Anda di halaman 1dari 21

PRA JURNAL IV PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“Uji Pendahuluan Karbohidrat dan Protein”

Dosen Pengampu: Nina Jusnita,M.Si

Disusun Oleh:

Nurma Fitria (1943057052)

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara-negara sedang berkembang, kurang lebih 80% energi makanan berasal


dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro
Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72% jumlah
energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai
energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2010).
Karbohidrat, berdasarkan pada massa, merupakan kelas biomolekul yang
berlimpah di alam. Lebih lazim dikenal sebagai gula, karbohidrat merupakan produk
akhir utama penggabungan fotosintetik dari karbon anorganik CO2 dalam zat hidup.
Perubahan energi matahari ini menjadi energi kinetik kimiawi dari biomolekul menjadi
karbohidrat sumber utama dari energi metabolik bagi organisme hidup. Karbohidrat juga
bertindak sebagai sumber karbon untuk sintesis biomolekul lain dan sebagai bentuk
cadangan polimerik dari energi. Selain itu, karbohidrat merupakan komponen dari banyak
bahan sekretorik struktural dan selular serta nukleotida yang pada gilirannya juga
digunakan untuk beragam fungsi. Jadi, pada sistem kehidupan, karbohidrat digunakan
untuk banyak tujuan yang berbeda dan merupakan contoh terkemuka dari berbagai
kemampuan fungsional yang dapat dimiliki suatu kelas biomolekul (Armstrong, 1995).
Karbohidrat didefinisikan sebagai polisakarida atau polihidrosiketon dan derivatnya.
Suatu karbohidrat merupakan suatu aldehid (-CHO) jika oksigen karbonil berkaitan
dengan suatu atom karbon terminal, dan suatu keton (=C=O) jika oksigen karbonil
berikatan dengan suatu karbon internal (Armstrong, 1995).
Dalam alam, karbohidrat terdapat sebagai monosakarida (gula individual/sederhana),
oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan bentuk karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana, dan bentuk monoskaarida dapat
dibagi lagi menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, ataupun oktosa .
Oligosakarida umumnya didefinisikan sebagai suatu molekul yang mengandung dua
hingga sepuluh unit monosakarida, beberapa diantaranya mempunyai berat molekul
beberapa juta (Mayes, 1990).
Pengetahuan tentang struktur dan sifat–sifat karbohidrat yang mempunyai makna
fisiologis penting diperlukan untuk memahami peranannya dalam pengelolaan berbagai
fungsi tubuh manusia. Glukosa merupakan karbohidrat yang paling penting. Karbohidrat
dalam makanan diserap ke dalam darah sebagai glukosa, didalam hati karbohidrat diubah
menjadi glukosa, dan dari glukosa semua karbohidrat lainnya di dalam tubuh dapat
dibentuk ( Mayes, 1990 ).
Glukosa merupakan bahan bakar utama untuk jaringan mamalia (kecuali hewan
pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi jenis–
jenis karbohidrat lain yang mempunyai fungsi sangat spesifik, misalnya glikogen untuk
simpanan energi, ribosa di dalam asam nukleat, galaktosa di dalam laktosa susu, dalam
senyawa–senyawa lipid kompleks tertentu, dan dalam bentuk gabungan dengan protein,
yaitu didalam glikoprotein serta proteoglikan (Mayes, 1990 ).
Protein adalah polimer yang terdiri dari asam amino, dimana setiap rusidu asam amino
berikatan satu dengan yang lainnya melalui ikatan kovalen. Protein dapat dipecah
(hidrolisis) menjadi asam amino penyusunnya melalui beberapa cara. Ada 20 asam amino
penyusun protein (Nelson dan Cox, 2004).
Protein merupakan senyawa terpenting penyusun sel hidup, yang terdapat dalam
semua jaringan hidup baik tumbuhan, hewan maupun tubuh kita. Protein sangat penting
bagi makhluk hidup, antara lain sebagai sumber energi, mensintesis atau memperbaiki
jaringan yang rusak, alat transport, melindungi kita dari berbagai penyakit, dan sebagai
enzim yang mengkatalis berbagai reaksi metabolisme. Protein merupakan salah satu
contoh polimer alam yang mempunyai struktur paling kompleks diantara contoh polimer
alam lainnya, misalnya: karbohidrat dan lemak. Molekul – molekul pada protein
mempunyai bobot molekul yang tinggi, misalnya pada albumen pada telur yang
mempunyai berat molekul(BM) yang tinggi yaitu 40.000 – 45.000.
Molekul Protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang sulfur
dan fosfor, serta juga jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga. Molekul protein yang besar menyebabkan protein mudah sekali mengalami
perubahan fisik ataupun aktivitas biologisnya. Banyak agensai yang dapat menyebabkan
perubahan sifat alamiah protein, misalnya panas, asam, basa, solven organic, garam,
logam berat, dan radiasi sinar matahari..

B. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam karbohidrat (mono-, di-,
oligo-,dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk
masing-masing golongan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi protein dan asam-asam amino pembangun
protein.
BAB II
DASAR TEORI

A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung C,H,O dan mempunyai rumus


(CH2O)n yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul
air. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat sebagai zat periduksi karena mengandung gugus
karbonil seperti aldehida atau keton dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah sangat
banyak. Saat ini, istilah karbohidrat mengacu pada polihidroksil-aldehida atau
palihidroksil-keton atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari gugus ini (Sudarmadji,
1989). Berbagai senyawa yang termasuk kelompak karbohidrat mempunyai molekul yang
berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat
molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan yaitu
golongan monosakarida,golongan oligosakarida dan golongan polisakarida (Poedjiadi,
1994).
Monosakarida hanya sedikit monosakarida yang terdapat di alam. Kebanyakan
didapat dari hasil hidrolisa atau fermentasi dari harbohidrat kompleks (Tillman, 1991).
Monosakarida sering disebut gula sederhana dan larut dalam air sering dibagi atas dasar
jumlah atom karbon menjadi sub-golongan monosakarida atau gula sederhana. Terdiri dari
hanya satu unit polihidroksi aldehid atau keton. Monosakarida yang paling banyak di alam
adalah D-glukosa 6-karbon (Lehninger, 2000).

Disakarida terdiri dari dua monosakarida yang bergabung dengan mengeluarkan


satu molekul air. Sifat-sifat kimianya mungkin tedapat sejumlah disakaride, tetapi yang
penting adalah sukrosa, maltosa, laktosa, dan selobiosa. Maltosa dan selobiosa, keduanya
mengandung dua unit glukosa dihubungkan pada posisi 1,4, tetapi keduanya berbeda
strukturnya (Allen, 1991).molekul disakarida dibangun oleh dua residu monosakarida.
Disakarida yang banyak ditemukan di alam yaitu maltosa, laktosa, sukrosa, dan selobiosa.
Laktosa ditemukan bebas terutama pada susu. Laktosa masih bersifat pereduksi karena
gugus fungsionalnya yaitu gugus karbonil yang masih reaktif (bebas), (Hawab 2004).
Polisakarida merupakan polimer yang tersusun atas sejumlah besar monosakarida
yang bertautan melalui ikatan glikosidik. Fungsi utamanya adalah sebagai komponen
struktual atau sebagai bentuk penyimpana energi. Glikoligen ditemukan dalam hewan,
serupa dengan pati tetapi mengandung jauh lebih banyak cabang-cabang yang meluas
(Kuchel,1990).

Gula pereduksi adalah gula yang nerupakan reduktor, contohnya adalah


monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa. Sedangkan gula non pereduksi adalah gula
yang bukan merupakan reduktor (Sudarmadji,1989).

       Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa
atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa tersebut
(Murray dkk, 2009).

       Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau
cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara
terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam
ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini
mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen,
dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom
hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah
yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga
monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).

       Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis
disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa tidak
begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan
glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C
nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu
molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat
dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui
hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah
fruktosa dan galaktosa (Almatsier, 2010).

 Pengujian Karbohidrat
A. Uji Molisch
Reaksi dehidrasi dari karbohidrat dari asam sulfat dan alfa naftol, sehingga dapat
teramati senyawa kompleks berwarna ungu. Asam sulfat berfungsi dalam
pembentukan senyawa furfural dan sebagai condensation agent. Diperoleh cincin
berwarna ungu yang menunjukkan uji positif pada suatu sampel (Soendoro, 2005).
Dengan reaksi sebagai berikut:
H

CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O

H2─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol

Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:


O

║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH

(Cincin ungu senyawa kompleks)

B. Uji Bial (Tes Pentosa)


Uji Bial merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula pentose seperti ribosa
didalam keadaan asam dan panas menjadi senyawa furfural, yang kemudian
bereaksi dengan orsinol dan mengeluarkan warna hijau. Reagen yang digunakan
pada pengujian Bial ini adalah pereaksi Bial yang mengandung 0,3% larutan
orsinol dan FeCl3 di dalam HCl pekat. HCl yang terdapat pada reagen akan
mendehidrasi gula menjadi furfural. Jika dalam larutan terdapat gula pentosa,
larutan tersebut akan berwarna hijau dalam waktu 10 menit. Reaksi ini tidak mutlak
spesifik untuk pentose, pemanasan yang lama dari beberapa heksosa menghasilkan
hidrosimetilfurfural yang juga bereaksi dengan orcinol memberikan warna
kompleks (Adisendjaja, 2016).
C. Uji Benedict
Reagen benedict adakah larutan CuSO4 yang akan direaksikan dengan gula
pereduksi dalam suasana alkali. Gula pereduksi akan menunjukkan warna endapan
merah bata yang merupakan Cu2O hasil reduksi CuO. Tujuan benedict adalah
mendeteksi keberadaan gula pereduksi dari sampel karbohidrat, sedangkan gula
pereduksi berupa aldehid dan keton (Soendoro, 2005).

D. Uji Barfoed
Larutan barfoed yang direaksikan pada sampel karbohidrat adalah untuk
membedakan senyawa monosakrida dan disakarida. Suasana asam yang dihasilkan
dari kupri asetat dan asam asetat pada larutan barfoed akan membuat endapan
kupro oksida yang berwarna merah bata, yang menunjukkan hasil positif
keberadaan gula. Tapi keceepata bereaksi inilah yang membedakan kedua gula,
monosakarida akan bereaksi lebih cepat dibandingkan disakarida karena langsung
bereaksi sedangkan disakarida harus diputuskan ikatan glikosidiknya oleh suasana
asam.
Dengan reaksi sebagai berikut:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

E. Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi  juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri dari dua
larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO 4  dalam air,
sedangkan Fehling B adalah larutan garam KNitrat dan NaOH dalam air. Kedua
macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan
untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu²+   direduksi menjadi
ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B
berfungsi mencegah Cu²+  mengendap dalam suasana alkalis.

F. Uji Seliwanoff

Uji Seliwanoff adalah uji kimia yang dilakukan untuk membedakan gula aldosa dan
ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula tersebut.
Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika
mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa
ketika dipanaskan ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada aldosa.
Dengan reaksi sebagai berikut:

Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:
 Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula
sederhana.
 Ketosa yang terdehidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat
berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna
merah muda.

Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa
menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan
glukosa. (Anonim, 2013)

G. Uji Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang
terjadi mempunyai bentuk Kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing
karbohidrat. Hal ini sangat penting, artinya karena dapat digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan
beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat
dalam urine wanita yang sedang dalam masa menyusui (Poedjiadi, Hal 42, 1994).
Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazine, mulamula terbentuk D-
glukosafenilhidrazine. Kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glikazon.
Glukosa, fruktosa, dan manosa dengan fenilhidrazin menghasilkan osazon yang
sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus –OH
dan atom H pada atom karbon nomor 3,4 dan 5 sama. Dengan demikian osazon
yang terbentuk mempunyai struktur yang sama (Poedjiadi, Hal 42, 1994).

B. Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C,H,O,dan N yang tidak dimiliki oleh lemak. Molekul
protein mengandung pula fosfor,belerang dan ada jenis protein yang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991). 

Untungnya semua protein terdiri atas satu atau lebih polimer yang linier dan
bercabang. Monomer yang membuat polimer ini disebut asam amino.dalam
kebanyakan protein terdapat 20 jenis asam amino. Asam amino ini terikat menjadi
satu rantai dalam jumlah 100 sampai 300 (Kimball, 1992).

Ditinjau dari komponen penyusunnya protein dapat dibagi dalam dua


golongan besar, yaitu golongan protein sederhana, yang hanya terdiri atas molekul-
molekul asam amino dan protein majemuk yang terdiri atas protein dan gugus bukan
protein. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk
molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk
molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk
bulat (Sumardjo, 2009). Berdasarkan strukturnya polipeptida protein dibedakan
menjadi struktur primer, sekunder, tersier dan kwartener. Struktur primer protein
ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang
membentuk ikatan peptida. Struktur sekunder dipelajari dengan analisa difraksi sinar-
x. Struktur tersier terjadi karena terjadinya pelipatan rantai pada polipeptida. Rantai
polipeptida yang disebut protomer saling mengadakan interaksi membentuk struktur
kwartener dari protein oligomer (Kimball, 1992).

Berdasarkan fungsi biologinya protein dibagi menjadi 4 yaitu


enzima,proteina pembangunan, proteina kontraktil, proteina pengangkut. Enzima
merupakan golongan proteina yang terbesar dan paling besar, proteina pembangunan
berfungsi sabagai unsur pembentuk struktur, proteina kontraktil merupakan golongan
proteina yang berperan dalam proses gerak dan proteina pengangkut merupakan
kemampuan mengikat molekul tertentu dan melakukan pengangkutan berbagai
macam zat melalui aliran darah.

Protein berfungsi sebagai unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam


rambut, wol,kalogen, jaringan penghubung, membran sel, dan lain-
lain.  Menurut (Winarno, 1991) protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pengatur dan pengatur.

Protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan
positif dan negatif. Proein dapat diendapkan dengan ion logam seperti Hg2+, Fe2+,
Cu2+, Pb2+, ion salisilat, pikrat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut protein
pada putih telur atau susu dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun
apabila orang keracunan logam berat (Poedjiadi, 2007).

Protein juga mempunyai fungsi khususyaitu protein yang aktif. Beberapa


diantaranya adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen,hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibodi untuk
mempertahankan tubuh dari seranga penyakit.

 Pengujian Protein
A. Uji Millon
Asam amino dengan gugus fenolik akan dapat dideteksi oleh reagen Millon yang
merupakan larutan merkuro dan merkuri nitrat. Hasil positif akan ditunjukkan dari
endapan merah setelah dipanaskan. (Winarno 1992).
B. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam
sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat
(Robinson 1995). Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat
dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat
warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino,
selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan karbondioksida. Jadi, zat warna ungu
yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer dan
intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada (Hart
2003).
Reaksi uji Ninhidrin (Bintang M ,2010)
C. Uji Sulfur

Ikatan disulfida merupakan jenis ikatan kovalen lain yang dimiliki oleh peptida dan
asam amino dalam protein (Hart 2003). Sistein merupakan asam amino yang
mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino
tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam PbS. Penambahan
NaOH dalam percobaan ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan
yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS,
sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+ (Girindra 1986). Hasil percobaan pada
literatur sampel albumin 0.02% akan membentuk endapan PbS, sehingga dapat
disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung asam amino yang rantainya
samping mempunyai senyawa belerang.

S2+(aq) + Pb2+(aq)     PbS(s)

Reaksi Uji belerang (Girindra,1986)

Sistein merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki atom S,
bersama-sama dengan metionin, karena memiliki atom S, sistein menjadi sumber
utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung belerang.
Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi
protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol. Sumber utama sisteina pada
makanan adalah cabai, bawang putih, bawang bombay, brokoli, haver, dan inti
bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi secara industri
melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas (Arbianto Purwo
1993).
D. Uji Biuret
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada  pemanasan
dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH 2)2). Dalam suasana basa
(penambahan NaOH), ion Cu2+ yang berasal dari pereaksi  biuret (CuSO4) akan
bereaksi dengan gugus  –CO dan  – NH dari rantai peptida yang menyusun protein
membentuk kompleks berwarna violet.

Gambar. Reaksi Uji Biuret

E. Uji Ksantoprotein
Untuk mengetahui protein dengan asam amino dengan cincin benzena, misalnya
Tyrosin, Fenilanin dan Tritopfan. Apabila dipanaskan dehan HNO 3 pekat akan
dihasilkan endapan putih yang segera berubah mejadi kuning tua. Penambahan alkali
atau amonia pekat mengubah warna zat menjadi jingga. (Winarno 1992).
F. Uji Hopkins-Cole
Uji hopkins cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat.
Kondensasi 2 inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan
senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu
pada bidang batas.
Triptofan merukan salah satu asam amino essensial yang tidak bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh. Gugus fungsinal triptofan adalah Indol, yang tidak dimiliki oleh
asam amino lainnya membuat triptofan menjadi prekusor dari banyak senyawa
penting tubuh seperti melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu
transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin).
H H
CH2 CH2 CO 2H HC O CO 2H
+ HC O
N NH
N H
H H H
triptofan asam glioksilat asam
2,3,4,5,tetrahidro-
-karbolin-4-karboksilat

Reaksi Hopkins-Cole (Annonymous, 2012)


BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


 Alat
Tabung reaksi (bersih dan kering)
Pipet tetes
Gelas kimia
Penangas air
 Bahan
Karbohidrat (glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, amilum)
Larutan protein (putih telur, glisin, fenil alanin, triptofan, dan tirosin)
Pereaksi Molish Amil alkohol
Peraksi Bial Fenilhidrazin HCl
Pereaksi Benedict Natrium asetat
Pereaksi Barfoed Aquades
Pereaksi Tollens Pereaksi Hopkin Cole
Pereaksi Fehling A Pereaksi Millon
Pereaksi Fehling B Larutan NaOH 10%
Pereaksi Seliwanof Larutan CuSO4 2%
CuSO4 5% HNO3 pekat
H2SO4 pekat
Ninhidrin 0,2%

B. Metode Kerja
A. Uji Karbohidrat
a. Pengenalan Pati dengan Tes Molisch
1) Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2) Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing‐masing tabung reaksi kemudian
kocok hingga tercampur dengan baik.
3) Miringkan tabung reaksi, dan dengan hati‐hati tambahkan 1‐2 mL H2SO4 pekat ke
dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Amati dan catat perubahan warna
di batas kedua lapisan cairan untuk masing‐masing tabung. Timbulnya warna ungu
menandakan tes positif terhadap pati.

b. Tes Bial (tes pentosa)


1) Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung lain sebagai kontrol.

2) Tambahkan ke dalam masing‐masing tabung, 2 mL reagen Bial, kemudian panaskan


perlahan‐lahan kedua tabung di atas penangas air sampai mendidih, kemudian dinginkan.
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif ditandai dengan terbentuk
warna hijau.

3) Jika warna yang timbul tidak nyata, encerkan larutan tersebut dengan air sebanyak tiga
kali volumenya kemudian tambahkan 1 mL amil alcohol dan kocok beberapa saat sampai
warna hijau muncul pada lapisan amil alkohol.

c. Tes Benedict (tes gugus pereduksi)

 Tempatkan 1 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan dalam


tabung reaksi lain 1 mL akuades sebagai kontrol.

 Tambahkan 5 tetes pereaksi Benedict ke dalam masing‐masing tabung dan panaskan


tabung di atas penangas air mendidih selama 2‐5 menit kemudian amati perubahan yang
terjadi. Jika bahan uji mengandung gula pereduksi, maka akan terbentuk endapan merah
bata.

d. Tes Barfoed (tes mono‐ dan disakarida)

 Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL


akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

 Tambahkan 2 mL larutan Barfoed ke dalam masing‐masing tabung reaksi kemudian


panaskan kedua tabung reaksi diatas penangas air. Bila dalam waktu dua menit terbentuk
endapan berwarna merah bata menunjukkan adanya monosakarida. Tapi bila endapan
merah bata baru terbentuk setelah pemanasan + 10 menit, maka dalam larutan uji terdapat
disakarida.

e. Tes tollens (tes pentose dan heksosa)

 Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam suatu tabung reaksi dan tempatkan


akuades dalam tabung reaksi yang lain sebagai kontrol.

 Tambahkan pada masing‐masing tabung 2 mL pereaksi Tollens kemudian panaskan di


atas penangas air. Amati perubahan yang terjadi, bila terjadi warna merah anggur
menunjukkan adanya pentosa.

f. Tes Fehling (tes gugus pereduksi)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL akuades


dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

 Tambahkan 2 mL larutan Fehling (Fehling A + Fehling B) pada masing‐masing tabung


kemudian panaskan di atas penangas air selama 3‐4 menit. Amati perubahan yang terjadi,
jika dalam larutan uji terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan merah bata.

g. Tes Seliwanof (tes ketosa dan aldosa)

 Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL


akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

 Tambahkan 5 mL pereaksi Seliwanof pada masing ‐masing tabung dan panaskan di


atas penangas air selama 1 menit. Amati perubahan yang terjadi, jika terbentuk warna
merah bata maka bahan uji mengandung ketosa.

h. Tes Osazon (tes mono‐ dan disakarida)

 Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL


akuades pada tabung lain sebagai kontrol.

 Tambahkan pada masing‐masing tabung reaksi 0,1 gram Fenilhidrazin HCl dan 0,2
gram Natrium asetat kemudian dikocok sampai homogen.
 Panaskan kedua tabung tabung di atas penangas air kemudian amati waktu terjadinya
endapan kuning dari Osazon. Jika ada monosakarida Osazon terbentuk dalam keadaan
panas, tapi jika ada dissakarida maka pembentukan Osazon terjadi setelah didinginkan.

B. Uji Protein dan Asam Amino


a. Reaksi Biuret (tes umum protein)

 Tempatkan 2mL larutan protein/asam amino ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1


mL NaOH 10%, kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4 0,5%. Amati
perubahan yang terjadi, tes positif ditandai terbentuknya warna ungu.

b. Tes Ninhidrin (tes umum asam amino)

1) Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian


tambahkan beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,2% dan dikocok beberapa saat.
2) Panaskan di atas penangas air selama 10 menit. Amati perubahan yang terjadi, reaksi
positif jika terbentuk warna ungu.

c. Tes Ksantoprotein (tes gugus fenil asam amino)

 Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian


tambahkan 1 mL HNO3 pekat dan kocok beberapa saat.

 Panaskan di atas penangas air selama 3 ‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi, reaksi
positif jika terbentuk endapan kuning (warna kuning akan lebih terang jika ditambahkan
2‐3 tetes NaOH 10%).

d. Tes Hopkin Cole (tes triptopan)

 Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian


tambahkan 2 mL pereaksi Hopkin Cole dan dikocok beberapa saat.

 Tambahkan perlahan‐lahan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi yang


dimiringkan sehingga terbentuk 2 lapisan. Reaksi positif bila terlihhat cincin ungu pada
bidang batas.
e. Tes Millon (tes asam amino tirosin)

 Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian


tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon dan dikocok beberapa saat.

 Panaskan di atas penangas air selama 4‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi, reaksi
positif ditandai terjadinya endapan merah.

DAFTAR PUSTAKA

Jusnita N, Nuryanti, Prima S R, Seulina R.2020. Penuntun Praktikum Kimia


Organik.Jakarta;Universitas 17 Agustus 1945.

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama
Hawab, M. 2004. Pengantar Biokimia. Bayu Media Publishing, Bogor.
Kuchel, Philip. 1990. Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Poedjiadji, Anna.1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas indonesia,
Jakarta.
Lehninger, Albert.2000. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Murray, R. K. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Sudarmadji, Slamet, 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Winarno, F.G.1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta
Kimball, Jhon W. 1992. Kimia Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta
Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah; Jakarta
(ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry

Winarno FG. 2004.  Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): GramediaLehninger.
1982.Dasar-Dasar Biokimia Jilid I . Maggy Thenawidjaja, penerjemah. Jakarta (ID):
Erlangga.Terjemahan dari:  Principles of Biochemistry.

Bintang Maria. 2010.  Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga

Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr

Girindra A. 1986.  Biokimia I . Jakarta: Gramedia.

Adisendjaja, dkk. (2016). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai