Anda di halaman 1dari 22

Interaksi Obat

Interaksi Obat Pada


Obat-Obat Gastritis (Penyakit
Lambung)

Dosen Pengampu: Rangki Astiani.,M.Farm.,Apt


KELOMPOK 4
1. Diah Ayu Pratiwi 1943057019
2. Agustina Harleoni 1943057020

3. Kurnia Dwi Julianti 1943057026


4. Maria Sheila Setya Ningtyas 1943057027

5. Juliani Safytri 1943057032

6. Aftrilia Dhea Putri 1943057035

7. Aprilia Putri Utami 1943057037


8. Rahma Nurfahanum 1943057042

9. Lestari cindra kasih 1943057046

10. Ettry agustia 1943057047

11. Nurul Kholifah 1943057049

12. Nurma Fitria 1943057052

13. Alya Juniasti 1943057007


14. Dian Cahyanti 1443040097
Outline Pembahasan

Definisi Gastritis Tingkat severity akibat interaksi

Interaksi Pada Obat Gastritis


Interaksi Pada Obat Gastritis
umumnya
Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gast
ro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung
yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal.
Interaksi Pada Obat Gastritis

 Interaksi Farmakokinetik

Tabel 5
 Absorbsi
Pada Tabel 5 yang paling banyak mengalami interaksi farmakokinetik pada fase absorbsi adalah
antasida dan dexamethasone, dexamethasone merupakan golongan kortikosteroid jika digunakan
bersamaan dengan antasida akan menyebabkan interaksi berupa penurunan kadar glukokortikoid
darah. Melalui efek glukokortikoid akan menurunkan perlindungan selaput lendir lambung/ mucus
barrier sehingga terjadi peningkatan produksi asam lambung (Orth DN, 1998). Manajemen untuk
menghindari terjadinya interaksi tersebut yaitu antasida diberikan 2-3 jam setelah mengkonsumsi d
examethasone (Baxter, 2008). Interaksi ini merugikan karena dapat mengakibatkan mual, perdaraha
n gastrointestinal (DIH, 2009).
 Distribusi
Interaksi farmakokinetik pada fase distribusi paling banyak terjadi pada obat omeprazole dan
simvastatin, omeprazole dan simvastatin jika diberikan bersamaan akan meningkatkan konsentrasi
simvastatin dan menyebabkan terjadinya miopati. Manajemen untuk menghindari terjadinya
interaksi obat yaitu pemantauan pengobatan efek samping penggunaan obat tersebut yaitu rasa
sakit, melemahnya otot, demam dan jika terdiagnosa miopati maka pengobatan harus dihentikan
(Sipe,2003)
 Metabolisme
Interaksi farmakokinetik pada fase metabolisme paling banyak terjadi pada obat omeprazole dan
chlordiazepoksida, mekanisme interaksi yang terjadi pada omeprazole dan chlordiazepoksida adal
ah omeprazole meningkatkan kadar chlordiazepoksida sehingga terjadi penurunan metabolisme d
an menyebabkan efek toksik (Medscape, 2017) sehingga untuk menghindari terjadi interaksi dosis
chlordiazepoksida harus dikurangi dari dosis yang dianjurkan (Drugs.com, 2017).

 Ekskresi
Interaksi farmakokinetik pada fase ekskresi paling banyak terjadi pada obat antasida danm furose
mide. Furosemd dapat menurunkan efek antasida melalui peningkatan renal clearance (Medscape,
2017) efek sampingnya menyebabkan kerusakan ginjal, pusing, mulut kering, haus, kelelahan sehi
ngga bila pasien mengalami efek samping tersebut segera hubungi dokter (Drugs.com,2017).
Interaksi Farmakodinamik

Tabel 3
 Pada tabel 3 interaksi obat dengan mekanisme farmakokinetik yang paling banyak mengalami
interaksi adalah omeprazol dengan diazepam. Omeprazol dapat meningkatkan konsentrasi
diazepam dalam darah sehingga dapat meningkatkan resiko efek samping yang berlebihan
seperti mengantuk dan sesak nafas. Ketika menggunakan dua obat ini dianjurkan untuk
melakukan penyesuaian dosis terlebih dahulu (Andresson, 1990).

 Pada interaksi obat dengan mekanisme farmakodinamik yang paling banyak terjadi adalah ant
asida dengan ondansetron. Ondansetron dapat memperpanjang interval QT sehingga dapat m
enyebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia (Chin, 1998). Hal tersebut tidak terlepas dari ba
nyaknya obat tersebut tertulis dalam peresepan.
Tabel 4
Tingkat severity interaksi obat Gastritis
Tingkat severity akibat interaksi diklasifikasikan menjadi:

minor (dapat diatasi dengan baik)


mayor (efek fatal, dapat menyebabkan
kematian)

