Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ACARA PRAKTIKUM I

“UJI BENEDICT”

NAMA : MARIA IRENE IGO


NIM : 2206050041
KELAS : BIOLOGI B

LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada sampel.
II. DASAR TEORI
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat juga
mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan,
misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat
berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak
dan protein. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida,
yang memiliki senyawa berbeda-beda (Fitri & Fitriana, 2020).

Menurut (Darwis, 2021) Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari


unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen(O). Karbohidrat banyak terdapat
pada tumbuhan dan binatang. Pada tumbuhan sintesis CO2 + H2O akan
menghasilkan amilum /selulosa melalui proses fotosintesis. Banyak sekali
makanan yang kita makan sehari-hari adalah sumber karbohidrat seperti : nasi/
beras, singkong, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung, kentang, dan beberapa
buah-buahan lainnya.

Secara umum banyak karbohidrat yang sesuai dengan rumus empiris


tersebut dan tidak memperlihatkan perbandingan ini. Selain itu ada juga molekul
karbohidrat yang mengandung nitrogen fosfor atau sulfur. Karbohidrat atau
sakarida memiliki banyak gugus hidroksil dan gugus fungsi karbonil berupa
gugus aldehid atau gugus keton. Berdasarkan fungsi tersebut karbohidrat
merupakan senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton atau senyawa
yang menghasilkan senyawa-senyawa ini jika dihidrolisis. Karbohidrat
merupakan suatu polihidroksi memiliki gugus fungsi berupa aldehid atau dengan
kata lain akan terdapat oksigen karbonat yang berikatan dengan suatu atom
karbon terminal. Karbohidrat dengan karakteristik tersebut dikenal juga dengan
gula pereduksi. Karbohidrat lainnya termasuk golongan keton dan jika oksigen
karbon berikatan dengan suatu karbon internal.

Istilah karbohidrat pada awalnya digunakan untuk golongan senyawa


yang mengandung atom C, H dan O yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu
senyawa senyawa n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.
Senyawa senyawa ini memiliki sifat pereduksi karena mengandung gugus
karbonil seperti aldehid dan keton dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah
banyak. Pada hewan dan manusia, energi disimpan sebagai glikogen dan pada
tanaman energinya adalah pati, karbohidrat yang pembentuk struktur adalah
selulosa (pada dinding sel tumbuhan). Pada tumbuhan karbohidrat dibentuk dari
reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis
dalam sel tanaman yang berklorofil. CO2 + H2O (C6H12O6)n + O2.

2 Klasifikasi Karbohidrat

Karbohidrat diklasifikasikan menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida dan


polisakarida.
1) Monosakarida
Monosakarida alah karbohidrat sederhana yang mempunyai sebuah
rantai linear dari tiga atau lebih atom karbon, salah satunya membentuk
suatu gugus karbonil melalui sebuah rantai ganda dengan oksigen. Suatu
monosakarida atau gula sederhana mengandung rantai karbon dengan
sejumlah gugus hidroksil (OH) dan salah satu gugus lain dapat berupa
gugus aldehid (CHO) atau satu gugus keton. (Poedjiadji, 2006).
Reaksi dari monosakarida dalam proses metabolisme dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Mutarotasi : reaksi interkonversi anomer

b. Formasi glikosida : apabila gugus OH anomer dari gula bereaksi dengan


alkohol dan mengeliminasi air, maka akan membentuk suatu O-
glikosida. Reaksi gugus OH anomerik dengan NH2 atau gugus NH
menghasilkan N-glikosida. Ikatan N-glikosida ditemukan pada
nukleotida dan glikoprotein.

c. Reduksi dan oksidasi : reduksi dari inti anomerik C1 dari glukosa


menghasilkan gula alkohol disebut sorbitol. Apabila gula dioksidasi pada
C6 maka akan terbentuk asam glukoronat yang berperan penting dalam
biotransformasi dalam hepar.

d. Epimerisasi : perbedaan antara glukosa dan manosa adalah konfigurasi


pada C-2. Pasangan gula jenis ini disebut epimer dan interkonversinya
disebut epimerisasi.

e. Esterifikasi : gugus hidroksil dari monosakarida dapat membentuk ester


dengan asam.
Berikut ini adalah monosakarida penting dalam tubuh manusia:
 Aldopentosa : D-ribosa merupakan komponen dari RNA dan koenzim
nukleotida. Pada komponen ini, ribosa berbentuk furanosa. D-glukosa
bebas ditemukan dalam jus tumbuhan (“gula anggur”). D-galaktosa
merupakan bagian dari diet manusia. D-manosa dan galaktosa ditemukan
juga dalam glikolipid dan glikoprotein.

 Ketopentosa : ester asam fosfor D-ribulosa merupakan hasil antara dalam


jalur pentosa fosfat. D-fruktosa terdapat dalam jus buah dan madu.
Fruktosa yang terikat ditemukan dalam sukrosa dan polisakarida
tumbuhan (inulin).

 Acetylated amino sugars : N-asetil-D-glukosamin dan N-asetil- D-


galaktosamin merupakan komponen dari glikoprotein.

 N-acetylneuraminic acid (asam sialat) : komponen khas glikoprotein.

 D-glucoronic acid dan liduronic acid : penyusun glikoaminoglikan di


jaringan ikat.

 Sorbitol dan manitol tidak memiliki peran penting dalam metabolisme.


a. D- dan L-sugars

Suatu atom karbon yang mengandung empat gugus kimia berbeda


membentuk sebuah pusat asimetrik (chiral). Gugus yang melekat di atom
karbon asimetrik dapat disusun untuk membentuk dua isomer berbeda yang

merupakan bayangan satu sama lain dan tidak superimposibel atau saling
bertumpukan.

b. Stereoisomer dan epimer

Stereoisomer memiliki formula kimia sama namun berbeda posisi gugus


hidroksil satu atau lebih dari karbon asimetriknya. Suatu gula dengan n pusat

asimetrik memiliki 2n stereoisomer kecuali ia mempunyai bidang simetri.


c. Struktur Cincin

Gula yang mempunyai gugus aldehid disebut aldosa, sedangkan yang


mengandung gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat terkecil (n = 3) disebut
triosa, contoh dihidroksiaseton atau d-/1-gliseraldehid. Gula yang mempunyai 4
karbon disebut (tetrosa), 5 karbon (pentosa), 6 karbon (heksosa) dan 7 karbon
(heptosa). Fruktosa termasuk ketoheksosa dan glukosa termasuk aldoheksosa.
Monosakarida natural yang terpenting adalah D-glukosa yang merupakan
suatu aldehid alifatik dengan 6 atom C (5 diantaranya membawa gugus
hidroksil). Oleh karena atom C 2-5 mempunyai inti chiral, maka terdapat 15
isometrik aldoheksosa disamping D- glukosa. Gugus aldehid dan keton dapat
bereaksi dengan gugus hidroksil untuk membentuk ikatan kovalen.
d. Gula Substitusi

Gula seringkali mengandung gugus fosfat, gugus amino, gugus sulfat atau
gugus N-asetil. Kebanyakan dari monosakarida bebas dalam sel difosforilasi
pada karbon terminalnya untuk mencegahnya ditranspor keluar dari sel. Gula
amino seperti galaktosamin dan glukosamin mengandung gugus amino
sebagai ganti gugus hidroksil pada satu atom karbon, biasanya karbon 2.
e. Gula pengoksidasi dan pereduksi

Gula dapat dioksidasi pada karbon aldehid untuk membentuk suatu asam.
Secara teknis, komponennya tidak lagi berupa gula dan akhiran namanya
berubah dari “osa” menjadi “asam -onat”. Apabila karbon yang mengandung
gugus hidroksil terminal dioksidasi, gula disebut asam uronat (contoh: asam
glukoronat).

Monosakarida-monosakarida penting Beberapa monosakarida penting bagi


tubuh kita di antaranya adalah D-gliseraldehid, Dglukosa, D-fruktosa, D-
galaktosa serta D-ribosa. 1. D-gliseraldehid (karbohidrat paling sederhana)
Karbohidrat ini hanya memiliki 3 atom C (triosa), berupa aldehid (aldosa)
sehingga dinamakan aldotriosa.
Monosakarida-monosakarida penting
1. D-gliseraldehid (karbohidrat paling sederhana)
Karbohidrat ini hanya memiliki 3 atom C (triosa), berupa aldehid
(aldosa) sehingga dinamakan aldotriosa.

2). D-glukosa (karbohidrat terpenting dalam diet)


Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai
dekstrosa, gula anggur ataupun gula darah. Gula ini terbanyak ditemukan di
alam.

3.)D-fruktosa (termanis dari semua gula)


Gula ini berbeda dengan gula yang lain karena merupakan ketoheksosa.

2. Disakarida

Disakarida mengandung dua monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan


O-glikosidik. Laktosa atau gula susu dibentuk antara karbon anomerik (C-1) D-
galaktosa dan C-4 D-glukosa. Karena karbon anomerik molekul galaktosa
terlibat dalam ikatan dan berkonfigurasi β, maka disebut ikatan β (1→4)
(disingkat β1─4). Maltosa adalah disakarida yang dibentuk antara C-1 dan C-4
dari dua unit glukosa. Namun, konfigurasi atom karbon anomerik yang terlibat
berbentuk α sehingga disebut ikatan α (1→4). Sukrosa dibentuk dari C-1
glukosa dan C-2 anomerik fruktosa sehingga merupakan salah satu gula bukan
pereduksi.
Beberapa disakarida penting bagi tubuh kita di antaranya adalah β-maltosa, β-
laktosa serta sukrosa.
1. β-maltosa
Disakarida ini tak ditemukan di alam kecuali pada kecambah padi-
padian. Maltosa merupakan gabungan dari 2 molekul glukosa.

2. β-laktosa
Laktosa sering disebut sebagai gula susu. Disakarida ini tersusun atas
glukosa dan galaktosa. Kita tidak dapat menggunakan galaktosa secara
langsung, tetapi harus diubah menjadi glukosa.

3. OLIGOSAKARIDA
Oligosakarida tersusun dari 3-12 monosakarida yang disatukan oleh
ikatan glikosida. Pada oligosakarida yang dihubungkan dengan protein
(glikoprotein) atau lipid (glikolipid), oligosakarida bukan merupakan suatu unit
pengulangan monosakarida namun terdiri dari barisan monosakarida berbeda
yang disambungkan oleh beragam tipe ikatan. Pada glikoprotein, 2 tipe
hubungan oligosakarida utama yaitu:
 O-linked oligosaccharides : terikat pada protein via ikatan O- glikosidik,
pada gugus OH dari rantai samping serin atau treonin

 N-linked oligosaccharides : terikat pada protein via ikatan N- glikosidik,


pada gugus NH2 rantai samping asparagin.

Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerasi 2 sampai 10 dan


biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul
disebut disakarida, misalnya sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa.
Ikatan antara dua molekul monosakarida disebut ikatan glikosidik. Ikatan ini
terjadi antara atom C-1 dengan atom C-4 atau dengan melepaskan 1 mol air.
Ikatan glikosidik jarang terjadi antara karbon anomerik dengan karbon yang
ganjil, misal 1, 3, 1, 5, 1, 7, tetapi biasanya dengan ikatan karbon yang genap
yakni 2, 4, dan 6. Ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula
ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus
hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldosa) biasanya terletak pada C-1
(anomerik), sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada
C-2.

4. POLISAKARIDA
Polisakarida mengandung 10-1000 monosakarida yang dikaitkan oleh
ikatan glikosida untuk membentuk struktur rantai atau cabang. Molekul glikogen
mengandung unit glukosa dan kebanyakan dihubungkan dalam rantai panjang
oleh ikatan α (1→4). Meskipun begitu, setiap 10 unit, rantai bercabang oleh
terbentuknya suatu ikatan glikosidik α (1→6). Tiap segmen rantai lurus dari
glikogen membentuk konformasi heliks terbuka yang meningkatkan kemudahan
akses bagi enzim metabolisme glikogen. Oleh karena enzim yang mendegradasi
glikogen (glikogen fosforilase) mengkatalisis pemindahan sekuensial unit
glikosil dari nonreducing end rantai glikogen, sejumlah cabang dengan
nonreducing end meningkatkan degradasi polisakarida. Hal ini memungkinkan
mobilisasi simpanan glikogen tepat saat dibutuhkan.
Polisakarida yang penting antara lain, yaitu:

 Dekstran : polimer glukosa yang memiliki percabangan α1→6 dan α1→3;


merupakan komponen substitusi plasma darah (plasma expanders) dan
bahan makanan.

 Agarosa : berasal dari algae untuk produksi gel. Agarosa digunakan dalam
mikrobiologi untuk media tumbuh kultur. Polisakarida algal juga
ditambahkan dalam kosmetik dan makanan kalengan untuk memodifikasi
konsistensi produk.

 Inulin : polimer fruktosa yang digunakan sebagai pengganti zat tepung pada
produk diet diabetes dan digunakan sebagai substansi uji bersihan ginjal.
Glikogen : simpanan glukosa di hepar dan otot pada manusia.

Polisakarida yang terdapat di alam jika terhidrolisis akan menghasilkan


monosakarida. Polisakarida mempunyai fungsi sebagai :

a. Polisakarida Struktur (selulosa) Selulosa merupakan serat panjang bersama


hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat
dinding sel tanaman. Seperti juga amilosa, maka selulosa juga adalah polimer rantai
lurus α 1,4 glukosida. Selulosa dihidrolisis oleh enzim selobiase yang cara kerjanya
mirip dengan β amilase.

b. Polisakarida Simpanan (pati, glikogen) Pati terdiri dari (1) amilosa yang
merupakan polisakarida linier dimana unit glukosa dihubungkan oleh ikatan α 1,4
glukosida dan (2) amilopektin yaitu polisakarida dengan banyak cabang dimana
rantai lurusnya adalah ikatan α 1,4 glukosida sedangkan rantai cabangnya ikatan α
1,6 glikosida. Ikatan α 1,4 glukosida dapat dihidrolisis oleh enzim α amilase dan β
amilase tetapi pada ikatan α 1,6 glikosida tidak dapat dihidrolisis oleh kedua enzim
ini dan hanya dapat dihidrolisis oleh α 1,6 glukosidase.

3. Fungsi Farbohidrat
 Sumber energi
Karbohidrat memiliki fungsi utama sebagai sumber energi. Selain dari
karbohidrat, energi juga bisa dihasilkan dari lemak dan protein. Meskipun
demikian, energi yang dihasilkan dari karbohidrat, terutama dalam bentuk
glukosa, merupakan sumber energi yang bisa cepat digunakan tubuh,
sedangkan energi yang didapatkan dari lemak dan protein harus mengalami
konversi terlebih dahulu menjadi glukosa. Satu gram karbohidrat
menyediakan 4 kilokalori.(Darwis, 2021)

 Pemberi rasa manis

Karbohidrat, khususnya mono dan disakarida, memberikan rasa manis pada


makanan. Tingkat kemanisan karbohidrat bervariasi. Untuk membandingkan
tingkat kemanisan beragam jenis gula, biasanya digunakan sukrosa yang
merupakan gula yang biasa kita konsumsi sehari-hari, sebagai standarnya.
Dibandingkan dengan sukrosa, glukosa memiliki tingkat kemanisan lebih rendah
69%-nya; sementara fruktosa memiliki tingkat kemanisan 1,14 kalinya dan
merupakan jenis gula alami dengan tingkat kemanisan tertinggi.
 Pengatur metabolisme lemak

Energi adalah zat yang mutlak diperlukan tubuh setiap saat karena setiap saat
tubuh mengalami pergerakan dan membutuhkan energi. Dalam kondisi
kekurangan gula, energi akan didapatkan dari hasil oksidasi lemak yang tidak
sempurna sehingga akan terbentuk bahan-bahan keton yang dapat
memberikan efek tidak nyaman pada tubuh seperti timbulnya rasa mual,
pusing, dan aroma nafas dengan bau aseton. Dengan demikian, keberadaan
gula yang mencukupi akan menghindarkan terjadinya ketosis yang
merugikan tubuh.

 Menghemat Fungsi protein


Energi merupakan kebutuhan utama bagi tubuh sehingga harus selalu
tersedia. Di samping digantikan oleh lemak, dalam kondisi kekurangan
karbohidrat, energi akan didapatkan dari protein. Sementara itu, protein
memiliki fungsi khusus yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain yaitu
sebagai zat pembangun untuk memperbaiki dan menggantikan sel-sel tubuh
yang rusak. Dengan demikian, jika persediaan protein yang ada digunakan
untuk menghasilkan energi maka fungsi utama protein sebagai pembangun
akan menjadi terhambat. Sebaliknya, jika karbohidrat makanan tercukupi,
maka protein akan digunakan sebagai zat pembangun.

 Sumber energi utama bagi otak dan susunan syaraf pusat


Otak akan memerlukan energi setiap saat dalam menjalankan fungsinya
untuk berpikir. Untuk itu, otak akan memerlukan sumber energi yang bisa
cepat diserap dan dimanfaatkan otak yaitu glukosa. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, dalam kondisi kekurangan glukosa, energi akan didapatkan dari
lemak dan protein yang memerlukan waktu dalam proses konversinya.
Rentang waktu yang diperlukan tersebut akan menjadikan kerja otak menjadi
terhambat. Untuk itu, ketersediaan glukosa mutlak diperlukan untuk
menjalankan fungsi kerja otak dan syaraf pusat.

 Membantu pengeluaran feses


Karbohidrat dalam bentuk serat makanan tidak larut air, diperlukan untuk
mengatur gerak peristaltik usus, sementara karbohidrat yang merupakan serat larut
air akan mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga menjadikan feses
berbentuk akan mudah dikeluarkan. Dengan demikian, karbohidrat berperan dalam
mencegah terjadinya konstipasi (susah buang air besar).
4 .uji benedict

Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula


(karbohidrat) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) .
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang
berwarna hijau, merah, atau orange.(Desyanti, 2013)
a. Prinsip :

Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi
2+
ion Cu dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O berwarna merah bata.
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Air keran
- Aquades
- Glukosa 1gr
- Reagen benedict 5 ml
- Urine 1 ml
- Aluminium foil

Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


- Penjepit kayu
- Hot plate
- Tabung reaksi
- Gelas beker
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Timbangan analitik

IV PROSEDUR KERJA

1. Ditimbang 1 gr glukosa

2. Ditambahkan 50 ml aquades untuk melarutkan glukosa

3. Disiapkan 3 tabung reaksi yang diberi label A (tidak ada sampel),B(sampel 1),dan C
(sampel 2)

4. Ditambahkan 1 ml aquades di tabung A, 1ml sampel di tabung B dan 1 ml di tabung


C.

5. Dipipet 5 ml reagen benedict dan dimasukan masing masing tabung reaksi berlabel.

6. Dididihkan tabung A,B, dan C.

7. Dicatat seluruh perubahan yang terjadi seperti warna dan endapan selama pemanasan
untuk setiap tabung.
V HASIL PENGAMATAN

Perubahan Endapan
warna
Sampel Sampel awal Sampel+reagen Sampel+reagen Biru muda
sebelum sesudah
dipanaskan dipanaskan
Aquades Bening Biru muda Biru muda Biru muda
Glukosa Bening Biru muda Biru kehijauan Merah bata
kehijauan
Urine Kuning keemasan Biru muda Biru kehijauan Hijau
VI PEMBAHASAN

Pada praktikum yang sudah dilakukan dengan judul uji benedict dengan tujuan untuk
mengetahui adanya gula pereduksi pada sampel

VII KESIMPULAN

VIII SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Darwis, D. Y. (2021). Konsep dasar ilmu gizi kesehatan. Universitas Islam Negeri Makassar,
1885. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/tydu4

Desyanti, N. L. M. (2013). Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Karbohidrat.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan
Analis Kesehatan, 2(2), 1–23.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51928255/207749486-Analisa-Kualitatif-Dan-
Kuantitatif-Karbohidrat-pdf-libre.pdf?1487997674=&response-content-
disposition=inline%3B+filename
%3DAnalisa_Kualitatif_Dan_Kuantitatif_Karbo.pdf&Expires=1671615157&Signature=
S

Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks,
17(1), 45. https://doi.org/10.30595/sainteks.v17i1.8536

Poedjiadji, A. (2006). DASAR DASAR BIOKIMIA (P. Soemodimedjo (ed.); UI Press). UI


PRESS.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai