3. Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang mengandung lebih dari sepuluh
monosakarida yang berikatan Matsjeh, dkk. 1996). Bila dihidrolisis dapat
menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida. Berikut beberapa polisakarida
yang sering dijumpai, yaitu:
a. Selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4’- β -D-glukosa. Hidrolisis sempurna
larutan HCl 40% akan menghasilkan D-glukosa. Selulosa tidak mempunyai
karbon hemiasetal sehingga tidak mudah teroksidasi.
b. Pati (starch) adalah polisakarida penyimpan energi pada tanaman. Pati dapat
diendapkan menjadi dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
membentuk warna biru bila dicampur dengan larutan I 2. Warna yang timbul
merupakan dasar bagi uji iod terhadap pati.
C. Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna,
tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah
timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 1984).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan
sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada
tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 1984).
Karbohidrat memiliki berbagai macam fungsi bagi tubuh. Almatsier (2010) dalam
bukunya menyebutkannya sebagai berikut:
a. Sumber energi.
b. Pemberi rasa manis pada makanan. Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan,
khususnya mono dan disakarida. Alat kecapan manusia merasakan rasa manis
tersebut.
c. Penghemat protein.
d. Pengatur metabolisme lemak.
e. Membantu pengeluaran feses.
Karbohidrat juga merupakan bagian dari struktur sel, dalam bentuk glikoprotein
(Poedjiadi, 2005). Reseptor seluler yang terdapat pada permukaan membrane sel adalah
suatu glikoprotein. Begitu banyak manfaat karbohidrat, namun konsumsi karbohidrat
tidak boleh melebihi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh. Bila karbohidrat itu meningkat
terus sehari-hari, maka akan terjadi pembentukan lemak sebagai akibat penyimpanan
pada jaringan adiposa di bawah kulit. Kekurangan dan kelebihan sama-sama
menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi tubuh. Kekurangan asupan karbohidrat
dapat menimbulkan kehilangan energi, mudah lelah, terjadi pemecahan protein yang
berlebihan dan akan mengalami gangguan keseimbangan air sehingga mengganggu
pencernaan (Winarno, 1984). Sebaliknya jika seseorang kelebihan mengkonsumsi
karbohidrat akan menyebabkan berat badan meningkat dan terjadi obesitas serta penyakit
diabetes mellitus.
b. Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat golongan ketosa. Uji ini
didasarkan atas terjadinya perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam
levulenat dan 4-hidroksimetil furfural, yang selanjutnya terjadi kondensasi 4-
hidroksimetil furfural dengan resorsonol (1,3-dihydroksibenzen) yang dihidrolisa
menjadi glukosa dan fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff
(Sumardjo, 2006). Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil
furfural, dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna merah jingga. Dengan menggunakan reagen resorcinol
dan HCl pekat, maka asam akan menghidrolisa polisakarida dan oligosakarida
sehingga akan dihasilkan gula sederhana.
Reagen dalam uji Seliwanoff terdiri dari kristal resorcinol yang dilarutakan
dalam air dan asam hidroklorida dengan perbandingan yang sama. Cara kerja dari uji
ini adalah suatu larutan sampel yang akan diuji ditetesi dengan reagen dan kemudian
dipanaskan. Hasil positif dari uji Seliwanoff adalah terbentuknya endapan berwarna
merah bata (Anwar, 2004).
Uji ini untuk mendeteksi gula ketosa, sehingga gula aldosa yang terkandung
dalam bahan pangan akan bereaksi negatif namun tetap menunjukkan perubahan
warna yang didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat
terhidrasi dari pada aldosa. Aldosa akan bereaksi lebih lambat dan menghasilkan
warna merah muda pucat sedangkan ketosa yang sudah terdehidrasi apabila bereaksi
dengan resorcinol maka akan menimbulkan warna merah bata. Jika gugus tersebut
mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus
aldehida, ia adalah aldosa (Sumardjo, 2006).
c. Uji Barfoed
Uji Barfoed bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga
kekuatan hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida.
Pereaksi Barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air yang ditambahkan asam
asetat atau asam laktat. Dasar dari pengujian ini adalah ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah
bata (Sumardjo, 2006). Reaksi:
Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)
Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)
Pereaksi ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
cara mengontrol kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Senyawa Cu 2+
tidak membentuk Cu(OH)2 dalam suasana asam (Sumardjo, 2006).
Pereaksi Barfoed dapat dibuat dengan melarutkan kristal tembaga II asetat dalam
200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan asam asetat glasial. Tembaga (II)
oksida akan memberikan reaksi positif terhadap larutan dengan terbentuknya endapan
berwarna merah. Akan tetapi, reaksi yang dihasilkan sangat lambat sehingga larutan
Barfoed tidak memberikan endapan merah kecuali jika pengujian dilakukan lebih
lama. Reaksi tersebut negatif untuk gula disakarida sebab gula tersebut merupakan
bahan pereduksi lemah (Anwar, 2004).
d. Uji Tollens
Uji ini bertujuan untuk Untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Uji
dengan pereaksi Tollens didasarkan pada mudahnya gugus aldehid yang terbentuk
dari reaksi reversibel (dapat balik) dari hemiasetal siklis monosakarida.
Reaksi aldehid dengan pereaksi Tollens adalah sebagai berikut.
+ 2Ag(NH3)2OH 2Ag (s) + + H2O + 3 NH3
Reaksi positif oleh pereaksi Tollens ditandai dengan tebentuknya cermin perak
(Anwar, 2004).
e. Uji Fehling
Uji ini bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Larutan
Fehling terdiri dari dua bagian. Pereaksi fehling adalah oksidator lemah yang
merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi fehling terdiri dari
dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO 4,
sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi Fehling digunakan dengan mencampurkan Fehling A dan B dengan volume
yang sama.
Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu 2+ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O. Uji positif
ditandai dengan endapan merah bata (Anwar, 2004). Reaksi:
f. Uji Benedict
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi dalam suatu
larutan. Uji benedict pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika
bernama Stanley Rossiter Benedict. Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu2+
menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas.
Reagen Benedict merupakan hasil campuran tembaga II sulfat dan hasil
penyaringan campuran natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat berhidrat.
Suatu larutan bahan pangan yang mengandung konsentrasi gula pereduksi yang tinggi
akan membentuk endapan berwarna merah, sedangkan apabila suatu larutan hanya
mengandung gula pereduksi dengan konsentrasi rendah akan menimbulkan endapan
berwarna hijau, kuning kecoklatan (Anwar, 2004).
Semua jenis monosakarida akan menunjukkan hasil positif dengan uji benedict,
disakarida pereduksi seperti maltosa dan laktosa juga menunjukkan hasil positif.
Disakarida non pereduksi seperti sukrosa dan jenis-jenis polisakarida tidak bereaksi
positif dengan uji ini (Winarno, 1984).
Pereaksi Benedict mengandung CuSO dan Na-sitrat. Pada proses reduksi dalam
dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti sitrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO dalam larutan natrium bikarbonat. Larutan
tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid
bebas atau monoketo bebas. Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi
larutan Benedict karena mempunyai gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula
dipakai untuk memperkirakan konsentrasi karbohidrat bebas karena berbagai
konsentrasi karbohidrat akan memberikan intensitas warna yang berlainan. Reaksi
dalam uji benedict:
Bahan :
1. Glukosa secukupnya
2. Sukrosa secukupnya
3. Amilum secukupnya
4. Laktosa secukupnya
5. Pereaksi Molisch secukupnya
6. H2SO4 pekat secukupnya
Hasil Hasil
Hasil Hasil
5. Tes Fehling
Hasil Hasil
Hasil Hasil
6. Tes Benedict
Hasil Hasil
Hasil Hasil
7. Hidrolisis Sukrosa
Tabung 1
0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air
Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL
Tabung 1A Tabung 1B
+Ditambah dengan 1 mL larutan +Ditambah dengan 1 mL larutan
HCl 3 M HCl 3 M
+Dipanaskan pada penangas air +Dipanaskan pada penangas air
+Didinginkan pada suhu kamar +Didinginkan pada suhu kamar
dan ditambahkan 1,5 mL larutan dan ditambahkan 1,5 mL larutan
NaOH 3 M NaOH 3 M
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
Tabung 2
0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air
Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL
Tabung 2A Tabung 2B
+Ditambah dengan 1 mL air +Ditambah dengan 1 mL air
+Dipanaskan pada penangas air +Dipanaskan pada penangas air
+Didinginkan pada suhu kamar +Didinginkan pada suhu kamar
dan ditambahkan 1,5 mL larutan dan ditambahkan 1,5 mL larutan
NaOH 3 M NaOH 3 M
+Ditambahkan 1,5 mL air +Ditambahkan 1,5 mL air
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
Tabung 3
0,5 mL sukrosa
+Dituangkan ke dalam tabung
reaksi
+Ditambahan 5 mL air
Larutan sukrosa
+Dituangkan ke 2 tabung
reaksi,
masing-masing tabung 5 mL
Tabung 3A Tabung 3B
+Ditambah dengan 1 mL air +Ditambah dengan 1 mL air
+Diletakkan pada suhu ruangan +Diletakkan pada suhu ruangan
+Ditambahkan 1,5 mL air +Ditambahkan 1,5 mL air
+Ditambah dengan 5 mL pereaksi +Ditambah dengan 2 mL pereaksi
Benedict Seliwanoff
+Dipanaskan selama 5 menit +Dipanaskan selama 5 menit
+Diamati dan dicatat perubahan +Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
8. Hidrolisis Pati
Tabung 1
2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 1
+ Ditambahkan 2 mL HCl 3 M
+ Dipanaskan 10-15 menit
+ Didinginkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 1,5 mL NaOH 3 M
+ Dibagi menjadi 2
Tabung 1A Tabung 1B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 2
+ Ditambahkan 2 mL aquades
+ Dipanaskan 10-15 menit
+ Didinginkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 3 mL aquades
+ Dibagi menjadi 2
Tabung 2A Tabung 2B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
Tabung 2
Tabung 3
2 mL larutan pati
+ Dimasukkan tabung reaksi 3
+ Ditambahkan 2 mL aquades
+ Diletakkan pada suhu kamar
+ Ditambahkan 3 mL aquades
+ Dibagi menjadi 2
Tabung 3A Tabung 3B
+ Ditambahkan 1 tetes iodin + Ditambahkan 3 mL Benedict
+ Diamati dan dicatat perubahan + Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi yang terjadi
Hasil Hasil
VIII. Hasil Pengamatan :
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
1. Tes Molisch Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Sukrosa : Sukrosa Sukrosa kesimpulan bahwa
tidak Sukrosa + R. sukrosa, glukosa,
berwarna Molisch : tidak dan amilum
Glukosa : bercampur merupakan
tidak + H2SO4 karbohidrat yang
berwarna pekat : ditandai dengan
Amilum : terbentuk adanya perubahan
tidak lapisan merah larutan menjadi
berwarna dan & endapan warna ungu.
keruh ungu di dasar + H2SO4 →
H2SO4 pekat : tabung
tidak + didiamkan :
berwarna lapisan merah
Reagen berubah +
Molisch : menjadi ungu
berwarna + aquades :
coklat berwarna ungu
kehitaman (+++)
Glukosa Glukosa
Glukosa + R. C6H12O6 + H2O →
Molisch : tidak 3H2O +
bercampur
+ H2SO4
pekat :
terbentuk
lapisan merah
& endapan
ungu di dasar +
tabung
+ didiamkan :
lapisan merah
berubah
→
menjadi ungu
+ aquades :
berwarna ungu
(+)
Amilum
Amilum + R.
Molisch : tidak Amilum
bercampur
+ H2SO4
pekat :
terbentuk
lapisan merah
& endapan
ungu di dasar
tabung
+ didiamkan : Karbohidrat jika
lapisan merah direaksikan dengan
berubah reagen Molisch akan
menjadi ungu menghasilkan warna
+ aquades :
berwarna ungu ungu.
(++) Uji Molisch ini
digunakan untuk
mengidentifikasi
karbohidrat secara
umum
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
2. Tes Seliwanoff Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Reagen Amilum kesimpulan bahwa
Seliwanoff : Amilum + amilum, sukrosa,
tidak Reagen dan glukosa
berwarna Seliwanoff : menunjukkan hasil
Amilum : tidak berwarna negatif terhadap uji
tidak + dikocok : Seliwanoff, artinya
berwarna dan tidak berwarna ketiga sampel
keruh + dipanaskan : tersebut tidak
Laktosa : berwarna + → mengandung gugus
tidak oranye dan ketosa.
berwarna jernih
Glukosa : Waktu terjadi
tidak perubahan
berwarna larutan oranye
dan jernih : 7
menit
Laktosa
Laktosa +
Reagen
Seliwanoff :
tidak berwarna
+ dikocok :
tidak berwarna
+ dipanaskan :
berwarna
oranye dan
jernih
Waktu terjadi
perubahan
larutan oranye
dan jernih : 6
menit
Glukosa
Glukosa +
Reagen
Seliwanoff :
tidak berwarna
+ dikocok :
tidak berwarna
+ dipanaskan :
berwarna
oranye dan
jernih
Waktu terjadi
perubahan
larutan oranye
dan jernih : 5
menit
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
3. Tes Barfoed Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Raegen Amilum kesimpulan bahwa
Barfoed : Amilum + glukosa merupakan
berwarna biru Reagen monosakarida yang
Amilum : Barfoed : memberi hasil positif
tidak berwarna biru dengan terbentuknya
berwarna dan + dipanaskan endapan merah bata.
keruh 2 menit : Amilum memberi
Glukosa : berwarna hasil negatif karena
tidak biru amilum merupakan
berwarna 10 menit : + CuO↓ polisakarida.
Laktosa : berwarna
tidak biru Terbentuknya
berwarna (tidak terdapat endapan merah bata
endapan merah menunjukkan adanya
bata) gula pereduksi pada
Glukosa karbohidrat serta
Glukosa + gugus aldosa.
Reagen
Barfoed :
berwarna biru
+ dipanaskan
2 menit :
berwarna
biru
9 menit :
berwarna
biru dan
terdapat
endapan
merah bata
Laktosa
Laktosa +
Reagen
Barfoed :
berwarna biru
+ dipanaskan
2 menit :
berwarna
biru
10 menit :
berwarna
biru
(tidak terdapat
endapan merah
bata)
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
4. Tes Tollens Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Sukrosa : Reagen Tollens 2AgNO3 (aq) + kesimpulan bahwa
tidak AgNO3 + 2NaOH (aq) → Ag2O glukosa merupakan
berwarna NaOH : (s) + 2NaNO3 (aq) + gula pereduksi yang
Amilum : berwarna H2O (l) memberi hasil positif
tidak coklat keabu- Ag (s) + NH4OH (aq) pada uji Tollens
berwarna dan abuan dan → 2Ag(NH3)2+ + karena terbentuk
keruh keruh 3OH- cermin perak.
Laktosa : +NH4OH
tidak hingga
berwarna endapan tepat
Glukosa : larut (50
tidak tetes) : tidak
berwarna berwarna
AgNO3 : Sukrosa
tidak Sukrosa +
berwarna Reagen
NaOH : tidak Tollens : tidak
berwarna berwarna
NH4OH : + dipanaskan :
tidak larutan
berwarna berwarna abu-
abu
Amilum
Amilum +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
+ dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu
Laktosa
Laktosa +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
+ dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu
Glukosa
Glukosa +
Reagen
Tollens : tidak
berwarna
+ dipanaskan :
larutan
berwarna abu-
abu dengan
endapan
cermin perak
pada dinding
tabung
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
5. Tes Fehling Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Sukrosa : Sukrosa kesimpulan bahwa
tidak Sukrosa + glukosa dan laktosa
berwarna Reagen merupakan gula
Amilum : Fehling : pereduksi, serta
tidak berwarna biru memiliki gugus
berwarna dan + dikocok : tak aldosa. Hal ini
keruh terjadi ditunjukkan dengan
Laktosa : perubahan terbentuknya
+
tidak + dipanaskan : endapan berwarna
Cu2O ↓ + H2O
berwarna berwarna biru merah bata pada uji
Glukosa : Amilum Fehling.
Terbentuknya
tidak Amilum + endapan berwarna
berwarna Reagen merah bata
Reagen Fehling : menunjukkan adanya
Fehling : berwarna biru gula pereduksi pada
berwarna biru + dikocok : tak karbohidrat, serta
terjadi adanya gugus aldosa.
perubahan
+ dipanaskan :
berwarna biru
Laktosa
Laktosa +
Reagen
Fehling :
berwarna biru
+ dikocok : tak
terjadi
perubahan
+ dipanaskan :
berwarna
merah dengan
endapan merah
bata
Glukosa
Laktosa +
Reagen
Fehling :
berwarna biru
+ dikocok : tak
terjadi
perubahan
+ dipanaskan :
berwarna
merah dengan
endapan merah
bata
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
6. Tes Benedict Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Sukrosa : Sukrosa kesimpulan bahwa
tidak Sukrosa + glukosa dan laktosa
berwarna Reagen merupakan gula
Amilum : Benedict : → pereduksi, serta
tidak berwarna biru memiliki gugus
berwarna dan + dikocok : aldosa. Ditunjukkan
keruh berwarna biru dengan terbentuknya
Laktosa : + dipanaskan : endapan berwarna
tidak berwarna merah bata pada uji
berwarna kuning Benedict.
Glukosa : Amilum
tidak Amilum + +
berwarna Reagen 2-
2Cu(sitrat)2 →
Reagen Benedict :
Benedict : berwarna biru
berwarna biru + dikocok :
berwarna biru
+ dipanaskan : + Cu2O ↓
berwarna hijau
Laktosa
Laktosa +
Reagen
Benedict :
berwarna biru
+ dikocok :
berwarna biru
+ dipanaskan :
berwarna
jingga dengan
endapan merah
bata
Glukosa
Glukosa +
Reagen
Benedict :
berwarna biru
+ dikocok :
berwarna biru
+ dipanaskan :
berwarna
jingga dengan
endapan merah
bata
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
H2O
Tabung 1 Sukrosa : Sukrosa + Sukrosa kesimpulan bahwa
H+
tidak aquades : tidak sukrosa dapat
berwarna berwarna glukosa + fruktosa dihidrolisis
Aquades : Tabung 1A menghasilkan
tidak + HCl : tidak glukosa dan fruktosa
berwarna berwarna dengan bantuan
HCl : tidak + dipanaskan : asam sebagai katalis.
berwarna tidak berwarna
NaOH : tidak + didinginkan :
berwarna tidak berwarna
Reagen + NaOH :
Benedict : berwarna
berwarna biru kuning
Reagen + R. Benedict :
Seliwanoff : berwarna biru
+
tidak + dipanaskan :
berwarna berwarna
merah bata dan
jernih
Tabung 1B Hidrolisis sempurna
+ HCl : tidak terjadi jika larutan
berwarna dipengaruhi oleh
+ dipanaskan : asam dan basa secara
tidak berwarna bersama-sama.
+ didinginkan :
tidak berwarna
+ NaOH :
berwarna
kuning
+ R.
Seliwanoff :
berwarna
kuning
+ dipanaskan :
berwarna
kuning
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah
Tabung 2 Sukrosa : Sukrosa +
tidak aquades : tidak
berwarna berwarna
Aquades : Tabung 2A
tidak + aquades :
berwarna tidak berwarna
HCl : tidak + dipanaskan :
berwarna tidak berwarna
NaOH : tidak + didinginkan :
berwarna tidak berwarna
Reagen + NaOH :
Benedict : tidak berwarna
berwarna biru + aquades :
Reagen tidak berwarna
Seliwanoff : + R. Benedict :
tidak berwarna biru
berwarna + dipanaskan :
berwarna biru
Tabung 2B
+ aquades :
tidak berwarna
+ dipanaskan :
tidak berwarna
+ didinginkan :
tidak berwarna
+ NaOH :
tidak berwarna
+ aquades :
tidak berwarna
+ R.
Seliwanoff :
tidak berwarna
+ dipanaskan :
tidak berwarna
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
7. Hidrolisis Sukrosa Sebelum Sesudah Didapatkan
Tabung 3 Sukrosa : Sukrosa + kesimpulan bahwa
tidak aquades : tidak
berwarna berwarna
Aquades : Tabung 3A
tidak + aquades :
berwarna tidak berwarna
HCl : tidak + diletakkan
berwarna pada suhu
NaOH : tidak ruang : tidak
berwarna berwarna
Reagen + aquades :
Benedict : tidak berwarna
berwarna biru + R. Benedict :
Reagen berwarna biru
Seliwanoff : + dipanaskan :
tidak berwarna biru
berwarna Tabung 3B
+ aquades :
tidak berwarna
+ diletakkan
pada suhu
ruang : tidak
berwarna
+ aquades :
tidak berwarna
+ R.
Seliwanoff :
tidak berwarna
+ dipanaskan :
tidak berwarna
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah Reaksi : Didapatkan
Larutan pati : Larutan pati + H2O
Tabung 1 Pati maltosa kesimpulan bahwa
berwarna HCl : tidak H+ hidrolisis pati dapat
putih dan berwarna H2O terjadi dengan
D-glukosa
H+
keruh + dipanaskan : penambahan asam
HCl : tidak tidak berwarna seperti HCl disertai
berwarna + NaOH : pemanasan pada
NaOH : tidak tidak berwarna suhu tinggi.
berwarna Tabung 1A
Iodin : + iodin :
berwarna berwarna ungu
kuning kehitaman (+)
Benedict : Tabung 1B
berwarna biru + R. Benedict :
berwarna biru,
terdapat
gelembung
+ Cu2O ↓
Hidrolisis yang
sempurna terjadi jika
larutan dipengaruhi
oleh asam-basa secara
bersama-sama.
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah
Tabung 2 Larutan pati : Larutan pati +
berwarna aquades : tidak
putih dan berwarna
keruh + dipanaskan :
HCl : tidak tidak berwarna
berwarna + didinginkan
NaOH : tidak pada suhu
berwarna kamar : tidak
Iodin : berwarna
berwarna + aquades :
kuning tidak berwarna
Benedict : Tabung 2A
berwarna biru + iodin :
berwarna ungu
kehitaman (+
+)
Tabung 2B
+ R. Benedict :
berwarna biru
No.
Prosedur Percobaan/ Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc
8. Hidrolisis Pati Sebelum Sesudah
Tabung 3 Larutan pati : Larutan pati +
berwarna aquades : tidak
putih dan berwarna
keruh + diletakkan
HCl : tidak pada suhu
berwarna kamar : tidak
NaOH : tidak berwarna
berwarna + aquades :
Iodin : tidak berwarna
berwarna Tabung 3A
kuning + iodin :
Benedict : berwarna ungu
berwarna biru kehitaman (++
+)
Tabung 3B
+ R. Benedict :
berwarna biru
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anwar, Chairil. 2004. Pengatar Praktikum Organik. Yogyakarta: UGM.
Fessenden, Ralph J dan Fessenden, S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Penerjemah: Suminar Setiati Achmadi. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Matsjeh, Sabirin dkk. 1996. Kimia Organik II. Yogjakarta: Depdikbud.
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: EGC.
Tim Dosen Kimia Organik. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
FMIPA-UNESA.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jawaban Pertanyaan
c. Reagen Barfoed, terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan
asam lemah dan dapat direduksi oleh gula pereduksi monosakarida.
d. Reagen Tollens, mengandung AgNO3 1%, NaOH 1 %, dan NH4OH 1%.
e. Reagen Fehling, merupakan campuran dari Fehling A dan Fehling B dengan
perbandingan volume 1:1.
Fehling A : mengandung Cu(II)sulfat dan asam sulfat encer.
Fehling B : mengandung NaOH dan natrium kalium tartarat.
f. Reagen Benedict, mengandung:
CuSO4 : menyediakan Cu2+
Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi
bentuk enol yang reaktif.
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang diuji!
Jawab:
a. Uji Molisch, didasarkan pada reaksi antara α -naftol dengan furfural atau
hidroksimetil furfural hasil reaksi asam sulfat dengan karbohidrat.
+
+
c. Uji Barfoed, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
yang berupa endapan berwarna merah. Reagen Barfoed tereduksi oleh adanya gula
pereduksi monosakarida.
d. Uji Tollens, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi dari Ag+ menjadi Ag oleh gula
pereduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai denga terbentuknya cincin perak (Ag).
e. Uji Fehling, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam Cu2O
oleh gula perduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah
dari Cu2O.
f. Uji Benedict, didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam
Cu2O oleh gula perduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan
merah atau kuning atau hijau kekuningan dari Cu2O.
g. Tes Iodin, Tes iodin digunakan untuk menguji adanya amilum (pati) dalam suatu
larutan. Prinsip dasar reaksi ini adalah pembentukan kompleks dari I 2 dan amilum
yang akan memberikan warna biru kehitaman. Jika terjadi hidrolisis sempurna pada
amilum, maka tes iodin akan memberikan hasil negatif (tetap tidak berwarna).
3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2%, selebihnya merupakan siklis.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi tollens dan fehling!
Jawab:
Bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi oleh reagen Tollens
maupun Fehling karena bentuk siklik aldosa berada dalam keseimbangan dengan
bentuk aldehid rantai terbukanya. Sehingga bentuk aldehid rantai terbuka ini dapat
dioksidasi oleh pengoksidasi.
Berikut ini reaksi oksidasi glukosa oleh reagen Tollens: