARMASI FISIKA

SISTEM DISPERSI DAN VISKOSITAS

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Ni Kadek Devi Puspita Sari (D1A200009)


Gita Dwi Wahyuni (D1A200011)
Restu Pratiwi (D1A200015)
Ririn Dharma Gayatri (D1A200033)
Sonia Karunia Ningrum (D1A200149)
Nadiyah Napa Lingga (D1A200187)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan krhadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat
dan rahmatNyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap praktikum
Farmasi Fisika sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tujuan dari penyusunan laporan
lengkap praktikum Farmasi Fisika ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
praktikum Farmasi Fisika.

Pada kesempatan ini, penyususn mengukapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Tidak lupa juga penyusun mengukapkan terima
kasih kepada para asisten dan teman-teman yang telah banyak membantu penyusunan selama
praktikum sampai penyusunan laporan ini selesai.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap ini masih jauh dari sempurna.
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun laporan ini. Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan laporan lengkap ini. Akan tetapi, penyusun berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penyusun.

Bali, 26 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I. Tujuan Percobaan 4
II. Prinsip Percobaan 4
III. Teori Dasar 4
IV. Alat dan Bahan 7
A. Alat 7
B. Bahan 7
V. Prosedur Kerja 7
A. Pembuatan Suspensi 6
B. Pengamatan Sidementasi 6
VI. HASIL PENGAMATAN 8

A. Sistem Dispersi 8
B. Viskosiitas10
VI. PEMBAHASAN 11
VIII. Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14

3
I. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini :
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan suspensi dan emulsi baik dan dapat
menetapkan parameter evaluasi
2. Mahasiswa mampu mempelajari cara penentuan viskositas larutan newton
dengan viskositas eter ostwaid
3. Mahasiswa mampu mempelajari cara penentuan viskositas larutan non newton
dengan viskositas stromer
4. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh keadaan larutan terhadap viskositas
larutan
II. PRINSIP PERCOBAAN
Adapun prinsip dari percobaan ini :
1. Berdasarkan hukum stokes bahwa sedimentasi berkaitan dengan hukum
partikel dari zat terdispersi dan bergantung pada viskositas fase pendispersi
2. Berdasarkan prinsip sifat newton dan non newton.
III. TEORI DASAR
Sistem dispersi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang salah satu zatnya
( Fase terdispersi, fase dalam ) tersebar ( Terdispersi ) dalam zat ( Fase ) lainnya
( Medium dispersi, fase kontinu, fase luar ). Suspensi dan emulsi merupakan salah
satu contohnya sistem dispersi yang sering dibuat sebagai alternatif sediaan farmasi
yang banyak manfaatnya baik dari segi kestabilan fisik maupun dari segi
akseptabilitas pasien terhadap obat.
Salah satu faktor penting dalam mengendalikan produk suspensi adalah
ukuran partikel zat akfit. Berdasarkan perumusan hukum stokes, bahwa sedimentasi
yang terjadi berkaitan erat dengan ukuran partikel (diameter, d) dari zat yang
terdispersi dan tergantung pada viskositas medium. Oleh karena itu, faktor-faktor
tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suspensi yang baik
setidaknya sediaan tersebut mudah mengalir dari kemasannya (botol) dan memiliki
ukuran partikel yang seragam. Jadi faktor yang cukup penting dalam membuat
sediaan suspensi yang baik adalah jenis dan jumlah zat pensuspensi (suspending
agent).
Persyaratan zat pensuspensi antara lain :
1. Pada konsentrasi yang digunakan tidak memberikan efek terapi
2. Secara kimia relatif inert pada jarak pH yang luas

4
3. Memberikan dispersi yang kental pada konsentrasi rendah
4. Viskositas tidak berubah selama waktu penyimpanan
5. Harus mempunyai afimitas terhadap medium dispersi.

Parameter untuk mengevaluasi sediaan suspensi secara fisik adalah volume


sedimentasi, F, dan derajat flokulasi (β).

Volume sedimentasi (F) adalah rasio volume akhir sedimen, VU, dengan
volume awal suspensi, VO, sebelum terjadi pengendapan.

F = Vu ⁄ Vo

Derajat flokulasi (β) adalah rasio volume akhir sediaan suspensi flokulasi
dengan volume akhir sediaan suspensi deflokulasi, dan dapat dirumuskan dengan
persamaan :

volume akhir suspensi flokulasi Vu


B=
volume akhir suspensi deflokulasi
== Vo

Redispersibilitas adalah kemampuan suatu sediaan yang sudah mengendap


untuk terdispersi kembali menjadi sediaan yang homogen.

Viskositas merupakan derajat kekentalan sebuah fluida. Viskositas juga dapat


dikatakan sebagai gesekan internal yang terjadi pada fluida. Viskositas memberikan
gaya perlawanan terhadap sebuah objek yang berada didalam fluida sehingga
mengakibatkan interaksi antara objek dan fluida berupa gesekan. Satuan dari
viskositas sebuah cairan dinyatakan dalam Poise.

Dampak dari viskositas memiliki peran penting untuk perilaku fluida dalam
sebuah ruang. Dampak viskositas berpengaruh dalam aliran darah didalam tubuh,
pelumas dari bagian-bagian mesin, aliran fluida dalam pipa berongga dan lain-lain.
Minyak pelumas mesin harus mengalir secara merata dalam kondisi mesin yang
dingin maupun panas, karena itu pelumas dirancang memiliki variasi perubahan
temperatur sekecil mungkin terhadap perubahan viskositas. Viskositas darah didalam
tubuh akan mempengaruhi distribusi sari-sari makanan yang keseluruh tubuh (Young,
2002).

5
Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuan viskositas sebuah cairan.
Metode yang paling umum digunakan dalam laboraturium adalah penentuan
viskositas dengan metode bola jatuh. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan
kedalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan dalam kolam renang yang airnya
cukup dalam, nampak pada awalnya kelereng bergerak dipercepat. Namun, setelah
beberapa saat setelah menempuh jarak tertentu kelereng bergerak dengan kecepatan
konstan (bergerak lurus beraturan). Kedaan ini disebabkan karena adanya gaya
gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida (Anwar, 2008).
Untuk benda berbentuk bola jatuh didalam cairan yang memiliki jari-jari R,
bergerak dengan kecepatan konstan v relatif terhadap cairan dan 𝜂 menyatakan
koefisien kekentalan cairan maka gaya gesekan fluida Fs secara empiris dirumuskan
persamaan sebagai :
𝐹𝑠 = 6𝜋𝜂𝑅𝑣 …………(1)
dan persamaan (1) disebut sebagai Hukum Stokes. Dengan memilih sumbu
vertikal keatas sebagai sumbu positif, maka pada saat kecepatan terminal berlaku :
∑ 𝐹𝑦 = 0 ……..(2)

Jumlah gaya yang meliputi sumbu vertikal keatas tersebut adalah gaya keatas
𝐹𝑎, gaya gesekan fluida 𝐹𝑠 dan gaya berat 𝑊, sehingga persamaan (2) menjadi :
𝐹𝑎 + 𝐹𝑠 = 𝑊
𝜌𝑓𝑉𝑔 + 6𝜋𝜂𝑅𝑣 = 𝑚𝑏𝑔
4 4
𝜌𝑓 ( 𝜋𝑅3) 𝑔 + 6𝜋𝜂𝑅𝑣 = 𝜌𝑏 ( 𝜋𝑅3) 𝑔
3 3
6𝜂𝑣 = 4 3 𝑅2𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
2 g R 2(ρb−ρb)
𝜂= ……(3)
9 v

dengan :
𝜂 = koefisien kekentalan fluida (Pa s)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2 )
𝑅 = jari-jari bola (m) 𝜌𝑏 = massa jenis bola (kg/m3 )
𝜌𝑓 = massa jenis fluida (kg/m3 )
𝑣 = kecepatan terminal (m/s)

6
Ada beberapa hal yang harus diperhitungkan pemakaian Hukum Stokes dalam
eksperimen, yaitu ruang tempat fluida harus jauh lebih luas daripada ukuran bola,
tidak terjadi aliran turbulen didalam cairan dan kecepatan v tidak terlalu besar
sehingga aliran fluida masih bersifat laminer.
IV. ALAT DAN BAHAN
 Alat :
1. Mortir dan stamfer
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur 100 ml
4. Magnetic stirer
5. Corong gelas
6. Pemanas
7. Sudip
 Bahan :
1. CMC
2. PGA
3. TRAGAKAN
4. Paracetamol
5. Sirup simplex
6. Aquadest
V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan suspensi
- Siapkan alat dan bahan
a. Timbang semua bahan sesuai perhitungan (paracetamol = 5 gram), (CMC,
TRAGAKAN, PGA =1 gram, 1,5 gram,2 gram) dan (sirup simlpex10
gram)
b. Lalu panaskan aquadest
c. Masukan 50 ml aquadest ke dalam mortar dan dimasukkan CMC,
TGA,dan PGA masing-masing sesuai konsentrasinya digerus hingga
homogen
d. Dimasukkan paracetamol ke dalam mortal sambil diaduk hingga homogen
e. Masukan sirup simplex ke dalam mortal
f. Setelah homogen dimasukan kedalam botol yang telah diberi tanda batas
dan dicukupkan volumenya menggunakan aquadest
g. Dilakukan sebanyak 10 kali (1 sediaan blanko, 3 sediaan CMC, 3 sediaan
PGA, dan 3 sediaan TGA)

2. Pengamatan sedimentasi.
a) Amati dan catat volume sedimentasi yang terjadi pada sediaan dengan
interval waktu 0 menit,15 menit, 30 menit, 60 menit dan 24 jam.
b) Prosedur pengukuran viskositas menggunakan viskometer broxfil

7
c) Dipasang spindel pada gantungan spindelDiturunkan spindel sedmikian
rupa sehingga batas tercelup kedalam cairan sample yang akan dilukur
viskositasnya
d) Dipasang stop kontak
e) Dinyalakan rotor sambil menekan tombol
f) Dibiarkan spindel berputar dan melihat jarum merah pada skala
g) Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut untuk mengukur
viskositasnya.

VI. HASIL DAN PENGAMATAN


a. Sistem Dispersi
1. Tabel sedimentasi pada pengamatan

Waktu CMC PGA TGA Blan Zat


(Menit) gko aktif
1% 1,5 2% 1% 1,5 2% 1% 1,5 2
% % % %
0 - - - - - - - - - - Para
15 - - - 7 8 10 - - - 6 ceta
mm mol
30 - - - 9 8 7 - - - 7
mm
60 - - - 8 8 8 - - - 8
mm
24 Jam 25 - - 10 8 8 - - - 9
mm
Redisperbilitas 0,2 0 0 0,34 0,24 0,33 0 0 0 0,3
5

2. Perhitungan redisperbilitas (Vo ⁄ Vd)


0
a. CMC 1% = =0
100

25
b. CMC 1% = 100 = 0,25

7
c. PGA 1% = = 0,07
100

9
= = 0,0
100

8
= = 0,08
100

8
10
= = 0,1
100

8
d. PGA 1,5% = = 0,08
100

8
= = 0,08
100

8
= = 0,08
100

8
= = 0,08
100

10
e. e. PGA 2% = = 0,1
100

7
= = 0,07
100

8
= = 0,08
100

8
= = 0,08
100

0
f. f. TGA 1% = 100 = 0

6
g. g. Blanko = 100 = 0,06

7
= = 0,07
100

8
= = 0,08
100

9
= = 0,09
100

3. Viskositas
1. Tabel penentuan viskositas suspensi viskometer osward

9
No Nama Zat Waktu ( Detik ) Viskositas
1 Paracetamol CMC 1% 50,61 100
2 Paracetamol CMC 1,5% 59,03 1.220
3 Paracetamol CMC 2% 50,87 1.320
4 Paracetamol PGA 1% 51,39 20
5 Paracetamol PGA 1,5% 51,82 20
6 Paracetamol PGA 2% 51,50 20
7 Paracetamol TGA 1% 54,58 21
8 Paracetamol TGA 1,5% 51,98 58
9 Paracetamol TGA 2% 53,07 58
10 Blanko 58,24 2

Ket : No 1-3 : spindel ukuran 63


4-6 : spindel ukuran 62
7-9 : spindel ukuran 61
10 : spindel ukuran 61
2. Perhitungan viskositas (N = a x s )

 1. Pct CMC 1% = 2,5 x 40 = 100


2. Pct CMC 1,5 % = 30,5 x 40 = 1.220
3. Pct CMC 2% = 33 x 40 = 1.320

 1. Pct PGA 1% = 2 x 10 = 20
2. Pct PGA 1,5 % = 2 x 10 = 20
3. Pct PGA 2 % = 2 x 10 = 20

 1. Pct TGA 1% = 10,5 x 2 = 21


2. Pct TGA 1,5 % = 29 x 2 = 58
3. Pct TGA 2 % = 14 x 2 = 28

 Blanko 0,2 x 10 = 2
VII. PEMBAHASAN

Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah salah suatu dispersi kasar
dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair.
Suspensi dalam bidang farmasi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
campuran yang diberikan per oral, cairan ( lation ) yang digunakan untuk obat luar,
dan sediaan yang dapat disuntikkan ( Martin, 2008 ).

Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan


sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di
seluruh sistem dispersi. Karena kedaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka
perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut mengendap,
maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah terdispersi kembali dengan
sedikit pengocokan saja.

10
Pada praktikum ini, sediaan suspensi dibuat dengan bahan aktif paracetamol.
Paracetamol adalah paraminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah
digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Pemerian paracetamol yaitu serbuk
hablur, putih, tidak berbau serta rasa sedikit pahit dan kelarutan paracetamol adalah
larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N serta mudah larut dalam etanol.

Dalam praktikum ini, kami menggunakan CMC, PGA, dan TGA dengan
berbagai konsentrasi yaitu 1%, 1,5%, 2%. Zat pensuspensi ini ditambahkan ke
medium dispersi untuk menghasilkan struktur yang membantu terdispersinya fase
dalam suspensi.

CMC digunakan untuk pemakaian oral dan topikal dalam formulasi farmasi,
terutama untuk meningkatkan sifat viskositas. Bahan yang digunakan seperti CMC,
PGA, TGA, dan sirup simplex masing-masing ditimbang dengan berat yang berbeda
setelah itu timbang paracetamol 5 gram lalu panaskan aquadest secukupnya untuk
membuat suspensi, setelah itu masukan aquadest dan garam pensuspensi aduk ad
homogen, lalu masukan paracetamol 5 gram aduk kembali ad homogen dan
tambahkan sirup simplek lalu grus kembali ad homogen, lalu masukan sedian yang
telah dibuat ke dalam botol 100 ml yang sudah dikalibrasi lalu tambahkan aquadest
hingga batas yang telah ditetukan. Lakukan hal yang sama dengan 3 variasi
konsentrasi dan zat pensuspensi yang berbeda. Amati dan catat volume yang terjadi
dengan interval waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit dan 24 jam. Lalu ukur
semua viskositas suspensi yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas didapatkan suspensi CMC dengan


konsentrasi 1% sedimentasi dari 0 menit sampai 60 menit tidak ada tetapi pada
konsentrasi 1% sedimentasi CMC menjadi 25, lalu PGA dengan konsentrasi 1%
terbentuk sedimentasi pada menit ke 15 dengan volume sedimentasi 7. Setelah diamati
selama 30 menit sedimentasi berubah menjadi 9, setelah diamati kembali selama 60
menit berubah menjadi 8 dan berubah kembali setelah 24 jam menjadi 10. PGA
dengan konsentrasi 1,5 % terbentuk volume sedimentasi 8 dari menit 15 sampai
dengan 24 jam tidak mengalami perubahan, lalu PGA dengan konsentrasi 2%
terbentuk sedimentasi pada menit ke 15 dengan volume sedimentasi 10, setelah
diamati 30 menit volume sedimentasi berubah menjadi 7, setelah diamati kembali
selama 60 menit volume sedimentasi berubah menjadi 8 , dan setelah diamati kembali
pada 24 jam volume sedimentasi tidak berubah tetap 8. Lalu TGA dengan konsentrasi
1%, 1,5%, dan 2% tidak terdapat volume sedimentasi.

Setelah mengamati sedimentasi lalu mengukur viskositas, suspensi yang


pertama ada paracetamol CMC dengan konsentrasi 1% dengan waktu 50,61 detik
viskositasnya 100, konsentrasi 1,5% dengan waktu 59,03 detik viskositasnya 1.220,
konsentrasi 2% dengan waktu 50,87 detik viskositasnya 1.320. Paracetamol PGA
dengan konsentrasi 1% dengan waktu 51,39 detik viskositasnya 20, konsentrasi 1,5%
dengan waktu 51,82 detik viskositasnya 20, dan konsentrasi 2% dengan waktu 51,50
viskositasnya 20. Paracetamo TGA dengan konsentrasi 1% dengan waktu 54,58 detik

11
viskositasnya 21, konsentrasi 1,5% dengan waktu 51,98 detik viskositasnya 58,
konsentrasi 2% dengan waktu 53,07 detik viskositasnya 28.

VIII. KESIMPULAN

Formulasi sediaan suspensi paracetamol ditinjau dari sifat fiska untuk menunjang
stabilitas dari sediaan tersebut dengan bahan aktif paracetamol, pelarut yang digunakan
yaitu air, kestabilan sediaan digunakan beberapa bahan yaitu PGA,CMC, TGA dan sirup
simpek sebagai bahan pembawa yang memberikan rasa manis, evaluasi yang dilakukan
dalam suspensi paracetamol adalah mengukur viskositas dan sistem dispersi.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan
Menggunakan Regresi Linier Hukum Stokes. ISSN : 1978-0176 Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir-BATAN .

Young, hugh D. Dan Roger A. Freedman. 2002. FISIKA UVIVERSITAS . Ed. 10 Jilid 1.
Jakarta : Erlangga. ISBN 979-688-472-0
12
LAMPIRAN

Lampiran 1

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Gita Dwi Wahyuni

NIM : D1A200011

13
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 2

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Restu Pratiwi

NIM : D1A200015

21
22
23
24
25
26
27
Lampiran 3

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Ririn Dharma Gayatri

NIM : D1A200033

28
29
30
31
32
33
34
35
Lampiran 4

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Ni Kadek Devi Puspita Sari.

NIM : D1A200009

36
37
38
39
40
Lampiran 5

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Nadiyah Napa Lingga

NIM : D1A200187

41
42
43
Lampiran 6

Modul sistem dispersi dan viskositas

Nama : Sonia Karunia Ningrum.

NIM : D1A200149

44
45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai