Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. FINGKI TAMBUNAN
2. DEWINTA MARBUN
3. EVARINA SIHOMBING
Praktikum ini bertujuan agar para praktikan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar ,
mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, mampu
memahami penggunaan angka penting.
Selain tujuan tersebut praktikum ini juga dilakukan untuk menuntukan NST alat ukur yang
digunakan, deviasi dan kesalahan mutlak. Dalam praktikum ini dilakukan tiga kegiatan
pengukuran. Pada pengukuran pertama mengukur balok yang berbentuk kubus yang
dilakukan masing-masing sebanyak lima kali untuk panjang, lebar, dan tinggi kemudian
mengukur diameter bola masing-masing sebanyak lima kali dengan menggunakan
mistar,jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Selanjutnya mengukur massa kedua alat tadi
dengan menggunakan neraca. Pengukuran membutuhkan ketelitian dan kerjasama yang baik
antar mahasiswa agar tercapai tujuan bersama. Praktikan melakukan pengukuran ganda
kemudian menganalisis hasil pengukuran sesuai tahap yang di tetapkan.Data hasil
pengukuran yang di laporkan akan semakin tepat apabila nilai kesalahan relatifnya kecil dan
tingkat ketelitian di tentukan oleh ∆X (kesalahan mutlak) alat ukur.
Kata kunci:NST, Ketidakpastian, Deviasi, Kesalahan Mutlak, Ketelitian.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PRAKTIKUM
TEORI SINGKAT
A. Arti pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan
informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan sesuatu yang diukur menggunakan alat ukur dengan satuan yang telah di
jadikan acuan.Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentu.
Dikatakan relatif di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat
didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan
ini sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan
pengukuran. Sebagai contoh, pengukuran besaran panjang dengan menggunakan penggaris
(mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda.Ketidakpastian pengukuran dapat di hitung dengan cara:
∆x=1/n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya masih dapat di bagi oleh mata)
∆x= n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya sulit di bagi lagi oleh mata)
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah tertentu maka
pengukuran disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda )
Angka nol yang yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, balik disebelah kanan maupun
disebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh : 0,27 cm mengandung 2 angka penting.
D. Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian (Kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang
dari hasil sebenarnya.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Kegiatan Pengukuran
1. Massa
2. Panjang
3. Lebar
4. Tinggi
5. Diameter
1. Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antara satu titik ke titik
yang lain yang dapat diukur dimensinya dan memiliki satuan meter (m).
2. Lebar adalah suatu jarak yang terhubung dengan tinggi dan panjang dan memiliki
satuan meter (m).
3. Tinggi adalah jarak tegak lurus dari sisi atas ke sisi bawah pada bagian samping dan
memiliki satuan meter (m).
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1
1. Menyediakan alat ukur massa dan bahan yang akan diukur massanya,bahan tersebut
yakni balok yang berbentuk kubus , silinder (tabung) besi dan bola besi
2. Alat ukur massa yang digunakan adalah neraca .
3. Sebelum mengukur, ditentukan terlebih dahulu nilai skala terkecilnya (NST)
4. Mengukur massa balok yang berbentuk kubus dan bola kecil dengan menggunakan
alat ukur massa yang teleh disediakan yaitu neraca masing-masing dilakukan
pengukuran sebanyak 5 kali.
5. Kemudian mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disertai dengan
ketidakpastian pengukuran.
Kegiatan 2
1. Menyediakan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan dalam
bereksperimen.
2. Mengambil alat ukur yang akan digunakan yaitu mistar, jangka sorong dan
mikrometer dan menentukan NSTnya
3. Menentukan masing-masing Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur yang akan
digunakan
4. Mengukur bahan yang telah disediakan yakni balok yang berbentuk kubus, diukur
panjang, lebar, dan tingginya sebanyak 5 kali menggunakan mikrometer sekrup.
Kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastian.
5. Mengukur silinder (tabung), diukur diameter dan tinggi sebanyak 5 kali menggunakan
mikrometer sekrup. Kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastian.
6. Mengukur diameter bola yang disediakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Kemudian mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran Massa
Neraca teknis
Nilai skala lengan 1 = 100 gram
Nilai skala lengan 2 = 10 gram
Nilai skala lengan 3 = 1 gram
2. Pengukuran Panjang
NST mistar : (Batas ukur) / (Jumlah skala)=(1 cm) / (10 skala) = 0,1 cm
NST jangka sorong : 20 SN = 39 SU
20 SN = 39 (1 mm)
20 SN = 39 mm
SN = 1,95 mm
NST = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm
NST Mikrometer sekrup : NST S= (Batas ukur) / (jumlah skala) = (5 mm) / 10=0,5 mm
NST Skala Putar = (batas ukur skala) / (jumlah skala putar)
= (0,5 mm) / 50 = 0,01 mm
Hasil pengamatan
balok
silinde
r
pengukuran ke massa ( gram) diameter (cm) tinggi (cm)
bola
pengukuran ke massa (gram) diameter(cm)
BAB IV PEMBAHASAN
1. ANALISIS
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung kepada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat melakukan pengukuran
menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter luar maupun diameter dalam,
terdapat kesalahan-kesalahan tertentu yang dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan
dalam melihat angka yang berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan
membaca skala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini mungkin disebabkan
kesalahan pralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang benar-benar
berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.
2. DISKUSI
Pecobaan pertama, menghitung massa balok (kubus) besi dengan neraca teknis
kemudian mengukur Panjang, lebar dan tinggi dengan menggunakan mikrometer sekrup(mm)
sebanyak 5 kali dan masukkan data ke lembar pengamatan.
Percobaan kedua, menghitung massa silinder ( tabung ) besi dengan neraca teknis,
kemudian mengukur diameter dan tinggi dengan menggunakan mikrometer sekrup (mm)
sebanyak 5 kali dan masukkan data ke lembar pengamatan.
Percobaan ketiga, menghitung massa bola besi dengan neraca teknis, kemudian
mengukur diameter dengan menggunakan mikrometer sekrup (mm) sebanyak 5 kali dan
masukkan data ke lembar pengamatan.
BAB V PENUTUP
1. SIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan yakni pratikum pengukuran dan ketidakpastian
yaitu tentang melakukan pengukuran panjang, lebar, tinggi dari kubus ,diameter, tinggi dari
silinder dan diameter bola dengan menggunakan alat ukur mikrometer sekrup. Serta
dilakukannya pengukuran massa benda yaitu kubus, silinder dan bola dengan menggunakan
alat ukur massa yakni neraca teknis . Pada praktikum ini pula dapat kita mengambil
kesimpulan bahwa setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan
memiliki keselahan pengukuran yang berbeda. Hal ini tergantung pada kondisi alat
ukur,perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, proses atau metode yang digunakan dalam
praktikum, serta kemampuan seserang dalam mengukurnya. Pada praktikum yang telah
dilakukan telah dapat diketahui serta dapat dibedakan antara mana alat ukur yang lebih teliti
dan tepat dalam memperkecil kesalahan saat pengukuran.
2. SARAN
1. Mahasiswa harus memahami materi sebelum melakukan pratikum.
2. Harus fokus dan teliti dalam pengambilan suatu data.
3. Melakukan pratikum sesuai prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tipler, P.A., Fisika untuk Sains dan Teknik: Jilid 1; Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta ,1998.
2. Giancoli, D.C, Fisika: Jilid 1, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001.
3. Halliday, D. dan R. Resnik, Fisika, Jilid 1, Edisi Ketiga, Terjemahan P.Silaban dan E.
Sucipto, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.7
4. Abdullah, Mikrajudin. (2016). Fisika Dasari 1. Bandung: ITB.
Lembar Kerja