Anda di halaman 1dari 11

Swamedikasi

KECACINGAN
Dosen Pengampu : Apt. Octo Rahadian Pius, S.Farm., M.M.

Kelompok 10
1. Lutfiah Julia Santi 051191044
2. Novia Isnayanti 051191045
3. Saffra Tahtania Pramaesti 051191046
4. Siska Ananda Putri 051191047
Apa Itu Kecacingan?

Kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, salah satunya melalui


Cacingan adalah penyakit yang makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah.
disebabkan oleh infeksi cacing Berkembangnya penyakit ini dipengaruhi banyak faktor mulai dari iklim
dalam tubuh manusia yang tropis, kebersihan tubuh yang buruk, sanitasi lingkungan yang jelek,
ditularkan melalui tanah. pemukiman yang padat dan lembab. Selain itu, air yang kurang bersih,
makan dengan kuku kotor, serta benda benda yang terkontaminasi dapat
membantu penyebaran cacing atau larva.
Etiologi

Penyebab tingginya prevalensi penyakit cacingan adalah


Penyakit kecacingan yang terjadi di Indonesia
rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih
sering disebabkan oleh cacing yang tergolong
dan sehat) dan buruknya sanitasi lingkungan. Sering tidak
ke dalam soil transmitted helminth. Yang
mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
termasuk ke dalam soil transmitted helminth
besar, tidak menjaga kebersihan kuku, jajanan di
adalah Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
sembarangan tempat yang kebersihanya tidak terpelihara,
Ancylostoma duodenale dan Necator
BAB tidak di WC sehingga oleh feses yang mengandung
americanus (cacing tambang), Trichuris
telur cacing mencemari tanah serta kurangnya ketersediaan
trichiura (cacing cambuk
sumber air bersih.
Patofisiologi

Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah yang disebarkan melalui hewan, makanan dan minuman serta

perilaku kebersihan diri yang buruk. Proses masuknya cacing dari tanah bisa terjadi saat cacing di tanah

menembus kulit ketika berjalan tanpa menggunakan alas kaki. cacing yang menembus kulit akan masuk

ke aliran darah, lalu menuju jantung kanan, kemudian ke paru-paru, dan berkembang biak di paru-paru lalu

menuju usus halus saat dewasa. Setelah telur menetas di dalam paru-paru, larva cacing akan naik untuk

berimigrasi kembali ke usus halus, dimana pada kondisi ini penderita akan mengalami batuk disertai dahak

yang berdarah dan kadang berisi larva cacing yang dapat hidup hingga 8 hari pada kondisi lembab
Klasifikasi
Penyakit kecacingan disebabkan oleh parasit cacing, dalam tubuh manusia parasit cacing mempunyai

tubuh yang simetris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler).

Cacing yang sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu filum platy-helminthes

dan filum nemathelminthes.

• Filum platy-helminthes terdiri atas dua kelas yang penting yaitu kelas cestoda dan kelas trematoda.

• Filum nemat-helminthes kelasnya yang penting adalah nematoda. Cacing gelang, cacing cambuk,

cacing tambang dan cacing pita adalah kelas nematoda yang selalu parasitik pada tubuh manusia

dan menjadikannya sebagai tempat hidup dan berkembang


Gejala
Infeksi yang ringan belum menimbulkan gejala, sedangkan infeksi yang lebih berat dapat
menyebabkan beberapa gejala berupa :

• Sering gatal dibagian anus • Berat badan turun


• Diare, sakit perut • Wajah pucat
• Nafsu makan berkurang • Kepala pusing
• Mual, muntah • BAB sakit, feses berlendir
• Lesu, lemas • Insomnia
• Kurang konsentrasi
Terapi Farmakologi
Pengobatan kecacingan dilakukan pada setiap penderita yang hasil pemeriksaan tinjanya positif Cacingan.
Ada beberapa macam obat untuk terapi kecacingan, diantaranya yaitu :

Pemberian Obat Pencegahan Massal dengan


Albendazol atau Mebendazol, dalam bentuk sediaan
tablet kunyah dan sirup.
• Dosis Albendazol : usia > 2 tahun – dewasa : 400
mg dosis tunggal, usia 1 – 2 th : 200 mg dosis
tunggal.
• Mebendazol : 500 mg dosis tunggal.
Terapi Farmakologi
Pengobatan berdasarkan jenis cacingnya, yaitu :

Cacing Gelang (Ascaris Lumbricuides)


• Albendazol : 200 mg (Usia 12-24 Bulan), 400 mg (Anak > 2 tahun dan dewasa), dosis tunggal.
• Mebendazol : 500 mg (Anak > 2 tahun dan dewasa), dosis tunggal.
• Pirantel Pamoat : 10-11 mg/kg BB per oral, dosis maksimum 1 gram.

2. Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)


• Albendazol : 400 mg selama 3 hari
• Mebendazole : 100 mg 2 x sehari selama 3 hari

3. Cacing Tambang (Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus)


• Albendazole : 200 mg (Usia 12-24 Bulan), 400 mg (Anak > 2 tahun dan dewasa)
• Mebendazol : 2 x 100 mg/hari, 3 hari berturut-turut
• Pirantel Pamoat : 11 mg/kgBB, maksimum 1 gram, 3 hari berturut-turut.
1. Cuci tangan pakai sabun
2. Menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga
3. Menjaga kebersihandan keamanan makanan
Terapi Non
4. Menggunakan jamban sehat
5. Mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat
Farmakologi

Pencegahan • Tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka


• Menjaga kebersihan perorangan • Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan
• Mecuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan mandi
menggunakan air dan sabun • Memasak air untuk minum
• Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi • Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan
tempat bermukim larva cacing • Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
• Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam lalat mencemari makanan tersebut
mulutnya. Selalu pakaikan alas kaki setiap kali anak bermain di • Menjaga kebersihan lingkungan
luar rumah • Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan
• Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya • Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai
beberapa detik ke dalam air mendidih • Tidak menyiram jalanan dengan air got
Daftar Pustaka
• Arafatullah, Hizbain.(2018). PERBEDAAN JUMLAH TELUR CACING Ascaris lumbricoides BERDASARKAN VARIASI
LUBANG APLIKATOR METODE. KATO KATZ. Skripsi.Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.Universitas
Muhammadiyah: Semarang.
• Bedah, Sumiati & Syafitri, Adelina. 2018.” INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA 8-14 TAHUN DI RW 007 TANJUNG
LENGKONG KELURAHAN BIDARACINA, JATINEGARA, JAKARTA TIMUR”. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Edisi No.1 Volume
10 Maret 2018. Hal 20-31.
• Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang
Penanggulangan Cacingan. Jakarta: Kemenkes RI; 2017.
• KemenkesRI.(2012).http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
indonesia-2012.pdf.
• Rusjdi, Selfi Renita. 2015. “Infeksi Cacing dan Alergi”. Jurnal Kesehatan Andalas. Edisi No.1 Volume 4 2015. Halaman 322-
325. Widjaja, J., Lobo, L.T., Oktaviani., Puryadi, 2014. Prevalensi dan Jenis Telur Cacing Soil Transmitted Helminth (STH)
Pada Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar Di Kota Palu. Jurnal Buski 5, 61
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai