Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

JUDUL:
IDENTIFIKASI DAN FERMENTASI SENYAWA KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

1. Ardini Ridhanila (22030117140017)


2. Ghanes Permana Putri (22030117140009)
3. Salma Vidya Ayuningtyas (22030117120039)
4. Tiskayani Mustafa (22030117120027)
5. Zulaikhah atyas permatasari (22030117140001)

Tanggal Praktikum : 12 Maret 2018

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2018
PERCOBAAN 1

IDENTIFIKASI DAN FERMENTASI SENYAWA KARBOHIDRAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal beberapa macam identifikasi senyawa karbohidrat
2. Mengenal peristiwa fermentasi senyawa karbohidrat
II. DASAR TEORI
A. Karbohidrat
1. Definisi
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom C (karbon), H
(hidrogen), dan O (oksigen). Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta
untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja. Di
dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian
dari gliserol lemak.[1] Namun, sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam bentuk glikogen hanya
dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai
di dalam susu. Pada tumbuhan, karbohidrat dibentuk dari hasil reaksi CO2 dan
H2O melalui proses fotosintesis di dalam sel tumbuhan yang mengandung hijau
daun (klorofil).
Reaksi fotosintesis

Pada proses fotosintesis, klorofil pada tumbuh-tumbuhan akan menyerap dan


menggunakan energi matahari untuk membentuk karbohidrat dengan bahan
utama CO2 dari udara dan air (H2O) yang berasal dari tanah. Energi kimia yang
terbentuk akan disimpan di dalam daun, batang, umbi, buah dan biji-bijian.[2]
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida dan keton)
dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa
yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.[3] Namun, terdapat
pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.[4]
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang,
disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. selain monosakarida dan
polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan
oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
2. Jenis
Karbohirat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang
mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n. Lebih dikenal sebagai golongan
aldosa dan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa
karbohidrat adalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-
monomer.[1]
Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.[2]
a. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekulnya hanya terdiri dari beberapa atom karbon saja. Monosakarida
larut dalam air. Terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis
oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
Aldosa monosakarida mengandung satu gugus aldehid. Ketosa monosakarida
yang mempunyai satu gugus keton.
Monosakarida dengan 6 atom C disebut heksosa. Contohnya glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Monosakarida dengan 5 atom C disebut pentosa.
Contohnya xilosa, arabinosa dan ribose.
- Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat dalam
sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersama fruktosa dalam madu.

- Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula yang paling
manis. Terdapat dalam buah, madu (bersama glukosa) nektar bunga dan
juga dalam sayuran.

- Galaktosa, Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam.


Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa.

- Pentosa tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam.


- Arabinosa diperoleh dari gom arab diperoleh dengan hidrolisis sedangkan
xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu.
- Xilosa terdapat pada urine seseorang yang disebabkan oleh suatu kelainan
pada metabolisme karbohidrat. Kondisi ini disebut pentosuria.
- Ribose dan deoksiribosa merupakan komponen dari molekul asam nukleat
dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis.
Berikut macam-macam monosakarida berdasarkan jumlah atom C, yaitu
triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7)
- Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
- Tetrosa : Threosa, Eritrosa, Xylulosa
- Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
- Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
- Heptosa : Sedoheptulosa
b. Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri
atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang
berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida.
Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul
monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul
monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam alam ialah
disakarida.
- Sukrosa
Sukrosa disebut juga sakarosa atau gula tebu terdiri dari molekul
glukosa dan fruktosa. Sukrosa (gula pasir) mempunyai peran penting
dalam pengolahan makanan. Terdapat dalam tebu, bit, siwalan, kelapa
kopyor, juga dalam nanas dan wortel. Industri makanan menggunakan
sukrosa dalam bentuk kristal atau cair (sirup).

Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan
dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa,
yang disebut gula invert. Gula invert tidak dapat berbentuk kristal karena
kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. Madu lebah sebagian besar
tediri atas gula invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih
manis daripada gula.
- Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom
nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH
glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Ikatan
antara kedua unit monosakarida ini disebutikatan α (1,4)-glikosida, sebab
atom karbon hemiasetal yang ikut mengikat kedua molekul glukosa ialah
atom karbon dengan konfigurasi α. Maltosa merupakan hasil antara dalam
proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim.

- Laktosa
Dengan hidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-
glukosa, kerena ini laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan
glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom
nomor 4 pada glukosa melalui ikatan α (1,4)-glikosidik. Oleh karenanya
molekul laktosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik. Laktosa
mempunyai satu atom karbon hemiasetal, dengan demikian laktosa
mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi.
Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada
wanita yang sedang dalam masa laktasi atau masih menyusui, laktosa
kadang–kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang sangat
rendah. Dibandingkan terhadap glukosa, laktosa mempunyai rasa yang
kurang manis.

c. Polisakarida
Golongan karbohidrat yang mengandung lebih dari 10 unit
monosakarida yang tergabung. Umumnya polisakarida berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan
tidak mempunyai sifat mereduksi. Dalam bahan makanan berfungsi sebagai
penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber
energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Beberapa polisakarida yang
penting, yaitu amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.
- Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum atau disebut pati terdapat pada umbi, daun ,batang dan
biji-bijian. Contohnya batang pohon sagu, umbi yang terdapat pada ubi
jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati yang
cukup banyak. Amilum terdiri atas dua macam, yaitu polisakarida yang
kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-
28%) dan sisanya amilopektin (dipisahkan dengan air panas).
Perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serelia, misalnya
pada beras. Semakin tinggi kandungan amilosa dan amilopektinnya,
semakin lekat nasi tersebut. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras
dibagi 4 golongan, yaitu :
1. Kadar amilosa tinggi, 25-33%
2. Kadar amilosa menengah, 20-25%
3. Kadar amilosa rendah, 9-20%
4. Kadar amilosa sangat rendah, ˂ 9%
- Dekstrin
Dekstrin merupakan zat antara dalam pemecahan amilum.
Molekulnya lebih sederhana, lebih mudah larut di dalam air, dengan
iodium akan berubah menjadi wama merah.
- Glikogen
Pada tubuh kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. Hati berfungsi
sebagai tempat pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila kadar
glukosa dalam darah bertambah, sebagian berubah menjadi glikogen
sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila
kadar glukosa darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi
glukosa kembali sehingga kadar glukosa darah normal kembali. Glikogen
yang ada dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Dalam alam glikogen terdapat pada kerang dan pada
alga atau rumput laut.
- Selulosa
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah
selulosa, karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding
sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia,
oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa. Meskipun tidak
dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat
memperbesar volume dari faeses sehingga akan memperlancar defekasi.
B. Uji karbohidrat
1. Tes Molisch
Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya
cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang
diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam
etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H₂SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan
larutan atau hanya membentuk lapisan.[5]

2. Tes Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu
Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu
larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai
ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam
pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu₂O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan
larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan. Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan
adanya karbohidrat pereduksi.[6]

3. Tes Benedict
Uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltose. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus
aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksiketon. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, tetapi karena memiliki
gugus alpha hidroksiketon, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict[7]

4. Uji Pikrat
Uji pikrat digunakan untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi. Gula
pereduksi akan mereduksi asam piktrat menjadi asam pikramat. Pereaksi yang
digunakan adalah asam piktrat jenuh dan Na2CO3. Hasil positif menunjukan
warna merah kecokelatan. Berikut reaksi yang terjadi : [7]

5. Tes Tollens
Pada saat glukosa direaksikan dengan Tollens, akan terbentuk endapan
cermin perak, disebabkan karena pereaksi Tollens yang mengandung perak nitrat
bereaksi positif dengan glukosa dan setelah dipanaskan glukosa akan mereduksi
Ag+ menjadi Ag dan menghasilkan endapan yang menempel pada dinding tabung,
yaitu endapan cermin perak.[7]
Reaksi yang terjadi :
2 AgNO3 + 2NH4OH  2 AgOH ↓ putih + 2NH4NO3

2 Ag2O + NH4OH  2 Ag(NH3)OH + H2O

6. Tes Seliwanoff
Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung
gugus keton atau disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan
karena pemanasan menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika
dipanaskan, karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna
merah pada larutannya. Adanya warna merah (kuning +) merupakan hasil
kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan
hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari
konversi fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan asam
livulenik dan hidroksi metal furfural. Percobaan ini dilakukan dengan larutan uji
berupa glukosa, fruktosa, arabinosa, maltosa dan sukrosa. Reaksi ini dikatakan
positif apabila ada perubahan warna menjadi kemerahan.[7]
Reaksi uji seliwanoff

C. Analisa bahan
1. Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus
molekul C6H12O6. Nama lain dari glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau
gula buah karena glukosa banyak terdapat pada buah-buahan. Glukosa
merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. [8]
2. Fruktosa
Fruktosa, atau gula buah, adalah monosakarida yang ditemukan di banyak
jenis tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama
dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa langsung diserap ke aliran darah selama
pencernaan. Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon. Fruktosa
merupakan isomer dari glukosa; keduanya memiliki rumus molekul (C6H12O6)
tetapi dengan struktur yang berbeda[8]
3. Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih
sederhana yaitu d-galaktosa dan d-glukosa. Laktosa berasal dari kondensasi
antara galaktosa dan glukosa, yang membentuk ikatan glikosida 1→4-β. Nama
sistematis laktosa adalah β-D-galaktopiranosil-(1→4)-D-glukosa. [8]
4. Amilum
Amilum adalah polisakarida yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar, dan tidak berbau. Amilum tersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. [8]
5. Alfa naftol dalam alkohol
Alfa naftol merupakan golongan asam organik naftalen alkohol. Berupa
padatan kristalin putih, berbau seperti etanol, sangat sedikit larut dalam air. Berat
molekulnya 144,17 g/mol; rumus molekul C10H8O; titik didih 2880℃; titik lebur
94-96℃; titik nyala 1440℃; kerapatan 1,181 g/cm3; tegangan permukaan 51
dyne/cm; tekanan uap 0.00139 mmHg pada suhu 25℃; dan mudah larut dalam
alkohol. Digunakan dalam pembuatan zat warna dan sintesis senyawa organik[7]
6. Asam sulfat
Asam sulfat berbentuk cairan kental berminyak, tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat higroskopis. Rumus molekul H2SO4; berat molekul 98,08 gr/mol;
titik lebur 10,5℃ (anhidrat); titik beku -35°C (-31 °F); titik didih 290℃ atau
270°C (518 °F). Terurai di 340°C; tekanan uap 1,33 hPa pada 145,8°C; kerapatan
uap 3.4 (udara = 1); berat jenis relatif 1,84 g/cm3 pada 25°c; kelarutan: mudah
larut dalam air dingin. Larut dalam etil alkohol. [7]
7. Pereaksi fehling
Larutan ini digunakan untuk menguji kandungan gula pereduksi
(monosakarida atau disakarida) dalam suatu sampel. Pengujian secara kualitatif
ini berdasarkan keberadaan gugus aldehida atau keton yang bebas. Larutan
Fehling dibagi atas dua macam yaitu larutan Fehling A (Tembaga(II) sulfat atau
CuSO4) dan larutan Fehling B (KOH dan Natrium kalium tartarat).[7]
8. Pereaksi benedict
Reagen kimia yang biasa digunakan untuk mendeteksi adanya gula
pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga dapat memberikan hasil positif.
Larutan Benedict dapat digunakan untuk menguji adanya glukosa. Ketika gula
pereduksi dicampur dengan reagen benedict dan dipanaskan maka akan
menyebabkan reagen benedicts berubah warna. Warna ini bervariasi dari hijau
sampai merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula. [7]
9. Resorsinol dalam asam klorida
Resorsinol atau resorcin adalah hidroksi benzene yang memiliki rumus kimia
C6H4(OH)2. Resorsinol mengkristal dari benzena menjadi jarum tak berwarna
yang mudah larut dalam air, alkohol dan eter, namun tidak larut dalam kloroform
dan karbon disulfida. Resorsinol digunakan sebagai indikator dalam suatu
larutan.[9]
10. Natrium karbonat
Berbentuk padat, serbuk, atau kristal serbuk dan granul, berwarna putih dan
tidak berbau; berat molekul 105,99 gr/mol; titik lebur 1563,8ºF (851ºC); berat
jenis 2,532 g/cm3 (air = 1). Kelarutan = 45,5 g/100 mL air; larut dalam air panas
dan gliserol, larut sebagian dalam air dingin, tidak larut dalam aseton dan alkohol.
Penggunaan sebagi buffer, reagen laboratorium, resin penukar ion regenerasi,
manufaktur deterjen dan kaca.[7]
11. Pereaksi tollens
Pereaksi yang mengandung perak sebagai ion kompleks yaitu [Ag(NH3)2]+.
Umumnya dalam persamaan reaksi pereaksi tollens ditulis sebagai Ag2O.
Pereaksi tollens dibuat dengan menambahkan NaOH ke dalam perak nitrat yang
membentuk endapan coklat Ag2O. Kemudian endapan dilarutkan dalam larutan
ammonia[7]
12. Asam pikrat
Asam pikrat merupakan senyawa kimia yang bersifat eksplosif. Senyawa ini
terbentuk karena reaksi antara fenol dan asam nitrat (HNO3) sehingga
menghasilkan 2,4,6-Trinitrofenol dengan rumus molekul C6H2(NO3)3OH. Asam
pikrat berwarna kuning pucat, tidak mengeluarkan bau, dan berwujud kristal yang
larut dalam air. Senyawa ini terutama digunakan dalam pembuatan bahan peledak
dan pemakaian skala laboratorium seperti reagen pewarna dan komponen
pembantu dalam reaksi-reaksi kimia. [10]
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit
3. Pipet paseur

Bahan :
1. Glukosa 8. Pereaksi Benedict
2. Fruktosa 9. Resorsinol dalam asam
3. Laktosa klorida
4. Amilum 10. Natrium karbonat
5. Alfa naftol dalam alkohol 11. Pereaksi Tollens
6. Asam sulfat 12. Asam pikrat
7. Pereaksi Fehling

IV. CARA KERJA


A. Tes umum terhadap karbohidrat
1. Tes Molisch
a. Menyediakan 4 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, tabung 2
dengan fruktosa, tabung 3 dengan laktosa, dan tabung 4 dengan amilum.
Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan alfa naftol dalam alkohol sebanyak 5 tetes pada masing-
masing tabung.
c. Menggojog dengan kuat.
d. Mengaliri 2-3 tetes asam sulfat di dinding masing-masing tabung.
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
B. Tes karbohidrat pereduksi
1. Tes Fehling
a. Menyediakan 4 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, tabung 2
dengan fruktosa, tabung 3 dengan laktosa, dan tabung 4 dengan amilum.
Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan 5 tetes larutan Fehling A dan 5 tetes larutan Fehling B.
c. Mengamati perubahan yang terbentuk.
d. Memanaskan dengan hati-hati
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
2. Tes Benedict
a. Menyediakan 4 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, tabung 2
dengan fruktosa, tabung 3 dengan laktosa, dan tabung 4 dengan amilum.
Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan 5 tetes larutan Benedict.
c. Mengamati perubahan yang terbentuk.
d. Memanaskan dengan hati-hati.
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
3. Tes Asam Pikrat
a. Menyediakan 4 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, tabung 2
dengan fruktosa, tabung 3 dengan laktosa, dan tabung 4 dengan amilum.
Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan 5 tetes larutan asam pikrat jenuh dan 5 tetes natrium karbonat.
c. Mengamati perubahan yang terbentuk.
d. Memanaskan dengan hati-hati.
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
4. Tes Tollens
a. Menyediakan 4 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, tabung 2
dengan fruktosa, tabung 3 dengan laktosa, dan tabung 4 dengan amilum.
Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan 5 tetes larutan Tollens A dan 5 tetes larutan Tollens B.
c. Mengamati perubahan yang terbentuk.
d. Memanaskan dengan hati-hati.
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
C. Tes khusus untuk fruktosa
1. Tes Seliwanoff
a. Menyediakan 2 tabung reaksi, mengisi tabung 1 dengan glukosa, dan tabung
2 diisi dengan fruktosa. Masing-masing sebanyak 5 tetes.
b. Menambahkan 5 tetes larutan Seliwanoff.
c. Mengamati perubahan yang terbentuk.
d. Memanaskan dengan hati-hati.
e. Mengamati operubahan yang terjadi.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Tes Molisch
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Kuning Tidak ada
alfa naftol dalam alkohol + perubahan
H2SO4 (tidak tebentuk
cincin ungu)

2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes Kuning pudar Tidak ada


alfa naftol dalam alkohol + perubahan
H2SO4 (tidak tebentuk
cincin ungu)

3. 5 tetes Laktosa + 5 tetes Tidak berwarna Tidak ada


alfa naftol dalam alkohol + perubahan
H2SO4 (tidak tebentuk
cincin ungu)

4. 5 tetes Amilum +5 tetes Putih keruh Tidak ada


alfa naftol dalam alkohol + perubahan
H2SO4 (tidak tebentuk
cincin ungu)

B. Tes Fehling
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Biru muda Larutan :oren
fehling A + 5 tetes fehling Endapan :
B  panaskan merah bata
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes Biru kehijauan Larutan : hijau
fehling A + 5 tetes fehling Endapan :
B  panaskan merah bata

3. 5 tetes Laktosa + 5 tetes Biru kehijauan Larutan : hijau


fehling A + 5 tetes fehling Endapan :
B  panaskan merah bata

4. 5 tetes Amilum + 5 tetes Biru Biru


fehling A + 5 tetes fehling
B  panaskan

C. Tes Benedict
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Biru tua Larutan :oren
benedict  panaskan Endapan :
merah bata

2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes Biru kehijauan Larutan : oren


benedict  panaskan Endapan :
merah bata
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
3. 5 tetes Laktosa + 5 tetes Biru muda Larutan : hijau
benedict  panaskan Endapan :
merah bata

4. 5 tetes Amilum + 5 tetes Biru muda Biru muda


benedict  panaskan

D. Tes Asam Pikrat


Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes kuning Larutan :oren
asam pikrat + 5 tetes Na - Endapan :
Karbonat  panaskan merah bata

2. 5 tetes Fruktosa +5 tetes kuning Larutan : oren


asam pikrat + 5 tetes Na - Endapan :
Karbonat  panaskan  merah bata
panaskan

3. 5 tetes Laktosa + 5 tetes Kuning Larutan : hijau


asam pikrat + 5 tetes Na - Endapan :
Karbonat  panaskan merah bata
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
4. 5 tetes Amilum + 5 tetes kuning keruh Kuning keruh
asam pikrat + 5 tetes Na -
Karbonat  panaskan

E. Tes Tollens
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Abu –abu Keabuan
tollens A + 5 tetes tollens (terbentuk
B  panaskan cermin perak)

2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes kecokelatan Keabuan


tollens A + 5 tetes tollens (terbentuk
B  panaskan cermin perak)

3. 5 tetes Laktosa + 5 tetes Tidak berwarna Abu – abu


tollens A + 5 tetes tollens (terbentuk
B  panaskan cermin perak)

4. 5 tetes Amilum + 5 tetes keruh Abu – abu,


tollens A + 5 tetes tollens (tidak terbentuk
B  panaskan cermin perak)
F. Tes Seliwanoff
Hasil Dokumentasi
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Glukosa + 5 tetes Kuning pudar tetap
pereaksi seliwanoff 
panaskan

2. 5 tetes Fruktosa + 5 tetes kuning Keorenan


pereaksi seliwanoff 
panaskan

VI. PEMBAHASAN
A. Tes umum terhadap karbohidrat
1. Tes Molisch
Pada percobaan ini 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi 5 tetes sampel
glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum ditambahkan masing-masing 5 tetes alfa
naftol dalam alkohol. Amati perubahannya. Alfa naftol dalam alkohol ini
berfungsi sebagai zat warna indikator yang memudahkan pengamatan. Setelah itu
digojog, hal ini bertujuan agar larutan menjadi homogen. Kemudian masing-
masing dialiri 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Hal ini bertujuan
agar asam sulfat tidak sampai bercampur dengan larutan.
Pada keempat tabung reaksi berisi sampel tidak terbentuk cincin ungu.
Menurut teori, uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
gula pereduksi seperti monosakarida dan disakarida seperti glukosa, laktosa dan
fruktosa. Kesalahan dapat terjadi karena kurang telitinya praktikan dalam
mereaksikan reagen-reagen yang ada.
B. Tes karbohidrat pereduksi
1. Tes Fehling
Pada percobaan digunakan 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan
5 tetes sampel glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum. Kemudian ditambahkan
masing-masing 5 tetes fehling A dan fehling B. Lalu dipanaskan menggunakan
spiritus hingga mendidih atau terjadi perubahan warna. Pemanasan ini bertujuan
agar gugus aldehida dan keton bebas pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam aldonat.
Setelah dipanaskan, glukosa, fruktosa, dan laktosa mengalami perubahan
warna dari larutan biru muda menjadi terbentuk larutan orens dengan endapan
merah bata yang menandakan bahwa hasil positif. Sedangkan amilum
menunjukkan hasil negatif, yaitu larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk
endapan merah bata. Dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa
merupakan gula pereduksi sedangkan amilum bukan gula pereduksi. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada dimana tes Fehling bertujuan untuk menguji
karbohidrat pereduksi.
Reaksi : 2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O (endapan merah bata)
2. Tes Benedict
Pada percobaan ini, digunakan 4 tabung reaksi yang masing-masing diisi
dengan 5 tetes sampel glukosa, laktosa, fruktosa, dan amilum. Kemudian masing-
masing ditambahkan 5 tetes benedict. Lalu dipanaskan menggunakan spiritus
sampai mendidih atau terjadi perubahan warna. Pemanasan ini bertujuan agar
gugus aldehida dan keton bebas pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam aldonat.
Setelah dipanaskan, glukosa, fruktosa, dan laktosa mengalami perubahan
warna dari larutan biru muda menjadi larutan orens dan terbentuk endapan merah
bata yang menandakan bahwa hasil positif. Sedangkan amilum menunjukkan
hasil negatif, yaitu larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk endapan merah
bata. Dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa merupakan gula
pereduksi sedangkan amilum bukan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana
pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid. Gula pereduksi akan dioksidasi
menjadi asam aldonat sedangkan benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan
endapan merah bata. Berikut reaksinya:

3. Tes Asam Pikrat


Uji asam pikrat bertujuan untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula
pereduksi yang mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat. Uji ini diawali
dengan menyiapkan 4 buah tabung reaksi, pada tabung pertama diisi dengan 5
tetes glukosa, pada tabung kedua diisi dengan 5 tetes fruktosa, pada tabung ketiga
diisi dengan 5 tetes laktosa, dan pada tabung keempat diisi dengan 5 tetes amilum.
Kemudian, masing-masing tabung reaksi ditambahkan 5 tetes asam pikrat jenuh
dan 5 tetes natrium karbonat dan dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk
mempercepat reaksi.
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil bahwa pada pemanasan
larutan glukosa, fruktosa, dan laktosa yang sudah dicampurkan dengan asam
pikrat dan natrium karbonat, berupa larutan berwarna merah bata dan tidak ada
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa memiliki
hasil positif. Dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa, dan laktosa merupakan
gula pereduksi.
Pada amilum menunjukkan hasil yang negatif yaitu larutan berwarna kuning
dan setelah dipanaskan warna larutan tidak berubah. Hal ini terjadi karena amilum
bukan merupakan gula pereduksi.
4. Tes Tollens
Tes Tollens dilakukan untuk mengetahui karbohidrat yang tergolong gula
pereduksi. Tes ini menggunakan reagen Tollens yang terdiri atas larutan perak
nitrat dan ammonium hidroksida berlebih. Saat direaksikan dengan karbohidrat
pereduksi, akan tereduksi membentuk logam perak yang menutupi dinding
tabung. Sedangkan gula pereduksi akan berubah menjadi asam aldonat yang
membentuk garam ammonium.
Pada percobaan ini, digunakan 4 larutan sampel yaitu glukosa, fruktosa,
laktosa, dam amilum. Sebelum dipanaskan, keempat larutan ditetesi oleh reagen
tollens dengan perbandingan 1:1 (masing-masing 5 tetes). Larutan glukosa
menjadi abu-abu, fruktosa menjadi hitam, laktosa menjadi putih kekuningan, dan
amilum menjadi putih keruh.
Setelah dipanaskan, larutan glukosa, laktosa, dan fruktosa warna larutannya
menjadi warna hitam dan terbentuk cermin perak di dasar tabung tetapi amilum
tidak membentuk cermin perak, meskipun warna larutannya juga berwarna hitam.
Dapat disimpulkan bahwa amilum bukan tergolong gula pereduksi.

C. Tes khusus untuk fruktosa


1. Tes Seliwanoff
Tes seliwanoff ditujukan untuk membedakan antara aldosa dan ketosa. Tes
ini menggunakan reagen seliwanoff yang terbuat dari meta hidroksi benzena atau
resorsinol dalam asam klorida. Pada tes ini, gugus ketosa akan mengalami
dehidrasi menjadi hidroksi metil fulfural karena adanya HCl. Selanjutnya,
hidroksi metil fulfural tersebut akan mengalami kondensasi membentuk
persenyawaan merah.
Pada percobaan ini digunakan 2 larutan sampel, yaitu glukosa yang mewakili
gugus aldosa dan fruktosa yang mewakili gugus ketosa. Sampel yang ditambah
seliwanoff menjadi berwarna kuning bening akibat pengaruh warna dari
seliwanoff. Setelah dipanaskan, keduanya tetap berwarna kuning, namun warna
larutan fruktosa terlihat lebih pekat dibanding glukosa.

VII.KESIMPULAN
1. Semua sampel yang digunakan (glukosa, fruktosa, laktosa dan amilum) merupakan
karbohidrat.
2. Sampel yang termasuk sebagai gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan laktosa
dibuktikan dengan hasil pada percobaan uji benedict, uji fehling, uji asam pikrat, dan
uji tollens.
3. Sampel yang termasuk ketosa adalah fruktosa dibuktikan dengan hasil pengujian
seliwanoff.
4. Amilum merupakan polisakarida, sehingga tidak dapat mereduksi meskipun memiliki
gugus aldehid bebas, ditunjukkan dengan tidak berubahnya warna larutan amilum saat
dilakukan uji gula pereduksi.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 2003.
2. Hutagalang, D.H. Karbohidrat. Didigitalisasi oleh USU Digital Library. 2004.
3. Kuchel, P.; Ralston, G.B. Schaum's Easy Outlines: Biokimia (Didigitalisasi oleh
Google Penelusuran Buku) (diterjemahkan oleh E. Laelasari ed.). Jakarta:
Erlangga. 2006.
4. Lehninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia (Jilid 1, diterjemahkan oleh M.
Thenawidjaja ed.). Jakarta: Erlangga. pp. hlm. 313. 1997.
5. https://id.scribd.com/doc/96364745/Uji-Seliwanoff (diakses pada 15 Maret 2018,
16.05)
6. https://id.scribd.com/doc/86736551/UJI-FEHLING (diakses pada 15 Maret 2018,
16.25)
7. Maligan, Jaya Mahar. Kimia Pangan Analisis Karbohidrat. Malang: Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. 2014.
8. Septorini, Ragil. Perbedaan Kadar Glukosa pada Onggok yang Dihidrolisis
dengan Asam Klorida, Asam Sulfat, dan Asam Oksalat. Semarang: Univesitas
Muhammadiyah Semarang. 2009.
9. https://id.scribd.com/doc/89076387/BAB-II-Fenol (diakses pada 15 Maret 2018,
16.25)
10. https://id.scribd.com/doc/251459376/Bab-II-Asam-Pikrat (diakses pada 15
Maret 2018, 16.25)
IX. JAWAB SOAL
A. Tes Molisch
1. Kesimpulan apa yang Saudara ambil dari percobaan tersebut?
Pada tes molisch semua sampel positif mengandung zat karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan dengan cincin ungu pada tiap larutan sampel yang harusnya
terbentuk.
2. Bagaimana analisa Saudara jika tes molisch dilakukan pada larutan maltosa dan
potongan kertas saring?
Keduanya akan menunjukan hasil posotif yaitu terbentuknya cincin ungu
karena mengandung karbohidrat yaitu disakarida dan polisakarida (amilum).
3. Tulis reaksi kimia yang terjadi pada tes molisch secara umum!
Reaksi kimia :

B. Tes Fehling
1. Apa yang terjadi jika tes Fehling ini dilakukan pada maltosa?
Akan memberikan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata. Hal ini terjadi karena maltosa juga merupakan gula pereduksi
sehingga dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu2O yang menghasilkan warna merah bata.
2. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi sehingga dalam tes Fehling
menghasilkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata. Hal ini terjadi karena glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi yang
dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Fruktosa juga merupakan gula pereduksi,
tetapi tidak dapat langsung mereduksi sehingga diperlukan waktu yang lebih lama
saat pemanasan. Sementara, amilum bukan merupakan gula pereduksi sehingga
tidak terbentuk endapan merah bata.
3. Tulis reaksi yang terjadi secara umum!

4. Sebutkan beberapa contoh dari karbohidrat pereduksi dan karbohidrat non


pereduksi!
 Karbohidrat pereduksi : Semua monosakarida seperti glukosa, fruktosa (tidak
secara langsung mereduksi), laktosa dan disakarida seperti galaktosa, maltosa.
 Karbohidrat non pereduksi : Golongan polisakarida seperti amilum dan dekstrin.
5. Apa isi dari pereaksi Fehling? Mengapa sebelum akan dipakai, larutan Fehling A
dan Fehling B tidak boleh dicampur terlebih dahulu?
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan
Fehling B adalah larutan garam KNa-tartrat dan NaOH dalam air. Kenapa
disimpan terpisah? Karena ketika CuSO4(aq) direaksikan dengan NaOH(aq),
terbentuk endapan Cu(OH)2(s) yang berwarna biru. Endapan ini tidak efektif
sebagai pereaksi fehling. Untuk menghindari adanya endapan Cu(OH)2 maka
diperlukan kalium natrium tartrat sebagai ligan bidentat bagi ion Cu2+. Ketika
fehling A dan fehling B dicampurkan, tembaga(II) tetap sebagai larutan, karena
membentuk ion kompleks bistartrato kuprat(II), Cu{(COO)2(CHO)2}4-. Setelah
zat yang diuji dicampurkan dan ternyata positif, maka terbentuklah endapan
merah bata dari tembaga(I) oksida, Cu2O.
6. Apa yang terjadi jika sedikit glukosa ditambah pereaksi Fehling dibandingkan
dengan glukosa dan larutan Fehling berada dalam jumlah yang sama banyak?
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer
misalnya larutan glukosa 0,1%, larutan yamg terjadi berwarna hijau kekuningan.
Artinya glukosa yang lebih sedikit dari fehling atau tidak dalam volume yang
sama akan memengaruhi warna hasil, sehingga mengganggu proses
identifikasinya.
C. Tes Benedict
1. Apa yang terjadi jika percobaan ini dilakukan pada maltosa?
Maltosa termasuk disakarida pereduksi yang sama dengan laktosa, maka
reaksi yang terjadi hampir sama dengan laktosa. Maltosa akan berubah warna
menjadi orange kemerahan dan membentuk endapan berwarna merah bata.
2. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Pada percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa glukosa, fruktosa dan
laktosa merupakan karbohidrat pereduksi, sedangkan amilum bukan. Hal ini
dibuktikan dengan terbentuknya endapan berwana merah bata ketika glukosa,
fruktosa dan laktosa ditambahkan pereaksi Benedict, sedangkan amilum tidak.
3. Tuliskan reaksi yang terjadi secara umum!
Reaksi Benedict

