Disusun Oleh:
Fakultas Farmasi
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam karbohidrat (mono-, di-,
oligo-,dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk
masing-masing golongan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi protein dan asam-asam amino pembangun
protein.
BAB II
DASAR TEORI
A. Karbohidrat
Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa
atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa tersebut
(Murray dkk, 2009).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau
cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara
terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam
ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini
mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen,
dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom
hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah
yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga
monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis
disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa tidak
begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan
glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C
nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu
molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat
dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui
hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah
fruktosa dan galaktosa (Almatsier, 2010).
Pengujian Karbohidrat
A. Uji Molisch
Reaksi dehidrasi dari karbohidrat dari asam sulfat dan alfa naftol, sehingga dapat
teramati senyawa kompleks berwarna ungu. Asam sulfat berfungsi dalam
pembentukan senyawa furfural dan sebagai condensation agent. Diperoleh cincin
berwarna ungu yang menunjukkan uji positif pada suatu sampel (Soendoro, 2005).
Dengan reaksi sebagai berikut:
H
│
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
H2─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
D. Uji Barfoed
Larutan barfoed yang direaksikan pada sampel karbohidrat adalah untuk
membedakan senyawa monosakrida dan disakarida. Suasana asam yang dihasilkan
dari kupri asetat dan asam asetat pada larutan barfoed akan membuat endapan
kupro oksida yang berwarna merah bata, yang menunjukkan hasil positif
keberadaan gula. Tapi keceepata bereaksi inilah yang membedakan kedua gula,
monosakarida akan bereaksi lebih cepat dibandingkan disakarida karena langsung
bereaksi sedangkan disakarida harus diputuskan ikatan glikosidiknya oleh suasana
asam.
Dengan reaksi sebagai berikut:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
E. Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri dari dua
larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO 4 dalam air,
sedangkan Fehling B adalah larutan garam KNitrat dan NaOH dalam air. Kedua
macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan
untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi
ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B
berfungsi mencegah Cu²+ mengendap dalam suasana alkalis.
F. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff adalah uji kimia yang dilakukan untuk membedakan gula aldosa dan
ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula tersebut.
Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika
mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa
ketika dipanaskan ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada aldosa.
Dengan reaksi sebagai berikut:
Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:
Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula
sederhana.
Ketosa yang terdehidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat
berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna
merah muda.
Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa
menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan
glukosa. (Anonim, 2013)
G. Uji Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang
terjadi mempunyai bentuk Kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing
karbohidrat. Hal ini sangat penting, artinya karena dapat digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan
beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat
dalam urine wanita yang sedang dalam masa menyusui (Poedjiadi, Hal 42, 1994).
Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazine, mulamula terbentuk D-
glukosafenilhidrazine. Kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glikazon.
Glukosa, fruktosa, dan manosa dengan fenilhidrazin menghasilkan osazon yang
sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus –OH
dan atom H pada atom karbon nomor 3,4 dan 5 sama. Dengan demikian osazon
yang terbentuk mempunyai struktur yang sama (Poedjiadi, Hal 42, 1994).
B. Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C,H,O,dan N yang tidak dimiliki oleh lemak. Molekul
protein mengandung pula fosfor,belerang dan ada jenis protein yang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991).
Untungnya semua protein terdiri atas satu atau lebih polimer yang linier dan
bercabang. Monomer yang membuat polimer ini disebut asam amino.dalam
kebanyakan protein terdapat 20 jenis asam amino. Asam amino ini terikat menjadi
satu rantai dalam jumlah 100 sampai 300 (Kimball, 1992).
Protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan
positif dan negatif. Proein dapat diendapkan dengan ion logam seperti Hg2+, Fe2+,
Cu2+, Pb2+, ion salisilat, pikrat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut protein
pada putih telur atau susu dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun
apabila orang keracunan logam berat (Poedjiadi, 2007).
Pengujian Protein
A. Uji Millon
Asam amino dengan gugus fenolik akan dapat dideteksi oleh reagen Millon yang
merupakan larutan merkuro dan merkuri nitrat. Hasil positif akan ditunjukkan dari
endapan merah setelah dipanaskan. (Winarno 1992).
B. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam
sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat
(Robinson 1995). Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat
dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat
warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino,
selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan karbondioksida. Jadi, zat warna ungu
yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer dan
intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada (Hart
2003).
Reaksi uji Ninhidrin (Bintang M ,2010)
C. Uji Sulfur
Ikatan disulfida merupakan jenis ikatan kovalen lain yang dimiliki oleh peptida dan
asam amino dalam protein (Hart 2003). Sistein merupakan asam amino yang
mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino
tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam PbS. Penambahan
NaOH dalam percobaan ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan
yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS,
sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+ (Girindra 1986). Hasil percobaan pada
literatur sampel albumin 0.02% akan membentuk endapan PbS, sehingga dapat
disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung asam amino yang rantainya
samping mempunyai senyawa belerang.
Sistein merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki atom S,
bersama-sama dengan metionin, karena memiliki atom S, sistein menjadi sumber
utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung belerang.
Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi
protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol. Sumber utama sisteina pada
makanan adalah cabai, bawang putih, bawang bombay, brokoli, haver, dan inti
bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi secara industri
melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas (Arbianto Purwo
1993).
D. Uji Biuret
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH 2)2). Dalam suasana basa
(penambahan NaOH), ion Cu2+ yang berasal dari pereaksi biuret (CuSO4) akan
bereaksi dengan gugus –CO dan – NH dari rantai peptida yang menyusun protein
membentuk kompleks berwarna violet.
E. Uji Ksantoprotein
Untuk mengetahui protein dengan asam amino dengan cincin benzena, misalnya
Tyrosin, Fenilanin dan Tritopfan. Apabila dipanaskan dehan HNO 3 pekat akan
dihasilkan endapan putih yang segera berubah mejadi kuning tua. Penambahan alkali
atau amonia pekat mengubah warna zat menjadi jingga. (Winarno 1992).
F. Uji Hopkins-Cole
Uji hopkins cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat.
Kondensasi 2 inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan
senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu
pada bidang batas.
Triptofan merukan salah satu asam amino essensial yang tidak bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh. Gugus fungsinal triptofan adalah Indol, yang tidak dimiliki oleh
asam amino lainnya membuat triptofan menjadi prekusor dari banyak senyawa
penting tubuh seperti melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu
transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin).
H H
CH2 CH2 CO 2H HC O CO 2H
+ HC O
N NH
N H
H H H
triptofan asam glioksilat asam
2,3,4,5,tetrahidro-
-karbolin-4-karboksilat
B. Metode Kerja
A. Uji Karbohidrat
a. Pengenalan Pati dengan Tes Molisch
1) Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2) Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing‐masing tabung reaksi kemudian
kocok hingga tercampur dengan baik.
3) Miringkan tabung reaksi, dan dengan hati‐hati tambahkan 1‐2 mL H2SO4 pekat ke
dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Amati dan catat perubahan warna
di batas kedua lapisan cairan untuk masing‐masing tabung. Timbulnya warna ungu
menandakan tes positif terhadap pati.
3) Jika warna yang timbul tidak nyata, encerkan larutan tersebut dengan air sebanyak tiga
kali volumenya kemudian tambahkan 1 mL amil alcohol dan kocok beberapa saat sampai
warna hijau muncul pada lapisan amil alkohol.
Tambahkan pada masing‐masing tabung reaksi 0,1 gram Fenilhidrazin HCl dan 0,2
gram Natrium asetat kemudian dikocok sampai homogen.
Panaskan kedua tabung tabung di atas penangas air kemudian amati waktu terjadinya
endapan kuning dari Osazon. Jika ada monosakarida Osazon terbentuk dalam keadaan
panas, tapi jika ada dissakarida maka pembentukan Osazon terjadi setelah didinginkan.
Panaskan di atas penangas air selama 3 ‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi, reaksi
positif jika terbentuk endapan kuning (warna kuning akan lebih terang jika ditambahkan
2‐3 tetes NaOH 10%).
Panaskan di atas penangas air selama 4‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi, reaksi
positif ditandai terjadinya endapan merah.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): GramediaLehninger.
1982.Dasar-Dasar Biokimia Jilid I . Maggy Thenawidjaja, penerjemah. Jakarta (ID):
Erlangga.Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.