Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

“IMPULS DAN MOMENTUM”

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. FINGKI TAMBUNAN
2. DEWINTA MARBUN
3. EVARINA SIHOMBING

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BATAM
SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI
Cover
Daftar isi 2
Kata Pengantar 3
Rumusan masalah 3
Tujuan Praktikum 3
Bab I Dasar Teori
Teori Pengukuran 4
Cara Pengukuran 5
Ketidakpastian 6
Bab II Langkah Kerja
Alat dan Bahan 6
Identifikasi Variabel 7
Prosedur Kerja 8
Bab III Hasil Pengamatan 9
Bab IV Pembahasan
Analisis 10
Diskusi 10
Bab V Penutup
Simpulan 11
Saran 11
Daftar Pustaka 12
KATA PENGANTAR

Praktikum ini bertujuan agar para praktikan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar ,
mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, mampu
memahami penggunaan angka penting.
Selain tujuan tersebut praktikum ini juga dilakukan untuk menuntukan NST alat ukur yang
digunakan, deviasi dan kesalahan mutlak. Dalam praktikum ini dilakukan tiga kegiatan
pengukuran.  Pada pengukuran pertama  mengukur balok yang berbentuk kubus yang
dilakukan masing-masing sebanyak lima kali untuk panjang, lebar, dan tinggi kemudian
mengukur diameter bola masing-masing sebanyak lima kali dengan menggunakan
mistar,jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Selanjutnya mengukur massa kedua alat tadi
dengan menggunakan neraca. Pengukuran membutuhkan ketelitian dan kerjasama yang baik
antar mahasiswa agar tercapai tujuan bersama. Praktikan melakukan pengukuran ganda
kemudian menganalisis hasil pengukuran sesuai tahap yang di tetapkan.Data hasil
pengukuran yang di laporkan akan semakin tepat apabila nilai kesalahan relatifnya kecil dan
tingkat ketelitian di tentukan oleh ∆X (kesalahan mutlak) alat ukur.
Kata kunci:NST, Ketidakpastian, Deviasi, Kesalahan Mutlak, Ketelitian.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran?


2. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur ?
3. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang ?
4. Bagaimana cara memahami penggunaan angka penting?

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengukuran.


2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
4. Mahasiswa dapat memahami penggunaan angka berarti.
BAB I DASAR TEORI

TEORI SINGKAT
A. Arti pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan
informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan sesuatu yang diukur menggunakan alat ukur dengan satuan yang telah di
jadikan acuan.Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentu. 
Dikatakan relatif di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat
didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan
ini sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan
pengukuran. Sebagai contoh, pengukuran besaran panjang dengan menggunakan penggaris
(mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda.Ketidakpastian pengukuran dapat di hitung dengan cara:
∆x=1/n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya masih dapat di bagi oleh mata) 
∆x= n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya sulit di bagi lagi oleh mata)

Nilai ∆x hasil pengukuran dapat dilaporkan dengan cara :


X = (x ± ∆x) . . . . . . . . . . . . (1)

B. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran 


Ketepatan (keakrutan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan
menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran
dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini,harga rata-ratanya mendekati harga yang
sebenarnya.

Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah tertentu maka
pengukuran disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda )

C. Angka Penting atau Angka Berarti


Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak diantara angka
bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 12,07 A mengandung 4 angka penting 
Angka nol disebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada
penjelasan lain, misalnya berupa garis dibawah angka terakhir yang masih dianggap penting.
Contoh : 27,40 mm mengandung 4 angka penting.
               21,50mm mengandung 3 angka penting.

Angka nol yang yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, balik disebelah kanan maupun
disebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh : 0,27 cm mengandung 2 angka penting. 

D. Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian (Kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang
dari hasil sebenarnya. 

Ketidakpastian Rambang (Acak)


Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi berupa
perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan diluar
kemampuan. 

D. Analisa Ketidakpastian Pengukuran


Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adalah NST.,kesalahan kalibrasi,keslahan titik nol,kesalahan
pralaks,adanya gesekan,fluktasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi serta keterampilan pengamat. 

Ketidakpastian pengukuran tunggal 


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat
ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan lain,
mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Ketidakpastian yang
dimaksud dan diberi lambang ∆x. Lambang ∆x merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk
pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan : ∆x = ½ NST alat. Dimana ∆x adalah
ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 pada persamaan tersebut mempunyai arti satu
skala ( kemampuan mata untuk membagi 2 skala) 
BAB II LANGKAH KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
    - Mistar
    - Jangka sorong
    - Mikrometer sekrup
    - Neraca teknis
2. Bahan
    - Silinder (tabung) besi
    - Balok (kubus) besi
    - Bola besi

B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Kegiatan Pengukuran
1. Massa
2. Panjang
3. Lebar
4. Tinggi
5. Diameter

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Kegiatan 1 Pengukuran Massa
Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai
perilaku objek yang terpantau. Massa merupakan penyusun suatu materi atau partikel dan
memiliki satuan kilogram (kg).

Kegiatan 2 (Pengukuran Panjang)

1. Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antara satu titik ke titik
yang lain yang dapat diukur dimensinya dan memiliki satuan meter (m).
2. Lebar adalah suatu jarak yang terhubung dengan tinggi dan panjang dan memiliki
satuan meter (m).
3. Tinggi adalah jarak tegak lurus dari sisi atas ke sisi bawah pada bagian samping dan
memiliki satuan meter (m).

D. PROSEDUR KERJA

Kegiatan 1

1. Menyediakan alat ukur massa dan bahan yang akan diukur massanya,bahan tersebut
yakni balok yang berbentuk kubus , silinder (tabung) besi dan bola besi
2. Alat ukur massa yang digunakan adalah neraca . 
3. Sebelum mengukur, ditentukan terlebih dahulu nilai skala terkecilnya (NST) 
4. Mengukur massa balok yang berbentuk kubus dan bola kecil dengan menggunakan
alat ukur massa yang teleh disediakan yaitu neraca masing-masing dilakukan
pengukuran sebanyak 5 kali. 
5. Kemudian  mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disertai dengan
ketidakpastian pengukuran.

Kegiatan 2

1. Menyediakan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan dalam
bereksperimen.
2. Mengambil alat ukur yang akan digunakan yaitu mistar, jangka sorong dan
mikrometer dan menentukan NSTnya
3. Menentukan masing-masing Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur yang akan
digunakan
4. Mengukur bahan yang telah disediakan yakni balok yang berbentuk kubus, diukur
panjang, lebar, dan tingginya sebanyak 5 kali menggunakan mikrometer sekrup.
Kemudian  mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastian. 
5. Mengukur silinder (tabung), diukur diameter dan tinggi sebanyak 5 kali menggunakan
mikrometer sekrup. Kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastian.
6. Mengukur diameter bola yang disediakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya. 

BAB III HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran Massa
Neraca teknis
Nilai skala lengan 1 = 100 gram
Nilai skala lengan 2 = 10 gram
Nilai skala lengan 3 = 1 gram

2. Pengukuran Panjang 

NST mistar : (Batas ukur) / (Jumlah skala)=(1 cm) / (10 skala) = 0,1 cm
NST jangka sorong : 20 SN = 39 SU
                                  20 SN = 39 (1 mm)
                                  20 SN = 39 mm
                                  SN      = 1,95 mm
                                  NST    = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm

NST Mikrometer sekrup : NST S=  (Batas ukur) / (jumlah skala) = (5 mm) / 10=0,5 mm
                                           NST Skala Putar = (batas ukur skala) / (jumlah skala putar)
                                           =  (0,5 mm) / 50 = 0,01 mm

Hasil pengamatan
balok

pengukuran ke massa (gram) panjang (cm) lebar (cm) tinggi (cm)

1 x1 =[ 23,8 ± 0,05] [3,88 ± 0,05] [3,89 ± 0,05] [6,29 ± 0,05]

2 x2 =[ 23,8 ± 0,05] [3,86 ± 0,05] [3,89 ± 0,05] [6,22 ± 0,05]


3 x3=[ 23,8 ± 0,05] [3,89 ± 0,05] [3,87 ± 0,05] [6,3 ± 0,05]
4 x4 =[ 23,8 ± 0,05] [3,89 ± 0,05] [3,9 ± 0,05] [6,26 ± 0,05]
5 x5 =[ 23,8 ± 0,05] [3,88 ± 0,05] [3,9 ± 0,05] [6,25 ± 0,05]

silinde
r
pengukuran ke massa ( gram) diameter (cm) tinggi (cm)

1 x1 =[ 15,9 ± 0,05] [3,19 ± 0,05] [6,75 ± 0,05]


2 x2 =[ 15,9 ± 0,05] [3,21 ± 0,05] [6,72 ± 0,05]
3 x3 =[ 15,9 ± 0,05] [3,29 ± 0,05] [6,61 ± 0,05]
4 x4 =[ 15,8 ± 0,05] [3,29 ± 0,05] [6,74 ± 0,05]
5 x5 =[ 15,8 ± 0,05] [3,18 ± 0,05] [6,57 ± 0,05]

bola
pengukuran ke massa (gram) diameter(cm)

1 x1 = [ 23,9 ± 0,05] [5,05 ± 0,05]


2 x2 = [ 23,9 ± 0,05] [5,16 ± 0,05]
3 x3 = [ 23,9 ± 0,05] [5,08 ± 0,05]
4 x4 = [ 23,9 ± 0,05] [5,12 ± 0,05]
5 x5 = [ 23,9 ± 0,05] [5,14 ± 0,05]

BAB IV PEMBAHASAN

1. ANALISIS
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung kepada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat melakukan pengukuran
menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter luar maupun diameter dalam,
terdapat kesalahan-kesalahan tertentu yang dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan
dalam melihat angka yang berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan
membaca skala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini mungkin disebabkan
kesalahan pralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang benar-benar
berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.

Kesalahan dalam menggunakan mistar adalah keterbatasan keterampilan pengamatan


serta ditidak menggunkan titik ukur dari nol. Terdapat beberapa millimeter perbedaan hasil
pengukuran menggunakan mistar dan jangka sorong, disebabkan tingkat ketelitian atau
ketidak pastiannya berbeda-beda. Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian 0,005 cm,
sedangkan mistar memilikitingkat ketelitian 0,05 cm. jadi, jangka sorong memiliki tingkat
ketepatan lebih tinggi dibandingkan mistar. 
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam
tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak di pengaruhi gravitasi, sedangkan
berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara
umum adalah sebagai alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca
tersebut missal neraca /timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang
dilaboratorium tentu sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda.  NST dari neraca adalah
0,01 gram.

2. DISKUSI
Pecobaan pertama, menghitung massa balok (kubus) besi dengan neraca teknis
kemudian mengukur Panjang, lebar dan tinggi dengan menggunakan mikrometer sekrup(mm)
sebanyak 5 kali dan masukkan data ke lembar pengamatan.
Percobaan kedua, menghitung massa silinder ( tabung ) besi dengan neraca teknis,
kemudian mengukur diameter dan tinggi dengan menggunakan mikrometer sekrup (mm)
sebanyak 5 kali dan masukkan data ke lembar pengamatan.
Percobaan ketiga, menghitung massa bola besi dengan neraca teknis, kemudian
mengukur diameter dengan menggunakan mikrometer sekrup (mm) sebanyak 5 kali dan
masukkan data ke lembar pengamatan.
BAB V PENUTUP

1. SIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan  yakni pratikum pengukuran dan ketidakpastian
yaitu tentang melakukan pengukuran panjang, lebar, tinggi dari kubus ,diameter, tinggi dari
silinder dan diameter bola dengan menggunakan alat ukur mikrometer sekrup. Serta
dilakukannya pengukuran massa benda yaitu kubus, silinder dan bola dengan menggunakan
alat ukur massa yakni neraca teknis . Pada praktikum ini pula dapat kita mengambil
kesimpulan bahwa setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan
memiliki keselahan pengukuran yang berbeda. Hal ini tergantung pada kondisi alat
ukur,perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, proses atau metode yang digunakan dalam
praktikum, serta kemampuan seserang dalam mengukurnya. Pada praktikum yang telah
dilakukan telah dapat diketahui serta dapat dibedakan antara mana alat ukur yang lebih teliti
dan tepat dalam memperkecil kesalahan saat pengukuran.

2. SARAN
1. Mahasiswa harus memahami materi sebelum melakukan pratikum.
2. Harus fokus dan teliti dalam pengambilan suatu data.
3. Melakukan pratikum sesuai prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tipler, P.A., Fisika untuk Sains dan Teknik: Jilid 1; Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta ,1998.
2. Giancoli, D.C, Fisika: Jilid 1, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001.
3. Halliday, D. dan R. Resnik, Fisika, Jilid 1, Edisi Ketiga, Terjemahan P.Silaban dan E.
Sucipto, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.7
4. Abdullah, Mikrajudin. (2016). Fisika Dasari 1. Bandung: ITB.
Lembar Kerja

Anda mungkin juga menyukai