Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DASAR

PRAKTIK FISIKA I

DOSEN PEMBIMBING :
Bpk. ERVAN FERDIANSYAH

KELAS INSTRUMENTASI 1C

NAMA : ROIS RAHMAN WAHAB


NPT : 41190065
NO. ABSEN : 20

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


TAHUN AJARAN 2019/2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Fisika adalah ilmu yang mempelajari suatu fenomena dan gejala yang
ada di alam yang disajikan dengan persamaan-persamaan matematika.
Pengukuran sangat diperlukan agar gejala yang dipelajari dapat dituliskan secara
akurat. Dalam ilmu pengetahuan alam,tidak ada satupun data yang dapat
diterima dengan baik jika tidak disertai dengan sesuatu yang dapat disajikan
sebagai acuan atau standar. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama
yaitu perbandingan dan acuan.
Dalam fisika, pengukuran itu sendiri adalah objek utama perhatian karena
suatu konsep tertentu seperti panjang, waktu atau suhu hanya dapat dipahami
dalam kaitannya dengan metode yang digunakan untuk mengukur. Mengukur
juga dapat dilakukan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu
fenomena atau permasalahan secara kuantitatik. Dan jika dikaitkan dengan
proses pengukuran atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran
menjadi jalan untuk mencari data-data numerik yang menunjukkan pola-pola
tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
Kegiatan pengukuran adalah proses yang penting dalam pembelajaran
fisika dan merupakan hal yang paling mendasar. Seperti halnya ketidakpastian
dan ketelitian dalam mengukur yang juga harus sangat diperhatikan sebab
pengukuran dari suatu benda dibutuhkan suatu hasil data yang akurat dan
terpercaya.

Tujuan
1. Dapat mengetahui kegunaan alat-alat dasar pengukuran seperti jangka
sorong, mikrometer sekrup, mistar/penggaris, dan neraca ohaus.
2. Dapat menggunakan alat-alat dasar pengukuran seperti jangka sorong,
mikrometer sekrup, mistar/penggaris, dan neraca ohaus.
3. Dapat menyajikan hasil pengukuran dari alat-alat dasar pengukuran
seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar/penggaris, dan neraca
ohaus.
LANDASAN TEORI

Fisika adalah ilmu eksperimen . Eksperimen memerlukan pengukuran,


dan untuk mendapatkan hasil pengukuran kita menggunakan alat ukur untuk
mengukur dan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan
yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif
disebut besaran. Ketika mengukur suatu besaran, kita selalu
membandingkannya dengan suatu satuan standar yang disebut dengan satuan.
Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan
dengan suatu besran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan.
Selanjutnya semua pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan
eksperimen karena ketidaksempurnaan yang tak terelakkan dalam alat ukur atau
karena yang ada pada indera manusia, yang harus merekam informasi.
Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur
yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat
penting di dalam fisika untuk memperoleh hasil atau data yang akurat dan dapat
dipercaya.
Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran
yang sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian
hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran.
Sedangkan ketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil
pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya.
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala terlecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan,
kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi pengamatan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengukuran :
1. Nilai skala terkecil alat ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi
dibagi-bagi. Inilah yang disebut nilai skala terkecil (NST).
2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian umumnya digunakan
bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X, maka
ketidakpastian mutlaknya adalah : ΔX = ½ NST
Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai : X ± ΔX
3. Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Menggunakan kesalahan ½ rentang pada pengukuran berulang
ketidakpastian dituliskan lagi seperti pada pengukuran tunggal.
ΔX = (Xmax – Xmin)/2
Atau bisa juga menggunakan akar dari varian.
ΔX = √var, degan var = ∑(X-Xrata-rata)^2/(n-1)
METODE KERJA

Alat dan Bahan


Alat : 1. Mikrometer sekrup
2. Jangka sorong
3. Mistar
4. Neraca ohaus
Bahan : 1. Balok besi
2. Bola besi
3. Keping besi
Gambar alat dan bahan :

Gambar 1. Jangka Sorong

Gambar 2. Mikrometer sekrup.


Gambar 3. Neraca ohaus.

Gambar 4. Mistar.

Gambar 5. Keping besi.


Gambar 6. Bola besi.

Gambar 7. Balok besi.

Langkah Kerja
Pengukuran massa, volume dan massa jenis balok besi :
Pengukuran massa :
1. Siapkan neraca ohaus dan balok besi yang akan diukur.
2. Neraca ohaus di nolkan
3. Tentukan ketidakpastian.
4. Balok besi diletakkan dipiringan beban
5. Skala neraca (dari besar ke kecil) digeser sampai seimbang.
6. Lakukan pengukuran sebanyak 6x
7. Catat hasil pengukuran.
Pengukuran volume :
1. Siapkan mistar dan balok besi.
2. Ukur panjang, lebar dan tinggi balok besi menggunakan mistar.
3. Catat hasil pengukuran dan hitung volume menggunakan metode
matematika.
Pengukuran massa jenis :
1. Hitung massa jenis balok besi menggunakan data yang sudah ada
pada pengukuran massa dan volume.
2. Catat data hasil perhitungan.
Pengukuran balok besi, bola besi, dan keping besi 1x menggunakan 3 alat :
Pengukuran lebar(tebal) balok besi :
a. Jangka sorong.
1. Siapkan jangka sorong dan balok besi.
2. Sekrup pemutar diputar.
3. Reganggakan capitan (mulut) jangka sorong.
4. Letakkan balok besi di capitan tersebut, kemudian jepit.
5. Kencangkan sekrup pemutar.
6. Ukur ketebalan balok besi dengan memperhatikan skala utama dan
skala nonius.
7. Catat hasil pengukuran.
b. Mikrometer sekrup.
1. Siapkan mikrometer sekrup dan balok besi.
2. Putar skala utama hingga terbuka, lalu letakkan balok besi di capitan.
3. Jepit balok besi, kemudian kunci sekrup.
4. Ukur ketebalan balok besi dengan memperhatikan skala utama dan
skala nonius.
5. Catat hasil pengukuran.
c. Mistar.
1. Siapkan mistar dan balok besi.
2. Letakkan angka nol pada mistar di ujung balok.
3. Lihat angka hasil pengukuran pada ujung balok yang lain.
4. Catat hasil pengukuran.
Ulangi langkah pengukuran a,b, dan c untuk mengukur ketebalan keping besi
dan diameter bola besi.

Pengukuran balok besi secara berulang menggunakan 2 alat :


a. Jangka sorong.
1. Siapkan jangka sorong dan balok besi.
2. Sekrup pemutar diputar.
3. Reganggakan capitan (mulut) jangka sorong.
4. Letakkan balok besi di capitan tersebut, kemudian jepit.
5. Kencangkan sekrup pemutar.
6. Ukur ketebalan balok besi dengan memperhatikan skala utama dan
skala nonius.
7. Ulangi pengukuran sebanyak 6x.
8. Catat hasil pengukuran.
d. Mikrometer sekrup.
1. Siapkan mikrometer sekrup dan balok besi.
2. Putar skala utama hingga terbuka, lalu letakkan balok besi di capitan.
3. Jepit balok besi, kemudian kunci sekrup.
4. Ukur ketebalan balok besi dengan memperhatikan skala utama dan
skala nonius.
5. Ulangi pengukuran sebanyak 6x.
6. Catat hasil pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengukuran 1x menggunakan jangka sorong.


No. Bahan X (mm) NST ΔX X ± ΔX
1. Balok besi 18,20 0,05 0,025 18,20 ± 0,025
2. Keping besi 13,20 0,05 0,025 13,20 ± 0,025
3. Bola besi 10,25 0,05 0,025 10,25 ± 0,025

Tabel 2. Pengukuran 1x menggunakan mikrometer sekrup.


No. Bahan X (mm) NST ΔX X ± ΔX
1. Balok besi 18,07 0,01 0,005 18,07 ± 0,005
2. Keping besi 13,25 0,01 0,005 13,25 ± 0,005
3. Bola besi 10,32 0,01 0,005 10,32 ± 0,005

Tabel 3. Pengukuran 1x menggunakan mistar.


No. Bahan X (mm) NST ΔX X ± ΔX
1. Balok besi 17 1 0,5 17 ± 0,5
2. Keping besi 13 1 0,5 13 ± 0,5
3. Bola besi 7 1 0,5 7 ± 0,5

Tabel 4. Pengukuran berulang tebal balok besi menggunakan jangka sorong.


Pengulangan Tebal (mm) Sd X ± Sd
1. 18,00 0,0801 18,00 ± 0,0801
2. 18,20 0,0801 18,20 ± 0,0801
3. 18,10 0,0801 18,10 ± 0,0801
4. 18,20 0,0801 18,20 ± 0,0801
5. 18,05 0,0801 18,05 ± 0,0801
6. 18,10 0,0801 18,10 ± 0,0801

Perhitungan standar deviasi (Sd)


Gambar 8. Perhitungan standar deviasi pada pengukuran jangka sorong.

Tabel 5. Pengukuran berulang tebal balok besi menggunakan mikrometer sekrup.


Pengulangan Tebal (mm) Sd X ± Sd
1. 18,07 0,2088 18,07 ± 0,2088
2. 18,22 0,2088 18,22 ± 0,2088
3. 18,05 0,2088 18,05 ± 0,2088
4. 18,03 0,2088 18,03 ± 0,2088
5. 18,49 0,2088 18,49 ± 0,2088
6. 18,46 0,2088 18,46 ± 0,2088

Perhitungan standar deviasi (Sd) :


Gambar 9. Perhitungan standar deviasi pada pengukuran mikrometer sekrup.

Tabel 6. Pengukuran massa balok besi.


No. Massa (gr) Sd M ± Sd Volume (cm^3) Massa Jenis (gr/cm^3)
1. 48,13 0,639 48,13 ± 0,639 12,597 3,821
2. 49,46 0,639 49,46 ± 0,639 12,597 3,927
3. 49,54 0,639 49,54 ± 0,639 12,597 3,933
4. 49,39 0,639 49,39 ± 0,639 12,597 3,921
5. 48,50 0,639 48,50 ± 0,639 12,597 3,850
6. 48,35 0,639 48,35 ± 0,639 12,597 3,900

Perhitungan standar deviasi (Sd) :


Gambar 10. Perhitungan deviasi pada pengukuran neraca ohaus.

Perhitungan volume balok besi :


V = panjang x lebar x tinngi
= 5,7 x 1,7 x 1,3
= 12,597 cm^3

Perhitungan massa jenis balok besi :


1. ρ = m/v = 48,13/12,597 = 3,821 gr/cm^3
2. ρ = m/v = 49,46/12,597 = 3,927 gr/cm^3
3. ρ = m/v = 49,54/12,597 = 3,933 gr/cm^3
4. ρ = m/v = 49,39/12,597 = 3,921 gr/cm^3
5. ρ = m/v = 48,50/12,597 = 3,850 gr/cm^3
6. ρ = m/v = 48,35/12,597 = 3,900 gr/cm^3
KESIMPULAN

1. Pengukuran menggunakan alat ukur yang lebih teliti lebih baik daripada
alat ukur yang kurang teliti sehingga angka ketidakpastiannya menjadi
lebih kecil.
2. Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena faktor manusia, seperti
kesalahan dalam sudut melihat hasil pengukuran dan kurangnya
konsentrasi pada saat pengukuran.
3. Kesalahan pengukuran juga dapat terjadi karena faktor alat, yaitu
ketidaksempurnaan alat ukur tersebut atau dengan kata lain setiap alat
ukur memiliki ketelitian yang terbatas.
4. Beberapa kali melakukan pengukuran terhadap suatu benda dapat
menyebabkan timbulnya ketidakpastian.
DAFTAR PUSTAKA

http://widyaerja.blogspot.com/2014/04/p-margin-bottom-0.html?m=1
https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-pengukuran-
fisika.html?m=1
www.google.com/search/jangka-sorong
www.google.com/search/mikrometer-sekrup
www.google.com/search/mistar
www.google.com/search/neraca-ohaus
www.google.com/search/keping-besi
www.google.com/search/bola-besi
www.google.com/search/balok-besi
https://carasiiumi.com/cara-menghitung-standar-deviasi/

Anda mungkin juga menyukai