Anda di halaman 1dari 53

I.

Judul Percobaan : Pengenalan Jenis – Jenis Karbohidrat


II. Tanggal Percobaan : Selasa, 25 April 2017 Pukul 09.40
III. Selesai Percobaan : Selasa, 25 April 2017 Pukul 15.20
IV. Tujuan Percobaan :
1. Dapat melakukan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat.
2. Dapat melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida.
3. Dapat melakukan pengujian adanya gula pereduksi.
4. Dapat melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida.
5. Dapat menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida.
V. Dasar Teori :
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat pada
alam dengan rumus empiris Cn(H2O)n (Winarno, 1984). Karbohidrat adalah polimer
aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat polimer-polimernya yang
terbentuk. Nama karbohidrat digunakan pada senyawa-senyawa tersebut mengingat rumus
empirisnya yang berupa CnH2nOn yaitu mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang mengalami
hidroksi (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan atom-atom tersebut dan ikatannya
membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya, sehingga ada karbohidrat yang masuk
kelompok struktur sederhana seperti monosakarida, disakarida dan dengan struktur
kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa, dan hemiselulosa (Hart, 2003).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat
terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana, karbohidrat kompleks mempunyai
lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
Menurut Almatsier (2010) karbohidrat sederhana terdiri atas:
1. Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu
[C6(H2O)6] dan [C5(H2O)5]
2. Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom C
ada 11 molekul air [C12(H2O)11]
3. Gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida
4. Oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa, dan
fruktosa.
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut
dalam pelarut organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida). Karbohidrat
dibagi dalam tiga golongan yaitu :
1. Monosakarida
Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk
yang lebih sederhana lagi, dapat dibedakan berdasarkan banyaknya atom C pada
molekulnya, dan gugus aldehid atau keton yang dikandung berubah menjadi aldosa
dan ketosa (Matsjeh, dkk. 1996). Monosakarida merupakan gula sederhana yang
memiliki satu atom karbon asimetrik, contoh : glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa,
dan ribosa. Glukosa, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa.
Monosakarida, seperti misalnya fruktosa, dengan gugus keton disebut ketosa. Berikut
adalah contoh struktur dari glukosa dan fruktosa.

Gambar 1. Struktur Glukosa dan Fruktosa


Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai
atau cincin atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara
terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting
dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Winarno, 1984). Ketiga
macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6
atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak
pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom
karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam
tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut
(Almatsier, 2010).
2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari tiga sampai sepuluh molekul
monosakarida yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Biasanya dikenal dengan
disakarida, contoh : maltosa, laktosa, dan sukrosa (Fessenden dan Fessenden, 1986).
a. Maltosa digunakan dalam makanan bayi dan susu bubuk beragi. Gula ini
merupakan disakarida utama yang diperoleh dari hidrolisis pati (Lehninger,
1982). Pati diuarai menjadi maltosa oleh enzim yang terdapat dalam liur, yang
disebut α -1,4-glukan 4-glukanohidrolase. Enzim α -1,4-glukan maltohidrolase
yang terdapat dalam kecambah jelai, mengubah pati secara spesifik menjadi
satuan maltosa. Satu molekul maltosa menghasilkan dua molekul D-glukosa

Gambar 2. Struktur Maltosa


b. Laktosa merupakan suatu disakarida alamiah yang dijumpai hanya pada
binatang menyusui; air susu sapi dan manusia mengandung kira-kira 5%
laktosa (Lehninger, 1982). Laktosa diperoleh secara komersial sebagai hasil
samping pabrik keju. Dalam metabolisme tubuh manusia yang normal, laktosa
dihidrolisis secara enzimatis menjadi D-galaktosa dan D-glukosa, kemudian
galaktosa diubah menjadi glukosa, yang dapat mengalami metabolisme

Gambar 3. Struktur Laktosa


c. Sukrosa ialah gula pasir biasa. Yang berasal dari bit atau dari tebu, komposisi
kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung satu satuan glukosa
(Lehninger, 1982). Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak
memiliki gugus hemiasetal, oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada
dalam kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau keton.
Gambar 4. Struktur Sukrosa

3. Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang mengandung lebih dari sepuluh
monosakarida yang berikatan Matsjeh, dkk. 1996). Bila dihidrolisis dapat
menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida. Berikut beberapa polisakarida
yang sering dijumpai, yaitu:
a. Selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4’- β -D-glukosa. Hidrolisis sempurna
larutan HCl 40% akan menghasilkan D-glukosa. Selulosa tidak mempunyai
karbon hemiasetal sehingga tidak mudah teroksidasi.
b. Pati (starch) adalah polisakarida penyimpan energi pada tanaman. Pati dapat
diendapkan menjadi dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
membentuk warna biru bila dicampur dengan larutan I 2. Warna yang timbul
merupakan dasar bagi uji iod terhadap pati.

B. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Karbohidrat


Sifat Fisik karbohidrat, semua monosakarida dan disakarida, serta beberapa
polisakarida larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Karbohidrat yang
pada hakikatnya adalah polialkohol, membentuk ikatan hidrogen dengan air (Poedjiadi,
2005).
Sifat kimia karbohidrat berhubungan dengan gugus fungsi yang terdapat pada
molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehid dan gugus keton (Poedjiadi, 2005). Semua
monosakarida dan kebanyakan disakarida mereduksi senyawa pengoksida lemah seperti
Cu dalam pereaksi fehling. Karbohidrat seperti ini disebut gula pereduksi. Agar dapat
berfungsi sebagai gula pereduksi, suatu karbohidrat harus mempunyai gugus fungsi
sebagai aldehida atau gugus fungsi hemiasetal yang dapat membuka sebagai aldehida
(Poedjiadi, 2005). Dari ketiga bentuk glukosa, hanya bentuk rantai terbuka (asiklik) yang
dioksidasi oleh peraksi fehling.

C. Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna,
tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah
timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 1984).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan
sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada
tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 1984).
Karbohidrat memiliki berbagai macam fungsi bagi tubuh. Almatsier (2010) dalam
bukunya menyebutkannya sebagai berikut:
a. Sumber energi.
b. Pemberi rasa manis pada makanan. Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan,
khususnya mono dan disakarida. Alat kecapan manusia merasakan rasa manis
tersebut.
c. Penghemat protein.
d. Pengatur metabolisme lemak.
e. Membantu pengeluaran feses.
Karbohidrat juga merupakan bagian dari struktur sel, dalam bentuk glikoprotein
(Poedjiadi, 2005). Reseptor seluler yang terdapat pada permukaan membrane sel adalah
suatu glikoprotein. Begitu banyak manfaat karbohidrat, namun konsumsi karbohidrat
tidak boleh melebihi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh. Bila karbohidrat itu meningkat
terus sehari-hari, maka akan terjadi pembentukan lemak sebagai akibat penyimpanan
pada jaringan adiposa di bawah kulit. Kekurangan dan kelebihan sama-sama
menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi tubuh. Kekurangan asupan karbohidrat
dapat menimbulkan kehilangan energi, mudah lelah, terjadi pemecahan protein yang
berlebihan dan akan mengalami gangguan keseimbangan air sehingga mengganggu
pencernaan (Winarno, 1984). Sebaliknya jika seseorang kelebihan mengkonsumsi
karbohidrat akan menyebabkan berat badan meningkat dan terjadi obesitas serta penyakit
diabetes mellitus.

D. Uji Reaksi-Reaksi Pengenalan terhadap Karbohidrat


Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi- reaksi warna yang
dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan
berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari
gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam sulfat,
hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan produk terurai yang
berwarna (Anwar, 2004).
Ada beberapa pereaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Kebanyakan reaksi pengenalan adanya karbohidrat dilakukan dengan adanya
larutan pekat dari asam kuat. Asam ini menyebabkan terjadinya hidrolisis beberapa
polisakarida dan asam kuat juga dapat bereaksi dengan larutan yang mengandung
monosakarida menghasilkan furfural atau turunannya (Anwar, 2004).
Adanya karbohidrat dalam makanan dapat diidentifikasi secara kualitatif maupun
kuantitatif. Uji kualitatif karbohidrat yang mendasarkan pada pembentukan warna dapat
dilakukan dengan cara :
a. Uji Molish
Uji molisch adalah tes kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji
Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari
Australia. Uji molisch bertujuan membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.
Identifikasi karbohidrat oleh molisch didasarkan pada hidrolisis karbohidrat oleh
asam sulfat pekat yang menghasilkan monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis
pentosa oleh asam sulfat pekat menghasilkan furfural. Sedangkan golongan heksosa
dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil furfural. Fulfural ini akan
membentuk persenyawaan dengan naftol ditandai dengan terbentuknya warna ungu
(cincin). Oleh karena H2SO4 dapat menghidrolisis oligasakarida dan polisakarida.
Monosakarida akan bereaksi lebih cepat dari pada disakarida dan polisakarida karena
pada monosakarida langsung bisa mengalami dehidrasi dengan asam sulfat
membentuk fulfural, sementara pada disakarida harus diubah dahulu menjadi
monosakarida baru bisa dihidrolisis oleh asam sulfat membentuk fulfural (Sumardjo,
2006).
Pereaksi Molish dibuat dengan melarutkan α-naftol dalam alcohol 95%. Pereaksi
molisch akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
Warna merah ungu yang terasa disebabkan oleh kondensasi furfural atatu turunannya
dengan α –naftol (Anwar, 2004). Selain dari furfural dapat terkondensasi dengan
bermacam-macam senyawa fenol atu amin memberikan turunan yang berwarna.
Reaksi ini sangat efektif untuk uji senyawa-senyawa yang dapat di dehidrasi oleh
asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau furfural yang tersubtitusi. Uji molish
adala uji umum untuk karbohidrat walaupun hasilnya bukan merupakan reaksi yang
spesifik untuk karbohidrat. Hasil yang negatif merupakan petunjuk yang jelas tidak
adanya karbohidrat dalam sample (Sumardjo, 2006).

b. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat golongan ketosa. Uji ini
didasarkan atas terjadinya perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam
levulenat dan 4-hidroksimetil furfural, yang selanjutnya terjadi kondensasi 4-
hidroksimetil furfural dengan resorsonol (1,3-dihydroksibenzen) yang dihidrolisa
menjadi glukosa dan fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff
(Sumardjo, 2006). Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil
furfural, dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna merah jingga. Dengan menggunakan reagen resorcinol
dan HCl pekat, maka asam akan menghidrolisa polisakarida dan oligosakarida
sehingga akan dihasilkan gula sederhana.
Reagen dalam uji Seliwanoff terdiri dari kristal resorcinol yang dilarutakan
dalam air dan asam hidroklorida dengan perbandingan yang sama. Cara kerja dari uji
ini adalah suatu larutan sampel yang akan diuji ditetesi dengan reagen dan kemudian
dipanaskan. Hasil positif dari uji Seliwanoff adalah terbentuknya endapan berwarna
merah bata (Anwar, 2004).
Uji ini untuk mendeteksi gula ketosa, sehingga gula aldosa yang terkandung
dalam bahan pangan akan bereaksi negatif namun tetap menunjukkan perubahan
warna yang didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat
terhidrasi dari pada aldosa. Aldosa akan bereaksi lebih lambat dan menghasilkan
warna merah muda pucat sedangkan ketosa yang sudah terdehidrasi apabila bereaksi
dengan resorcinol maka akan menimbulkan warna merah bata. Jika gugus tersebut
mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus
aldehida, ia adalah aldosa (Sumardjo, 2006).

c. Uji Barfoed
Uji Barfoed bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga
kekuatan hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida.
Pereaksi Barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air yang ditambahkan asam
asetat atau asam laktat. Dasar dari pengujian ini adalah ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah
bata (Sumardjo, 2006). Reaksi:
Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)
Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)
Pereaksi ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
cara mengontrol kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Senyawa Cu 2+
tidak membentuk Cu(OH)2 dalam suasana asam (Sumardjo, 2006).
Pereaksi Barfoed dapat dibuat dengan melarutkan kristal tembaga II asetat dalam
200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan asam asetat glasial. Tembaga (II)
oksida akan memberikan reaksi positif terhadap larutan dengan terbentuknya endapan
berwarna merah. Akan tetapi, reaksi yang dihasilkan sangat lambat sehingga larutan
Barfoed tidak memberikan endapan merah kecuali jika pengujian dilakukan lebih
lama. Reaksi tersebut negatif untuk gula disakarida sebab gula tersebut merupakan
bahan pereduksi lemah (Anwar, 2004).

d. Uji Tollens
Uji ini bertujuan untuk Untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Uji
dengan pereaksi Tollens didasarkan pada mudahnya gugus aldehid yang terbentuk
dari reaksi reversibel (dapat balik) dari hemiasetal siklis monosakarida.
Reaksi aldehid dengan pereaksi Tollens adalah sebagai berikut.
+ 2Ag(NH3)2OH  2Ag (s) + + H2O + 3 NH3

Reaksi positif oleh pereaksi Tollens ditandai dengan tebentuknya cermin perak
(Anwar, 2004).

e. Uji Fehling
Uji ini bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Larutan
Fehling terdiri dari dua bagian. Pereaksi fehling adalah oksidator lemah yang
merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi fehling terdiri dari
dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO 4,
sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi Fehling digunakan dengan mencampurkan Fehling A dan B dengan volume
yang sama.
Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu 2+ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O. Uji positif
ditandai dengan endapan merah bata (Anwar, 2004). Reaksi:

+ 2 Cu2+ [tartarat] + 5 OH-  + Cu2O + 3H2O

f. Uji Benedict
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi dalam suatu
larutan. Uji benedict pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika
bernama Stanley Rossiter Benedict. Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu2+
menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas.
Reagen Benedict merupakan hasil campuran tembaga II sulfat dan hasil
penyaringan campuran natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat berhidrat.
Suatu larutan bahan pangan yang mengandung konsentrasi gula pereduksi yang tinggi
akan membentuk endapan berwarna merah, sedangkan apabila suatu larutan hanya
mengandung gula pereduksi dengan konsentrasi rendah akan menimbulkan endapan
berwarna hijau, kuning kecoklatan (Anwar, 2004).
Semua jenis monosakarida akan menunjukkan hasil positif dengan uji benedict,
disakarida pereduksi seperti maltosa dan laktosa juga menunjukkan hasil positif.
Disakarida non pereduksi seperti sukrosa dan jenis-jenis polisakarida tidak bereaksi
positif dengan uji ini (Winarno, 1984).
Pereaksi Benedict mengandung CuSO dan Na-sitrat. Pada proses reduksi dalam
dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti sitrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO dalam larutan natrium bikarbonat. Larutan
tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid
bebas atau monoketo bebas. Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi
larutan Benedict karena mempunyai gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula
dipakai untuk memperkirakan konsentrasi karbohidrat bebas karena berbagai
konsentrasi karbohidrat akan memberikan intensitas warna yang berlainan. Reaksi
dalam uji benedict:

g. Uji Pati dengan Iodin


Uji Iodin bertujuan membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan
dekstrin). Polisakarida akan membentuk reaksi dengan iodin dan memberikan warna
spesifik tergantung jenis karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru,
amilopektin merah coklat, glikogen, dan dextrin berwarna merah coklat.
Identifikasi ini didasarkan pada pembentukan kompleks adsorpsi berwarna
spesifik oleh polisakarida akibat penambahan iodium. Amilum atau pati dengan
iodium menghasilkan berwarna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur
sedangkan glikogen dan sebagian pati terhidrolisis bereaksi dengan iodium
membentuk warna merah coklat (Anwar, 2004).
Pati jika direaksikan dengan Iodium akan menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna biru/ungu. Iodine akan berada di bagian tengah polimer amilosa yang
berbentuk heliks. Akan tetapi struktur atatu ikatan antara iodium dengan pati belum
diketahui dengan pasti. Intensitas warna biru yang terjadi tergantung para panjang unit
polimer amilosa. Dextrin dengan iodium akan menghasilkan warna merah anggur.
VI. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Tabung reaksi 20 buah
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Gelas kimia 3 buah
4. Gelas ukur 3 buah
5. Spatula 1 buah
6. Pipet tetes 15 buah
7. Pembakar spirtus 1 buah
8. Kaki tiga 1 buah
9. Kasa 1 buah

Bahan :
1. Glukosa secukupnya
2. Sukrosa secukupnya
3. Amilum secukupnya
4. Laktosa secukupnya
5. Pereaksi Molisch secukupnya
6. H2SO4 pekat secukupnya

7. Reagen Seliwanoff secukupnya


8. Pereaksi Barfoed secukupnya
9. AgNO3 1 % secukupnya
10. NH4 OH 2 % secukupnya
11. NaOH 5 % secukupnya
12. Fehling A secukupnya
13. Fehling B secukupnya
14. HCl secukupnya
15. NaOH 3M secukupnya
16. Aquades secukupnya
VII. Prosedur Percobaan :
1. Tes Molish

2-5 tetes cuplikan 2-5 tetes cuplikan 2-5 tetes cuplikan


sukrosa glukosa amilum

+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi
+Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes
pereaksi Molish pereaksi Molish pereaksi Molish
+Dimasukkan 7-8 tetes +Dimasukkan 7-8 tetes +Dimasukkan 7-8 tetes
asam sulfat pekat hingga asam sulfat pekat hingga asam sulfat pekat hingga
asam sulfat membentuk asam sulfat membentuk asam sulfat membentuk
lapisan yang terpisah dari lapisan yang terpisah dari lapisan yang terpisah dari
lapisan awal lapisan awal lapisan awal
+Akan terbentuk cincin +Akan terbentuk cincin +Akan terbentuk cincin
warna merah pada warna merah pada warna merah pada
permukaan lapisan bawah permukaan lapisan bawah permukaan lapisan bawah
dan akan segera berubah dan akan segera berubah dan akan segera berubah
menjadi warna ungu tua menjadi warna ungu tua menjadi warna ungu tua
(bila terdapat karbohidrat) (bila terdapat karbohidrat) (bila terdapat karbohidrat)
+Didiamkan selama 2 menit, +Didiamkan selama 2 menit, +Didiamkan selama 2 menit,
dan ditambahkan 5 mL air dan ditambahkan 5 mL air dan ditambahkan 5 mL air
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil Hasil


2. Tes Seliwanoff

5 tetes reagen Seliwanoff 5 tetes reagen Seliwanoff 5 tetes reagen Seliwanoff

+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi
+Ditambahan 2-5 tetes +Ditambahan 2-5 tetes +Ditambahan 2-5 tetes
cuplikan amilum cuplikan laktosa cuplikan glukosa
+Dikocok dan dipanaskan +Dikocok dan dipanaskan +Dikocok dan dipanaskan
pada penangas air pada penangas air pada penangas air
+Dihitung waktu yang +Dihitung waktu yang +Dihitung waktu yang
dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk
terjadinya perubahan terjadinya perubahan terjadinya perubahan
warna (diatas 0 menit, warna (diatas 0 menit, warna (diatas 0 menit,
tes dinyatakan negatif) tes dinyatakan negatif) tes dinyatakan negatif)
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil Hasil


3. Tes Barfoed

5 tetes cuplikan amilum 5 tetes cuplikan glukosa 5 tetes cuplikan laktosa

+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi
+Ditambahan 5 mL +Ditambahan 5 mL +Ditambahan 5 mL
reagen Barfoed reagen Barfoed reagen Barfoed
+Dipanaskan pada +Dipanaskan pada +Dipanaskan pada
penangas air penangas air penangas air
+Bila dipanaskan selama +Bila dipanaskan selama +Bila dipanaskan selama
2 menit terbentuk 2 menit terbentuk 2 menit terbentuk
endapan merah bata, endapan merah bata, endapan merah bata,
berarti cuplikan berarti cuplikan berarti cuplikan
mengandung mengandung mengandung
monosakarida monosakarida monosakarida
+ Bila dipanaskan selama + Bila dipanaskan selama + Bila dipanaskan selama
10 menit terbentuk 10 menit terbentuk 10 menit terbentuk
endapan merah bata, endapan merah bata, endapan merah bata,
berarti cuplikan berarti cuplikan berarti cuplikan
mengandung disakarida mengandung disakarida mengandung disakarida
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil Hasil


4. Tes Tollens

2-5 tetes cuplikan sukrosa 2-5 tetes cuplikan amilum


Catatan
+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam Reagen Tollens :
tabung reaksi tabung reaksi 1 mL larutan AgNO3 1%
+Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes (larutan A) + 1 mL
reagen Tollens reagen Tollens larutan NaOH 5%
+Dipanaskan jika tak +Dipanaskan jika tak (larutan B)
terbentuk cermin perak terbentuk cermin perak
+Ditambahkan larutan +Ditambahkan larutan
NH4OH 2% tetes demi NH4OH 2% tetes demi
tetes sampai semua tetes sampai semua Catatan
endapan terlarut endapan terlarut Endapan cermin perak
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat menandakan adanya
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi gugus aldehid

Hasil Hasil

2-5 tetes cuplikan laktosa 2-5 tetes cuplikan glukosa


+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam
tabung reaksi tabung reaksi
+Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes
reagen Tollens reagen Tollens
+Dipanaskan jika tak +Dipanaskan jika tak
terbentuk cermin perak terbentuk cermin perak
+Ditambahkan larutan +Ditambahkan larutan
NH4OH 2% tetes demi NH4OH 2% tetes demi
tetes sampai semua tetes sampai semua
endapan terlarut endapan terlarut
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil
5. Tes Fehling

2 tetes cuplikan amilum 2 tetes cuplikan laktosa


Catatan
+Dituangkan ke dalam tabung +Dituangkan ke dalam tabung Endapan merah bata
reaksi reaksi menandakan adanya
+Ditambahan 2-3 mL larutan +Ditambahan 2-3 mL larutan gula pereduksi
Fehling Fehling
+Dikocok dan dipanaskan di atas +Dikocok dan dipanaskan di atas
penangas air selama 3-4 menit penangas air selama 3-4 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil

2 tetes cuplikan sukrosa 2 tetes cuplikan glukosa


+Dituangkan ke dalam tabung +Dituangkan ke dalam tabung
reaksi reaksi
+Ditambahan 2-3 mL larutan +Ditambahan 2-3 mL larutan
Fehling Fehling
+Dikocok dan dipanaskan di atas +Dikocok dan dipanaskan di atas
penangas air selama 3-4 menit penangas air selama 3-4 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil
6. Tes Benedict

5 tetes cuplikan amilum 5 tetes cuplikan laktosa


Catatan
+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam
Endapan merah bata
tabung reaksi tabung reaksi
menandakan adanya
+Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes
gula pereduksi
larutan Benedict larutan Benedict
+Dikocok dan dipanaskan di +Dikocok dan dipanaskan di
atas penangas air selama 2 atas penangas air selama 2
menit menit
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil

5 tetes cuplikan sukrosa 5 tetes cuplikan glukosa


+Dituangkan ke dalam +Dituangkan ke dalam
tabung reaksi tabung reaksi
+Ditambahan 5 tetes +Ditambahan 5 tetes
larutan Benedict larutan Benedict
+Dikocok dan dipanaskan di +Dikocok dan dipanaskan di
atas penangas air selama 2 atas penangas air selama 2
menit menit
+Diamati dan dicatat +Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi

Hasil Hasil
7. Hidrolisis Sukrosa
 Tabung 1

0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air

Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL

Tabung 1A Tabung 1B
+Ditambah dengan 1 mL larutan +Ditambah dengan 1 mL larutan
HCl 3 M HCl 3 M
+Dipanaskan pada penangas air +Dipanaskan pada penangas air
+Didinginkan pada suhu kamar +Didinginkan pada suhu kamar
dan ditambahkan 1,5 mL larutan dan ditambahkan 1,5 mL larutan
NaOH 3 M NaOH 3 M
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil
 Tabung 2

0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air

Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL

Tabung 2A Tabung 2B
+Ditambah dengan 1 mL air +Ditambah dengan 1 mL air
+Dipanaskan pada penangas air +Dipanaskan pada penangas air
+Didinginkan pada suhu kamar +Didinginkan pada suhu kamar
dan ditambahkan 1,5 mL larutan dan ditambahkan 1,5 mL larutan
NaOH 3 M NaOH 3 M
+Ditambahkan 1,5 mL air +Ditambahkan 1,5 mL air
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil
 Tabung 3

0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air

Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL

Tabung 3A Tabung 3B
+Ditambah dengan 1 mL air +Ditambah dengan 1 mL air
+Diletakkan pada suhu ruangan +Diletakkan pada suhu ruangan
+Ditambahkan 1,5 mL air +Ditambahkan 1,5 mL air
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil
8. Hidrolisis Pati
 Tabung 1
2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 1
+ Ditambahkan 2 mL HCl 3 M
+ Dipanaskan 10-15 menit
+ Didinginkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 1,5 mL NaOH 3 M
+ Dibagi menjadi 2

Tabung 1A Tabung 1B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil

2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 2
+ Ditambahkan 2 mL aquades
+ Dipanaskan 10-15 menit
+ Didinginkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 3 mL aquades
+ Dibagi menjadi 2

Tabung 2A Tabung 2B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil

 Tabung 2
 Tabung 3
2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 3
+ Ditambahkan 2 mL aquades
+ Diletakkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 3 mL aquades
+ Dibagi menjadi 2

Tabung 3A Tabung 3B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi

Hasil Hasil
VIII. Hasil Pengamatan :
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
1. Tes Molisch Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Sukrosa : Sukrosa  Sukrosa kesimpulan bahwa
tidak  Sukrosa + R. sukrosa, glukosa,
berwarna Molisch : tidak dan amilum
 Glukosa : bercampur merupakan
tidak  + H2SO4 karbohidrat yang
berwarna pekat : ditandai dengan
 Amilum : terbentuk adanya perubahan
tidak lapisan merah larutan menjadi
berwarna dan & endapan warna ungu.
keruh ungu di dasar + H2SO4 →
 H2SO4 pekat : tabung
tidak  + didiamkan :
berwarna lapisan merah
 Reagen berubah +
Molisch : menjadi ungu
berwarna  + aquades :
coklat berwarna ungu
kehitaman (+++)
Glukosa  Glukosa
 Glukosa + R.  C6H12O6 + H2O →
Molisch : tidak 3H2O +
bercampur
 + H2SO4
pekat :
terbentuk 
lapisan merah
& endapan
ungu di dasar +
tabung
 + didiamkan :
lapisan merah
berubah

menjadi ungu
 + aquades :
berwarna ungu
(+)
Amilum
 Amilum + R.
Molisch : tidak  Amilum
bercampur
 + H2SO4
pekat :
terbentuk
lapisan merah
& endapan
ungu di dasar
tabung
 + didiamkan :  Karbohidrat jika
lapisan merah direaksikan dengan
berubah reagen Molisch akan
menjadi ungu menghasilkan warna
 + aquades :
berwarna ungu ungu.
(++)  Uji Molisch ini
digunakan untuk
mengidentifikasi
karbohidrat secara
umum
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
2. Tes Seliwanoff Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Reagen Amilum kesimpulan bahwa
Seliwanoff :  Amilum + amilum, sukrosa,
tidak Reagen dan glukosa
berwarna Seliwanoff : menunjukkan hasil
 Amilum : tidak berwarna negatif terhadap uji
tidak  + dikocok : Seliwanoff, artinya
berwarna dan tidak berwarna ketiga sampel
keruh  + dipanaskan : tersebut tidak
 Laktosa : berwarna + → mengandung gugus
tidak oranye dan ketosa.
berwarna jernih
 Glukosa :  Waktu terjadi
tidak perubahan
berwarna larutan oranye
dan jernih : 7
menit
Laktosa
 Laktosa +
Reagen
Seliwanoff :
tidak berwarna
 + dikocok :
tidak berwarna
 + dipanaskan :
berwarna
oranye dan
jernih
 Waktu terjadi
perubahan
larutan oranye
dan jernih : 6
menit
Glukosa
 Glukosa +
Reagen
Seliwanoff :
tidak berwarna
 + dikocok :
tidak berwarna
 + dipanaskan :
berwarna
oranye dan
jernih
 Waktu terjadi
perubahan
larutan oranye
dan jernih : 5
menit
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
3. Tes Barfoed Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Raegen Amilum kesimpulan bahwa
Barfoed :  Amilum + glukosa merupakan
berwarna biru Reagen monosakarida yang
 Amilum : Barfoed : memberi hasil positif
tidak berwarna biru dengan terbentuknya
berwarna dan  + dipanaskan endapan merah bata.
keruh  2 menit : Amilum memberi
 Glukosa : berwarna hasil negatif karena
tidak biru amilum merupakan
berwarna  10 menit : + CuO↓ polisakarida.
 Laktosa : berwarna
tidak biru  Terbentuknya
berwarna (tidak terdapat endapan merah bata
endapan merah menunjukkan adanya
bata) gula pereduksi pada
Glukosa karbohidrat serta
 Glukosa + gugus aldosa.
Reagen
Barfoed :
berwarna biru
 + dipanaskan
 2 menit :
berwarna
biru
 9 menit :
berwarna
biru dan
terdapat
endapan
merah bata
Laktosa
 Laktosa +
Reagen
Barfoed :
berwarna biru
 + dipanaskan
 2 menit :
berwarna
biru
 10 menit :
berwarna
biru
(tidak terdapat
endapan merah
bata)
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
4. Tes Tollens Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Sukrosa : Reagen Tollens  2AgNO3 (aq) + kesimpulan bahwa
tidak  AgNO3 + 2NaOH (aq) → Ag2O glukosa merupakan
berwarna NaOH : (s) + 2NaNO3 (aq) + gula pereduksi yang
 Amilum : berwarna H2O (l) memberi hasil positif
tidak coklat keabu-  Ag (s) + NH4OH (aq) pada uji Tollens
berwarna dan abuan dan → 2Ag(NH3)2+ + karena terbentuk
keruh keruh 3OH- cermin perak.
 Laktosa :  +NH4OH 
tidak hingga
berwarna endapan tepat
 Glukosa : larut (50
tidak tetes) : tidak
berwarna berwarna
 AgNO3 : Sukrosa
tidak  Sukrosa +
berwarna Reagen
 NaOH : tidak Tollens : tidak
berwarna berwarna
 NH4OH :  + dipanaskan :
tidak larutan
berwarna berwarna abu-
abu
Amilum
 Amilum +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
 + dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu
Laktosa
 Laktosa +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
 + dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu
Glukosa
 Glukosa +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
 + dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu dengan
endapan
cermin perak
pada dinding
tabung
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
5. Tes Fehling Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Sukrosa : Sukrosa  kesimpulan bahwa
tidak  Sukrosa + glukosa dan laktosa
berwarna Reagen merupakan gula
 Amilum : Fehling : pereduksi, serta
tidak berwarna biru memiliki gugus
berwarna dan  + dikocok : tak aldosa. Hal ini
keruh terjadi ditunjukkan dengan
 Laktosa : perubahan terbentuknya
+
tidak  + dipanaskan : endapan berwarna
Cu2O ↓ + H2O
berwarna berwarna biru merah bata pada uji
 Glukosa : Amilum Fehling.
 Terbentuknya
tidak  Amilum + endapan berwarna
berwarna Reagen merah bata
 Reagen Fehling : menunjukkan adanya
Fehling : berwarna biru gula pereduksi pada
berwarna biru  + dikocok : tak karbohidrat, serta
terjadi adanya gugus aldosa.
perubahan
 + dipanaskan :
berwarna biru
Laktosa
 Laktosa +
Reagen
Fehling :
berwarna biru
 + dikocok : tak
terjadi
perubahan
 + dipanaskan :
berwarna
merah dengan
endapan merah
bata
Glukosa
 Laktosa +
Reagen
Fehling :
berwarna biru
 + dikocok : tak
terjadi
perubahan
 + dipanaskan :
berwarna
merah dengan
endapan merah
bata
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
6. Tes Benedict Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Sukrosa : Sukrosa kesimpulan bahwa
tidak  Sukrosa + glukosa dan laktosa
berwarna Reagen merupakan gula
 Amilum : Benedict :  → pereduksi, serta
tidak berwarna biru memiliki gugus
berwarna dan  + dikocok : aldosa. Ditunjukkan
keruh berwarna biru dengan terbentuknya
 Laktosa :  + dipanaskan : endapan berwarna
tidak berwarna merah bata pada uji
berwarna kuning Benedict.
 Glukosa : Amilum
tidak  Amilum +  +
berwarna Reagen 2-
2Cu(sitrat)2 →
 Reagen Benedict :
Benedict : berwarna biru
berwarna biru  + dikocok :
berwarna biru
 + dipanaskan : + Cu2O ↓
berwarna hijau
Laktosa
 Laktosa +
Reagen
Benedict :
berwarna biru
 + dikocok :
berwarna biru
 + dipanaskan :
berwarna
jingga dengan
endapan merah
bata
Glukosa
 Glukosa +
Reagen
Benedict :
berwarna biru
 + dikocok :
berwarna biru
 + dipanaskan :
berwarna
jingga dengan
endapan merah
bata
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
H2O
 Tabung 1  Sukrosa :  Sukrosa +  Sukrosa kesimpulan bahwa
H+
tidak aquades : tidak sukrosa dapat
berwarna berwarna glukosa + fruktosa dihidrolisis
 Aquades : Tabung 1A menghasilkan
tidak  + HCl : tidak glukosa dan fruktosa
berwarna berwarna dengan bantuan
 HCl : tidak  + dipanaskan : asam sebagai katalis.
berwarna tidak berwarna
 NaOH : tidak  + didinginkan :
berwarna tidak berwarna 
 Reagen  + NaOH :
Benedict : berwarna
berwarna biru kuning
 Reagen  + R. Benedict :
Seliwanoff : berwarna biru
+
tidak  + dipanaskan :
berwarna berwarna
merah bata dan
jernih
Tabung 1B  Hidrolisis sempurna
 + HCl : tidak terjadi jika larutan
berwarna dipengaruhi oleh
 + dipanaskan : asam dan basa secara
tidak berwarna bersama-sama.
 + didinginkan :
tidak berwarna
 + NaOH :
berwarna
kuning
 + R.
Seliwanoff :
berwarna
kuning
 + dipanaskan :
berwarna
kuning
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah
 Tabung 2  Sukrosa :  Sukrosa +
tidak aquades : tidak
berwarna berwarna
 Aquades : Tabung 2A
tidak  + aquades :
berwarna tidak berwarna
 HCl : tidak  + dipanaskan :
berwarna tidak berwarna
 NaOH : tidak  + didinginkan :
berwarna tidak berwarna
 Reagen  + NaOH :
Benedict : tidak berwarna
berwarna biru  + aquades :
 Reagen tidak berwarna
Seliwanoff :  + R. Benedict :
tidak berwarna biru
berwarna  + dipanaskan :
berwarna biru
Tabung 2B
 + aquades :
tidak berwarna
 + dipanaskan :
tidak berwarna
 + didinginkan :
tidak berwarna
 + NaOH :
tidak berwarna
 + aquades :
tidak berwarna
 + R.
Seliwanoff :
tidak berwarna
 + dipanaskan :
tidak berwarna
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah Didapatkan
 Tabung 3  Sukrosa :  Sukrosa + kesimpulan bahwa
tidak aquades : tidak
berwarna berwarna
 Aquades : Tabung 3A
tidak  + aquades :
berwarna tidak berwarna
 HCl : tidak  + diletakkan
berwarna pada suhu
 NaOH : tidak ruang : tidak
berwarna berwarna
 Reagen  + aquades :
Benedict : tidak berwarna
berwarna biru  + R. Benedict :
 Reagen berwarna biru
Seliwanoff :  + dipanaskan :
tidak berwarna biru
berwarna Tabung 3B
 + aquades :
tidak berwarna
 + diletakkan
pada suhu
ruang : tidak
berwarna
 + aquades :
tidak berwarna
 + R.
Seliwanoff :
tidak berwarna
 + dipanaskan :
tidak berwarna
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
 Larutan pati :  Larutan pati + H2O
 Tabung 1  Pati maltosa kesimpulan bahwa
berwarna HCl : tidak H+ hidrolisis pati dapat
putih dan berwarna H2O terjadi dengan
D-glukosa
H+
keruh  + dipanaskan : penambahan asam
 HCl : tidak tidak berwarna  seperti HCl disertai
berwarna  + NaOH : pemanasan pada
 NaOH : tidak tidak berwarna suhu tinggi.
berwarna Tabung 1A
 Iodin :  + iodin :
berwarna berwarna ungu
kuning kehitaman (+)
 Benedict : Tabung 1B
berwarna biru  + R. Benedict :
berwarna biru,
terdapat
gelembung
+ Cu2O ↓

 Hidrolisis yang
sempurna terjadi jika
larutan dipengaruhi
oleh asam-basa secara
bersama-sama.
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah
 Tabung 2  Larutan pati :  Larutan pati +
berwarna aquades : tidak
putih dan berwarna
keruh  + dipanaskan :
 HCl : tidak tidak berwarna
berwarna  + didinginkan
 NaOH : tidak pada suhu
berwarna kamar : tidak
 Iodin : berwarna
berwarna  + aquades :
kuning tidak berwarna
 Benedict : Tabung 2A
berwarna biru  + iodin :
berwarna ungu
kehitaman (+
+)
Tabung 2B
 + R. Benedict :
berwarna biru
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah
 Tabung 3  Larutan pati :  Larutan pati +
berwarna aquades : tidak
putih dan berwarna
keruh  + diletakkan
 HCl : tidak pada suhu
berwarna kamar : tidak
 NaOH : tidak berwarna
berwarna  + aquades :
 Iodin : tidak berwarna
berwarna Tabung 3A
kuning  + iodin :
 Benedict : berwarna ungu
berwarna biru kehitaman (++
+)
Tabung 3B
 + R. Benedict :
berwarna biru
Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anwar, Chairil. 2004. Pengatar Praktikum Organik. Yogyakarta: UGM.
Fessenden, Ralph J dan Fessenden, S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Penerjemah: Suminar Setiati Achmadi. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Matsjeh, Sabirin dkk. 1996. Kimia Organik II. Yogjakarta: Depdikbud.
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: EGC.
Tim Dosen Kimia Organik. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
FMIPA-UNESA.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jawaban Pertanyaan

1. Tulislah senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan


karbohidrat!
Jawab:
a. Reagen Molisch mengandung α-naftol, senyawa ini dapat mengalami kondensasi
dengan furfural atau hidroksimetil furfural, yakni hasil reaksi monosakarida dengan
asam kuat.

b. Reagen Seliwanoff mengandung resorsinol, Senyawa ini dapat mengalami


kondensasi dengan hidroksimetil furfural, menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna. Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya
gugus keton pada suatu sakarida.

c. Reagen Barfoed, terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan
asam lemah dan dapat direduksi oleh gula pereduksi monosakarida.
d. Reagen Tollens, mengandung AgNO3 1%, NaOH 1 %, dan NH4OH 1%.
e. Reagen Fehling, merupakan campuran dari Fehling A dan Fehling B dengan
perbandingan volume 1:1.
Fehling A : mengandung Cu(II)sulfat dan asam sulfat encer.
Fehling B : mengandung NaOH dan natrium kalium tartarat.
f. Reagen Benedict, mengandung:
CuSO4 : menyediakan Cu2+
Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi
bentuk enol yang reaktif.
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji!
Jawab:
a. Uji Molisch, didasarkan pada reaksi antara α -naftol dengan furfural atau
hidroksimetil furfural hasil reaksi asam sulfat dengan karbohidrat.

+ 

b. Uji Seliwanoff, didasarkan pada terjadinya reaksi kondensasi resorsinol dengan


furfural atau hidroksimetil furfural menghasilkan senyawa kompleks berwarna.
Pengujian Seliwanoff digunakan untuk mendeteksi adanya gula ketosa.

+
c. Uji Barfoed, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
yang berupa endapan berwarna merah. Reagen Barfoed tereduksi oleh adanya gula
pereduksi monosakarida.
d. Uji Tollens, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi dari Ag+ menjadi Ag oleh gula
pereduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai denga terbentuknya cincin perak (Ag).
e. Uji Fehling, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
oleh gula perduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah
dari Cu2O.
f. Uji Benedict, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam
Cu2O oleh gula perduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan
merah atau kuning atau hijau kekuningan dari Cu2O.
g. Tes Iodin, Tes iodin digunakan untuk menguji adanya amilum (pati) dalam suatu
larutan. Prinsip dasar reaksi ini adalah pembentukan kompleks dari I 2 dan amilum
yang akan memberikan warna biru kehitaman. Jika terjadi hidrolisis sempurna pada
amilum, maka tes iodin akan memberikan hasil negatif (tetap tidak berwarna).

3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2%, selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi tollens dan fehling!
Jawab:
Bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi oleh reagen Tollens
maupun Fehling karena bentuk siklik aldosa berada dalam keseimbangan dengan
bentuk aldehid rantai terbukanya. Sehingga bentuk aldehid rantai terbuka ini dapat
dioksidasi oleh pengoksidasi.
Berikut ini reaksi oksidasi glukosa oleh reagen Tollens:

Reaksi dengan Fehling membentuk endapan merah bata :


4. Jelaskan beberapa fakta berikut:
a. Sukrosa bukan pereduksi dengan tes benedict, sedangkan pada kondisi tersebut
iodium menunjukkan sebagai gula pereduksi
b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi barfoed lebih cepat dibandingkan dengan
disakarida pereduksi
Jawab:
a. Sukrosa tersusun oleh monosakarida glukosa dan fruktosa kedua atom karbon
anomeriknya saling terikat dalam ikatan glikosida, sehingga pada setiap unit
monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi
menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi dan
tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Reaksi:
Sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa + fruktosa

Sedangkan laktosa terhidrolisis menjadi glukosa + galaktosa


Karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam mereduksi ion-ion
Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sukrosa terlebih dahulu mengalami reaksi
hidrolisis mnejadi monosakarida penyusunnya agar dapat mereduksi reagen Barfoed.
Sehingga dalam uji barfoed, sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat
dibandingkan glukosa (monosakarida).

Anda mungkin juga menyukai