Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan,
dan fungsi alat serta bahan yang digunakan dalam praktikum fisika dasar modul
teori dasar pengukuran dan ketidakpastian.
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran merupakan hal yang bersifat dasar dan
merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari
berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Dalam praktikum fisika dasar modul
teori pengukuran dan ketidakpastian ini, diharapkan mahasiswa mampu mengenal
sekaligus dapat menggunakan alat ukur dalam ilmu fisika. Tidak hanya itu,
diharapkan juga mahasiswa dapat melakukan pengukuran tunggal maupun
berulang yang bertujuan untuk mencari data.
Kesalahan merupakan unsur yang tidak dapat dihindari dalam proses
pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran biasanya didefinisikan sebagai
perbedaan antara nilai sebenarnya dengan nilai terukur. Efek kesalahan adalah
menciptakan ketidakpastian dalam nilai sebuah pengukuran. Mencari nilai
ketidakpastian dalam proses pengukuran sangatlah penting untuk dilakukan agar
hasil pengukuran menjadi akurat.
Ketika digunakan dalam konteks pengukuran, ketidakpastian mempunyai
sebuah angka dan satuan yang berhubungan dengannya. Lebih spesifik lagi,
ketidakpastian pengukuran mempunyai satuan yang sama dengan hasil
pengukuran. Analisis ketidakpastian merupakan alat yang sangat berguna untuk
menetapkan tingkat reliabilitas sebuah pengukuran dan untuk validasi model-
model teoritis dan simulasi. Proses menentukan ketidakpastian pengukuran
menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk melakukan sebuah
percobaan ilmiah.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan dari praktikum fisika dasar modul teori
dasarpengukuran dan ketidakpastian:
1. Mampu mengetahui kegunaan alat ukur dasar.
2. Mampu melakukan pengukuran benda menggunakan alat ukur dasar.
3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran, baik pengukuran
tunggal maupun pengukuran berulang.
4. Mampu menerapkan kegunaan alat ukur dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 FungsiAlat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum fisika dasar modul pengukuran dan ketidakpastian.
Alat yang dibutuhkan:
1. Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi suatu
benda.
2. Mikrometer sekrup, berfungsi untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi
suatu benda.
3. Neraca teknis, berfungsi untuk menimbang massa dari suatu benda.
4. Stopwatch digital, berfungsi untuk menentukan durasi waktu.
5. Stopwatch analog, berfungsi untuk menentukan durasi waktu.
6. Balok kayu, berfungsi sebagai objek yang diukur panjang, lebar dan
tingginya.
Bahan yang dibutuhkan:
1. Balok besi, berfungsi sebagai objek yang diukur panjang, lebar dan
tingginya.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada kajian pustaka dan dasar teori membahas tentang pengukuran dan
ketidakpastian dalam praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan
ketidakpastian.
2.1 Pengukuran
Menurut Tirtasari (2017) pengukuran adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mendapatkan nilai suatu bersaran. Kegiatan pengukuran mempunyai
dampak yang luas terhadap ilmu pengetahuan, kehidupan pribadi manusia dan
masyarakat untuk memperoleh data. Menurut Abdullah (2016) pengukuran adalah
pekerjaan yang sangat penting untuk mengetahui data secara pasti. Dalam fisika,
pengukuran memegang peranan yang teramat penting.
2.2 Ketidakpastian
Menurut Nurachmandani (2009) saat melakukan pengukuran mengunakan
alat, tidaklah mungkin anda mendapatkan nilai yang pasti benar (x0 ), melainkan
selalu terdapat ketidakpastian. Apakah penyebab ketidakpastian pada hasil
pengukuran? secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga,
yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak. Menurut
Pranjono, dkk (2015) pengukuran nilai suatu besaran mungkin akan didapatkan
hasil yang berbeda. Dengan kata lain semua pengukuran memiliki beberapa
derajat ketidakpastian. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan ketidakpastian
pengukuran.
2.3 Alat Ukur
Menurut Setiyono (2018) untuk mengukur diperlukan alat ukur. Alat ukur
yang digunakan pada besaran ukur yang nilainya ingin diukur. Data-data yang
didapatkan dari hasil penimbangan hanya penimbangan hanya merupakan
estimasi. Estimasi hasil penimbangan masih mengandung keragu-raguan.
Keraguan yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat diartikan sebagai hasil
ketidakpastian.

3
BAB 3
PENGUMPULAN DATA

Pada bab pengumpulan data ini akan membahas tentang langkah kerja
percobaan dan data pengamatan dari praktikum fisika modul teori dasar
pengukuran dan ketidakpastian.
3.1 Data Pengamatan
Berikut adalah data hasil praktikum fisika dasar modul pengukuran dan
ketidakpastian yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Pengukuran Ketidakpastian.
No. Alat Pengukuran Satuan Pengukuran ke NST KTP
1 2 3 4 5
Jangka Panjang Mm 54,4 54,02 54,02 54,03 54,03 0,2179
1 sorong Lebar 17 17,01 17,01 17,01 17,01 0,02 0,0025
Tinggi 34,02 30,02 30,01 30,01 30,01 0,0045
Mikrometer Panjang Mm 25,1 25,25 25,23 25,35 25,28 0,01 0,09
2 sekup Lebar 25,13 24,7 24,12 25,45 24,40 0,53
Tinggi 22,12 21,15 22,15 22,35 21,2 0,59
Neraca Massa Gram 212,5 213,2 212,6 211,6 211,6 1 0,69
3 teknis

4 Stopwatch Waktu Ms 22 44 19 50 51 0,2 15,51


digital

5 Stopwatch Waktu Ms 3 2 3 4 2 1 30,33


analog

3.2 Langkah Kerja


Berikut adalah langkah kerja praktikum fisika dasar modul teori dasar
pengukuran dan ketidakpastian.
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum seperti
jangka sorong, mikrometer sekup, neraca teknis, stopwatch analog,
stopwatch digital, balok besi dan balok kayu.
2. Kemudian melakukan pengukuran panjang, lebar dan tinggi sebanyak lima
kali dengan jangka sorong dan mikrometer sekup secara bergantian dengan
jangka sorong dan mikrometer sekup secara bergantian menggunakan balok
besi.

4
3. Kemudian melakukan ukur massa balok besi dengan menggunakan neraca
teknis sebanyak lima kali dengan bergantian posisi.
4. Menghitung jatuhnya balok kayu menggunakan stopwatch analog dan
stopwatch digital sebanyak lima kali.
5. Mencatat hasil dari pengukuran tersebut dan melakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus yang ditentukan.

5
BAB 4
PENGOLAHAN DATA

Pada bab pengolahan data akan membahas tentang data kuantitatif dan
kualitatif pengumpulan data pada saat praktikum fisika dasar modul teori dasar
pengukuran dan ketidakpastian.
4.1 Data Kuantitatif
Berikut ini adalah beberapa data kuantitatif dan hasil praktikum fisika
dasar modul teori dasar pengukuran dan ketidakpastian.
1. Pengukuran panjang balok kayu dengan menggunakan jangka sorong.
Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut data pengamatan tabel 4.1.
tabel 4.1 Pengukuran Panjang Dengan Jangka Sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1 54,4 54,1 0,3 0.09
2 54,02 54,1 0,1 0,01
3 54,02 54,1 0,1 0,01
4 54,03 54,1 0,2 0,04
5 54,03 54,1 0,2 0,04
n= 5 ∑xi=270,5 ∑(xi-x̅)2= 0,19

∑xi 270,5
x̅= = = 54,1
n 5

∑(xi−x̅)2 0,19
Sn-1 =√ =√ = √0,0475 = 0,2179
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan panjang = (54,1 ± 0,2179) mm.

6
2. Berikut adalah pengukuran lebar balok kayu dengan menggunakan jangka
sorong percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut ini data penggunaanya
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengukuran Lebar Dengan Jangka Sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1 17 17,008 -0,008 0,0000064
2 17,01 17,008 0,002 0,000004
3 17,01 17,008 0,002 0,000004
4 17,01 17,008 0,002 0,000004
5 17,01 17,008 0,002 0,000004
n= 5 ∑xi=85,04 ∑(xi-x̅)2=0,0000264

∑xi 85,04
x̅ = = = 17,008
n 5

∑(xi−x̅)2 0,0000264
Sn-1 = √ =√ = √0,0000066 = 0,00256
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan lebar = (17,008± 0,00256) mm.


3. Berikut adalah pengukuran tinggi balok kayu dengan menggunakan jangka
sorong percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut ini data penggunaanya
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pengukuran Tinggi Dengan Jangka Sorong.
No Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1 30,02 30,014 0,006 0,000036
2 30,02 30,014 0,006 0,000036
3 30,01 30,014 -0,004 0,000016
4 30,01 30,014 -0,004 0,000016
5 30,01 30,014 -0,004 0,000016
n=5 ∑xi=150,07 ∑(xi-x̅)2=0,00012

∑xi 150,07
x̅= = = 30,014
n 5

∑(xi−x̅)2 0,00012
Sn-1 = √ =√ = √0,00003 = 0,0054.
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan tinggi = (30,014 ± 0,00547) mm.

7
4. Berikut adalah pengukuran panjang balok kayu dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut ini data
pengamatannya pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Pengukuran Panjang Dengan Mikrometer Sekrup.
No. Xi x̅ (xi − x̅) (xi − x̅)2
1 25,10 25,238 -0,138 0,019
2 25,25 25,238 0,012 0,000144
3 25,23 25,238 -0,008 0,000064
4 25,35 25,238 0,112 0,0148
5 25,26 25,238 0,022 0,000484
n=5 ∑xi = 126,19 ∑(xi − x̅)2 = 0,0350

∑xi 126,19
x̅ = = = 25,238
n 5

∑(xi−x̅)2 0.0350
Sn-1 =√ = √ = √0,00875 = 0,0935
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan panjang =(25,238 ± 0,0935) mm.


5. Berikut adalah pengukuran lebar balok kayu dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut ini data
pengamatannya pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Pengukuran Lebar Dengan Mikrometer Sekrup.
No Xi x̅ (xi − x̅) (xi − x̅)2
1 25,13 24,76 0,37 0,1369
2 24,7 24,76 -0,06 0,0036
3 24,12 24,76 -0,64 0,4096
4 25,45 24,76 0,69 0,4761
5 24,40 24,76 -0,36 0,1296
n =5 ∑xi = 123,8 ∑(xi − x̅)2 = 1,1558

∑xi 123,8
x̅ = = = 24,76
n 5

∑(xi−x̅)2 1,1558
Sn-1 = √ = √ = √0,28895 = 0,5375
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan lebar = (24,76 ± 0,5375 ) mm.

8
6. Berikut adalah pengukuran tinggi balok kayu dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut ini data
pengamatannya pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Pengukuran Tinggi Dengan Mikrometer Sekrup.
No. Xi x̅ (xi − x̅) (xi − x̅)2
1 22,10 21,77 0,33 0,1089
2 21,15 21,77 -0,62 0,3844
3 22,15 21,77 0,38 0,1444
4 22,35 21,77 0,58 0,3364
5 21,10 21,77 -0,67 0,4489
n =5 ∑xi = 108,85 ∑(xi − x̅)2 = 1,423

∑xi 108,85
x̅ = = = 21,77
n 5

∑(xi−x̅)2 1,423
Sn-1 = √ = √ = √0,35575 = 0,5964
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan tinggi = (21,77 ± 0,5964) mm.


7. Berikut adalah pengukuran massa balok besi menggunakan neraca teknis.
Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut data pengamatan tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengukuran Massa Dengan Neraca Teknis.
No. Xi x̅ (xi-x̅) (xi − x̅)2
1 212,5 212,3 0,2 0,04
2 213,2 212,3 0,9 0,81
3 216,6 212,3 0,3 0,09
4 211,6 212,3 0,7 0,49
5 211,6 212,3 0,7 0,49
n=5 ∑xi= 1.061,5 ∑(xi − x̅)2 = 1,92

∑xi 1.061,5
x̅ = = = 212,3
n 5

∑(xi−x̅)2 1,92
Sn-1 = √ =√ = √0,48 = 0,69
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan massa = (212,3 ± 0,69) gram.

9
8. Berikut adalah percobaan stopwatch digital ini dilakukan sebanyak lima
kali. Berikut ini data pengamatannya pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Pengukuran Waktu Dengan Stopwatch Digital.
No. Xi x̅ (xi − x̅) (xi − x̅)2
1 22 37,2 -15,2 231,04
2 44 37,2 6,8 46,24
3 19 37,2 -18,2 331,24
4 50 37,2 12,8 163,84
5 51 37,2 13,8 190,44
n =5 ∑xi = 186 ∑(xi − x̅)2 =963,18

∑xi 186
x̅ = = = 37,2
n 5

∑(xi−x̅)2 963,18
Sn-1 =√ = √ = √240,79 = 15,51
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan waktu = (37,2 ± 15,51) ms.


9. Berikut adalah pengukuran waktu jatuh balok kayu menggunakan
stopwatch analog. Percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali. Berikut data
pengamatan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Pengukuran Waktu Dengan Stopwatch Analog.
No. Xi x̅ (xi-x̅) (xi-x̅)2
1 60 88 -28 784
2 60 88 -28 784
3 120 88 32 1.024
4 80 88 -8 64
5 120 88 32 1.024
n=5 ∑xi = 440 ∑(xi-x̅)2 = 3,680

∑xi 440
x̅= = = 88
n 5

∑(xi−x̅)2 3,680
Sn-1 = √ =√ = √920 = 30,33
n−1 4

Maka perhitungan menghasilkan waktu = (88 ± 30,33) ms.

10
4.2 Data Kualitatif
Di bawah ini adalah data kualitatif yang didapat dari praktikum fisika
dasar modul teori dasar pengukuran dan ketidakpastian.
1. Berikut adalah hasil pengukuran panjang balok kayu menggunakan jangka
sorong yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Panjang Jangka Sorong


satuan panjang (mm)

54.05
54.04
54.03
54.02
54.01
1 2 3 4 5
percobaan ke 1

Hasil pengamatan Rata - rata

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengukuran Panjang Menggunakan Jangka Sorong.


2. Berikut adalah hasil pengukuran lebar balok kayu menggunakan jangka
sorong yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Lebar Jangka Sorong


17.015
satuan panjang (mm)

17.01

17.005

17

16.995
1 2 3 4 5
percobaan ke 2
Hasil pengamatan Rata - rata

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengukuran Lebar Menggunakan Jangka Sorong.

11
3. Berikut adalah hasil pengukuran tinggi balok kayu menggunakan jangka
sorong yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Tinggi Menggunakan


Jangka Sorong
satuan panjang (mm)

30.025
30.02
30.015
30.01
30.005
1 2 3 4 5
percobaan ke 3

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Tinggi Menggunakan Jangka


Sorong.
4. Berikut adalah hasil pengukuran panjang balok kayu menggunakan
mikrometer sekrup yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Panjang Menggunakan


Mikrometer Sekrup
satuan panjang (mm)

25.4
25.3
25.2
25.1
25
24.9
1 2 3 4 5
percobaan ke 4

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Panjang Menggunakan Mikrometer


Sekrup.

12
5. Berikut adalah hasil pengukuran lebar balok kayu menggunakan
mikrometer sekrup yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Lebar Menggunakan


Mikrometer Sekrup
satuan panjang (mm)

26
25
24
23
1 2 3 4 5
percobaan ke 5

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Lebar Menggunakan Mikrometer Sekrup.


6. Berikut adalah hasil pengukuran tinggi balok kayu menggunakan
mikrometer sekrup yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data
pengukurannya:

Hasil Pengukuran Tinggi Menggunakan


Mikrometer Sekrup
satuan panjang (mm)

23
22
21
20
1 2 3 4 5
percobaan ke 6

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran tinggi Menggunakan Mikrometer Sekrup.

13
7. Berikut adalah hasil pengukuran balok kayu menggunakan neraca teknis
yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Berikut ini data pengukurannya:

Hasil Pengukuran Massa Menggunakan


Neraca teknis
satuan massa (kg)
220
215
210
205
1 2 3 4 5
percobaan ke 7

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengukuran Massa Balok Kayu Menggunakan


Neraca Teknis.
8. Berikut adalah hasil pengukuran waktu pada balok kayu saat dijatuhkan
dari atas meja dengan menggunakan stopwatch digital. Pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali. Berikut ini data pengukurannya:

Hasil Pengukuran Waktu Menggunakan


Stopwatch digital
satuan waktu (m/s)

60
40
20
0
1 2 3 4 5
percobaan ke 8

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.8 Grafik Hasil Pengukuran Waktu Menggunakan Stopwatch


Digital.

14
9. Berikut adalah hasil pengukuran waktu pada balok kayu saat dijatuhkan
dari atas meja dengan menggunakan Stopwatch analog. Pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali. Berikut ini data pengukurannya:

Hasil Pengukuran Waktu Menggunakan


Stopwatch analog
satuan waktu (m/s)

150
100
50
0
1 2 3 4 5
percobaan ke 9

Hasil Pengamatan Rata - rata

Gambar 4.9 Grafik Hasil Pengukuran Waktu Menggunakan Stopwatch


Analog.

15
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas kesimpulan dan saran dalam laporan
praktikum fisika dasar modul hukum newton.
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah percobaan yang telah dilakukan dpat disimpulkan bahwa:
1. Kegunanaan alat ukur adalah mengukur benda yang akan di cari nilai
ukurannya dan untuk mengetahui hasil yang pasti.
2. Dari praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan
ketidakpastian mampu melakukan pengukuran benda menggunakan alat
ukur dasar.
3. Dari praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan
ketidakpastian mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran baik
pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang.
a. Pengukuran panjang menggunakan Jangka Sorong (54,1 ±0,2179 ) mm.
b. Pengukuran lebar menggunakan Jangka Sorong (17,008± 0,00256) mm.
c. Pengukuran tinggi menggunakan Jangka Sorong (30,014 ± 0,00547) mm.
d. Pengukuran panjang menggunakan Mikrometer (25,238 ± 0,0935) mm.
e. Pengukuran lebar menggunakan Mikrometer(24,76 ± 0,5375) mm.
f. Pengukuran tinggi menggunakan Mikrometer (21,77 ± 0,5964) mm.
g. Pengukuran massa menggunakan Neraca Teknis (212,3 ± 0,69) gram.
h. Pengukuran waktu menggunakan Stopwatch Analog (37,2 ± 15,51) ms.
i. Pengukuran waktu menggunakan Stopwatch Digital (88 ± 30,33) ms.
4. Dari praktikum fisika dasar modul teori dasar pengukuran dan
ketidakpastian mampu menerapkan kegunaan dari suatu alat ukur dalam
kehidupan sehari-hari

16
5.2 Saran
Dalam praktikum fisika dasari ini memang masih ada kekurangannya
diantaranya yaitu kurang komunikasinya antara aslab satu dan aslab lainnya
seperti cara menjelaskan tentang nilai hasil pengukurannya kadang ada yang
berbeda tidak sama menilainya jadi kami merasa bingung. Sebaiknya pada
praktikum-praktikum selanjutnya hendaknya melakukan komunikasisebelum
memberikan pengarahan. Sebagai aslab tungkatkan lagi kinerja pengarahan kalian
agar kedepannya lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin.2016. Fisika Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1. Jakarta: Pusat Pembukuan.
Pranjono, dkk. 2015. Ketidakpastian Pengukuran Kekerasan Permukaan
Kelongsong Bahan Bakar Nuklir Dengan Roughness Tester Surtronic-25.
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Vol. 8, No. 15, Hal. 17-23.
Setiyono, Joko.2018. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Timbangan
Digital Mengacup Ada Standar. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 1, No. 1,
Hal. 12-16.
Tirtasari, Ni Luh. 2017. Uji kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca
Analitik Di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES. Jurnal Ilmu Kimia
Indonesia. Vol. 6, No. 2, Hal. 25-28

18

Anda mungkin juga menyukai