Anda di halaman 1dari 14

TIMBANGAN ANALITIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal dan mempelajari penggunaan/penimbangan dengan
timbangan analitis.
II. DASAR TEORI
1. Timbangan dan Klasifikasinya
Dalam hal pengukuran massa, pengukuran massa biasanya
dilakukan secara manual dengan menggunakan timbangan manual.
Timbangan merupakan alat bantu untuk mengetahui berat suatu benda.
Salah satu penggunaan timbangan di bidang perindustrian dan untuk
jalan umum, untuk mengetahui berat muatan suatu kendaraan1
Timbangan pada awalnya hanya berupa neraca,dan seiring
perkembangan zaman terciptanya Timbangan Digital. Timbangan
Digital ini sering sekali digunakan oleh masyarakat sekitar.
Timbangan Digital ini jenis timbangan yang bekerja secara
elektronis dengan tenaga listrik,dan lebih meringankan saat
menimbang barang untuk para pebisnis sekitar. Timbangan Digital
banyak mempunyai jenis Timbangan antara lain Timbangan
Laboratorium ,Timbangan Laboratotium sering kita kenal dengan
sebutan Analytical Balance.
Timbangan laboratorium ini dapat menimbang mencapai empat
angka di belakang koma dalam satuan gram ( 0.0001 gram / 0.1 mg ).
Timbangan Laboratorium sangat berguna untuk pedagang,Timbangan
Laboratorium ini memiliki teknologi yang cukup tinggi, dimana sensor
yang digunakan bukan lagi menggunakan load cell tetapi dengan
sensor laser.
Timbangan Laboratorium di lengkapi dengan kaca penutup yang
berfungsi untuk menghalangi angin pada saat melakukan
penimbangan. Timbangan laboratorium ini biasa digunakan untuk
bahan- bahan laboratorium seperti Zat kimia, obat- obatan, tepung ,
dan lain- lain.2
Timbangan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori
berdasarkan klasifikasinya. Jika dilihat dari cara kerjanya, jenis
timbangan dapat dibedakan atas :
a. Timbangan manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara
mekanis dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini
menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran
massa yang telah terskala.
b. Timbangan digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara
elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini
menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital
pada layar bacaan.
c. Timbangan hybrid, yaitu timbangan yang cara kerjanya
merupakan perpaduan antara timbangan manual dan digital.
Timbangan Hybrid ini biasa digunakan untuk lokasi
penimbangan yang tidak ada aliran listrik. Timbangan Hybrid
menggunakan display digital tetapi bagian paltform
menggunakan plat mekanik
Sedangkan berdasarkan penggunaannya, timbangan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Timbangan Badan, yaitu timbangan yang digunakan untuk
mengukur berat badan. Contoh timbangan ini adalah :
timbangan bayi, timbangan badan anak dan dewasa, timbangan
badan digital.
b. Timbangan Gantung, yaitu timbangan yang diletakkan
menggantung dan bekerja dengan prinsip tuas.
c. Timbangan Lantai, yaitu timbangan yang diletakkan di
permukaan lantai. Biasanya digunakan untuk mengukur benda
yang bervolume besar.
d. Timbangan Duduk, yaitu timbangan dimana benda yang
ditimbang dalam keadaan duduk atau sering kita ketahui
Platform Scale.
e. Timbangan Meja, yaitu imbangan yang biasanya digunakan di
meja dan rata-rata timbangan meja ini adalah Timbangan
Digital.
f. Timbangan Counting, yaitu timbangan hitung yang biasa
digunakan untuk menimbang barang yang berjumlah, jadi
barang bisa timbangan persatuan sebagai contoh timbangan
counting ini sering digunakan untuk menimbang baut, mur,
Spare part mobil dan sebagainya.
g. Timbangan Platform, yaitu timbangan yang memiliki tingkat
kepricisian lebih tinggi dari timbangan lntai, timbangan
Paltform merupakan solusi dalam penimbangan di berbagai
industri baik industri retail maupun manufacturing.
h. Timbangan Hewan/Ternak, yaitu jenis timbangan yang
digunakan untuk menimbang hewan baik sapi, kerbau maupun
kambing serta sejenisnya.
i. Timbangan Emas, yaitu jenis timbangan yang memiliki akurasi
tinggi untuk mengukur massa emas (logam mulia).
j. Timbangan Digital Gram, yaitu jenis timbangan yang memiliki
ketelitian baca sangat kecil.3
2. Timbangan Analitik dan Klasifikasinya
Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan
dalam laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan
digunakan. Bahan yang ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun
tidak menutup kemungkinan untuk menimbang suatu bahan yang
berbentuk cairan. Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium
merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih
0,0001 gram.4
Neraca analitik terdiri dari beberapa komponen, antara lain
waterpass, piringan neraca, dan tombol pengaturan.
Waterpass berfungsi sebagai penanda posisi neraca pada saat
akan digunakan. Neraca harus dalam posisi yang seimbang pada saat
penggunaannya agar data yang dihasilkan akurat. Sedangkan piringan
neraca merupakan suatu wadah yang berfungsi sebagai tempat bahan
yang akan ditentukan massanya. Biasanya digunakan kaca arloji
sebagai wadah bahan sebelum diletakkan pada piringan neraca
terebut.5
Ada beberapa jenis neraca antara lain:
a. Neraca Ayun
Bagian utama neraca terdiri atas tangkai-tangkai yang ditempatkan
dengan semacam mata pisau pada dudukan neraca dua piring pada
kedua ujungnya. Mata pisau itu merupakan bagian yang paling
mahal dalam neraca.6
b. Neraca Digital
Neraca ini merupakan salah satu neraca yang penggunanannya
paling praktis. Cara pengukuran secara langsung dan dilakukan
dengan tepat dan benar. Berfungsi untuk menimbang secara akurat
dan presisi dengan ketelitian 0,0001 g atau lebih serta digunakan
untuk menimbang bahan kimia dalam proses pembuatan larutan
untuk uji kuantitatif dan proses standarisasi. Selain itu berfungsi
juga untuk menimbang sampel / bahan dalam analisis kuantitatif.
Neraca analitik jenis ini yang sering digunakan di laboratorium
kimia.6
c. Neraca Triple-Beam
Neraca ini termasuk neraca kasar karena digunakan untuk
memperhitungkan benda yang massa zatnya cukup besar. Memiliki
ketelitian hingga 0.1 gram (100 mg). Neraca ini banyak digunakan
karena penggunaannya yang praktis dan hemat ruang. Mempunyai
perhitungan maksimal 6100 gram dan perhitungan minimalnya 1
gram.6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran dengan Timbangan
Analitik
Dalam penimbangan, praktikan harus memperhatikan hal hal
yang berpengaruh saat penimbangan. Adapun hal-hal yang
berpengaruh saat penumbangan adalah:7
a. Waterpass, jika waterpass tidak benar maka berat pada piringan
tidak akan stabil. Menggeser, memutar waterpass pun harus
dilakukan secara hati-hati, karena semakin sering digeser dan
diputar neraca akan semakin cepat rusak.
b. Meja timbang, gunakan meja timbang yang stabil dan bahan yang
kokoh dan padat. Hindarkan meja timbangan yang goyang dan
menyebabkan getaran. Terbuat dari bahan anti magnetik, hindarkan
dari bahan elektrostatis (plastik/gelas) dan jangan menempelkan
langsung dengan dinding dan lantai yang dapat memberikan
getaran.
c. Ruang kerja, bebas dari getaran dan penyimpangan, tempatkan
meja timbang di bagian sudut ruangan, itu adalah bagian yang
paling sedikit efek getarannya, dan ruangan seharusnya
menggunakan pintu geser.
d. Suhu, jaga suhu ruangan tetap sekonstan mungkin. Hasil
penimbangan di pengaruhi oleh fluktuatif suhu (typical drift : 1-2
ppm/oC). Jangan menimbang dekat panas atau jendela.
e. Kelembaban, sebaiknya kelembaban relatif berkisar 45 dan 60%,
jangan pernah mengoperasikan timbangan dibawah atau diatas
kelembaban 20-80%.
f. Cahaya, jika memungkinkan, tempatkan timbangan jauh dari
jendela. Cahay matahari langsung dapat mempengaruhi hasil
penimbangan.
g. Udara, jangan menempatkan timbangan langsung dibawah aliran
udara AC atau peralatan lainnya yang menyebabkan aliran udara.
Tempatkan timbangan dengan jarak yang cukup dari sumber panas
(radiator). Jangan menempatka timbangan di dekat pintu.
h. Tangan, usahakan untuk menggunakan tissue pada saat akan
menempatkan benda ke timbangan, karena sentuhan tangan secara
langsung dapat juga mempengaruhi hasil penimbangan dari lemak,
keringat, ataupun zat lainnya yang akan menempel pada benda.
Dalam melakukan penimbangan dengan neraca, ada beberapa
kesalahan yang dapat terjadi saat penimbangan. Kesalahan-kesalahan
dalam penimbangan yang dapat terjadi diantaranya yaitu : 7
a. Alat yang digunakan kurang bersih. Seperti tertinggalnya debu,
kotoran, sampel penimbangan, dll.
b. Posisi waterpass. Saat melakukan penimbanga dengan neraca
waterpass tidak dalam posisi yang benar.
c. Lupa menutup kaca penutup pada neraca digital tertutup
III. ALAT DAN BAHAN
1. Timbangan Analitik
2. Anak Timbangan
3. Anting
4. Pinset
5. Botol Timbangan
IV. CARA KERJA
1. Sebelum digunakan, memastikan kedudukan timbangan mendatar.
2. Memastikan alat-alat yang dibutuhkan sudah lengkap.
3. Sebelum menimbang dilakukan pemeriksaan kestabilan timbangan
dan kelancaran jarum timbangan.
4. Pada saat piringan timbangan tidak ada beban, mencatat skala jarum
timbangan pada sikap nol. Dalam penentuan sikap skala jarum harus
diantara 9,5-10,5. Kemudian menggoyangkan jarum timbangan,
mencatat titik balik ketika jarum timbangan sudah berada pada skala
20-0 dengan titik balik tidak boleh genap, yaitu 3 kali ayunan ke kiri
dan 2 kali ayunan ke kanan.
5. Sebelum menambahkan beban pada timbangan, memutar tombol
terlebih dahulu ke arah kiri. Kemudian meletakkan beban ke piringan
sebelah kiri dan anak timbangan diletakkan pada piringan sebelah
kanan. Tombol dipputar ke sebelah kanan dan pastikan anak
timbangan seimbang dengan beban. Mencatat skala jarum timbangan
pada sikap setimbang. Setelah itu menggoyangkan jarum timbangan,
mencatat titik balik ketika jarum timbangan sudah berada pada skala
20-0 dengan titik balik tidak boleh genap, yaitu 3 kali ayunan ke kiri
dan 2 kali ayunan ke kanan.
6. Mengambil kembali beban dan anak timbangan pada piringan. Ulangi
sekali lagi menimbang pada kondisi kedua piringan tidak ada beban
dengan cara mencatat sikap nol. Kemudian menggoyangkan jarum
timbangan dan mencatat titik balik ketika jarum timbangan sudah
berada pada skala 20-0 dengan titik balik tidak boleh genap, yaitu 3
kali ayunan ke kiri dan 2 kali ayunan ke kanan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Penimbangan Botol Timbang 1

Piringan Neraca Setimbang Titik Balik Rata-rata Sikap

Kiri : Kosong 17;16;14 15,67


10
Kanan : Kosong 6;8 7

Kiri : Botol Timbang 17;16,5;16 15,5


10,25
Kanan : Anak Timbangan 12 gram 4;3,5 3,75

Kiri : Kosong 15;15;13 14,3


10,5
Kanan : Kosong 8;9 8,5

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penimbangan Botol 1


2. Penimbangan Botol Timbang 2

Piringan Neraca Setimbang Titik Balik Rata-rata Sikap

Kiri : Kosong 19;19;19 18,3


10,5
Kanan : Kosong 2;3 2,5

Kiri : Botol Timbang 14;13;12,5 12,17


10
Kanan : Anak Timbangan 12 gram 7;8 7,5

Kiri : Kosong 19;18;17 18


10,5
Kanan : Kosong 3;5 4

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penimbangan Botol 2

VI. PEMBAHASAN
Timbangan analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan
dalam laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan
digunakan. Bahan yang ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun
tidak menutup kemungkinan untuk menimbang suatu bahan yang
berbentuk cairan. Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium
merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih
0,0001 gram.4
Neraca analitik yang digunakkan adalah neraca analitik ayun dan
pada praktikum kali ini benda yang akan ditimbang adalah botol
timbangan. Botol timbangan yang dipakai hanya satu namun pada
praktikum ini kami menimbang botol timbangan tersebut sebanyak dua
kali dengan cara yang sama.
Titik balik diketahui dengan mengayun perlahan jarum
timbangan. Titik balik ayunan timbangan akan dihitung apabila jarum
timbangan berada pada dalam timbangan dari skala 0 20. Pada setiap
percobaan akan diketahui minimal 3 kali titik balik yaitu titik balik saat
sifat nol dimana saat keadaan piringan timbangan kosong, sikap setimbang
dimana saat keadaan piringan diisi dengan muatan dan sikap nol kembali.
Sebelum memulai penimbangan posisi penimbang harus tegak
lurus dengan lengan timbangan dan pastikan terlebih dahulu bahwa
timbangan analitik dalam kondisi baik dan lengkap. Tidak terdapat bagian
yang hilang dan jarum timbangan berada diantara skala 9,5 10,5 dalam
skala bawah timbangan, jika jarum menunjukkan skala diluar rentang skala
tersebut, maka putar kenop pemutar di bagian bawah timbangan dan atur
skala jarum timbangan sampai berada pada skala 9,5 10,5,
Setelah memeriksa kondisi timbangan pengukuran dapat dimulai,
penimbangan pertama pada posisi nol pertama untuk mengetahui titik
balik ynag pertama, yaitu cawan neraca kiri kosong dan cawan neraca
kanan kosong dapat dilakukan dengan mencatat posisi setimbang jarum
timbangan sebelum penimbangan dimulai, lalu goyangkan jarum
timbangan kemudian diamati dan dicatat pada skala berapa saja jarum
timbangan bergerak tiga kali ke kiri dan dua kali ke kanan (apabila jarum
menunjukkan skala diatas 20 maka tidak dihitung atau tidak ditulis).
Setelah pengamatan didapatkan hasil sikap setimbang jarum pada skala 10,
setelah jarum digoyangkan dan bergerak ke kiri pada skala 17,16,14
dengan rata rata 15,67 dan ke kanan pada skala 6,8 denganrata rata 7.
Pada sikap setimbang pertama untuk menghitung titik balik yang
ke dua dilakukan penimbangan dengan piringan timbangan sebelah kiri
diisi beban berupa botl timbangan dan sebelah kanan diisi dengan anak
timbangan. Catat kembali sikap setimbang jarum timbangan sebelum
melakukan penimbangan selanjuttnya atau dalam keadaan kedua piringan
timbangan masih dalam keadan kosong, kemudian botol timbangan
diletakkan di atas piringan timbangan sebelah kiri sambil menahan kenop
pemutar dan memutarnya ke sebelah kiri, lalu pada piringan timbvangan
bagian kanan diisi dengan anak timbangan seberat 12 gram, kenop
pemutar diputar untuk mengatur skala jarum agar berada pada rentang
skala 9,5 - 10,5, setelah itu jarum digoyangkan kemudian diamati dan
dicatat pada skala berapa saja jarum timbangan bergerak tiga kali ke kiri
dan dua kali ke kanan. Setelah pengmatan didapatkan hasil untuk sikap
setimbang awal jarum timbangan adalah 10,25, skala jarum saat bergerak
tiga kali ke kiri adalah 17, 16,5, dan 16 16,5 dengan rata rata 16,5 dan
bergerak dua kali ke kanan pada skala 4,3,5 dengan rata rata 3,75
Keadaan sikap nol kembali untuk menentukan titik balik ynag
ketiga pada penimbangan pertama ini yakni ketika piringan timbangan
sebelah kiri dan kanan kosong kembali, beban dan anak timbangan sudah
diturunkan. Pertama beban dan anak timbangan diturunkan sambim
menahan kenop penahan dan memutarnya ke kiri,setelah ke dua piringan
timbangan kosong, amati skala pada saat jarum timbngan dalam keadaan
setimbang. Jarum timbangan digoyangkan kembali lalu dicatat pada skala
berapa saja timbangan bergerak tiga kali ke kiri dua kali bergerak ke
kanan. Setelah mengamati, didapatkan hasil skala setimbang awal jarum
adalah 10,5, saat bergerak ke kiri menunjukkan pada skala 15, 25, 13
dengan rata rata 14,33, dan saagt bergerak ke kanan menunjukkan skala
8,9 dengan rata rata skala 8,5
Penimbangan kedua dilakukan dengan langkah yang sama dengan
beban dan anak timbangan yang sama
Pada sikap nol yang pertama saat kedua piringan timbangan
masih dalam keadaan kosong, diamati skala pada saat jarum timbangan
dalam posisi setimbang dan di catat, kemudian jarum digoyangkan dan
diamatai kembali pada skalaberapa saja jarum timbangan menunjuk saatt
bergerak tiga kali ke kiri dan dua kali ke kanan. Setelah diamati, hasil
yangdidapatkan adalah skala setimbang jarum awal 10,5, setelah jarum
digoyngkan dan jarum bergerak ke kiri, jarum menunjukkan skala 19, 19,
17, dengan rata rata 18,33
Keadaan sikap setimbang untuk mencari titik balik yang kedua,
yaitu saat piringan timbangan sebelah kiri berisi botol timbangan dan
sebelah kanan diisi anak timbangan. Sebelumnya diamati dahulu skala
jarum saat setimbang, sebelum beban dan anak timbangan diletakkan pada
piringan timbangan, lalu botol timbang diletakkan diatas piringan
timbangan sebelah kiri dan anak timbangan seberat 12 gram di piringan
sebelah kanan sambil menahan dan memutar kenop penahan ke kiri,
kemudian kenop penahan diputar untuk menyesuaikan jarum timbangan
agarberada diantara skala 9,5 10,5, setelah itu jarum digoyangkan dan
diamati kembali pada skala berapa saja jarum mengarah pada saat bergerak
tiga kali ke kiri dsn dua kali ke kanan. Setelah pengamatan, diketahui skala
setimbang jarum adalah 10, saat jarum bergerak kiri menunjukkan skala
14, 13, 12,5 dengan rata rata 13,17 dan sat bergerak ke kanan jarum
menunjuk pada skala 7,8 dengan rata rata 7,5
Keadaan sikap nol untuk mengetahui titik balik yang ke tiga,
yaitu saat kedua piringan timbangan kosong kembali. Botol timbangan
dan anak timbangan di turunkan sambil menahan dan memutar kenop
pemutar ke kiri, setelah itu diputar kembali untuk menyesuaikan skala
jarum timbangan agar berada diantara 9,5 10,5, amati skala pada saat
jarum telah setimbang, kemudian jarum digoyangkan dan amati kembali
pada skala berapa saja jarum menunjuk saat bergerak tiga kali ke kiri dan
dua kali ke kanan. Setelah diamati didapatkan skala jarum saat setimbang
adalah 10,5, pada saat bergerak kekiri menunjukkan skala 19, 18,17
dengan rata rata 18 dan saat bergerakdua kalike kanan menunjuk pada
skal 3 dan 5 dengan rata - rata 4.
Dari hasil penimbangan diperoleh perbedaan titik balik yang
signifikan antara percobaan pertama dan percobaan kedua, padahal kedua
penimbangan menggunakan botol timbang dan anak timbangan yang
sama. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya:
1. Timbangan analitik yang kami gunakan telah banyak digunakan dalam
beberapa praktikum sehingga daya sensitivitas jaum dan keadaan
timbanag sudah berkurang sehingga hasil pengukuran yang didapat
pun kurang akurat.
2. Perbedaan gaya pada saat menyentuh atau menggoyangkan jaru
timbanagn sehingga hasil goyangan pada jarum timbanagn tidak sama
yang akan mengakibatkan pada perbedaan hasil pengukuran.
VII. KESIMPULAN
Timbangan analitik digunakan untuk menimbang bahan secara
teliti dengan ketelitian baca minimal 0,1 mg. Dalam menimbang
menggunakan timbangan analitik perlu diperhatikan banyak faktor karena
timbangan sangat sensitif.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Warman E dan Marpaung J. Perancangan Sistem Pengontrolan
Pengukuran Berat Pada Timbangan Kendaraan Secara Automatis.
Konsentrasi Teknik Energi Listrik. Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Vol. 10 No.27; 2015
2. Timbangan Indonesia. Timbangan Laboratorium. Jakarta; 2015
3. National Conference on Weights and Measures, NIST Handbook 44,
Specifications, Tolerances, And Other Technical Requirements for
Weighing and Measuring Devices, 2003
4. Day, R. A. and A. L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 394, 396-404; 2002
5. Bahtiar, H. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan
Neraca Analitik. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2011
6. Oktapianti T. Pengenalan Neraca di Laboratorium. Bandung:
Universitas Pasundan; 2013
7. Rosita E. Pengenalan Neraca di Laboratorium. Bandung: Universitas
Pasundan; 2013
TANDAN TANGAN ANGGOTA

Cindy Desy Ariyani Diana Handriyaningrum


(22030117120041) (22030117120045)

Salma Vidya Ayuningtyas Tri Umikhoiriyah


(22030117120039) (22030117120045)
LEMBAR KONSULTASI

Tanda Tangan
No Tanggal Praktikum Tanggal Revisi Revisi Ke-
Aslab

Anda mungkin juga menyukai