“Obat stimulan”
Disusun Oleh :
Semester 2D
1. Judul
Obat stimulan
2. Tujuan
Memahami efek berbagai dosis dari coffein sebagai stimulan.
Mengenai macam-macam alat yang di gunakan digunakan untuk menguji efek
stimulan.
3. Tinjauan pustaka
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
berkesinambunganserta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme
sistem saraf,lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan
sarafterdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiridari
otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang belakang).
Neuron transmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impulsdari
neuron pre-sinapsis menuju neuron post-sinapsis. Neurontransmitter adabermacam-
macam, misalnya asetilkolinyang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin sertaserotonin yangterdapa di otak. Synaps dimana
respon postsynaptic terhadapneurotransmitter berbentuk polarisasi, walau pun
depolarisasinya tidak mencapaibatas threshold (ambang), sehingga tidak terjadi potensial
aksi. Neurotransmitter yang mengakibatkan eksitasi : asetilkolin, noradrenalin, serotonin,
dopamine danhistamine, asam glutamat dan asam aspartat. Inhibisi : potesial inhibisi
postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) Berlawanan dengan eksitasi.
Padainhibisi yang terjadi adalah hyperpolarisasi karena K+ menjadi permeable
dankeluar dari sel sehingga potensial membran berubah sehingga lebih
sulitdirangsang. Neurotransmitter yang menimbulkan inhibisi antara lain GABA
(Gamma Amno Butiric acid).
Obat-obatan stimulant susunan saraf pusat adalah obat-obatan yang dapat bereaksi
secara langsung ataupun tidak langsung terhadap susunan saraf pusat. Efek perangsangan
susunan saraf pusat baik oleh obat yang berasal dari alam ataupun sintetik dapat
diperlihatkan pada hewan dan manusia. Perangsangan SSP oleh obat pada umumnya melalui
dua mekanisme yaitu mengadakan blockade sistem penghambatan dan meninggikan
perangsangan sinaps. (sunaryo 1995).
obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada dua mekanisme
yaitu: memblokade sistem penghambatan dan meninggikan perangsangan synopsis. sensasi
yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. otak menjadi
lebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan
yang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan obat ini. Pupil akan berdilatasi (melebar).
nafsu makan akan sangat ditekan. hasrat ingin pipis juga akan ditekan. Tekanan darah
bertendensi untuk naik secara signifikan. secara mental pengguna akan mempunyai rasa
percaya diri yang berlebih dan merasa lebih senang.
obat stimulansia ini bekerja pada sistem saraf dengan meningkatkan transmisi yang
menuju atau meninggalkan otak. stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh
dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafu makan pupil dilatasi,
banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur. bila pemberian stimulant berlebihan dapat
menyebabkan kegelisahan, panic, sakit kepala, kejang perut, agresif dan paranoid. Bila
pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut di atas dalam
waktu lama pula. hal tersebut dapat menghabat kerja obat depresan seperti alcohol,
sehingga sangat menyulitkan penggunaan obat tersebut. (sunardi, 2006).
banyak orang mengambil stimulan dengan sedikit efek samping. lain-lain mengalami
masalah ringan dan ada pula yang tidak dapat mentoleransi stimulan. Sering kali kita dapat
mengobati efek samping yang mengganggu sehingga individu dapat terus mengambil
stimulan.
Sakit kepala: jika ini tidak membaik dengan waktu, kami dapat mengurangi dosis
atau beralih ke stimulan lain.
Perasaan gelisah: menghilangkan kafein atau stimulan-jenis obat. sebuah dosis kecil-
beta blocker (sejenis obat tekanan darah) dapat memblokir tremor atau kegelisahan.
Tidur kesulitan: ini lebih sering dengan stimulan-bertindak lagi seperti Dexedrine
spansules. Namun, masalah tidur kadang-kadang disebabkan oleh AD/HD bukan
obat.
Lekas marah: Kadang-kadang lekas marah mungkin karena AD/HD atau gangguan
kejiwaan yang lain.
Depresi: ini mungkin merupakan efek tertunda dari obat stimulan. ini mungkin lebih
umum dengan-akting stimulan panjang. skrining untuk riwayat depresi, dan
mengobati depresi yang sudah ada bersama dapat meminimalkan ini. jika depresi
yang benar-benar berhubungan dengan obat, seseorang mungkin beralih ke kelas
lain dari obat untuk mengobati AD/HD. Ini-line obat kedua akan meliputi
antidepresan trisiklik dan bupropion (Wellbutrin).
Psikosis atau paranoia: Ini adalah efek samping yang jarang. Mereka mungkin terjadi
pada seorang individu yang sudah cenderung untuk reaksi psikotik. mereka juga
dapat terjadi ketika seseorang mengambil overdosis stimulan. Hal ini penting untuk
menyaring dan mengobati gangguan kejiwaan tertentu lainnya sebelum memulai
stimulan.
4. Alat dan Bahan