4. Apa isi pereaksi Benedict? Mengapa peraksi ini lebih baik daripada pereaksi
Fehling?
Pereaksi Benedict berupa larutan yang mengandung kupri sulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Pereaksi benedict lebih baik daripada pereaksi
Fehling karena pereaksi Fehling mengandung NaOH yang dapat membuat isomer
glukosa. Sedangkan pereaksi benedict terdapat natrium karbonat yang tidak dapat
membuat isomer glukosa.
5. Apa yang terjadi jika glukosa dalam jumlah banyak ditambah pereaksi Benedict
dalam jumlah sedikit? Jelaskan analisa jawabanmu!
Jika percobaan menggunakan glukosa yang banyak dan pereaksi benedict
yang sedikit, lalu dipanaskan maka tidak akan terbentuk endapan merah bata
karena zat yang direduksi hanya sedikit.
D. Tes Asam Pikrat
1. Apa yang terjadi jika percobaan ini dilakukan pada maltosa?
Jika percobaan dilakukan pada maltosa maka hasilnya adalah positif, ditandai
dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah bata atau oranye
karena maltosa merupakan oligosakarida pereduksi sehingga ia dapat mengubah
asam pikrat menjadi asam pikramat.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara umum!
3. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Hasil positif dengan uji ini yaitu terbentuk warna merah yang menunjukkan
terbentuknya asam pikramat. Asam pikramat didapatkan dari asam pikrat yang
mengalami reduksi akibat adanya gula pereduksi, dalam percobaan ini yaitu
glukosa, fruktosa, dan laktosa.
4. Tes asam pikrat dikerjakan dalam suasana apa? Warna apa yang terbentuk dari
reduksi asam pikrat?
Tes asam pikrat terjadi dalam suasana basa. Hasil yang terbentuk dari reduksi
asam pikrat menjadi asam pikramat ialah larutan berwarna merah bata.
E. Tes Tollens
1. Apa yang terjadi jika percobaan ini dilakukan pada maltosa?
Maltosa akan berubah warna menjadi hitam gelap dan membentuk cermin
perak karena maltosa merupakan karbohidrat pereduksi.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara umum!
Reaksi dari percobaan yang telah dilakukan:
Polisakarida/disakarida monosakarida
H-C=O + Ag(NH3)2OH O=C-ONH4 + Ag + H2O
3. Kesimpulan apa yang dapat Saudara ambil dari percobaan di atas?
Pada percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa glukosa, frukosa dan laktosa
merupakan karbohidrat pereduksi, sedangkan amilum bukan merupakan
karbohidrat pereduksi, hal ini dibuktikan dengan terbentuknya larutan berwarna
hitam pekat dan terbentuk cermin perak di permukaan tabung ketika glukosa,
fruktosa dan laktosa ditambahkan pereaksi Tollens sedangkan amilum berubah
warna menjadi abu-abu namun tidak menghasilkan cermin perak setelah
ditambahkan pereaksi Tollens dan dipanaskan.
4. Bagaimana cara membuat pereaksi Tollens?
Cara membuat pereaksi Tollens yaitu dengan mereaksikan larutan AgNO3,
dengan NH4OH berlebih hingga semua endapan yang terjadi dapat larut.
AgNO3 + NH4OH Ag2O + H2O + NH4OH
Ag2O+ NH4OH Ag(NH3) 2OH + H2O
Semarang, 12 Maret 2018

Praktikan I Praktikan IV

Zulaikhah Atyas P. Tiskayani M.


22030117140001 22030117120027

Praktikan II Praktikan V

Ghanes Permana P. Salma Vidya A.


22030117140009 22030117120039

Praktikan III

Ardini Ridhanila
22030117140017

Anda mungkin juga menyukai