Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan suatu pengamatan harus memberikan informasi yang


kuantitatif. Dalam memperoleh informasi yang kuantitatif kita memerlukan
pengukuran suatu sifat fisis. Lord Kelvin pada tahun 1907 mengatakan bahwa
pengetahuan kita barulah memuaskan jika kita dapat mengatakannya dalam
bilangan. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis
dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan satuan besaran baku
yang diterima sebagai satuan.

Pengukuran dalam fisika merupakan suatu hal yang sangat penting setiap
aspek dalam fisika tidak lepas dari pengukuran. Misalnya pengukuran massa
balok yang digunakan pada penimbangan. Makna dari pengukuran sendiri yaitu
proses untuk mendapatkan informasi besaran fisis tertentu seperti, suhu, tegangan,
dan arus listrik. Dalam pengukuran informasi yang diperoleh dapat berupa nilai
dalam bentuk angka (kuantitatif) maupun sebuah pernyataan berupa simpulan
(kualitatif). Pengukuran yang baik harus memerhatikan beberapa faktor seperti
metode pengukuran, kondisi lingkungan, kondisi alat, sampai data analisis hasil
pengukuran.

Didasari oleh betapa pentingnya besaran dan pegukuran, maka


dilakukanlah praktikum fisika yang berisi mater-materi dasar pengukuran yang
dapat membantu mahasiswa memahami hal ini. Dan untuk melengkapi praktikum
itu, maka disusunlah laporan praktikum ini yang berisi laporan dari hasil
praktikum yang telah dilakukan dan beberapa tinjauan materi yang menunjang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas pada praktikum pengukuran dasar,
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menggunakan alat ukur dalam melakukan pengukuran dasar ?
2. Bagaimana cara mencari nst dan standart deviasi ?
3. Bagaimana cara mencari massa jenis balok ?
4. Bagaimana cara mencari kecepatan gerak benda ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum pengukuran dasar ini, yaitu:
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur
2. Mampu menentukan nilai skala terkecil (nst) dari setiap alat ukur
3. Mampu melakukan pengukuran langsung sebanyak satu dan menggunakan
ralat nst
4. Mampu melakukan pengukuran langsung secara berulang dan menggunakan
ralat standart deviasi
5. Mampu menentukan pengukuran tidak langsung dengan satu kali pengukuran
dan menentukan ralat nst
6. Mampu menentukan pengukuran tidak langsung dengan satu kali pengukuran
dan menentukan ralat standart deviasi
7. Mampu menentukan pengukuran tidak langsung secara gabungan yaitu
pengukuran secara sistem berulang menggunakan ralat standart deviasi dan
satu kali pengukuran menggunakan ralat nst
8. Mampu menentukan angka penting / berarti dan menjelaskan asrti fisik dn
statisnya

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengukuran dasar adalah mahasiswa


mengetahui berbagai macam alat ukur dan cara menggunakan alat ukur.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran langsung dan tidak langsung dengan
cara yang telah ditentukan. Mengetahui cara mencari nilai skala terkecil pada
setiap alat ukur, dapat membedakan atau menentukan mana yang disebut angka
penting dan mempercepat menyelesaikan pekerjaan.
BAB 2. DASAR TEORI

Pengukuran langsung terhadap kuantitas dari suatu besaran dilakukan


dengan menggunakan sebuah alat ukur. Adapun jika pengukuran dilakukan
terhadap besaran lain yang memiliki hubungan matematis dengan besaran yang
dicari. Beberapa alat ukur dasar yang digunakan sebagai pengukur adalah jangka
sorong, mikrometer sekrup, mistar, neraca balance, dan lain sebagainya ( Serwey ,
2009).
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda, dan lain
sebagainya diperlukan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda, kita mengenal
alat ukur panjang seperti mistar, jangka sorong serta mikrometer sekrup. Namun
pada umumnya mistar sebagai alat ukur yang paling sering digunakan ( Haliday ,
1985).
Secara konsep alat ukur mempunyai keterbatasan selain itu, kondisi
lingkungan juga dipercaya sebagai penyebab pengukuran akan mengalami hasil
yang tidak pasti. Salah satu hasil pengukuran yang dapat memberikan informasi
mengenai tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran. Mutu alat yang digunakan
dalam ketelitian pengukuran adalah ralat. Berdasarkan pengukurannya terdapat 2
macam ralat, yaitu:
1. Ralat langsung : ralat yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung
2. Ralat tidak langsung : ralat yang diperoleh melalui pengukuran tidak langsung
terhadap suatu benda yang didapat dari beberapa percobaan yang adakalanya
besaran itu tidak dapat diukur secara langsung, tetapi melalui proses diturunkan
dari besaran lain yang dapat diukur secara langsung

( Yulianti , 1997 ).

Semua alat ukur pasti mempunyai skala terkecil yang merupakan


keterbatasannya. Hasil pengukuran yang telah diperoleh dengan membaca skala
pada alat ukur hanya dapat dipastikan hingga batas tertentu saja. Hal ini dapat
dipastikan jika kita telah menggunakan ralat. Contohnya pada jangka sorong yang
mempunyai alat bantu yang memungkinkan kita membaca hingga 0,01 cm, maka
nst-nya 0,1 mm ( Sutarto , 2004 ).

Standart deviasi adalah suatu batas toleransi terhadap suatu pengukuran


masih bisa dianggap benar. Sehingga didapat angka penting. Angka penting
adalah semua angka yang diperoleh secara langsung dari proses pengukuran, tidak
termasuk angka nol untuk angka desimal ( Subekti , 2007 ).

Secara metode pengukuran, pengukuran terbagi menjadi 2 yaitu,


pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran secara
langsung contohnya yaitu pengukuran panjang sebuah buku menggunakan mistar ukur,
Pengukuran ketebalan kertas dengan Mikrometer, Pengukuran diameter pipa dengan
jangka sorong, dan lain-lain. Pengukuran secara tidak langsung contohnya yaitu
memformulasikan massa jenis benda ( ρ ), kecepatan, dan lain-lain
(Haliday,1985).

Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan harus berusaha menelaah dan


mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan
yang kita lakukan. Untuk itu dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Tetapi
mustahil jika pengukuran itu tetap atau akurat. Pasti ada sebuah ketidakpastian
pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran. Ketidakpastian juga
disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dan
nilai sebenarnya. Faktor penyebab ketidakpasstian, antara lain :

1. Ketidakpastian bersistem : kesalahan kalibrasi ( kesalahan dalam memberi


skala waktu ), kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat, gesekan dan
paralaks,
2. Ketidakpastian acak : gerak down molekul udara, frekuensi tegangan listrik
3. Adanya nilai skala terkecil dari alat ukur
4. Keterbatasan dari pengamat sendiri

( Edward , 1994 ).
BAB 3. METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengukuran dasar,
antara lain :

1. Jangka sorong : untuk mengukur besaran panjang, lebar, tinggi, diameter luar
dan dalam, juga kedalaman
2. Mikrometer : untuk mengukur ketebalan
3. Amperemeter : untuk mengukur arus listrik pada rangkaian listrik
4. Voltmeter : untuk mengukur beda potensial pada rangkaian listrik
5. Stopwatch : untuk mengukur waktu
6. Mistar : untuk mengukur panjang suatu benda
7. Neraca : untuk mengukur atau menimbang beban dari suatu benda
8. Termometer : untuk mengukur suhu
9. Balok logam / kayu : untuk mengetahui berat atau massa
10. Bola besi kecil : untuk mengetahui diameter

3.2 Desain Percobaan

Adapun desain percobaan yang digunakan pada praktikum pengukuran


dasar, sebagai berikut :

3.3 Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada percobaan praktikum


pengukuran dasar sebagai berikut :

a. Menentukan Nilai Skala Terkecil ( nst ) dan Kesalahan Titik Nol


1. diambil jangka sorong dan ditentukan nst-nya, dicatat juga apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan
2. diambil mikrometer dan ditentukan nst-nya, dicatat juag apabila skalanya tidak
menunjukkan titik nol saat mikrometer belum digunakan
3. diambil amperemeter dan ditentukan nst-nya, dicatat juga apabila jarum tidak
menunjukkan titik nol saat tidak ada arus
4. diambil voltmeter dan ditentukan nst-nya, dicatat juga apabila jarum tidak
menunjukkan titik nol saat tidak ada tegangan
5. diambil termometer dan tentukan nst-nya
6. diambil neraca pegas ( spring balance ) ditentukan nst-nya, dicatat juga apabila
skalanya tidak menunjukkan titik nol saat pegas belum terbebani
7. diambil stopwatch, dicatat nst-nya
8. diambil mistar / penggaris panjang, ditentukan nst-nya
9. diambil neraca / timbangan, ditentukan nst-nya
b. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
1. diukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin dengan menggunakan
jangka sorong
2. diukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil dengan menggunakan
mikrometer
3. dihubungkan amperemeter dan voltmeter dalam sebuah rangkaian tertutup
( tanya asisten ), dicatat besar arus dan besar tegangan yang muncul
4. diberi beban pada neraca dan dicatat dilai skalanya
5. diukur panjang (p), lebar (l), dan tinggi(t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang
6. dihitung waktu dengan stopwatch saat anda berjalan dari titik A ke B sejauh
2,0 meter
c. Pengukuran Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi.
1. diukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin dengan menggunakan
jangka sorong
2. diukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil dengan menggunakan
mikrometer
3. dihubungkan amperemeter dan voltmeter dalam sebuah rangkaian tertutup
( tanya asisten ), dicatat besar arus dan besar tegangan yang muncul
4. diberi beban pada neraca dan dicatat dilai skalanya
5. diukur panjang (p), lebar (l), dan tinggi(t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang
6. dihitung waktu dengan stopwatch saat anda berjalan dari titik A ke B sejauh
2,0 meter
d. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
1. dilakukan kembali langkah pada point b no.5 dengan menggunakan balok yang
sama, kemudian ditimbang massa balok tersebut
2. dilakukan langkah yang sama pada point b no.6, diulangi untuk jarak 2,5 meter,
3 meter, dan 3,5 meter, dicatat masing-masing waktunya
e. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi
1. dilakukan kembali langkah pada point b no.5 dengan menggunakan balok yang
sama, kemudian ditimbang massa balok tersebut
2. dilakukan langkah yang sama pada point b no.6, diulangi untuk jarak 2,5 meter,
3 meter, dan 3,5 meter, dicatat masing-masing waktunya
f. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
dan Standart Deviasi
1. dilakukan kembali langkah pada point c no.5 dengan balok yang sama, diukur
panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) menggunakan standart deviasi dan
kemudian penimbangan massa balok dengan menggunakan nst
2. dilakukan langkah yang sama pada point d no.2 dengan pengukuran jarak
menggunakan nst dan perhitungan waktu dengan menggunakan standart
deviasi

3.4 Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan pada praktikum pengukuran dasar,


yaitu :

a. Menentukan nst
1
∆ x= nst (nilai skala terkecil pada alat ukur tersebut yang digunakan)
2
b. Pengukuran langsung dengan menggunakan nst
 x = . . . (sesuai dengan hasil percobaan)
1
 ∆ x= nst
2

 I= ( ∆xx ) ×100 %
AP = 1 – log (
x )
∆x

 K = 100 % - I
c. Pengukuran langsung denganmenggunakan standart deviasi
x1= . . . x2= . . . x3= . . . = . . . (sesuai dengan percobaan)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1.1 Hasil nilai skala terkecil (nst) dari setiap alat ukur

No. Jenis Alat nst


1. Jangka sorong 0,05 cm
2. Mikrometer sekrup 0,01 mm
3. Amperemeter 0,01 A
4. Voltmeter 20 V
5. Termometer 1℃
6. Neraca pegas 10 gram
7. Stopwatch 0,01 s
8. Mistar 0,1 cm
9. Neraca balance 0,1 gram

Tabel 4.1.2 Hasil pengukuran langsung dengan nst

Jangka sorong

Pengukura
I K AP
n
Diameter luar 1,73 cm 1,4 % 98,6 % 3
Diameter dalam 1,53 cm 1,6 % 98,4 % 3

Mistar

Pengukuran I K AP
Panjang 16,2 cm 0,3 % 99,7 % 4
Lebar 8,2 cm 0,6 % 99,4 % 3
Tinggi 2,9 cm 1,7 % 98,3 % 3

Alat Ukur Pengukuran I K AP


Mikrometer 6,19 mm 0,08 % 99,2 % 4
Amperemeter 0,25 mA 2% 98 % 3
Voltmeter 8V 125 % -25 % 1
Stopwatch 2 : 16 s 2,3 % 97,7 % 3
Neraca balance 76,3 g 0,07 % 99,3 % 2

Tabel 4.1.3 Hasil pengukuran langsung dengan standart deviasi

Anda mungkin juga menyukai