moderate (efek sedang, dapat


menyebabkan kerusakan organ)
Interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi
dengan tingkat severity moderate yaitu sebanyak 42 kasus
atau sebesar 63,6%, selanjutnya adalah dengan tingkat
severity minor yaitu sebanyak 20 kasus atau sebesar
30,3%, dan yang paling sedikit adalah interaksi dengan
tingkat severity major yaitu sebanyak 4 kasus atau
sebesar 6,1%. Interaksi yang terjadi diambil dari 3 kasus
potensi interaksi yang paling sering
terjadi berdasarkan tabel 4:
a. Potensi interaksi obat
dengan tingkat severity minor
1) Antasida + Alprazolam
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa antasida bisa
menunda penyerapan dan mengurangi konsentrasi Cmax
pada benzodiazepin. Mekanismenya belum diketahui pasti,
tetapi kemungkinan terkait dengan pengosongan lambung
atau kation yang mengikat benzodiazepin tersebut.
Dampaknya onset benzodiazepin tertunda dan efek klinis
berkurang (Greenblatt, 1978).
2) Antasida + Ranitidin
Antasida dapat menurunkan konsentrasi pada H2blocker.
Mekanismenya mungkin terkait dengan absorbsi dan
bioavaibilitas dikarenakan penetralan asam. Disarankan bahwa
H2blocker diberikan satu atau dua jam sebelum antasida
(Bachmann, 1994).

3) Omeprazol + Isosorbid dinitrat


Omeprazol dapat menghambat distribusi obat
nitrat oral. Efek samping antiangina mungkin akan
berkurang, tetapi ini dapat memperburuk iskemik
miokard. Alternatifnya dapat mempertimbangkan
terapi acid-suppresant (Kajinami, 1994).
b. Potensi interaksi obat dengan tingkat severity moderate

1) Antasida + Ondansetron
Ondansetron dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur.
Resiko meningkat ketika magnesium didalam darah sedikit
yang bisa terjadi ketika penggunaan obat pencahar secara
berlebihan. Jika ditemui gejala rendah magnesium seperti
kelelahan, mengantuk, pusing, kesemutan, nyeri otot, mual,
dan muntah alangkah baiknya untuk segera memeriksakan ke
dokter (Chin, 1998).
2) Omeprazol + Alprazolam
Omeprazol dapat meningkatkan efek farmakologis
benzodiazepin melalui penghambatan enzim hepatik.
Penghambatan dilakukan pada sitokrom P-450, dan
P-glikoprotein. Penatalaksanaannya dapat dilakukan
dengan mengurangi dosis benzodiazepin terutama pada
orang tua, atau bisa menggunakan obat golongan
benzodiazepin lain yang tidak dimetabolisme melalui
proses oksidasi seperti lorazepam, oxazepam, temazepam
(Andersson, 1990; Wei,2013).
3) Omeprazol + Diazepam
Sama halnya dengan alprazolam, omeprazol juga
meningkatkan efek farmakologis dari diazepam karena
berada pada satu golongan. Omeprazol dapat meningkatkan
efek farmakologis benzodiazepin melalui penghambatan
enzim hepatik. Penghambatan dilakukan pada sitokrom P450,
dan P-glikoprotein. Penatalaksanaannya dapat dilakukan d
engan mengurangi dosis benzodiazepin terutama pada
orang tua, atau bisa menggunakan obat golongan
benzodiazepin lain yang tidak dimetabolisme melalui
proses oksidasi seperti lorazepam, oxazepam, temazepam
(Andersson, 1990; Wei, 2013).
c. Potensi interaksi obat dengan tingkat severity major
1) Omeprazol + Clopidogrel

Mekanismenya adalah PPI dapat menghambat bioaktivasi


CYP450 2C19 yang dimediasi oleh klopidogrel yang
berakibat aktifitas enzim berkurang dan bahkan tidak ada
.Dampaknya dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, strok, serta angina yang tidak stabil
(Pezzalla, 2008).
Interaksi Obat-obat gastritis umumnya:

 Antagonis Reseptor H2

 Simetidin
meningkatkan kadar lignokain, fenitoin, warfarin, teofilin, beberapa golongan
antiaritmia (benzodiazepin, ß-bloker, vasodilator) dalam darah.
 Ranitidin
Ranitidin menurunkan bersihan warfarin, prokainamid, dan Nasetil prokainam
id, meningkatkan absorpsi midazolam, menurunkan absorpsi kobalamin.
 Famotidin
Antasid, ketokonazol, obat yang dimetabolisme melalui sistem mikrosom hati
(warfarin, teofilin, diazepam).
 Penghambat pompa proton

 Omeprazole
Omeprazole dapat memperpanjang eliminasi obat-obat yang dimetabolisme
melalui sitokrom P-450 dalam hati yaitu diazepam, warfarin, fenitoin.
Omeprazole mengganggu penyerapan obat-obat yang absorbsinya dipengar
uhi pH lambung seperti ketokonazole, ampicillin dan zat besi.
Omeprazol dengan Barbiturat : memanjangkan waktu tidur yang merupakan
efek dari Barbiturat.
 Esomeprazol
Esomeprazol akan menurunkan metabolisme dari chlordiazepoxide sehingga
efek chlordiazepoxide meningkat (Medscape, 2019).
 Antiulcer
 Sukralfat
Sukralfat dapat menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfloksasin, ofloksasi
n, tetrasiklin, warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin,
simetidin, ranitidin dan teofilin.

 Senyawa Bismut
 Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin
Thankyou For
your Kind Attention

Anda mungkin juga menyukai