Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN V

TIMBANGAN ANALITIK

Disusun Oleh  :
Kelompok B4

Adlina Islamiyah 22030119120029


Anjas Wijiastuti 22030119120031
Feni Riwanti 22030119120033
Laurencia Okky Wijayanti 22030119120027
Wiki Sari Sinurat 22030119120029

Tanggal Praktikum    : 10 September 2019

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2019
PERCOBAAN V

TIMBANGAN ANALITIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal dan mempelajari penggunaan / penimbangan dengan
timbangan analitis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Timbangan dan Klasifikasinya
Menimbang adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengukur
massa suatu benda dengan membandingkan massa benda yang satu
dengan yang lainnya. Alat ukur yang digunakan disebut timbangan,
yaitu alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda atau
zat, dengan memanfaatkan gaya gravitasi yang dimiliki benda atau
zat tersebut. Timbangan atau neraca tergolong dalam sistem mekanik
dan juga elektronik, alat ini berfungsi mengukur massa benda, bukan
berat benda dalam skala tertentu.(1,2)
Berdasarkan klasifikasinya neraca atau timbangan dibedakan
menjadi beberapa kategori :
a. Timbangan Manual
Timbangan manual adalah timbangan yang bekerja dengan
sistem pegas dan menggunakan indikator berupa jarum sebagai
penunjuk ukuran massa yang telah berskala.
b. Timbangan Digital
Timbangan digital adalah timbangan yang bekerja secara
elektonik dengan tenaga listrik dan menggunakan indikator
berupa angka digital pada layar bacanya.
c. Timbangan Hybrid
Timbangan hybrid adalah timbangan yang sistem kerjanya
perpaduan antara timbangan manual dan timbangan digital.
Timbangan ini menggunakan display digital, tetapi bagian
platformnya menggunakan plat mekanik.
Berdasarkan penggunaannya, timbangan dibedakan menjadi
beberapa kategori :

a. Timbangan badan, yaitu timbangan yang digunakan untuk


mengukur massa badan seseorang.
b. Timbangan gantung, yaitu timbangan yang bekerja dengan
prinsip tuas dan diletakkan dengan cara digantung.
c. Timbangan lantai, yaitu timbangan yang digunakan untuk
mengukur benda yang bervolume besar, diletakkan
dipermukaan lantai.
d. Timbangan duduk, yaitu timbangan yang digunakan dengan
meletakkan beban dalam keadaan duduk atau yang dikenal
dengan platform scale.
e. Timbangan meja, yaitu timbangan yang diletakkan diatas meja,
biasanya berupa timbangan digital dengan ukuran yang tidak
terlalu besar.
f. Timbangan counting, yaitu timbangan untuk mengukur massa
benda yang berjumlah, seperti mur, baut, spare part mobil, dan
lain-lain.
g. Timbangan platform, yaitu timbangan yang sering digunakan
di dunia industri baik industry retail maupun manufacturing
karena timbanga ini memiliki tingkat kepricisian yang lebih
tinggi dari timbangan lantai.
h. Timbangan emas, timbangan yang memiliki akurasi tinggi
untuk mengukur massa emas ataupun logam mulia lainnya.
i. Timbangan digital gram, yaitu timbangan yang memiliki
ketelitian baca yang sangat kecil.
j. Timbangan hewan ternaik, timbangan yang digunakan untuk
mengukur massa hewan ternak, seperti sapi, kambing, kerbau,
dan lain-lain.(3)
1.2. Timbangan Analitik dan Klasifikasinya
a. Timbangan Analitik
Timbangan analitik adalah jenis timbangan yang digunakan
untuk mengukur massa benda dengan ukuran kecil sampai kadar
miligram. Jenis timbangan ini memiliki presisi akurasi (tingkat
ketelitian) yang tinggi. Timbangan analitik merupakan suatu alat
yang sering digunakan dalam laboratorium yang berfungsi
menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan yang ditimbang
biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan
untuk menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Dalam
menimbang zat cair (zalir) tertentu, terlebih dahulu laboran
menimbang wadah kosong agar dapat menentukan kadar massa
zat secara optimal. Neraca analitik yang digunakan dalam
laboratorium merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai
kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai
dengan kurang lebih 0,0001 gram.(4)
b. Klasifikasi Timbangan Analitik
1) Neraca Analitik Konvensional
 Neraca satu lengan
Neraca jenis ini memiliki anak timbangan yang
berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran
neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat
digeser menjauhi atau mendekati poros neraca. Massa
benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca
dalam keadaan setimbang.(5)
 Neraca dua lengan
Neraca ini digunakan untuk mengukur massa benda
misalnya emas, batu, dan kristal benda. Batas ketelitian alat
ini 0,1 gr.(5)

2) Neraca Analitik Digital (Modern)


Neraca analitik digital menghitung satuan massa suatu
benda dengan teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup
tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih
dahulu sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada
neraca lalu dilihat angka yang tertera pada layar, angka itu
merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
Sampel yang akan ditimbang harus berada pada temperatur
ruangan untuk mencegah konveksi alami dari pembentukan
aliran udara didalam ruang necara yang dapat menyebabkan
pembacaan yang kurang akurat. Oleh karena itu, alat ini harus
dikalibrasi untuk mengkompensasi perbedaan gravitasi. Alat ini
menggunakan elektromagnet untuk menghasilkan gaya tolak
terhadap sempel yang akan diukur.(5)

1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran dan Kesalahan yang


Terjadi Pada Penimbangan dengan Timbangan Analitik
Dalam penimbangan, praktikan harus memperhatikan hal-hal yang
berpengaruh saat penimbangan. Adapun hal-hal yang berpengaruh saat
penimbangan adalah:
1. Waterpass, jika waterpass tidak benar maka berat pada piringan
tidak akan stabil. Menggeser, memutar waterpass pun harus
dilakukan secara hati-hati, karena semakin sering digeser dan
diputar neraca akan semakin cepat rusak.
2. Meja timbang, gunakan meja timbang yang stabil, terbuat dari
bahan yang kokoh dan padat. Hindarkan meja timbangan yang
goyang dan menyebabkan getaran. Terbuat dari bahan anti
magnetik, hindarkan dari bahan-bahan elektrostatis (plastik/gelas)
dan jangan menempelkan langsung dengan dinding dan lantai
yang dapat memberikan getaran.
3. Ruang kerja, bebas dari getaran dan bebas dari penyimpangan,
tempatkan meja timbang dibagian sudut ruangan, itu adalah bagian
yang paling sedikit efek getarannya, dan ruangannya seharusnya
menggunakan pintu geser.
4. Suhu, jaga suhu ruangan tetap sekonstan mungkin. Hasil
penimbangan dipengaruhi oleh fluktuatif suhu (typical drift: 1-2
ppm/oC. Jangan menimbang di dekat sumber panas atau jendela.
5. Kelembaban, sebaiknya kelembaban relatif berkisar 45 dan 60%,
jangan pernah mengoperasikan timbangan dibawah atau diatas
kelembaban 20-80 persen.
6. Cahaya, jika memungkinkan, tempatkan timbangan jauh dari
jendela. Cahaya matahari langsung dapat mempengaruhi hasil
penimbangan.
7. Udara, jangan menempatkan timbangan langsung dibawah aliran
udara AC atau peralatan lainnya yang menyebabkan aliran udara.
Tempatkan timbangan dengan jarak yang cukup dari sumber panas
(radiator). Jangan menempatkan timbangan dekat pintu.
8. Tangan, usahakan untuk menggunakan tissue pada saat akan
menempatkan benda ke timbangan, karena sentuhan tangan secara
langsung dapat juga mempengaruhi hasil penimbangan dari lemak,
keringat, ataupun zat lainnya yang akan menempel pada benda.(6)

Dalam melakukan penimbangan dengan neraca, ada beberapa


kesalahan yang dapat terjadi saat penimbangan. Kesalahan-kesalahan
dalam penimbangan yang dapat terjadi diantaranya yaitu:
1. Alat yang digunakan kurang bersih. Seperti masih tertinggalnya
debu, kotoran, sampel penimbangan, dll. Oleh karena itu, sebelum
dan sesudah melakukan penimbangan pastikan alat-alat yang
digunakan sudah benar-benar bersih.
2. Posisi mata pisau atau waterpass. Saat melakukan penimbangan
dengan neraca triple beam terkadang posisi mata pisau tidak tepat
sejajar diangka 0 (nol), sedangkan jika dengan neraca digital
kesalahan yang terjadi yaitu waterpassnya tidak diset di angka 0
(nol).
3. Menutup kaca penutup pada neraca digital tertutup. Saat
menggunakan neraca digital tertutup terkadang kesalahan lupa
untuk menutup kaca penutup ini dapat terjadi. Jika praktikan lupa
menutupnya, penimbangan akan menjadi kurang akurat atau
kurang tepat.(6)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Timbangan analitik
2. Anak timbangan
3. Botol timbangan
4. Handphone untuk merekam
5. Pensil untuk menggoyangkan jarum timbangan
6. pinset

IV. CARA KERJA


1. Timbangan Kosong
a. Membuka lemari timbangan
b. Mendatarkan kedudukan timbangan analitik hingga sejajar
c. Mengamati dan mencatat sikap nol yang ditunjukkan oleh jarum,
sikap nol tidak boleh kurang dari 9,5 dan tidak boleh lebih dari 10,5.
d. Pada saat mengamati timbangan, sikap penimbang harus tegak lurus
dengan lengan timbangan.
e. Menggoyangkan jarum timbangan dengan menggunakan pensil,
yang dimulai dari arah kanan supaya terjadi ayunan.
f. Merekam ayunan timbangan dengan menggunakan HP, kemudian
membuat vidio slow motion untuk mempermudah mengamati
ayunan jarum
g. Mengamati vidio dengan seksama untuk mengetahui titik balik
ayunan.
h. Mencatat titik balik ayunan timbangan yang ditunjukkan oleh jarum
yang berayun sebanyak 3 ayunan ke kiri dan 2 ayunan ke kanan, lalu
menghitung rata-rata titik balik.

2. Timbangan ditaruh Beban


a. Membuka kotak timbangan supaya dapat menggunakan anak
timbangan yang tersedia.
b. Menaruh botol timbang pada piringan timbangan sebelah kiri dan
anak timbangan pada piringan timbangan sebelah kanan, pinset bisa
digunakan untuk mempermudah meletakkan anak timbangan pada
piring timbangan.
c. Mendatarkan kedudukan timbangan analitik hingga sejajar, yaitu
ketika kedua piringan dalam posisi seimbang.
d. Mengamati dan mencatat sikap setimbang yang ditunjukkan oleh
jarum.
e. Menggoyangkan jarum timbangan dengan menggunakan pensil,
yang dimulai dari arah kanan supaya terjadi ayunan.
f. Merekam ayunan timbangan dengan menggunakan HP, kemudian
membuat vidio slow motion untuk mempermudah mengamati
ayunan jarum
g. Mengamati vidio dengan seksama untuk mengetahui titik balik
ayunan.
h. Mencatat titik balik ayunan timbangan yang ditunjukkan oleh jarum
yang berayun sebanyak 3 ayunan ke kiri dan 2 ayunan ke kanan, lalu
menghitung rata-rata titik balik.
3. Timbangan Kembali Kosong
a. Mengangkat beban baik pada piringan timbangan sebelah kiri
maupun kanan.
b. Mendatarkan kedudukan timbangan analitis hingga sejajar.
c. Mengamati dan mencatat sikap nol yang ditunjukkan oleh jarum.
d. Menggoyangkan jarum timbangan dengan menggunakan pensil,
yang dimulai dari arah kanan supaya terjadi ayunan.
e. Merekam ayunan timbangan dengan menggunakan HP, kemudian
membuat vidio slow motion untuk mempermudah mengamati
ayunan jarum
f. Mengamati vidio dengan seksama untuk mengetahui titik balik
ayunan.
g. Mencatat titik balik ayunan timbangan yang ditunjukkan oleh jarum
yang berayun sebanyak 3 ayunan ke kiri dan 2 ayunan ke kanan, lalu
menghitung rata-rata titik balik.
h. Menutup kembali lemari timbangan analitis ketika sudah selesai
melakukan pengamatan dan merapikan kembali perlengkapan di
dalam kotak timbangan. Pastikan semuanya alat lengkap seperti yang
ditemui pada awal praktikum.
i. Membersihkan meja praktikum dari kotoran dan dilap sampai bersih.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Penimbangan Botol Timbang 1
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penimbangan Botol timbang 1
Piringan Neraca Setimbang Titik Balik Rata-rata Sikap

Kiri : kosong 16,0 ; 14,0 ; 12,0 14

Kanan: kosong 4,9 ; 5,5 5,2 10

Kiri : botol timbang 20,0 ; 17 ; 17 18

Kanan: anak timbangan 12,8 g 5,0 ; 4,0 4,5 10

Kiri : kosong 17; 14,2; 14,1 15,1

Kanan: kosong 8; 6 7 10

2. Penimbangan Botol Timbang 2


3. Tabel 2. Hasil Pengamatan Penimbangan Botol 2
Piringan Neraca Setimbang Titik Balik Rata-rata Sikap

Kiri : kosong 12,8 ; 12,0 ; 11,8 12,2

Kanan: kosong 8,5 ; 9,0 8,75 10

Kiri : botol timbang 1,0 ; 15,5 ; 15,5 16

Kanan: anak timbangan 12,8 g 7,0 ; 5,0 6 10

Kiri : kosong 14,0 ; 10,8 ; 11,0 11,93

Kanan: kosong 5,3 ; 6,5 5,9 10

B. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Percobaan Ke-1 Timbangan Analitik
a. Kepekaan
Kepekaan : sikap setimbang 1 sikap setimbang 2

: 10 10

:0

b. Harga Skala

Harga Skala :

c. Sikap Nol Rata-rata :

: 10

d. Berat Botol Timbang :

: 12,8 gram

2. Perhitungan Percobaan Ke-2 Timbangan Analitik


a. Kepekaan

Kepekaan : sikap setimbang 1 sikap setimbang 2


: 10 10

:0

b. Harga Skala

Harga Skala :

c. Sikap Nol Rata-rata :

: 10

d. Berat Botol Timbang :

: 12,8 gram

VI. PEMBAHASAN
Pengertian massa disini adalah suatu sifat fisika dari suatu
benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang
terpantau. Dengan kata lain massa adalah ukuran banyaknya materi yang
dikandung oleh suatu benda. Massa suatu benda dimanapun dinilai pasti
sama, oleh karena itu, massa tidak dipengaruhi oleh gravitasi bumi.
Berbeda dengan berat yang merupakan gaya yang disebabkan karena
adanya interaksi antara massa suatu benda dengan gaya gravitasi sehingga
berat suatu benda tidak akan sama atau dapat berubah sesuai dengan
besarnya percepatan gravitasi ditempat benda tersebut berada. Selain itu,
massa tidak terpengaruh oleh arah lain atau biasa disebut besaran
skalar,beda halnya dengan berat yang merupakan besaran vektor. (4)
Percobaan pada praktikum ini adalah melakukan pengukuran
massa dengan menggunakan timbangan analitik dua lengan dengan bahan
yang ditimbang adalah botol timbangan. Pertama, yang dilakukan adalah
memastikan kedudukan timbangan dalam keadaan setimbang (waterpass)
yaitu kedua piring timbangan analitik dibuat setimbang tanpa ada beban
atau sering disebut sikap nol. kemudian praktikan akan mencatat skala
yang tertera pada jarum dan mengusahakan agar jarum timbangan dalam
keadaan sikap nol selalu menunjuk pada skala 10. setelah itu, jarum
timbangan akan digerakkan ke arah kanan menggunakan bantuan pensil
dan dilepaskan sehingga jarum timbangan bergerak bolak-balik secara
teratur. Yang kemudian praktikan akan mencatat titik balik pada skala
jarum. Jumlah titik balik ayunan jarum timbangan yang diamati tidak
boleh genap. Yang bisa dilakukan adalah misalnya tiga kali ayunan ke kiri
dan dua ayunan ke kanan.
Kedua, melakukan penimbangan botol dimana praktikan memutar
kenop pengganjal ke arah kiri yang berguna untuk menahan piringan dan
lengan timbangan. Kemudian piring timbangan diisi dengan botol
timbangan di sebelah kiri dan piringan di sebelah kanan diisi dengan anak
timbangan hingga mendapatkan keadaan setimbang atau yang disebut
sikap setimbang. Lalu jarum timbangan digerakkan ke sebelah kanan
menggunakan pensil dan dilepaskan. Kemudian praktikan mencatat
kembali titik baliknya dalam skala jarum timbangan.
Ketiga, melakukan langkah-langkah yang sama seperti pada
percobaan pertama yaitu kedua piringan timbangan analitik dikosongkan
tanpa ada beban dengan keadaan setimbang atau dalam sikap nol. Setelah
jarum timbangan di gerakkan ke kanan menggunakan pensil dan
dilepaskan sehingga jarum timbangan bergerak bolak- balik. Titik balik
jarum timbangan yang tertera di skala dicatat kembali.
Percobaan ini dilakukan secara duplo yang menggunakan botol
timbangan yang sama. Tujuannya untuk membandingkan hasil
penimbangan menggunakan timbangan analitik pada percobaan pertama
dan percobaan kedua. Hal ini dimaksudkan untuk dapat membandingkan
ketelitian praktikan saat menimbang menggunakan timbangan analitik.

Pada hasil penimbangan yang kami lakukan, sikap setimbang pada


saat piringan diberi beban botol timbangan dan anak timbangan pada
percobaaan pertama ialah pada skala 10 dan percobaan kedua pada skala 1
0. Akan tetapi, praktikan perlu membenarkan posisi kepala timbangan terl
ebih dahulu karena jika tidak, posisi awal jarum akan berada di skala 11-1
2.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada percobaan
1 dan 2 dapat diketahui bahwa pada penimbangan botol timbangan
pertama dalam keadaan piringan neraca kosong menghasilkan titik balik
dengan rata-rata 14 ke arah kiri dan rata-rata 5,2 ke arah kanan dengan
sikap nol 10. sedangkan pada penimbangan botol timbangan yang kedua
dengan keadaan piring neraca kosong menghasilkan titik balik dengan
rata-rata 12,2 ke arah kiri dan rata-rata 8,75 ke arah kanan dengan sikap
nol 10.
Pada percobaan 1 dan 2 dengan keadaan piring neraca diisi dengan
botol timbangan di sebelah kiri dan anak timbangan di sebelah kanan,
menghasilkan rata-rata 18 ke arah kiri dan rata-rata 4,5 ke arah kanan
ditunjukkan pada tabel 1. sedangkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa
rata-rata titik balik ke arah kiri yaitu 16 dan ke arah kanan 6,0.
Percobaan yang terakhir kamil lakukan, mendapatkan hasil dengan
keadaan kedua piringan kembali kosong pada penimbangan botol timbang
1 menghasilkan rata-rata 14.06 ke arah kiri dan 7,75 ke arah kanan dengan
sikap nol 10. Sedangkan pada penimbangan botol timbang 2 menghasilkan
rata-rata 11,93 ke arah kiri dan 5,9 ke arah kanan dengan sikap nol 10.
Hasil titik balik dan getaran jarum yang kami dapatkan kadang
tidak teratur. Menurut kelompok kami hal tersebut disebabkan timbangan
analitik yang kami gunakan sudah berumur dan dan sudah berkarat,
sehingga mempengaruhi kerja neraca yang ketelitiannya kurang akurat.
Faktor kesalahan dan kendala yang biasa ditemukan dalam pengukuran
massa menggunakan neraca adalah seperti terjadinya kesalahan sistematik
dalam hal kondisi alat ukur yang sudah berubah, pengaruh alat ukur
terhadap besaran yang diukur, ketidak cermatan membaca skala, dan
kesalahan posisi pengamat atau kesalahan paralak. Selain itu kesalahan
acak (random) pun sering terjadi, seperti gangguan dari luar yang tak dapat
dihindari yang akan berakibat mempengaruhi keakuratan hasil
pengukuran.(7)
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sikap nol rata-rata
timbangan analitik adalah 10 dan sikap setimbang rata-rata timbangan
analitik saat diisi botol timbangan adalah 10.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Timbangan atau neraca analitik merupakan alat yang berfungsi untuk
menimbang bahan yang akan digunakan untuk percobaan.
2. Timbangan analitik menimbang berat bahan dengan ketelitian baca
minimal 0,1 mg.
3. Kepekaan timbangan analitik adalah nol, harga skala timbangan
analitik adalah tak hingga, dan berat botol timbang sebesar 12.8 gram.
4. Kulitas dari timbangan mempengaruhi keakuratan hasil penimbangan
suatu beban.
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnama, A.C. 2010. Teori Timbangan.


2. Rosita, E. 2013. Pengenalan Neraca di Laboratotium. Bandung: Universitas
Pasundan.
3. Triono, N. 2017. Analisa untuk Kerja Alat Peniris Helm dengan
Perbandingan Ukuran Diameter Pulley Terhadap Kecepatan Penirisan Air
Pada Mesin Pengering Helm. Kendari: Universitas Haluelo.
4. Chairunnisa, Rizky. 2016. Pengukuran Massa Bahan dengan Menggunakan
Neraca Analitik. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
5. Nurrachmandani, Setya. 2009. Fisika I Kelas X. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
6. Erlina, R. 2015. Pengenalan Neraca di Laboratorium. Bandung: Universitas
Pasundan.
7. Buku teks ajaran siswa kimia analisis. Teknik Dasar Pekerjaan
Laboratorium Kimia. Direktorat Pebinaan Sekolah Menegah Kejuruan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai