Tanggal
diterima
Nilai
Dosen :
Martinus, S.T., M.Sc.
Oleh :
Nama : Okta Syahputra Sembiring
NPM : 1415021065
Kelompok : I (Satu)
Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 16 April 2015
Asisten : 1. Ali Mustofa
2. Isma Yanti
LABORATORIUM MEKATRONIKA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang berkaitan dengan ilmu fisika.
Gaya, perpindahan, percepatan, kecepatan, tekanan dan sebagainya
merupakan sebagian contoh dari ilmu fisika yang kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam ilmu fisika dikenal dua jenis besaran yaitu besaran
pokok(skalar) dan besaran turunan (vektor). Besaran pokok merupakan
besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah. Sedangkan
vektor merupakan besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contoh diatas
merupakan bagian dari besaran vektor, karena memiliki nilai dan arah. Vektor
digunakan untuk menggambarkan nilai dan arah kerja gaya. Vektor memiliki
dampak yang sangat besar dalam kehidupan. mulai hal-hal sederhana seperti
jungkat-jungkit, sampai hal-hal vital seperti navigasi pesawat terbang.
Setelah mempelajari vektor secara teori dalam mata kuliah fisika dasar,
praktikum vektor ini perlu di lakukan untuk mendalami pemahaman
mahasiswa terhadap konsep vektor. Sebab pembelajaran vektor akan lebih
baik jika dilakukan secara teori dan diikuti dengan praktikum. Sehingga
pemahaman mahasiswa mengenai topik pembelajaran dapat maksimal.
Pemahaman konsep ini akan sangat bermanfaat untuk lebih mendalami
pelajaran fisika dan mengikuti mata kuliah semester lanjut yang berkaitan,
khususnya untuk bidang mekanika, medan listrik dan bidang lainnya. Maka
dari itu praktikum fisika dasar mengenai vektor ini dilaksanakan agar dapat
membantu mahasiswa memahami pelajaran mengenai vektor.
3
B. Tujuan
Adapun tujuan dari melakukan praktikum fisika dasar mengenai vektor ini
adalah sebagai berikut:
1. Mampu menguraikan sebuah vektor menjadi dua buah vektor yang
sebidang.
2. Mempermudah melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.
3. Mempermudah mengetahui arah kerja suatu gaya (vektor).
4
A. Pengertian Vektor
Vektor merupakan besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contoh dari
besaran ini misalnya perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya dan
sebagainya untuk menggambarkan vektor digunakan garis berarah yang
bertitik pangkal. Panjang garis sebagai nilai vektor dan anak panah
menunjukkan arahnya. Simbol vektor menggunakan huruf kapitan yang
dicetak tebal (bold) atau miring dengan tanda panah di atasnya seperti
⃗⃗⃗⃗⃗ (Azizi, 2013).
berikut AB ditulis vektor 𝐴𝐵
Vektor pada bidang datar mempunyai dua komponen yaitu pada sumbux dan
sumbu y. Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti
hanya mempunyai 1 komponen. Komponen vektor adalah vektor yang
bekerja menuyusun suatu vektor hasil (resultan vektor). Oleh karenanya
vektor bisa dipindahkan titik pangkalnya asalkan tidak berubah besar dan
arahnya (Azizi, 2013).
B. Penjumlahan Vektor
Secara eksperimen telah ditemukan bahwa jika dua atau lebih gaya bekerja
pada benda yang sama, percepatan benda adalah sama seperti jika benda
dikenai gaya tunggal yang sama dengan penjumlahan vektor gaya-gaya itu
sendiri. Artinya, gaya-gaya dijumlahkan sebagai vektor-vektor (Wiyanto,
2007).
1. Penjumlahan Vektor dengan metode Jajar Genjang (Pararelogram)
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajar genjang
yang terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap
vektor.
Untuk vektor segaris, penjumlahannya adalah R = A + B + C + n dst
Untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti gambar di
bawah ini
C. Pengurangan Vektor
Adapun Beberapa contoh dari aplikasi vektor yang dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut (anonim, 2012)
1. Ketika penerjun menjatuhkan diri dari kapal, tempat ia jatuh tidak tepat di
bawah kapal, tetapi jauh melenceng karena adanya dua vektor gaya yaitu
gaya gravitasi dan gaya dorong angin.
2. Saat perahu menyebrangi sebuah sungai, perahu tidak menyeberang tepat
lurus dengan posisi awalnya. Hal ini dikarenakan kecepatan gerak perahu
yang sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
Sehingga walaupun terlihat bergerak lurus, tetapi sebenarnya perahu
bergerak serong.
3. Dalam suatu kejadian seorang pemanah menarik anak panah dari busunya,
anak panah tidak bergerak horizontal namun bergerak parabola. Hal ini
8
3. Papan Triplek
B. Prosedur Praktikum
F1
F2
F3
Gambar 3.9 Ketiga neraca membentuk sudut
12
B. Pembahasan
1
0.9
0.8
0.7 F1
0.6 F2
0.5
0.4 F3
0.3
0.2
0.1
0
20⁰
Saya akan menjelaskan isi dari percobaan pertama pada gambar 4.1. Cara
yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar sesuai
dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan pertama ini saya
membentuk sudut 200 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.1 N, pada F2 sebesar 1 N dan pada F3 sebesar 0.9
N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari gaya proyeksi pada sumbu x dan sumbu y Dengan
mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap nilai sinus 200,saya mendapatkan hasil
berikut ini F1 sin α sebesar 0.0342 N dan F2 sin α sebesar 0.342 N.
1
0.9
0.8
0.7 F1
0.6 F2
0.5
F3
0.4
0.3
0.2
0.1
0
40⁰
Saya akan menjelaskan isi dari percobaan kedua saya pada gambar 4.2. Cara
yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar sesuai
dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Pada percobaan kedua ini saya
membentuk sudut 400 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.5 N, pada F2 sebesar 1 N dan pada F3 sebesar 0.9
N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari vektor proyeksi pada sumbu x dan sumbu y.
Dengan mengalikan nilai dari F1 dan F2 terhadap nilai sinus 450 saya
mendapatkan hasil berikut F1 sin α sebesar 0.321 N dan F2 sin α sebesar 0.642
N.
1.4
1.2
1 F1
0.8 F2
0.6 F3
0.4
0.2
0
45⁰
Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan ketiga saya pada gambar
4.1. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar
sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan ketiga ini
saya membentuk sudut 450di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.8 N, pada F2 sebesar 1.1 N dan pada F3 sebesar
1.4 N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari vektor proyeksi terhadap sumbu x dan sumbu y
Dengan mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap nilai sinus 550. Saya
17
2.5
2
F1
1.5 F2
F3
1
0.5
0
55⁰
Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan keempat saya pada
gambar 4.4. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada
gambar sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan
keempat ini saya membentuk sudut 550di resultan F3. Saya memperoleh nilai
gaya yang ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1
Saya temukan nilai resultan gaya yang ditunju sebesar 2,3 N, pada F2 sebesar
1,2 N dan pada F3 sebesar 2,4 N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari
ketiga resultan gaya tersebut, saya menghitung nilai dari vektor proyeksi
terhadap sumbu x dan y. Dengan mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap sinus
700 . Saya memperoleh hasil berikut F1 sin α sebesar 1,884 N dan F2 sin α
sebesar 0.982 N.
18
2
1.8
1.6
1.4 F1
1.2 F2
1
F3
0.8
0.6
0.4
0.2
0
70⁰
Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan kelima saya pada gambar
4.5. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar
sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan kelima ini
saya membentuk sudut 700 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 1,2 N, pada F2 sebesar 0,9 N dan pada F3 sebesar 2
N. Saya mengalikan nilai dari F1 dan F2 terhadap nilai sinus 700 saya juga
mendapatkan hasil dari proyeksi sumbu x dan y melalui perhitungan yaitu F1
sin α sebesar 1,127 N dan F2 sin α sebesar 0,845 N.
3
2.5
F1
1.5
F2
F3
1
0.5
0
20⁰ 40⁰ 45⁰ 55⁰ 70⁰
Adapun alasan vektor F3 harus lebih besar dari F1 dan F2 karena berdasarkan
teori uraian vektor segitiga, suatu penguraian vektor menggunakan persamaan
seperti persamaan phytagoras. Dimana vektor ke3 atau F3 merupakan vektor
terpanjang sehingga sesuai hukum vektor yang terdapat pada bab II, bahwa
panjang vektor mewakili besar nilainya maka vektor F3 harus lebih panjang
daripada vektor F1 dan F2. Dari hasil percobaan dalam praktikum,pada
percobaan pertama dan kedua nilai F3 tidak lebih besar daripada F1 dan F2,
sehingga dapat dikatakan percobaan pertama dan kedua mengalami kesalahan
pengamatan. Percobaan yang benar adalah percobaan ketiga, keempat dan
kelima, karena nilai F3 selalu lebih besar dibandng F1 dan F3. Sedangkan
data rata-rata , ketidak pastian pengukuran, dan error pengukuran saya
dapatkan dari data table 4.1 yang saya masukan kedalam rumus-rumus yang
terdapat pada modul praktikum fisika teknik yang disusun oleh Tim Fisika
teknik dan dosen pembimbing Martinus, S.T., M.Sc.
20
1.6
1.4
1.2 F1
1 F2
0.8 F3
0.6 F1sinα
0.4 F2 sinα
0.2
0
Rata-rata
1.4
1.2
F1
1
F2
0.8
F3
0.6 F1sinα
0.4 F2sinα
0.2
0
Ketidakpastian
0.8
0.7
0.6 F1
0.5 F2
0.4 F3
0.3 F1sinα
0.2 F2sinα
0.1
0
Error Pengukuran
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam melakukan praktikum fisika
dasar mengenai vektor adalah sebagai berikut.
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran saya menyarankan untuk
mempelajari dahulu alat-alat praktikum yang akan digunakan, besaran dan
satuan juga langkah dan metode praktikum agar praktikum berjalan
dengan lancar, mudah dipahami dan berjalan dengan waktu yang efisien.
23
DAFTAR PUSTAKA