Anda di halaman 1dari 24

1

Tanggal
diterima
Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


(Vektor)

Dosen :
Martinus, S.T., M.Sc.

Oleh :
Nama : Okta Syahputra Sembiring
NPM : 1415021065
Kelompok : I (Satu)
Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 16 April 2015
Asisten : 1. Ali Mustofa
2. Isma Yanti

LABORATORIUM MEKATRONIKA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang berkaitan dengan ilmu fisika.
Gaya, perpindahan, percepatan, kecepatan, tekanan dan sebagainya
merupakan sebagian contoh dari ilmu fisika yang kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam ilmu fisika dikenal dua jenis besaran yaitu besaran
pokok(skalar) dan besaran turunan (vektor). Besaran pokok merupakan
besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah. Sedangkan
vektor merupakan besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contoh diatas
merupakan bagian dari besaran vektor, karena memiliki nilai dan arah. Vektor
digunakan untuk menggambarkan nilai dan arah kerja gaya. Vektor memiliki
dampak yang sangat besar dalam kehidupan. mulai hal-hal sederhana seperti
jungkat-jungkit, sampai hal-hal vital seperti navigasi pesawat terbang.

Setelah mempelajari vektor secara teori dalam mata kuliah fisika dasar,
praktikum vektor ini perlu di lakukan untuk mendalami pemahaman
mahasiswa terhadap konsep vektor. Sebab pembelajaran vektor akan lebih
baik jika dilakukan secara teori dan diikuti dengan praktikum. Sehingga
pemahaman mahasiswa mengenai topik pembelajaran dapat maksimal.
Pemahaman konsep ini akan sangat bermanfaat untuk lebih mendalami
pelajaran fisika dan mengikuti mata kuliah semester lanjut yang berkaitan,
khususnya untuk bidang mekanika, medan listrik dan bidang lainnya. Maka
dari itu praktikum fisika dasar mengenai vektor ini dilaksanakan agar dapat
membantu mahasiswa memahami pelajaran mengenai vektor.
3

B. Tujuan

Adapun tujuan dari melakukan praktikum fisika dasar mengenai vektor ini
adalah sebagai berikut:
1. Mampu menguraikan sebuah vektor menjadi dua buah vektor yang
sebidang.
2. Mempermudah melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.
3. Mempermudah mengetahui arah kerja suatu gaya (vektor).
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Vektor

Vektor merupakan besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contoh dari
besaran ini misalnya perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya dan
sebagainya untuk menggambarkan vektor digunakan garis berarah yang
bertitik pangkal. Panjang garis sebagai nilai vektor dan anak panah
menunjukkan arahnya. Simbol vektor menggunakan huruf kapitan yang
dicetak tebal (bold) atau miring dengan tanda panah di atasnya seperti
⃗⃗⃗⃗⃗ (Azizi, 2013).
berikut AB ditulis vektor 𝐴𝐵

Vektor pada bidang datar mempunyai dua komponen yaitu pada sumbux dan
sumbu y. Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti
hanya mempunyai 1 komponen. Komponen vektor adalah vektor yang
bekerja menuyusun suatu vektor hasil (resultan vektor). Oleh karenanya
vektor bisa dipindahkan titik pangkalnya asalkan tidak berubah besar dan
arahnya (Azizi, 2013).

Setiap vektor di uraikan ke dalam komponen vektor yang di inginkan.


Penguraian vektor dilakuka untuk mempermudah penjumlahan dua buah
vektor atau lebih. Pemahaman konsep ini akan sangat bermanfaat untuk lebih
mendalami pelajaran fisika, khususnya untuk bidang mekanika, medan listrik
dan bidang lainnya (anonim, 2011).
5

Gambar 2.1 Metode Jajar Genjang

B. Penjumlahan Vektor

Secara eksperimen telah ditemukan bahwa jika dua atau lebih gaya bekerja
pada benda yang sama, percepatan benda adalah sama seperti jika benda
dikenai gaya tunggal yang sama dengan penjumlahan vektor gaya-gaya itu
sendiri. Artinya, gaya-gaya dijumlahkan sebagai vektor-vektor (Wiyanto,
2007).
1. Penjumlahan Vektor dengan metode Jajar Genjang (Pararelogram)
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajar genjang
yang terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap
vektor.
Untuk vektor segaris, penjumlahannya adalah R = A + B + C + n dst
Untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti gambar di
bawah ini

Gambar 2.2 Pejumlahan vektor dengan Jejar Genjang


6

Rumus menghitung resultan vektor dengan sudut tertentu.


√A2+B2+2AB cos α =R.................................(2.1)

2. Penjumlahan Vektor dengan metode Segitiga


Pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangka vektor 1 ke ujung
vektor yang lain kemudian menghubungkan titi tangkap atau titik pangkal
vektor pertama dengn titik ujung vektor ke dua. Lihat ilustrasi gambar di
bawah ini.

Gambar 2.3 Metode Segitiga

Gambar 2.4 Penjumlahan vektor dengan metode segitiga


Untuk vektor yang lebih dari 2, sama saja. Lakukan satu demi satu hingga
ketemu resultan akhirnya. Dari gambar di atas, dapat ditarik persamaan
berikut.
V=A+B
R=V+C
R = A + B + C........................................(2.2)
7

C. Pengurangan Vektor

Pengurangan Vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, cuma yang


membedakan adalah ada salah satu vektor yang mempunyai arah yang
berlawanan. Misalnya vektor A bergerak ke arah timur dan B bergerak ke
arah barat maka resultannya
R = A + (-B) = A – B .....................................(2.3)

D. Rumus Cepat Vektor

Dalam mengerjakan vektor, untuk persoalan tertentu, dengan permasalahan


seperti dibawah dapat diselesaikan dengan rumus cepat. Berikut adalah rumus
cepat dalam mengerjakan soal vektor fisika(anonim, 2015).
Jika α = 0o maka R = V1 + V2
Jika α = 90o maka R = √(V12 + V22)
Jika α = 180o maka R = | V1 + V2 | –> nilai mutlak
Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V

E. Aplikasi dan fungsi vektor dalam Kehidupan

Adapun Beberapa contoh dari aplikasi vektor yang dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut (anonim, 2012)

1. Ketika penerjun menjatuhkan diri dari kapal, tempat ia jatuh tidak tepat di
bawah kapal, tetapi jauh melenceng karena adanya dua vektor gaya yaitu
gaya gravitasi dan gaya dorong angin.
2. Saat perahu menyebrangi sebuah sungai, perahu tidak menyeberang tepat
lurus dengan posisi awalnya. Hal ini dikarenakan kecepatan gerak perahu
yang sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
Sehingga walaupun terlihat bergerak lurus, tetapi sebenarnya perahu
bergerak serong.
3. Dalam suatu kejadian seorang pemanah menarik anak panah dari busunya,
anak panah tidak bergerak horizontal namun bergerak parabola. Hal ini
8

karena sebenarnya arah gerak anak panah merupakan penjumlahan vektor


gaya tarik tali dari kedua ujung busur tersebut.
4. Pesawat terbang yang ingin terbang ( take off) dan mendarat menggunakan
metode vektor, sehingga ketika turun tidak langsung jatuh kebawah, tapi
melalui arah vektor yang disesuaikan. Dengan demikian orang-orang yang
berada didalamnya pun tidak jatuh atau terombang-ambing.
5. Metode vektor juga diaplikasikan terhadap orang yang sedang bermain
layang-layang. Sehingga arah layang-layang yang sedang terbang tidak
lurus terhadap orang yang memegang tali layangan. Dengan demikian orang
tersebut dapat melihat layangan lebih jelas karena ada pengaruh vektor.
6. Pada saat seorang anak bermain jungkat-jungkit, pada bidang miring
menggunakan gaya vektor, sehingga anak tersebut tidak jatuh dari bidang
miring itu
9

III. METODOLOGI PRATIKUM

A. Alat dan Bahan

Dalam melakukan praktikum fisika dasar mengenai vektor ini, saya


menggunakan beberapa alat dan bahan, antara lain.
1. Neraca Pegas 3 buah

Gambar 3.1 Neraca pegas


2. Benang

Gambar 3.2 Benang


10

3. Papan Triplek

Gambar 3.3 Papan tripleks


4. Paku Payung.

Gambar 3.4 Paku payung


5. Busur Derajat

Gambar 3.5 Busur derajat


11

B. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang menjadi patokan dalam melakukan praktikum vektor


ini sesuai dengan prosedur yang telah diberikan dalam modul praktikum yang
disusun oleh tim fisika teknik yaitu sebagai berikut.
1. Menyiapkan Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum.
2. Menyiapkan benang dan mengikat membentuk huruf Y seperti gambar
berikut.

Gambar 3.7 Benang di ikat Y


3. Mengikat neraca pegas pada stiap ujung tali, sehingga membentuk gambar
berikut.

Gambar 3.8 Benang Y di ikat pada 3 neraca


4. Menyiapkan papan tripleks, tancapkam paku payung kemudian kaitkan
dua neraca pegas pada paku payung. Tarik neraca pegas ketiga sehingga
dua neraca lainnya membentuk sudut 900 (siku-siku).

F1

F2

F3
Gambar 3.9 Ketiga neraca membentuk sudut
12

5. Menandai titik sambungan benang yang membentuk sudut siku-siku dan


titik lain pada benang penghubung neraca pegas ketiga, kemudiam
membuatlah garis seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.10 Sudut yang diperoleh


6. Mencatar yang di tunjukan oleh neraca 1 sebagai F1 dan neraca 2 sebagai
F2, juga mencatat hasil yang di tunjukan oleh neraca 3 sebagai F3
7. Mengukur sudut α yaitu sudut antara vektor F dengan F1.
8. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan merubah salah satu paku
payung(merubah-ubah sudut α).
9. Memasukkan data ke dalam tabel.
13

IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

Dari percobaan-percobaan yang dilakukan dalam praktikum di laboratorium


terpadu mekatronika Teknik Mesin diperoleh data hasil pengukuran seperti
yang tersaji pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran
Pengukuran F1 F2 F3 α F1 F2
Ke- Newton Newton Newton sin α sinα
Newton Newton
1 0.1 1 0.9 200 0.0342 0.342
2 0.5 1 0.9 400 0.321 0.642
3 0.8 1.1 1.4 450 0.565 0.777
4 2.3 1.2 2.4 550 1.884 0.982
5 1.2 0.9 2 700 1.127 0.845
Rata-rata(ῡ) 0.98 1.04 1.52 460 0.786 0.718
Ketidakpastian 0.784 0.832 1.216 36.80 0.629 0.574
Pengukuran
(∆v)
Error 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
Pengukuran
14

B. Pembahasan

Setelah melakukan pengukuran dalam praktikum dan mengumpulkan data,


saya melakukan perhitungan dan disini saya akan membahas dan menjelaskan
hasil praktikum dan perhitungan.Untuk mendapatkan hasil seperti pada tabel
4.1 saya lakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III, yaitu
dengan benang di ikat ke neraca sehingga membentuk huruf Y. Ketika
benang dan neraca membentuk huruf Y maka akan terdapat tiga buah resultan
vektor. Ketiga gaya tersebut akan saya beri nama F1, F2, dan F3. Kemudian
saya bentuk membentuk sudut 900 pada vektor F1 dan F2. Selanjutnya ketika
sudah membentuk huruf Y saya mulai membentuk sudut baru dengan gaya
F3. Pada percobaan ini ketika saya membentuk sudut di F3 saya
mendapatkan sudut α° tertentu yang berhimpitan antara F1 dan F2. Jika sudut
sudah di temukan saya melihat ketiga neraca yang dihubungkan dengan tali
yang terikat yang masing-masing sudah menunjukkan resultan gaya atau
nilainya masing-masing. Saya juga mendapatkan hasil dari proyeksi sumbu x
dan y melalui perhitungan yaitu F1 sin α dan F2 sin α sebesar. Dengan hasil
seperti yang terdapat pada gambar garafik dibawah ini.

Sedangkan data rata-rata , ketidakpastian pengukuran, dan error pengukuran


dari data-data yang disajikan dalam tabel 4.1 yang saya masukan kedalam
rumus-rumus matematis yang terdapat pada modul praktikum fisika teknik
yang disusun oleh Tim Fisika teknik dan dosen pembimbing Martinus, S.T.,
M.Sc. Untuk perincian data dan perhitungan dari hasil grafik-grafik dan tabel
dapat dilihat dalam lembar lampiran yang berada di belakang laporan ini.
Hasil daripada perhitungan resultan vektor yang saya lakukan dapat dilihat
pada gambar grafik yang tersaji dibawah ini.
15

1
0.9
0.8
0.7 F1
0.6 F2
0.5
0.4 F3
0.3
0.2
0.1
0
20⁰

Gambar 4.1 Grafik percobaan pertama

Saya akan menjelaskan isi dari percobaan pertama pada gambar 4.1. Cara
yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar sesuai
dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan pertama ini saya
membentuk sudut 200 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.1 N, pada F2 sebesar 1 N dan pada F3 sebesar 0.9
N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari gaya proyeksi pada sumbu x dan sumbu y Dengan
mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap nilai sinus 200,saya mendapatkan hasil
berikut ini F1 sin α sebesar 0.0342 N dan F2 sin α sebesar 0.342 N.

1
0.9
0.8
0.7 F1
0.6 F2
0.5
F3
0.4
0.3
0.2
0.1
0
40⁰

Gambar 4.2 Grafik percobaan kedua


16

Saya akan menjelaskan isi dari percobaan kedua saya pada gambar 4.2. Cara
yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar sesuai
dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Pada percobaan kedua ini saya
membentuk sudut 400 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.5 N, pada F2 sebesar 1 N dan pada F3 sebesar 0.9
N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari vektor proyeksi pada sumbu x dan sumbu y.
Dengan mengalikan nilai dari F1 dan F2 terhadap nilai sinus 450 saya
mendapatkan hasil berikut F1 sin α sebesar 0.321 N dan F2 sin α sebesar 0.642
N.

1.4
1.2
1 F1
0.8 F2
0.6 F3

0.4
0.2
0
45⁰

Gambar 4.3 Grafik percobaan ketiga

Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan ketiga saya pada gambar
4.1. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar
sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan ketiga ini
saya membentuk sudut 450di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 0.8 N, pada F2 sebesar 1.1 N dan pada F3 sebesar
1.4 N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari ketiga resultan gaya tersebut,
saya menghitung nilai dari vektor proyeksi terhadap sumbu x dan sumbu y
Dengan mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap nilai sinus 550. Saya
17

memperoleh hasil sebagai berikut F1 sin α sebesar 0.565 N dan F2 sin α


sebesar 0.777 N.

2.5

2
F1
1.5 F2
F3
1

0.5

0
55⁰

Gambar 4.4. Grafik percobaan keempat

Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan keempat saya pada
gambar 4.4. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada
gambar sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan
keempat ini saya membentuk sudut 550di resultan F3. Saya memperoleh nilai
gaya yang ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1
Saya temukan nilai resultan gaya yang ditunju sebesar 2,3 N, pada F2 sebesar
1,2 N dan pada F3 sebesar 2,4 N. Setelah saya mendapat besaran nilai dari
ketiga resultan gaya tersebut, saya menghitung nilai dari vektor proyeksi
terhadap sumbu x dan y. Dengan mengalikan nilai F1 dan F2 terhadap sinus
700 . Saya memperoleh hasil berikut F1 sin α sebesar 1,884 N dan F2 sin α
sebesar 0.982 N.
18

2
1.8
1.6
1.4 F1
1.2 F2
1
F3
0.8
0.6
0.4
0.2
0
70⁰

Grafik 4.5 Grafik percobaan kelima

Saya akan mencoba menjelaskan isi dari percobaan kelima saya pada gambar
4.5. Cara yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil seperti pada gambar
sesuai dengan prosedur yang terdapat pada bab III. Padapercobaan kelima ini
saya membentuk sudut 700 di resultan F3. Saya memperoleh nilai gaya yang
ditunjukkan oleh neraca yaitu di percobaan pertama ini pada F1 saya temukan
nilai resultannya sebesar 1,2 N, pada F2 sebesar 0,9 N dan pada F3 sebesar 2
N. Saya mengalikan nilai dari F1 dan F2 terhadap nilai sinus 700 saya juga
mendapatkan hasil dari proyeksi sumbu x dan y melalui perhitungan yaitu F1
sin α sebesar 1,127 N dan F2 sin α sebesar 0,845 N.
3

2.5

F1
1.5
F2
F3
1

0.5

0
20⁰ 40⁰ 45⁰ 55⁰ 70⁰

Grafik 4.6 Grafik Gabungan 5 percobaan


19

Dari grafik 4.6 setelah melakukan percobaan sebanyak 5 kali. Melalui


perhitungan dan pengamatan, hasil percobaan pertama, dan kedua mengalami
kesalahan, karena F1 dan F2 lebih besar dari pada F3. Namun, pada percobaan
ketiga, keempat, dan kelima sesuai dengan teori penjumlahan vektor metode
segitiga yaitu F1 dan F2 lebih kecil daripada F3.

Adapun alasan vektor F3 harus lebih besar dari F1 dan F2 karena berdasarkan
teori uraian vektor segitiga, suatu penguraian vektor menggunakan persamaan
seperti persamaan phytagoras. Dimana vektor ke3 atau F3 merupakan vektor
terpanjang sehingga sesuai hukum vektor yang terdapat pada bab II, bahwa
panjang vektor mewakili besar nilainya maka vektor F3 harus lebih panjang
daripada vektor F1 dan F2. Dari hasil percobaan dalam praktikum,pada
percobaan pertama dan kedua nilai F3 tidak lebih besar daripada F1 dan F2,
sehingga dapat dikatakan percobaan pertama dan kedua mengalami kesalahan
pengamatan. Percobaan yang benar adalah percobaan ketiga, keempat dan
kelima, karena nilai F3 selalu lebih besar dibandng F1 dan F3. Sedangkan
data rata-rata , ketidak pastian pengukuran, dan error pengukuran saya
dapatkan dari data table 4.1 yang saya masukan kedalam rumus-rumus yang
terdapat pada modul praktikum fisika teknik yang disusun oleh Tim Fisika
teknik dan dosen pembimbing Martinus, S.T., M.Sc.
20

Rata-rata dari resultan gaya dalam percobaan praktikum adalah sebagai


berikut

1.6
1.4
1.2 F1
1 F2
0.8 F3
0.6 F1sinα
0.4 F2 sinα

0.2
0
Rata-rata

Gambar 4.7 Grafik rata-rata

Ketidakpastian pengukuran merupakan selisih antara pengukuran yang kita


lakukan dengan ukuran yang seharusnya. Dalam mengukur, melakukan
percobaan mungkin terjadi keselisihan angka. Hal ini dapat terjadi karena alat
yang digunakan masih alat yang sederhana, kesalahan pembacaan skala,
ataupun alat tidak bekerja maksimal. Berikut adalah grafik ketidakpastian
pengukuran

1.4
1.2
F1
1
F2
0.8
F3
0.6 F1sinα
0.4 F2sinα
0.2
0
Ketidakpastian

Gambar 4.8 Grafik ketidakpastian


21

Error pengukuran adalah suatu penilaian keberhasilan dari suatu percobaan.


Apabila error pengukuran mendekati 0 maka pengukuran yang dilakukan
dapat dikatakan falid. Berikut adalah grafik error pengukuran dari percobaan
yang saya lakukan.

0.8
0.7
0.6 F1
0.5 F2
0.4 F3
0.3 F1sinα
0.2 F2sinα
0.1
0
Error Pengukuran

Gambar 4.9 Grafik error pengukuran


22

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum vektor


ini adalah sebagai berikut.
1. Vektor dapat di uraikan menjadi dua buah vektor dengan mengalikannya
dengan nilai sinus sudut α yang di bentuk garis kerja vektor itu sendiri.
2. Hasil atau besar nilai vektor uraian tergantung pada nilai sinus sudut α,
semakin besar sudut α maka vektor resultan semakin besar, sebaliknya
semakin sudut α maka nilai resultan vektor semakin kecil juga.
3. Ketidakpastian pengukuran dalam praktikum dapat terjadi karena
kesalahan pada sumber daya manusia, keterbatasan alat dan lain-lain.
4. Data percobaan yang silakukan dapat dikatakan valid karena presentase
error dari perhitungan saya dibawah 1%, yaitu 0.8%.
5. Dari 5 kali percobaan yang dilakukan, dua percobaan pertama terjadi
ketidaksesuaian dengan teori vektor, namun data tetap dapat dikatakan
valid karena pada rata-rata perhitungan sesuai dengan teori vektor.

B. Saran

Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam melakukan praktikum fisika
dasar mengenai vektor adalah sebagai berikut.
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran saya menyarankan untuk
mempelajari dahulu alat-alat praktikum yang akan digunakan, besaran dan
satuan juga langkah dan metode praktikum agar praktikum berjalan
dengan lancar, mudah dipahami dan berjalan dengan waktu yang efisien.
23

2. Sebelum melakukan praktikum mempelajari konsep vektor secara teori


terlebih dahulu.
3. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan benar dan tepat sesuai
prosedur praktikum dan menggunakan alat dengan benar agar
memperoleh hasil yang maksimal dan tingkat akurasi yang tinggi.
24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. ”Penjelasan tentang vektor”.


http://www.rumus-fisika.com/2013/12/penjelasan-tentang-vektor.html.
Diakses pada tanggal 15 April 2015 Pukul 15.00 WIB.
Anonim. 2012. “Penerapan Vektor Dibidang Teknik”.
.http://simplemomentum.blogspot.com/2012/05/penerapan-vektor-dalam-
kehidupan-sehari.html. Diakses pada tanggal 16, pukul 20:00 WIB.
Anonim. 2011. “Penggambaran vektor dengan metode uraian”.
http://edu-academica.com/2011/10/penggambaran-vektor-dengan-metode-
uraian. Diakses pada tanggal 15 April 2015 Pukul 16.00 WIB
Wiyanto, 2007.”Kegunaan Kalkulus”.
http://grahailmu.co.id/previewpdf/978-979-756-318-9-361.pdf. Diakses
pada tanggal 16, pukul 20:00 WIB.
Azizi, Iqba M. 2013. “Vektor”.
http://www.hermans.org/agents2/ch3_1_2.html. Diakses pada tanggal 16,
pukul 20:00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai