Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan praktikum,
fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fisika dasar modul teori
dasar pengukuran dan ketidakpastian.
1.1 Latar Belakang
Untuk memenuhi tugas praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran
dan ketidakpastian ini dibuat berdasarkan teori dan uji coba yang sudah dilakukan
sebelumnya. Adapun materi yang dibahas didalam modul teori dasar pengukuran
dan ketidakpastian. Materi ini bertujuan menentukan nilai ketidakpastian suatu alat
yang diujikan lewat perhitungan pada suatu benda dengan mempertimbangkan nilai
skala terkecil (NST) pada alat ukur.
Menurut Kartoyo (2017), pengukuran adalah suatu proses pembanding sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai acuan (standard) yang disebut
satuan. Pengukuran dilakukan pada umumnya dimaksudkan agar orang dapat
berkomunikasi sesama secara kuantitatif dalam berbagai bidang, seperti
perdagangan, industri, ilmu pengetahuan dan lain-lain untuk mengkaitkan suatu
bilangan pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran
standard yang telah diterima sebagai suatu satuan.
Menurut Alonso (2016), menggunakan pengukuran ini (dan dengan
menggunakan perjanjian tertentu seperti yang tertera pada rumus-rumus) dapat kita
peroleh besaran yang diinginkan.
Dengan demikian, suatu hasil pengukuran atau percobaan harus dilaporkan
bersama dengan nilai ketidakpastian. Begitu banyak alat ukur yang digunakan
didunia ini misalnya jika kita ingin mengukur panjang kit adapt menggunakan
jangka sorong dan mikrometer sekrup, namun mikrometer sekrup lebih cocok
digunakan untuk mengukur tebal suatu benda. Dari alat tersebut mikrometer sekrup
yang memiliki tingkat ketelitian yang paling tepat yaitu 0,01 mm. Kemudian untuk
mengukur massa sebuah benda kita dapat menggunakan neraca teknis, alat ukur
waktu berupa stopwatch.
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan dilakukannya praktikum fisika dasar modul pengukuran
dan ketidakpastian.
1. Mampu mengetahui kegunaan alat ukur dasar.
2. Mampu melakukan pengukuran benda menggunakan alat ukur dasar.
3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran baik pengukuran tunggal
dan pengukuran berulang.
4. Mampu menerapkan kegunaan dari suatu alat ukur dalam kehidupan sehari-
hari.
1.3 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum fisika dasar
modul pengukuran dan ketidakpastian.
1. Jangka sorong, adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan
tinggi suatu benda.
2. Mikrometer sekrup, adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar
dan tinggi suatu benda.
3. Stopwatch digital, adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu
dalam melakukan kegiatan.
4. Stopwatch analog, adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu
dalam melakukan kegiatan.
5. Neraca teknis, adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda.
Bahan – bahan yang digunakan :
1. Balok kayu, sebagai objek benda yang diukur lama waktu jatuhnya dari
ketinggian.
2. Balok besi, objek benda yang di ukur panjang, lebar, tinggi dan massanya.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang pengertian dari ketidakpastian dalam
pengukuran, standar deviasi, dan nilai skala terkecil (NST) dari teori pengukuran
dari ketidakpastian.
1.1 Ketidakpastian Dalam Pengukuran
Menurut Kristiantoro (2016), sebelum menentukan nilai ketidakpastian
terlebih dahulu ditentukan nilai ketidakpastian dengan alat penunjang, yaitu jangka
sorong dan neraca teknis. Selanjutnya akan didapat nilai ketidakpastian gabungan.
Metode ketidakpastian yang digunakan adalah dengan cara statistik dan berlaku
hanya untuk serangkaian observasi. Penentuan nilai ketidakpastian dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran yang berulang sebanyak sepuluh kali terhadap
sampel yang sama. Ketidakpastian adalah rentang nilai yang menyatakan perkiraan
nilai benar hasil penelitian/pengujian berada. Nilai ketidakpastian juga menyatakan
mutu hasil pengukuran atau pengujian, semakin kecil nilai ketidakpastian maka
semakin baik hasil penelitian atau pengujian.
Menurut Joko (2018), keragu-raguan yang diperoleh dari hasil pengukuran
dapat diartikan sebagai nilai ketidakpastian, ketidakpastian itu sendiri dapat
diartikan ukuran reliabilitas suatu hasil pengukuran sehingga ketidakpastian
menentukan mutu dari hasil pengukuran. Nilai ketidakpastian dapat diperoleh
dengan cara mengkalibrasi alat ukur khususnya timbangan, data yang diperoleh dari
kalibrasi diolah menggunakan analisis ketidakpastian.
2.2 Standar Deviasi
Menurut Yusniyanti, dkk (2017), apabila penyebarannya data sangat besar
terhadap nilai rata-rata maka nilai akan besar, tetapi apabila penyebaran data sangat
kecil terhadap nilai rata-rata maka nilai akan kecil. Deviasi standar dari distribusi
sampling parameter statistik itu sendiri. Sebuah nilai deviasi yang lebih besar akan
memberikan makna bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Nilai dihitung
dengan rumus berikut :
∑(xi− x̅)2
Sn – 1 = √ n −1

Sumber : Yusniyanti, 2017


Keterangan : xi = Hasil pengukuran
x1 = Rata – rata
n = Jumlah percobaan pengukuran
2.3 Nilai Standar Terkecil
Standar deviasi atau simpangan baku (Sx) yakni apabila penyebaran dari data
sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai Sx akan besar, tetapi apabila
penyebaran dari data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka nilai Sx akan kecil.
Rumus persamaan dari standar deviasi adalah sebagai berikut :
n
sx = √∑ (xi − xrata − rata)2
1−n

Sumber : Yusniyanti, 2017


Keterangan : Sx = Deviasi standar
Xi = Nilai varians
Xrata = Rata-rata hitung
BAB 3
PENGUMPULAN DATA

Pada bab pengumpulan data akan membahas tentang data pengamatan dan
tujuan dari praktikum fisika dasar modul teori pengukuran dan ketidakpastian.
3.1 Data Pengamatan
Dibawah ini merupakan hasil pengamatan pada saat praktikum fisika dasar
modul teori pengukuran dan ketidakpastian, serta menjelaskan langkah kerja pada
saat praktikum.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan
No Pengukuran ke-
Alat Pengukuran Satuan NST KTP
1 2 3 4 5
Panjang Mm 31 31,2 30,8 30,9 31,2 1,83
1 Jangka
Lebar Mm 33 32,7 33,2 33,3 32,8 0,02 1,26
sorong
Tinggi Mm 25 24,8 25,3 25 24,9 2,11
Panjang Mm 25,16 25,14 25,15 25,16 25,2 1,01
Mikrometer
2 Lebar Mm 20,33 20,32 20,3 20,34 20,3 0,01 1,35
sekrup
Tinggi Mm 17,33 17,3 17,31 17,34 17,3 1,02
Neraca
3 Massa Gram 196 198 197,5 198,5 197 0,1 1,93
teknis
Stopwatch
4 Waktu Ms 5,6 3,4 4,7 2,2 3,7 1 2,30
digital
Stopwatch
5 Waktu Ms 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 20 1,04
analog

3.2 Langkah Kerja


Berikut ini merupakan langkah kerja pada saat praktikum fisika dasar modul
teori pengukuran dan ketidakpastian.
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum, seperti jangka
sorong, mikrometer sekrup, stopwatch digital, stopwatch analog, neraca teknis,
balok besi dan balok kayu.
2. Lakukan pengukuran terhadap balok kayu. Ukur panjang, tinggi, dan lebar
balok kayu menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup secara
bergantian masing-masing sebanyak lima kali pengukuran. Kemudian catat
hasil pengukuran.
3. Lakukan penimbangan terhadap massa balok besi menggunkan neraca teknis.
Tempatkan balok dilima tempat berbeda agar hasilnya lebih variasi. Kemudian
catat hasil pengamatan.
4. Lakukan pengamatan terhadap balok kayu yang dijatuhkan ke lantai
menggunakan stopwatch digital dan stopwatch analog masing-masing
sebanyak lima kali percobaan. Kemudian catat hasil pengamatan waktu
jatuhnya.
5. Kumpulkan semua data pengamatan dalam satu tabel yang sudah dibuat.
BAB 4
PENGOLAHAN DATA

Pada bab pengolahan data, akan membahas tentang data kuantitatif dan
kualitatif dari pengumpulan data pada saat saat praktikum fisika dasar modul teori
pengukuran dan ketidakpastian.
4.1 Data Kuantitatif
Berikut adalah data kuantitatif dari hasil praktikum fisika dasar modul teori
pengukuran dan ketidakpastian.
1. Pengukuran Panjang Balok Kayu Menggunakan Jangka Sorong
Percobaan pengukuran panjang balok kayu menggunakan jangka sorong yang
dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.1 Hasil data dari pengukuran panjang menggunakan jangka sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 31,3 31,8 -0,5 0,25
2. 31,2 31,8 -0,6 0,36
3. 30,8 31,8 -1 1
4. 30,9 31,8 -0,9 0,81
5. 31,2 31,8 -0,6 0,36
Σxi= 155,4 Σ(xi-x̅)2= 2,78
∑ xi 155,4
x̅ = = = 31,8
n 5

Σ(xi−x̅)2 2,78
Sn-1 = √ =√ = √0,695 = 1,83 mm
n−1 4

Maka pengukuran panjang balok kayu menggunakan jangka sorong didapatkan


panjang rata – rata 31,8 mm dengan ketidakpastian 1,83 mm. Sehingga ditulis p =
(31,8±1,83) mm.
2. Pengukuran Lebar Balok Kayu Menggunakan Jangka Sorong
Percobaan pengukuran lebar balok kayu menggunakan jangka sorong yang
dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.2 Hasil data dari pengukuran lebar menggunakan jangka sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 33 33 0 0
2. 32,7 33 -0,3 0,09
3. 33,2 33 0,2 0,04
4. 33,3 33 0,3 0,09
5. 32,8 33 -0,2 0,04
Σxi= 165 Σ(xi-x̅)2 = 0,26
∑ xi 165
x̅ = = = 33
n 5

Σ(xi−x̅)2 0,26
Sn-1 = √ =√ = 1,26 mm
n−1 4

Maka pengukuran lebar balok kayu menggunakan jangka sorong didapatkan rata –
rata lebar 33 mm dengan ketidakpastiannya 1,26 mm sehingga ditulis l = (33 ±
1,26) mm.
3. Pengukuran Tinggi Balok Kayu Menggunakan Jangka Sorong
Percobaan pengukuran tinggi balok kayu menggunakan jangka sorong yang
dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.3 Hasil data dari pengukuran tinggi menggunakan jangka sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 25 26 -1 1
2. 29,8 26 1,1 1,21
3. 25,3 26 -0,7 0,49
4. 25 26 -1 1
5. 24,9 26 -1,1 1,21
Σxi= 130 Σ(xi-x̅)2 = 4,91
∑ xi 130
x̅ = = = 26
n 5

Σ(xi−x̅)2 4,91
Sn-1 = √ =√ = √1,2275 = 2,11 mm
n−1 4
Maka pengukuran tinggi balok menggunakan jangka sorong didapatkan rata – rata
tinggi 26 mm dengan ketidakpastiannya 2,11 mm. Sehingga ditulis t = (26 ± 2,11)
mm
4. Pengukuran Panjang Balok Kayu Menggunakan Mikrometer Sekrup
Percobaan pengukuran panjang balok kayu menggunakan mikrometer sekrup
yang dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.4 Hasil data dari pengukuran panjang menggunakan mikrometer sekrup.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 26,16 25,16 0,004 0,000016
2. 25,14 25,16 -0,016 0,000256
3. 25,15 25,16 -0,006 0,000036
4. 25,16 25,16 0,004 0,000016
5. 25,17 25,16 0,014 0,000196
Σxi= 125,78 Σ(xi-x̅)2= 0,00052
∑ xi 125,78
x̅ = = = 25,16
n 5

Σ(xi−x̅)2 0,00052
Sn-1 = √ =√ = √0,00013 = 1,01 mm
n−1 4

Maka pengukuran panjang balok kayu menggunakan mikrometer sekrup


didapatkan rata – rata panjang 25,16 mm dengan ketidakpastiannya 1,01 mm.
Sehingga ditulis p = (25,16 ± 1,01) mm.
5. Pengukuran Lebar Balok Kayu Menggunakan Mikrometer Sekrup
Percobaan pengukuran lebar balok kayu menggunakan mikrometer sekrup yang
dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.5 Hasil data dari pengukuran lebar menggunakan mikrometer sekrup.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 20,33 20,32 0,006 0,077
2. 20,32 20,32 -0,004 0,063
3. 20,30 20,32 -0,024 0,154
4. 20,34 20,32 0,016 0,126
5. 20,33 20,32 0,006 0,077
Σxi= 101,62 Σ(xi-x̅)2= 0,497
∑ xi 101,62
x̅ = = = 20,32
n 5

Σ(xi−x̅)2 0,497
Sn-1 = √ =√ = √0,12425 = 1,35 mm
n−1 4

Maka pengukuran lebar balok kayu menggunakan mikrometer sekrup didapatkan


rata – rata lebar 20,32 mm dengan ketidakpastiannya 1,35 mm. Sehingga ditulis l =
(20,32 ± 1,35) mm.
6. Pengukuran Tinggi Balok Kayu Menggunakan Mikrometer Sekrup
Percobaan pengukuran tinggi balok kayu menggunakan mikrometer sekrup
yang dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.6 Hasil data dari pengukuran tinggi menggunakan mikrometer sekrup.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 17,33 17,32 0,012 0,000144
2. 17,30 17,32 -0,018 0,000329
3. 17,31 17,32 -0,008 0,000064
4. 17,34 17,32 0,022 0,000484
5. 17,31 17,32 0,008 0,000064
Σxi= 86,59 Σ(xi-x̅)2= 0,00108
∑ xi 86,59
x̅ = = = 17,32
n 5

Σ(xi−x̅)2 0,00108
Sn-1 = √ =√ = √0,00027 = 1,0164316767 mm
n−1 4

Maka pengukuran tinggi balok kayu menggunakan mikrometer sekrup didapatkan


rata – rata tinggi 17,32 mm dengan ketidakpastiannya 1,02 mm. Sehingga ditulis t
= (17,32 ± 1,02) mm.
7. Penimbangan Balok Besi Menggunakan Neraca Teknis
Percobaan penimbangan balok besi menggunakan neraca teknis yang dilakukan
sebanyak lima kali.
Tabel 4.7 Hasil data dari penimbangan menggunakan neraca teknis.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 196 197,48 -1,48 2,1904
2. 198 197,48 0,52 0,2704
3. 197,5 197,48 0,02 0,0004
4. 198,5 197,48 1,02 1,0404
5. 197,4 197,48 -0,08 0,0064
Σxi= 987,4 Σ(xi-x̅)2=3,508
∑ xi 987,4
x̅ = = = 197,48
n 5

Σ(xi−x̅)2 3,508
Sn-1 = √ =√ = √0,877 = 1,93 mg
n−1 4

Maka pengukuran massa balok besi menggunakan neraca teknis didapatkan rata –
rata massa 197,48 gram dengan ketidakpastiannya 1,93 mg. Sehingga ditulis m =
(197,48 ± 1,93) mg.
8. Pengukuran Waktu Jatuh Balok Kayu Menggunakan Stopwatch Digital
Percobaan pengukuran panjang balok kayu menggunakan stopwatch digital
yang dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.8 Hasil data dari pengukuran waktu menggunakan stopwatch digital.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 5,6 3,92 1,68 2,8224
2. 3,4 3,92 0,52 0,2704
3. 4,7 3,92 0,78 0,6084
4. 3,3 3,92 -1,72 2,9584
5. 3,7 3,92 -0,22 0,0484
Σxi= 19,6 Σ(xi-x̅)2= 6,708
∑ xi 19,6
x̅ = = = 3,92
n 5

Σ(xi−x̅)2 6,708
Sn-1 = √ =√ = √1,677 = 2,30 ms
n−1 4

Maka pengukuran waktu jatuhnya balok besi menggunakan stopwatch didapatkan


rata – rata waktu 3,92 ms dengan ketidakpastiannya 2,30 ms. Sehingga ditulis t =
(3,92 ± 2,30) ms.
9. Pengukuran Waktu Jatuh Balok Kayu Menggunakan Stopwatch
Analog
Percobaan pengukuran panjang balok kayu menggunakan stopwatch analog
yang dilakukan sebanyak lima kali.
Tabel 4.9 Hasil data dari pengukuran waktu menggunakan stopwatch analog.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1. 0,2 0,22 -0.02 0,0004
2. 0,2 0,22 -0,22 0,0004
3. 0,3 0,22 0,08 0,0064
4. 0,2 0,22 -0,22 0,0004
5. 0,2 0,22 -0,22 0,0004
Σxi= 1,1 Σ(xi-x̅)2= 0,008
∑ xi 1,1
x̅ = = = 0,22
n 5

Σ(xi−x̅)2 0,008
Sn-1 = √ =√ = √0,002 = 1,04 ms
n−1 4

Maka pengukuran waktu jatuhnya balok kayu menggunakan stopwatch analog


didapatkan rata – rata waktu 0,22 ms dengan ketidakpastiannya 1,04 ms. Sehingga
ditulis t = (0,22 ± 1,04) ms.
4.2 Data Kualitatif
1. Berikut adalah hasil pengukuran panjang balok kayu dengan jangka sorong
terlihat pada gambar 4.1

Hasil Pengukuran Panjang Menggunakan Jangka Sorong


32
31.8
Ukuran Panjang (mm)

31.6
31.4
31.2
31
30.8
30.6
30.4
30.2
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Panjang Menggunakan Jangka Sorong.


2. Berikut adalah hasil pengukuran lebar balok kayu dengan jangka sorong terlihat
pada gambar 4.2

Hasil Pengukuran Lebar Menggunakan Jangka Sorong


33.4
33.3
Ukuran Lebar (mm)

33.2
33.1
33
32.9
32.8
32.7
32.6
32.5
32.4
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.2 Grafik Pengukuran Lebar Menggunakan Jangka Sorong.


3. Berikut adalah hasil pengukuran tinggi balok kayu dengan jangka sorong
terlihat pada gambar 4.3

Hasil Pengukuran Tinggi Menggunakan Jangka Sorong


31
30
Ukuran Tinggi (mm)

29
28
27
26
25
24
23
22
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.3 Grafik Pengukuran Tinggi Menggunakan Jangka Sorong.


4. Berikut adalah hasil pengukuran panjang balok kayu dengan mikrometer sekrup
terlihat pada gambar 4.4

Hasil Pengukuran Panjang Menggunakan Mikrometer


Sekrup

26.5
Ukuran Panjang (mm)

26

25.5

25

24.5
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Panjang Menggunakan Mikrometer Sekrup.


5. Berikut adalah hasil pengukuran lebar balok kayu dengan mikrometer sekrup
terlihat pada gambar 4.5

Hasil Pengukuran Lebar Menggunakan Mikrometer Sekrup


20.35

20.34
Ukuran Lebar (mm)

20.33

20.32

20.31

20.3

20.29

20.28
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengukuran Rata-rata

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Lebar Menggunakan Mikrometer Sekrup.


6. Berikut adalah hasil pengukuran tinggi balok kayu dengan mikrometer sekrup
terlihat pada gambar 4.6

Hasil Pengukuran Tinggi Menggunakan Mikrometer


Sekrup
17.35
Ukuran Tinggi (mm)

17.34
17.33
17.32
17.31
17.3
17.29
17.28
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.6 Grafik Pengukuran Tinggi Menggunakan Mikrometer Sekrup.


7. Berikut adalah hasil pengukuran berat balok besi dengan neraca teknis terlihat
pada gambar 4.7

Hasil Pengukuran Berat Menggunakan Neraca Teknis


199
198.5
Ukuran Berat (mg)

198
197.5
197
196.5
196
195.5
195
194.5
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengukuran Rata-rata

Gambar 4.7 Grafik Pengukuran Menggunakan Neraca Teknis.


8. Berikut adalah hasil pengukuran waktu jatuhnya balok kayu dengan stopwatch
digital terlihat pada gambar 4.8

Hasil Pengukuran Menggunakan Stopwatch Digital


6
Ukuran Waktu (ms)

0
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.8 Grafik Pengukuran Menggunakan Stopwatch Digital.


9. Berikut adalah hasil pengukuran waktu jatuhnya balok kayu dengan stopwatch
analog terlihat pada gambar 4.9

Hasil Pengukuran Menggunakan Stopwatch Analog


0.35
0.3
Ukuran Waktu (ms)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5
Pengukuran ke-

Hasil Pengamatan Rata-rata

Gambar 4.9 Grafik Pengukuran Menggunakan Stopwatch Analog.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari praktikum fisika
dasar modul pengukuran dan ketidakpastian.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan ketidakpastian
dapat disimpulkan :
1. Dalam pengukuran digunakan alat ukur dasar berupa jangka sorong,
mikrometer sekrup, neraca teknis, stopwatch digital dan stopwatch analog.
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan
tinggi suatu benda. Neraca teknis adalah untuk mengetahui bobot/massa suatu
benda atau sebagai alat ukur massa/berat. Mikrometer sekrup adalah alat yang
digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi suatu benda. Stopwatch
digital adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu dalam
melakukan kegiatan. Stopwatch analog adalah alat yang digunakan untuk
mengukur lamanya waktu dalam melakukan kegiatan.
2. Untuk mendapatkan nilai yang akurat cara menggunakan jangka sorong adalah
dengan membaca skala utama dan skala nonius yang berhimpitan dengan skala
utama kemudian ditambahkan. Mikrometer sekrup dalam menentukan hasil
pengukuran dengan menambahkan hasil ukur skala utama, skala putar, dan
skala nonius. Kemudian untuk neraca teknis cara mendapatkan nilainya dengan
menggeser-geser slider sampai jarum mencapai zero mark. Sedangkan
penggunaan stopwatch digital dan analog hampir sama hanya berbeda saat
akan mereset ulang stopwatchnya.
3. Dalam praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan ketidakpastian
diperoleh perhitungan sebagai berikut :
a. Pengukuran panjang menggunakan jangka sorong dengan NST 0,02
menghasilkan ketidakpastian 1,83.
b. Pengukuran lebar menggunakan jangka sorong dengan NST 0,02
menghasilkan ketidakpastian 1,26.
c. Pengukuran tinggi menggunakan jangka sorong dengan NST 0,02
menghasilkan ketidakpastian 2,11.
d. Pengukuran panjang menggunakan mikrometer sekrup dengan NST 0,01
menghasilkan ketidakpastian 1,01.
e. Pengukuran lebar menggunakan mikrometer sekrup dengan NST 0,01
menghasilkan ketidakpastian 1,35.
f. Pengukuran tinggi menggunakan mikrometer sekrup dengan NST 0,01
menghasilkan ketidakpastian 1,02.
g. Pengukuran massa menggunakan neraca teknis dengan NST 0,1 menghasilkan
ketidakpastian 1,93.
h. Pengukuran waktu menggunakan stopwatch digital dengan NST 1
menghasilkan ketidakpastian 2,30.
i. Pengukuran waktu menggunakan stopwatch analog dengan NST 20
menghasilkan ketidakpastian 1,04.
Masing – masing alat ukur mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda – beda.
Dalam praktikum ini kami melakukan lima kali pengukuran untuk setiap kali proses
pengukuran agar menghasilkan data yang lebih akurat.
4. Dalam kehidupan sehari-hari alat ukur dasar sangat bermanfaat. Contohnya
stopwatch yang sering digunakan untuk menghitung waktu minimum pekerja
dapat menghasilkan satu produk atau jangka sorong untuk mengukur lebar
sparepart seperti baut.
5.2 Saran
Pada proses praktikum teori dasar pengukuran dan ketidakpastian berjalan
masih banyak hal membuat kita belum sepenuhnya memahami apa yang
disampaikan oleh asisten laboratorium. Saran ini ditunjukkan ke asisten
laboratorium dalam menyampaikan materi praktikum kalau menjelaskan materi
terlalu cepat. Untuk praktikum selanjutnya agar kalau menjelaskan lebih pelan lagi
agar kita bisa memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Arias, Kathleen Meehan, 2003. Pengendalian Wabah Di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 200.
Kartoyo, 2017. “Sistem Satuan Dalam Mekanika”. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika-COMPTON. Vol. 4. Nomor 1 Juni 2017. Hal. 28-29.
Kristiantoro, Tony. 2016. Ketidakpastian Pengukuran pada Karakteristik Material
Magnet Permanen dengan Alat Ukur Permagraph. Bandung: Penelitian
Elektronika dan Telekomunikasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
10.14203/jet.v16.1-6
Setiyono, Joko. 2018. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Timbangan
Digital Mengacu Pada Standar Jcgm 100:2008. Tangerang: Universitas
Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia. ISSN 2620-6760, Vol. 1, No. 1,
April 2018.
Yusniyanti dan Kurniati, 2017. Analisa Puncak Banjir Dengan Metode MAF (Studi
Kasus Sungai Krueng Keureuto) Erna. Aceh: Politeknik Negeri
Lhokseumawe, Indonesia. E-issn: 2407 – 747x, p-issn 2338 – 1981.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL TEORI DASAR PENGUKURAN DAN
KETIDAKPASTIAN

Disusun oleh:
Sultan Afli (181020700015)
A. Faisal B. (181020700081)
M. Kharis Alwi (181020700072)
Dimas Wahyu F. (181020700075)
Ainul Yaqin (181020700073)
Rosa Firdausi (181020700070)

Kelompok : 5
Tanggal Praktikum : 20 April 2019

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai