Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Praktikum Kimia Dasar 5 Timbangan Analitik Digital

Gloria Nathania, 22030120130093

1 PENDAHULUAN

A. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk bisa lebih mengenal dan mempelajari
penggunaan atau proses penimbangan dengan timbangan analitik.

B. Dasar Teori

Pengukuran adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai suatu besaran. [1]
Pengukuran merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dalam sebuah pengamatan,
dengan membandingkan suatu nilai yang terukur dengan alat yang telah distandarisasi. [2]
Kegiatan pengukuran mempunyai dampak yang luas terhadap ilmu pengetahuan serta
kehidupan pribadi manusia dan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi. [1] Pada proses
pengukuran dibutuhkan pengetahuan mengenai identifikasi, pengolahan, pengaturan dan
analisis.

1. Timbangan dan Klasifikasinya


Menimbang adalah tindakan yang dilakukan untuk mengukur massa suatu benda
dengan membandingkan massa benda yang satu dengan yang lainnya. Alat ukur yang
digunakan dalam menimbang disebut timbangan atau neraca, yaitu alat yang digunakan
untuk mengukur massa suatu benda atau zat, dengan memanfaatkan gaya gravitasi yang
dimiliki benda atau zat tersebut. Timbangan atau neraca tergolong dalam sistem
mekanik dan juga elektronik, yang berfungsi untuk mengukur massa benda, bukan berat
benda dalam skala tertentu.[3],[4]
Berdasarkan klasifikasinya timbangan atau neraca dapat dibedakan menjadi
beberapa kategori :
a. Timbangan Manual
Yang pertama adalah timbangan manual yaitu timbangan yang bekerja dengan
sistem pegas dan menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran
massa yang telah berskala. Timbangan ini adalah jenis timbangan yang paling dulu
diciptakan.
b. Timbangan Digital
Yang kedua adalah timbangan digital yang bekerja secara elektonik dengan
tenaga listrik dan menggunakan indikator berupa angka digital yang tertera pada
layar bacanya. Timbangan jenis ini adalah jenis yang sudah modern.
c. Timbangan Hybrid
Yang terakhir adalah timbangan hybrid yang sistem kerjanya merupakan
perpaduan antara timbangan manual dan timbangan digital. Timbangan ini
menggunakan display digital, tetapi bagian platformnya masih menggunakan plat
mekanik.

Berdasarkan penggunaannya, timbangan dibedakan menjadi beberapa kategori :

a. Timbangan badan, yang digunakan untuk mengukur massa tubuh seseorang.


b. Timbangan gantung, yang bekerja dengan prinsip tuas dengan posisi digantung.
c. Timbangan lantai, yang digunakan untuk mengukur benda yang bervolume besar,
diletakkan dipermukaan lantai.
d. Timbangan duduk, yang digunakan dengan meletakkan beban dalam keadaan
duduk atau yang dikenal dengan platform scale.
e. Timbangan meja, yang diletakkan diatas meja, biasanya berupa timbangan digital
dengan ukuran yang tidak terlalu besar.
f. Timbangan counting, yang mengukur massa benda yang berjumlah, seperti mur,
baut, spare part mobil, dan lain-lain.
g. Timbangan platform, yang sering digunakan di dunia industri baik industry retail
maupun manufacturing karena timbanga ini memiliki tingkat kepricisian yang
lebih tinggi dari timbangan lantai.
h. Timbangan emas, yang memiliki akurasi tinggi untuk mengukur massa emas
ataupun logam mulia lainnya.
i. Timbangan digital gram, yang memiliki ketelitian baca hingga ukuran yang sangat
kecil.
j. Timbangan hewan ternak, digunakan untuk mengukur massa hewan ternak,
seperti sapi, kambing, kerbau, dan lain-lain.[5]
2. Timbangan Analitik dan Klasifikasinya
a. Timbangan Analitik
Timbangan analitik sendiri merupakan salah satu jenis timbangan yang
digunakan untuk mengukur massa benda dengan ukuran kecil sampai kadar
miligram. Jenis timbangan ini memiliki presisi akurasi (tingkat ketelitian) yang
tinggi. Timbangan analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam
laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan yang
ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Neraca analitik yang digunakan
dalam laboratorium merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih 0,0001 gram.(6)
b. Klasifikasi Timbangan Analitik
1) Neraca Analitik Konvensional
 Neraca satu lengan
Neraca jenis ini memiliki anak timbangan yang berada pada neraca itu
sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser
posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser
menjauhi atau mendekati poros neraca. Massa benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah
neraca dalam keadaan setimbang.(7)
 Neraca dua lengan
Neraca ini digunakan untuk mengukur massa benda misalnya emas,
batu, dan kristal benda. Batas ketelitian alat ini 0,1 gr.(7)
2) Neraca Analitik Digital (Modern)
Neraca analitik digital menghitung satuan massa suatu benda dengan teknik
digital dan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan
penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih
dahulu sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat
angka yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang
ditimbang.
Sampel yang akan ditimbang harus berada pada temperatur ruangan untuk
mencegah konveksi alami dari pembentukan aliran udara didalam ruang necara
yang dapat menyebabkan pembacaan yang kurang akurat. Oleh karena itu, alat ini
harus dikalibrasi untuk mengkompensasi perbedaan gravitasi. Alat ini
menggunakan elektromagnet untuk menghasilkan gaya tolak terhadap sempel
yang akan diukur.(7)

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran dan Kesalahan yang Terjadi Pada


Penimbangan dengan Timbangan Analitik
Dalam penimbangan, praktikan harus memperhatikan hal-hal yang berpengaruh saat
penimbangan. Adapun hal-hal yang berpengaruh saat penimbangan adalah:
1. Waterpass, jika waterpass tidak benar maka berat pada piringan tidak akan stabil.
Menggeser, memutar waterpass pun harus dilakukan secara hati-hati, karena semakin
sering digeser dan diputar neraca akan semakin cepat rusak.
2. Meja timbang, gunakan meja timbang yang stabil, terbuat dari bahan yang kokoh dan
padat. Hindarkan meja timbangan yang goyang dan menyebabkan getaran. Terbuat
dari bahan anti magnetik, hindarkan dari bahan-bahan elektrostatis (plastik/gelas) dan
jangan menempelkan langsung dengan dinding dan lantai yang dapat memberikan
getaran.
3. Ruang kerja, bebas dari getaran dan bebas dari penyimpangan, tempatkan meja
timbang dibagian sudut ruangan, itu adalah bagian yang paling sedikit efek
getarannya, dan ruangannya seharusnya menggunakan pintu geser.
4. Suhu, jaga suhu ruangan tetap sekonstan mungkin. Hasil penimbangan dipengaruhi
oleh fluktuatif suhu (typical drift: 1-2 ppm/oC. Jangan menimbang di dekat sumber
panas atau jendela.
5. Kelembaban, sebaiknya kelembaban relatif berkisar 45 dan 60%, jangan pernah
mengoperasikan timbangan dibawah atau diatas kelembaban 20-80 persen.
6. Cahaya, jika memungkinkan, tempatkan timbangan jauh dari jendela. Cahaya
matahari langsung dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
7. Udara, jangan menempatkan timbangan langsung dibawah aliran udara AC atau
peralatan lainnya yang menyebabkan aliran udara. Tempatkan timbangan dengan
jarak yang cukup dari sumber panas (radiator). Jangan menempatkan timbangan dekat
pintu.
8. Tangan, usahakan untuk menggunakan tissue pada saat akan menempatkan benda ke
timbangan, karena sentuhan tangan secara langsung dapat juga mempengaruhi hasil
penimbangan dari lemak, keringat, ataupun zat lainnya yang akan menempel pada
benda.(8)
Dalam melakukan penimbangan dengan neraca, ada beberapa kesalahan yang dapat
terjadi saat penimbangan. Kesalahan-kesalahan dalam penimbangan yang dapat terjadi
diantaranya yaitu:
1. Alat yang digunakan kurang bersih. Seperti masih tertinggalnya debu, kotoran,
sampel penimbangan, dll.
2. Posisi waterpass. Saat melakukan penimbangan dengan neraca triple beam terkadang
posisi mata pisau tidak tepat sejajar diangka 0 (nol), sedangkan jika dengan neraca
digital kesalahan yang terjadi yaitu waterpassnya tidak diset di angka 0 (nol).
3. Tidak menutup kaca penutup pada neraca digital tertutup. Saat menggunakan neraca
digital tertutup terkadang kesalahan lupa untuk menutup kaca penutup ini dapat
terjadi. Jika praktikan lupa menutupnya, penimbangan akan menjadi kurang akurat
atau kurang tepat.(8)

2 BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengamatan ini antara lain timbangan analitik digital, gelas arloji,
kertas, tabung reaksi, gelas beker, blue tip dan micropipette. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
pengamatan ini antara lain NaHCO3 padat, NaOH padat, larutan NaOH jenuh, dan terakhir akuades.

2.2 Cara kerja

1. Persiapan menimbang

Pertama – tama, timbangan disiapkan dalam kondisi bersih. Timbangan diperiksa kebersihannya bila
terlihat ada kotoran, dibersihkan dengan hati – hati hingga bersih. Kemudian ditentukan pintu masuk
sampel yang akan dibuka dan ditutup sesuai dengan perlengkapan pembantu menimbang yang
digunakan.

2. Menimbang padatan

Untuk menimbang padatan, pertama – tama disiapkan padatan yang akan ditimbang, yaitu
NaOH dan NaHCO3, gelas arloji, dan kertas sebagai alas timbang. Kemudian alas timbang diletakkan
di atas tempat sampel dan pintu ditutup. Selanjutnya ditunggu hingga muncul tanda bintang sebagai
indikator pengukuran sudah stabil, lalu tekan tombol tare untuk mengurangi berat total dengan berat
alas timbang. Selanjutnya, masukkan sampel padatan sebanyak 2 gram dan tunggu hingga muncul
tanda bintang yang mengindikasikan pengukuran stabil. Catat hasil pengukuran hingga 3 angka di
belakang koma, dan catat data dalam satuan gram dan miligram. Selanjutnya tunggu selama 3 menit,
dan lakukan pencatatan lagi untuk mengetahui perbedaan yang ada. Lakukan langkah – langkah ini
kembali dengan mengganti jenis sampel padatan.

3. Menimbang cairan

Untuk menimbang cairan, pertama – tama disiapkan cairan yang akan ditimbang, yaitu akuades
dan NaOH jenuh sebagai sampel, tabung reaksi, dan gelas beker sebagai alas timbang, serta blue tip
dan micropipette sebagai alat pembantu penimbangan. Selanjutnya, letakkan gelas beker dan tabung
reaksi di atas tempat sampel, tutup pintu dan tunggu hingga muncul tanda bintang sebagai indikator
pengukuran telah stabil. Selanjutnya, tekan tombol tare untuk mengurangi berat total dengan berat
alas timbang, kemudian masukkan sampel sebanyak 2 ml dengan menggunakan blue tip dan
micropipette. Lalu tunggu hingga muncul tanda bintang sebagai indikator pengukuran telah stabil,
dan catat data yang didapat hingga 3 angka di belakang koma, catat data dengan satuan gram dan
milligram. Lakukan langkah – langkah ini kembali dengan mengganti jenis sampel cairan. Terakhir,
bersihkan timbangan secara menyeluruh agar siap digunakan kembali.

3 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1. Menimbang padatan

No Sampel Waktu Berat Berat


. ( menit ) (g) ( mg )

1. Natrium Hidroksida ( NaOH ) 0 2,065 2065

2. Natrium Hidroksida ( NaOH ) 3 2,075 2075

3. Natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) 0 2,022 2022

4. Natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) 3 2,023 2023

2. Menimbang cairan

No. Sampel Berat Berat


(g) ( mg )

1. Akuades 1,961 1961

2. Larutan Natrium Hidroksida 3,251 3251


(NaOH) jenuh
4 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, didapatkan dua hasil data dari dua percobaan penimbangan.

Langkah awal dari kedua percobaan sama, yakni meletakkan alas timbang pada tempat
sampel di timbangan analitik digital yang digunakan. Alas timbang yang digunakan pada
penimbangan padatan adalah gelas arloji dan kertas. Gelas arloji terbuat dari kaca dengan ukuran
penampang lintang yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Gelas arloji digunakan untuk
menimbang zat berbentuk kristal atau padatan.[9] Sedangkan pada penimbangan cairan, alas
timbang yang digunakan adalah tabung reaksi dan gelas beker. Tabung reaksi terbuat dari gelas
kaca, biasanya dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.
Gelas beker juga terbuat dari gelas kaca. Gelas beker memiliki tanda volume, tetapi bukan alat
pengukur. Gelas beker terdapat dalam berbagai ukuran. Gelas beker biasanya digunakan untuk
wadah sementara larutan/reagen, untuk memanaskan larutan, atau untuk menguapkan atau
memekatkan pelarut,[9] tetapi pada penimbangan ini, gelas beker digunakan sebagai penyangga
tabung reaksi.

Setelah alas timbang diletakkan ke atas tempat sampel, kemudian pintu ditutup dan ditunggu
hingga muncul tanda bintang. Ini menandakan bahwa keadaan sudah stabil. Neraca analitik
adalah salah satu alat penimbang yang paling sensitif, sehingga memiliki pintu yang dapat
ditutup ketika melakukan penimbangan agar hasil timbangan tidak terpengaruh oleh angin.
Setelahnya, ditekan tombol tare. Tare sendiri dalam kamus memiliki definisi berat wadah ketika
kosong. Sehingga dengan menekan tombol ini maka berat wadah (alas timbang) tidak akan ikut
ditimbang sehingga hasil timbangannya nanti berupa massa murni dari bahan.

Setelah menekan tombol tare dan memastikan angka kembali nol, mulai dilakukan
penimbangan terhadap bahan. Yang pertama adalah bahan kering atau padatan. Pada percobaan
ini digunakan dua sampel bahan, yaitu natrium hidroksida (NaOH) dan natrium bikarbonat
(NaHCO3), masing – masing sebanyak 2 gram diletakkan pada alas timbang, menutup pintu dan
menunggu tanda bintang atau tanda stabil sebelum mencatat angka yang tertera untuk melihat
keakuratan timbangan. Kemudian ditunggu 3 menit sebelum dilihat dan dicatat kembali angka
yang muncul. Pada sampel natrium hidroksida atau NaOH, dari kedua data sebelum dan sesudah
tiga menit, didapatkan perubahan sebesar 0,01 gram, sedangkan pada sampel natrium bikarbonat
atau NaHCO3, perubahannya sebesar 0,001 gram.
Neraca analitik memiliki keakuratan yang berbeda – beda, dari 0,0001 – 0,001 gram. Pada
neraca analitik yang memiliki dual range balance, bisa memiliki keakuratan ganda, misalnya
pada beberapa jenis dan tipe neraca, di bawah 200 gram maka keakuratannya 0,0001 gram, tetapi
di atas 200 gram keakuratannya akan menurun hingga 0,001 gram. Neraca yang digunakan pada
praktikum ini diasumsikan memiliki keakuratan 0,0001 gram. Pada pengukuran padatan yang
dilakukan, setelah tiga menit terjadi perubahan data yang cukup besar dibandingkan dengan
keakuratan neraca ini. Perubahan hasil data ini bisa disebabkan karena kualitas neraca analitik
yang sudah menurun atau faktor lain, misalnya karena perubahan lingkungan (contohnya
perubahan tekanan udara, suhu, kelembaban), karena perubahan lebih besar pada penimbangan
NaOH dan NaOH memiliki sifat mudah menyerap air dan CO2 dari udara.[10]

Yang kedua adalah penimbangan bahan cairan. Pada percobaan ini digunakan dua sampel
bahan, yaitu larutan NaOH jenuh dan akuades, masing – masing sebanyak 2 ml dimasukkan
dalam tabung reaksi sebagai alas timbang. Ketika telah stabil, didapatkan hasil bahwa 2 ml
NaOH jenuh memiliki massa 3,251 gram sedangkan 2 ml akuades memiliki massa 1,961 gram.
Perbedaan hasil ini dikarenakan perbedaan massa jenis pada kedua jenis larutan. Massa jenis
(densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.[11] Pada praktikum ini, Air
memiliki massa jenis yang lebih rendah, yaitu 0,9805 g/ml dibandingkan larutan NaOH jenuh,
yaitu 1,6255 g/ml.

5 KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat dipelajari dan dipahami penimbangan dengan menggunakan neraca
analitik. Dari penimbangan zat padatan, dapat disimpulkan bahwa hasil akhir dari penimbangan dapat
disebabkan karena kualitas neraca analitik yang kurang baik, maupun faktor lingkungan. Pada
praktikum ini disimpulkan bahwa kualitas neraca analitik yang digunakan sudah sedikit menurun
karena adanya perbedaan hasil penimbangan yang cukup besar. Sedangkan dari penimbangan cairan
dapat disimpulkan bahwa penimbangan dapat digunakan untuk mengetahui massa jenis suatu cairan,
seperti pada praktikum ini diketahui bahwa untuk 2 ml sampel bahan, akuades memiliki massa jenis
lebih kecil dibandingkan larutan NaOH jenuh dibuktikan dari massa akuades yang lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiyono, Joko. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Timbangan Digital Mengacu


Pada Standar. Jurnal Teknik Mesin: CAKRAM. 2018
2. Romadhon, Zainal dan Wijiastutu, Asri. Penguasaan Pengukuran Volume Melalui
Pnedampingan Praktikum Bermedia Beaker Glass Braille Bagi Anak Tunanetra. Jurnal
Pendidikan Khusus. [skripsi] Universitas Negeri Surabaya. 2017. 
3. Purnama, A.C. Teori Timbangan. 2010
4. Rosita, E. Pengenalan Neraca di Laboratotium. Bandung: Universitas Pasundan. 2013
5. Triono, N. Analisa untuk Kerja Alat Peniris Helm dengan Perbandingan Ukuran
Diameter Pulley Terhadap Kecepatan Penirisan Air Pada Mesin Pengering Helm.
Kendari: Universitas Haluoleo. 2017
6. Chairunnisa, Rizky. Pengukuran Massa Bahan dengan Menggunakan Neraca Analitik.
Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 2016
7. Nurrachmandani, Setya. Fisika I Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2009
8. Erlina, R. Pengenalan Neraca di Laboratorium. Bandung: Universitas Pasundan. 2015
9. Yusasrini N. L. A., dkk. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana. 2013
10. Purnawan, I., Sugono. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada
Proses Pembuatan -Naphtol. Jurnal KONVERSI Vo 5 No. 1. 2016
11. Saputra A. T., M. Arief Wicaksono, Irsan. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Untuk
Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Zeolit Alat Teraktivas. Jurnal Chemurgy,
Vol. 01, No.2. 2017

Anda mungkin juga menyukai