Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara
sistematis dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis
(Mardapi 2004 : 14). Mengukur adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang
diukur dengan menggunakan alat digunakan sebagai patokan (Abdul Kharim 2008 :
22). Mengukur pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan dua buah besaran
dengan salah satu besaran sebagai patokan. Sedangkan, pengukuran adalah proses
mengukur suatu besaran.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum “Pengukuran Dasar” adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui beberapa alat ukur.
2. Mampu dan memahami prinsip penggunaan alat ukur.
3. Mampu menentukan dan memahami cara pengukuran

C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami cara-cara pengukuran.
2. Memahami pengukuran yang tidak pasti dan pengukuran pasti.
3. Memahami teori besaran pokok pada materi nb untuk Sekolah Dasar.
4. Mengetahui hasil praktikum yang telah diteliti.
5. Menambah wawasan dalam menggali pengetahuan yang bersifat
kognitif.
6. Merangkum hasil praktikum berbentuk laporan agar memudahkan
memecahkan hasil dari penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Ketidakpastian pada Pengukuran
Ketidakpastian dalam pengkuran tidak hanya ditimbulkan oleh keterbatasan
skala yang dapat dibaca pada alat, tetapi banyak sumber lainnya misalnya bahan
penggaris yang mudah mengembang dan menyusut dengan perubahan suhu atau cara
sipengamat menggunakan alat atau membaca skala yang tidak baik dan sebagainya.
Suatu pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Sumber ketidakpastian ini dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Nilai skala terkecil
Setiap alat ukur memiliki skala terkecil yang merupakan keterbatasannya.
Karena itu hasil penguukuran dengan membaca skala pada alat ukur hanya dapat
dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu saja. Inilai salah satu sumber
ketidakpastian yang tidak terelakkan.
2. Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan karena ia bersumber
pada kesalahan alat, diantaranya:
1. Kesalahan kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala
saat pembuatanya.
2. Kesalahan titik nol yang disebabkan tergesernya penunjukkan nol yang
sebenarnya dari hgaris nol pada skala. Kesalahan iniada yang dapat
dikoreksi sebelum pengkurana dimulai tetapi, ada pula yang tidak. Jika
tidak dapat dicocokkan, harus dicatat kesalahan ini dan dapat dikoreksi
pada penulisan hasil pengukurannya nanti.
3. Kasalahan alat lainnya seperti melemahnya pegas yang digunakan atau
terjadi gesekan antara jarum penunjuk dan bidang skala.
4. Kesalahan pada arah pandang membaca nilai skala misalnya bila ada jarak
antara jarum dan garis-garis skala.
Kesalahan bersistem sesuai namanya memberikan penyimpangan tertentu yang
prinsipnya dapat dikoreksi atau perhitungkan.
3. Ketidakpastian acak
Ketidakpastian ini ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu
yang mengganggu kerja alat ukur, misalnya gerak Brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik dan bising (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendali.

4. Keterbatasan pada pengamat


Perlu disadari bahwa alat yang bermutu tinggi belum menjamin hasil
pengukuran yang bermutu pula, karena jika itu melibatkan si pengamat sebagai yang
mengamati langsung atau yang mengatur segala sesuatu yang terkait dengan
pengukuran tersebut tentulah keterampilan, ketajaman mata dan kemampuan lainnya
dari sipengamat itu ikut memberi andil pada mutu hasil pengukuran. Dengan kata
lain, si pengamat itu merupakan salah satu sumber kesalahan atau ketidak pastian.
Misalnya, dalam penggunaan alat canggih yang melibatkan banyak komponen yang
harus diatur atau kurang tajam mata membaca skala yang halus dan sebagainya.
D. Macam-Macam Alat Ukur
a. Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menggunakan mistar atau yang lebih dikenal dengan penggaris. Ada dua jenis mistar
yang dibedakan berdasarkan satuan skalanya yaitu, mistar dengan satuan skala
terkecilnya mm, dan mistar dengan satuan skala terkecil cm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang mempunyai batas ketelitian 0,1 mm.
jangka sorong memiliki dua bagian utama yaitu, rahang utama (tetap) dan rahang
sekunder (geser). Pada rahang tetap terdapat skala besar yang disebut skala utama
yang memiliki satuan cm, sedangkan pada rahang geser terdapat skala kecil atau
disebut dengan skala nonius yang memiliki satuan mm. Jangka sorong dapat
digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, kedalaman tabung, dan
panjang sebuah benda maksimal 10 cm
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup mempunyai bagian utama yaituporors tetap dan poros ulir.
Skala panjang yang terdapat pada poros tetap disebut skala utama yang memiliki
satuan mm, sedangkan sklaa panjang pada poros ulir disebut skala nonius yang
1
terbagi menjadi 50 bagian. Setiap bagian memiliki nilai ×0,5 mm, sehingga
50
ketelitian alat adalah 0,01 mm. Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur
tebal benda yang kecil seperti tebal sebuah kertas.
d. Neraca
Untuk mengukur massa suatu benda kitagunakan neraca. Macam – macam
neraca yang umum digunakan, yaitu:
 Neraca O’hauss, adalah alat ukur massa benda denggan ketelitian 0,01
gram. Neraca ini terbagi dua yaitu neraca tiga lengan dan empat lengan.
 Neraca pegas, merupakan timbangan sederhana yang menggunakan pegas
sebagai alat untuk menetukan massa benda yang diukur neraca pegas
mengukur ketegangan pegas, yang sebagainya adalah tekanannya.
 Neraca gantung, neraca ini digunakan untuk mengukur massa, bentuknya
menggantung dan memanjang dan mepunyai lengan di salah satu sisinya.
 Neraca sama lengan, ketentuan dalam menggunakan neraca ini dengan
cara meninbangnya adalah pertama-tama kita letakkan alat timbang
sebelah kiri hadapan penimbang, setelah hadapan penimbang, ketika
jarum-jarum indicator bergerak kekiri/massa lebih berat disebelah kanan,
sebaliknya ketika bergerak kekanan maka beban/massa lebih berat
disebalah kiri.
e. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam kegiatan, misalnya: waktu yang diperlukan sebuah mobil untuk
dapat mencapai jarak 60 km, atau waktu yang dibutuhkan seorang pelari untuk
mencapai jarak 100 meter. Stopwatch dibedakan menjadi dua macam yaitu,
stopwatch analog dan stopwatch digital. Stopwatch analog memiliki batas ketelitian
hingga 0,1 sekon, sedangkan stopwatch digital memiliki batas ketelitian hingga 0,01
sekon.
f. Thermometer
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau alat yang
digunakan untuk menyatakan derajat panas atau dingin suatu benda. Thermometer
memanfaatkan sifat termometrik dari suatu zat , yaitu perubahan dari sifat-sifat zat
yang disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut.
BAB III
METODOLOGI

E. PELAKSANAAN PRATIKUM
1. Pratikum I: Pengukuran Panjang
Alat:
a. Mistar
b. Jengkal
Bahan:
a. Meja
b. Pintu
c. Televisi
1. Langkah kerja:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan saat melakukan pengamatan.
b. Mengukur panjang meja dengan menggunakan mistar dan jengkal, lalu
mengamati.
c. Mengukur panjang pintu dengan menggunakan mistar dan jengkal, lalu
mengamati.
d. Mengukur panjang televisi dengan menggunakan mistar dan jengkal, lalu
mengamati.
e. Membuat tabel pengamatan sesuai kreativitas, dengan hasil yang telah
diperoleh saat melakukan pengamatan.
f. Membuat kesimpulan dari hasil pengukuran yang telah diperoleh.

2. Pratikum II: Pengukuran Massa


Alat:
a. Neraca Ohaus/timbangan digital
Bahan:
a. Kerikil sebanyak 5 buah
b. Pulpen 3 buah
c. Tip-X
d. Dadu
e. Remote TV
1. Langkah kerja:
a. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan saat melakukan pengamatan.
b. Mengukur massa dari kerikil sebanyak 5 buah dengan menggunakan Neraca
Ohaus/timbangan.
c. Mengukur massa dari pulpen sebanyak 3 buah dengan menggunakan Neraca
Ohaus.
d. Mengukur massa dari benda lain seperti Tip-X, dadu, remote TV dengan
menggunakan Neraca Ohaus/timbangan.
e. Membandingkan massa semua benda yang telah diukur.
f. Membuat tabel pengamatan sesuai kreativitas.
g. Membuat kesimpulan dari pengamat

3.Pratikum III: Pengukuran Suhu


Alat:
a. Thermometer
b. Bejana kaca/gelas kaca
c. Pengaduk
d. Bunsen atau lampu spiritus
e. Kaki pembakar
Bahan:
a. Es batu 1 kg
1. Langkah kerja:
a. Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan saat melakukan pengamatan.
b. Mengisi bejana kaca dengan bongkahan es yang telah dihancurkan.
c. Mengukur suhu es batu sebelum dipanaskan menggunakan thermometer.
d. Memanaskan bejana dengan nyala api kecil dan mengaduk secara pelan dan
terus menerus sampai mencapai suhu 100 ℃.
e. Memerhatikan perubahan bongkahan es dalam bejana dan memerhatikan juga
perubahan suhu yang tertera pada thermometer.
f. Mengukur suhu pada bejana ketika es melebur (dari padat ke cair), proses
pencairan kemudian mulai memanas menggunakan thermometer.
g. Membuat tabel pengamatan sesuai kreativitas.
h. Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah diperoleh.

4.Praktikum IV: Pengukuran Waktu


Alat:
a. Stopwatch
Bahan:
a. Lembar pengamatan
b. Pulpen
1. Langkah kerja:
a. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat melakukan pengamtan.
b. Mengukur detak denyut nadi 3 teman sebelum berlari, dan setelah berlari
sekitar 1 menit. Kemudian mengukur dengan menggunakan stopwatch selama 1
menit.
c. Denyut jantung normal anak-anak 10 tahun, lebih tua, dan orang dewasa
(termasuk manula): 60-100 denyut per menit. Jika hasil perhitungan denyut
jantung kurang atau melebihi dari angka di atas, berarti ada masalah.
d. Membuat tabel pengamatan sesuai kreativitas.
e. Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah diperoleh.

BAB IV
PEMBAHASAN

F. HASIL PENGAMATAN PRATIKUM

Nama : 1. SULLAMUDDIYANAH
2. WULANDARI
Semester/Kelas : PGSD 6C
Prodi : Konsep Dasar Fisika SD

1. Hasil Pengamatan Pratikum I: Pengukuran Panjang


No Nama Benda Ukuran
cm jengkal
1. Meja 161 10
2. Pintu 191 10
3 Televisi 50 3

2. Hasil Pengamatan Pratikum II: Pengukuran Massa


No Nama Benda Berat

1. Kerikil 22 gram
2. Pulpen 24 gram
3. Tip – X 35 gram
4. Dadu 10 gram
5. Remote TV 90 gram

3. Hasil Pengamatan Pratikum III: Pengukuran Suhu


No Pengukuran suhu suhu

1. Es batu (awal) -2° c


2. Pemanasan es batu pada bejana (10 24° c
menit)
Pemanasan es batu pada bejana (20 32 ° c
menit)
Pemanasan es batu pada bejana (30 33° c
menit)
Pemanasan es batu pada bejana (40 34° c
menit)
Pemanasan es batu pada bejana (50 38 ° c
menit)
Pemanasan es batu pada bejana (60 54°c
menit)
3. Pengukuran suhu es batu yang sudah 68 ° c
mencair seluruhnya

4. Hasil Pengamatan Pratikum IV: Pengukuran Waktu


No Kegiatan waktu

1. Pengukuran denyut nadi Anak Usia 8 tahun


a. sebelum berlari 102/ menit
b. setelah berlari 1 menit 120/ menit

2. Denyut jantung :
a. anak umur 10 tahun 116/menit
b. remaja 72/ menit
c. orang tua 75/menit
d. manula 70/menit

G. ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRATIKUM

Adapun Analisis dari hasil pengamatan praktikum kami, dapat di jelaskan


sebagai berikut :

1. Analisis Hasil Pengamatan Pratikum I: Pengukuran Panjang


Perbedaan panjang dengan alat ukur dengan perbandingan pengukuran dengan
tanpa alat/ tradisional, yaitu terdapat pada ke akuratan hasil dan kestabilan alat
yang digunakan atau kesesuaian standar alat pengukuran

2. Analisis Hasil Pengamatan Pratikum II: Pengukuran Massa

Perbedaan hasil ukuran massa, terletak pada alat ukur yang berbeda.
Sehingga masaa dapat berubah atau tidak sama hasilnya karna faktor alat ukur
dan proses pengukuranya.

3. Analisis Hasil Pengamatan Pratikum III: Pengukuran Suhu


Dari hasil pengamatan suhu diatas menunjukan bahwa perubahan suhu
merupakan hasil dari perubahan keadaan yang terkontaminasi oleh faktor panas,
atau dinginya suatu ruangan, sehingga dapatnkita pelajari bahwa semakin banyak
perubahan kondisi panas/ dingin, maka semakin besar perubahan suhu terjadi.

4. Analisis Hasil Pengamatan Pratikum IV: Pengukuran Waktu

Perbedaan detak jantung masing-masing sesuai usia dan aktifitas yang


menyebabkan perubahan suatu hasil dari pengukuran waktu yang sama.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai