JUDUL:
IDENTIFIKASI DAN FERMENTASI SENYAWA KARBOHIDRAT
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2018
PERCOBAAN 1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal beberapa macam identifikasi senyawa karbohidrat
2. Mengenal peristiwa fermentasi senyawa karbohidrat
II. DASAR TEORI
A. Karbohidrat
1. Definisi
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom C (karbon), H
(hidrogen), dan O (oksigen). Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta
untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja. Di
dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian
dari gliserol lemak.[1] Namun, sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam bentuk glikogen hanya
dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai
di dalam susu. Pada tumbuhan, karbohidrat dibentuk dari hasil reaksi CO2 dan
H2O melalui proses fotosintesis di dalam sel tumbuhan yang mengandung hijau
daun (klorofil).
Reaksi fotosintesis
- Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula yang paling
manis. Terdapat dalam buah, madu (bersama glukosa) nektar bunga dan
juga dalam sayuran.
Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan
dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa,
yang disebut gula invert. Gula invert tidak dapat berbentuk kristal karena
kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. Madu lebah sebagian besar
tediri atas gula invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih
manis daripada gula.
- Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom
nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH
glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Ikatan
antara kedua unit monosakarida ini disebutikatan α (1,4)-glikosida, sebab
atom karbon hemiasetal yang ikut mengikat kedua molekul glukosa ialah
atom karbon dengan konfigurasi α. Maltosa merupakan hasil antara dalam
proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim.
- Laktosa
Dengan hidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-
glukosa, kerena ini laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan
glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom
nomor 4 pada glukosa melalui ikatan α (1,4)-glikosidik. Oleh karenanya
molekul laktosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik. Laktosa
mempunyai satu atom karbon hemiasetal, dengan demikian laktosa
mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi.
Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada
wanita yang sedang dalam masa laktasi atau masih menyusui, laktosa
kadang–kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang sangat
rendah. Dibandingkan terhadap glukosa, laktosa mempunyai rasa yang
kurang manis.
c. Polisakarida
Golongan karbohidrat yang mengandung lebih dari 10 unit
monosakarida yang tergabung. Umumnya polisakarida berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan
tidak mempunyai sifat mereduksi. Dalam bahan makanan berfungsi sebagai
penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber
energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Beberapa polisakarida yang
penting, yaitu amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.
- Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum atau disebut pati terdapat pada umbi, daun ,batang dan
biji-bijian. Contohnya batang pohon sagu, umbi yang terdapat pada ubi
jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati yang
cukup banyak. Amilum terdiri atas dua macam, yaitu polisakarida yang
kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-
28%) dan sisanya amilopektin (dipisahkan dengan air panas).
Perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serelia, misalnya
pada beras. Semakin tinggi kandungan amilosa dan amilopektinnya,
semakin lekat nasi tersebut. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras
dibagi 4 golongan, yaitu :
1. Kadar amilosa tinggi, 25-33%
2. Kadar amilosa menengah, 20-25%
3. Kadar amilosa rendah, 9-20%
4. Kadar amilosa sangat rendah, ˂ 9%
- Dekstrin
Dekstrin merupakan zat antara dalam pemecahan amilum.
Molekulnya lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, dengan
iodium akan berubah menjadi wama merah.
- Glikogen
Pada tubuh kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. Hati berfungsi
sebagai tempat pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila kadar
glukosa dalam darah bertambah, sebagian berubah menjadi glikogen
sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila
kadar glukosa darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi
glukosa kembali sehingga kadar glukosa darah normal kembali. Glikogen
yang ada dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Dalam alam glikogen terdapat pada kerang dan pada
alga atau rumput laut.
- Selulosa
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah
selulosa, karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding
sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia,
oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak
dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat
memperbesar volume dari faeses sehingga akan memperlancar defekasi.
B. Uji karbohidrat
1. Tes Molisch
Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya
cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang
diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam
etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H₂SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan
larutan atau hanya membentuk lapisan.[5]
2. Tes Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu
Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu
larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai
ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam
pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu₂O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan
larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan. Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan
adanya karbohidrat pereduksi.[6]
3. Tes Benedict
Uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltose. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus
aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksiketon. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, tetapi karena memiliki
gugus alpha hidroksiketon, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict[7]
4. Uji Pikrat
Uji pikrat digunakan untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi. Gula
pereduksi akan mereduksi asam piktrat menjadi asam pikramat. Pereaksi yang
digunakan adalah asam piktrat jenuh dan Na2CO3. Hasil positif menunjukan
warna merah kecokelatan. Berikut reaksi yang terjadi : [7]
5. Tes Tollens
Pada saat glukosa direaksikan dengan Tollens, akan terbentuk endapan
cermin perak, disebabkan karena pereaksi Tollens yang mengandung perak nitrat
bereaksi positif dengan glukosa dan setelah dipanaskan glukosa akan mereduksi
Ag+ menjadi Ag dan menghasilkan endapan yang menempel pada dinding tabung,
yaitu endapan cermin perak.[7]
Reaksi yang terjadi :
2 AgNO3 + 2NH4OH 2 AgOH ↓ putih + 2NH4NO3
6. Tes Seliwanoff
Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung
gugus keton atau disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan
karena pemanasan menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika
dipanaskan, karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna
merah pada larutannya. Adanya warna merah (kuning +) merupakan hasil
kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan
hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari
konversi fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan asam
livulenik dan hidroksi metal furfural. Percobaan ini dilakukan dengan larutan uji
berupa glukosa, fruktosa, arabinosa, maltosa dan sukrosa. Reaksi ini dikatakan
positif apabila ada perubahan warna menjadi kemerahan.[7]
Reaksi uji seliwanoff
C. Analisa bahan
1. Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus
molekul C6H12O6. Nama lain dari glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau
gula buah karena glukosa banyak terdapat pada buah-buahan. Glukosa
merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. [8]
2. Fruktosa
Fruktosa, atau gula buah, adalah monosakarida yang ditemukan di banyak
jenis tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama
dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa langsung diserap ke aliran darah selama
pencernaan. Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon. Fruktosa
merupakan isomer dari glukosa; keduanya memiliki rumus molekul (C6H12O6)
tetapi dengan struktur yang berbeda[8]
3. Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih
sederhana yaitu d-galaktosa dan d-glukosa. Laktosa berasal dari kondensasi
antara galaktosa dan glukosa, yang membentuk ikatan glikosida 1→4-β. Nama
sistematis laktosa adalah β-D-galaktopiranosil-(1→4)-D-glukosa. [8]
4. Amilum
Amilum adalah polisakarida yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar, dan tidak berbau. Amilum tersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. [8]
5. Alfa naftol dalam alkohol
Alfa naftol merupakan golongan asam organik naftalen alkohol. Berupa
padatan kristalin putih, berbau seperti etanol, sangat sedikit larut dalam air. Berat
molekulnya 144,17 g/mol; rumus molekul C10H8O; titik didih 2880℃; titik lebur
94-96℃; titik nyala 1440℃; kerapatan 1,181 g/cm3; tegangan permukaan 51
dyne/cm; tekanan uap 0.00139 mmHg pada suhu 25℃; dan mudah larut dalam
alkohol. Digunakan dalam pembuatan zat warna dan sintesis senyawa organik[7]
6. Asam sulfat
Asam sulfat berbentuk cairan kental berminyak, tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat higroskopis. Rumus molekul H2SO4; berat molekul 98,08 gr/mol;
titik lebur 10,5℃ (anhidrat); titik beku -35°C (-31 °F); titik didih 290℃ atau
270°C (518 °F). Terurai di 340°C; tekanan uap 1,33 hPa pada 145,8°C; kerapatan
uap 3.4 (udara = 1); berat jenis relatif 1,84 g/cm3 pada 25°c; kelarutan: mudah
larut dalam air dingin. Larut dalam etil alkohol. [7]
7. Pereaksi fehling
Larutan ini digunakan untuk menguji kandungan gula pereduksi
(monosakarida atau disakarida) dalam suatu sampel. Pengujian secara kualitatif
ini berdasarkan keberadaan gugus aldehida atau keton yang bebas. Larutan
Fehling dibagi atas dua macam yaitu larutan Fehling A (Tembaga(II) sulfat atau
CuSO4) dan larutan Fehling B (KOH dan Natrium kalium tartarat).[7]
8. Pereaksi benedict
Reagen kimia yang biasa digunakan untuk mendeteksi adanya gula
pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga dapat memberikan hasil positif.
Larutan Benedict dapat digunakan untuk menguji adanya glukosa. Ketika gula
pereduksi dicampur dengan reagen benedict dan dipanaskan maka akan
menyebabkan reagen benedicts berubah warna. Warna ini bervariasi dari hijau
sampai merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula. [7]
9. Resorsinol dalam asam klorida
Resorsinol atau resorcin adalah hidroksi benzene yang memiliki rumus kimia
C6H4(OH)2. Resorsinol mengkristal dari benzena menjadi jarum tak berwarna
yang mudah larut dalam air, alkohol dan eter, namun tidak larut dalam kloroform
dan karbon disulfida. Resorsinol digunakan sebagai indikator dalam suatu
larutan.[9]
10. Natrium karbonat
Berbentuk padat, serbuk, atau kristal serbuk dan granul, berwarna putih dan
tidak berbau; berat molekul 105,99 gr/mol; titik lebur 1563,8ºF (851ºC); berat
jenis 2,532 g/cm3 (air = 1). Kelarutan = 45,5 g/100 mL air; larut dalam air panas
dan gliserol, larut sebagian dalam air dingin, tidak larut dalam aseton dan alkohol.
Penggunaan sebagi buffer, reagen laboratorium, resin penukar ion regenerasi,
manufaktur deterjen dan kaca.[7]
11. Pereaksi tollens
Pereaksi yang mengandung perak sebagai ion kompleks yaitu [Ag(NH3)2]+.
Umumnya dalam persamaan reaksi pereaksi tollens ditulis sebagai Ag2O.
Pereaksi tollens dibuat dengan menambahkan NaOH ke dalam perak nitrat yang
membentuk endapan coklat Ag2O. Kemudian endapan dilarutkan dalam larutan
ammonia[7]
12. Asam pikrat
Asam pikrat merupakan senyawa kimia yang bersifat eksplosif. Senyawa ini
terbentuk karena reaksi antara fenol dan asam nitrat (HNO3) sehingga
menghasilkan 2,4,6-Trinitrofenol dengan rumus molekul C6H2(NO3)3OH. Asam
pikrat berwarna kuning pucat, tidak mengeluarkan bau, dan berwujud kristal yang
larut dalam air. Senyawa ini terutama digunakan dalam pembuatan bahan peledak
dan pemakaian skala laboratorium seperti reagen pewarna dan komponen
pembantu dalam reaksi-reaksi kimia. [10]
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit
3. Pipet paseur
Bahan :
1. Glukosa 8. Pereaksi Benedict
2. Fruktosa 9. Resorsinol dalam asam
3. Laktosa klorida
4. Amilum 10. Natrium karbonat
5. Alfa naftol dalam alkohol 11. Pereaksi Tollens
6. Asam sulfat 12. Asam pikrat
7. Pereaksi Fehling
B. Tes Fehling
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Biru muda Larutan :oren
fehling A + 5 tetes fehling Endapan :
B panaskan merah bata
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes Biru kehijauan Larutan : hijau
fehling A + 5 tetes fehling Endapan :
B panaskan merah bata
C. Tes Benedict
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Biru tua Larutan :oren
benedict panaskan Endapan :
merah bata
E. Tes Tollens
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Abu –abu Keabuan
tollens A + 5 tetes tollens (terbentuk
B panaskan cermin perak)
VI. PEMBAHASAN
A. Tes umum terhadap karbohidrat
1. Tes Molisch
Pada percobaan ini 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi 5 tetes sampel
glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum ditambahkan masing-masing 5 tetes alfa
naftol dalam alkohol. Amati perubahannya. Alfa naftol dalam alkohol ini
berfungsi sebagai zat warna indikator yang memudahkan pengamatan. Setelah itu
digojog, hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen. Kemudian masing-
masing dialiri 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Hal ini bertujuan
agar asam sulfat tidak sampai bercampur dengan larutan.
Pada keempat tabung reaksi berisi sampel tidak terbentuk cincin ungu.
Menurut teori, uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
gula pereduksi seperti monosakarida dan disakarida seperti glukosa, laktosa dan
fruktosa. Kesalahan dapat terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam
mereaksikan reagen-reagen yang ada.
B. Tes karbohidrat pereduksi
1. Tes Fehling
Pada percobaan digunakan 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan
5 tetes sampel glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum. Kemudian ditambahkan
masing-masing 5 tetes fehling A dan fehling B. Lalu dipanaskan menggunakan
spiritus hingga mendidih atau terjadi perubahan warna. Pemanasan ini bertujuan
agar gugus aldehida dan keton bebas pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam aldonat.
Setelah dipanaskan, glukosa, fruktosa, dan laktosa mengalami perubahan
warna dari larutan biru muda menjadi terbentuk larutan orens dengan endapan
merah bata yang menandakan bahwa hasil positif. Sedangkan amilum
menunjukkan hasil negatif, yaitu larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk
endapan merah bata. Dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa
merupakan gula pereduksi sedangkan amilum bukan gula pereduksi. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada dimana tes Fehling bertujuan untuk menguji
karbohidrat pereduksi.
Reaksi : 2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O (endapan merah bata)
2. Tes Benedict
Pada percobaan ini, digunakan 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi
dengan 5 tetes sampel glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum. Kemudian masing-
masing ditambahkan 5 tetes benedict. Lalu dipanaskan menggunakan spiritus
sampai mendidih atau terjadi perubahan warna. Pemanasan ini bertujuan agar
gugus aldehida dan keton bebas pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam aldonat.
Setelah dipanaskan, glukosa, fruktosa, dan laktosa mengalami perubahan
warna dari larutan biru muda menjadi larutan orens dan terbentuk endapan merah
bata yang menandakan bahwa hasil positif. Sedangkan amilum menunjukkan
hasil negatif, yaitu larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk endapan merah
bata. Dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa merupakan gula
pereduksi sedangkan amilum bukan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana
pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid. Gula pereduksi akan dioksidasi
menjadi asam aldonat sedangkan benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan
endapan merah bata. Berikut reaksinya:
VII.KESIMPULAN
1. Semua sampel yang digunakan (glukosa, fruktosa, laktosa dan amilum) merupakan
karbohidrat.
2. Sampel yang termasuk sebagai gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan laktosa
dibuktikan dengan hasil pada percobaan uji benedict, uji fehling, uji asam pikrat, dan
uji tollens.
3. Sampel yang termasuk ketosa adalah fruktosa dibuktikan dengan hasil pengujian
seliwanoff.
4. Amilum merupakan polisakarida, sehingga tidak dapat mereduksi meskipun memiliki
gugus aldehid bebas, ditunjukkan dengan tidak berubahnya warna larutan amilum saat
dilakukan uji gula pereduksi.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 2003.
2. Hutagalang, D.H. Karbohidrat. Didigitalisasi oleh USU Digital Library. 2004.
3. Kuchel, P.; Ralston, G.B. Schaum's Easy Outlines: Biokimia (Didigitalisasi oleh
Google Penelusuran Buku) (diterjemahkan oleh E. Laelasari ed.). Jakarta:
Erlangga. 2006.
4. Lehninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia (Jilid 1, diterjemahkan oleh M.
Thenawidjaja ed.). Jakarta: Erlangga. pp. hlm. 313. 1997.
5. https://id.scribd.com/doc/96364745/Uji-Seliwanoff (diakses pada 15 Maret 2018,
16.05)
6. https://id.scribd.com/doc/86736551/UJI-FEHLING (diakses pada 15 Maret 2018,
16.25)
7. Maligan, Jaya Mahar. Kimia Pangan Analisis Karbohidrat. Malang: Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. 2014.
8. Septorini, Ragil. Perbedaan Kadar Glukosa pada Onggok yang Dihidrolisis
dengan Asam Klorida, Asam Sulfat, dan Asam Oksalat. Semarang: Univesitas
Muhammadiyah Semarang. 2009.
9. https://id.scribd.com/doc/89076387/BAB-II-Fenol (diakses pada 15 Maret 2018,
16.25)
10. https://id.scribd.com/doc/251459376/Bab-II-Asam-Pikrat (diakses pada 15
Maret 2018, 16.25)
IX. JAWAB SOAL
A. Tes Molisch
1. Kesimpulan apa yang Saudara ambil dari percobaan tersebut?
Pada tes molisch semua sampel positif mengandung zat karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan dengan cincin ungu pada tiap larutan sampel yang harusnya
terbentuk.
2. Bagaimana analisa Saudara jika tes molisch dilakukan pada larutan maltosa dan
potongan kertas saring?
Keduanya akan menunjukan hasil posotif yaitu terbentuknya cincin ungu
karena mengandung karbohidrat yaitu disakarida dan polisakarida (amilum).
3. Tulis reaksi kimia yang terjadi pada tes molisch secara umum!
Reaksi kimia :
B. Tes Fehling
1. Apa yang terjadi jika tes Fehling ini dilakukan pada maltosa?
Akan memberikan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata. Hal ini terjadi karena maltosa juga merupakan gula pereduksi
sehingga dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu2O yang menghasilkan warna merah bata.
2. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi sehingga dalam tes Fehling
menghasilkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata. Hal ini terjadi karena glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi yang
dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Fruktosa juga merupakan gula pereduksi,
tetapi tidak dapat langsung mereduksi sehingga diperlukan waktu yang lebih lama
saat pemanasan. Sementara, amilum bukan merupakan gula pereduksi sehingga
tidak terbentuk endapan merah bata.
3. Tulis reaksi yang terjadi secara umum!
4. Apa isi pereaksi Benedict? Mengapa peraksi ini lebih baik daripada pereaksi
Fehling?
Pereaksi Benedict berupa larutan yang mengandung kupri sulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Pereaksi benedict lebih baik daripada pereaksi
Fehling karena pereaksi Fehling mengandung NaOH yang dapat membuat isomer
glukosa. Sedangkan pereaksi benedict terdapat natrium karbonat yang tidak dapat
membuat isomer glukosa.
5. Apa yang terjadi jika glukosa dalam jumlah banyak ditambah pereaksi Benedict
dalam jumlah sedikit? Jelaskan analisa jawabanmu!
Jika percobaan menggunakan glukosa yang banyak dan pereaksi benedict
yang sedikit, lalu dipanaskan maka tidak akan terbentuk endapan merah bata
karena zat yang direduksi hanya sedikit.
D. Tes Asam Pikrat
1. Apa yang terjadi jika percobaan ini dilakukan pada maltosa?
Jika percobaan dilakukan pada maltosa maka hasilnya adalah positif, ditandai
dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah bata atau oranye
karena maltosa merupakan oligosakarida pereduksi sehingga ia dapat mengubah
asam pikrat menjadi asam pikramat.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara umum!
3. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Hasil positif dengan uji ini yaitu terbentuk warna merah yang menunjukkan
terbentuknya asam pikramat. Asam pikramat didapatkan dari asam pikrat yang
mengalami reduksi akibat adanya gula pereduksi, dalam percobaan ini yaitu
glukosa, fruktosa, dan laktosa.
4. Tes asam pikrat dikerjakan dalam suasana apa? Warna apa yang terbentuk dari
reduksi asam pikrat?
Tes asam pikrat terjadi dalam suasana basa. Hasil yang terbentuk dari reduksi
asam pikrat menjadi asam pikramat ialah larutan berwarna merah bata.
E. Tes Tollens
1. Apa yang terjadi jika percobaan ini dilakukan pada maltosa?
Maltosa akan berubah warna menjadi hitam gelap dan membentuk cermin
perak karena maltosa merupakan karbohidrat pereduksi.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara umum!
Reaksi dari percobaan yang telah dilakukan:
Polisakarida/disakarida monosakarida
H-C=O + Ag(NH3)2OH O=C-ONH4 + Ag + H2O
3. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Pada percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa glukosa, frukosa dan laktosa
merupakan karbohidrat pereduksi, sedangkan amilum bukan merupakan
karbohidrat pereduksi, hal ini dibuktikan dengan terbentuknya larutan berwarna
hitam pekat dan terbentuk cermin perak di permukaan tabung ketika glukosa,
fruktosa dan laktosa ditambahkan pereaksi Tollens sedangkan amilum berubah
warna menjadi abu-abu namun tidak menghasilkan cermin perak setelah
ditambahkan pereaksi Tollens dan dipanaskan.
4. Bagaimana cara membuat pereaksi Tollens?
Cara membuat pereaksi Tollens yaitu dengan mereaksikan larutan AgNO3,
dengan NH4OH berlebih hingga semua endapan yang terjadi dapat larut.
AgNO3 + NH4OH Ag2O + H2O + NH4OH
Ag2O+ NH4OH Ag(NH3) 2OH + H2O
Semarang, 12 Maret 2018
Praktikan I Praktikan IV
Praktikan II Praktikan V
Praktikan III
Ardini Ridhanila
22030117140017