Interaksi Farmakokinetik
Tabel 5
Absorbsi
Pada Tabel 5 yang paling banyak mengalami interaksi farmakokinetik pada fase absorbsi adalah
antasida dan dexamethasone, dexamethasone merupakan golongan kortikosteroid jika digunakan
bersamaan dengan antasida akan menyebabkan interaksi berupa penurunan kadar glukokortikoid
darah. Melalui efek glukokortikoid akan menurunkan perlindungan selaput lendir lambung/ mucus
barrier sehingga terjadi peningkatan produksi asam lambung (Orth DN, 1998). Manajemen untuk
menghindari terjadinya interaksi tersebut yaitu antasida diberikan 2-3 jam setelah mengkonsumsi d
examethasone (Baxter, 2008). Interaksi ini merugikan karena dapat mengakibatkan mual, perdaraha
n gastrointestinal (DIH, 2009).
Distribusi
Interaksi farmakokinetik pada fase distribusi paling banyak terjadi pada obat omeprazole dan
simvastatin, omeprazole dan simvastatin jika diberikan bersamaan akan meningkatkan konsentrasi
simvastatin dan menyebabkan terjadinya miopati. Manajemen untuk menghindari terjadinya
interaksi obat yaitu pemantauan pengobatan efek samping penggunaan obat tersebut yaitu rasa
sakit, melemahnya otot, demam dan jika terdiagnosa miopati maka pengobatan harus dihentikan
(Sipe,2003)
Metabolisme
Interaksi farmakokinetik pada fase metabolisme paling banyak terjadi pada obat omeprazole dan
chlordiazepoksida, mekanisme interaksi yang terjadi pada omeprazole dan chlordiazepoksida adal
ah omeprazole meningkatkan kadar chlordiazepoksida sehingga terjadi penurunan metabolisme d
an menyebabkan efek toksik (Medscape, 2017) sehingga untuk menghindari terjadi interaksi dosis
chlordiazepoksida harus dikurangi dari dosis yang dianjurkan (Drugs.com, 2017).
Ekskresi
Interaksi farmakokinetik pada fase ekskresi paling banyak terjadi pada obat antasida danm furose
mide. Furosemd dapat menurunkan efek antasida melalui peningkatan renal clearance (Medscape,
2017) efek sampingnya menyebabkan kerusakan ginjal, pusing, mulut kering, haus, kelelahan sehi
ngga bila pasien mengalami efek samping tersebut segera hubungi dokter (Drugs.com,2017).
Interaksi Farmakodinamik
Tabel 3
Pada tabel 3 interaksi obat dengan mekanisme farmakokinetik yang paling banyak mengalami
interaksi adalah omeprazol dengan diazepam. Omeprazol dapat meningkatkan konsentrasi
diazepam dalam darah sehingga dapat meningkatkan resiko efek samping yang berlebihan
seperti mengantuk dan sesak nafas. Ketika menggunakan dua obat ini dianjurkan untuk
melakukan penyesuaian dosis terlebih dahulu (Andresson, 1990).
Pada interaksi obat dengan mekanisme farmakodinamik yang paling banyak terjadi adalah ant
asida dengan ondansetron. Ondansetron dapat memperpanjang interval QT sehingga dapat m
enyebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia (Chin, 1998). Hal tersebut tidak terlepas dari ba
nyaknya obat tersebut tertulis dalam peresepan.
Tabel 4
Tingkat severity interaksi obat Gastritis
Tingkat severity akibat interaksi diklasifikasikan menjadi:
1) Antasida + Ondansetron
Ondansetron dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur.
Resiko meningkat ketika magnesium didalam darah sedikit
yang bisa terjadi ketika penggunaan obat pencahar secara
berlebihan. Jika ditemui gejala rendah magnesium seperti
kelelahan, mengantuk, pusing, kesemutan, nyeri otot, mual,
dan muntah alangkah baiknya untuk segera memeriksakan ke
dokter (Chin, 1998).
2) Omeprazol + Alprazolam
Omeprazol dapat meningkatkan efek farmakologis
benzodiazepin melalui penghambatan enzim hepatik.
Penghambatan dilakukan pada sitokrom P-450, dan
P-glikoprotein. Penatalaksanaannya dapat dilakukan
dengan mengurangi dosis benzodiazepin terutama pada
orang tua, atau bisa menggunakan obat golongan
benzodiazepin lain yang tidak dimetabolisme melalui
proses oksidasi seperti lorazepam, oxazepam, temazepam
(Andersson, 1990; Wei,2013).
3) Omeprazol + Diazepam
Sama halnya dengan alprazolam, omeprazol juga
meningkatkan efek farmakologis dari diazepam karena
berada pada satu golongan. Omeprazol dapat meningkatkan
efek farmakologis benzodiazepin melalui penghambatan
enzim hepatik. Penghambatan dilakukan pada sitokrom P450,
dan P-glikoprotein. Penatalaksanaannya dapat dilakukan d
engan mengurangi dosis benzodiazepin terutama pada
orang tua, atau bisa menggunakan obat golongan
benzodiazepin lain yang tidak dimetabolisme melalui
proses oksidasi seperti lorazepam, oxazepam, temazepam
(Andersson, 1990; Wei, 2013).
c. Potensi interaksi obat dengan tingkat severity major
1) Omeprazol + Clopidogrel
Antagonis Reseptor H2
Simetidin
meningkatkan kadar lignokain, fenitoin, warfarin, teofilin, beberapa golongan
antiaritmia (benzodiazepin, ß-bloker, vasodilator) dalam darah.
Ranitidin
Ranitidin menurunkan bersihan warfarin, prokainamid, dan Nasetil prokainam
id, meningkatkan absorpsi midazolam, menurunkan absorpsi kobalamin.
Famotidin
Antasid, ketokonazol, obat yang dimetabolisme melalui sistem mikrosom hati
(warfarin, teofilin, diazepam).
Penghambat pompa proton
Omeprazole
Omeprazole dapat memperpanjang eliminasi obat-obat yang dimetabolisme
melalui sitokrom P-450 dalam hati yaitu diazepam, warfarin, fenitoin.
Omeprazole mengganggu penyerapan obat-obat yang absorbsinya dipengar
uhi pH lambung seperti ketokonazole, ampicillin dan zat besi.
Omeprazol dengan Barbiturat : memanjangkan waktu tidur yang merupakan
efek dari Barbiturat.
Esomeprazol
Esomeprazol akan menurunkan metabolisme dari chlordiazepoxide sehingga
efek chlordiazepoxide meningkat (Medscape, 2019).
Antiulcer
Sukralfat
Sukralfat dapat menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfloksasin, ofloksasi
n, tetrasiklin, warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin,
simetidin, ranitidin dan teofilin.
Senyawa Bismut
Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin
Thankyou For
your Kind Attention